JARINGAN IRIGASI
P = b + 2h m2 1 .................................................................................................. (4.5)
b
n = ........................................................................................................................(4.6)
h
79
Keterangan:
Q : Debit saluran (m3/dt)
V : Kecepatan aliran (m/dt)
A : Luas areal (m2)
R : Jari – jari hidrolis (m)
P : Keliling basah (m)
I : Kemirimgan dasar saluran
k : Koefisien kekasaran stickler (m1/3/dt)
m : Kemiringan dinding saluran
80
Tabel 4.2. Kriteria perencanaan saluran irigasi tanpa pasangan
Karakteristik Perencanaan Satuan Saluran Tersier Saluran Kuarter
Kecepatan Maksimum
m/dt Sesuai dengan grafik. Sesuai dengan grafik
Kecepatan Minimum
m/dt 0,20 0,20
Harga K
m1/3 /dt 35 30
Lebar Minimum dasar
m 0,30 0,30
saluran (b)
Kemiringan Talud
m 1:1 1:1
Lebar Minimum Mercu
m 0,50 0,40
Tinggi Minimum Jagaan
m 0,30 0,20
(w)
Sumber : Dirjen Pengairan, Dep. P.U., 1986
A = (𝑏 + 𝑚ℎ)ℎ
= (1,54ℎ + 1ℎ)ℎ
= 2,53 ℎ2
81
P = b + 2h √𝑚2 + 1
= 1,54h + 2h√1 + 1
= 1,54h + 2,828h = 4,36 h
v = K × 𝑅 2/3 × 𝐼1/2
= 40 × 0,58ℎ2/3 × ℎ2/3 × 0,00151/2
= 1,09 ℎ2/3
Q = A×V
= 2,53 ℎ2 × 1,09 ℎ2/3
= 2,75 ℎ8/3
Q = 1,055 𝑚3 /dt
b =nxh
= 1,54 x 0,70 = 1,07 m
v = 1,09 x 0,702/3
= 0,86 m/s
Selanjutnya perhitungan dimensi saluran sekunder & tersier dilanjutkan dalam Tabel 4.3
82
Tabel 4.3 Perencanaan Dimensi Saluran
Luas Qrencana M K N i b1 A P R v1 Q h b2 v
Bagian Saluran 3 2 3
Lahan (lt/dt) (m /dt) (m) (m ) (m) (m) (m/dt) (m /dt) (m) (m) (m/dt)
(ha) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
A Saluran Primer
1 Potongan I-I 541,8 1054,885 1,055 1 40 1,53 0,0015 1,53 h 2,53 h^2 4,36 h 0,58 h 1,09 h2/3 2,75 h8/3 0,70 1,07 0,86
2 Potongan II-II 1379,7 2686,276 2,686 1,5 40 2,20 0,0022 2,20 h 3,70 h^2 5,81 h 0,64 h 1,39 h 2/3
5,14 h 8/3
0,78 1,72 1,18
B Saluran Sekunder
1 Potongan III-III 1193,4 2323,55 2,324 1,5 40 2,07 0,0021 2,07 h 3,57 h^2 5,68 h 0,63 h 1,34 h2/3 4,77 h8/3 0,76 1,58 1,12
2 Potongan IV-IV 368,1 716,6907 0,717 1 35 1,47 0,0015 1,47 h 2,47 h^2 4,30 h 0,57 h 0,93 h2/3 2,29 h8/3 0,65 0,95 0,69
3 Potongan V-V 967,5 1883,723 1,884 1,5 40 1,93 0,0019 1,93 h 3,43 h^2 5,54 h 0,62 h 1,28 h2/3 4,38 h8/3 0,73 1,41 1,03
4 Potongan VI-VI 265,5 516,9285 0,517 1 35 1,31 0,0013 1,31 h 2,31 h^2 4,14 h 0,56 h 0,86 h2/3 1,98 h8/3 0,60 0,79 0,61
5 Potongan VII-VII 664,2 1293,197 1,293 1 40 1,68 0,0017 1,68 h 2,68 h^2 4,51 h 0,59 h 1,16 h2/3 3,11 h8/3 0,72 1,21 0,93
6 Potongan VIII-VIII 146,7 285,6249 0,286 1 35 0,99 0,0010 0,99 h 1,99 h^2 3,82 h 0,52 h 0,71 h2/3 1,42 h8/3 0,55 0,54 0,48
7 Potongan IX-IX 374,4 728,9568 0,729 1 35 1,48 0,0015 1,34 h 2,34 h^2 4,17 h 0,56 h 0,92 h2/3 2,14 h8/3 0,67 0,99 0,70
8 Potongan X-X 64,8 126,1656 0,126 1 35 1,00 0,0010 1,00 h 2,00 h^2 3,83 h 0,52 h 0,72 h2/3 1,44 h8/3 0,40 0,40 0,39
83
Keterangan perencanaan dimensi saluran :
84
4.2 Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan dan
diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian,
pemberian dan penggunaan air irigasi beserta pembuangannya. Disamping itu jalan inspeksi
juga merupakan bagian dari jaringan irigasi.
85
b. Jaringan Irigasi Semi Teknis
Jaringan Irigasi Semi Teknis adalah jaringan irigasi yang bangunan-bangunannya
dilengkapi dengan alat pengatur pembagian air sehingga air irigasi dapat diatur tetapitidak
dapat diukur.
86
Sumber: Dirjen Pengairan DPU, 1986.
Gambar 4.4 Jaringan irigasi sederhana
87
b. Saluran Sekunder
Saluran sekunder adalah saluran yang membawa air dari bangunan utama ke saluran
sekunder dan petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut.Batas
ujung saluran ini adalah pada bangunan sadap terakhir.
c. Saluran Tersier
Saluran tersier adalah saluran yang membawa air dari bangunan sadap tersier ke
dalam petak tersier.
d. Saluran Pembuang
Saluran pembuang adalah saluran yang berfungsi membuang kelebihan air.Saluran
pembuang yang diinventarisasi adalah saluran pembuang buatan dan saluran
pembuang alam sekunder.
4.3 Nomenklatur
Dalam perencanaan jaringan irigasipemberian nama, baik saluran maupun bangunan
memiliki cara dan aturan tersendiri, sehingga dengan pemberian nama tersebut
mempermudah dalam operasional maupun pemeliharaannya, cara pemberian nama suatu
jaringan irigasi dikenal dengan istilah nomenklatur.
4.3.1 Peristilahan
Petak tersier adalah jaringan saluran yang melayani areal didalam petak tersier.
Jaringan tersier terdiri dari:
Jaringan bagi : Saluran dan bangunan yang membawa dan membagi air dari
bangunan sadap tersier ke petak-petak kuarter (saluran tersier)
Jaringan pemakai : Saluran dan bangunan yang membawa air dari jaringan bagi petak-
petak sawah (saluran kuarter)
Jaringan pembuang : Saluran dan bangunan yang membuang kelebihan air dari petak-
petak sawah ke jaringan pembuang utama.
88
3. Satu atau dua huruf sebutan, jangan dipakai untuk dua objek dalam satu daerah irigasi,
misalnya: Cg untuk sebutan cikarang sebaiknya Ckr,Cg bisa untuk cikembang
sebaiknya dipakai Ckm.
4. Sebutan objek demi objek harus sesuai dengan maksudnya, misalnya : Bd untuk
bendungan yang bisa diikuti oleh nama sungai, nama desa ataupun nama saluran
induknya.
Pada gambar 4.5 adalah contoh standar sistem tatanama untuk skema jaringan
daerah irigasi, sedangkan gambar 4.6 adalah contoh standar sistem tatanama skema
bangunan-bangunan irigasi.
89
Sumber: Dep. Kimpraswil ,2002.
Gambar 4.6 Contoh skema bangunan-bangunan irigasi
4.3.4 Ukuran
Dimulai dari ukuran sebagai langkah awal dalam membuat gambar.Yaitu mulai
dari ukuran kertas gambar, ukuran garis tepi maupun ukuran ketebalan garis.Ukuran kertas
gambar yang dipergunakan, mengacu ukuran internasional mempergunakan indeks, mulai
AO, A1 dan seterusnya sampai A4, selengkapnya tersaji dalam Tabel 4.4 berikut.
90
Table 4.4 Standar ukuran kertas gambar tegak dan datar serta ketentuan garis tepi
gambar(dalam satuan mm).
Ukuran Kertas Garis tepi gambar
No. Kode Keterangan
Tegak Datar Kiri Atas Kanan Bawah
1 AO 841 1189 50 10 10 10
2 A1 594 841 50 10 10 10
Dobel kuarto
3 A2 420 594 25 5 5 5
Kuarto
4 A3 297 420 25 5 5 5
5 A4 297 210 25 5 5 5
Sumber: Dep. Kimpraswil, 2002.
4.3.5 Simbol
Symbol dalam peta tau gambar dimaksudkan agar memberikan gambaran yang
jelas maksud dari gambar, ada kesamaan persepsi untuk semua pihak dengan symbol yang
dimaksud. Hal ini terkait dengan ungkapan maksud bangunan yang digambar serta cara
memberikan arsir dalam gambar, sehingga sampai ke bahan bangunan yang
dipergunakanpun tergambarkan. Macam-macam bangunan diberikan symbol tertentu,
sehingga gambar benar-benar sederhana dan mudah dimengerti.
Sebagai kelengkapan ditambahkan contoh arsir dalam gambar yang menyatakan
bahan bangunan yang dipergunakan, ditunjukkan dalam table 4.5.
91
Tabel 4.5 Simbol pada peta/gambar dan ukuran ketebalan garis/pena.
4.3.6 Notasi
Pemberian notasi atau penamaan bangunan dilakukan mempergunakan huruf dan
angka, sehingga terkesan singkat dan mudah dimengerti, karena umumnya telah
menyangkut lokasi bangunan, macam bangunan dan kapasitas bangunan. Pada umumnya
terkait dengan notasi dalam perhitungan, sebagai missal Q untuk debit aliran dan
seterusnya.
92
Tabel 4.6 Beberapa contoh standar arsiran pada gambar.
4.3.7 Satuan
Pemberian satuan sangat ditekankan bersamaan dengan suatu notasi, sehingga
suatu notasi tergambarkan berapa ukuran satuannya, sebagai missal dalam menghitung
dimensi saluran, rumus yang digunakan:
Q = A x v ................................................................................................................ (4.7)
A : Luas penampang aliran (m2)
v : Kecepatan aliran (m/dt)
93
Jadi pemberian notasi dan satuan diharapkan semua pihak sama, sehingga maksud
penyampaiannya pasti terpenuhi.
94