Anda di halaman 1dari 46

BAB I

1
BAB II
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

II.1 Petak Irigasi


Untuk menghubungkan bagian dari suatu jaringan irigasi dibuat suatu peta
yang biasa disebut dengan peta tata letak (peta ikhtisar) yang dibuat berdasarkan
peta topografi yang lengkap dengan garis kontur.
Peta ikhtisar irigasi tersebut memperlihatkan:
- Bangunan-bangunan utama
- Jaringan dan trase saluran irigasi
- Peta letak primer, sekunder, dan tersier
- Lokasi bangunan
- Batas-batas irigasi
- Jaringan dan trase jalan.
Peta ikhtisar yang digunakan adalah 1:1.000, yang umumnya petak irigasi
dibagi atas 3 bagian yaitu petak tersier, petak sekunder, dan petak primer.
II.1.1 Petak Tersier
Petak tersier menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada
bangunan sadap (off take) tersier yang mengalirkan airnya ke saluran tersier.
Faktor-faktor penting penentuan luas petak tergantung luas petak tersier, batas
petak tersier, bantuk petak tersier yang optimal, kondisi, jumlah petani dalam
satu petak, jenis tanaman dan topografi.
Perencanaan ukuran petak tersier dipengaruhi pada besarnya biaya
pelaksanaan jaringan irigasi dan pembuang (utama dan tersier) serta biaya
eksploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi. Jika petak tersier berukuran
kecil maka efisiensi irigasi menjadi lebih tinggi, disebabkan oleh:
a. Diperlukan lebih sedikit pembagian air.
b. Saluran lebih pendek menyebabkan kehilangan air di sepanjang lebih
sedikit
c. Lebih sedikit petani yang terlibat, sehingga kerjasama petani lebih
baik.

2
d. Pengaturan air lebih baik sesuai dengan kondisi tanaman.
e. Perencanaan lebih fleksibel sehubungan dengan batas layanan.

II.1.2 Petak Sekunder


Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya
dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air
dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder.

II.1.3 Petak Primer


Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang mengambil air
langsung dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer
yang mengambil airnya langsung dari sumber air, biasanya sungai. Proyek-
proyek irigasi tertentu mempunyai dua saluran primer. Ini menghasilkan dua
petak primer.

II.2 Saluran Irigasi


Saluran irigasi terdiri dari saluran tanah dan saluran pasangan. Saluran
yang berpenampang trapesium adalah saluran yang umum digunakan karena lebih
ekonomis. Saluran tanah umum digunakan karena biayanya lebih murah
dibandingkan dengan saluran pasangan. Perencanaan jaringan irigasi sangat
dipengaruhi oleh besar debit rencana saluran, dihitung dengan rumus:
NFR . C . A
Q=
e

Keterangan :
Q = Debit rencana (m3/s)
C = Koefisien pengurangan karena adanya sistem golongan
NFR = Kebutuhan bersih (netto) air di sawah (m3/s/ha)
A = Luas daerah yang diairi (ha)
e = Efisiensi irigasi secara keseluruhan.

3
Beberapa parameter yang sangat berpengaruh didalam menentukan
dimensi saluran diantaranya kemiringan saluran dengan menggunakan asumsi
berdasarkan parameter debit, seperti tabel berikut:
Tabel 2.1 Parameter Penentuan Nilai m, n, dan k
Q (m3/s) m n k
0,15 – 0,30 1,0 1,0 35
0,30 – 0,50 1,0 1,0 – 1,2 35
0,50 – 0,75 1,0 1,2 – 1,3 35
0,75 – 1,00 1,0 1,3 – 1,5 35
1,00 – 1,50 1,0 1,5 – 1,8 40
1,50 – 3,00 1,5 1,8 – 2,3 40
3,00 – 4,50 1,5 2,3 – 2,7 40
4,50 – 5,00 1,5 2,7 – 2,9 40
5,00 – 6,00 1,5 2,9 – 3,1 42,5
6,00 – 7,50 1,5 3,1 – 3,5 42,5
7,50 – 9,00 1,5 3,5 – 3,7 42,5
9,00 – 10,00 1,5 3,7 – 3,9 42,5
10,00 – 11,00 2,0 3,9 – 4,2 45
11,00 – 15,00 2,0 4,2 – 4,9 45
15,00 – 25,00 2,0 4,9 – 6,5 45
25,00 – 40,00 2,0 6,5 – 9,6 45

Keterangan :
Q = Debit aliran (m3/s)
m = Kemiringan tebing saluran
n = Perbandingan lebar dasar saluran dengan kedalaman air dalam
saluran
k = Koefisien kekasaran saluran

Gambar 2.1 Parameter Potongan Melintang Saluran

4
Penentuan nilai b/h, kecepatan aliran, kemiringan tebing saluran
tergantung dari debit, seperti tabel berikut:
Tabel 2.2 Parameter Perhitungan untuk Kondisi Saluran
Q (m3/s) b/h v (m/s) M
0,00 – 0,15 1,0 0,25 – 0,30 1,0 : 1,0
0,15 – 0,30 1,0 0,30 – 0,35 1,0 : 1,0
0,30 – 0,40 1,5 0,35 – 0,40 1,0 : 1,0
0,40 – 0,50 1,5 0,40 – 0,45 1,0 : 1,0
0,50 – 0,75 2,0 0,45 – 0,50 1,0 : 1,0
0,75 – 1,50 2,0 0,50 – 0,55 1,0 : 1,0
1,50 – 3,00 2,5 0,55 – 0,60 1,0 : 1,5
3,00 – 4,50 3,0 0,60 – 0,65 1,0 : 1,5
4,50 – 6,00 3,5 0,65 – 0,70 1,0 : 1,5
6,00 – 7,50 4,0 0,70 1,0 : 1,5
7,50 – 9,00 4,5 0,70 1,0 : 1,5
9,00 – 11,00 5,0 0,70 1,0 : 1,5
11,00 – 15,00 6,0 0,70 1,0 : 1,5
15,00 – 25,00 8,0 0,70 1,0 : 2,0
25,00 – 40,00 10,0 0,70 1,0 : 2,0
40,00 – 80,00 12,0 0,70 1,0 : 2,0

Untuk perencanaan irigasi dipakai:


a. Kecepatan minimum, v = 0,25 m/s
b. Lebar dasar saluran, b = 0,30 m
c. Tinggi jagaan tergantung dari besar debit

Tabel 2.3 Penentuan Tinggi Jagaan


Q (m3/s) W (m)
0,00 – 0,30 0,30
0,30 – 0,50 0,40
0,50 – 1,50 0,50
1,50 – 15,00 0,60
15,00 – 25,00 0,75
> 25,00 1,00

5
a. Perhitungan Dimensi Saluran
1. Penentuan debit (Q)
NFR . C . A
Q = e
1000
2,0 . 1 . 64
= 0,72
1000
= 0,178 m3/s
2. Penentuan kecepatan aliran (v)
v = 0,42 . Q0,182
= 0,42 . 0,1780,182
= 0,307 m/s
3. Penentuan tinggi muka air saluran (h)
h = 0,775 . Q0,284
= 0,775 . 0,1780,284
= 0,475 m
4. Penentuan nilai (n)
n = 3,96 . Q0,25 - m
= 3,96 . 0,1780,25 - 1
= 1,571
5. Penentuan lebar dasar saluran (b)
b = n.h
= 1,571. 0,475
= 0,75 m
6. Hitung luas penampang basah saluran (A)
Q
A =
v
0,178
=
0,307

6
= 0,580 m2

7. Hitung keliling basah saluran (P)


P = b + 2h √ m2 +1
= 0,75 + 2 . 0,475 √ 12 +1
= 2,088 m
8. Penentuan jari-jari hidraulis (R)
A
R =
P
0,580
=
2,088
= 0,278 m
9. Tentukan tinggi jagaan (W)
W = (0,25 . h) + 0,30
= (0,25 . 0,475) + 0,30
= 0,419 m
10. Hitung ketinggi saluran (H)
H = h+W
= 0,475 + 0,419
= 0,893 m
11. Penentuan kemiringan dasar saluran (I)
2
v
I = ( 2/3
)
K. R
2
0, 307
= ( 2/3
)
40 . 0,278
= 0,001
12. Penentuan lebar atas saluran (B)
B = h + 2 . m (h + W)
= 0,475 + 2 . 1 (0,475 + 0,419)
= 2,53 ≈ 3 m
13. Penentuan lebar atas muka air pada saluran (T)

7
T = b+2.m.h
= 0,75 + 2 . 1 . 0,475
= 1,69 m

14. Kontrol nilai debit dengan menggunakan rumus manning


1 1
n = = = 0,025
K 40
1 2/3 1/2
Q = A. .R .I
n
1 2/3 1/2
= 0,580 . . 0, 278 . 0,001
0,025
= 0,178 m3/s (OK)

Koefisien saluran:
Primer = 0,648
Sekunder = 0,72
Tersier = 0,8
NFR = 2,0

8
Tabel 2.4 Rekapitulasi Perhitungan Dimensi Saluran Primer
Saluran Luas Area Q v h n m b A
BOX AZ3 - BB AZ 6 64 0.178 0.307 0.475 1.571 0.75 1.00 0.580
BB AZ 6 - BB AZ 5 128 0.356 0.348 0.578 2.058 1.19 1.00 1.022
BB AZ 5 - BB AZ 3 192.8 0.536 0.375 0.649 2.388 1.55 1.00 1.429
BOX AZ 2 - BB AZ 4 64 0.178 0.307 0.475 1.571 0.75 1.00 0.580
BB AZ 4 - BB AZ 3 128 0.356 0.348 0.578 2.058 1.19 1.00 1.022
BB AZ 3 - BB AZ 1 385.6 1.071 0.425 0.790 3.029 2.39 1.00 2.519
BOX AZ 1- BB AZ 2 128 0.356 0.348 0.578 2.058 1.19 1.00 1.022
BB AZ 2 - BB AZ 1 256 0.711 0.395 0.703 2.636 1.85 1.00 1.802
BB AZ 1 - BENDUNG AZ 771.2 2.380 0.492 0.991 3.419 3.39 1.50 4.840

Tabel 2.4 Rekapitulasi Perhitungan Dimensi Saluran Primer (Lanjutan)


P R W H K I T B Kontrol Q
2.088 0.278 0.419 0.893 0.00100 1.69 2.53 0.178 2.088
2.823 0.362 0.444 1.022 0.00154 2.34 3.23 0.356 2.823
3.386 0.422 0.462 1.111 0.00198 2.85 3.77 0.536 3.386
2.088 0.278 0.419 0.893 0.00100 1.69 2.53 0.178 2.088
2.823 0.362 0.444 1.022 0.00154 2.34 3.23 0.356 2.823
4.629 0.544 0.498 1.288 0.00301 3.97 4.97 1.071 4.629
2.823 0.362 0.444 1.022 0.00154 2.34 3.23 0.356 2.823
3.844 0.469 0.476 1.179 0.00235 3.26 4.21 0.711 3.844
6.964 0.695 0.548 1.539 0.00474 6.36 8.01 2.380 6.964

9
Tabel 2.5 Rekapitulasi Perhitungan Dimensi Saluran Tersier
Saluran Luas Area Q v h n m b A
T1 64 0.160 0.301 0.461 1.505 0.69 1.00 0.532
T2 64 0.160 0.301 0.461 1.505 0.69 1.00 0.532
T3 64.8 0.162 0.302 0.462 1.512 0.70 1.00 0.537
T4 64 0.160 0.301 0.461 1.505 0.69 1.00 0.532
T5 64 0.160 0.301 0.461 1.505 0.69 1.00 0.532
T6 64.8 0.162 0.302 0.462 1.512 0.70 1.00 0.537
T7 64 0.160 0.301 0.461 1.505 0.69 1.00 0.532
T8 64 0.160 0.301 0.461 1.505 0.69 1.00 0.532
T9 64 0.160 0.301 0.461 1.005 0.46 1.00 0.532
T10 64 0.160 0.301 0.461 1.005 0.46 1.00 0.532
T11 64.8 0.162 0.302 0.462 1.012 0.47 1.00 0.537
T12 64.8 0.162 0.302 0.462 1.012 0.47 1.00 0.537

Tabel 2.5 Rekapitulasi Perhitungan Dimensi Saluran Tersier (Lanjutan)


P R W H K I T B Kontrol Q
1.996 0.266 0.415 0.876 0.00094 1.61 2.44 0.160 1.996
1.996 0.266 0.415 0.876 0.00094 1.61 2.44 0.160 1.996
2.006 0.268 0.416 0.878 0.00094 1.62 2.45 0.162 2.006
1.996 0.266 0.415 0.876 0.00094 1.61 2.44 0.160 1.996
1.996 0.266 0.415 0.876 0.00094 1.61 2.44 0.160 1.996
2.006 0.268 0.416 0.878 0.00094 1.62 2.45 0.162 2.006
1.996 0.266 0.415 0.876 0.00094 1.61 2.44 0.160 1.996
1.996 0.266 0.415 0.876 0.00094 1.61 2.44 0.160 1.996
1.765 0.301 0.415 0.876 0.00102 1.38 2.21 0.160 1.765

10
2.3 Pintu Sorong
Pintu sorong merupakan jenis pintu yang dioperasikan dengan menggeser
pintu ke arah vertikal sesuai bukaan yang telah direncanakan. Aliran yang
melewati pintu sorong dapat berupa aliran bebas atau aliran tenggelam. Pada
kondisi aliran tenggelam, kedalaman aliran di hilir sebelum loncatan lebih besar
dari hasil perkalian koefisien kontraksi dan bukaan pintu (y1 > Cc.a). sebaliknya,
pada aliran bebas kedalaman aliran di hilir sebelum loncatan sama dengan hasil
perkalian koefisien kontraksi dan bukaan pintu (a1 = Cc.a) (Qamariyah et al.,
2016).
2.3.1 Perencanaan hidrolis
Rumus debit yang dapat diterapkan dalam analisis untuk pintu sorong
yaitu:
Q = K. μ.a.b.√ 2.g. h 1
Keterangan :
Q = Debit aliran (m3/s)
K = Faktor aliran tenggalam
μ = Koefisien debit
a = Tinggi bukaan pintu (m)
b = Lebar pintu (m)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
h1 = Kedalaman air di depan pintu di atas ambang (m)

Lebar standar pintu sorong untuk pintu pembilas bawah (undersluice)


adalah 0.50 m, 0.75, m, 1.00 m, 1.25 m, dan 1.50 m, kedua ukuran terakhir
memerlukan stang pengangkat.

11
Gambar 2.2 Aliran di bawah pintu sorong dengan dasar horizontal

2.3.2 Kelebihan dan kelemahan dari pintu pembilas bawah


Kelebihan – kelebihan yang dimiliki oleh pintu pembilas bawah
adalah:
a. Tinggi muka air hulu dapat dikontrol dengan tepat
b. Pintu bilas kuat dan sederhana
c. Sedimen yang diangkut oleh saluran hulu dapat melewati pintu bilas.
Kelemahan – kelemahan yang dimiliki oleh pintu pembilas bawah
adalah:
a. Kebanyakan benda – benda hanyut bisa tersangkut di pintu
b. Kecepatan aliran dan muka air hulu dapat dikontrol dengan baik jika
aliran moduler

Gambar 2.3 Koefisien K untuk debit tenggelam (dari Schmidt)

12
Gambar 2.4 Koefisien debit μ masuk permukaan pintu datar dan lengkung

2.3.3 Analisa perhitungan


Tabel 2.6 Hasil perhitungan dimensi saluran
Parameter Ruas 1 Ruas 2 U.1 Ki.1 U.1 Ki.2
Q (m3/dt) 1,07 0,82 0,02 0,03
V (m/dt) 0,45 0,48 0,20 0,20
b (m) 1,50 1,40 0,50 0,30
h (m) 0,75 0,70 0,20 0,30
I (m) 0,00035 0,00043 0,00021 0,00038
k (m1/3/dt) 40 40 60 35
m (m) 1,50 1,50 1,00 1,00
N 2,00 2,00 1,00 1,00
W (m) 0,50 0,50 0,30 0,30
El. Muka air (m) +60,20 +60,15 +59,92 +58,76

a. Saluran Sekunder Ruas 2


Direncanakan 2 pintu, lebar bukaan pintu b = 2 x 1,00 m
Hitung muka air rencana pada Q70% (h70%), sebelah ruas 2 (h2)
h2 = h – 0,18 x h
= 0,70 – 0,18 – 0,70
= 0,57 m
Hitung muka air rencana pada Q70% sebelah ruas 1 (h1)
h1 = h – 0,18 – h
= 0,75 – 0,18 – 0,75

13
= 0,62 m
Dicoba tinggi bukaan pintu (a)
Q
a =
k . μ . b √ 2 . g . h1
Dicoba : h1 / a =4 dan h2 / a = 3
Untuk memperoleh nilai k dan μ dapat dilihat pada gambar 2.2 dan
gambar 2.3 di atas sehingga diperoleh nilai k = 0,70 dan μ = 0,56, jadi
nilai tinggi bukaan pintu diperoleh sebagai berikut:
0,82
a =
0, 70 . 0,56 . 2 . 1,00 √ 2 . 9,81 . 0 ,62
= 0,30 m
Nilai a ini adalah nilai coba – coba, sehingga a sesungguhnya dapat
diperoleh:
0,62
h1 / a =
0,30
= 2,07 m
0,57
h2 / a =
0,30
= 1,90 m
Sehingga pada gambar 2.2 dan 2.3 di atas diperoleh nilai k = 0,70
dan μ = 0,55. Sehingga tinggi bukaan diperoleh:
0,82
a =
0, 70 . 0,55 . 2 . 1,00 √ 2 . 9,81 . 0 ,62
= 0,30 m
Sehingga h100% diperoleh :
h = 100% . h + 0,05
= 0,75 +0,05
= 0,80 m
Elevasi rencana bangunan :
Elevasi muka air bangunan (100%) = + 60,20 m
Elevasi muka air bangunan (70%) = + 60,20 – (h – h2)
= + 60,20 – (0,70 – 0,57)

14
= + 60,07 m
Elevasi rencana dasar saluran = + 60,20 – h1
= + 60,20 – 0,62
= + 59,45 m

b. Saluran Tersier U.1.Ki.1


Direncanakan 1 pintu, lebar bukaan pintu b=0,5 m, debit Q0,02
m3 /dt
Hitung muka air rencana [ada Q70% (h70%), sebelah ruas 2 (h2)
h2 = 0,27 m
h1 = 0,20 m
Dicoba tinggi bukaan pintu (a)
Q
a =
k . μ . b √ 2 . g . h1
Dicoba : h1 / a =4 dan h2 / a = 3
Untuk memperoleh nilai k dan μ dapat dilihat pada gambar 2.2 dan
gambar 2.3 di atas sehingga diperoleh nilai k = 0,70 dan μ = 0,56, jadi
nilai tinggi bukaan pintu diperoleh sebagai berikut:
0,82
a =
0, 70 . 0,56 . 0,50 √ 2 . 9,81 . 0 ,27
= 0,04 m
Nilai a ini adalah nilai coba – coba, sehingga a sesungguhnya dapat
diperoleh:
h1 / a = 6,75 m
h2 / a = 5,00 m
Sehingga pada gambar 2.2 dan 2.3 di atas diperoleh nilai k = 0,70
dan μ = 0,56. Sehingga tinggi bukaan diperoleh:
0,82
a =
0, 70 . 0,56 . 0,50 √ 2 . 9,81 . 0 ,27
= 0,054 m atau 0,06 m
Sehingga h100% diperoleh :
h = 100% . h + 0,05

15
= 0,20 +0,05
= 0,25 m
Elevasi rencana bangunan :
Elevasi muka air bangunan (100%) = + 59,92 m
Elevasi muka air bangunan (70%) = + 59,92 – z
= + 59,92 – 0,20
= + 59,72 m
Elevasi ambang = + 60,07 – 0,27
= + 59,80
Tinggi ambang = +59,80 – 59,45
= 0,35 m
2.4 Bangunan Terjun
Apabila kemiringan permukaan tanah lebih curam dari kemiringan
maksimum saluran yang diizinkan maka digunakan bangunan terjun. Bangunan
terjun terdiri dari bangunan terjun tegak jika tinggi energi di saluran < 1.50 m, dan
bangunan terjun miring jika tinggi energinya > 1.50 m.
a. Bangunan terjun tegak saluran O’-C
Tabel 2.7 data saluran
Parameter Ruas O-O’ Ruas O’-B Ruas O’-A Ruas O’-C
Q (m3 / dt) 4,043 1,611 0,50 1,528
V (m / dt) 0,541 0,458 0,37 0,454
b (m) 4,740 2,626 1,484 2,537
h (m) 1,254 0,887 0,637 0,874
I (m) 0,00331 0,0089 0,0035 0,0095
m (m) 1,50 1,50 1,00 1,50
n 4,115 2,961 2,33 2,903
w (m) 0,70 0,50 0,45 0,519

Dik elevasi air di pintu = + Elevasi air di hulu – Kehilangan di pintu


= + 44.12 – 0.10
= + 44.02 m

16
Gambar 2.5 Ilustrasi peristilahan yang berhubungan dengan bangunan peredam
energi
Perencanaan Hidrolis :
Tentukan H1 = hsal + v2/2 x g
= 0,875 + (0,454)2 / 2 x 9,81
= 0.886 m
Tentukan ∆ Z = (Elevasi muka air hulu + v2 / 2 x g) – Elevasi muka air
hilir
= (44.02 + 0.4542 / 2 x 9.81) – 42.80
= 1.231 m
Tentukan qkritis =Q/b
= 1.528 / 2.537
= 0.602 m
Analisis ambang lebar pada bangunan terjun
Q50% = 0.50 x 1.528
= 0.764

H100% = [ Q100%
1.71 x b ] 2/3

= [ 1.528
1.71 x 2.537 ] 2/3

= 0.499 m

H50% = [ Q50%
1.71 x b ] 2/3

17
= [ 0.764
1.71 x 2.537 ] 2/3

= 0.314 m
h50%
Yc =
2
0.314
=
2
= 0.157 m
Hitung analisis kecepatan terjun
Vu = √2 x g x h
= √ 2 x 9.81 x 1.231
= 4.914 m/dt
q
Yu =
vu
0.602
=
4.914
= 0.123
Cari bilangan froude
vu
Fr =
√g x yu
4.914
=
√ 9.81 x 0.123
= 4.474
Lihat KPO4 hal 70 untuk mendapatkan nilai
LP
= 1.4
∆x
LP = ∆ x . 1,4
= 1,231 . 1,4
= 1,7234 m
yd
= 0,52
∆x
yd = ∆ x . 0,52
= 1,231 . 0,52

18
= 0,6401 m
2
v
Hd = yd +
2. g
2
0.454
Hd = 0,6501 +
2 . 9,81
= 0.651 m
Direncanakan, dicoba y2 = H1 = 0,70 M
y2 0,7
=
yu 0,123
= 5,691

Gambar 2.6 Grafik tak berdimensi dari geometrik bangunan terjun tegak

Hitung tinggi ambang hilir


y u (18+Fr)
n =
18
0,123(18+ 4,474)
=
18
= 0,154 m
Hitung panjang ambang (L)
L =n.2
= 0,154 . 2
= 0,308 m
Kontrol kedalaman terjun, untuk kedalaman loncatan
Yd ≤ n + Y2 = 0,6401 ≤ 0,154 + 0,7

19
0,6401 ≤ 0,854 ... OK
Tentukan panjang loncatan (Lj)
Lj = 1,1 . H1 . ∆x
= 1,1 . 0,886 . 1,231
= 1,20 m
LB = Lp + lj
= 1,723 + 1,20
= 2,923 m ........ didulatkan 3,00 m

Cari tinggi ambang depan (P)

P = 0,28 . yu .
√ yu
∆z

P = 0,28 . 0,123
√ 0,123
1,231
= 0,011 m

2. Bangunan terjun miring


Diketahui elevasi air = + Elevasi air hulu – Kehilangan di pintu
= + 44,12 – 0,10 – 0,12
= + 43,90 m
Perencanaan Hidrolis :
Tentukan H1 = hsal + v2/2.g
= 0,657 + (0,37)2 / 2 . 9,81
= 0,644 m
Tentukan ∆z = (Elevasi muka air hulu + v 2 / 2 . g) – Elevasi muka air
hilir
= (43,90 + 0,372 / 2 . 9,81) – 42,50
= 1,407 m

Analisis ambang lebar pada bangunan terjun


Q70% = 0,70 . 0,50

20
= 0,35 m3/dt
H70% = hsal – 0,18 h
= 0,637 – 0,18 . 0,637
= 0,5223 m
A70% = b + m . h70%
= 1,484 + 1 . 0,5223
= 2,01 m
H70% = h70% + v2 / 2 . g
= 0,5223 + (0,174)2 / 2 . 9,81
= 0,524
Analisis kecepatan terjun

Vu
√ 1
= 2 . g( H + ∆ z)
2

√ 1
= 2 .9 , 81( . 0,644 +1,407)
2
= 5,824 m/dt
Q
Yu =
vu . b
0,50
=
5,824 . 1,484
= 0,058
Cari bilangan Froude :
vu
Fr =
√g x yu
5,824
=
√ 9 ,81 . 0,058
= 7,721
Direncanakan, dicoba nilai L1 = 3,00 m
Koefisien debit (cd) = 0,93 + H1 / L1 . 0,1
= 0,93 + (0,644 / 3) . 0,1
= 0,951

21
Q70% = cd .
2
3 √ 2
3
. g . b. H70%

2
√ 2 3
0,35 = 0,951 . . 9,81 . B . 0,524 2
3 3
B = 0,223 m
Q 70%
Qkritis =
B
0 , 35
=
0,223
= 1,57 m3 / dt

[ ]
2
q 1/3
Yc = hc =
g

[ ]
2
1,57 1/3
=
9,81
= 0,631 m
∆z 1,407
=
hc 0,631
= 2,229
Syarat ;
∆z
Z< < 1,50 = 2 < 2,229 < 1,50
hc
Jadi L sesungguhnya = 3 . hc + 0,1 . ∆ z
= 3 . 0,631 + 0,1 . 1,407
= 2,034 m
Tentukan tinggi ambang di hilir (a)

A = 0,28 . hc .
√ hc
∆z
= 0,28 . 0,631 .
√ 0,631
1,407
= 0,118 m
Tentukan panjang ambang hilir
L =2.a
= 2. 0,118
= 0,236 m

22
Tentukan jari-jari hidrolis terjun
R = Elevasi udik – Elevasi kolam
= (44,12 - 0,631) – 41,45
= 2,039 m
Syarat panjang lantai kolam olakan L2 ≥ 1,5 . R
L2 = 1,5 . 2,039
= 3,059 m
( t+w ) . m
L2 = + 0,459 . 1,0
tan 45
= 1,868 m
Jadi L2 sesungguhnya yang digunakan adalah L2 = 3,059 M
( t+w ) . m
L2 = + 0,459 . 1,0
tan 45
( 0,637 + 0,459 ) . 1,0
= + 0,459 . 1,0
tan 45
= 1,555 m

Lambang = 2 . 0,2 .
√ H1
∆z
. H1

= 2 . 0,2 .
√ 0,656
1,407
. 0,656

= 0,172 m
L
Tambang =
2
0,172
=
2
= 0,086 m

2.5 Bangunan Pembawa


Dalam saluran terbuka, ada berbagai bangunan yang digunakan untuk
membawa air dari satu ruas hulu ke ruas hilir. Bangunan-bangunan ini bisa dibagi
menjadi dua kelompok sesuai jenis aliran hidrolisnya yaitu:
1. Bangunan-bangunan dengan aliran subkritis, dan

23
2. Bangunan-bangunan dengan aliran superkritis.
Contoh untuk kelompok bangunan pertama adalah gorong-gorong, flum,
talang dan sipon. Contoh untuk kelompok kedua adalah bangunan- bangunan
pengukur dan pengatur debit, bangunan terjun serta got miring.

2.6 Kelompok Subkritis


2.6.1 Perencanaan Hidrolis
a. Kecepatan di Bangunan Pembawa
Untuk membatasi biaya pelaksanaan bangunan pembawa subkritis,
kecepatan aliran di bangunan tersebut dibuat lebih besar daripada
kecepatan di ruas saluran hulu maupun hilir.
Untuk menghindari terjadinya gelombang-gelombang tegak di
permukaan air dan untuk mencegah agar aliran tidak menjadi kritis akibat
berkurangnya kekasaran saluran atau gradien hidrolis yang lebih curam,
maka bilangan Froude dari aliran yang dipercepat tidak boleh lebih dari
0,5.

Dengan istilah lain,


va
Fr = ≤ 0,5
√g A/B
Dimana:
Fr = bilangan Froude
va = kecepatan rata-rata dalam bangunan, m/dt
g = percepatan gravitasi, m/dt2
A = luas aliran, m2
B = lebar permukaan aliran terbuka,
Kecepatan aliran rata–rata di saluran pembawa terbuka dapat
dihitung dengan persamaan Strickler/Manning.
Untuk pipa sipon beraliran penuh, lebar permukaan air sama
dengan nol, jadi bilangan Froude tidak bisa ditentukan. Kecepatan yang

24
diizinkan di dalam pipa diakibatkan oleh optimasi ekonomis bahan
konstruksi, biaya, mutu konstruksi dan kehilangan tinggi energi yang ada.
Untuk sipon yang relatif pendek, biasanya kecepatan alirannya kurang dari
2 m/dt.

2.6.2 Kehilangan Akibat Gesekan


Kehilangan energi akibat gesekan dapat dihitung dengan persamaan
berikut.
2 2
v L 2gL v
ΔHf = 2
= 2 x
C R C R 2g
Dimana:
ΔHf = kehilangan akibat gesekan, m
v = kecepatan akibat gesekan, m/dt
L = panjang bangunan, m
R = jari-jari hidrolis, m (A/P)
A = luas basah, m2
P = keliling basah, m
C = koefisien Chezy (= k R1/3)
k = kofisien kekasaran Strikler, m1/3/dt (lihat tabel 2..)
g = percepatan gravitasi, m/dt2
Tabel 2.7 Harga-harga k

2.6.3 Kehilangan Energi Pada Peralihan


Untuk peralihan dalam saluran terbuka di mana bilangan Froude aliran
yang dipercepat tidak melebihi 0,5, kehilangan energi pada peralihan masuk
dan peralihan keluar ΔHmasuk atau ΔHkeluar dinyatakan mamakai rumusan Borda:

25
( )
2
ΔHmasuk = Ɛmasuk x
( va - v1)
2xg

(( )
2
ΔHkeluar = Ɛkeluar x
va - v1 )
2xg
Dimana:
Ɛmasuk’keluar = faktor kehilangan energi yang bergantung kepada bentuk
hidrolis peralihan dan apakah kehilangan itu pada
peralihan masuk atau keluar
va = kecepatan rata-rata yang dipercepat dalam bangunan
pembawa, m/dt
v1’ v2 = kecepatan rata–rata di saluran hulu (v 1) atau hilir (v2),
m/dt

Harga-harga faktor kehilangan energi untuk peralihan yang biasa


dipakai dengan permukaan air bebas diperlihatkan pada Gambar 2.. Faktor-
faktor yang diberikan untuk perencanaan-perencanaan ini tidak hanya berlaku
untuk gorong-gorong, tetapi juga untuk peralihan talang dan saluran flum
pembawa.
Dalam hal ini ada tiga tipe peralihan yang dianjurkan. Anjuran ini
didasarkan pada kekuatan peralihan, jika bangunan dibuat dari pasangan batu.
Jika peralihan itu dibuat dari beton bertulang, maka akan lebih leluasa dalam
memilih tipe yang dikehendaki, dan pertimbangan – pertimbangan hidrolik
mungkin memainkan peranan penting.
Bila permukaan air di sebelah hulu gorong-gorong sedemikian
sehingga pipa gorong – gorong itu mengalirkan air secara penuh, maka
bangunan ini biasa disebut sipon. Aliran penuh demikian sering diperoleh
karena pipa sipon condong ke bawah di belakang peralihan masuk dan
condong ke atas lagi menjelang sampai di peralihan keluar.
Kehilangan peralihan masuk dan keluar untuk sipon seperti ini, atau
saluran pipa pada umumnya, lain dengan kehilangan untuk peralihan aliran
bebas.

26
Gambar 2.8 Koefisien kehilangan tinggi energi untuk peralihan – peralihan
dari bentuk trapesium ke segi empat dengan permukaan air bebas (dan
sebaliknya)

27
Gambar 2.9 Koefisien kehilangan tinggi energi untuk peralihan – peralihan
dari bentuk trapesium ke pipa (dan sebaliknya)

Harga-harga Ɛmasuk dan Ɛkeluar untuk peralihan-peralihan yang biasa


digunakan dari saluran trapesium ke pipa, dan sebaliknya, ditunjukkan pada
Gambar 2.. Alasan dianjurkannya penggunaan tipe-tipe tersebut adalah, karena
dipandang dari segi konstruksi tipe-tipe itu mudah dibuat dan kuat.

2.6.4 Bagian Siku dan Tikungan


Bagian siku dan tikungan dalam sipon atau pipa menyebabkan
perubahan arah aliran dan, sebagai akibatnya, perubahan pembagian kecepatan
pada umumnya. Akibat perubahan dalarn pembagian kecepatan ini, ada
peningkatan tekanan piesometris di luar bagian siku atau tikungan, dan ada
penurunan tekanan di dalam. Penurunan ini bisa sedemikian sehingga aliran
terpisah dari dinding padat (solid boundary). dan dengan demikian
menyebabkan bertambahnya kehilangan tinggi energi akibat turbulensi/olakan.

28
Gambar 2.10 Peralihan Aliran pada Bagian Siku

Kehilangan energi pada bagian siku dan tikungan, ΔHb yang


jumlahnya lebih besar dari kehilangan akibat gesekan (lihat Persamaan 5.2.)
bisa dinyatakan sebagai fungsi tinggi kecepatan di dalam pipa itu:
2
v
ΔHb = Kb
2xg
Dimana Kb adalah koefisien kehilangan energi, yang harga – harganya
akan disajikan di bawah ini.

1. Bagian Siku
Untuk perubahan arah aliran yang mendadak (pada bagian siku),
koefisien kehilangan energi Kb ditunjukkan pada Tabel 2. Seperti tampak pada
Tabel, harga– harga Kb untuk profil persegi ternyata lebih tinggi daripada
untuk profil bulat. Hal ini disebabkan oleh pembagian kecepatan yang kurang
baik dan turbulensi yang timbul di dalam potongan segi empat.
Tabel 2.8 Harga-harga Kb untuk bagian siku sebagai fungsi sudut dan
potongannya

2. Tikungan
Kehilangan energi pada tikungan di dalam saluran pipa tekan (conduit)
yang mengalirkan air secara penuh, di samping kehilangan akibat gesekan
dalam Persamaan 5.2, dapat dinyatakan sebagai fungsi nilai banding R b/D, di

29
mana Rb adalah jari-jari tikungan dan D adalah diameter pipa atau tinggi
saluran segi empat pada tikungan tersebut Gambar 2.10 menyajikan harga-
harga Kb yang cocok untuk tikungan saluran berdiameter besar dengan
tikungan 900.
Gambar tersebut menunjukkan bahwa jika nilai banding Rb/D
melebihi 4, maka harga Kb menjadi hampir konstan pada 0,07, jadi, tikungan
berjari – jari lebih besar tidak lebih menghemat energi.
Untuk tikungan-tikungan yang tidak 90 0, harga Kb pada Gambar 2.11
dikoreksi dengan sebuah faktor seperti yang disajikan pada Gambar 2.12.
Harga-harga faktor ini diberikan sebagai fungsi sudut α.

Gambar 2.11 Harga-harga Kb Gambar 2.12 Faktor koreksi untuk


untuk tikungan 900 pada saluran koefisien kehilangan di tikungan
tertutup pada saluran tertutup

2.7 Gorong-Gorong
Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air
(saluran irigasi atau pembuang) melewati bawah jalan air lainnya (biasanya
saluran), bawah jalan, atau jalan kereta api.
Gorong-gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil daripada
luas basah saluran hulu maupun hilir. Sebagian dari potongan melintang mungkin
berada diatas muka air. Dalam hal ini gorong-gorong berfungsi sebagai saluran
terbuka dengan aliran bebas.
Karena alasan-alasan pelaksanaan, harus dibedakan antara gorong-gorong
pembuang silang dan gorong-gorong jalan:

30
1. Pada gorong-gorong pembuang silang, semua bentuk kebocoran harus
dicegah. Untuk ini diperlukan sarana-sarana khusus
2. Gorong-gorong jalan harus mampu menahan berat beban kendaraan.
2.7.1 Kecepatan aliran
Kecepatan yang dipakai di dalam perencanaan gorong-gorong
bergantung pada jumlah kehilangan energi yang ada dan geometri lubang
masuk dan keluar. Untuk tujuan-tujuan perencanaan, kecepatan diambil: 1,5
m/dt untuk gorong-gorong di saluran irigasi dan 3 m/dt untuk gorong-gorong
di saluran pembuang.

2.7.2 Ukuran – ukuran Standar


Hanya diameter dan panjang standar saja yang mempunyai harga
praktis. Diameter minimum pipa yang dipakai di saluran primer adalah 0,60
m.

2.7.3 Penutup Minimum


Penutup di atas gorong-gorong pipa di bawah jalan atau tanggul yang
menahan berat kendaraaan harus paling tidak sama dengan diameternya,
dengan minimum 0,60 m. Gorong-gorong pembuang yang dipasang di bawah
saluran irigasi harus memakai penyambung yang kedap air, yaitu dengan ring
penyekat dari karet Seandainya sekat penyambung ini tidak ada, maka semua
gorong-gorong di bawah saluran harus disambung dengan beton tumbuk atau
pasangan.

2.7.4 Gorong-Gorong Segi Empat


Gorong-gorong segi empat dibuat dari beton bertulang atau dari
pasangan batu dengan pelat beton bertulang sebagai penutup. Gorong-gorong
tipe pertama terutama digunakan untuk debit yang besar atau bila yang
dipentingkan adalah gorong-gorong yang kedap air. Gorong-gorong dari
pasangan batu dengan pelat beton bertulang sangat kuat dan pembuatannya
mudah. Khususnya untuk tempat-tempat terpencil, gorong – gorong ini sangat

31
ideal Gambar 5.8 menyajikan contoh tipe gorong-gorong yang telah dijelaskan
di atas.

Gambar 2.13 Gorong-Gorong Segi Empat

2.7.5 Perencanaan Hidrolis


Perencanaan bangunan pendukung goron–gorong saluran O – A
diketahui:
Lebar jalan (b) = 6 m
Panjang gorong-gorong (L) = 6 + (2 x 100) = 8 m
Koefisien (K) = 70
Kecepatan aliran dalam gorong-gorong disyaratkan 1,5 m/dt – 3 m/dt
Direncanakan kecepatan (vg) = 1,50 m/dt
Q 0,50
Luas penampang basah gorong-gorong (Ag) = = = 0,333 m2
vg 1,50
Direncanakan gorong-gorong penampang persegi (hg = hsal )
Ag = bg x hsal
0,333 = bg x 0,637
bg = 1,913 m
Keliling basah (P)
P = bg + 2 x hg
= 1,913 + 2 x 0,637
= 3,187 m
Jari-jari hidrolis (R)
Ag
R =
P

32
0,333
=
3,187
= 0,104 m
Berdasarkan gambar 2.. dengan merencanakan jenis koefisien
peralihan diperoleh Ɛmasuk = 0,20 dan Ɛkeluar = 0,40

Kehilangan energi pada peralihan

( ) sin α
2 4
v s
hf1 =cx dimana c = ꞵ 3
2xg b
Direncanakan pada kisi penyaring digunakan kisi-kisi yang
berdiameter 15 mm dengan jarak antara besi 5 cm, kemiringan yang
digunakan α = 600, berdasarkan faktor bentuk untuk besi/jeruji bulat diperoleh
ꞵ = 1,80, sehingga:

( )
4
0,015 3
c = 1,80 x x sin 600 = 0,313
0,05

( )
2
0,37
hf1 = 0,313 x = 2,2 x 10-3 = 0,0022 m
2 x 9,81
Kehilangan energi masuk

( )
2
hf2 = Ɛmasuk x
( v- v g )
2xg

= 0,2 x (
( 0,37 - 1,50 )2
2 x 9,81
= 0,0132 m )
Kehilangan akibat geseakan sepanjang gorong–gorong

( ) ( )
2
cf x v g vg x L
hf3 = = 2 dan C = K x R1/6
2xg C xR

( )( )
2 2
vg x L 1,5 x 8
hf3 = 4 = 4 = 0,076 m
2 2
K xR 3
70 x 0,1043
Kehilangan energi keluar

( )
2
hf4 = Ɛkeluar x
( v- v g )
2xg

33
= 0,40 x ( ( 1,50 - 0,37 )2
2 x 9,81 )= 0,026 m

Total kehilangan energi pada gorong-gorong adalah


hf total = hf1 + hf2 + hf3 + hf4
= 0,0022 + 0,013 + 0,076 + 0,026
= 0,1172 m

34
Tabel 2.9 Rekapitulasi Perhitungan Gorong-Gorong
Nama Gorong Gorong Q vs bs hs Lg vg K Ag bg P R Ɛmasuk Ɛkeluar
BB AZ 1 - BB AZ 2 0.711 0.395 1.855 0.703 8 1.5 70 0.474 0.674 2.081 0.228 0.2 0.4
BB AZ 1 T12 0.162 0.302 0.468 0.462 8 1.5 70 0.108 0.234 1.158 0.093 0.2 0.4
BB AZ 1 T11 0.162 0.302 0.468 0.462 8 1.5 70 0.108 0.234 1.158 0.093 0.2 0.4
BB AZ 2 - T 10 0.160 0.301 0.463 0.461 8 1.5 70 0.107 0.232 1.153 0.093 0.2 0.4
BB AZ 3 - BB AZ 4 0.356 1.189 1.189 0.578 8 1.5 70 0.237 0.410 1.566 0.151 0.2 0.4
BB AZ 3 - T6 0.162 0.302 0.699 0.462 8 1.5 70 0.108 0.234 1.158 0.093 0.2 0.4

Tabel 2.9 Rekapitulasi Perhitungan Gorong-Gorong (Lanjutan)


s b α ꞵ C hf1 hf2 hf3 hf4 htotal
0.015 0.05 60 1.8 0.0042 0.046 0.0125 0.00000330 0.0249 0.0838
0.015 0.05 60 1.8 0.0042 0.046 0.0146 0.00000009 0.0293 0.0904
0.015 0.05 60 1.8 0.0042 0.046 0.0146 0.00000009 0.0293 0.0904
0.015 0.05 60 1.8 0.0042 0.046 0.0147 0.00000009 0.0293 0.0904
0.015 0.05 60 1.8 0.0042 0.046 0.0010 0.00000064 0.0020 0.0494
0.015 0.05 60 1.8 0.0042 0.046 0.0146 0.00000009 0.0293 0.0904

35
2.8 Talang
Talang (Gambar 5.11) adalah saluran buatan yang dibuat dari pasangan
beton bertulang , kayu atau baja maupun beton ferrocement , didalamnya air
mengalir dengan permukaan bebas, dibuat melintas lembah dengan panjang
tertentu (umumnya dibawah 100 m , saluran pembuang, sungai, jalan atau rel
kereta api,dan sebagainya. Dan saluran talang minimum ditopang oleh 2 (dua)
pilar atau lebih dari konstruksi pasangan batu untuk tinggi kurang 3 meter (beton
bertulang pertimbangan biaya) dan konstruksi pilar dengan beton bertulang untuk
tinggi lebih 3 meter.
2.8.1 Potongan Melintang
Potongan melintang bangunan tersebut ditentukan oleh nilai banding
b/h, dimana b adalah lebar bangunan dan h adalah kedalaman air. Nilai-nilai
banding berkisar antara 1 sampai 3 yang menghasilkan potongan melintang
hidrolis yang lebih ekonomis.

2.8.2 Kemiringan dan Kecepatan


Kecepatan di dalam bangunan lebih tinggi daripada kecepatan
dipotongan saluran biasa. Tetapi, kemiringan dan kecepatan dipilih sedemikian
rupa sehingga tidak akan terjadi kecepatan superkritis atau mendekati kritis,
karena aliran cenderung sangat tidak stabil. Untuk nilai banding potongan
melintang kemiringan maksimum I = 0,002.

2.8.3 Perencanaan Hidrolis


Perencanaan bangunan pendukung talang pada saluran O – B dengan
karakteristik talang:
a. Lebar Sungai 12 m
b. Direncanakan panjnag total talang L = 12 + (2 x 5) = 22 m
c. Koefisien (K) = 70
Direncanakan btalang = 1 m dengan kecepatan rencana talang v talang = 1
m/dt

36
Hitung luas penampang basah talang (At)
Q 1,611
At = = = 1,611 m2
v t 1,00
At = bt x ht
At 1,611
ht = = = 1,611 m
bt 1,00
Kontrol kecepatan aliran
vt > vsal = 1,00 > 0,458 … ok
Hitung keliling basah talang (Pt)
Pt = bt + 2 x ht
= 1,00 + 2 x 1,611 = 4,222 m
Hitung jari-jari hidrolis talang (Rt)
At 1,611
Rt = = = 0,382 m
P t 4,222
Hitung kemiringan talang (It)

( )
2 2
vt vt
It = 4 = 2
2 3
K xR 3
Kx R

( )
2
1,00
= 2 = 0,00074
70 x 0,383
Hitung kontrol
It < 2 x 10-3
0,00074 < 0,002 … ok
Hitung kontrol aliran kritis (hc)
Q 1,611
qc = = = 1,611 m3/dt
bt 1,00

( ) ( ) = 0,642 m
2 1 2 1
qc 3 1,611 3
hc = =
g 9,81
hc < ht = 0,642 < 1,611 … ok
Kehilangan energi pada peralihan, kehilangan energi pada kisi-kisi
penyaringan dihitung dengan rumus:

37
()
2 4
v ∅
hf1 =Cx dan C = ꞵ x 3
sin α
2xg b
Direncanakan kisi-kisi penyaring digunakan besi berdiameter 15 mm
dengan jarak antara besi (b) = 5 cm. Kemiringan pemasangan kisi-kisi adalah
α = 600, berdasarkan faktor bentuk untuk besi/jeruji bulat diperoleh ꞵ = 1,80,
sehingga kehilangan energi di penyaringan adalah:

( )
4
0,015 3
C = 1,80 x sin 600 = 0,313
0,05
2
0,458
hf1 = 0,313 x = 0,0033 m
2 x 9,81
Berdasarkan gambar 2.. dengan merencanakan jenis peralihan V
diperoleh Ɛmasuk = 0,20 dan Ɛkeluar = 0,40
Hitung kehilangan energi pada peralihan masuk

( )
2
hf2 = Ɛmasuk x
( v- v t )
2xg

= 0,20 x (
( 0,458- 1,00 )2
2 x 9,81
= 0,015 m )
Hitung kehilangan energi akibat gesekan di sepanjang talang

( ) ( )
2
cf x v t vt x L
hf3 = = 2 dan C = K x R1/6
2xg C xR

( )( )
2 2
vt x L 1,00 x 22
hf3 = 4 = 4 = 0,0162 m
2 2
K xR 3
70 x 0,3823
Hitung kehilangan energi pada peralihan keluar

( )
2
hf4 = Ɛkeluar x
( v- v t )
2xg

= 0,40 x ( ( 0,458 - 1,00 )2


2 x 9,81
= 0,006 m )
Sehingga kehilangan energi total yang terjadi pada talang adalah:
hf total = hf1 + hf2 + hf3 + hf4
= 0,0033 + 0,015 + 0,0162 + 0,006 = 0,1172 m
Syarat hf total < 10 cm … aman

38
39
Tabel 2.9 Rekapitulasi Perhitungan Talang
bsungai Isungai Ltotal K Q btalang v Vtalang Atalang htalang Kontrol v Ptalang Rtalang Italang
12 5 22 70 0.356 0.8 0.348 1 0.356 0.444 Ok 0.711 0.5 0.00000142

Tabel 2.9 Rekapitulasi Perhitungan Talang (Lanjutan)


Kontrol I qc hc Kontrol C Ɛmasuk Ɛkeluar hf1 hf2 hf3 hf4 hftotal Syarat
OK 0.444 0.0067 Ok 0.0042 0.2 0.4 0.0206 0.0043 0.000094 0.0087 0.034 Ok

40
2.9 Sipon
Sipon adalah bangunan yang membawa air melewati bawah saluran lain
(biasanya pembuang) atau jalan. Pada sipon air mengalir karena tekanan.
Perencanaan hidrolis sipon harus mempertimbangkan kecepatan aliran,
kehilangan pada peralihan masuk, kehilangan akibat gesekan, kehilangan pada
bagian siku sipon serta kehilangan pada peralihan keluar.
Diameter minimum sipon adalah 0,60 m untuk memungkinkan
pembersihan dan inspeksi.
Karena sipon hanya memiliki sedikit fleksibilitas dalam mengangkut lebih
banyak air daripada yang direncana, bangunan ini tidak akan dipakai dalam
pembuang. Walaupun debit tidak diatur, ada kemungkinan bahwa pembuang
mengangkut lebih banyak benda-benda hanyut.
Agar pipa sipon tidak tersumbat dan tidak ada orang atau binatang yang
masuk secara kebetulan, maka mulut pipa ditutup dengan kisi-kisi penyaring
(trashrack).
Biasanya pipa sipon dikombinasi dengan pelimpah tepat di sebelah hulu
agar air tidak meluap di atas tanggul saluran hulu.
Di saluran-saluran yang lebih besar, sipon dibuat dengan pipa rangkap
(double barrels) guna menghindari kehilangan yang lebih besar di dalam sipon
jika bangunan itu tidak mengalirkan air pada debit rencana. Pipa rangkap juga
menguntungkan dari segi pemeliharaan dan mengurangi biaya pelaksanaan
bangunan.
Sipon yang panjangnya lebih dari 100 m harus dipasang dengan lubang
periksa (manhole) dan pintu pembuang, jika situasi memungkinkan, khususnya
untuk jembatan sipon.
Pemasangan sipon (yang panjangnya lebih dari 100 m) memerlukan
seorang ahli mekanik dan hidrolik.
2.9.1 Kecepatan Aliran
Untuk mencegah sedimentasi kecepatan aliran dalam sipon harus
tinggi. Tetapi, kecepatan yang tinggi menyebabkan bertambahnya kehilangan
tinggi energi. Oleh sebab itu keseimbangan antara kecepatan yang tinggi dan

41
kehilangan tinggi energi yang diizinkan harus tetap dijaga. Kecepatan aliran
dalam sipon harus dua kali lebih tinggi dari kecepatan normal aliran dalam
saluran, dan tidak boleh kurang dari 1 m/dt, lebih disukai lagi kalau tidak
kurang dari 1,5 m/dt Kecepatan maksimum sebaiknya tidak melebihi 3 m/s.

2.9.2 Perapat Pada Lubang Masuk Pipa


Bagian atas lubang pipa berada sedikit di bawah permukaaan air
normal ini akan mengurangi kemungkinan berkurangnya kapasitas sipon
akibat masuknya udara ke dalam sipon. Kedalaman tenggelamnya bagian atas
lubang sipon disebut air perapat (water seal).
Tinggi air perapat bergantung kepada kemiringan dan ukuran sipon,
pada umumnya:
1,1 Δhv < air perapat < 1,5 Δhv (sekitar 0,45 m, minimum 0,15 m) di mana:
Δhv = beda tinggi kecepatan pada pemasukan.

2.9.3 Kisi-Kisi Penyaring


Kisi–kisi penyaring harus dipasang pada bukaan/lubang masuk
bangunan di mana benda –benda yang menyumbat menimbulkan akibat –
akibat yang serius, misalnya pada sipon dan gorong – gorong yang panjang.
Kisi – kisi penyaring dibuat dari jeruji–jeruji baja dan mencakup seluruh
bukaan. Jeruji tegak dipilih agar bisa dibersihkan dengan penggaruk (rake).
Kehilangan tinggi energi pada kisi – kisi penyaring dihitung dengan:
2
v
hf1 =Cx dan
2xg

( ) sin α
4
s
C =ꞵx 3
b
Dimana:
hf = kehilangan tinggi energi, m
v = kecepatan melalui kisi-kisi, m/dt
g = percepatan gravitasi
c = koefisien berdasarkan

42
ꞵ = faktor bentuk (2,4 untuk segi empat dan 1,8 untuk jeruji
bulat)
s = tebal jeruji, m
b = jarak bersih antar jeruji, m
α = sudut kemiringan dari bidang horizontal

2.9.4 Perencanaan Hidrolis


Diketahui debit (Q) saluran 1,528 m3/dt, kecepatan aliran (v) 0,454
m/dt, dengan kedalaman saluran (h) 0,875 m serta lebar saluran (b) 2,537 m,
kecepatan hidrolis aliran dalam shypon direncanakan sebesar (vs) 1,5 m/dt.
Elevasi feil lokasi bangunan +44,80 m dan elevasi dasar sungai +40,80 m.
Perhitungan hidrolis shypon
Kecepatan rencana shyphon (vs) = 1,50 m/dt
Hitung luas penampang basah shyphon
Q 1,528
As = = = 1,019 m2
v s 1,50
Tentukan diameter shyphon
1
As = π d2
4
4 x A s 4 x 1,019
d2 = = = 1,279
π 3,14
d = 1,139 m
Koreksi kembali
1 1
As = π d2 = x 3,14 x 1,1392 = 1,019 m2
4 4
Q 1,528
vs = = = 1,5 m/dt
A 1,019
Hitung keliling basah shyphon (Ps)
1 1
Ps = π d = x 3,14 x 1,139 = 0,895 m
4 4
Hitung jari-jari hidrolis shyphon (Rs)
1 1
Rs = d = x 1,139 = 0,285 m
4 4

43
Tentukan kedalaman shyphon = feil lokasi bangunan – elevasi dasar
sungai
H = 44,80 – 40,80 = 4 m, kedalaman galian 1 m, sehingga H = 5 m
Direncanakan sudut peralihan masuk α = 300 dan sudut peralihan
keluar α = 22,50, sehingga:
5 5
sin α1 = , L1 = = 10 m
L1 sin 30°
5 5
sin α2 = , L2 = = 13,066 m
L2 sin 22,5°
Panjang total shyphon
Ls = L1 + L2 + L3
= 10 + 13,066 + 15,60
= 38,666 m
Hitung analisis kehilangan energi

( ) sin α
2 4
v s
hf1 =Cx dan C = ꞵ x 3
2xg b
Direncanakan kisi-kisi penyaring digunakan besi berdiameter 15 mm
dengan jarak antara besi (b) = 5 cm. Kemiringan pemasangan kisi-kisi adalah
α = 600, berdasrkan faktor bentuk untuk besi/jeruji bulat diperoleh ꞵ = 1,80,
sehingga kehilangan energi di penyaringan adalah:

( )
4
0,015 3
C = 1,80 x sin 600 = 0,313
0,05
2
0,458
hf1 = 0,313 x = 0,0033 m
2 x 9,81
Berdasarkan gambar 2.8 dengan merencanakan α 1 = 300 diperoleh Kb =
0,11 dan α2 = 22,50 diperoleh Kb = 0,05 sehingga kehilangan energi pada
bagian siku dan tikungan adalah:
Hitung kehilangan energi pada peralihan masuk
2 2
vs 1,50
hf2 = Kb x = (0,11+0,5) x = 0,018 m
2xg 2 x 9,81

44
Gambar 2.14 Harga-Harga Kd dan Faktor Koreksi

Berdasarkan gambar 2.8 dengan merencanakan jenis peralihan V


diperoleh Ɛmasuk = 0,20 dan Ɛkeluar = 0,40
Hitung kehilangan energi pada peralihan masuk

( )
2
hf3 = Ɛmasuk x
( v- v s )
2xg

= 0,20 x ( ( 0,454- 1,50 )2


2 x 9,81
= 0,011 m )
Hitung kehilangan energi akibat gesekan di sepanjang shyphon

( ) ( )
2
cf x v s vs x L
hf4 = = 2 dan C = K x R1/6
2xg C xR

( )( )
v s2 x L 2
1,50 x 38,666
hf4 = 4 = 4 = 0,063 m
2 2 3
K xR 3
70 x 0,285
Hitung kehilangan energi pada peralihan keluar

( )
2
hf5 = Ɛkeluar x
( v- v t )
2xg

= 0,40 x ( ( 0,454 - 1,50 )2


2 x 9,81
= 0,022 m )
Sehingga kehilangan energi total yang terjadi pada talang adalah:
hf total = hf1 + hf2 + hf3 + hf4 + hf5
= 0,0033 + 0,018 + 0,011 + 0,063 + 0,022 = 0,223 m

45
46

Anda mungkin juga menyukai