Disusun Oleh :
1. Diyah Larasati (18505241011)
2. Berlianti Rory N (18505241021)
3. Tsania Yulmi M (18505241024)
4. Nindya Kartika R (18505241025)
5. Isnaini Ayu W (18505241026)
Penulis
Daftar Isi
A. LATAR BELAKANG
Pada umumnya tipe aliran pada saluran terbuka adalah turbulen karena kecepatan aliran dan
kekasaran dinding relatif besar. Aliran melalui saluran terbuka disebut seragam apabila berbagai
variabel aliran seperti kedalaman,tampang basah, kecepatan dan debit pada setiap tampang di
sepajang aliranadalah konstan. Pada aliran seragam, garis energi, garis muka air, dan dasar saluran
adalah sejajar sehingga kemiringan ketiga garis tersebut adalah sama. Kedalaman air pada aliran
seragam disebut dengan kedalaman normal.
Alirana tersebut tidak seragam atau berubah apabila variabel aliran seperti kedalaman
tampang basah, kecepatan di sepanjang saluran tidak konstan. Apabila perubahan aliran terjadi
pada jarak yang panjang, maka disebut aliran berubah beraturan. Sebaliknya pabila terjadi pada
jarak yang pendek maka disebut aliran berubah cepat.
B. KAJIAN TEORI
Aliran disebut permanen apabila variabel aliran di suatu titik seperti kedalaman dan
kecepatan tidak berubah terhadap waktu. Apabila berubah terhadap waktu maka disebut aliran tidak
permanen. Zat cair yang mengalir melalui saluran terbuka akan menimbulkan tegangan geser pada
dinding saluran. Tahanan ini akan diimbangi oleh komponen gaya berat yang bekerja pada zat cair
dalam arah aliran. Di dalam aliran seragam, komponen gaya berat dalam arah aliran adalah
seimbangdengan tahanan geser. Tahanan feser ini tergantung pada kecepatan aliran. Berdasarkan
keseimbangan gaya-gaya yang terjadi dapat diturunkan rumus Chezy sebagai berikut:
V= C√RI
Dengan :
V : kecepatan aliran
C : koefisien Chezy
R : radius hidraulik
I : kemiringan muka air
Apabila kecepatan aliran dapat diketahui, maka akan mudah bagi kitauntuk menentukan harga
koefisien Chezy.
c. Stopwatch
2. Bahan
a. Air
Hidrolika adalah bagian yang terkait dengan gerak air atau mekanika aliran, sehingga air
adalah bahan utama yang digunakan dalam setiap praktikum hidrolika. Dalam SNI 8137 : 2005
pasal 3.2.2 tentang lokasi pengukuran muka air, dinyatakan bahwa tinggi muka air, h diukur
sebagai kedalaman di atas elevasi celah mercu bagian terendah. Pengukuran tinggi muka air
harus dilakukan pada lokasi 4h_maks sampai dengan 5h_maks dengan h_maks adalah tinggi
muka air maksimum yang diizinkan untuk mendapatkan hasil pengukuran yang teliti.
D. LANGKAH PENGUJIAN
1. Alirkan air dalam saluran dengan menjalankan pompa
2. Apabila dasar saluran dimiringkan, catatlah kemiringannya sebagai is
3. Ukurlah kedalaman di dua titik yang telah ditentukan jaraknya(L), 1 di bagian hulu,
yang lain dihilir sebagai h1 dan h2
4. Ukur debit aliran kemudian ukur kecepatan air di kedua titik sebagai v1 danv2
5. Ukurlah kemiringan muka air yang terjadi yaitu: iw=is+(h1-h2)/L
6. Amati keadaan aliran yang terjadi
7. Dari hasil pengukuran tersebut hitung Chezy nya
E. HASIL PENGUJIAN
1. Hasil Pengamatan
Saluran 1.
No Variabel aliran Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 Rerata
1 Kedalaman titik 1 (m) 0,329 0,34 0,348 0,339
2 Lebar dasar titik 1(m) 1,01 1,01 1,01 1,01
3 Lebar muka titik 1(m) 1,026 1,025 1,018 1,023
4 Kedalaman titik 2 (m) 0,438 0,443 0,439 0,44
5 Lebar dasar titik 2 (m) 0,956 0,954 0,955 0,955
6 Lebar muka titik 2 (m) 1 1,005 1,003 1,002
7 Kecepatan rerata aliran (m/s) 0,39 m/s 0,35 m/s 0,43 m/s 0,39 m/s
8 Kemiringan muka air (I) 0,001 0,001 0,001 0,001
Saluran 2
Percobaan 2
Dihitung dari titik 1 – titik 2 dengan jarak 10m :
Percobaan 3
Dihitung dari titik 1 – titik 2 dengan jarak 10m :
= 0,0366
Percobaan 2
Dihitung dari titik 1 – titik 2 dengan jarak 10m :
Percobaan 3
Dihitung dari titik 1 – titik 2 dengan jarak 10m :
= 0,018
Percobaan 2
Dihitung dari titik 1 – titik 2 dengan jarak 10m :
Percobaan 3
Dihitung dari titik 1 – titik 2 dengan jarak 10m :
1. Jika kecepatan saluran semakin besar maka jari jari yang di hasilkan akan semakin
kecil begitupun sebaliknya jika kecepatan semakin kecil maka jari-jari yang
dihasilkan akan semakin besar.
G. LAMPIRAN
1. Saluran 1
2. Saluran 2
3. Saluran 3
PRAKTIKUM HIDROLIKA
A. Latar Belakang
Ambang adalah salah satu jenis bangunan air yang dapat digunakan untuk menaikkan
tinggi muka air (h) serta menentukan debit aliran air (Q). Karena pola aliran di atas
ambang lebar dapat ditangani dengan teori hidrolika yang sudah ada sekarang, maka
bangunan ini bisa mempunyai bentuk yang berbeda-beda, sementara debitnya tetap sama
(Mulki, 2010 : 3).
Peluap didefinisikan sebagai bukaan pada salah satu sisi kolam atau tangki sehingga
zat cair (biasanya air) di dalam kolam tersebut melimpas di atas peluap. Peluap ini serupa
dengan lubang besar dimana elevasi permukaan zat cair sebelah hulu lebih rendah daripada
sisi atas lubang (Triatmojo, 1993 : 13).
B. Kajian Teori
Dalam percobaan ini akan ditinjau aliran pada ambang yang merupakan aliran berubah
tiba- tiba. Selain itu, dengan memperhatikan aliran pada ambang dapat dipelajari
karakteristik dan sifat aliran secara garis besar. Ambang yang akan digunakan adalah
ambang lebar dan ambang tajam. Fungsi penggunaan ambang lebar dan ambang tajam
adalah:
a. Ambang tersebut menjadi model untuk diaplikasikan dalam perancangan bangunan
pelimpah pada waduk dan sebagainya.
b. Bentuk ambang ini adalah bentuk yang sederhana untuk meninggikan muka air.
Sebagai contoh aplikasi, air yang melewati ambang lebar akan memiliki energi
potensial yang lebih besar sehingga dapat dialirkan ke tempat yang lebih jauh dan
dapat mengairi daerah yang lebih luas.
Terdapat perbedaan bentuk fisik antara ambang lebar dan ambang tajam, sehingga
mempengaruhi jatuhnya aliran. Pada ambang lebar air akan jatuh lebih lunak dari ambang
tajam, meskipun tinggi dan lebar ambang sama. Perbedaan bentuk fisik antara ambang
lebar dan ambang tajam dapat dilihat pada di bawah ini.
Jenis peluap ambang tajam merupakan salah satu konstruksi pengukur debit yang
banyak dijumpai di saluran-saluran irigasi maupun laboratorium. Debit aliran yang terjadi
pada ambang tajam dihitung menggunakan formula sebagai berikut :
A = W x h1 ..................................................................................(1)
𝑄
𝑈 = ..................................................................................(2)
𝐴
𝑄2
𝐻 = ℎ1 + ....................................................................(3)
𝐵2 ℎ0 2 2𝑔
3 𝑄
Cd = 𝑥 .......................................................................(4)
2
𝐵 √𝑔ℎ1 3
2
Q = cdB√gh1 3 ......................................................................(5)
3
Keterangan :
U : kecepatan rata-rata (m/s)
Q : debit aliran (m3/s)
A : luas penampang aliran (m2)
Cd : koefisien debit (m1,5/s)
h1 : tinggi air di atas hulu ambang (m)
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a) Multi Purpose Teaching Flume
Multi purpose teaching flume merupakan satu set model saluran terbuka dengan
dinding tembus pandang. Saluran ini dilengkapi dengan keran tekanan udara dan
pada titik-titik tertentu terdpat lubang untuk pemasangan model bangunan air.
Saluran ini dilengkapi pula dengan tangki pelayanan berikut pompa sirkulasi air,
dan alat pengukur debit (Anderson, 2014 : 2).
2. Bahan
a) Air
Gambar 7. Air
Hidrolika adalah bagian yang terkait dengan gerak air atau mekanika aliran,
sehingga air adalah bahan utama yang digunakan dalam setiap praktikum hidrolika.
Dalam SNI 8137 : 2005 pasal 3.2.2 tentang lokasi pengukuran muka air, dinyatakan
bahwa tinggi muka air, h diukur sebagai kedalaman di atas elevasi celah mercu
bagian terendah. Pengukuran tinggi muka air harus dilakukan pada lokasi 4h_maks
sampai dengan 5h_maks dengan h_maks adalah tinggi muka air maksimum yang
diizinkan untuk mendapatkan hasil pengukuran yang teliti.
D. Langkah Pengujian
1. Carilah saluran yang memiliki ambang lebar saluran terbuka.
2. Pastikan aliran air di atas ambang cukup tinggi (bisa diukur).
3. Catat harga lebar ambang (b), tinggi ambang (P), kedalaman aliran di hulu ambang
(yo), kedalaman aliran di atas ambang (yc), dan hu .
4. Hitunglah Q dan amati aliran yang terjadi
5. Ulangi percobaan untuk saluran yang lain
6. Gambarkan profil aliran yang terjadi.
E. Hasil Pengujian
1. Saluran 1 (Godean)
Data Percobaan
Q Y0 hU P YC
Percobaan ke l/det m m m m
1 29,75 0,434 0,169 0,265 0,077
2 28,709 0,437 0,165 0,272 0,074
3 30,55 0,46 0,172 0,288 0,086
4 30,02 0,475 0,17 0,305 0,079
5 29,75 0,461 0,169 0,292 0,075
Rerata 29,756 0,453 0,169 0,2844 0,0782
2. Saluran 2 (Klaten)
Data Percobaan
Q Y0 hU P YC
Percobaan ke l/det m m m m
1 15,08 0,161 0,04 0,121 0,038
2 12,88 0,157 0,036 0,121 0,043
3 6,15 0,143 0,022 0,121 0,035
4 10,795 0,153 0,032 0,121 0,04
5 9,31 0,15 0,029 0,121 0,024
Rerata 10,843 0,1528 0,0318 0,121 0,036
F. ANALISIS DATA SALURAN 1
a. Kecepatan
𝑈 = √2. 𝑔ℎ
= √2.9,81.0,169
= 1,82 𝑚/𝑠
b. Tinggi muka air dihulu ambang
HU = Y0 – P
Y0 = hU + P
c. Tinggi tekanan total di hulu ambang
H = yo + U2 /2g
= 0,45 + (1,82)2/2(9,81) = 0,619 m
d. Lebar ambang
B = 7,95 dm
e. Debit aliran
𝑄1 = 0,544 𝐶𝑑 𝐵√𝑔ℎ𝑢3
= 0,544.1.7,95√9,81 . 1,693
= 29,75 𝑙/𝑑𝑒𝑡
𝑄2 = 0,544 𝐶𝑑 𝐵√𝑔ℎ𝑢3
= 0,544.1.7,95√9,81 . 1,653
= 28,709 𝑙/𝑑𝑒𝑡
𝑄3 = 0,544 𝐶𝑑 𝐵√𝑔ℎ𝑢3
= 0,544.1.7,95√9,81 . 1,723
= 30,55 𝑙/𝑑𝑒𝑡
𝑄4 = 0,544 𝐶𝑑 𝐵√𝑔ℎ𝑢3
= 0,544.1.7,95√9,81 . 1,73
= 30,02 𝑙/𝑑𝑒𝑡
𝑄5 = 0,544 𝐶𝑑 𝐵√𝑔ℎ𝑢3
= 0,544.1.7,95√9,81 . 1,693
= 29,75 𝑙/𝑑𝑒𝑡
Sehingga debit rerata
𝑄1 + 𝑄2 + 𝑄3 + 𝑄4 + 𝑄5
=
5
29,75 + 28,709 + 30,55 + 30,02 + 29,75
=
5
= 29,756 𝑙/𝑑𝑒𝑡
G. ANALISIS DATA SALURAN 2
a. Kecepatan
𝑈 = √2. 𝑔ℎ
= √2.9,81.0,0318
= 0,79 𝑚/𝑠
b. Tinggi muka air dihulu ambang
HU = Y0 – P
Y0 = hU + P
c. Tinggi tekanan total di hulu ambang
H = yo + U2 /2g
= 0,1528 + (0,79)2/2(9,81) = 0,185 m
d. Lebar ambang
B = 35 dm
e. Debit aliran
𝑄1 = 0,544 𝐶𝑑 𝐵√𝑔ℎ𝑢3
= 0,544.1.35√9,81 . 0,43
= 15,08 𝑙/𝑑𝑒𝑡
𝑄2 = 0,544 𝐶𝑑 𝐵√𝑔ℎ𝑢3
= 0,544.1.35√9,81 . 0,363
= 12,88 𝑙/𝑑𝑒𝑡
𝑄3 = 0,544 𝐶𝑑 𝐵√𝑔ℎ𝑢3
= 0,544.1.35√9,81 . 0,223
= 6,15 𝑙/𝑑𝑒𝑡
𝑄4 = 0,544 𝐶𝑑 𝐵√𝑔ℎ𝑢3
= 0,544.1.35√9,81 . 0,323
= 10,795𝑙/𝑑𝑒𝑡
𝑄5 = 0,544 𝐶𝑑 𝐵√𝑔ℎ𝑢3
= 0,544.1.35√9,81 . 0,293
= 9,31 𝑙/𝑑𝑒𝑡
Sehingga debit rerata
𝑄1 + 𝑄2 + 𝑄3 + 𝑄4 + 𝑄5
=
5
15,08 + 12,88 + 6,15 + 10,795 + 9,31
=
5
= 10,843 𝑙/𝑑𝑒𝑡
H. KESIMPULAN
1. Nilai debit dipengaruhi oleh banyak hal yaitu koefisien 0,544 ; Cd, B, dan akar
Daftar Pustaka
Mulki, Malikul. 2010. BAB I Ambang Lebar. Palu : Tadulako University.
SNI 8137:2015. Pengukuran Debit Pada Saluran Terbuka Menggunakan Bangunan Ukur
Tipe Pelimpah Atas. Badan Standadisasi Nasional.
Anderson, B. 2014. Hidrolika Teknik Sipil-Ambang Lebar. Pontianak : Politeknik Negeri
Pontianak.
SNI 3400 : 2008. Tata Cara Pengukuran Pola Aliran Pada Model Fisik. Badan
Standadisasi Nasional.
Lutjito, M.T. Lab. Sheet Hidraulika. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta
Lampiran
PRAKTIKUM HIDROLIKA
A. Latar Belakang
Energi spesifik aliran pada penampang tertentu sebagai total energi pada penampang
yang dihitung dengan menggunakan dasar saluran sebagai titik duga ditentukan dengan:
𝑉2
E = h1 + ( )
2𝑔
Dengan :
E = tinggi energi (m)
H = tinggi muka air (m)
V = Kecepatan aliran (m/s)
g = Kecepatan gravitasi (m/s2)
Konsep energi spesifik dan kedalaman kritis dapar digunakan untuk menyelesaikan
beberapa masalah praktik yang penting percepatan aliran dapat disebabkan oleh
berkurangnya lebar saluran, naiknya ketinggian dasar atau keduanya. Saluran denga
penampang bentuk persegi empat dapat digunakan untuk kepentingan penyederhanaan.
B. Kajian Teori
Pada kondisi debit aliran yang konstan, tinggi tenaga pada aliran akan mencapai harga
minimum pada kondisi kedalaman kritik. Parameter ini merupakan dasar dari
pembahasanyang menyeluruh mengenai perilaku aliran bebas, karena respon dari aliran
terhadap tinggi tenaga sama bergantung pada apakah kedalaman yang terjadi lebih atau
kurang darikedalaman kritik.
Pada saluran terbuka. Neergi spesifik didefinisikan sebagai jumlah dari energi otential
(kedalaman aliran ) dan energi kinetik (tinggi kecepatan).
Pendekatan kurva energi spesifik dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya
1. Kenaikan dasar saluran
Gambar 3. Kurva energi spesifik untuk aliran pada perubahan kemiringan dasar
saluran
D. Keslamatan Kerja
1. Dalam bekerja harap berhati-hatidan patuhi protokol kesehatan
2. Jalin kerja sama dengan kelompoknya
3. Pilih saluran dengan debit / kedalaman kecil maks debit 1 m3/s atau kedalaman 1
m.
E. Langlah Kerja
1. Carilah kenaikan dasar, pintu sorong atau terjunan pada saluran
2. Ukurlah lebar dasardi hulu di bagian bangunan atau di bagian hilir aliran
3. Ukurlah kedalaman di hulu di bagian bangunan atau di bagian hilir aliran
4. Ukurlah kecepatan di hulu atau di bagian hilir aliran
5. Hitunglah debit aliran
6. Hitunglah kecepatan di bagian bangunan (kecepatan superkritis)
F. Hasil Pengujian
1. 305 0,615 1 0,525 0,36 0,361 0,485 0,45 0,607 0,626 0,626 0,584
2. 305 0,615 1 0,472 0,36 0,361 0,485 0,45 0,594 0,626 0,626 0,584
3. 305 0,615 1 0,493 0,36 0,361 0,485 0,45 0,6 0,626 0,626 0,584
ANALISIS DATA :
a. Kecepatan rerata aliran (Vo)
Percobaan 1
Dihitung dari titik 1 – titik 2 dengan jarak 5 m :
d. Bilangan Fr
𝑉
𝐹𝑟 =
√𝑔ℎ
0,496
𝐹𝑟 = = 0,201
√9,81.0,615
Fr < 1 ( oke )
f. Perhitungan E0
𝑉2
𝐸0 = ℎ0 +
2𝑔
0,4962
𝐸0 = 0,615 + = 0,626
2.9,81
g. Perhitungan E1=Ec
𝑄 0.305
q= = = 0,845
𝑏𝑐 0,361
3 𝑞2 3 0,845 2
yc = √ = √ = 0,417
𝑔 9.81
3 3
Ec = 𝑦𝑐 = 0,417 = 0,626
2 2
h. Perhitungan E2
𝑄2
𝐸2 = ℎ2 +
2𝑔ℎ22 𝑏22
0,3052
𝐸2 = 0,485 + = 0,584
2𝑔0,4852 0,452
i. Tabel Data Energi Spesifik dan Kedalaman beserta kurva energi spesifik
ho hc h2 Energi spesifik
m m m E0 E1 = Ec E2
0.61
0.605
0.6
0.595
0.59
0.584
0.585
0.58
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
ENERGI SPESIFIK
G. KESIMPULAN
1. “Jika dasar saluran dinaikkan, maka luas penampang harus berubah. Dengan luas
penampang yang berubah dan debit tersebut harus tetap,hal ini sesuai dengan
hukum kekekalan masa, maka diperlukan mengubah kedalaman dan kecepatan
aliran” Sehingga saluran yang kami amati tersebut sesuai dengan pernyataan diatas.
2. Jika 𝛥𝑍 = 0,165𝑚 < 𝛥𝑍𝑐 = 0,312 𝑚 maka dibagian kenaikan dasar saluran
tersebut akan mengalami penurunan kedalaman (h2 = 0,48 m) dan kecepatan
naik V2 = 0,6 m/s.
H. Lampiran
B. Kajian Teori
Aliran melalui sebuah pilar menunjukkan adanya gangguan yang terjadi pada aliran melalui
saluran terbuka akibat melalui tiang jembatan atau struktur penyangga pada spillway bendungan.
Pengaruh gangguan ini terutama pada saat aliran ini terbagi menjadi 2 aliran Gangguan ini
mengakibatkan terbulensi pada aliran pada saat 2 aliran bergabung menjadi satu pada ujung akhir
di hilir pilar. Kehilangan energi juga menghasilkan gaya seret. Besarnya kehilangan energi dan
gaya seret tergantung pada bentuk pilar dan besarnya penyempitan tampang aliran
h0 V0 V2 h2
h1
b0
c. Stopwatch
Stopwatch digunakan untuk mengukur waktu yang didapatkan selama percobaan
Gambar 4. Stopwatch
2. Bahan
a. Saluran Air
Saluran air yang digunakan memiliki lebar maksimal 0,8 meter. Saluran air yang kita
gunakan berada di daerah Godean Sleman Yogyakarta
Gambar 5. Saluran Air
D. Langkah Pengujian
1. Carilah saluran yang memiliki lebar maksimum 0,8 m
2. Pastikan aliran air di atas ambang cukup tinggi (bisa diukur)
3. Catat harga lebar saluran (b), kedalaman di hulu dan hilir aliran (h), dan kecepatan aliran di
hulu dan hilir, serta diameter pilar (D) .
4. Hitunglah Q hulu dan hilir
5. Ukurlah kedalaman di sekitar pilar (pilih yang paling minimal)
6. Gambarkan profil aliran yang terjadi.
E. Hasil Pengujian
Percobaan Bo ho Vo h2 V2 h1 D Q (m3/s)
ke m m m/s m m/s m m Hulu Hilir
1 0.75 0.211 0,525 0.20 0,49 0.215 0.12 0,083 0,079
2 0.75 0.21 0,477 0.207 0,425 0.225 0.12 0,075 0,072
3 0.75 0.206 0,578 0.205 0,516 0.223 0.12 0,089 0,086
F. ANALISIS DATA :
Percobaan 2
• Dihitung dari titik 1 – titik 2 dengan jarak 5 m :
Percobaan 3
• Dihitung dari titik 1 – titik 2 dengan jarak 5 m :
Percobaan 2
• Dihitung dari titik 1 – titik 2 dengan jarak 5 m :
Percobaan 3
• Dihitung dari titik 1 – titik 2 dengan jarak 5 m :
Jarak : waktu = 5 m : 9.68 s = 0,516 m/s
c. Debit
Dengan rumus Q=AxV maka di dapatkan
• Hulu
Percobaan 1 = V0 x A0 = 0,525 x (b.h) = 0,525 x (0,75.0,211) = 0,083 m3/detik
Percobaan 2 = V0 x A0 = 0,477 x (b.h) = 0,477 x (0,75.0,21) = 0,075 m3/detik
Percobaan 3 = V0 x A0 = 0,578 x (b.h) = 0,578 x (0,75.0,206) = 0,089 m3/detik
• Hilir
Percobaan 1 = V0 x A0 = 0,49 x (b.h) = 0,49 x (0,75.0,215) = 0,079 m3/detik
Percobaan 2 = V0 x A0 = 0,425 x (b.h) = 0,425 x (0,75.0,225) = 0,072 m3/detik
Percobaan 3 = V0 x A0 = 0,516 x (b.h) = 0,516 x (0,75.0,223) = 0,086 m3/detik
G. Kesimpulan
1. Semakin tinggi kecepatan pada aliran maka debit yang dihasilkan juga akan semakin
besar begitupun sebaliknya jika kecepatan aliran semakin kecil maka debit yang
dihasilkan juga akan kecil.
2. Nilai luas penampang semakin tinggi maka debit yang dihasilkan pun juga akan semakin
tinggi begitupun sebaliknya.
H. Lampiran
PRAKTIKUM HIDROLIKA
KEHILANGAN ENERGI PADA LONCAT AIR
A. Latar Belakang
Pada saluran terbuka, bila kedalaman dliran mengalami perubahan maka permukaan air
turut mengalami perubahan. Perubahan yangcepat pada kedalaman aliran
darikedudukanyang rendah ke kedudukan yang tinggi adalah merupakan peristiwa dalam
hidrolika. Peristiwa seperti ini dalamhidrolika disebut air loncat atau Hydraulik Jamp dan
aliran yang dapat di golongkan dalamaliran berubah cepat. Loncat air merupakan salah satu
contoh aliran tidak seragam (tidak beraturan) loncat air terjadi apabilaaliran super kritis
berubah menjadi su kritis, pada perubahan itu terjadi perubahan energi. Konsep perubahan
loncat air sering dipakai pada hitungan bangunan peredam energi di sebelah hilir bangunan
perlimpah,pintu air dll.
B. Kajian Teori
Apabila aliran berubah dari superkritik ke aliran sub kritik. Maka akan terjadi
loncat air karena terjadi pelepasan energi. Fenomena ini dapat terjadi apabila air
meluncur dibawah pintu sorong menuju ke bagian hilir yang mempunyai
kedalaman yang sangat besar.
Loncatan yang bcrgelombang akan terjadi pada saat perubahan kedalaman yang
terjadi tidak besar. Permukaan air akan bergelombang dalam rangkaian osilasi
yang lama kelamaan akan berkurang menuju daerah dengan aliran sub kritik.
Struktur yang menghasilkan loncat air dapat berupa
1. Perbahan kemiringan dari kemiringan dasar curam ke kemiringan dasar landai
h1
h2 h3
d) Stopwatch
Gambar 6. Stowatch
2. Bahan
a) Air
Gambar 7. Air
Hidrolika adalah bagian yang terkait dengan gerak air atau mekanika aliran,
sehingga air adalah bahan utama yang digunakan dalam setiap praktikum hidrolika.
Dalam SNI 8137 : 2005 pasal 3.2.2 tentang lokasi pengukuran muka air, dinyatakan
bahwa tinggi muka air, h diukur sebagai kedalaman di atas elevasi celah mercu bagian
terendah. Pengukuran tinggi muka air harus dilakukan pada lokasi 4h_maks sampai
dengan 5h_maks dengan h_maks adalah tinggi muka air maksimum yang diizinkan
untuk mendapatkan hasil pengukuran yang teliti.
D. Langkah Pengujian
1. Pasang pintu sorong pada saluran
2. Pasang point gauge pada saluran (di hulu dan, di hilir loncat air)
3. Buka pintu sorong setinggi 5 s/d 20 % dari kedalaman aliran
4. Ukur kedalaman, lebar dan kecepatan di hulu dan hilir aliran
5. Alirkan air perlahan-lahan sehingga nanti akan terbentuk LioncaT air terjadi di
hilir pintu sorong.
6. Amati dan gambarkan sketsa aliran/loncat air yang terjadi
7. Ukur lebar aliran dan kedalaman aliran di belakang pintu (b1, h1)
8. Uangi lagi untuk debit aliran yang lain
9. Hitung harga V1,
10. Gambarkan grafik hubungan antara h3/h2 dengan 𝛥H
E. Hasil Pengujian
Percobaa V1 b1 h1 E1 b2 h2 E2 b3 h3 V3 E3
n ke m/det m m m m M m m m m/det m
1 0,308 6 0,895 0,471 3,1 0,49 0,832 6 1 0,359 0,320
2 0,285 6,15 0,889 0,46 3,15 0,57 0,844 6,15 1 0,318 0,330
3 0,296 6,15 0,89 0,45 3,18 0,66 0,850 6,15 1 0,333 0,320
2. Debit
3. Mencari Kecepatan di V2
Q1 = 1,653 m3/detik
Q2 = 1,558 m3/detik
Q3 = 1,620 m3/detik
𝑄
Dengan rumus V= maka di dapatkan
𝐴
Percobaan 1
𝑄 1,653 1,653
V= = = = 1,088 m/s
𝐴 𝑏.ℎ 3,1.0,49
Percobaan 2
𝑄 1,558 1,558
V= = = = 0,867 m/s
𝐴 𝑏.ℎ 3,15.0,57
Percobaan 3
𝑄 1,620 1,620
V= = = = 0, 772 m/s
𝐴 𝑏.ℎ 3,18.0,66
4. Energi Spesifik (E1)
Dengan rumus :
𝑉1 2
𝐸1 = ℎ1 +
2𝑔
a. Titik 1
Percobaan 1 :
0,3082
𝐸1 = 0,895 + = 0,899
2𝑔
Percobaan 2 :
0,2852
𝐸1 = 0,889 + = 0,893
2𝑔
Percobaan 3 :
0,2962
𝐸1 = 0,89 + = 0,894
2𝑔
b. Titik 2
Percobaan 1 :
1,0882
𝐸2 = 0,49 + = 0,55
2𝑔
Percobaan 2 :
0,8672
𝐸2 = 0,57 + = 0,608
2𝑔
Percobaan 3 :
0,7722
𝐸2 = 0,66 + = 0,690
2𝑔
c. Titik 3
Percobaan 1 :
0,3592
𝐸3 = 1 + = 1,006
2𝑔
Percobaan 2 :
0,3182
𝐸3 = 1 + = 1,005
2𝑔
Percobaan 3 :
0,3332
𝐸3 = 1 + = 1,006
2𝑔
5. Total Kehilangan Energi (𝛥𝐻)
ℎ3 − ℎ2 2
𝛥𝐻 = [ ]
4ℎ2 ℎ3
a. Percobaan 1 :
ℎ3 − ℎ2 2
𝛥𝐻 = [ ]
4ℎ2 ℎ3
1− 0,49 2
𝛥𝐻 = [ ] = 0,0677
4.0,49.1
b. Percobaan 2 :
ℎ3 − ℎ2 2
𝛥𝐻 = [ ]
4ℎ2 ℎ3
1− 0,57 2
𝛥𝐻 = [ ] = 0,0355
4.0,57.1
c. Percobaan 3 :
ℎ 3 − ℎ2 2
𝛥𝐻 = [ ]
4ℎ2 ℎ3
1− 0,66 2
𝛥𝐻 = [ ] = 0,0165
4.0,66.1
6. Grafik Hubungan
GRAFIK HUBUNGAN
0.08
0.0677
0.07
0.06
0.05
0.0355
𝝙H
0.04
0.03
0.0165
0.02
0.01
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
h3/h2
G. KESIMPULAN
1. Dari hasil perhitungan di dapatkan U (Kecepatan) terbesar terjadi pada debit yang
lebih besar
2. Pada saat kedalaman aliran semakin kesar kecepatan akan semakin besar dan energi
yang hilang juga semakin besar.kedalaman aliran, kecepatan, dan energi yang hilang
saling mempengaruhi atau berhubungan.
H. Lampiran