Anda di halaman 1dari 72

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1

BAB 4 – SISTEM JARINGAN IRIGASI


Sistem dan Klasifikasi Jaringan Irigasi

• Irigasi sistem gravitasi


• Irigasi sistem pompa
• Irigasi pasang surut
Klasifikasi jaringan irigasi bila ditinjau dari cara
pengaturan, cara pengukuran aliran air dan
fasilitasnya

Jaringan Irigasi Sederhana


Jaringan Irigasi Semi Teknis
Jaringan Irigasi Teknis
Klasifikasi Jaringan Irigasi

Klasifikasi Jaringan
Teknis Semi Teknis Sederhana
Bangunan permanen Bangunan
1. Bangunan utama Bangunan permanen
atau semi permanen sederhana
2. Kemampuan bangunan
dalam mengukur dan Baik Sedang Jelek
mengatur debit
Saluran irigasi dan
Saluran irigasi dan Saluran irigasi dan
3. Jaringan saluran pembuanga tidak
pembuang terpisah pembuang jadi satu
sepenuhnya terpisah
Belum dikembangkan Belum ada jaringan
Dikemangkan
4. Petak tersier atau jumlah bangunan terpisah yang
sepenuhnya
terier jarang dikembangkan
5. Efisiensi secara
50 – 60 % 40 – 50 % < 40 %
keseluruhan
6. Ukuran Tak ada batasan Sampai 2000 ha < 500 ha
Petak Irigasi
Peta Petak Irigasi memperlihatkan:
• Bangunan-bangunan utama
• Jaringan dan trase saluran irigasi
• Jaringan dan trase saluran pembuang
• Petak-petak primer, sekunder dan tersier
• Lokasi bangunan
• Batas-batas daerah irigasi
• Jaringan dan trase jalan
• Daerah-daerah yang tidak diairi (misal: desa-desa)
• Daerah-daerah yang tidak dapat diairi (tanah jelek, terlalu
tinggi, dst)
Petak Irigasi
Macam Petak Irigasi:
• Petak primer
• Petak sekunder
• Petak tersier
• Petak kuarter

Luas petak yang dianjurkan pada


keadaan normal:
• pada tanah datar: 200 – 300 ha
• pada tanah agak miring: 100- 200 ha
• pada tanah perbukitan: 50 – 100 ha
Kriteria design petak tersier
• luas petak tersier sedapat mungkin diseragamkan
• pemberian air untuk suatu petak tersier harus melalui satu tempat;
dapat diatur dan diukur dengan baik
• batas-batas petak tersier harus jelas dan tegas, diusahakan
menggunakan batas-batas yang semula sudah ada, misalnya:
parit alam, jalan desa, jalan raya, jalan kereta api dll.
• semua bidang sawah dalam petak tersier itu harus dapat
menerima air dari tempat pemberian air
• petak tersier diharapkan merupakan satu kesatuan yang dimiliki
satu desa saja
• air kelebihan yang tidak berguna harus dapat dibuang dengan
baik melalui saluran pembuang yang terpisah dengan saluran
pemberi
Layout dari petak tersier

Tipe medan Kemiringan


Medan terjal Diatas 2 %
Medan bergelombang 0.25 – 2 %
Medan berombak 0.25 – 2 %, pada umumnya kurang dari 1 %.
Di tempat tertentu mungkin lebih besar
Medan sangat datar < 0.25 %
Skema layout petak tersier pada
medan terjal
medan terjal 1 medan terjal 2
Skema layout petak tersier pada
medan agak terjal
Skema layout petak tersier pada daerah datar
bergelombang dan daerah datar rawa-rawa

daerah datar bergelombang daerah datar rawa-rawa


Tugas 6
Sistem Jaringan Irigasi
• Pelajari dan diskusikan dalam kelompok: pengertian
dan prinsip suatu jaringan irigasi, petak-petak irigasi,
saluran irigasi, saluran drainase dan kriterianya.
Kemudian ungkapkan secara skematik dalam kalimat
sendiri.
• Pelajari dan diskusikan dalam kelompok: cara-cara
merencanakan jaringan irigasi dan petak-petak
irigasi. Kemudian ungkapkan secara skematik dalam
kalimat sendiri.
• Tugas secara kelompok dikirim ke email:
nisansonmy@gmail.com. Secara pribadi masing-
masing ditulis tangan dalam buku yang terbendel
Saluran Irigasi

• saluran primer
• saluran sekunder
• saluran sub-sekunder
• saluran tersier
• saluran sub-tersier
• saluran kuarter
Jaringan Saluran Irigasi
Jaringan Saluran Pembuang
Skema Jaringan Tersier Sederhana
Skema Jaringan Tersier
Setengah Teknis
Skema Jaringan Tersier Teknis
Dimensi dan Bentuk Saluran

• Perlu diperhatikan agar didapatkan saluran


stabil yaitu tidak terganggu masalah erosi
maupun sedimentasi
– Penentuan kecepatan terpakai
– kecepatan erosi > kecepatan terpakai > kecepatan
transport
• Dapat berupa saluran punggung maupun
saluran tranche
– Saluran punggung hampir tegak lurus dengan arah
garis tinggi
– Saluran tranche punya arah hampir sejajar dengan
garis tinggi
Parameter Perhitungan untuk
Kemiringan Saluran
Perbandingan lebar dasar
Koef.
3 Kemiringan saluran dengan
Q (m /det) Kekasaran
talud: m kedalaman air:
Stricler: k
b/h = n
0.15 – 0.30 1.0 1.0 35
0.30 – 0.50 1.0 1.0 – 1.2 35
0.50 – 0.75 1.0 1.2 – 1.3 35
0.75 – 1.00 1.0 1.3 – 1.5 35
1.00 – 1.50 1.0 1.5 – 1.8 40
1.50 – 3.00 1.5 1.8 – 2.3 40
3.00 – 4.50 1.5 2.3 – 2.7 40
4.50 – 5.00 1.5 2.7 – 2.9 40
5.00 – 6.00 1.5 2.9 – 3.1 42.5
6.00 – 7.50 1.5 3.1 – 3.5 42.5
7.50 – 9.00 1.5 3.5 – 3.7 42.5
9.00 – 10.00 1.5 3.7 – 3.9 42.5
10.00 – 11.00 2.0 3.9 – 4.2 45
11.00 – 15.00 2.0 4.2 – 4.9 45
15.00 – 25.00 2.0 4.9 – 6.5 45
25.00 – 40.00 2.0 6.5 – 9.6 45
2 1
V  kR I 3 2

dimana: Q = debit rencana (m3/det)


V = kecepatan pengaliran (m/det)
k = koefisien kekasaran Strickler
I = kemiringan dasar saluran
m = kemiringan talud
n = b/h
A = bh + mh2 = h2 (n+m)
P= b + 2h = h (n + 2 )
R = A/P
b = lebar dasar saluran (m)
h = tinggi air (m)

Untuk menghitung h dan b digunakan cara coba-coba


Parameter perhitungan untuk
kemiringan saluran
Q (m3/det) b/h V (m/det) m
0.00 – 0.15 1.0 0.25 – 0.30 1:1
0.15 – 0.30 1.0 0.30 – 0.35 1:1
0.30 – 0.40 1.5 0.35 – 0.40 1:1
0.40 – 0.50 1.5 0.40 – 0.45 1:1
0.50 – 0.75 2.0 0.45 – 0.50 1:1
0.75 – 1.50 2.0 0.50 – 0.55 1:1
1.50 – 3.00 2.5 0.55 – 0.60 1:1.50
3.00 – 4.50 3.0 0.60 – 0.65 1:1.50
4.50 – 6.00 3.5 0.65 – 0.70 1:1.50
6.00 – 7.50 4.0 0.70 1:1.50
7.50 – 9.00 4.5 0.70 1:1.50
9.00 – 11.00 5.0 0.70 1:1.50
11.00 – 15.00 6.0 0.70 1:2
15.00 – 25.00 8.0 0.70 1:2
25.00 – 40.00 10.0 0.75 1:2
40.00 – 80.00 12.0 0.80 1:2
Untuk keperluan irigasi dipakai

• Kecepatan minimum (V) = 0.25 m/det


• Lebar dasar minimal (b) = 0.30 m
• Tinggi jagaan (f) tergantung dari debit

Hubungan Q dan f (tinggi jagaan):


3
Q (m /det) f
0.0 – 0.30 0.30
0.30 – 0.50 0.40
0.50 – 1.50 0.50
1.50 – 15.00 0.60
15.00 – 25.00 0.75
> 25.00 1.00
• Jari-jari belokan pada as saluran adalah 3 – 7 kali lebar
muka air
• Lebar tanggul (w) tergantung dari jenis saluran, seperti
pada tabel di bawah ini:
Hubungan antara lebar tanggul dan jenis saluran:
Saluran w
Tersier dan kuarter 0.50
Sekunder 1.00
Primer 2.00

• Puncak tanggul minimal 0.30 m di atas muka tanah


persawahan
• Kapasitas saluran ditentukan oleh luas areal, angka
pengairan dan koefisien lengkung Tegal
Bangunan Irigasi

• BANGUNAN BAGI
– Pintu dan Alat Ukur
– Bentuk Hidrolis dan Kriteria
– Perhitungan Hidrolis
• BANGUNAN SADAP
• ALAT UKUR DEBIT
• BANGUNAN-BANGUNAN PELENGKAP
BANGUNAN BAGI

• Dilengkapi dengan pintu dan alat ukur


• Pintu dapat terbuat dari:
– Susunan kayu yang satu sama lain terlepas
(skot balk)
– Pintu kayu atau besi yang dilengkapi dengan
stang pengangkat
• Alat ukur yang umum dipakai: pintu ukur
Romijn dan pintu sorong Crump-de-
Gruyter
Bentuk Hidrolis dan Kriteria
• Skot balk
– merupakan pengaliran tidak sempurna.
– dibuat dari susunan balok-balok persegi yang terlepas satu
sama lain
– dibuat sesuai kebutuhan
– lebar skot balk ditetapkan dengan mengambil kehilangan
tekanan z = 0.05 m
– disarankan agar lebar b < 1.50 m  mudah memasang dan
mengambilnya
• Pintu kayu dan besi
– dengan perlengkapan stang pengangkat
– merupakan pengaliran lewat lubang
• Percabangan pada bangunan bagi dibuat dengan sudut
< 90º dan pada belokan dibuat jari-jari > 1.0 m
Perhitungan Hidrolis

• Skot balk dan pintu:

Q  μbh 2gz
Q = debit saluran (m3/det)
m = 0.85
b = lebar pintu (m)
h = dalam air pada pintu (m)
z = tinggi tekanan (m)
Stabilitas:
• Skot balk dan pintu-pintu diperhitungkan
kekuatannya terhadap tekanan air:
M
σ  σ σ
W
• Tembok sayap diperhitungkan terhadap guling
dan geser:
Guling  F  Mt FM ==faktor
Guling keamanan (1.5 – 2)
momen penahan (kgm; ton m)
Mg
t
M = momen guling (kgm; ton m)
g

Geser f V F = faktor keamanan (1.5 – 2)


F f = koefisien geser/kekasaran
H V = jumlah gaya vertikal (kg; ton)
H = jumlah gaya horisontal (kg; ton)
Koefisien kekasaran

Material f
Batu kompak tak beraturan 0.8
Batuan sedikit pecah 0.7
Koral dan pasir kasar 0.4
Pasir 0.3
Lumpur Perlu penyelidikan
BANGUNAN SADAP

• terletak di saluran tersier  bangunan


sadap tersier
• terletak di saluran sekunder  bangunan
sadap sekunder
• biasanya diberi pintu Romijn karena
kehilangan energinya terbatas
• bentuk hidrolis dan kriteria untuk
bangunan sadap pada prinsipnya sama
seperti bangunan bagi
Alat ukur Romijn standard:

Keterangan I II III IV V VI
Lebar (m) 0.50 0.50 0.75 1.00 1.25 1.50
Kedalaman maksimum
aliran pada muka air 0.33 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50
rencana (m)
Debit maksimum pada
160 300 450 600 750 900
muka air rencana (l/det)
Kehilangan tinggi energi
0.08 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11
(m)
Elevasi dasar di bawah
0.81+V 1.15+V 1.15+V 1.15+V 1.15+V 1.15+V
muka air rencana

V = varian ≈ 0.31 m
ALAT UKUR DEBIT

• debit harus diukur (dan diatur) pada:


– hulu saluran primer,
– cabang saluran dan
– bangunan sadap tersier
• macamnya:
– Alat Ukur Ambang Lebar (Broad-crested
Weir)
– Alat Ukur Debit Cipoletti (Cipoletti Weir)
– Alat Ukur Romijn
– Alat Ukur Crump-de Gruyte
Alat Ukur Ambang Lebar
(Broad-crested Weir)
Q  cbH1.5
Q = debit (m3/det)
c = 1.7 m1/2/det  koefisien ambang
b = lebar ambang (m)
H = tinggi energi di atas ambang (m)

adalah bangunan aliran atas (over flow)


tinggi energi hulu lebih kecil dari panjang mercu
Muka air di hilir tidak boleh naik terlalu tinggi untuk menjaga situasi aliran bebas
sehingga dapat ditemukan hubungan kehilangan tinggi (headloss) z ≥ 1/3 H
Alat Ukur Debit Cipoletti
(Cipoletti Weir)
1.5
Q  1.9bH
Q = debit (m3/det)
H = tinggi energi pada hulu (m)
b = lebar ambang

kehilangan tinggi z di atas stuktur


juga sama dengan alat ukur
ambang lebar yaitu: z ≥ 1/3 H

modifikasi dari suatu alat ukur ambang tajam yang mempunyai bentuk
trapesium sebagai kontrol
Ambangnya adalah horisontal dan 2 sisi kiri dan kanan mempunyai kemiringan:
1 hor.: 4 vert.
Alat Ukur Romijn

• Pintu Romijn adalah alat ukur ambang


lebar yang dipergunakan untuk mengatur
dan mengukur debit di dalam jaringan
saluran irigasi
• Agar dapat bergerak, mercunya dibuat
dari pelat baja dipasang di atas pintu
sorong
• Pintu sorong ini dihubungkan dengan alat
pengangkat
Tipe alat ukur Romijn (1932)

bentuk mercu datar dan


bentuk mercu miring ke bentuk mercu datar dan
lingkaran gabungan
atas 1:25 dan lingkaran lingkaran tunggal
untuk peralihan
tunggal sebagai sebagai peralihan
penyempitan hulu
peralihan penyempitan penyempitan
Perencanaan hidrolis menggunakan persamaan
seperti pada alat ukur ambang lebar:

1.5
Q  1.7bH
Q = debit (m3/det)
b = lebar ambang (m)
H = tinggi energi di atas ambang (m)
Alat Ukur Debit Romijn
Karakteristik alat ukur Romijn:
• Kalau alat ukur Romijn dibuat dengan mercu datar dan
peralihan penyempitan sesuai dengan gambar 4.4.3.c-c,
tebal debitnya sudah ada dengan kesalahan kurang dari 3 %
• Debit yang masuk dapat diukur dan diatur dengan satu
bangunan.
• Kehilangan tinggi energi yang diperlukan untuk aliran
moduler adalah dibawah 33 % dari tinggi energi hulu dengan
mercu sebagai acuannya yang relatif kecil.
• Alat ukur Romijn dengan pintu bawah bisa diekploitasi oleh
orang orang yang tak berwenang yaitu melewatkan air lebih
banyak dari yang diijinkan dengan cara mengangkat pintu
bawah lebih tinggi lagi
Kelebihan & Kekurangan
alat ukur Romijn:
• Kelebihan-kelebihan alat ukur Romijn:
– Bangunan ini dapat mengukur dan mengatur debit sekaligus
– Dapat membilas endapan sedimen halus
– Kehilangan energi relatif kecil
– Ketelitian baik
– Eksploitasi mudah
• Kekurangan-kekurangan alat ukur Romijn:
– Pembuatannya rumit dan mahal
– Bangunan ini membutuhkan muka air yang tinggi di saluran
– Biaya pemeliharaan relatif mahal
– Dapat disalahgunakan denganjalanmembuka pintu bawah
– Peka terhadap fluktuasi muka air di saluran pengarah.
alat ukur Romijn

• alat ukur Romijn ini dipakai sebagai bangunan


pengukur dan pengatur serba bisa yang dipakai di
Indonesia sebagai bangunan sadap tersier
• tipe standard yang paling kecil (lebar 0.50 m) adalah
yang paling cocok
• alat ukur ini dapat juga dipakai sebagai bangunan
sadap sekunder
• eksploitasi bangunan ini dilengkapi dengan pintu
bawah yang dapat disalahgunakan jika pengawasan
kurang
Alat Ukur Crump-de Gruyter

• Saluran ukur leher panjang yang dipasang pintu gerak


vertikal dan searah aliran (streamline) dapat disetel
• Pintu ini merupakan modifikasi/penyempurnaan modul
proporsi yang dapat disetel (adjustable proportional
module), yang diperkenalkan oleh Crump pada tahun
1922.
• De gruyter (1926) menyempurnakan trase flum tersebut
dan mengganti blok-atap (roof block) seperti yang
direncanakan oleh Crump dengan pintu sorong yang
yang dapat disetel.
• Bangunan yang dihasilkan dapat dipakai baik untuk
mengukur maupun mengatur debit.
Perencanaan hidrolis dari alat
ukur Crump-de Gruyter
Q = debit (m3/det)
Q  4.2bw H  w  b = lebar bukaan (m)
0.5
w = bukaan pintu (m)  w < 0.67 H
H = tinggi air di atas ambang (m)
Kondisi untuk alat ukur Crump-de Gruyter:
1. Koefisien kontraksi  ≈ 1 untuk w < 0.5 d, dimana d adalah diameter
dari aliran searah (flow streamliner)
2. Terjadi keadaan aliran bebas untuk suatu kehilangan tekanan z > 0.2 H
3. Bukaan pintu w < 0.67 H agar terjadi aliran bawah (underflow)

Debit maksimum tergantung dari pembukaan pintu maksimum w < 0.67 H


Q max  4.2b  0.67HH  0.67H 
0.5
karenanya:  1.6bH1.5
Kedalaman ambang harus sekurang-kurangnya:
Qmax
Hmin = 0.67 di bawah tinggi muka air hulu
1.6b
Perencanaan Yang Dianjurkan
Untuk Alat Ukur Crump-de Gruyter
Parameter Hidrolis Untuk Pintu
Crump-de Gruyter
Kelebihan & kelemahan yang dimiliki
alat ukur Crump-de Gruyter:

Kelebihan yang dimiliki alat ukur Crump-de Gruyter:


1. Bangunan ini dapat mengukur dan mengatur sekaligus
2. Bangunan ini tidak mempunyai masalah dengan sedimen
3. Eksploitasi mudah dan pengukuran teliti
4. Tidak terpengaruh fluktuasi muka air sehingga tetap memberika
debit yang sama walaupun pada muka air rendah

Kelemahan yang dimiliki alat ukur Crump-de Gruyter:

1. Pembuatannya rumit dan mahal


2. Biaya pemeliharaan mahal
3. Kehilangan tinggi energi besar
4. Bangunan ini mempunyai masalah dengan benda-benda hanyut
• Penggunaan alat ukur Crump-de Gruyter akan
berhasil jika keadaan muka air di saluran selalu
mengalami fluktuasi atau jika orifis harus bekerja
pada keadaan muka air rendah di saluran.
• Alat ukur Crump-de Gruyter mempunyai kehilangan
tinggi energi yang lebih besar dari pada alat ukur
Romijn.
• Bila tersedia kehilangan tinggi energi yang memadai,
alat ukur Crump-de Gruyter mudah dioperasikan,
pemeliharaannya tidak sulit dan lebih mudah
dibanding bangunan bangunan serupa lainnya.
BANGUNAN-BANGUNAN
PELENGKAP

• Tanggul
• Pintu
• Bangunan-bangunan lain
• Pencegahan rembesan.
Tanggul
• Dipakai untuk melindungi daerah irigasi dari
banjir yang disebabkan oleh sungai pembuang
yang besar atau laut
• Biasanya tanggul dibuat dari bahan timbunan
yang digali sejajar dengan garis tanggul
• Apabila galian dibuat sejajar dengan lokasi
tanggul maka penyelidikan untuk pondasi dan
daerah galian dapat dilakukan sekaligus
• Untuk tanggul-tanggul tertentu mungkin perlu
membuka daerah sumber bahan timbunan
khusus di luar lapangan dan mengangkutnya ke
lokasi.
Tinggi Tanggul

• Tinggi rencana tanggul (Hd), merupakan jumlah tinggi muka


air rencana (H) dan tinggi jagaan (Hf)
• Ketinggian yang dibuat. termasuk longgaran untuk
kemungkinan terjadi penurunan (Hs), yang bergantung pada
pondasi serta bahan yang dipakai dalam pelaksanaan.
• Tinggi muka air rencana yang sebenarnya didasarkan pada
profil permukaan air.
• Tinggi jagaan (Hf) merupakan longgaran yang ditambahkan
untuk tinggi muka air yang diambil, termasuk tinggi
gelombang.
• Tinggi minimum jagaan tanggul sebaiknya diambil 0.60 m.
Lebar atas Tanggul

• Untuk tanggul tanah yang direncanakan guna mengontrol


kedalaman air < 1.5 m  lebar atas minimum tanggul
dapat diambil 1.5 m
• Jika kedalaman air yang akan dikontrol lebih dari 1.5 m 
maka lebar atas minimum sebaiknya diambil 3 m
• Lebar atas diambil sekurang-kurangnya 3 m jika tanggul
dipakai untuk jalur pemeliharaan
• Jika pondasi tanggul terdiri dari lapisan lulus air atau
lapisan yang rawan terhadap erosi bawah tanah (piping),
maka harus dibuat parit halang yang kedalamannya
sampai 1/3 dari kedalaman air
Potongan Melalui Tanggul

• Tanggul yang tingginya >5 m harus dicek stabilitasnya dengan metode


stabilitas tanggul yang dianggap sesuai
• Apabila tanggul melintas saluran lama maka tanggul harus diperbesar
bagian samping luar
• Lebar tambahan ini sekurang-kurangnya = tinggi tanggul (Hd) di atas
elevasi tanah asli, bagian atas dasar yang diperlebar sebaiknya > 0.3 m
di atas elevasi tanah asli serta kemiringannya harus cukup
• Kemiringan timbunan tambahan tidak boleh lebih curam dari kemiringan
asli tanggul
Tanggul yang Terletak di atas Saluran Lama

Dasar Yang Diperlebar pada Lintasan Saluran


Pembuang pada Tanggul Yang
Menahan Air
• Fasilitas pembuang harus
disediakan untuk tanggul
yang menahan air dalam
jangka waktu yang lama
(tanggul banjir biasanya
tidak diberi pembuang)
• Pembuang dapat terdiri
dari: parit di pangkal
tanggul atau saringan
pemberat yang
direncanakan sebagai
pembuang pangkal
tanggul maupun sebagai
selimut perencaan filter
• Lindungan lereng terhadap erosi oleh aliran air baik yang berasal dari
hujan maupun sungai biasanya berupa: (i) rumput; (ii) pasangan batu
kosong; (iii) pasangan (lining) dan (iv) bronjong
Pintu
• Pintu bangunan di saluran biasanya dibuat dari baja
• Dalam standar bangunan irigasi diberikan detail-detai lengkap
mengenai ukuran dan tipe standar pintu
• Tipe-tipe pintu standar antara lain: (i) Pintu gerak Romijn; (ii) Pintu
Crump-de Gruyter dan (iii) Pintu Sorong.
• Pintu sorong dengan bukaan lebar biasanya dibuat dari kayu yang lebih
murah
• Pintu radial biasanya mempunyai keuntungan ekonomis bila bangunan
pintu ini dipasang dan dibuat dari beton
• Pintu keluar (outlet), pembuang adalah pintu khusus karena harus dapat
menghalangi air yang telah dibuang agar tidak mengalir kembali ke
daerah semula jika muka air di luar lebih tinggi dari muka air di dalam
pembuang
• Keadaan ini dapat terjadi pada pembuangan ke sungai pada waktu
sungai banjir atau pembuangan ke laut yang dipengaruhi oleh pasang
surutnya air laut
Bangunan-bangunan lain
• adalah bangunan yang dibangun di sepanjang
saluran untuk:
– Pengaman sebelum terjadi situasi yang berbahaya
– Memperlancar aliran di saluran tanpa merusakkan
lereng
– Untuk menciptakan alternatif agar air bisa dipakai
untuk ternak
• Peralatan pengamanan yang dapat dipakai
adalah pagar, pengaman standar, tanda
bahaya, kisi-kisi penyaring, tangga dan
penghalang di depan lobang masuk pipa
Pencegahan Rembesan
• Rembesan terjadi apabila bangunan harus mengatasi beda tinggi muka
air dan jika saluran yang diakibatkannya meresap masuk ke dalam
tanah di sekitar bangunan
• Aliran ini mempunyai pengaruh yang merusakkan stabilitas bangunan
karena tersangkutnya bahan-bahan halus dapat menyebabkan erosi
bawah tanah
• Jika erosi bawah tanah sudah terjadi maka terbentuklah jalan rembesan
antara bagian hulu dan hilir bangunan  mengakibatkan kerusakan
akibat terkikisnya tanah pondasi
• Dinding halang ditempatkan di bawah dan di kedua sisi bangunan
sedapat mungkin harus dapat menanggulangi beda tinggi energi yang
besar seperti: bangunan terjun, bangunan pengatur dan pintu,
bangunan seperti pipa, gorong-gorong dan pipa shipon sangat
memerlukan dinding penghalang di sekitar pipa untuk mencegah
terjadinya rembesan di sepanjang pipa bagian luar
Contoh Dinding Halang
Koperan
• Koperan dibuat di ujung lapis berat saluran atau bangunan
• Koperan mempunyai dua fungsi: melindungi terhadap erosi dan
melindungi terhadap aliran rembesan yang terkonsentrasi
• Koperan dibuat pada kedalaman minimum 0.60 m

Tipe-tipe Konstruksi
Koperan
Filter
 Filter diperlukan untuk mencegah kehilangan bahan akibat aliran air
 Filter ini dapat dibuat dari:
• campuran pasir dan kerikil yang bergradasi baik
• kain sintetis atau ijuk
• kombinasi keduanya

Konstruksi Filter
Lubang Pembuang
• Lubang pembuang dapat dibuat untuk membebaskan tekanan air
dari belakang dinding (penahan) dan di bawah lantai
• Lobang pembuang sebaiknya dipertimbangkan dalam perhitungan
perencanaan karena kapasitasnya untuk membebaskan tekanan
tergantung pada banyaknya parameter yang belum diketahui dan
sangat lokal sifatnya.

Tipe-tipe Lubang Pembuang


Alur Pembuang
• Alur pembuang berfungsi seperti lubang pembuang
• Kalau lubang pembuang berupa titik pembebas tekanan, maka alur
pembuang lebih panjang lagi
• Kebanyakan alur pembuang dibuat di ujung lantai kolam olak atau di
pangkal dinding penahan

Tipe-tipe Alur Pembuang


Pemberian Nama dan Tanda-tanda
pada Peta Irigasi

• Nama harus logis, sederhana tapi mampu memberikan


gambaran cukup jelas mengenai daerah irigasi yang
bersangkutan
• Nama dan tanda harus cukup pendek dan memberikan
petunjuk terhadap letak bangunan, saluran pemberi,
saluran drainasi maupun petak-petak sawah dalam suatu
daerah irigasi
• Memperhatikan kemungkinan adanya tambahan bangunan
dikemudian hari, sehingga dengan adanya bangunan baru
tersebut sistem pemberian nama yang telah dilaksanakan
tidak perlu diubah
Contoh sistem pemberian nama
pada jaringan irigasi
• Saluran primer diberi nama menurut nama sungai tempat mengambil air atau
daerah yang dilayani
• Saluran sekunder diberi nama menurut nama desa yang dekat dengan
permulaan saluran
• Ruas suatu saluran mempunyai nama RS2, berarti ruas itu terletak antara BS1
dan BS2
• Bangunan pembagi diberi nama BS1 berarti bangunan pembagi pada akhir
ruas RS1
• Nama bangunan antara bangunan pembagi diberi nama sesuai nama
bangunan pembagi di sebelah hilirnya, ditambah huruf kecil berturut-turut dari
hulu ke arah hilir Misalnya: BS1a, BS1b, BS1c, BS1d, dan seterusnya
• Saluran tersier diberi nama s2ka, berarti saluran tersier menerima air dari BS2
dan alirannya di sebelah sisi kanan saluran besar pada BS2
• Nama suatu unit tersier artinya adalah:
s1ki • unit tersier ini dilayani saluran tersier s1ki
90 120 • luas unit tersier adalah 90 ha
• kebutuhan air saat rendaman penuh = 120
liter/detik
contoh sistem pemberian nama
untuk saluran drainasi/pembuang
• Saluran drainasi diberi tanda dengan huruf-huruf besar dan
pemberian nama dimulai dari hilir ke arah hulu berturut-turut.
Misalnya: saluran A, B, C, D, E, F, G, dst. Bagian-bagian yang
diberi nama dengan huruf besar dibatasi oleh pertemuan-
pertemuan antara dua saluran drainasi, kecuali pada bagian awal
dan akhir batasnya adalah ujung saluran dan pertemuan antara
saluran tersebut di atas
• Saluran drainasi juga dibagi menjadi ruas-ruas, misalnya saluran
drainasi C dibagi menjadi empat ruas maka nama ruas-ruas
tersebut adalah C1, C2, C3 dan C4.
• Simbol yang memberi tanda “bangunan” pada saluran drainasi
adalah huruf b (huruf kecil) dan urutan nama bangunan dimulai dari
hilir ke arah hulu. Misal: 3bB2, ini berarti bangunan ke-3 pada
saluran drainasi B ruas yang ke-2
Skema Tata Nama
Jaringan Pembuang
pemberian tanda yang sering
dipergunakan di Indonesia

Bendung Jembatan

Bangunan pemberi Syphon

Bangunan pelimpah/
bangunan penguras Talang/aquaduct

Gorong-gorong/
Bangunan terjunan
urung-urung
Tugas 7
Sistem Jaringan Irigasi
• Pelajari dan diskusikan dalam kelompok: cara-
cara merencanakan jaringan irigasi, khususnya
dimensi saluran irigasi dan drainase, bangunan-
bangunan irigasi. Kemudian ungkapkan secara
skematik dalam kalimat sendiri.
• Buatlah perencanaan sistem jaringan irigasi untuk
lokasi yang dapat pilih sendiri, sebagai pertanian
lahan kering dan lahan basah.
• Tugas secara kelompok dikirim ke email:
nisansonmy@gmail.com. Secara pribadi masing-
masing ditulis tangan dalam buku yang terbendel
rapi.
Tugas 8
Perencanaan Sistem Jaringan Irigasi

• Lanjutkan perencanaan sistem jaringan irigasi


untuk lokasi yang dapat pilih sendiri, sebagai
pertanian
• Gambarkanlah rencana daerah irigasi anda.

Anda mungkin juga menyukai