1.1. UMUM
Bangunan pelengkap jalan raya bukan hanya sekedar pelengkap akan tetapi
merupakan bagian penting yang harus diadakan untuk pengamanan kontruksi
jalan itu sendiri dan petunjuk bagi pengguna jalan agar unsur kenyaman dan
keselamatan dapat terpenuhi. Bangunan pelengkap jalan dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
1. Bangunan drainase jalan
2. Bangunan penguat tebing
3. Bangunan pengaman lalu lintas
4. Bangunan pengatur lalu lintas
Elv 187.5
Elv. 60
Elv. 60
2.75 m 1m
L2= 444.06 m
365.29 m
365.29 m
Jalan Bahu Tebing
Luas tebing ( A3 ) =
= 401952 m2
Jadi luas daerah tangkapan hujan secara total adalah :
A total = A1 + A2 + A3
= 1004.5 + 365,29 + 401952
= 403322 m2
2. Berdasarkan Tabel diatas, maka Nilai Koefisien Pengaliran ( α ) :
Jalan perkerasan ( α1 ) = 0,9
Bahu jalan ( α2 ) = 0,7
Tebing ( α3 ) = 0,55
α desain =
= 0,551
3. Kemiringan Tebing
I tebing =
= 30,358 %
4. Menentukan Waktu Konsentrasi ( tc )
a. Untuk Jalan Perkerasan
i1 = 3 % ( dari tabel 4.23 diperoleh v1 = 0,9 m/dt )
d. Untuk saluran
i4 = 2,35 % ( dari tabel 4.23 diperoleh v4= 0,9 m/dt )
L = panjang saluran = 365,29 m
td = = 0,11274 jam
Waktu konsentrasi :
tc = ∑ to + td
= 0,00085 + 0,00023 + 0,04228 + 0,15610
= 0,15610 jam
5. Menentukan Intensitas Curah Hujan ( It )
Diketahui : Curah hujan ( R ) = 660.25 mm/ hari
R = mm/ jam
B
Gambar 4.1 Tampang Melintang Saluran Drainase
R =
Kecepatan aliran v =
= 7,3698 H2/3
Debit Aliran ( Q ) = Fs x v
5,5637 m3/dt= H2 x 7,3698 H2/3
5,5637 m3/dt= 7,3698 H8/3
H8/3 = 0,7549
H = 0,899 ≈ 0,9 m
B =H
= 1 x 0,9
= 0,9 m
H = 0,9 m
B = 0,9 m
F = x (4.5 – sinø) x D2
D2 = 3,417 m2
D = 1,848 m ≈ 1,9 m
d = 0,8D = 0,8 x 1,9 = 1,52 m
20 cm
190 cm
20 cm
2. Stabilisasi timbunan
Stabilisasi timbunan pada umumnya banyak digunakan pada peningkatan
jalan, baik pelebaran maupun pemindahan alinyemen. Stabilisasi timbunan
dapat dilakukan dengan berbagai jenis dan cara yang disesuaikan dengan
kebutuhan atau kondisi setempat, misalnya dengan tanaman, dengan
memperbaiki atau membuat drainase bawah permukaan atau membuat
tembok penahan dan lainnya.
3. Tembok penahan
Tembok penahan adalah bangunan struktural yang umumnya dibuat untuk
menahan badan jalan yang berupa timbunan yang cukup tinggi baik pada
daerah rolling maupun pada daerah dataran rendah yang memiliki perbedaan
tinggi muka air normal dan tinggi muka air banjir cukup besar sehingga
konstruksi badan jalan dibentuk berupa timbunan untuk menghindari banjir.
Jadi tembok penahan diperlukan untuk menahan kelongsoran badan jalan
pada lokasi dengan lereng atau talud cukup tinggi.
Dalam merancang dinding penahan tanah pada suatu penampang melintang
sungai, diperlukan data tanah untuk menghitung stabilitas dinding penahan
tanah, yaitu ketahanan geser (Fs) dan ketahanan gulingnya (Fo). Diperoleh
data tanah seperti pada tabel 4.5 dibawah ini
4 Kohesi (T/m2) 30 25
....................................4.1
.........................................4.2
dengan
Didapat
= 11,829 Tonm
2) Menghitung Tekanan Pasif (Pp)
Untuk menghitung tekanan aktif dapat digunakan rumus berikut:
dengan
Didapat
= 32,946 Tm
3) Menghitung Wi
a) Komponen 1
Berat Jenis ( ) = 24 kN/m3
Luas = 1,8 x 3 = 3 m2
Volume = 3 x 1 = 3 m3
Berat = Volume x Berat Jenis
= 1,84 x 2,2 = 6,9 ton
b) Komponen 2
c) Komponen 3
Berat Jenis ( ) = 24 kN/m3
Luas = 0,5 x 1,4 x 4= 0,8 m2
Volume = 0,8 x 1 = 0,8 m3
Berat = Volume x Berat Jenis
= 0,8 x 2,2 = 1,84 ton
dengan
Dari perhitungan di atas didapat Fo > 1,5, yaitu sebesar 1,7. Jadi,
ketahanan dinding penahan tanah terhadap guling dapat dikatan aman.
b. Dinding penahan tanah tambahan I
Untuk menghitung stabilitas dinding penahan tanah, ketahanan geser
(Fs) dan ketahanan gulingnya (Fs), dapat digunakan rumus sebagai
berikut:
1) Ketahanan Geser (Fs)
..............................................4.1
..................................................4.2
Pa = tekanan aktif
Dalam perencanaan dinding penahan tanah ini menggunakan dimensi
Didapat
= 5,938 Tonm
2) Menghitung Tekanan Pasif (Pp)
Untuk menghitung tekanan aktif dapat digunakan rumus berikut:
dengan
Didapat,
= 49,755 Tm
3) Menghitung Wi
a) Komponen 1
Berat Jenis ( ) = 24 kN/m3
Luas = 1,5 x 0,75 = 1,13 m2
Volume = 1,13 x 1 = 1,13 m3
Berat = Volume x Berat Jenis
= 1,13 x 2,2 = 2,588 ton
b) Komponen 2
c) Komponen 3
dengan
....................................4.1
........................................4.2
Didapat
= 2,639 Tonm
2) Menghitung Tekanan Pasif (Pp)
Untuk menghitung tekanan aktif dapat digunakan rumus berikut:
dengan
Didapat,
= 32,973 Tm
3) Menghitung Wi
a) Komponen 1
Berat Jenis ( ) = 24 kN/m3
Luas = 1,125 x 0,5 = 0,56 m2
Volume = 0,56 x 1 = 0,56 m3
Berat = Volume x Berat Jenis
= 0,56 x 2,2 = 1,294 ton
b) Komponen 2
dengan
Dari perhitungan di atas didapat Fo > 1,5, yaitu sebesar 1,7. Jadi,
ketahanan dinding penahan tanah terhadap guling dapat dikatan aman.
4.2.3 Bangunan Pengaman Lalu Lintas
Sebelum jalan baru dibuka untuk lalu lintas, Pengaman lalu lintas harus
sudah dibuat untuk keamanan. Sarana lalu lintas yang umum digunakan terdiri
dari :
1. Pagar pengaman ( Railling Guard )
Pagar pengaman dipasang pada tikungan cukup tajam, dimana pada sisinya
merupakan lereng terjal dengan beda tinggi yang cukup besar antar muka
jalan dengan muka tanah sisi jalan. Bahan pangaman harus dari baja
galvanizer, sedangkan dimensi dan spesifikasi bahan sesuai dengan standar
Bina Marga.
Railling guard dipasang sepanjang tikungan. Pada perencanaan jalan raya
ini diperlukan sepanjang 2000 m. Dengan rincian sebagai berikut :
a. Tikungan 1 diperlukan railing guard sepanjang 1000 m
b. Tikungan 3 diperlukan railing guard sepanjang 550 m
2. Patok kilometer
Patok kilometer digunakan sebagai penanda jarak dari jalan yang ada. Patok
ini terbuat dari beton dan dipasang tiap jarak 100 m. Jarak pada rencana
jalan ini adalah 3738,104 m.
lampu yang diperlukan untuk jalan ini adalah sebanyak 38 buah zig-zag
pada kedua sisi.
4.2.4 Bangunan Pengatur Lalu Lintas
Pengatur lalu lintas harus sudah dibuat untuk kelancaran berlalintas.
Sistem lalu lintas yang umum digunakan terdiri dari :
1. Rambu Lalu Lintas
Rambu lalu lintas dilihat dari fungsinya terdiri dari 3 kelas, yaitu :
a. Pengatur atau pengarah, digunakan kode R
b. Petunjuk, digunakan kode G
c. Peringatan, digunakan kode W
Bentuk rambu lalu lintas terdiri dari : lingkaran, belah ketupat, persegi
panjang atau bujur sangkar, bersilang, berbentuk anak panah dan segi
delapan. Warna yang digunakan pada umumnya seragam atau standar yang
berlaku internasional. Berikut adalah warna yang digunakan :
= 0,12 x 5 x
= 280,358 m2
Volume marka yang dibutuhkan adalah sepanjang 1177,503 m2. Jarak antar
marka dapat dilihat pada gambar dibawah.