ABSEN : A/06
NIM : 2006010122
NIM : ………………………
FULL PAPER PERTEMUAN 7
DOSEN :
VIKTORIANUS JACKYOS
1. 2006010122
KOTEN
KELOMPOK 5
KUPANG
i
2023
ii
LANJUTAN BAB III
Agar pengelolaan air irigasi menjadi efektif, maka debit harus diukur (dan diatur) pada
hulu saluran primer, pada cabang saluran dan pada bangunan sadap tersier. Berbagai macam
bangunan dan peralatan telah dikembangkan untuk maksud 1 m. Namun demikian, untuk
menyederhanakan pengelolaan jaringan irigasi hanya beberapa jenis bangunan saja yang
boleh digunakan di daerah irigasi. Penggunaan bangunan tertentu didasarkan pada faktor-
faktor antara lain : kecocokan bangunan untuk keperluan pengukuran debit, ketelitian
pengukuran di lapangan, bangunan yang kokoh, sederhana dan ekonomis, rumus debit
sederhana dan teliti, eksploitasi dan pembacaan papan duga mudah, pemeliharaan sederhana
dan murah cocok dengan kondisi setempat dan dapat deterima oleh para petani. Pada full
paper ini akan dibahas 2 jenis alat pengukur debit yaitu alat ukur Crump-de Gruyter dan pipa
sadap sederhana.
3
Gambar 3.9 Perencanaan yang Dianjurkan untuk Alat Ukur Crump-de Gruyter
Sumber: Modul 09 Perencanaan Bangunan Irigasi
Rumus debit untuk alat ukur Crump - de Gruyter adalah: Q = Cd.b.w.√ 2 g (h1-w)
Dimana:
Q =debit m3/dt
b = lebar bukaan, m
4
h1 = tinggi air diatas ambang, m
Grafik pada Gambar 3.10 dapat digunakan untuk merencanakan alat ukur Crump-de Gruyter.
Grafik tersebut memberikan karakteristik hidrolis orifis yang didasarkan pada dua nilai banding.
∆h w
α= h1 dan K = h1
Qmaks
Nilai banding γ = Qmin dapat dicari dari Gambar 3.10
5
3.3.2 Karakteristik Alat Ukur Crump-de Gruyter
1. ∆ h = h1 - h2 cukup untuk menciptakan aliran kritis dibawah pintu. Ini benar jika ∆ h = h1
- w, tetapi mungkin kurang hila peralihan pelebaran direncana sedemikian rupa sehingga
sebagian dari tinggi kecepatan di dalam leher diperoleh kembali. Apabila teijadi aliran
kritis, maka rencana peralihan pelebaran yang sebenamya tidak berpengaruh pada
kalibrasi tinggi energi - bukaaan - debit dari bangunan tersebut.
2. Untuk menghindari lengkung garis aliran pada pancaran dibawah pintu, panjang leher L
tidak boleh kurang dari h1.
3. Untuk mendapatkan aliran kritis dibawah pintu, dan untuk menghindari pusaran air di
depan pintu, bukaan pintu harus kurang dari 0,63 h 1. Untuk pengukuran yang teliti,
bukaan pintu harus lebih dari 0,02 m.
4. Aliran harus diarahkan ke bukaan pintu sedemikian sehingga tidak teijadi pemisahan
aliran. Dasar dan samping peralihan penyempitan tidak perlu melengkung.
5. Orifis/lubang yang dapat disetelah dapat dikeijakan dengan teori hidrolika yang sudah
ada. Asalkan aliran kritis teijadi dibawah pintu, tabel debitnya sudah ada dengan
kesalahan kurang dari 3%
6. Kehilangan tinggi energi yang diperlukan untuk aliran moduler kurang dari h1 - w.
Kehilangan ini bisa diperkecil lagi jika peralihan pelebaran bertahap dipakai di belakang
(hilir) leher. Sebagai contoh untuk peralihan pelebaran berkemiringan 1 :6, tinggi energi
yang diperlukan ∆ h diperkecil hingga 0,5 (h1 - w). Kehilangan ini lebih kecil daripada
kehilangan yang diperlukan untuk bukaan-bukaan yang lain.
7. Bangunan ini kuat, tidak mudah rusak.
8. Pada bangunan ini benda-benda hanyut cenderung tersangkut.
6
3.3.4 Kelemahan Alat Ukur Crump-de Gruyter
1. Pembuatannya rumit dan mahal
2. Biaya pemeliharaan mahal
3. Kehilangan tinggi energi besar
4. Bangunan ini mempunyai masalah dengan benda-benda hanyut.
7
3.4.1 Perencanaan Hidraulis
a. Aliran Tenggelam (Submerged)
dimana:
Q = Debit (m3/dt)
Dp = Diameter dalam pipa (m)
g = percepatan gravitasi (m/dt2)
∆ h = beda tinggi hulu dan hilir (m)
ξ = Koefisien kehilangan tinggi
= 1,9 + f . L/Dp . v2/2g
f = koefisien kekasaran Darcy-Weissbach
L = Panjang pipa (m)
Dalam kondisi panjang pipa 6 Dp < L<20 Dp, maka besaran ξ = 2,1
8
Gambar 3.11 Pengambilan Dalam Pipa Aliran Tenggelam(Submerged)
Sumber : Modul 09 Perencanaan Bangunan Irigasi
Dimana :
Q = Debit(m3/det)
Dp =Diameter dalam pipa (m)
g = percepatan gravitasi (≈9,8 m/dt2)
dh = tinggi muka air di hulu ke titik pusat pipa di hilir (m)
ξ = Koefisien kehilangan tinggi
Lp
= [1 + Cin + Cf]
Dp
Cin = Koefisien kehilangan energi karena saringan di hulu pipa
Diambill,l35
Cf = Koefisien kehilangan energi karena kekasaran dalampipa di hitung dengan
rumus 8 g N RH1/ 3
9
N untuk PVC diambil 0,01
LP = Panjang pipa(m)
RH = Radius hidrolik
Gambar 3.12 Pengambilan Dalam Pipa Aliran Jatuh Bebas (Free Fall)
Sumber : Modul 09 Perencanaan Bangunan Irigasi
10
Berikut ini adalah gambar dari Bangunan Sadap Pipa Sederhana :
11
DAFTAR PUSTAKA
12