Anda di halaman 1dari 30

BAB IV

BANGUNAN PELENGKAP JALAN

1.1. UMUM
Bangunan pelengkap jalan raya bukan hanya sekedar pelengkap akan tetapi
merupakan bagian penting yang harus diadakan untuk pengamanan kontruksi
jalan itu sendiri dan petunjuk bagi pengguna jalan agar unsur kenyaman dan
keselamatan dapat terpenuhi. Bangunan pelengkap jalan dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
1. Bangunan drainase jalan
2. Bangunan penguat tebing
3. Bangunan pengaman lalu lintas
4. Bangunan pengatur lalu lintas

1.1. BANGUNAN DRAINASE JALAN


Dua hal pokok yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan sistem
drainase untuk jalan raya, yaitu :
1. Drainase permukaan
2. Drainase bawah permukaan
Analisis hidrologi dilakukan sehubungan dengan “drainase permukaan”,
sedangkan adanya air tanah akibat proses infiltrasi dan kapilerisasi yang akan
mempengaruhi subgrade, stabilitas lereng dan tembok penahan tanah termasuk
dalam “drainase bawah permukaan”. Pada perancangan ini kami hanya merancang
sistem drainase permukaan.
1.1.1. Perhitungan Analisis Hidrologi
1. Menentukan Koefisien Pengaliran ()
Berikut ini adalah tabel untuk menentukan koefisien pengaliran berdasarkan
kondisi permukaan tanah yang dapat dilihat pada tabel 4.1 dan 4.2

Tabel 4.1 Koefisien pengaliran ()


No Kondisi Permukaan Tanah Koefisien Pengaliran
1. Jalan beton dan jalan aspal 0,70 - 0,95
2. Jalan kerikil dan jalan tanah 0,40 – 0,70
3. Bahu jalan
Tanah berbutir halus 0,40 – 0,65
Tanah berbutir kasar 0,10 – 0,20
Batuan masif keras 0,70 – 0,85
Batuan Masif Lunak 0,60 – 0,70
4. Daerah perkotaan 0,70 – 0,95
5. Daerah pinggir kota 0,60 – 0,70
6. Daerah industria 0,60 – 0,80
7. Pemukiman padat 0,60 – 0,80
8. Pemukiman tidak padat 0,40 – 0,60
9. Taman dan kebun 0,20 – 0,40
10. Persawahan 0,45 – 0,60
11. Perbukitan 0,70 – 0,80
12. Pegunungan 0,75 – 0,90
Sumber:Petunjuk desain drainase permukaan jalan No.008/T/BNKT/1990,Binkot Bina Marga.
Dep,PU,1990
Tabel 4.2 Koefisien pengaliran ()
No Kondisi Permukaan Tanah Koefisien Pengaliran
1. Pegunungan yang curam 0,75 - 0,90
2. Tanah bergelombang dan hutan 0,50 – 0,75
3. Dataran yang ditanami 0,45 – 0,60
4. Atap yang tembus air 0,75 – 0,95
5. Perkerasan aspal,beton 0,80 – 0,95
6. Tanah padat sulit diresapi 0,40 – 0,55
7. Tanah agak mudah diresapi 0,05 – 0,35
8. Taman/lapangan terbuka 0,40 – 0,60
9. Kebun 0,20
10. Perumahan tidak begitu rapat (20 rumah/ha) 0,25 – 0,40
11. Perumahan kerapatan sedang 0,40 – 0,70
12. Perumahan rapat (61-160 rumah/ha) 0,70 – 0,80
13. Daerah rekreasi 0,20 – 0,30
14. Daerah industria 0,80 – 0,90
15. Daerah perniagaan 0,90 – 0,95
Sumber: Diktat Drainasi Perkotaan ,IR.H. A. Halim Hasmar,MT - Menentukan
waktu konsentrasi (tc)

Tabel 4.3 Kecepatan aliran air ijin berdasarkan kemiringan saluran


No Kemiringan dasar saluran % Kecepatan rata-rata (m/dt)
1. <1 0,45
2. 1- < 2 0,60
3. 2- < 4 0,90
4. 4- < 6 1,20
5. 6- < 10 1,50
6. 10- < 15 2,40
Sumber:Diktat Drainasi Perkotaan ,IR.H. A. Halim Hasmar,MT
Tabel 4.4 Kecepatan aliran air ijin berdasarkan kemiringan saluran
No Kemiringan dasar saluran (%) Kecepatan rata-rata (m/dt)
1. ≤4 1
2. 5 0,995
3. 10 0,980
4. 15 0,955
5. 20 0,920
6. 25 0,875
7. 30 0,820
8. 50 0,500
Sumber:Diktat Drainasi Perkotaan ,IR.H. A. Halim Hasmar,MT

4.2.1 Perhitungan Saluran


Pada perhitungan ini, digunakan trase 2 (trase yang dipilih)

Jalan 3% Bahu 4% Elv 187.5

Elv 187.5
Elv. 60
Elv. 60
2.75 m 1m

L2= 444.06 m

365.29 m
365.29 m
Jalan Bahu Tebing

2.75 m 1m L1= 398.39 m


Diketahui : Elevasi tertinggi = 187,5 m
Elevasi terendah = 60 m
Lebar pekerasan jalan = 2,75 m
Lebar bahu jalan =1m
Kemiringan jalan = 2,35%
Panjang jalan ( P1 ) = 365,29 m
Panjang saluran ( P2 ) = 365,29 m
L1 = 398,39 m
L2 = 444,06 m
Penyelesaian :
1. Menentukan Luas Daerah Tangkapan Hujan ( A )
Luas perkerasan jalan ( A1 )= Lebar perkerasan jalan x P1
= 2.75 m x 365.29 m
= 1004,5 m2
Luas bahu jalan ( A2 ) = Lebar bahu jalan x P1
= 1 m x 365,29 m
= 365,29 m2

Luas tebing ( A3 ) =

= 401952 m2
Jadi luas daerah tangkapan hujan secara total adalah :
A total = A1 + A2 + A3
= 1004.5 + 365,29 + 401952
= 403322 m2
2. Berdasarkan Tabel diatas, maka Nilai Koefisien Pengaliran ( α ) :
Jalan perkerasan ( α1 ) = 0,9
Bahu jalan ( α2 ) = 0,7
Tebing ( α3 ) = 0,55
α desain =

= 0,551
3. Kemiringan Tebing

I tebing =

= 30,358 %
4. Menentukan Waktu Konsentrasi ( tc )
a. Untuk Jalan Perkerasan
i1 = 3 % ( dari tabel 4.23 diperoleh v1 = 0,9 m/dt )

to1 = = 0,00085 jam

b. Untuk Bahu Jalan


i2 = 4 % ( dari tabel 4.23 diperoleh v2 = 1.2 m/dt )

to2 = = 0,00023 jam

c. Untuk Daerah Tebing


i3 = 32 % ( dari tabel 4.23 diperoleh v3 = 2,4 m/dt )

to3 = = 0,04228 jam

d. Untuk saluran
i4 = 2,35 % ( dari tabel 4.23 diperoleh v4= 0,9 m/dt )
L = panjang saluran = 365,29 m

td = = 0,11274 jam

Waktu konsentrasi :
tc = ∑ to + td
= 0,00085 + 0,00023 + 0,04228 + 0,15610
= 0,15610 jam
5. Menentukan Intensitas Curah Hujan ( It )
Diketahui : Curah hujan ( R ) = 660.25 mm/ hari

R = mm/ jam

It = = 0,0901 mm/ jam

6. Menentukan Koefisien Penyebaran Hujan ( β )


A = 0,4033 km2, maka β = 1
7. Menentukan Debit Limpasan Permukaan ( Q )
Q = 1/360 x α x β x It x A
= 1/360 x 0,551 x 1 x 0,0901 x 403322
= 5,5637 m3/dt
8. Analisis Hidrolika

B
Gambar 4.1 Tampang Melintang Saluran Drainase

a. Luas tampang saluran


Fs = B x H
=HxH
= H2

b. Keliling basah saluran


Ps = B + 2H
= H + 2H
=3H
c. Radius hidrolik

R =

d. Koefisien Kekasaran Dinding


n = 0,010 (saluran untuk beton plesteran)
e. Formula manning :

Kecepatan aliran v =

= 7,3698 H2/3
Debit Aliran ( Q ) = Fs x v
5,5637 m3/dt= H2 x 7,3698 H2/3
5,5637 m3/dt= 7,3698 H8/3
H8/3 = 0,7549
H = 0,899 ≈ 0,9 m
B =H
= 1 x 0,9
= 0,9 m

H = 0,9 m

B = 0,9 m

Gambar 4.2 Dimensi Drainase Saluran 1


Berikut adalah rekapitulasi hasil perhitungan dimensi saluran drainase
yang dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Dimensi Saluran Drainase
Kode Kecepataan Panjang Lebar Tinggi
No Debit (Q)
Drainase (V) (L) (B) (H)
1 saluran 1 11.13 6.87 10 0.750 1.000
2 saluran 2 1.538 12.26 450 0.600 0.400
3 saluran 3 2.397 12.26 500 0.500 0.700
4 saluran 4 4.5474 13.299 300 0.600 0.800
5 saluran 5 4.6066 6.9104 400 0.800 1.000

1.1.1. Perhitungan Gorong – gorong


1. Data perencanaan :
a. Qmaks saluran = 11,13 m3/dt
b. Panjang Gorong-gorong = 10 m
c. Type gorong – gorong = lingkaran
d. Jenis / Bahan = beton bertulang
e. Kecepatan aliran maksimal(V) = 6,87 m/dt
2. Perhitungan
a. Debit Aliran ( Q ) =FxV
b. Luas Penampang Basah ( F ) =Q/V
= 11,13 / 6,87
= 1,62 m2
Syarat d = 0.8 D dan , Ø : 45o

F = x (4.5 – sinø) x D2

1.62 = x (4.5 – sin 45) x D2

D2 = 3,417 m2
D = 1,848 m ≈ 1,9 m
d = 0,8D = 0,8 x 1,9 = 1,52 m

3. Tebal Gorong – gorong


Tebal = ( I x D ) + 0,02
= (1/10 x 190 ) + 0,02
= 19,02 cm ≈ 20 cm
Dipakai tebal 20 cm; diameter dalam = 190 cm

20 cm

190 cm

20 cm

Gambar 4.3 Dimensi Gorong-gorong

4.2.2 Bangunan Penguat Tebing


Bangunan penguat tebing terdiri dari :
1. Perkuatan lereng
Perkuatan lereng adalah bangunan konstruksi nonstruktural untuk
melindungi lereng timbunan atau galian dari gerusan air dan angin yang
sifatnya tidak menahan beban. Perkuatan lereng dalam perencanaan teknik
jalan, juga termasuk bagian yang harus direncanakan dengan didasarkan
pada sifat dan jenis tanah bahan urugan pada daerah timbunan dan sifat serta
jenis tanah lereng alam pada daerah galian sehingga jenis perkuatan lereng
dapat ditentukan. Sistem drainase pada perkuatan lereng ini tidak boleh
diabaikan, dengan demikian dalam perencanaan perkuatan lereng harus
dipertimbangkan apakah perlu dibuat system bertangga (terasering), dibuat
saluran penangkap (catch ditch) dan dipasang pipa drainase pada perkuatan
lereng dengan pasangan batu alam atau beton.

2. Stabilisasi timbunan
Stabilisasi timbunan pada umumnya banyak digunakan pada peningkatan
jalan, baik pelebaran maupun pemindahan alinyemen. Stabilisasi timbunan
dapat dilakukan dengan berbagai jenis dan cara yang disesuaikan dengan
kebutuhan atau kondisi setempat, misalnya dengan tanaman, dengan
memperbaiki atau membuat drainase bawah permukaan atau membuat
tembok penahan dan lainnya.
3. Tembok penahan
Tembok penahan adalah bangunan struktural yang umumnya dibuat untuk
menahan badan jalan yang berupa timbunan yang cukup tinggi baik pada
daerah rolling maupun pada daerah dataran rendah yang memiliki perbedaan
tinggi muka air normal dan tinggi muka air banjir cukup besar sehingga
konstruksi badan jalan dibentuk berupa timbunan untuk menghindari banjir.
Jadi tembok penahan diperlukan untuk menahan kelongsoran badan jalan
pada lokasi dengan lereng atau talud cukup tinggi.
Dalam merancang dinding penahan tanah pada suatu penampang melintang
sungai, diperlukan data tanah untuk menghitung stabilitas dinding penahan
tanah, yaitu ketahanan geser (Fs) dan ketahanan gulingnya (Fo). Diperoleh
data tanah seperti pada tabel 4.5 dibawah ini

Tabel 4.6 Data Penyelidikan Tanah


No Parameter Tanah Aktif Tanah Pasif
Wet density 1,72
1 1,86
3
(T/m )

3 Sudut geser dalam (A0) 19 15

4 Kohesi (T/m2) 30 25

a. Dinding penahan tanah


Untuk menghitung stabilitas dinding penahan tanah, ketahanan geser
(Fs) dan ketahanan gulingnya (Fs), dapat digunakan rumus sebagai
berikut:
1) Ketahanan Geser (Fs)

....................................4.1

Dimana: Pp = tekanan pasif


Pa = tekanan aktif
Wi = berat dinding penahan tanah
= Soil-Concrete Friction Angel (0,5-0,7ɸ)
B = lebar pondasi
= adhesi (0,5-0,7C)
C = kohesi

2) Ketahanan Guling (Fo)

.........................................4.2

Dimana: Pp = tekanan pasif


Wi = berat dinding penahan tanah
Xi = jarak lengan momen ke titik berat
Pa = tekanan aktif

Dalam perencanaan dinding penahan tanah ini menggunakan dimensi


seperti pada gambar 4.10 dibawah ini
Gambar 4.4 Pendistribusian Tekanan pada DPT

Gambar 4.5 Rumus Pendistribusian

Berikut langkah menghitung keamanan suatu dinding penahan tanah


1) Menghitung Tekanan Aktif (Pa)
Untuk menghitung tekanan aktif dapat digunakan rumus berikut:

dengan
Didapat

= 11,829 Tonm
2) Menghitung Tekanan Pasif (Pp)
Untuk menghitung tekanan aktif dapat digunakan rumus berikut:

dengan

Didapat

= 32,946 Tm
3) Menghitung Wi
a) Komponen 1
Berat Jenis ( ) = 24 kN/m3
Luas = 1,8 x 3 = 3 m2
Volume = 3 x 1 = 3 m3
Berat = Volume x Berat Jenis
= 1,84 x 2,2 = 6,9 ton
b) Komponen 2

Berat Jenis ( ) = 24 kN/m3


Luas = 0,8 x 4 = 3,2 m2
Volume = 3,2 x 1 = 3,2 m3
Berat = Volume x Berat Jenis
= 3,2 x 2,2 = 7,36 ton

c) Komponen 3
Berat Jenis ( ) = 24 kN/m3
Luas = 0,5 x 1,4 x 4= 0,8 m2
Volume = 0,8 x 1 = 0,8 m3
Berat = Volume x Berat Jenis
= 0,8 x 2,2 = 1,84 ton

Sehingga diperoleh ∑Wi = 16,1 Ton

4) Menghitung Ketahanan Geser (Fs) DPT


Untuk menghitung Fs dapat digunakan rumus :

dengan

F sliding (ketahanan geser) yang didapat > 1,2 sehingga aman

5) Menghitung Ketahanan Guling (Fo) Dpt


Untuk menghitung ketahanan guling (Fo) pada dinding penahan
tanah, dapat digunakan distribusi tegangan yang sama dengan
perhitungan ketahanan geser. Rumus yang digunakan untuk
menghitung ketahanan guling (Fo) dapat dijabarkan sebagai
berikut:
Dimana: Pp = tekanan pasif
Pa = tekanan aktif
h/3 = jarak titik berat P ke titik momen
Wi = berat komponen
Xi = jarak titik berat Wi ke titik momen

Perhitungan panjang lengan komponen beban Wi dan distribusi tekanan


P dapat direkap dalam table berikut:

Tabel 4.7 Perhitungan Momen Komponen dan distribusi tekanan P


BERAT Lengan Momen
KOMPONEN
T m Tm
1 6,9 1,5 4.66
2 7,36 2,6 12.67
3 1,84 2,07 2.91
JUMLAH
20,24
ΣWI

Dari data momen yang diperoleh, dapat dihitung ketahanan dinding


penahan tanah terhadap guling (F overturning) dengan perhitungan
sebagai berikut

Dari perhitungan di atas didapat Fo > 1,5, yaitu sebesar 1,7. Jadi,
ketahanan dinding penahan tanah terhadap guling dapat dikatan aman.
b. Dinding penahan tanah tambahan I
Untuk menghitung stabilitas dinding penahan tanah, ketahanan geser
(Fs) dan ketahanan gulingnya (Fs), dapat digunakan rumus sebagai
berikut:
1) Ketahanan Geser (Fs)

..............................................4.1

Dimana: Pp = tekanan pasif


Pa = tekanan aktif
Wi = berat dinding penahan tanah
= Soil-Concrete Friction Angel (0,5-0,7ɸ)
B = lebar pondasi
= adhesi (0,5-0,7C)
C = kohesi

2) Ketahanan Guling (Fo)

..................................................4.2

Dimana: Pp = tekanan pasif

Wi = berat dinding penahan tanah

Xi = jarak lengan momen ke titik berat

Pa = tekanan aktif
Dalam perencanaan dinding penahan tanah ini menggunakan dimensi

seperti pada gambar 4.10 dibawah ini

Gambar 4.6 Pendistribusian Tekanan pada DPT

Gambar 4.7 Rumus Pendistribusian

Berikut langkah menghitung keamanan suatu dinding penahan tanah


1) Menghitung Tekanan Aktif (Pa)

Untuk menghitung tekanan aktif dapat digunakan rumus berikut:


dengan

Didapat

= 5,938 Tonm
2) Menghitung Tekanan Pasif (Pp)
Untuk menghitung tekanan aktif dapat digunakan rumus berikut:

dengan

Didapat,

= 49,755 Tm
3) Menghitung Wi
a) Komponen 1
Berat Jenis ( ) = 24 kN/m3
Luas = 1,5 x 0,75 = 1,13 m2
Volume = 1,13 x 1 = 1,13 m3
Berat = Volume x Berat Jenis
= 1,13 x 2,2 = 2,588 ton
b) Komponen 2

Berat Jenis ( ) = 24 kN/m3


Luas =1x3 = 3 m2
Volume = 3 x 1 = 3 m3
Berat = Volume x Berat Jenis
= 3 x 2,2 = 6,9 ton

c) Komponen 3

Berat Jenis ( ) = 24 kN/m3


Luas = 0,5 x 0,5 x 3= 0,75 m2
Volume = 0,75 x 1 = 0,75 m3
Berat = Volume x Berat Jenis
= 0,75 x 2,2 = 1,725 ton

Sehingga diperoleh ∑Wi = 11,213 Ton

4) Menghitung Ketahanan Geser (Fs) DPT


Untuk menghitung Fs dapat digunakan rumus

dengan

F sliding (ketahanan geser) yang didapat > 1,2 sehingga aman

5) Menghitung Ketahanan Guling (Fo) Dpt


Untuk menghitung ketahanan guling (Fo) pada dinding penahan
tanah, dapat digunakan distribusi tegangan yang sama dengan
perhitungan ketahanan geser. Rumus yang digunakan untuk
menghitung ketahanan guling (Fo) dapat dijabarkan sebagai
berikut:

Dimana: Pp = tekanan pasif


Pa = tekanan aktif
h/3 = jarak titik berat P ke titik momen
Wi = berat komponen
Xi = jarak titik berat Wi ke titik momen

Perhitungan panjang lengan komponen beban Wi dan distribusi tekanan P


dapat direkap dalam table berikut:

Tabel 4.8 Perhitungan Momen Komponen dan distribusi tekanan P


BERAT Lengan Momen
KOMPONEN
T m Tm
1 2,588 0,75 1,94
2 6,9 1 6,9
3 1,725 0,33 0,58
JUMLAH
9,45
ΣWI

Dari data momen yang diperoleh, dapat dihitung ketahanan dinding


penahan tanah terhadap guling (F overturning) dengan perhitungan
sebagai berikut
Dari perhitungan di atas didapat Fo > 1,5, yaitu sebesar 1,5. Jadi,
ketahanan dinding penahan tanah terhadap guling dapat dikatan aman.

c. Dinding penahan tanah II


Untuk menghitung stabilitas dinding penahan tanah, ketahanan geser
(Fs) dan ketahanan gulingnya (Fs), dapat digunakan rumus sebagai
berikut:
1) Ketahanan Geser (Fs)

....................................4.1

Dimana: Pp = tekanan pasif


Pa = tekanan aktif
Wi = berat dinding penahan tanah
= Soil-Concrete Friction Angel (0,5-0,7ɸ)
B = lebar pondasi
= adhesi (0,5-0,7C)
C = kohesi

2) Ketahanan Guling (Fo)

........................................4.2

Dimana: Pp = tekanan pasif


Wi = berat dinding penahan tanah
Xi = jarak lengan momen ke titik berat
Pa = tekanan aktif
Dalam perencanaan dinding penahan tanah ini menggunakan dimensi
seperti pada gambar 4.10 dibawah ini

Gambar 4.8 Pendistribusian Tekanan pada DPT

Gambar 4.7 Rumus Pendistribusian

Berikut langkah menghitung keamanan suatu dinding penahan tanah


1) Menghitung Tekanan Aktif (Pa)
Untuk menghitung tekanan aktif dapat digunakan rumus berikut:
dengan

Didapat

= 2,639 Tonm
2) Menghitung Tekanan Pasif (Pp)
Untuk menghitung tekanan aktif dapat digunakan rumus berikut:

dengan

Didapat,

= 32,973 Tm
3) Menghitung Wi
a) Komponen 1
Berat Jenis ( ) = 24 kN/m3
Luas = 1,125 x 0,5 = 0,56 m2
Volume = 0,56 x 1 = 0,56 m3
Berat = Volume x Berat Jenis
= 0,56 x 2,2 = 1,294 ton
b) Komponen 2

Berat Jenis ( ) = 24 kN/m3


Luas = 0,75 x 2 = 1,5 m2
Volume = 1,5 x 1 = 1,5 m3
Berat = Volume x Berat Jenis
= 1,5 x 2,2 = 3,45 ton
c) Komponen 3

Berat Jenis ( ) = 24 kN/m3


Luas = 0,5 x 0,375 x 2 = 0,38 m2
Volume = 0,38 x 1 = 0,863 m3
Berat = Volume x Berat Jenis
= 0,863 x 2,2 = 0,863 ton
Sehingga diperoleh ∑Wi = 5,606 Ton

4) Menghitung Ketahanan Geser (Fs) DPT


Untuk menghitung Fs dapat digunakan rumus

dengan

F sliding (ketahanan geser) yang didapat > 1,2 sehingga aman


5) Menghitung Ketahanan Guling (Fo) Dpt
Untuk menghitung ketahanan guling (Fo) pada dinding penahan
tanah, dapat digunakan distribusi tegangan yang sama dengan
perhitungan ketahanan geser. Rumus yang digunakan untuk
menghitung ketahanan guling (Fo) dapat dijabarkan sebagai
berikut:
Dimana: Pp = tekanan pasif
Pa = tekanan aktif
h/3 = jarak titik berat P ke titik momen
Wi = berat komponen
Xi = jarak titik berat Wi ke titik momen

Perhitungan panjang lengan komponen beban Wi dan distribusi


tekanan P dapat direkap dalam table berikut:

Tabel 4.9 Perhitungan Momen Komponen dan distribusi tekanan P


BERAT Lengan Momen
KOMPONEN
T m Tm
1 1,294 0,56 0,73
2 3,45 0,75 2,59
3 0,863 0,25 0,22
JUMLAH
3,54
ΣWI

Dari data momen yang diperoleh, dapat dihitung ketahanan dinding


penahan tanah terhadap guling (F overturning) dengan perhitungan
sebagai berikut

Dari perhitungan di atas didapat Fo > 1,5, yaitu sebesar 1,7. Jadi,
ketahanan dinding penahan tanah terhadap guling dapat dikatan aman.
4.2.3 Bangunan Pengaman Lalu Lintas
Sebelum jalan baru dibuka untuk lalu lintas, Pengaman lalu lintas harus
sudah dibuat untuk keamanan. Sarana lalu lintas yang umum digunakan terdiri
dari :
1. Pagar pengaman ( Railling Guard )
Pagar pengaman dipasang pada tikungan cukup tajam, dimana pada sisinya
merupakan lereng terjal dengan beda tinggi yang cukup besar antar muka
jalan dengan muka tanah sisi jalan. Bahan pangaman harus dari baja
galvanizer, sedangkan dimensi dan spesifikasi bahan sesuai dengan standar
Bina Marga.
Railling guard dipasang sepanjang tikungan. Pada perencanaan jalan raya
ini diperlukan sepanjang 2000 m. Dengan rincian sebagai berikut :
a. Tikungan 1 diperlukan railing guard sepanjang 1000 m
b. Tikungan 3 diperlukan railing guard sepanjang 550 m
2. Patok kilometer
Patok kilometer digunakan sebagai penanda jarak dari jalan yang ada. Patok
ini terbuat dari beton dan dipasang tiap jarak 100 m. Jarak pada rencana
jalan ini adalah 3738,104 m.

Banyak Patok = 7,476 ≈ 8 buah

Patok yang diperlukan sebanyak 8 buah.


3. Lampu penerang jalan
Lampu penerang jalan berfungsi untuk menerangi jalan terutama pada saat
malam hari. Jarak penyinaran lampu kendaraan terbatas, sehingga
mengakibatkan jarak pandang pengemudi terbatas. Dengan lampu
penerangan, setiap bagian jalan dapat terlihat oleh pengemudi. Lampu jalan
dipasang di sepanjang tepi jalan, dengan jarak antar lampu sejauh 100 m.

Banyak Lampu = 37,38104 ≈ 38 buah

lampu yang diperlukan untuk jalan ini adalah sebanyak 38 buah zig-zag
pada kedua sisi.
4.2.4 Bangunan Pengatur Lalu Lintas
Pengatur lalu lintas harus sudah dibuat untuk kelancaran berlalintas.
Sistem lalu lintas yang umum digunakan terdiri dari :
1. Rambu Lalu Lintas
Rambu lalu lintas dilihat dari fungsinya terdiri dari 3 kelas, yaitu :
a. Pengatur atau pengarah, digunakan kode R
b. Petunjuk, digunakan kode G
c. Peringatan, digunakan kode W
Bentuk rambu lalu lintas terdiri dari : lingkaran, belah ketupat, persegi
panjang atau bujur sangkar, bersilang, berbentuk anak panah dan segi
delapan. Warna yang digunakan pada umumnya seragam atau standar yang
berlaku internasional. Berikut adalah warna yang digunakan :

Tabel 4.10 Ketentuan Warna Rambu Lalu Lintas


Kode Warna
a. Dasar merah, tulisan putih
R b. Dasar putih, bingkai merah dan lambang hitam dan putih atau
tulisan hitam
W a. Dasar kuning, bingkai hitam dan tulisan/lambang hitam
a. Dasar biru, bingkai hitam dan tulisan/lambang hitam
b. Dasar biru, bingkai dan dasar lambang putih, lambang hitam
G
c. Dasar hijau, tulisan dan lambang putih
d. Dasar biru, tulisan kuning

Rambu yang dipasang pada jalan ini meliputi :


a. Rambu pembatas kecepatan
Rambu ini dibutuhkan sebanyak 5 buah
b. Rambu dilarang menyalip
Rambu ini dibutuhkan sebanyak 10 buah
c. Rambu hati – hati
Rambu ini dibutuhkan sebanyak 10 buah
2. Marka Jalan
Marka jalan yang dibuat pada jalan ini adalah marka pembatas jalan, terletak
pada median jalan. Pada jalan lurus marka jalan berupa garis putus-putus,
sedangkan pada jalan di tikungan marka jalan berupa garis tegas, yang
berarti tidak boleh mendahului kendaraan didepannya.
Untuk menghitung volume marka dapat digunakan rumus :
Marka lurus = 2 x 0,12 x panjang jalan
= 2 x 0,12 x 3738,104
= 897,145 m2
Marka putus = 0,12 x 5 x

= 0,12 x 5 x

= 280,358 m2
Volume marka yang dibutuhkan adalah sepanjang 1177,503 m2. Jarak antar
marka dapat dilihat pada gambar dibawah.

Gambar 4.9 Volume Marka Jalan


Marka jalan dibuat dengan cat warna putih dan kuning atau dengan material
lainnya yang ditempatkan pada permukaan perkerasan jalan, kurb atau objek
lainnya dengan maksud untuk mengatur lalulintas atau mengingatkan
pengendara.
Fungsi marka jalan bisa berdiri sendiri atau dikombinasikan dengan rambu
lalulintas. Marka jalan mempunyai arti pentingan dan efektif dalam sistem
pengaturan lalulintas, akan tetapi pada saat hujan lebat sulit dilihat.
Ada lima kategori marka jalan yang umum digunakan, yaitu :
a. marka pada perkerasan jalan
b. pada kurb jalan
c. tanda pada objek
d. petunjuk
e. perkerasan yang diberi warna
Jenis marka yang paling umum, “marka pada perkerasan” terdiri dari garis
memanjang dan melintang dengan tulisan dan lambang. Dengan pemilihan
warna, lebar dan jenis marka memanjang, maka perencana (traffic engineer)
dapat memberikan pesan kepada para pengendara. Penjelasan secara umum
adalah sebagai berikut :
a. Makna Garis :
1) Garis putus-putus bersifat “Boleh”
2) Garis penuh bersifat “Dilarang”
3) Garis penuh ganda adalah “Dilarang Keras”
b. Warna Garis :
1) Warna putih memisahkan arus lalu lintas ( batas lajur ) pada
arah yang sama
2) Warna kuning memisahkan arus lalu lintas pada arah yang
berlawanan
c. Tebal garis menunjukkan derajat penekanan

Anda mungkin juga menyukai