Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

JARINGAN IRIGASI

4.1 Perencanaan Saluran


Kapasitas saluran irigasi harus ditentukan dari kebutuhan irigasi selama pengairan
lahan, bila dipakai sistem rotasi (permanen) maka perlu penyesuaian yang lebih lanjut
sehingga tipe rotasi yang akan diterapkan perlu ditentukan terlebih dahulu.
Tahapan perhitungan dimensi saluran irigasi direncanakan mulai dari berapa: (a)
kebutuhan irigasi untuk semua lahan, (b) kapasitas rencana sebuah bangunan, (c) elevasi
muka air rencana, dan (d) menentukan karakteristik salurannya.

Gambar 4.1 Contoh saluran irigasi


Keterangan :
W : Tinggi jagaan (m)
h : Tinggi muka air dari dasar saluran (m)
B : Lebar dasar saluran (m)
m : Kemiringan dinding saluran
Karakteristik saluran dapat di hitung dengan rumus strickler :
v = k x R2/3 x I1/2 ........................................................................................................................................................ (4.1)
Q = A x k x R2/3 x I1/2................................................................................................(4.2)
A
R = ....................................................................................................................... (4.3)
P
A = (b + m.h) x h .......................................................................................................(4.4)

P = b + 2h m2  1 .................................................................................................. (4.5)
b
n = ........................................................................................................................(4.6)
h
79
Keterangan:
Q : Debit saluran (m3/dt)
V : Kecepatan aliran (m/dt)
A : Luas areal (m2)
R : Jari – jari hidrolis (m)
P : Keliling basah (m)
I : Kemirimgan dasar saluran
k : Koefisien kekasaran stickler (m1/3/dt)
m : Kemiringan dinding saluran

Tabel 4.1 Klasifikasi jaringan irigasi


No Bagian Bangunan Klasifikasi Jaringan Irigasi
1 Bangunan Utama Bangunan Bangunan Permanen Bangunan
Permanen atau semi Permanen Sementara

2 Kemampuan Bangunan dalam Baik Sedang Jelek


mengukur & mengatur debit
3 Jaringan Saluran Saluran Irigasi Saluran Irigasi dan Saluran Irigasi
dan Pembuang Pembuang tidak dan pembuang
tidak sepenuhnya terpisah jadi satu
sepenuhnya
terpisah
4 Petak Tersier Dikembangkan Belum dikembangkan Belum ada
Sepenuhnya atau densitas bangunan jaringan terpisah
tersier jarang yang
dikembangkan
5 Efesiensi secara keseluruhan 50 - 60% 40 – 50% <40%
6 Ukuran Tak ada Sampai 2000 ha Tak lebih dari
batasan 500 ha
Sumber : Dirjen Pengairan, Dep. P.U., 1986

80
Tabel 4.2. Kriteria perencanaan saluran irigasi tanpa pasangan
Karakteristik Perencanaan Satuan Saluran Tersier Saluran Kuarter
Kecepatan Maksimum
m/dt Sesuai dengan grafik. Sesuai dengan grafik
Kecepatan Minimum
m/dt 0,20 0,20
Harga K
m1/3 /dt 35 30
Lebar Minimum dasar
m 0,30 0,30
saluran (b)
Kemiringan Talud
m 1:1 1:1
Lebar Minimum Mercu
m 0,50 0,40
Tinggi Minimum Jagaan
m 0,30 0,20
(w)
Sumber : Dirjen Pengairan, Dep. P.U., 1986

4.1.1 Dimensi Saluran Irigasi


Potongan l - l ( SALURAN PRIMER )
Diketahui :
Q = 1,055 𝑚3 /dt
Q = 1,00 – 1,50 𝑚3 /dt
K = 40
m = 1
n = 1,53
I = 0,0015
Penyelesaian:
Karena Q berada diantara 1,00 – 1,50 dilakukan interpolasi :
= 1,5 + (1,055-1,00/1,50-1,00) × (1,80-1,50) = 1,53
Jadi, n = 1,53
b/h = n maka b = 1,53h

A = (𝑏 + 𝑚ℎ)ℎ
= (1,54ℎ + 1ℎ)ℎ
= 2,53 ℎ2

81
P = b + 2h √𝑚2 + 1
= 1,54h + 2h√1 + 1
= 1,54h + 2,828h = 4,36 h

R = A/P = 2,54 ℎ2 /4,37 h = 0,58 h

v = K × 𝑅 2/3 × 𝐼1/2
= 40 × 0,58ℎ2/3 × ℎ2/3 × 0,00151/2
= 1,09 ℎ2/3

Q = A×V
= 2,53 ℎ2 × 1,09 ℎ2/3
= 2,75 ℎ8/3
Q = 1,055 𝑚3 /dt

Jadi 2,75 ℎ8/3 = 1,055 𝑚3 /dtsehingga


h = (1,055 /2,75)3/8
= 0,70 meter

b =nxh
= 1,54 x 0,70 = 1,07 m

v = 1,09 x 0,702/3
= 0,86 m/s

Selanjutnya perhitungan dimensi saluran sekunder & tersier dilanjutkan dalam Tabel 4.3

82
Tabel 4.3 Perencanaan Dimensi Saluran

Luas Qrencana M K N i b1 A P R v1 Q h b2 v
Bagian Saluran 3 2 3
Lahan (lt/dt) (m /dt) (m) (m ) (m) (m) (m/dt) (m /dt) (m) (m) (m/dt)
(ha) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
A Saluran Primer
1 Potongan I-I 541,8 1054,885 1,055 1 40 1,53 0,0015 1,53 h 2,53 h^2 4,36 h 0,58 h 1,09 h2/3 2,75 h8/3 0,70 1,07 0,86
2 Potongan II-II 1379,7 2686,276 2,686 1,5 40 2,20 0,0022 2,20 h 3,70 h^2 5,81 h 0,64 h 1,39 h 2/3
5,14 h 8/3
0,78 1,72 1,18
B Saluran Sekunder
1 Potongan III-III 1193,4 2323,55 2,324 1,5 40 2,07 0,0021 2,07 h 3,57 h^2 5,68 h 0,63 h 1,34 h2/3 4,77 h8/3 0,76 1,58 1,12

2 Potongan IV-IV 368,1 716,6907 0,717 1 35 1,47 0,0015 1,47 h 2,47 h^2 4,30 h 0,57 h 0,93 h2/3 2,29 h8/3 0,65 0,95 0,69

3 Potongan V-V 967,5 1883,723 1,884 1,5 40 1,93 0,0019 1,93 h 3,43 h^2 5,54 h 0,62 h 1,28 h2/3 4,38 h8/3 0,73 1,41 1,03

4 Potongan VI-VI 265,5 516,9285 0,517 1 35 1,31 0,0013 1,31 h 2,31 h^2 4,14 h 0,56 h 0,86 h2/3 1,98 h8/3 0,60 0,79 0,61

5 Potongan VII-VII 664,2 1293,197 1,293 1 40 1,68 0,0017 1,68 h 2,68 h^2 4,51 h 0,59 h 1,16 h2/3 3,11 h8/3 0,72 1,21 0,93

6 Potongan VIII-VIII 146,7 285,6249 0,286 1 35 0,99 0,0010 0,99 h 1,99 h^2 3,82 h 0,52 h 0,71 h2/3 1,42 h8/3 0,55 0,54 0,48

7 Potongan IX-IX 374,4 728,9568 0,729 1 35 1,48 0,0015 1,34 h 2,34 h^2 4,17 h 0,56 h 0,92 h2/3 2,14 h8/3 0,67 0,99 0,70

8 Potongan X-X 64,8 126,1656 0,126 1 35 1,00 0,0010 1,00 h 2,00 h^2 3,83 h 0,52 h 0,72 h2/3 1,44 h8/3 0,40 0,40 0,39

83
Keterangan perencanaan dimensi saluran :

Kolom 1 : Debit rencana (lt/dt)


Kolom 2 : Kemiringan talud
Kolom 3 : Koefisien kekasaran
Kolom 4 : Harga n
Kolom 5 : Kemiringan dasar saluran
Kolom 6 : Lebar dasar saluran (m)
Kolom 7 : Potongan melintang saluran (m2 )
Kolom 8 : Keliling basah pada saluran (m) = b + 2h √m2 + 1
Kolom 9 : Jari-jari hidrolis (m)
Kolom 10 : Kecepatan aliran (m/dt)
Kolom 11 : Debit (m)
Kolom 12 : Tinggi air dalam saluran (m)
Kolom 13 : Lebar dasar saluran (m)
Kolom 14 : Cek kecepatan aliran (m/dt)

84
4.2 Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan dan
diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian,
pemberian dan penggunaan air irigasi beserta pembuangannya. Disamping itu jalan inspeksi
juga merupakan bagian dari jaringan irigasi.

4.2.1 Daerah Irigasi


Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah atau hamparan tanah yang mendapat air dari
satu jaringan irigasi, terdiri dari:
a. Areal (hamparan tanah yang akan diberi air).
b. Bangunan utama.
c. Jaringan irigasi (saluran dan bangunannya).

4.2.2 Macam-Macam Jaringan Irigasi


a. Jaringan Irigasi Teknis
Jaringan Irigasi Teknis adalah jaringan yang bangunan pengambilan dan
bangunan bagi/sadap yang dilengkapi dengan alat pengatur pembagian air dan alat ukur,
[sehingga air irigasi yang dialirkan dapat diatur dan diukur.

Sumber: Dirjen Pengairan DPU, 1986.


Gambar 4.2 Jaringan irigasi teknis

85
b. Jaringan Irigasi Semi Teknis
Jaringan Irigasi Semi Teknis adalah jaringan irigasi yang bangunan-bangunannya
dilengkapi dengan alat pengatur pembagian air sehingga air irigasi dapat diatur tetapitidak
dapat diukur.

Sumber: Dirjen Pengairan DPU, 1986.


Gambar 4.3 Jaringan irigasi semi teknis

c. Jaringan Irigasi Sederhana


Jaringan Irigasi Sederhana adalah ja ringan irigasi yang bangunan-bangunannya tidak
dilengkapi dengan alat pengatur pembagian air dan alat ukur, sehingga air irigasi tidak dapat
diatur dan umumnya bangunannya mempunyai konstruksi semi permanen/tidak permanen.

86
Sumber: Dirjen Pengairan DPU, 1986.
Gambar 4.4 Jaringan irigasi sederhana

4.2.3 Macam-Macam Bangunan Irigasi


a. Bangunan Bagi
Bangunan bagi adalah bangunan air yang terletak di saluran primer dan
sekunder pada suatu titik cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua
saluran atau lebih.
b. Bangunan Bagi Sadap
Bangunan bagi sadap adalah bangunan bagi yang mempunyai pintu sadap ke
petak tersier.
c. Bangunan sadap
Bangunan sadap adalah bangunan air yang berfungsi mengalirkan air dari
saluran primer atau sekunder ke saluran tersier.

4.2.4 Macam-Macam Saluran Irigasi


a. Saluran Primer
Saluran primer adalah saluran yang membawa air dari bangunan utama ke saluran
sekunder dan petak-petak tersier yang diairi batas ujung saluran primer adalah
bangunan bagi terakhir.

87
b. Saluran Sekunder
Saluran sekunder adalah saluran yang membawa air dari bangunan utama ke saluran
sekunder dan petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut.Batas
ujung saluran ini adalah pada bangunan sadap terakhir.
c. Saluran Tersier
Saluran tersier adalah saluran yang membawa air dari bangunan sadap tersier ke
dalam petak tersier.
d. Saluran Pembuang
Saluran pembuang adalah saluran yang berfungsi membuang kelebihan air.Saluran
pembuang yang diinventarisasi adalah saluran pembuang buatan dan saluran
pembuang alam sekunder.

4.3 Nomenklatur
Dalam perencanaan jaringan irigasipemberian nama, baik saluran maupun bangunan
memiliki cara dan aturan tersendiri, sehingga dengan pemberian nama tersebut
mempermudah dalam operasional maupun pemeliharaannya, cara pemberian nama suatu
jaringan irigasi dikenal dengan istilah nomenklatur.

4.3.1 Peristilahan
Petak tersier adalah jaringan saluran yang melayani areal didalam petak tersier.
Jaringan tersier terdiri dari:
Jaringan bagi : Saluran dan bangunan yang membawa dan membagi air dari
bangunan sadap tersier ke petak-petak kuarter (saluran tersier)
Jaringan pemakai : Saluran dan bangunan yang membawa air dari jaringan bagi petak-
petak sawah (saluran kuarter)
Jaringan pembuang : Saluran dan bangunan yang membuang kelebihan air dari petak-
petak sawah ke jaringan pembuang utama.

4.3.2 Sistem Pemberian Tata Nama


Dalam memberikan nama-nama jaringan irigasi, harus diperhatikan beberapa
syarat berikut:
1. Sedapat mungkin sebutan itu terdiri dari satu atau dua huruf.
2. Huruf-huruf itu dapat menyatakan saluran, petak dan bangunan irigasi lainnya.

88
3. Satu atau dua huruf sebutan, jangan dipakai untuk dua objek dalam satu daerah irigasi,
misalnya: Cg untuk sebutan cikarang sebaiknya Ckr,Cg bisa untuk cikembang
sebaiknya dipakai Ckm.
4. Sebutan objek demi objek harus sesuai dengan maksudnya, misalnya : Bd untuk
bendungan yang bisa diikuti oleh nama sungai, nama desa ataupun nama saluran
induknya.
Pada gambar 4.5 adalah contoh standar sistem tatanama untuk skema jaringan
daerah irigasi, sedangkan gambar 4.6 adalah contoh standar sistem tatanama skema
bangunan-bangunan irigasi.

Sumber: Dep. Kimpraswil ,2002.


Gambar 4.5 Contoh skema jaringan daerah irigasi

89
Sumber: Dep. Kimpraswil ,2002.
Gambar 4.6 Contoh skema bangunan-bangunan irigasi

4.3.3 Ukuran, Simbol, Notasi dan Satuan dalam Gambar


Didalam penggambaran jaringan irigasi, adanya keseragaman dalam menafsirkan
gambar, menjadi sesuatu yang sangat penting, sehingga adanya normalisasi untuk sesuatu
yang pasti itu, maka Dirjen Pengairan PU RI tahun 1986 menetapkan Kriteria Perencanaan
yang memuat Standar Perencanaan Irigasi yang diberlakukan diseluruh Indonesia, yang
tentunya sudah mengacu ke pola Internasional.

4.3.4 Ukuran
Dimulai dari ukuran sebagai langkah awal dalam membuat gambar.Yaitu mulai
dari ukuran kertas gambar, ukuran garis tepi maupun ukuran ketebalan garis.Ukuran kertas
gambar yang dipergunakan, mengacu ukuran internasional mempergunakan indeks, mulai
AO, A1 dan seterusnya sampai A4, selengkapnya tersaji dalam Tabel 4.4 berikut.

90
Table 4.4 Standar ukuran kertas gambar tegak dan datar serta ketentuan garis tepi
gambar(dalam satuan mm).
Ukuran Kertas Garis tepi gambar
No. Kode Keterangan
Tegak Datar Kiri Atas Kanan Bawah
1 AO 841 1189 50 10 10 10
2 A1 594 841 50 10 10 10
Dobel kuarto
3 A2 420 594 25 5 5 5
Kuarto
4 A3 297 420 25 5 5 5
5 A4 297 210 25 5 5 5
Sumber: Dep. Kimpraswil, 2002.

Dalam buku KP 07 disertai bagaimana seharusnya cara melipat gambar (saat


menjilid menjadi buku pelaporan), sehingga buku terlihat rapi, mudah dibaca keterangan
sehingga dengan cepat diketahui/dipahami tanpa harus melihat keseluruhan gambar.

4.3.5 Simbol
Symbol dalam peta tau gambar dimaksudkan agar memberikan gambaran yang
jelas maksud dari gambar, ada kesamaan persepsi untuk semua pihak dengan symbol yang
dimaksud. Hal ini terkait dengan ungkapan maksud bangunan yang digambar serta cara
memberikan arsir dalam gambar, sehingga sampai ke bahan bangunan yang
dipergunakanpun tergambarkan. Macam-macam bangunan diberikan symbol tertentu,
sehingga gambar benar-benar sederhana dan mudah dimengerti.
Sebagai kelengkapan ditambahkan contoh arsir dalam gambar yang menyatakan
bahan bangunan yang dipergunakan, ditunjukkan dalam table 4.5.

91
Tabel 4.5 Simbol pada peta/gambar dan ukuran ketebalan garis/pena.

Sumber: Dirjen Pengairan DPU, 1986.

4.3.6 Notasi
Pemberian notasi atau penamaan bangunan dilakukan mempergunakan huruf dan
angka, sehingga terkesan singkat dan mudah dimengerti, karena umumnya telah
menyangkut lokasi bangunan, macam bangunan dan kapasitas bangunan. Pada umumnya
terkait dengan notasi dalam perhitungan, sebagai missal Q untuk debit aliran dan
seterusnya.

92
Tabel 4.6 Beberapa contoh standar arsiran pada gambar.

Sumber: Dirjen Pengairan DPU, 1986.

4.3.7 Satuan
Pemberian satuan sangat ditekankan bersamaan dengan suatu notasi, sehingga
suatu notasi tergambarkan berapa ukuran satuannya, sebagai missal dalam menghitung
dimensi saluran, rumus yang digunakan:
Q = A x v ................................................................................................................ (4.7)
A : Luas penampang aliran (m2)
v : Kecepatan aliran (m/dt)

93
Jadi pemberian notasi dan satuan diharapkan semua pihak sama, sehingga maksud
penyampaiannya pasti terpenuhi.

4.3.8 Tata Warna Peta


Warna-warna standar yang digunakan untuk menunjukkan berbagai bentuk/tampak
pada peta adalah :
1. Biru untuk jaringan irigasi, garis penuh untuk jaringan pembawa yang telah ada dan
garis putus-putus untuk jaringan yang sedang direncanakan.
2. Merah untuk sungai dan jaringan pembuang, garis penuh untuk jaringan yang telah
ada dan garis putus-putus untuk jaringan yang sedang direncanakan.
3. Coklat untuk jaringan jalan.
4. Kuning untuk daerah yang tidak diairi (dataran tinggi, rawa-rawa dan sebagainya).
5. Hijau untuk perbatasan kabupaten, kecamatan, desa dan kampung.
6. Merah untuk tatanama bangunan.
7. Hitam untuk jalan kereta api.
8. Warna bayangan akan dipakai untuk batas-batas petak sekunder,batas-batas petak
tersier akan diarsir dengan warna yang lebih muda dari warna yang sama (untuk petak
sekunder) semua petak tersier yang akan diberi air langsung dari saluran primer akan
mempunyai warna yang sama.

94

Anda mungkin juga menyukai