BAB V
PERENCANAAN KONSTRUKSI
dimana :
Hf = tinggi jagaan (m)
∆h = yang terjadi akibat timbulnya banjir abnormal (m)
hw = tinggi ombak akibat kenaikan (m)
5.2.2.2 Tinggi kenaikan permukaan air yang disebabkan oleh banjir abnormal
(h) dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut :
di mana :
Qo = debit banjir rencana (m3/det)
Q = kapasitas rencana (m3/det)
= 0,2 untuk bangunan pelimpah terbuka
= 1,0 untuk bangunan pelimpah tertutup
h = kedalaman pelimpah rencana (m)
A = luas permukaan air pada elevasi banjir rencana (km2)
T = durasi terjadinya banjir abnormal (biasanya antara 1 s/d 3 jam)
Untuk perhitungan digunakan data-data sebagai berikut :
Qo = 62,64 m3/detik
Q = 96,6 m3/detik
h = 1,00 m
A = 219.800 m2 = 0,22 km²
= 0,086 m
dimana :
Feff = fetch rerata efektif
Xi = panjang fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke ujung akhir
fetch
α = deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan menggunakan
pertambahan 50 sampai sudut sebesar 450 pada kedua sisi dari arah angin.
Tinggi ombak yang disebabkan oleh angin ini perhitungannya sangat dipengaruhi
oleh panjangnya lintasan ombak (F) dan kecepatan angin di atas permukaan air embung.
Panjang lintasan ombak yang dipakai adalah Fetch efektif sebesar 166,358 m (Gambar 5.2.).
Sedangkan kecepatan angin di atas permukaan air embung diambil dari data di stasiun BMG
Semarang yaitu 20 m/det. Perhitungan tinggi ombak (hw) ini menggunakan grafik metode
SMB yang dikombinasikan dengan metode Saville. Dengan kemiringan hulu 1:3, tinggi
jangkauan ombak (hw) yang didapat adalah 0,077 m .
A 1,90-2,00
B 1,60-1,90
C 1,20-1,60
D 0,80-1,20
E 0,40-0,80 Semarang
F 0,20-0,40
Aluvium 1,1
10 98,42
20 119,62
50 151,72
100 181,21
200 215,81
500 271,35
1000 322,35
5000 482,80
10000 564,54
Dari data pada tabel-tabel di atas, maka dapat ditentukan harga yang akan digunakan
yaitu:
e=
e=
e = 0,263
di mana :
= +123,0 - (+115,00)
= + 8,0 (MSL)
= = 0,74 m
5.2.6 Angka tambahan tinggi jagaan yang didasarkan pada tipe embung (hi)
Mengingat limpasan melalui mercu embung urugan sangat riskan maka untuk
embung tipe ini angka tambahan tinggi jagaan (hi) ditentukan sebesar hi = 1 m. (Suyono
Sosrodarsono, 1989). Berdasarkan data perhitungan tersebut di atas di mana :
h = 0,086 m
hw = 0,077 m
= 0,37 m
ha = 0,5 m
hi =1m
Maka tinggi jagaan dapat ditentukan , yang hasilnya adalah sebagai berikut :
Crest = +127,0 m
MAB= + 125,92 m
NWL = + 124,0 m
Live storage
LWL = + 119,78 m
+ 115 m Dead storage
dimana :
Q = debit (m3/detik) = 62,64 m3/s
Cd = koefisien debit = C0*C1*C2
Untuk nilai C0 = 1,30 (Konstanta) KP – 02 hal 49
Untuk nilai C1 = 1
Untuk nilai C2 = 1
g = percepatan gravitasi (m/det2)
Be = lebar efektif mecu pelimpah (m)
He = tinggi energi di atas mercu pelimpah (m)
Gambar 5.6 Saluran pengarah aliran dan ambang pengatur debit pada bangunan Pelimpah
Dipakai W = 1 m
Gambar 5.7 Saluran pengarah aliran dan ambang pengatur debit pada bangunan pelimpah
yc =
yc = = 1,999 m
Vc = = = 3,13 m/det
Bagian yang berbentuk terompet pada ujung saluran peluncur bertujuan agar aliran
dari saluran peluncur yang merupakan aliran super kritis dan mempunyai kecepatan tinggi,
sedikit demi sedikit dapat dikurangi akibat melebarnya aliran dan aliran tersebut menjadi
semakin stabil.
Pada hakekatnya metode perhitungan untuk merencanakan bagian saluran yang
berbentuk terompet ini belum ada, akan tetapi disarankan agar sudut pelebaran (θ) tidak
melebihi besarnya sudut yang diperoleh dari rumus sebagai berikut (Suyono sosrodarsono,
2002) :
F=
tan θ =
F = angka Froude
v = kecepatan aliran air (m/detik)
d = kedalaman aliran air (m)
g = gravitasi (m/detik2)
Maka :
F= = 0,709
tan θ = = 0,470
θ = 25,180
Karena saluran terompet mengecil ditengah saluran peluncur maka :
Lebar saluran peluncur bagian hulu (B) adalah 10 m dan lebar pada bagian tengah
peluncur hingga hilir sungai mengikuti lebar sungai yaitu 4 m.
Dengan ketentuan tersebut diatas dan keadaan topografi yang ada dimana
b1 = 10 m, dan b2 = 4 m maka :
y=3 m
tgθ = L / y = 14,4 m / 3 m → tgθ = 90 – 78,231º = 11º46’4.8”
s = 1 : 4,8
O = 11°46’4.8”
Gambar 5.9 Bagian berbentuk terompet pada ujung hilir saluran peluncur
hL = S . ∆l1
dimana :
V1 = kecepatan aliran air pada bidang 1
V2 = kecepatan aliran pada bidang 2
hd1 = kedalaman air pada bidang 1
hd2 = kedalaman air pada bidang 2
∆l1 = panjang lereng dasar diantara bidang 1 dan bidang 2
∆l = jarak horisontal diantara bidang 1 dan bidang 2
R = radius (jari-jari) hidrolika rata-rata pada potongan saluran yang diambil
S0 = Kemiringan dasar saluran
S = kemiringan permukaan aliran
h1 = kehilangan energi karena gesekan dan lain-lain
he = perbedaan tinggi antara garis energi dengan permukaan air
n = angka kekasaran saluran = 0,012
hL = kehilangan energi karena dasar saluran
Di titik B :
- Tinggi energi potensial di bidang B = hd1 + he2 = 1,999 + {(+124,0) – (+119,5)}
= 6,499 m
- Diasumsikan bahwa kecepatan aliran di B (V2) = 10 m/det, maka :
= 1,566 m
= 6,264 m²
= 0,878 m
= 0,796 m
= 6,565 m/det
= 5,723 m
- Dengan demikian tinggi tekanan total diperoleh :
hd2 + he2 = 1,566 + 5,723 = 7,289 m > 6,499 m
- Dicoba lagi dengan asumsi kecepatan aliran yang berbeda :
Tabel 5.5 Nilai Froude dengan asumsi kecepatan aliran yang berbeda di titik B
Bil.
V2 b2 hd2 A2 R2 R rata2 V rata2 Hv1 Δl1 he2 hd + he2 he hl hv
Froud
10 4 1,566 6,264 0,878 0,796 6,565 0,499 15,09 5,723 7,289 5,723 0,127 5,596 2,551
9 4 1,740 6,960 0,930 0,822 6,065 0,499 15,09 4,732 6,472 4,732 0,104 4,628 2,178
9,01 4 1,738 6,952 0,930 0,822 6,070 0,499 15,09 4,741 6,479 4,741 0,104 4,637 2,182
9,02 4 1,736 6,945 0,929 0,822 6,075 0,499 15,09 4,750 6,486 4,750 0,104 4,646 2,186
9,03 4 1,734 6,937 0,929 0,821 6,080 0,499 15,09 4,760 6,494 4,760 0,104 4,655 2,189
9,032 4 1,734 6,935 0,929 0,821 6,081 0,499 15,09 4,762 6,495 4,762 0,104 4,657 2,190
9,034 4 1,733 6,934 0,929 0,821 6,082 0,499 15,09 4,764 6,497 4,764 0,105 4,659 2,191
9,037 4 1,733 6,932 0,928 0,821 6,084 0,499 15,09 4,766 6,499 4,766 0,105 4,662 2,192
Sumber : Hasil Perhitungan
- Dari hasil perhitungan di atas dengan V2 = 9,037 m/dt, didapatkan hd+he2 = 6,499 m ~
6,499 m (sesuai dengan asumsi yang diambil), maka :
he = (hd+he2) – hd2 = 6,499 – 1,733 = 4,766 m
hv = he – hl = 4,766 – 0,105 = 4,662 m
- Froude number pada titik B adalah :
= 2,192
Di titik C :
Tinggi energi potensial di bidang C = hd2 + he3 = 1,733 + {(+119,5)–(+115)} = 6,233 m
Diasumsikan bahwa kecepatan aliran di C berturut-turut sesuai tabel sehingga didapatkan
nilai pada tabel 5.6. :
Tabel 5.6 Nilai Froude dengan asumsi kecepatan aliran yang berbeda di titik C
R V hd2 + bil
V3 b3 hd3 A3 R3 rata3 rata3 Hv2 Δl2 he3 he3 he2 hl hv Froud
10 4,0 1,566 6,264 0,878 0,850 9,519 4,662 15,09 5,841 7,407 5,841 0,245 5,596 2,551
9 4,0 1,740 6,960 0,930 0,876 9,019 4,662 15,09 4,839 6,579 4,839 0,211 4,628 2,178
8 4,0 1,958 7,830 0,989 0,905 8,519 4,662 15,09 3,941 5,899 3,941 0,180 3,761 1,826
8,5 4,0 1,842 7,369 0,959 0,890 8,769 4,662 15,09 4,377 6,219 4,377 0,195 4,182 1,999
8,52 4,0 1,838 7,352 0,958 0,889 8,779 4,662 15,09 4,395 6,233 4,395 0,196 4,199 2,006
Sumber : Hasil Perhitungan
- Dari hasil perhitungan di atas dengan V3 = 8,52 m/dt, didapatkan hd2+he3 = 6,233 m ~
6,233 m (sesuai dengan asumsi yang diambil), maka :
he = (hd2+he3) – hd3 = 6,233 – 1,838 = 4,395 m
hv = he2 – hl = 4,395 – 0,196 = 4,199 m
- Froude number pada titik C adalah :
= 2,006
atau :
Bila :
maka :
atau :
= d1 = 1,838 m
d2 = 4,375 m
Gambar 5.12 Blok muka dan ambang ujung hilir kolam olakan
dimana :
R = kedalaman gerusan di bawah permukaan air banjir (m)
Q = debit outflow spiilway (m3/det)
f = faktor lumpur Lacey
= 1,76 . Dm0,5
Dm = diameter nilai tengah (mean) untuk bahan jelek (mm)
Untuk menghitung turbulensi dan aliran yang tidak stabil, R ditambah 1,5 nya lagi
(data empiris). Tebal lapisan pasangan batu kosong sebaiknya diambil 2 sampai 3 kali d 40
dicari dari kecepatan rata-rata aliran dengan bantuan Gambar 5.13.
Gambar 5.13 dapat dipakai untuk menentukan d40 dari campuran pasangan batu
kosong dari kecepatan rata-rata selama terjadi debit rencana diatas ambang bangunan.
f = 1,76 Dm0,5 R =
untuk mengetahui dan mengukur kejadian-kejadian yang sudah direncanakan maupun yang
tidak terencana pada embung. Peralatan dan fasilitas tersebut diantaranya adalah :
Peil Schaal Untuk memantau ketinggian air yang ada Di pasang di dua tempat yaitu di
di embung menara dan spillway
Patok Geser Untuk memantau pergeseran yang terjadi Di pasang pada puncak mercu dan
pada tubuh embung down stream embung.
Fs u/s 1,10
Fs d/s 1,10
dimana :
Fs = safety faktor (u/s = up stream, d/s = down stream)
Dari data teknis yang ada, kemiringan embung Kali Bringin direncanakan :
Kemiringan Lereng
Material Urugan Material Utama Vertikal : Horisontal
Hulu Hilir
1. Urugan homogen CH 1 : 3 1 : 2,25
CL
SC
GC
GM
SM
2. Urugan majemuk
a. Urugan batu dengan inti lempung atau Pecahan batu 1 : 1,50 1 : 1,25
dinding diafragma
b. Kerikil-kerakal dengan inti lempung atau Kerikil-kerakal 1 : 2,50 1 : 1,75
dinding diafragma
Sumber: (Kodoatie, 1998)
Bahan yang dipakai untuk lapisan kedap air dapat berasal dari tanah dan tanah liat
(clay), baik tanpa campuran maupun dicampur dengan pasir dengan perbandingan tertentu
berdasarkan hasil percobaan penimbunan (trial embankment). Tanah ataupun tanah liat yang
dipakai sebagai bahan timbunan lapisan kedap air ini haruslah memenuhi persyaratan utama
untuk bahan kedap air yaitu :
a. Koefisien filtrasi serta kekuatan geser yang diinginkan.
b. Tingkat deformasi yang rendah
c. Mudah pelaksanaan pemadatannya
d. Tidak mengandung zat-zat organis serta bahan mineral yang mudah terurai
Lapisan kedap air harus mempunyai tingkat permeabilitas yang rendah, hal ini
ditentukan oleh nilai koefisien filtrasinya. Sebagai standar koefisien filtrasi (k) bahan
nilainya 1 x 10-5 cm/dt. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya rembesan air melalui
lapisan kedap air yang bersangkutan. Untuk mendapatkan nilai (k) yang memenuhi syarat
untuk lapis kedap air biasanya diperkirakan berdasarkan prosentase butiran tanah yang lolos
saringan No.300 (Suyono Sosrodarsono, 1989). Gradasi bahan kedap air biasanya
mempunyai ukuran butiran seperti tertera pada Gambar 5.14.
Hmin =
= 183 mm
Maka Tebal Plat Diambil 200 mm, dimana syarat lendutan terpenuhi.
a. Hitung Beban-beban
Wu = 0,9 WD + 1 E
WD = Berat Sendiri = h.ɣ = 0,2 * 2400 = 480 kg/mᶟ
Berat Spesi = 2*21 = 42 kg/mᶟ
Berat Air = 6*1000 = 6000 kg/mᶟ
Total = 6522 kg/mᶟ
E = WD*0,263 = 1715,286 kg/mᶟ
Wu = 0,9*6522 + 1*1715,286 = 7585,086 kg/mᶟ
MLx = 65 +
MTx = 83 +
Tulangan Pelat :
Mutu Beton = K-300; f’c = 300 kg/cm2 = 3000 t/m2
Mutu Baja (fy) =2400 kg/cm2 = 24000 t/m2
Tebal Pelat (t) = 200 mm
Penutup Beton (ρ) = 40 mm (untuk ФD > 16 mm)
Diameter Tulangan utama yang diperkirakan dalam arah - x
Diameter Tulangan arah – x (ФDx) = 16 mm
Tinggi efektif arah – x (dx) = t – p – 0,5 x ФDx
= 200 – 40 – 0,5 x 8 = 156 mm
Momen maksimum dari perhitungan SAP = 1,27 tm
fy =240 mpa
fc’ =30 mpa
ρmin < ρ < ρ max
ρmax = 0,75 ρbalance =0,111
ρmin =
ρbalance =
As =
=
Tulangan yang digunakan adalah D16 – 200 (As terpasang = 1005 mm2). Karena untuk
memenuhi syarat minimal retak. Sesuai syarat perhitungan Struktur Nasional
Indonesia (SNI)
Tulangan bagi 20%.A = 0,2 x 904,8 mm2 = 180,96 mm2
Dipakai Tulangan bagi D8 – 250 (As terpasang = 201 mm2). Karena untuk memenuhi
syarat minimal retak. Sesuai syarat perhitungan Struktur Nasional Indonesia (SNI)
Menurut Manning :
Kecepatan (v) =
Debit (Q) =
Q - Out
Jam Q Q - In Flow Volume Asumsi Q Volume Storage ( S )
t Elv0 S0 Flow ∆S Elevasi
ke
In Flow Rerata In Elevasi Out Flow Rerata Out Komulatif
(dt) (m³/dt) (m³/dt) (m³) (m) (m³) (m) (m³/dt) (m³/dt) (m³) (m³) (m³) (m)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
0 0,76050 115,00 0 0 115,00000
b = (3,6 x H 1 / 3 ) - 3 . 0
Dengan :
b = (3,6 x H 1 / 3 ) - 3 . 0
= 3,15 ≈ 3,5 m
Pembebanan :
1. Beban untuk plat atas (q1) :
Berat tanah = h1. b1 . t
= 2,5 . 2,50 . 2,694 = 16,837 t/m
Berat plat beton = t2 . b1 .
= 0,5 . 2,50 . 2,4 = 3 t/m
P2 = t . (h1+ h2) . Ka
Perhitungan Tulangan :
Tulangan Pelat A-B dan B-C:
Mutu Beton = K-300; f’c = 300 kg/cm2 = 3000 t/m2
Mutu Baja (fy) = 4000 kg/cm2 = 40000 t/m2
Tebal Pelat (t) = 400 mm
Penutup Beton (ρ) = 50 mm (untuk ФD > 16 mm)
Diameter Tulangan utama yang diperkirakan dalam arah - x
Diameter Tulangan arah – x (ФDx) = 20 mm
Diameter Tulangan arah – y (ФDy) = 12 mm
Tinggi efektif arah – x (dx) = t – p – 0,5 x ФDx
= 250 – 50 – 0,5 x 20 = 190 mm
Tinggi efektif arah – y (dy) = t – p - ФDx – 0,5 x ФDy
= 250 – 50 – 20 - 0,5 x 12 = 174 mm
Momen maksimum = 7,103 tm
ρmin < ρ < ρmax
ρmin = 0,0018
ρmax =0,0271
= = 131,173 t/m2
Tulangan yang digunakan adalah D20 – 250 (As terpasang = 1257 mm2).
Tulangan bagi 20%.A = 0,2 x 855 mm2 = 171 mm2
Dipakai Tulangan bagi D12 – 200 (As terpasang = 565 mm2).
= = 50,415 t/m2
3. Perhitungan :
qult = C . Nc + t . Df . Nq + . t . B . N
= (4,076 x 30,14) + (2,694 x 11,53 x 18,40) + (0,5 x 2,694 x 1,50 x 22,40)
= 739,647 t/m2
qall = 246,549 t/m2 > qtimbul = 22,691 t/m2
Jadi daya dukung tanah lebih besar daripada tekanan tanah yang timbul. OK
Bangunan penyadap dalam perencanaan ini dipakai tipe penyadap menara, hasil
sadapan kemudian dialirkan ke hilir sungai sesuai dengan kapasitas saluran sungai di
sebelah hilir.
Gambar 5.21. Skema pengaliran dalam penyalur kondisi pintu terbuka 80%
Kecepatan(V)
= 5,492 m/det
= = 2,772
Aa = = = 0,0178 m²
(kecepatan angin dalam pipa penyalur udara (Va) diambil sama dengan 20
m²/det)
Diameter pipa vacum:
Dari perhitungan di atas, maka dapat digunakan pipa hume berdiameter 20 cm.
5.13.2 Perhitungan Dimensi Pipa Pengambilan
Dimensi pipa pengambilan dihitung berdasarkan besarnya debit yang akan
dilayani untuk kebutuhan air baku. Sistem distribusi air dari embung untuk
keperluan air baku penduduk, ternak dan air untuk kebutuhan kebun penduduk,
dengan sistem gravitasi, yang didesain sebagai pipa bertekanan.
C = 0,62
perhitungan:
dimana:
0,5 m
balok melintang
0,5 m
Gambar 5.23. Skema tekanan hidrolis dari plat baja yang didukung oleh balok – balok cabang
vertical.
Dari gambar 5.20. momen maksimal terjadi pada balok melintang dengan
bentuk beban 2 trapesium. Dari bentuk beban trapesium ini dapat gaya merata
sebesar:
= 0,125*4,598*0,52
= 0,143 KNm
dari table baja dipakai profil IWF 100 x 50 dengan W x = 37,5 Cm3. Karena untuk
memenuhi syarat minimal tekuk. Sesuai syarat perhitungan Struktur Nasional
Indonesia (SNI).
Tabel 5.12 Kondisi perencanaan teknis material urugan sebagai dasar perhitungan
Zone tubuh Kekuatan γ timbunan dalam beberapa Intensitas beban seismis
embung Geser kondisi horizontal
C θ Kering (γb) Air (γw) (e)
(t/m³)
Zone kedap air 1,2 20 1,7 1.000 0.263
; > 1.2
Gambar 5.24. Stabilitas Tubuh Embung kondisi baru selesai dibangun bagian hulu
Tabel 5.13 Perhitungan metode irisan bidang luncur pada kondisi embung baru selesai di bangun bagian hulu
c L N = W*cos tan
Irisan A (m²) W (t/m) c*L () cos tan sin T = W*sin Fs
(t/m³) (t/m) (m)
1 4.92 1.700 8.364 2.944 -2.133
- -
1.21 2.400 2.904 0.967 1.022 -0.741
14.767 0.255
5.42 2.694 14.601 5.140 -3.723
2 17.83 1.700 30.311 10.989 -2.516
-
1.32 2.400 3.168 -4.767 0.996 1.149 -0.263
0.083
12.20 2.694 32.867 11.916 -2.728
3 28.75 1.700 48.875 17.719 4.448
1.28 2.400 3.072 5.233 0.996 1.114 0.091 0.280
12.03 2.694 32.409 11.750 2.949
1.2 45.44 20 0.364
4 35.20 1.700 59.840 21.019 15.738 2.13
1.28 2.400 3.072 15.233 0.965 1.079 0.263 0.808
4.97 2.694 13.389 4.703 3.521
5 36.52 1.700 62.084 20.429 26.448
25.233 0.904 0.426
1.20 2.400 2.880 0.948 1.227
6 26.13 1.700 44.421 13.210 25.631
35.233 0.817 0.577
1.08 2.400 2.592 0.771 1.496
7 12.16 1.700 20.672 5.207 14.925
46.208 0.692 0.722
1.10 2.400 2.640 0.665 1.906
54.528 131.773 87.273
Gambar 5.25. Stabilitas Tubuh Embung kondisi baru selesai dibangun bagian hilir
Tabel 5.14 Perhitungan metode irisan bidang luncur pada kondisi embung baru selesai di bangun bagian hilir
Irisan A (m²) (t/m³) W (t/m) c (t/m) L (m) c*L () cos tan N = W*cos tan sin T = W*sin Fs
1 6.49 1.700 11.03 4.008 0.596
3.12 0.998 0.054
1.28 2.400 3.07 1.116 0.166
2 17.08 1.700 29.04 10.294 6.591
13.12 0.974 0.227
1.30 2.400 3.12 1.106 0.708
3 19.96 1.700 33.93 11.363 13.335
1.2 31.05 23.12 0.92 20 0.364 0.393
1.23 2.400 2.95 0.989 1.160 1.64
4 15.76 1.700 26.79 8.163 14.628
33.12 0.837 0.546
1.12 2.400 2.69 0.819 1.468
5 6.57 1.700 11.17 2.947 7.695
43.54 0.725 0.689
1.02 2.400 2.45 0.646 1.687
37.26 41.451 48.035
Gambar 5.26. Stabilitas Tubuh Embung saat Air Penuh di bagian hulu
Tabel 5.15 Perhitungan metode irisan bidang luncur pada kondisi saat embung terisi penuh bagian hulu
c L N = W*cos tan
Irisan A (m²) W (t/m) c*L () cos tan sin T = W*sin Fs
(t/m³) (t/m) (m)
1 4.92 1.70 8.36 2.944 -2.133
1.21 2.40 2.90 1.022 - -0.741
-14.77 0.967
5.42 2.69 14.60 5.140 0.255 -3.723
60.1 1.000 60.10 21.154 -15.326
2 17.83 1.70 30.31 10.989 -2.516
1.32 2.40 3.17 1.149 - -0.263
-4.77 0.996
12.20 2.69 32.87 11.916 0.083 -2.728
49.11 1.000 49.11 17.805 -4.076
3 28.75 1.70 48.88 17.719 4.448
1.28 2.40 3.07 1.114 0.280
5.23 0.996 0.091
12.03 2.69 32.41 11.750 2.949
38.18 1.000 38.18 13.842 3.474
4 35.20 1.70 59.84 1.2 45.44 20 0.364 21.019 15.738
2.86
1.28 2.40 3.07 1.079 0.808
15.23 0.965 0.263
4.97 2.69 13.39 4.703 3.521
29.6 1.000 29.60 10.397 7.785
5 36.52 1.70 62.08 20.429 26.448
1.20 2.40 2.88 25.23 0.904 0.948 0.426 1.227
16.66 1.000 16.66 5.482 7.097
6 26.13 1.70 44.42 13.210 25.631
1.08 2.40 2.59 35.23 0.817 0.771 0.577 1.496
5.82 1.000 5.82 1.731 3.358
7 12.16 1.70 20.67 5.207 14.925
1.10 2.40 2.64 46.21 0.692 0.665 0.722 1.906
0.12 1.000 0.12 0.030 0.087
54.528 202.215 89.672
b. Gaya Gempa
Dari perhitungan koefisien gempa di awal, didapat koefisien gempa sama dengan
0,263. Dari koefisien gempa diatas, kemudian dicari besarnya gaya gempa dan
momen akibat gempa dengan rumus :
K=ExG
Dimana :
E = 0,263 (koefisien gempa)
G = berat bangunan (Ton)
K = gaya gempa
Tabel 5.18 Perhitungan gaya akibat gempa
Gaya Gaya Titik H
Koef Berat Gempa Lengan Momen
Gaya
Gempa
T T m Tm
K1 0.263 33.00 8.68 3.75 32.55
K2 0.263 3.10 0.82 4.38 3.57
K3 0.263 10.32 2.71 3.28 8.90
K4 0.263 2.20 0.58 2.00 1.16
K5 0.263 5.50 1.45 1.25 1.81
Jumlah 14.23 47.99
c. Tekanan Hidrostatis
Tekanan hidrostatis pada keadaan muka air normal.
P = xgxH
Tabel 5.19 Perhitungan Tekanan Hidrostatis
Gaya Uraian Tekanan Hz
PA *g*H 0
PB *g*H 0.098
Untuk mengetahui nilai SF (faktor keamanan) bangunan spillway terhadap guling, maka
rumus yang dipakai adalah sebagai berikut :
Dimana :
SF = Faktor keamanan
M.V = Jumlah momen vertikal (t.m)
M.H = Jumlah momen horisontal (t.m)
SF 2
Dimana :
SF = Faktor keamanan
(V) = Jumlah gaya vertikal (t)
H = Jumlah gaya horisontal yang bekerja pada bangunan spillway (t)
SF 1,5
Dimana :
= 23,30 t/m2
untuk menghitung nilai stabilitas terhadap daya dukung tanah, maka perlu ditinjau
eksentrisitas terlebih dahulu (DR. Suyono). rumus yang digunakan adalah sebagai berikut
e =
=
= 2,76 T/m2 > 0 T/m2 (Aman)
=
= 9,27 T/m2 < 23,30 T/m2 (Aman)
Dari hasil perhitungan di atas, dengan demikian bangunan spillway dinyatakan aman
terhadap daya dukung tanah.
a. Gaya Gempa
Dari perhitungan koefisien gempa di awal, didapat koefisien gempa sama
dengan 0,263. Dari koefisien gempa diatas, kemudian dicari besarnya gaya gempa
dan momen akibat gempa dengan rumus :
K=ExG
Dimana :
E = 0,263 (koefisien gempa)
G = berat bangunan (Ton)
K = gaya gempa
b. Tekanan Hidrostatis
Tekanan hidrostatis pada keadaan muka air normal.
P = xgxH
Tabel 5.25 Perhitungan Tekanan Hidrostatis
Tekanan
Gaya Uraian
Hz
PA *g*H 0.1942
PB *g*H 0.2923
Dimana :
Kp = tan2 (45 + Ф/2)
= tan2 (45 + 41,41/2)
= 4,907
Pp = 1,811x4,907x1,36 + 2x0,2x
= 12,972 ton
Dimana :
Pa = tekanan tanah aktif
Pp = tekanan tanah pasif
Ф = sudut geser dalam = 41,41º
g = gravitasi bumi = 9,8 m/detik2
H = kedalaman tanah aktif dan pasif (m)
γs = berat jenis tanah jenuh air = 1,811 ton/m3
γw = berat jenis air = 1,0 ton/m3
Tabel 5.27 Perhitungan tekanan tanah
Gaya Gaya Hz Lengan Momen
Pa 1.2355 1.17 1.4455
Pp -12.0979 0.83 -10.0413
Jumlah -10.8624 -8.5957
Dimana :
SF = Faktor keamanan
M.V = Jumlah momen vertikal (t.m)
M.H = Jumlah momen horisontal (t.m)
SF 2
Dimana :
SF = Faktor keamanan
(V-U) = Jumlah gaya vertikal dikurangi gaya uplift pressure (t)
H = Jumlah gaya horisontal yang bekerja pada bangunan spillway (t)
SF 1,5
Dimana :
= 23,30 t/m2
untuk menghitung nilai stabilitas terhadap daya dukung tanah, maka perlu ditinjau
eksentrisitas terlebih dahulu (DR. Suyono). rumus yang digunakan adalah sebagai berikut
e =
=
= 2,14 T/m2 > 0 T/m2 (Aman)
=
= 9,89 T/m2 < 23,30 T/m2 (Aman)
Dari hasil perhitungan di atas, dengan demikian bangunan spillway dinyatakan aman
terhadap daya dukung tanah.
Untuk memperhitungkan tebal lantai belakang (kolam olak), digunakan rumus sebagai
berikut :
Dimana :
Dx = Tebal lantai pada titik x
Px = Gaya angkat pada titik x
Wx = Kedalaman air pada titik x
= Berat jenis bahan (2,2 ton/m³)
Sf = Faktor keamanan (1,5)
Perhitungan :
Px = Hx – (Lx.H/L)
= 6,40 – (13,57 x 5 / 15,57)
= 2,04 m
≥ 1,39 m
Direncanakan tebal lantai kolam olak dibuat 1,4 m
Kontrol :