Anda di halaman 1dari 21

bangunan

air
BAB I
KRITERIA PERENCANAAN

1.1. Kebutuhan Air Irigasi


Efisiensi untuk tujuan – tujuan perencanaan, dianggap bahwa seperempat
sampai sepertiga dari jumlah air yang diambil akan hilang sebesar air itu sampai di
sawah.
Kegiatan ini akibat :
a. Kegiatan eksploitasi
b. Evaporasi dan rembesan
Berhubungan rembesan hanya dilakukan apabila kelulusan tanah cukup
tinggi.Kehilangan yang sebenarnya di dalam jaringan bisa lebih tinggi dan efisiensi
yang sebenarnya berkisar antara 30-40 %.
Kriteria perencanaan (KP. 03) bagian saluran menjelaskan pada umumnya
kehilangan air dijaringan irigasi dapat dibagi-bagi sebagai berikut :
- 15 – 22,5 % di petak tersier, antara bangunan sadap tersier dan sawah
- 7,5 – 12,5 % di saluran sekunder
- 7,5 – 12,5 % di saluran utama
Ditetapkan

Untuktersier 20% e = 80 = 80

Untuksekunder 10% e = 90 × 80 = 0,72

Untuk primer 10% e = 90 × 90 ×80 = 0,65

I.2 Perhitungan Debit Rencana


Debit rencana saluran akan dihitung dengan menggunakan efisiensi saluran
dengan perumusan adalah sebagai berikut :

Q=
C . NFR . A
e

REIN JAUHARI / F 210 16 068


bangunan
air
Dimana :
NFR = Kebutuhan persediaan air di sawah (1/ dt / Ha)
Q = Debit rencana (liter/ dt)
C = Koef. Pengurangan ( C = 1) untuk luas areal < 10.000 Ha
e = Efisiensi saluran
A = Luas areal yang akan diairi (Ha)

I.3 Perhitungan Dimensi Saluran


Dalam perhitungan dimensi saluran, aliran saluran dianggap sebagai aliran
tetap (steaty flow).Disamping itu perhitungan dimensi saluran ini berpedoman pada
prinsip perhitungan yang stabil (stabil Canal) yaitu dengan parameter hasil analisa,
saluran tidak terjadi penggeseran dan pengendapan.
Adapunrumus yang digunakanadalahrumusstrickler

V = K . R2 /3 . I 1/ 2

F
R=
P

F = (b + m.h) h

P = b + 2.h √ m2 + 1

Q=V.F
Dimana :
Q = Debit saluran (m3/dt)
V = Kecepatan aliran (m/dt)
F = Luas penampang basah saluran (m)
P = Keliling basah saluran (m)
b = Lebar dasar saluran (m)
h = Tinggi air disaluran (m)
I = Kemiringan dasar saluran
k = Koefisien kekerasan Strickler (m1/3/dt)
m = Kemiringan talut ( 1 vert : m hor)
n = Tinggi jagaan (m)

REIN JAUHARI / F 210 16 068


bangunan
air
A. Rumus kecepatan aliran maksimum ( V maks)
Rumus ini digunakan untuk mengontrol V rencana dimana jenis tanah
saluran yang tidak atau belum diketahui dalamnya dengan kedalaman 0,1< h
1.m , satu sebagai berikut :

V maks = 0,75 . h1/6 ( Mc. Donald dan NIPPON KUER)

Dimana :
h = Tinggi muka air rencana (m)

Jika V rencana > V maks ijin, maka saluran tersebut akan terjadi geseran /
erosi.

B. Rumus kecepatan aliran kritis ( V kritis)


Kecepatan aliran kritis dihitung untuk mengontrol kecepatan aliran
perencanaan ( V rencana) masih berada di atas kecepatan minimum hal ini jika
V rencana < V kritis maka di saluran akan terjadi pengendapan sedimen / atau
timbulnya tetumbuhan air. Teori Kenedy - buku sediment transport
memberikan rumusan aliran sebagai berikut :

V kritis = 0,55 . h0.64

Dimana: h = Tinggi muka air rencana (m)

REIN JAUHARI / F 210 16 068


bangunan
air

Tabel 1. Karakteristiksaluran yang akandipakaibersamauntukperencanaandimensisaluran.

Perbandingan
Q Kemiringantalud Faktorkekerasan
b/h
m3 / dt 1:m k=1/n
n

0.00 – 0.15 1 1.0 35


0.15 – 0.30 1 1.0 – 1.2 35
0.30 – 0.50 1 1.2 – 1.3 35
0.50 – 0.75 1 1.3 – 1.5 35
0.75 – 1.00 1 1.5 – 1.8 35

1.0 – 1.50 1 1.8 – 2.3 40


1.50 – 3.00 1.5 2.3 – 2.7 40
3.00 – 4.50 1.5 2.7 – 2.9 40
4.50 – 5.00 1.5 2.9 – 3.1 40

5.00 – 6.00 1.5 3.1 – 3.5 42.5


6.00 – 7.50 1.5 3.5 – 3.7 42.5
7.50 – 9.00 1.5 3.7 – 3.9 42.5
9.00 – 10.00 1.5 3.9 – 4.2 42.5

10.00 – 11.00 2 4.2 – 4.9 45


11.00 – 15.00 2 4.9 – 6.5 45
15.00 – 25.00 2 6.5 – 9.0 45
25.00 – 40.00 2 45

Sumber data kp. 03 ( Kriteriaperencanaan – bagiansaluran)

REIN JAUHARI / F 210 16 068


bangunan
air
Tabel 2. Tinggi Jagaan

Q Sal.tanah Sal. Pas


m3/dt w (m) w (m)

< 0.5 0.40 0.20


0.5 – 1.5 0.50 0.20
1.5 – 5 0.60 0.25
5 – 10 0.75 0.30
10 – 15 0.85 0.40
>15 1.00 0.50
Sumber data kp. 03 ( bagiansaluran)

Tabel 3. Lebar minimum tanggul

Q Tanpa jln.inspeksi Dengan jln. Inspeksi


m3/dt m M

Q<1
1.00 3.00
1 < Q <5
1.50 5.00
5 < Q < 10
2.00 5.00
10 < Q < 5
3.50 5.00
Q > 15
3.50 5.00

Sumber data kp. 03 ( bagiansaluran)

Perhitungan kebutuhan air sawah untuk padi yang disebut NFR (Net
Field Requirement) sangat tergantung pada faktor – faktor sebagai berikut :
1. Cara penyiapan lahan
2. Kebutuhan air untuk tanaman
3. Perlokasi dan rembesan
4. Pergantian lapisan air
5. Curah hujan efektif
REIN JAUHARI / F 210 16 068
bangunan
air
Jika air yang dialirkan oleh jaringan saluran juga untuk keperluan selain
irigasi, maka debit rencana harus ditambah dengan jumlah yang dibutuhkan
untuk keperluan itu, dengan memperhitugkan efisiensi pengairan.
Catatan : Metode “Lengkung Kapasitas Tegal” yang dipakai sejak tahun
1891, tidak lagi
digunakan untuk perencanaan kapasitas saluran irigasi, hal ini
dikarenakan bahwa metode tersebut adalah perhitungan debit saluran dimana
di dalam areal yang akan dialiri terdiri dari 20% - 30% tanaman tebu yang
pada masa penjajah Belanda, selalu mengkombinasikan antara tanaman padi da
tebu sebagai bahan pokok pembuatan gula pasir.
Berhubungan sekarang irigasi itu terutama disediakan untuk pemberian
air tanaman padi, dimana tanaman padi adalah tanaman yang paling banyak
membutuhkan air dalam pertumbuhannya dibanding tebu dan palawija, maka
kebutuhan air untuk padi dijadikan
sebagai standar dalam perhitungan kebutuhan debit air di saluran.

I.4 Muka air yang dibutuhkan di bangunan sadap


Perhitungan hidrolis bangunan dimaksudkan selain perhitungan yang berkaitan
dengan penentuan dimensi bangunan, tetapi juga didalamnya termasuk perhitungan
bangunan dan pintu ukur serta penetapan kebutuhan.Elevasi muka air rencana di
bangunan untuk memenuhi tuntutan irigasi dengan memperhitungkan elevasi sawah
terjauh letaknya dari bangunan tersebut.
Untuk penetapan elevasi muka air di bangunan bagi / sadap, elevasi muka air
tertinggi dari semua ruas saluran setelah dianalisa.
A. Penentuan Elevasi Muka Air di Bangunan
Untuk menetap kan elevasi muka air di bangunan bagi / sadap ditentukan oleh
elevasi muka air yang tertinggi dari semua saluran. Prosedurnya adalah menghitung
tinggi muka air yang diperlukan dibangunan sadap tersier, lalu seluruh kehilangan
disaluran kuarter dan tersier serta bangunan dijumlah kan menjadi tinggi muka air
dalam petyaktersier. Ketinggian tersebut ditambah lagi dengan kehilangan tinggi
energy dibangunan sadap tersier dan variasimuka air akibat eksploitasi jaringan utama
pada tinggimuka air parsial (sebagian).
REIN JAUHARI / F 210 16 068
bangunan
air
P = A + a + b + n.c + d + m.a + f + g + ∆h + Z

Dimana :

P = Muka air yang dibutuhkandijaringanutamadihulubangunanbagisadap

A = Elevasitanahsawahtertinggidipetaktersier +

a = Dalamnyagenangan air disawah = 0,10 m

b = Kehilangantinggienergidarisalurankuartersampaisawah = 0,1 m

n = Jumlahboksbagikuartersaluran yang direncanakan

C = Kehilangantinggi energy di boksbagikuartyer 0,10 m

D = Kehilangantinggi energy selamapengalirandisalurantersier dan kuarter( 1 × 1


km)

a = Kehilangantinggienergidiboksbagitersier = 0,10 m / boks

m = Jumlahbokstersier pada saluran yang direncana

F = Kehilangantinggienergi di gorong – gorong = 0,005 m

Z = Kehilangantinggienergi di pinturomijn

∆h = Variasitinggimuka air dijaringanutamadihulubangunansadap

1.5 DimensialatukurRomijn

Pintu Romijn adalah alat ukur ambang lebar yang bias digerakkan untuk mengatur
dan mengukur debit didalam jaringan saluran irigasi. agar dapat bergerak, mercunya dibuat
dari pelat baja dan dipasang di atas pintu sorong Pintu ini dihubungkan dengan alat
pengangkat.

A. Tipe-tipe alat ukur Romijn


Sejak pengenalanya pada tahun 1932, pintu Romijn telah dibuat dengan tiga
bentuk mercu (Gambar 2.8), yaitu :

REIN JAUHARI / F 210 16 068


bangunan
air
(i) Bentuk mercu datar dan lingkaran gabungan untuk peralihan penyempitan
hulu (Gambar 2.8A)
(ii) Bentuk mercu miring keatas 1:25 dan lingakaran tunggal sebagai peralihan
penyempitan (Gambar 2.8B)
(iii) Bentuk mercu datar dan lingkaran tunggal sebagai peralihan penyempitan
(Gambar 2.8C).

B. Mercu horizontal & lingkaran gabungan


Dipandung dari segi hidrolis, ini merupakan perencanaan yang baik. Tetapi
pembuatan kedua lingkaran gabungan sulit , padahal tanpa lingkaran lingkaran itu
pengarahan air di atas mercu pintu bisa saja di lakukan tanpa pemisahan aliran.

Gambar 1. Perencanaanmercualatukurromijin

C. Mercu dengan kemiringan 1:25 & lingkaran tunggal


Vlugter (1941) menganjurkan penggunaan pintu Romjin dengan kemiringan
mercu 1:25. Hasil penyelidikan model hidrolis di laboratorium yang mendasari
rekomendasinya itu tidak bisa direproduksi lagi (Bos 1976). Tetapi dalam
program riset terakhir mengenai mercu berkemiringan 1:25, kekurangan-
kekurangan mercu ini menjadi jelas :

REIN JAUHARI / F 210 16 068


bangunan
air
(i) Bagian pengontrol tidak berada di atas mercu, melainkan di ataas tepi tajam
hilirnya, di mana garis-garis aliran benar-benar melengkung. Kerusakan
terhadap tepi ini menimbulkan perubahan pada debit alat ukur.
(ii) Kerena garis-garis aliran ini, batas moduler menjadi 0,25 : bukan 0,67seperti
anggapan umumnya. Pada aliran tenggelam H2/H1= 0,67, pengurangan dalam
aliran berkisar dari 3% untuk aliran rendah sampai 10% untuk aliran tinggi
(rencana).
Karena mercu berkimiringan 1.25 juga lebih rumit pembuatanya dibandingkan
dengan mercu datar, maka penggunaan mercu dengan kemiringan ini tidak
dianjurkan.

D. Mercu horizontal & lingkaran tunggal: (lihat Gambar 2.9)


Ini adalah kombinasi yang bagus antara dimensi hidrolis yang benar dengan
perencanaan konstruksi.Jika dilaksanakan pintu Romijn, maka sangat dianjurkan
untuk menggunakan bentuk mercu ini.

1.5.2 Perencaanhidrolis

Dilihat dari segi hidrolis, pintu Romijn dengan mercu horizontal dan peralihan
penyempitan lingkaran tunggal adalah serupa dengan alat ukur ambang lebar yang
telah dibicarakan dalam Pasal 2.2. Untuk kedua bangunan tersebut, persamaan antara
tinggi dan debitnya adalah:

Q = Cd Cv2/3
√ 2 b h1.5
3
g c

Dimana :
Q = debit, m3 /dt
Cd = koefisien debit
Cv = koefisien kecepatan datang
g = percepatan grafitasi, m/dt2
bc = lebar meja, m
h1 = tinggi energy hulu diatas meja , m
di mana koefisien debit sama dengan
REIN JAUHARI / F 210 16 068
bangunan
air
Cd = 0,93 + 0,10 H1 /L

Gambar 2.SketsaisometrisalatukurRomijin

dengan
H1 = h1 + v12/2g
REIN JAUHARI / F 210 16 068
bangunan
air
dimana :

H1 = tinggienergi di atasmeja, m

H2 = kecepatan di hulualatukur, m/dt

Gambar 3. DimensialatukurRomijindenganpintubawah

Koefisien kecepatan dating Cv dipakai untuk mengoreksi penggunaan h1 dan bukan H1 di dalam
persamaan tinggi energy - debit.

1.5.3. Dimensi dan tabel debit standar

REIN JAUHARI / F 210 16 068


bangunan
air
Lebar standar untuk alat ukur Romijn adalah 0,50, 0,75, 1,00, 1,25 dan 1,50 m
untuk harga – harga lebar standar ini semua pintu, kecuali satu tipe, mempunyai panjang
standar mercu 0,50 untuk mercu horizontal dan jari jari 0,10 m untuk meja berunjung
bulat. satu pintu lagi ditambahkan agar sesuai dengan bangunan sadap tersier yang
debitnya kurang 160 l/dt. Lebar pintu 0,50 m. tapi mercuh orizontalnya 0,33 m dan jari jari
0,07 m untuk ujung meja.

Kehilangan tinggi energy ΔH yang diperlukan di atas alat ukur yang bias
digerakkan diberikan dibagian bawah Tabel A.2.5, Lampiran 2. Harga-harga ini dapat
dipakai bila alat ukur mempunyai saluran hilir segiempat dengan potongan pendek, seperti
ditunjukkan pada contoh Gambar 2.9. Jika dipakai saluran hilir yang lebih lebar, maka
kehilangan tinggi energy sebaiknya diambil 0,4 Hmaks.

Harga-harga besaran debit yang dianjurkan untuk standar alat ukur Romijn
diberikan pada Tabel 4.

Tabel4. Besaran debit yang dianjurkan untuk alat ukur Romijin Standar

TIPE ROMIJIN STANDAR


I II III IV V VI
Lebar 0,50 0,50 0,75 1,00 1,25 1,50
Kedalaman maks. aliran
0,33 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
pada muka air rencana
Debit maks. pada muka air
160 300 450 600 750 900
rencana
Kehilangan tinggi energi 0,08 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11
Elevasi dasar di bawah 0,81 + 1,51 + 1,51 + 1,51 + 1,51 +
muka air v v v v v

1.5.4 Papanduga

Untuk pengukuran debit secara sederhana, ada tiga papan duga yang harus dipasang, yaitu:

- Papan duga muka air di saluran


- Skala sentimeter yang dipasang pada kerangka bangunan
- Skala liter yang ikut bergerak dengan Romijn.

REIN JAUHARI / F 210 16 068


bangunan
air
Skala sentimeter dan liter dipasang pada posisi sedemikian rupa sehingga pada
waktu bagian atas meja berada pada ketinggian yang sama dengan muka air di saluran (dan
oleh sebab itu debit di atas meja nol), titik nol pada skala liter memberikan bacaan pada
skala sentimeter yang sesuai dengan bacaan muka air pada papan duga di saluran (lihat
gambar 3).

1.5.5. Karakteristik alat ukur Romijn

- Kalau alat ukur romijn dibuat dengan mercu datar dan peralihan penyempitan
sesuai dengan gambar 2.8C , tabel debitnya sudah ada dengan kesalahan kurang
dari 3%
- Debit yang masuk dapat diukur dan diatur dengan satu bangunan .
- Kehilangan tinggi energy yang diperlukan untuk aliran moduler adalah di bawah
33% dari tinggi energy hulu dengn mercu sebagai acuannya, yang relatif kecil.
- Karena alat ukur Romijn ini bisa ini disebut “berambang lebar”, maka sudah ada
teori hidrolika untuk merencanakan bangunan tersebut
- Alat ukur Romijn dengan pintu bawah bisa dieksploitasi oleh orang yang tak
berwenang , yaitu melewatkan air lebih banyak dari yang di izinkan dengan cara
mengangkat pintu bawah lebih tinggi lagi.

1.5.6. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki alat ukur Romijn

- Bangunan itu bisa mengukur dan mengatur sekaligus


- Dapat membilas endapan sedimen halus
- Kehilangan tinggi energi relative kecil
- Ketelitian baik
- Eksploitasi mudah

1.5.7. Kekurangan-kekurangan yang dimiliki alat ukur Romijn

- Pembuatannya rumit dan mahal


- Bangunan itu membutuhkan muka air yang tinggi di saluran
- Biaya pemeliharaan bangunan itu relative mahal

REIN JAUHARI / F 210 16 068


bangunan
air
- Bangunan itu dapat disalahgunakan dengan jalan membuka pintu bawah
- Bangunan itu peka terhadap fluktuasi muka air di saluran pengarah

1.5.8. Penggunaan alat ukur Romijn

Alat ukur Romijn adalah bangunan pengukur dan pengatur serba bisa yang dipakai
di Indonesia sebagai bangunan sadap tersier. Untuk ini tipe standar paling kecil (lebar 0,50
m) adalah yang paling cocok. Tetapi, alat untuk Romijn dapat juga dipakai sebagai
bangunan sadap sekunder.

Eksplotasi bangunan itu sederhana dan kebanyakan nuru pintu telah terbiasa
dengannya. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu bawah yang dapat disalah gunakan jika
pengawasan kurang.

1.6. Alat Ukur Cipoletti


Alat ukur ini merupakan penyempurnaan alat ukur ambang tajam yang
dikontraksi sepenuhnya. Memiliki potongan pengontrol trapezium, mercunya,
horizontal dan sisi-sisinya miring kesamping dengan kemiringan | vertikal berbanding
0,25 horizontal atau 4:L.
Alat ukur ini mempunyai kapasitas pengukuran debit sampai dengan 2900
hr/dt.Perencanaan hidrolisnya digunakan rumus:

2
Q=Cd .Cv . √ 2 g b .h 11,5
3
1,5
¿ 1,86 b . h1

Dimana :

( )
3
m
Q = debit yang akandiukur
dt

Cd = Koefisien debit ( ¿ 0,630 )

Cv = Koefisienkecepatan data ( ¿ 1,0 )

REIN JAUHARI / F 210 16 068


bangunan
air
m
g = percepatangrafitasi, ( 4,8 )
2 ¿
dt

b = lebarmercu, m

h1 = tinggi energy hulu di atas meja (m)

H1 = tinggi energy hulu (m)

Alat ukur ini diletakan diujung udik saluran atau dihilir bangunan dengan jarak
lazimnya ± 20m. alat ukur ini harus dilengkapi pintu pengatur tinggi muka air (pintui sorong)
yang diletakan dibangunan sadap.

Oleh karena itu pada konstruksi bangunan ukur type ini, kehilangan tinggi energy akan
sangat besar berhubung terdapat 3 (tiga) kali kehilangan yaitu pada alat ukur cipoletti sendiri
(sesuaikarakternya), kemudian disalurkan pengantar/saluran penenang dan pintu pengatur
(pintusorong).

Alat ukur ini tidak cocok digunakan pada daerah yang datar, mengingat aliran pada alat
ukur ini adalah aliran-aliran sempurna, yaitu muka air dihilir alat ukur harus berada dibawah
mercu minimal 5cm.

1.7. Pintu Sorong (Sluice Gatel)


Pintu sorong ini merupakan alat pengukur elevasi muka air pada bangunan bagi. Bagi /
sadap dimana salah satu bukaan aliran debit tidak perlu diukur, karena bukaan aliran debit
lainnya sudah dipasang alat ukur sehingga debitnya bias diukur.

Pintu sorong ini dimensinya sudah distan darisasi sebagai mana pintu ukur Romijn,
yaitu lebar pintu mulai 0,50; 0,75; 1,00; 1,25; dan 1,50m. Pintu sorong ini biasa dipakai dalam
kombinasi pemakaian alat ukur yang dipasang secara terpisah seperti pada pemasangan alat
ukur Cipoletti atau Thomson atau juga pada pintu penerus. Untuk lebar pintu 1,25 m dan
1,50m dipakai 2 stang stir.

Perencanaan hidrolisnya digunakan rumus:

Q=μ b a √2 g z

REIN JAUHARI / F 210 16 068


bangunan
air
Dimana :

Q = debit yang akan diukur ( )


m3
dt

µ = koefisien debit tergantung lubang masuk

b = lebar pintu sorong (m)

a = tinggi bukaan pintu (m)

g = percepatan grafitasi, ( dtm )


2

z = tinggi kehilangan energy

+ M.A.µ

+ M.A.µ
3

Gambar 4. Ilustrasi Pintu Sorong

1.8. Bangunan Terjun (Stordam)


Bangunan terjun merupakan bangunan pelengkap dalam suatu ruas saluran pada
jaringan irigasi, yang berfungsi untuk mengatasi kemiringan dasar saluran yang
tracenya melalui punggung medan, dimana pada kondisi ini kemiringan medan
biasanya cukup besar sehingga kalau dibuat saluran tanah akan terjadi penggerusan
pada dasr dan dinding saluran. Bangunan terjun mempunyai 4 fungsional, yaitu:

REIN JAUHARI / F 210 16 068


bangunan
air
1. Bagian pengontrol, berfungsi untuk mencegah penurunan muka air secara
berlebihan diruas hulu saluran.
2. Bagian pembawa ke elevasi yang lebih rendah.
3. Peredam energy, berfungsi untuk meredam energy yang berlebihan dihilir saluran
akibat golakan air yang diterjunkan.
4. Lindungan aliran keluar, berfungsi untuk mencegah kerusakan akibat gerusan dan
erosi.
Perencanaanhidrolisnyamasing-masingmenggunakanrumussebagaiberikut:

a. Bagian pengontrol

Q=Cd
2 2
3 3√g B.H
1,5

Dimana :

( )
3
m
Q = debit
dt

B = lebar bagian pengontrol, m

H = kedalaman energy, m

m
g = percepatan grafitasi, ( 9,8 )
2 ¿
dt

Cd = 0,93 + 0,10 H/L

L = panjang bagian pengontrol

b. Bagian Pembawa
Untuk tinggi kerjun ≤ 150m dipakai bangunan terjun tegak dan untuk tinggi terjun
¿ 1,50m dipakai bangunan terjun miring.

c. Peredam Energi Untuk Type Vlughter

hc = (q2/B)1/3
Jika :

REIN JAUHARI / F 210 16 068


bangunan
air
0,5¿ z/hc ≤ 2,0 → t = 2,4 hc + 0,4z . . . (m)

Jika :

2,3¿ z/hc ≤ 15,0 → t = 3 hc + 0,1z . . . (m)

REIN JAUHARI / F 210 16 068


bangunan
air
BAB III
PERENCANAAN SALURAN DAN BANGUNAN IRIGASI

3.1. PERHITUNGAN DEBIT

a) Saluran Primer A
Diketahui : Luas (A) = 750 ha
NFR = 1.852 lt/dt/ha
c = 1.0 (dari KP 03 hal.12)

Efisiensi : es = 0.9 (untuk saluran sekunder)


et = 0.8 (untuk saluran tersier)
ep = 0.9 (untuk saluran primer)

Sehingga, debit rencana :

c . NFR . A 1.0 . 1.852 . 750


Q = = = 2143.347 l/dt
es . et . ep 0.648
= 2.143 m3/dt

b) Saluran Sekunder B
Diketahui : Luas (A) = 650 ha
NFR = 1.852 lt/dt/ha
c = 1.0 (dari KP 03 hal.12)

Efisiensi : es = 0.9 (untuk saluran sekunder)


et = 0.8 (untuk saluran tersier)
ep = 0.9 (untuk saluran primer)

Sehingga, debit rencana :

c . NFR . A 1.0 . 1.852 . 650


Q = = = 1671.811 l/dt
es . et 0.72
= 1.672 m3/dt

c) Saluran Tersier C
Diketahui : Luas (A) = 100 ha
NFR = 1.852 lt/dt/ha
c = 1.0 (dari KP 03 hal.12)

Efisiensi : es = 0.9 (untuk saluran sekunder)


et = 0.8 (untuk saluran tersier)
REIN JAUHARI / F 210 16 068
bangunan
air
Sehingga, debit rencana :

c . NFR . A 1.0 . 1.852 . 100


Q = = = 231.481 l/dt
et 0.8
= 0.231 m3/dt

3.2. PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN

a) Saluran Primer A n
Diketahui : Debit (Q) = 2.143 m /dt 3
6 3.5 3.5
7.5 3.5
Berdasarkan tabel diperoleh :
m = 1.5
n = 3.50
k = 42.5
w = 0.75
I coba-coba = 0.0005

Sehingga,
b = n x h
= 3.50 x h
= 3.50 h

A = ( b + m.h ) h
= ( 3.50 h + 1.5 h ) h
= ( 5.00 h ) h
= 5.00 h2

P = b + 2h 1 + m2
= 3.50 h + 2h 1+ 1.5 2
= 3.50 h + 2h 3.25
= 3.50 h + 3.606 h
= 7.106 h

A 5.00 h2
R = = = 0.704 h

REIN JAUHARI / F 210 16 068


bangunan
air
V = k x R2/3 x I1/2
= 42.5 x ( 0.704 h )2/3 x ( 0.0005 )1/2
= 42.5 x ( 0.704 h )2/3 x 0.022
= 0.752 h 2/3

Q = V x A
2.143 = 0.752 h 2/3 x 5 h2
2.143 = 3.759 h 8/3
0.570 = h 8 /3

Cek :
masukkan nilai h ke dalam persamaan

A = 5 h2 b = 3.5 x h
= 5 x ( 0.810 )2 = 3.5 x 0.810
= 3.281 m 2
= 2.835 m

V = 0.752 h 2/ 3
= 0.752 x ( 0.810 )2/3
= 0.653 m/dt

maka :

Q = A x V
= 3.281 x 0.653

REIN JAUHARI / F 210 16 068

Anda mungkin juga menyukai