Anda di halaman 1dari 4

Laporan Antara

Perencanaan Teknis Jaringan Irigasi Paket IX Kab. Mamuju

Bab. V
PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI
5.1 Perencanaan Saluran Tersier

5.1.1 Lay Out dan Trase Saluran

Pada peta skala 1 : 5000 atau 1 : 2000 dilakukan pengecekan dimana pada peta

tersebut di plot saluran yang sudah ada dilapangan dan di inventarisasi bangunan /

saluran dilapangan terhadap kerusakan bersama-sama dengan petani pemakai air

dari data ini di plot rencana saluran dan bangunan di peta skala 1 : 2000 secara

teknis dan mencakup keinginan petani pemakai air.

Kriteria yang akan diterapkan adalah :

 Ukuran petak kwarter 8 – 15 Ha

 Panjang saluran tersier < 1500 m

 Panjang saluran kwarter < 500 m

 Jarak antara saluran kwarter

dan saluran pembuang < 300 m

5.2 Saluran Pembuang Tersier dan Kwarter

5.2.1 Muka Air

Dari lay out yang telah disepakati dengan petani pemakai air trase saluran

ditelusuri dan di ukur. Muka air dibagian hulu ditentukan lebih awal dengan

berdasarkan elevasi sawah tertinggi. Pada prakteknya saluran kwarter akan

mengikuti kemiringan medan, kemudian kecepatan minimum yang diizinkan

selama terjadi debit rencana adalah 0,20 m/dt.

V-1
Laporan Antara
Perencanaan Teknis Jaringan Irigasi Paket IX Kab. Mamuju

Untuk perencanaan saluran tersier dapat menggunakan Gambar 5-1 dengan k = 35

dan untuk saluran tersier dengan k = 30 dapat menggunakan Gambar 5-2.

5.2.2 Daftar Dimensi Saluran Pembawa Tersier dan Kuarter

Tabel 5.1 Dimensi Saluran Tersier dan Kwarter


Nama A Dimensi Saluran
No. Petak Luas Q V b h Ket
Tersier (Ha) m K i W
m3/dt m/dt (m) (m)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

5.3 Saluran Pembuang

Elevasi sawah dukur di sepanjang trase saluran pembuang dan diplot di profil

memanjang. Muka air disaluran pembuang harus lebih rendah dari pada elevasi

sawah disepanjang saluran irigasi. Kapasitas rencana saluran pembuang di hitung

dengan rumus :

Qd = A x Dm

Dimana :

Qd = debit rencana (l/dt)

A = luas daerah yang akan dibuang airnya (ha)


Dm = Modulus Pembuang (l/ha)
D(n)
Dm = l/dt/ha
n x 8,64

D(n) adalah pembuang permukaan untuk satuan luas dinyatakan sebagai

D(n) = R (n) T + N (IR – ET – P) - ∆s

N = jumlah hari berturut-turut

D(n) = limpasan air hujan pembuang permukaan selama n hari, mm

V-2
Laporan Antara
Perencanaan Teknis Jaringan Irigasi Paket IX Kab. Mamuju

R(n)T = curah hujan selama n hari berturut-turut dengan periode ulang T tahun,

mm

IR = pemberian air irigasi, mm/hari

ET = evpotranspirasi

P = perkolasi

∆s = tampungan tambahan, mm

5.4 Perecanaan Bangunan Bagi Tersier

Box bagi tersier / kwarter direncanakan dengan menggunakan rumus ambang

lebar sebagai berikut :

Q = Cd . 1,7 BH 3/2

Cd = diambil = 0,85 maka :

Q = 1,45 BH 3/2

dimana :

Q = debit (m3/dt

B = lebar ambang, m

H = muka air hulu, m

Cd = koefisien debit

5.5 Perencanaan Bangunan Pelengkap

5.5.1 Gorong-gorong

Gorong-gorong direncanakan apabila terdapat jalan yang melintas saluran

pembawa tersier atau saluran pembuang yang memotong saluran pembawa

tersier / kwarter.

V-3
Laporan Antara
Perencanaan Teknis Jaringan Irigasi Paket IX Kab. Mamuju

Perhitungan kapasitas gorong-gorong dihitung secara sederhana dimana untuk

saluran pembawa tersier / kwarter berbentuk trapesium dengan kemiringan talud 1

: 1 maka lebar gorong-gorong (B) = b saluran + h saluran gorong-gorong

direncanakan berbentuk segiempat.

5.5.2 Bangunan Terjun

Bangunan terjun direncanakan apabila trase saluran / rencana saluran agak miring

dan dikuatirkan terjadi gerusan / scoring, untuk itu digunakan pendekatan rumus

sebagai berikut :

Q
q =
0,8 b

dimana
q = debit per 1,00 m’ a = 0,50 x hc

Q = debit desain (m3/dt) t1 = 0,5(h1 + Z)

b = lebar bukaan

L1 =3xZ

V-4

Anda mungkin juga menyukai