Anda di halaman 1dari 98

PERENCANAAN TEKNIS

SALURAN & BANGUNAN IRIGASI


PERENCANAAN TEKNIS
SALURAN IRIGASI
Oleh: Ir. Soekrasno Dipl.HE
Penerapan rekayasa nilai pada :
• teknik desain
• penggunaan bahan
• pemakaian waktu pelaksanaan
• kemudahan pelaksanaan
• efisiensi biaya konstruksi dan / op
• Pengembangan dan pengelolaan sistem
irigasi dilaksanakan dengan
pendayagunaan sumber daya air yang
didasarkan pada keterkaitan antara :
air hujan,
air permukaan, dan
air tanah
secara terpadu dengan mengutamakan
pendayagunaan air permukaan.
POKOK BAHASAN

I. DESAIN SALURAN PEMBAWA

II. DESAIN SALURAN PEMBUANG

III. DESAIN SALURAN FUNGSI GANDA


DESAIN SALURAN PEMBAWA

Saluran :

Berdasarkan bentuk fisik


• Terbuka
• Tertutup
Berdasarkan fungsi :
• Saluran pembawa
• Saluran pembuang
• Saluran pembawa dan pembuang
Tahapan Perencanaan teknis jaringan irigasi :
• Pengumpulan data
• Pengukuran/ survey
• Penelusuran jaringan irigasi (jika sudah ada)
• Penyelidikan (tanah)
• Perencanaan sistem irigasi
• Desain rinci (termasuk rencana anggaran biaya)
BAGAN ALIR KEGIATAN
1. Dayagunakan Data (survai saluran, mekanika tanah,
hasil inventory, laporan sistem planning)
2.Tentukan trase saluran (pembangunan /baru /butuh
relokasi), Ikuti trase saluran yang ada
3.Tentukan kemiringan memanjang dan lebar saluran
4. Hitung elevasi air yang diperlukan pada bangunan
pengatur di tiap-tiap akhir ruas saluran .
5. Hitung debit rencana, Qp
6. Tentukan apakah saluran perlu pasangan atau tidak
7.Tentukan koefisien kekasaran strickler, K
8.Tentukan kecepatan maximum yang diizinkan, V
maximum
9. Tentukan kemiringan saluran bagian dalam
10. Tentukan rasio B/h = n
11. Pilih lebar saluran yang akan dicoba, B
12. Hitung (A. R2/3) d ari persamaan Strikler,
menggunakan Qp dan
slope memanjang
yang ada, I.
13. Dengan m dan B tertentu, kemiringan
(slope) dicoba ulang (trial & error),
cari tinggi aliran h,.
• A = h (B + mh)
• R = A/(B + 2h(m2+ 1) 0.5).
esar, cari I desain yang lebih kecil,
12 s/d 14,
ngunan terjun bila perlu
rangi slope I.
ngan rencana dengan teori

n terhadap (10).
18. Plot profil dasar saluran dan muka air pada-
potongan memanjang, dimulai dari muka air
dibangunan pengontrol bagian bawah.
19. Bila diperlukan sesuaikan B, h dan I untuk
penyelesaian bentuk desain.
20. Pilih tinggi jagaan saluran yang diperlukan.
21. Hitung tinggi tanggul rencana, plot pada
potongan memanjang .
• Faktor-faktor penting dalam desain saluran:
• Data antara lain :
a. Gambar pelaksanaan terakhir
b. Gambar pengukuran
c. Hasil penyelidikan tanah
d. Inventori di lapangan
e. laporan sistem planning
• Tinggi muka air yang direncanakan
• Debit rencana
POTENSI OBYEK PENGELOLAAN
JARINGAN IRIGASI :
• AIR ( KUNTITAS , KUALITAS )
• SUMBER AIR ( KAPASITAS SALURAN,
JALAN INSPEKSI)
• ENERGI ( ELEVASI, KECEPATAN MAX – MIN,
PLTM)
Pengumpulan Data Survai:
• Data yang diperlukan untuk rnerencanakan saluran yang
sudah ada pada prinsipnya sarna seperti yang disebutkan
dalam KP-03, Bab 2.1, hanya saja pada potongan lintang
saluran harus ditunjukkan semua detail tentang :
a) Lebar saluran dan tanggul yang ada.
b) Pasangan yang ada, bentuk, elevasi. seperti tipe,
c) Batas lebar saluran yang tersedia.
d) Pagar, ternbok dan rumah yang terdapat didalam
hasil pengukuran potongan lintang.
e) Tinggi muka air pada saat pengukuran
• Selain i tu, semua bangunan dan drain masuk
saluran yang ada harus di plot pada gambar
pengukuran.
• Setelah data survai ini diperoleh, perencana harus
melihat keadaan lapangan dan memeriksa data
tersebut. Catatan-catatan tambahan dari keadaan
lapangan yang belum tercakup oleh data survai
maupun ketidak cocokannya dengan keadaan
lapangan dan dianggap cukup penting dalam
perencanaan harus diberikan.
• Rumus aliran hidraulik
• Kecepatan rencana untuk saluran tanpa pasangan
• Kemiringan saluran bagian dalam
• Perbandingan lebar dasar terhadap kedalaman
• Kemiringan memanjang saluran
• Tinggi jagaan saluran
TINGGI MUKA AIR YANG DIPERLUKAN
• Tinggi muka air di saluran-saluran primer dan
sekunder didasarkan pada level sawah yang ada,
dengan memperhatikan penggenangan di sawah,
kehilangan tinggi energi di sistem tersier dan
kuarter, serta kehilangan tinggi energi di bangunan-
bangunan pengambilan dan pengukur.
• Semua bangunan pengambilan harus di desain
sedemikian sehingga tinggi muka air yang
dibutuhkan untuk Qa (= debit pengambilan 100%)
bisa dilakukan pada saat saluran hanya membawa
aliran sebesar 70% dari debitpuncak.
EFISIENSI :
KEHILANGAN AIR
LEVEL TERSIER : (15 – 22,5) %
LEVEL SALURAN SEKUNDER : (7,5-15)%
LEVEL SALURAN PRIMER : ( 7,5 – 15 ) %
EFISIENSI KESELURUHAN :

e = et * es * ep
P= A + a + b + c + d + e + f + g + h + Z

Dimana :
• P : muka air disaluran sekunder sckundcr
• A : elevasi tertinggi disawah
• a : lapisan air disawah 10 cm
• b : kehilangan tinggi energi di saluran kuarter
kesawah ~ 5 cm
• c : kehilangan tinggi energi di boks bagi kuarter
5 cm/ boks
• d : kehilangan tinggi energi selama pengaliran di
saluran irigasi =I x L
• e : kehilangan tinggi energi di boks bagi tersier 10
cm
• f : kehilangan tinggi energi di gorong-gorong 5 cm
• g : kehilangan tinggi energi di bangunan sadap
tersier
• h : Variasi tinggi muka air. 0.18 X h100
( h100 = kedalaman air pad a muka air normal
I00 %)
• z : kehilangan tinggi energi di bangunan-bangunan
tersier yang lain.
DEBIT RENCANA

Dimana :
Q = debit rencana (l/dt atau m3/dt)
A = luas areal ( ha)
NFR = kebutuhan air disawah (l/dt/ha)
C = Koefisien golongan( C=1,tanpa golongan)
e = efisiensi
Rumus Strickler
Qp = K. A. R 2/3
.I 1/2

atau
V = K.R 2/3
.I 1/2
di mana:
• Q : debit saluran (m3/dt)
• A : luas penampang saluran ( m2)
• V : kecepatan aliran. m/dt
• K : koefisien kekasaran Strickler.
• R : jari-jari hidrolis. m
• I : kemiringan energi.
Koefisien Kekasaran Strickler : K
a. Tanpa pasangan
• Drain · 33
• Saluran tersier . 35
• Saluran primer & sekunder ..
• Qp < 1 m3/dt 35
• 1 m3/dt < Qp < 5 m3 ~dt 40
• 5 m3/dt < Qp < 10 m /dt 42,5
• Qp > 10m3/dt 45
b. Saluran dengan pasangan
• Pasangan batu, hanya satu sisi 42
• Pasangan batu 2 sisi, dasar tanah 45
• Pasangan batu seluruhnya 50
• Pasangan "batu slab beton, satu sisi 45
• Pasangan batu slab beton 2 sisi,
• dengan dasar tanah 50
• Pasangan batu slab beton seluruhnya 70
• Saluran segiempat diplester,
• dan pipa-pipa 75
SALURAN PASANGAN
Saluran pasangan (Iining) dimaksudkan untuk :
• Mencegah kehilangan air akibat rembesan
• Mencegah gerusan dan erosi
• Mencegah merajalelanya tumbuhan air
• Mengurangi biaya pemeliharaan
• Tanah yang dibebaskan Iebih kecil.
Teori "Tractive Force satuan”

T = C. W. R. I (kg/m2)
di mana :
• C = koefisien
• W = berat jenis air (1000 kg/m3 )
• R = jari-jari hidraulik (m)
• I = kemiringan muka air.

• Koefisien C bisa diambil 1.0 untuk bagian dasar


dan 0.76 untuk sisi-sisinya.
Kemiringan saluran hrs didesain securam mungkin sesuai
dengan jenis tanahnya. Kemiringan sisi dalam saluran yg
dianjurkan diberikan dalam tabel berikut :
Tabel Kemiringan sisi saluran (1.0 tegak : m datar)

Jenis tanah kemiringan sisi m

•Batuan 0,25

•Batuan 1unak 0.5 - 0.7.

•Lempung berat 0.5 - 1.1


•Ge1uh, D < 1.0 m 1
•Ge1uh, D > 1.0 m 1,5
•Ge1uh pasiran 1,5
•Pasir 1epas 2,0
dimana :
D = h + f (m)
• h = keda1aman air reneana (m)
• f = tinggi jagaan (m)
• Sa1uran-sa1uran yang me1ewati daerah dengan
jenis tanah berpasir umumnya per1u diberi
pasangan, dan pasangannya dapat dibuat 1:1.
Perbandingan lebar terhadap kedalaman saluran
• Saluran-saluran didesain dengan bentuk sedemikian
sesuai dengan besarnya debit rencana.
Saluran-saluran dengan debit besar biasanya didesain
lebar dan dangkaldengan nilai banding "n” bisa sampai 10.
• Untuk pekerjaan rehabilitasi dan upgrading
saluran-saluran' yang sudah ada, bentuk saluran rencana
tidak harus memenuhi nilainilai seperti pada tabel
tersebut.
• Bentuk saluran yang sudah ada tidak dapat diubah begitu
saja tanpa alasan-alasan yang jelas.

• Pengerukan lumpur yang terkumpul didasar saluran


mungkin diperlukan untuk memperkecil nilai banding “n”,
Tetapi penimbunan sisi-sisi sa1uran tidak boleh di1akukan
bi1a a1asannya hanya untuk mengurangi nilai banding “n”.
Perbandingan lebar dan kedalaman saluran : n = B/h

Qp (m3/s) n

0.15 - 0.30 1,0


0.30 - 0.50 1.0 -1,2
0.50 - 0.75 1.2 -1,3
0.75 - 1.00 1.3 -1,5
1.00 - 1.50 1.5 -1,8
1.50 - 3.00 1.8 -2,3
3.00 - 4.50 2.3 -2,7
4.50 - 5.00 2.7 -2,9
Perbandingan lebar dan kedalamasaluran : n = B/h

Qp (m3/s) n

5.00 - 6.00 2.9 -3,1


6.00 - 7.50 3.1 -3,5
7.50 - 9.00 3.5 -3,7
9.00 - 10.00 3.7 -3,9
10.00 - 11.00 3.9 -4,2
11.00 - 15.00 4.2 -4,9
15.00 - 25.00 4.9 -6,5
25.00 - 40.00 6.5 -9,0
Kemiringan memanjang saluran
• Kemiringan muka air rencana (slope) I sedapat mungkin
harus cocok dengan kemiringan dasar saluran yang ada.
• Bentuk dan kemiringan rencana sa1uran harus dipi1ih,
sehingga kecepatan yang didapat tidak
melampaui kecepatan maksimum ijin.
Rumus Strickler :
V = K . R2/3 . I1/2
TINGGI JAGAAN SALURAN
Tabel Tinggi jagaan
----------------------------

Debit Tinggi jagaan (m)

Qp (m3/dt) tanggul pasangan


< 0.5 0.40 0,20
0.5 - 1.5 0,50 0,20
1.5 - 5.0 0,60 0,25
5.0 - 10.0 0,75 0,30
10.0 - 15.0 0,85 0,40
> 15.0 1,00 0,50
• SALURAN PASANGAN

SALURAN PASANGAN (LINING) DIMAKSUDKAN


UNTUK :
• MENCEGAH KEHILANGAN AIR AKIBAT REMBESAN
• MENCEGAH GERUSAN DAN EROSI
• MENCEGAH MERAJLELANYA TUMBUHAN AIR
• MENGURANGI BIAYA PEMELIHARAAN
• MEMBERI KELONGGARAN UNTUK LENGKUNG
YANG LEBIH BESAR
• TANAH YANG DIBEBASKAN LEBIH KECIL
• JIKA SALURAN PASANGAN TERNYATA MAHAL,
PERLU OPSI LAIN YAITU PEMBUATAN TERJUNAN
• ALTERNATIF LAIN DENGAN MEMANFAATKAN
POTENSI ENERGI UNTUK PLTM
KECEPATAN MAKSIMUM

KECEPATAN MAKSIMUM UNTUK ALIRAN


SUBKRITIS:
• PASANGAN BATU : 2 M/DT
• PASANGAN BETON : 3 M/DT
• PASANGAN TANAH : KECEPATAN MAKSIMUM
YANG DIIZINKAN
• UNTUK SALURAN PASANGAN ,KEMIRINGAN TALUT
BISA DIBUAT LEBIH CURAM.
• UNTUK SALURAN YG LEBIH KECIL ( H < 0,40 M)
KEMIRINGAN TALUT DIBUAT VERTIKAL
• SALURAN-SALURAN BESAR MUNGKIN JUGA
MEMPUNYAI KEMIRINGAN TALUT YG TEGAK DAN
DIRENCANAKAN SEBAGAI FLUM
UNTUK SALURAN YG LEBIH BESAR KEMIRINGAN
SAMPING MINIMUM 1:1 UNTUK H < = 0,75 M
UNTUK SALURAN YG LEBIH BESAR KEMIRINGAN
TALUT DIANJURKAN SEPERTI PADA TABEL BERIKUT
II. SALURAN PEMBUANG
• Pada umumnya jaringan pembuang direncanakan
untuk mengalirkan kelebihan air secara gravitasi.
Pembuangan kelebihan air dengan pompa biasanya
tidak layak dari segi ekonomi,
• Daerah-daerah irigasi dilengkapi dengan bangunan
bangunan pengendali banjir di sepanjang sungai
untuk mencegah masuknya air banjir kedalam
sawah-sawah irigasi,
DATA TOPOGRAFI

Data-data topografi yang diperlukan untuk


perencanaan
saluran pembuang adalah :
(a) peta topo grafi i dengan jaringan irigasi dan
pembuang dengan skala I : 25.000 dan I : 5.000
(b) Peta trase saluran dengan skala I : 2000 dile
ngkapi dengan garis-garis kctinggian sctiap interval
0.5 m untuk daerah datar atau 1.0 m untuk dacrah
berbukil-bukit
(c) Profil memanjang dengan skala horisontal I : 2.000:
dan Skala vertikal I : 200 (atau I : 100 untuk saluran
yang Icbih kecil. Jika diperlukan):
(d) potongan melintang dengan skala I : 200 (atau I :
100 untuk saluran yang Ichih kecil jika diperiukan)
dcngan interval garis kontur 50 m untuk potongan
lurus dan 15 m untuk potongan melengkung.
Debit pembuang
• Debit rencana akan dipakai untuk merencanakan
kapasitas saluran pembuang dan tinggi muka air.
debit banjir rencana dibedakan :
• areal sawah
• areal non sawah
• Jaringan pembuang akan direncanakan untuk
mengalirkandebit pembuang rencana dari daerah-
daerah sawah dan nonsawah di dalam maupun di
luar (pembuang silang).
• Muka air yang dihasilkan tidak boleh menghalangi
pembuangan air dari sawah-sawah di daerah irigasi.
DEBIT BANJIR RENCANA
A. NON sawah
RUMUS RATIONAL :
Q = 0,278 C. I. A
Dimana :
• Q : DEBIT (M3/DT)
• C : ANGKA PENGALIRAN
• I : INTENSITAS HUJAN (MM/JAM)
• A : LUAS DAS (KM2)
WAKTU KONSENTRASI:
RUMUS KIRPICH
TC= 0,0195 ( L/S0,5)0,77

TC : WAKTU KONSENTRASI ( MENIT)


L : PANJANG JARAK TERJAUH (M)
S : SLOPE
INTENSITAS HUJAN :
• PENGAMATAN POS HUJAN OTOMATIS

• PENGAMATAN POS HUJAN BIASA


RUMUS MONONOBE
I = R24max((24/ TC )2/3 )/ 24

TC : WAKTU KONSENTRASI (JAM)


R24 : HUJAN YG DIUKUR DLM 24 JAM ( MM)
I : INTENSITAS HUJAN (MM/JAM)
Debit rencana (USBR, 1973) :
Qd = 0,116 . L . R(24max)5 * A0,92
di mana:
• Qd debit rencana, I/dt
• L : koefisien limpasan air hujan
• R(24max)5 = curah hujan sehari, m dengan kemungkinan
terpenuhi 20%
• A : luas daerah yang dibuang airnya, ha
• Untuk menentukan harga koefisien limpasan air hujan
akan dipakai hasil-hasil "metode kurve bilangan"
dari US Soil Conservation Service
DEBIT BANJIR RENCANA DIAREAL SAWAH
ASUMSI :
TANAMAN MAMPU BERTAHAN DENGAN
GENANGAN MAX 20 CM DG HUJAN SELAMA 3 HARI
Areal sawah ( 200 - 400 ) ha

{ R(3)5+ 3(I - Et - P) - s}
Dm = ---------------------------------------- l/dt/ha
(3 x 8.64)

• Qd = Dm . A
di mana :
• Dm = modulus pembuang (l/dt/ha)
• R(3)5= curah hujan 3 hari ( T : 5 tahunan )
• I : pemberian air irigasi pada waktu itu
• Et:evapotranspirasi
• P = perkolasi:
• P = 0 untuk dataran rendah
• P = 3 untuk dataran terjal
• s = tampungan tambahan, diambil maksimum 50 mm
Debit pembuang non sawah
Data mekanika Tanah
• Masalah utama dalam perencanaan saluran pembuang
adalah ketahanan bahan saluran terhadap erosi dan
stabilitas talut .
• Data-data yang diperlukan untuk tujuan ini mirip dengan
data-data yang dibutuhkan untuk perencanaan saluran
pembawa irigasi.
• Pada umumnya data yang diperoleh dari penelitian tanah
pertanian akan memberikan petunjuk/indikasi yang baik
mengenai sifat-sifat mekanika tanah yang akan dipakai
untuk trase saluran pembuang.
Perencanaan Saluran Pembuang yang Stabil
• Perencanaan saluran pembuang harus memberikan
pemecahan dengan biaya pelaksanaan dan
pemelihraan yang terendah.
• Ruas-ruas saluran harus stabil terhadap erosi dan
sedimentasi minimal pada setiap potongan
melintang dan seimbang.
• Erosi di saluran pembuang akan merupakan kriteria
yang menentukan.
• Kecepatan rencana hendaknya tidak melebihi
kecepatan maksimal yang diizinkan.
• Kecepatan maksimum yang diizinkan bergantung
kepada bahan tanah serta kondisinya.
• Saluran pembuang direncana di tempat-tempat
terendah dan melalui daerah-daerah depresi.
• Kemiringan alamiah tanah dalam trase ini
menentukan kemiringan memanjang saluran
pembuang tersebut. Apabila kemiringan dasar
terlalu curam dan kecepatan maksimum yang
diizinkan akan terlampaui. maka harus dibuat
bangunan pengatur (terjun).
• Kecepatan rencana sebaiknya diambil sama atau
mendekati Kecepatan maksimum yang diizinkan,
karena debit rencana atau debit puncak tidak sering
terjadi,
• Saluran air alamiah digunakan sebagai saluran
pembuang, umumnya akan lebih baik
(tidak mengubah trasenya karena saluran alamiah
ini sudah menyesuaikan potongan melintang dan
kemiringannya dengan alirannya sendiri).
• Dasar dan talutnya mempunyai daya tahan yang
lebih tinggi terhadap kikisan jika dibandingkan
dengan saluran pembuang yang baru dibangun
dengan kemiringan talut yang sama.
Rumus Strickler

Qp = K. A. R 2/3
.I 1/2

atau
V = K.R 2/3
.I 1/2
• DEBIT PEMBUANG RENCANA DARI DAERAH SAWAH
DAN NON SAWAH DI DALAM MAUPUN DI LUAR
(PEMBUANG SILANG)

• MUKA AIR YANG DIHASILKAN TIDAK BOLEH


MENGHALANGI PEMBUANGAN AIR
DARI SAWAH DIDAERAH IRIGASI
• DEBIT PUNCAK DIPAKAI UNTUK MENGHITUNG
MUKA AIR TERTINGGI DISALURAN PEMBUANG

• MUKA AIR TERTINGGI INI DIPAKAI UNTUK


MERENCANAKAN PENGENDALIAN BANJIR
DAN BANGUNAN
DEBIT RENCANA
PERIODE ULANG : 5 TAHUN

DEBIT PUNCAK
PERIODE ULANG :
• 5 TAHUN UNTUK SALURAN PEMBUANG
KECIL DIDAERAH IRIGASI
• 25 TAHUN ATAU LEBIH TERGANTUNG PADA
APA YANG AKAN DILINDUNGI
• UNTUK SUNGAI DIAMBIL UNTUK SALURAN
PEMBUANG YANG BESAR
Perbandingan lebar terhadap kedalaman saluran
• Idealnya sa1uran-sa1uran didesain dengan bentuk
sedemikian sesuai dengan besarnya
debit rencana.
• Saluran-saluran kecil biasanya didesain dengan
lebar saluran (B) = keda1aman rencana aliran(h).
B/h = n = 1.0
• Saluran-saluran dengan debit besar biasanya didesain lebar
dan dangkal dengan nilai banding "n” bisa
sampai 10.
• Nilai-nilai banding n yang ideal untuk desain diberikan
dalam Tabel di bawah. Akan tetapi, untuk pekerjaan
rehabilitasi dan upgrading saluran-saluran' yang sudah ada,
bentuk saluran rencana tidak harus memenuhi nilainilai
seperti pada tabel tersebut.
• Bentuk saluran yang sudah ada tidak dapat diubah begitu
saja tanpa alasan-alasan yang jelas.
• Pengerukan lumpur yang terkumpul di dasar saluran
mungkin diperlukan untuk memperkecil
nilai banding “ n” . Tetapi penimbunan sisi-sisi sa1uran
tidak boleh dilakukan bila alasannya hanya untuk
mengurangi nilai banding ”n”
Kemiringan talud saluran
Kemiringan minimum talud
Untuk berbagai bahan tanah
Kemiringan talud minimumuntuk saluran yang
dipadatkan dengan baik
Harga-harga untuk kemiringan talud
Untuk saluran pasangan
Kemiringan memanjang saluran
Lengkung saluran
Jari-jari minimum lengkung saluran
Lebar tanggul
Lebar tanggul minimum
III. SALURAN FUNGSI GANDA
KONDISI FISIK DAERAH BERBUKIT :
1.MEDAN KURANG STABIL (LONGSOR)
2.MEDAN PADA UMUMNYA TERBATAS 9CURAM)
3.TERDAPAT BATASAN PADA GALIAN ,TERUTAMA
LERENG BAGIAN ATAS
4.TERDAPAT BATASAN TERHADAP SARANA JALAN
MASUK (TOPOGRAFI SULIT)
5.ALIRAN PEMBUANG SERINGKALI MENYILANG
SALURAN PEMBAWA
6.REMBESAN DARI SALURAN DAPAT MENGAKIBATKAN
LONGSORAN
SALURAN IRIGASI DIDAERAH BERBUKIT SERINGKALI
BERFUNGSI GANDA ARTINYA
SELAIN SEBAGAI SALURAN PEMBAWA JUGA
BERFUNGSI SEBAGAI SALURAN PEMBUANG,
KARENA AIR BUANGAN SAWAH DIATASNYA
LANGSUNG MASUK KESALURAN ATAU KARENA
KONDISI TOPOGRAFI, AIR BUANGAN TERPAKSA
DIMASUKKAN KESALURAN PEMBAWA

Anda mungkin juga menyukai