Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGEMBANGAN KURIKULUM KEJURUAN


“Sejarah Pendidikan Vokasi Internasional di Amerika Serikat”

Dosen pengampu :

Prof. Drs. Sutarto, M.Sc.,Ph.D.

Disusun oleh :
Kelompok 1:

Rina Fitriyani (18505241022)


Tsania Yulmi (18505241024)
Dimas Anggara Nugraha (18505241047)

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sistem Pendidikan di AS
2.2 Awal Pendidikan Vokasi
2.3 Era Vocational Education
2.4 Era Vocational and Technical Education
2.5 Era Career and Technical Education

BAB III PENUTUP


3.1 SIMPULAN
3.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejarah pendidikan menunjukkan bagaimana beberapa masalah-masalah telah
diselesaikan, dan juga menunjukkan cara untuk penyelesaian masalah lainnya. Sejarah
pendidikan mempelajari sistem pendidikan, memilih sistem yang baik, dan menolak sistem
yang buruk, dan memperkenalkan siswa langsung pada pertanyaan-pertanyaan  pedagogis
yang telah mempengaruhi dunia, maka belajar tentang pendidikan sebaiknnya dimulai
dengan sejarah pendidikan.

Memasuki abad pendidikan Modern yang merupakan pertumbuhan dari pengalaman


masa lalu. Sistem pendidikan modern menggambarkan hasil-hasil yang diperoleh dan
menunjukkan kondisi pendidikan saat ini. Dalam pendidikan Modern adanya penghapusan
perbudakan manusia, ekstensi hak-hak politik, sains telah diakui sebagai instrument kuat
untuk mewujudkan peradaban (Seeley,2015, hlm. 293-294).

  Adapun yang akan kami bahas dalam makalah ini yakni mengenai sejarah  pendidikan
di Amerika. Pendidikan di Amerika sudah dirintis pada masa Amerika belum terbentuk.
Pada masa-masa awal, rakyat di seluruh koloni sudah sadar bahwa yang paling penting
untuk masa depan adalah dasar-dasar pendidikan dan budaya Amerika. Hal ini terus
berlanjut pada masa kolonial, diteruskan dan semakin disempurnakan pada masa-masa
berikutnya sampai sekarang (Richard, 1993, Wulandari, t.t).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah:
1. Bagaimana sistem pendidikan di USA?
2. Bagaimana awal pendidikan vokasi di Amerika?
3. Bagaimana Era Vocational Education ?
4. Bagaimana Era Vocational and Technical Education – VTE?
5. Bagaimana Era Career and Technical Education – CTE?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Sejarah Pendidikan Vokasi Internasional di Amerika Serikat
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sistem Pendidikan di USA

Pendidikan di Amerika Serikat (AS) pada dasarnya disediakan oleh pemerintah. Dana
penyelenggaraan bersumber dari dari 3 tingkatan pemerintah, yaitu:

- Pemerintah Pusat (Federal)

- Pemerintah Negara Bagian (State)

- Pemerintah Lokal (Local County/City)

Sistem pendidikan di USA terbagi dalam 4 jenjang pendidikan, yaitu:

(1) Taman Kanak-Kanak/Pra-dasar (Pre-elementary)

(2) Dasar (Elementary)

(3) Menengah (Secondary)

(4) Tinggi/Pasca Menengah (Post Secondary).

Gambar 1. Sistem Jalur dan Jenjang Pendidikan di Amerika


2.2 Awal Pendidikan Vokasi

Sistem pendidikan Della Vos dari Rusia menjadi perhatian banyak ahli pendidikan
Amerika dan menjadi titik awal pengembangan pendidikan vokasi.

Dua program ini merupakan pratanda awal dimulainya pengembangan kurikulum


Pendidikan Teknologi dan Vokasi di Amerika (Finch & Crunkilton, 1999).

1. Woodward memulai memprogramkan sekolah ketrampilan di Washington University


yang menerapkan pembelajaran Della Vos.

2. Runkle, presiden Massachusetts Institute of Technology (MIT), menerapkan


pembelajaran sistem Della Vos bagi mahasiswa teknik dan sekolah menengah yang
berada di kampus M.I.T.

Selama periode diskusi historis ini, dua figur penting mempresentasikan posisi
filosofis yang berbeda, yaitu apakah pendidikan vokasi dimasukan ke dalam sekolah umum
atau berdiri sendiri.

- Charles Allan Prosser sangat mendukung gagasan tentang teori “Efisiensi Sosial” yang
berpendapat bahwa sekolah harus direformasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
teknokrat.

- Sabaliknya, seorang ahli filsafat John Dewey, berfalsafah bahwa pergerakan pendidikan
industri saat ini memiliki beberapa potensi positif tetapi ia merasa hal ini harus
menumbuhkan masyarakat teknologi yang lebih humanis, yaitu dimana “ilmu pengetahuan,
teknologi, dan demokrasi akan melengkapi satu sama lain” (Wirth, 1972, 3).

Tonggak perundang-undangan ini menetapkan tahapan bagi pendidikan vokasi untuk


dipisahkan dan dibedakan dari pendidikan akademik.

2.3 Era Vocational Education

Charles Allen Prosser & Thomas Henry Quigley (1925). menyebutkan ke 16 teori
sebagai berikut.

1. Vocational education should occur in the most realistic setting that replicates the work
environment;
Pendidikan kejuruan harus terjadi dalam lingkungan paling realistis yang mereplikasi
lingkungan kerja;
2. Vocational education should be given in the same way, with the same tools, and with
the same machines as in the occupation itself;
Pendidikan kejuruan harus diberikan dengan cara yang sama, dengan alat yang sama,
dan dengan mesin yang sama seperti pada pekerjaan itu sendiri;
3. Vocational education should provide students with thinking habits - technical
knowledge and scientific problem-solving skills;
Pendidikan kejuruan harus membekali siswa dengan kebiasaan berpikir - pengetahuan
teknis dan keterampilan memecahkan masalah secara ilmiah;
4. Vocational education should capitalize on students' interests, aptitudes, and intrinsic
intelligence;
Pendidikan kejuruan harus memanfaatkan minat, bakat, dan kecerdasan intrinsik siswa;
5. Vocational education is for those who need it, want it, and are able to profit from it;
Pendidikan kejuruan diperuntukkan bagi mereka yang membutuhkan,
menginginkannya, dan mampu mengambil keuntungan darinya;
6. Vocational education should be taught by instructors who have experience in the
application of skills and theory;
Pendidikan kejuruan harus diajarkan oleh instruktur yang memiliki pengalaman dalam
penerapan keterampilan dan teori;
7. There is a minimum of productive ability to be possessed in order to secure
employment;
Ada minimal kemampuan produktif yang harus dimiliki untuk mendapatkan pekerjaan;
8. Vocational education should provide opportunities for students to repeat operations of
thinking and manipulative skills;
Pendidikan kejuruan harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengulangi
operasi pemikiran dan keterampilan manipulatif;
9. Vocational education should prepare students for current and future jobs;
Pendidikan kejuruan harus mempersiapkan siswa untuk pekerjaan saat ini dan masa
depan;
10. Vocational education should provide opportunities for students to perform operation on
actual jobs;
Pendidikan kejuruan harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan
operasi pada pekerjaan yang sebenarnya;
11. Reliable source of content for specific training is in the experiences of masters of the
occupation;
Sumber konten yang dapat diandalkan untuk pelatihan khusus adalah dari pengalaman
para ahli pekerjaan;
12. There is a body of content that is peculiar to every occupation;
Ada sekumpulan konten yang khas untuk setiap pekerjaan;
13. Vocational education should meet the needs of individuals when it is needed and in
such a way that they can benefit from it;
Pendidikan kejuruan harus memenuhi kebutuhan individu ketika dibutuhkan dan
sedemikian rupa sehingga mereka dapat memperoleh manfaat darinya;
14. Vocational education is effective when its methods of instruction is match with students'
methods of learning;
Pendidikan kejuruan efektif bila metode pengajarannya sesuai dengan metode
pembelajaran siswa;
15. Vocational education administration should be efficient, flexible, and standardized;
Administrasi pendidikan kejuruan harus efisien, fleksibel, dan standar;
16. There is a minimum level at which effective vocational education cannot be given, and
if the course does not permit this minimum of per capita cost, vocational education
should not be attempted.
Ada tingkat minimum dimana pendidikan kejuruan yang efektif tidak dapat diberikan,
dan jika mata pelajaran tidak mengizinkan biaya per kapita minimum ini, pendidikan
kejuruan tidak boleh dicoba.

Tabel 1. Perbedaan Pendidikan Umum (GE) dan Pendidikan Vokasi (VE)

Character General Education (GE) Vocational Education (VE)

1. Basic theory Faculty psychology Habit psychology


2. Form of General faculty training Specific habit training
3. training
Character of Standardized Widely diversified specific
4. content
Origin of Traditional selection content
Experiences of competent
5. Environment Isolated from life Under life conditions
6. Special Not regarded Regarded
7. interest
Special Not capitalized Capitalized
8. aptitudes
Basis of Ability to meet Ability to profit by the instruction
admission standardized
academic
9. Scope of requirements
Limited—chiefly youth Serve all groups, all ages
10. service
Repetitive Little Much
11. training
Qualifications Know content Hold specific occupational
12. Standards Academic Occupational
13. Objectives Appreciation and trained Ability to meet demands
faculties of a specified occupation
14. Method of Illustrations, information, On the job
training exercises, pseudo jobs
15. Working Practically common to all Different for each course
conditions of
16. Basis
courses
To offer a general To meet specific needs
operation
17. Leadership opportunity
General In specific occupations
18. Group Ignored Considered
characteristic Easy, simple, rigid
19. Administratio Difficult, complex, elastic
n
Pada tahun 1960an, orang-orang mulai menyadari bahwa dunia perlahan-lahan
berubah dari perekonomian Negara yang terpisah dan berbeda menjadi sebuah
perekonomian yang lebih holistic dan global.

Di tahun 1965, Dennis Mobley - Executive Secretary of American Vocational


Association - AVA mengusulkan "Vocational Education For All People“. Usulan tersebut
sejalan dengan prinsip John Dewey yang dikenal sebagai Bapak filosofi pendidikan vokasi
yang mengusulkan lima prinsip bagi sekolah vokasi yang efektif.

Terdapat 5 prinsip bagi sekolah vokasi yang efektif, yaitu:

(1) merupakan bagian dari program pendidikan (must be a part of the total education
program)

(2) terbuka untuk semua orang (available to all people)

(3) harus menjadi kepedulian setiap orang (must be everybody's concern)

(4) profesioalisasi harus berkelanjutan (professionalization must continue)

(5) harus memperhatikan kelompok muda (must consider youth group).


2.4 Era Vocational and Technical Education – VTE

Di tahun 1990, bertolak dari aturan di atas, dirumuskan program Technical


Education Preparation atau dikenal Tech-Prep. Tech-prep adalah Program Penggabungan
(artikulasi) antara program/kurikulum di tahun terkahir SLTA dengan program/kurikulum di
awal perguruan tinggi (comumnity college, polytechnic, and university). Contoh : 2 + 2
artinya 2 tahun diakhir pembelajaran SLTA digabung/diartikulasikan dengan 2 tahun di awal
perguruan tinggi (community college, polytechnic, university). Dalam program Tech-Prep
dirumuskan bersama penyelenggaraannya yang mencakup:

(1) Matapelajaran/kuliah inti yang harus diartikulasikan umumnya matematik, sain,


komunikasi, dan teknologi;

(2) Curriculum Tech-Prep baik di SLTA maupun di PT;

(3) Penyelenggaraan bersama program pengajaran Tech-Prep di sekolah dan program


perkuliahan di PT;

(4) Tim gabungan dalam penerimaan siswa untuk menjamin dia mampu menyelesaikan
program dan termasuk dan perolehan pekerjaan yang cocok;

(5) Keadilan dan kesetaraan penerimaan untuk siswa berkebuthan khusus;

(6) Persiapan praktek lapangan/industri; dan

(7) Koordinasi program sesuai ketentuan Pasal I Aturan Perkins.

2.5 Era Career and Technical Education - CTE

Di tahun akhir tahun 2006 melalui legislasi federal program atau pendidikan
keteknikan dan vokasi di USA berganti nama dari vocational and technical education
menjadi Pendidikan Keteknikan dan Karir (Career and Technical Education, CTE).

Berikut nilai-nilai utama CTE yang perlu dipahami oleh berbagai pihak:

1. Semua siswa SLTA perlu siap ke perguruan tinggi (college) atau meniti karirnya di
tempat kerja.

2. Kesiapan ke perguruan tinggi atau karir, keduanya perlu penguasaan pengetahuan dan
ketrampilan.
3. Bagaimana siswa belajar mempunyai dampak tertentu pada apa yang dia pelajari. Siswa
belajar intens ketika materi belajar terkait banyak dengan minat mereka, terkait dengan
dunia kerja yang nyata, dan kehidupan perguruan tinggi.

Association for Career and Technical Education , National Association of State


Directors of Career Technical Education Consortium and Partnership (2010) telah
merumuskan visi belajar dan mengajar abad 21 dalam CTE dalam menyiapkan siswanya
untuk menyongsong economi baru di era global.

Gambar 2. Visi belajar dan mengajar Mencapai Ketrampilan Abad 21


BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Seeley, L. (2015). History Of Education : Sejarah Pendidikan. Yogyakarta: Indonesia

Richad, P.(1993). Lessons from abroad : How 0ther countries educate their


Children.        Oxford: pergamonpress.

Anda mungkin juga menyukai