Anda di halaman 1dari 30

PERANCANAAN BANGUNAN IRIGASI

BANGUNAN TERJUN

1. Pengertian Bangunan Terjun


Bangunan terjun adalah suatu bangunan pelengkap saluran irigasi yang dibangun
untuk mengurangi kemiringan saluran yang terlalu curam dan untuk menurunkan kecepatan
aliran air agar tidak merusak saluran atau bangunan lainnya. Bangunan terjun berfungsi
untuk meredam atau mengurangi energi dan kecepatan aliran air yang tinggi yang
mengalir melalui saluran yang miring. Bangunan terjun biasanya dibuat pada daerah
dengan kondisi topografi memiliki kelerengan yang curam.

2. Bagian-bagian Bangunan Terjun


a. Bagian Pengontrol
Bagian ini berada di hulu sebelum terjunan yang berfungsi untuk mencegah
penurunan muka air yang berlebihan. Ada 2 mekanisme untuk mengendalikan muka air
bagian hulu, yaitu
(1) Memperkecil luas penampang basah
(2) Memasang ambang (sill) dengan permukaan hulu miring.
b. Bagian Pembawa
Berfungsi sebagai penghubung antara elevasi bagian atas dengan bagian bawah.
Bagian ini berupa terjunan dengan beiel terjunan tegak (vertical) atau terjunan miring.
Jika tinggi terjunan (beda tinggi) lebih dari 1,5 m, maka bagian pembawa berupa
terpkluieb miring. Jika terjunan (beda tinggi) kurang dari 1,5 m, maka a digunakan
bangunan terjun (vertical).

c. Bagian Peredam Energi


Berfungsi untuk mengurangi energi yang dikandung oleh aliran setelah mengalami
terjunan sehingga tidak berpotensi merusak konstruksi bangunan terjun. Pemilihan tipe
pperedam energy yang digunakan tergantung dari bilanga Froude (Fr) yang terjadi pada
aliran. Berikut ini tipe peredam energy jenis kolam olak USBR :
(1) Kolam olak USBR tipe 1, Fr < 1,7
(2) KOlam olak USBR tipe II, untuk Fr >4,5
(3) Kolam olak USBR tipe III, untuk 4,5 < Fr < 13
(4) Kolam olak USBR tipe IV, untuk 2,5 <Fr <4,5

d. Perlindungan dasar bagian hilir.


Berfungsi untuk melindung dasar dan dinding saluran dari gerusan air setelah
mengalami terjunan. Perlindungan pada dasar saluran berupa pasangan bronjongg
(gabion) untuk menghindari gerusan pada dasar dan dinding saluran.

3. Macam – macam Bangunan Terjun


Bangunan Terjun terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Bangunan terjunan tegak
Bangunan terjunan tegak biasanya terdapat pada saluran induk dan saluran
sekunder. Tinggi terjun pada Bangunan terjunan tegak dibatasi maksimum 1,50 meter
untuk debit aliran kurang dari 2,50 m3/detik. Sedangkan untuk debit lebih dari 2,50
m3/detik tinggi terjun maksimum adalah 0,75 meter.

b. Bangunan terjunan miring


Pada bangunan terjun, kemiringan permukaan belakang dibuat securam mungkin
dan relative pendek. Jika peralihan ujung runcing dipakai diantara permukaan
pengontrol dan permukaan belakang (hilir), disarankan untuk memakai kemiringan
yang tidak lebih curam dari 1:2. Sedangkan untuk kedalaman air tidak boleh kurang
dari 0,4 kali kedalaman kritis. Apabila kecepatan aliran di dalam bangunan terjunan
miring lebih dari 9 meter/detik maka dinding saluran terjunan harus ditinggikan.

4. Kriteria Perancangan

a. Menurut Perencanaan Teknis Direktorat Irigasi (1980) tinggi terjun tegak dibatasi
sebagai berikut :
• Tinggi terjun maks 1,50 meter untuk Q < 2,50 m3/det.
• Tinggi terjun maks 0,75 meter untuk Q > 2,50 m3/det.

b. Bangunan terjun miring digunakan jika tinggi energi jatuh melebihi


1,5 m.

c. Perhitungan hidrolis :
 Lebar bukaan efektif

Q
B= 3/2
1 ,71 m H

H=h₁+ v ₁ /2 g
Dimana :

B = Lebar Bukaan Efektif (m)

Q = Debit (m³/dt)

m = Koefisien aliran = 1

H = Tinggi garis energi di udik (m)

h₁ = Tinggi muka air di udik (m)

v₁ = Kecepatan Aliran Saluran di hulu (m/dt)

 Tinggi Ambang Dihilir


1
a= d c
2

2 1/ 3
d c =Q ² /( g . B )

 Panjang Olakan

L=C ₁ Z d c +0 , 25

L2=C ₁ √ ∆ Zx hc +0 , 25

C 1=2 ,5+1 , 1(d ¿¿ c / Z)+0 , 7 ¿ ¿

Dimana:

a = Tinggi ambang hilir (m)

d c = Kedalaman air kritis (m)

Q = Debit rencana (m³/dt)


B = Lebar bukaan efektif (m)

g = percepatan gravitasi, m/dt² ≈ (9,8 m/dt²)

L = Panjang Olakan (m)

Z = Tinggi terjun (m)

5. Perhitungan Bangunan Terjun


Contoh soal :
Suatu bangunan terjun tegak, diketahui besarnya debit = 0,935 m³/det, tinggi air di
atas ambang h1= 0,9 m lebar dasar saluran b= 0.75 kecepatan air di bagian hulu
ambang v = 0,39 m/det, koefisien aliran m = 1, tinggi terjun z = 1,00 m. hitung
dimensi hidrolisnya !

PENYELESAIAN
diketahui :
Q = 0,935 m³/det
h1= 0,9 m
v = 0,39 m/det
m=1
z = 1,00 m

 Tinggi energi dimuka ambang (H)


H= h1+ v/2g
H= 0,9+ 0,39/2x9,81
H= 0,919 m
 Lebar bukaan (B)
Q
B= 3/2
1 ,71 m H
B=9,935/1,71x1x0,88
B= 0.620 m
 Kedalaman kritis (dc)
2 1/ 3
d c =Q ² /( g . B )
dc= 0,935²/(9,81x0.62²)
dc= 0.56 m

 Tinggi ambang ujung (a)

1
a= d c
2
a= ½ x 0,56
a= 0.28 m

 Panjang kolam olak (L)

C 1=2 ,5+1 , 1(d ¿¿ c / Z)+0 , 7 ¿ ¿


C₁ = 2,5+1,1(0,56/1)+0.7(0,56/1)³

C₁ = 3,238

L=C ₁ Z d c +0 , 25
L= 3,238x1x0,56+0,25

L= 2,063 m

L = 2,25 m

PERENCANAAN BANGUNAN IRIGASI


TALANG
1. PENGERTIAN

Talang adalah saluran buatan yang dibuat dari pasangan beton bertulang,
kayu atau baja maupun beton ferrocement, didalamnya air mengalir dengan permukaan
bebas, dibuat melintas lembah dengan panjang tertentu (umumnya dibawah 100 m),
saluran pembuang, sungai, jalan atau rel kereta api,dan sebagainya. Dan saluran talang
minimum ditopang oleh 2 (dua) pilar atau lebih dari konstruksi pasangan batu untuk
tinggi kurang 3 meter (beton bertulang pertimbangan biaya) dan konstruksi pilar dengan
beton bertulang untuk tinggi lebih 3 meter. (Menurut KP 04)

Tinggi jagaan untuk air yang mengalir dalam talang atau flum didasarkan
pada debit, kecepatan dan faktor-faktor lain. Harga-harga tinggi jagaan dapat diambil dari
KP - 03 Saluran, subbab 4.3.6 Saluran Pasangan. Untuk talang yang melintas sungai atau
pembuang, harus dipakai harga-harga ruang bebas berikut

- pembuang intern Q5+ 0,50 m

- pembuang ekstern Q25+ 1,00 m

- sungai: Q25 + ruang bebas bergantung kepada keputusan perencana, tapi tidak kurang
dari 1,50 m. Perencana akan mendasarkan pilihannya pada karakteristik sungai yang akan
dilintasi, seperti kemiringan, benda-benda hanyut, agradasi atau degradasi.

Pipa-pipa baja sering digunakan untuk talang kecil karena mudah


dipasang dan sangat kuat. Untuk debit kecil, pipa-pipa ini lebih ekonomis daripada tipe-
tipe bangunan atau bahan lainnya. Tetapi baja memiliki satu ciri khas yang harus
mendapat perhatian khusus baja mengembang (ekspansi) jika kena panas. Ekspansi baja
lebih besar dari bahan-bahan lainnya. Oleh sebab itu harus dibuat sambungan ekspansi.
Sambungan ekspansi hanya dapat dibuat di satu sisi saja atau di tengah pipa, bergantung
kepada bentang dan jumlah titik dukung (bearing point).
Pipa-pipa terpendam tidak begitu memerlukan sarana-sarana semacam ini karena variasi
temperatur lebih kecil dibanding untuk pipa-pipa di udara terbuka.

Gambar 1.1 Contoh Talang

2. FUNGSI TALANG

Talang memiliki fungsi utama yakni sebagai jembatan penyebrang air irigasi
yang lewat diatas saluran lainnya, sungai,lembah- lembah dan jalan- jalan, aliran
didalam talang adalah aliran bebas atau aliran terbuka

3. KRITERIA PERENCANAAN TALANG


Suatu daerah irigasi sudah semestinya harus memiliki ketersediaan air yang
mencukupi untuk seluruh daerahnya, agar dapat membuat kelancaran dalam sistim irigasi
dan mendapatkan hasil yang maksimal untuk sektor pertanian. Untuk mencukupi
ketersediaan air pada saluran irigasi pada umumnya dibangun bending atau bendungan,
namun tidak semua daerah irigasi akan mendapatkan suplai air, daerah irigasi yang
terkendala medan tidak akan memperoleh air. Medan yang memisahkan 2 daerah dengan
jarak dan ketinggian yang cukup besar maka perlu dibangun talang. Talang bias menjadi
alternatif untuk persoalan tersebut yang dimana juga talang merupakan bagian dari
bangunan bendung. Jadi kriteria perencanaan talang mengacu pada ketersediaan air dari
suatu daerah yang perlu terpenuhi namun terkendala oleh medan yang ada.

Syarat-syarat pembuatan talang


1. Bila elevasi dasar saluran minimal 3,00 m di atas elevasi jalan.
2. Bila elevasi dasar saluran minimal 1,00 m di atas elevasi muka air banjir maksimum
3. Bila elevasi dasar saluran minimal 0,50 m di atas elevasi permukaan tanah lembah.
4. PERHITUNGAN TALANG

Data-data :

 Debit Saluran (Qmaksimum) =2,88 m³/dt


 Kedalaman aliran di saluran = 1,27 m (sebelum bangunan talang)
 Elevasi dasar saluran = +13,17 (sebelum bangunan talang)
 Elevasi muka air saluran = +14,44 (sebelum bangunan talang)
 Panjang bentang talang L = 31 m
 Koefisien Strickler k = 70
 V saluran = 0,46 m/dt

Penyelesaian
A =Bxh
1,92 m² = B x 1,27, sehingga B = 1,51 m
P = B +2 h
= 1,51 + (2 x1,27)
= 4,05 m
A
R=
P
= 1,92/4,05
= 0,47 m

Kemiringan dasar bangunan talang yang diperlukan bisa dihitung dengan rumus
kecepatan aliran menurut Strickler :
2/ 3 1/ 2
v=K . R . i atau
2
v
i=⌈ 2 /3

k .R
2
0 , 46
Sehingga, i=⌈ 2/3

70. 0.47
i= 0,0013
Bilangan Froude menjadi :
v 1,5
Fr= = =0 , 41< 0 ,70 ↔ ok
√ g . h √ 9 , 81.(1 ,27)
 Kehilangan energi pada bagian peralihan antara saluran dan bagian talang
dihitung dengan rumus :
∆ H masuk ¿ 0 , 20 ( vtalang−vsaluran )2 /2 g

( 1 , 5−0 , 46 )2
∆ H masuk ¿ 0 , 20 =0,011m
2g
 Elevasi muka air ditalang bagian hulu = elevasi muka air disaluran - ∆ H masuk
= +14,44 – 0,011 = +14,43
 Elevasi dasar talang dibagian hulu = elevasi muka air talang -kedalaman air
= +14,43 -1,27 = +13,36
 Elevasi muka air ditalang hilir = elevasi muka air talang hulu – (i x L)
= +14,13 – (0,0013 x 31) = +14,38
 Elevasi dasar talang bagian hilir = elevasi muka air talang hilir – kedalam aliran
= +14,38 -1,27 = +13,11

∆ H keluar ¿ 0 , 40 ( vtalang−vsaluran )2 /2 g

( 1 ,5−0 , 46 )2
∆ H keluar ¿ 0 , 40 =0,022 m
2g
 Elevasi muka air disaluran hilir = elevasi muka air talang hilir - ∆ H keluar
= +14,38 – 0,022 = +14,36
 Elevasi dasar saluran hilir = elevasi muka air saluran hilir – kedalaman
air
= +14,36 – 1,27 = +13,09
 Kehilangan energi total ditalang menjadi :
∆ H =i x L+ ∆ Hmasuk + ∆ Hkeluar

= (0,0013 x 31) +0,011 +0,022 = 0,073 ≈ 0 , 08 m

Gambar potongan memajang bangunan talang


PERENCANAAN BANGUNAN IRIGASI
SIPON

1. PENGERTIAN BANGUNAN SIPON


Bangunan sipon merupakan salah satu bangunan persilangan yang dibangun untuk
mengalirkan debit yang dibawa oleh saluran yang jalurnya terpotong oleh lembah dengan bentang
panjang atau terpotong oleh sungai. Bangunan sipon berupa saluran tertutup yang dipasang
mengikuti bentuk potongan melintang sungai atau lembah untuk menyebrangkan debit dari sisi
hulu ke sisi hilir. Bangunan sipon dipasang di bawah dasar sungai, atau bisa juga dipasang di atas
permukaan tanah jika melintasi lembah (cekungan).
2. KRITERIA PERENCANAAN SIPON

Persyaratan dalam membangun sipon adalah sebagai berikut :


 Siphon hanya dipakai untuk membawa aliran di saluran yang memotong sungai di mana tidak
bisa dibangun gorong-gorong, jembatan atau talang.
 Pembuatan bangunan sipon harus mempertimbangkan kecepatan air dalam pipa siphon, sebesar
1,50 m/dtk – 3 m/dtk. Kalau kecepatan air diambil terlalu besar maka akan mengakibatkan
kehilangan tekanan besar, sehingga dapat mengurangi areal sawah yang akan diairi. Kalau
kecepatan air terlalu kecil, menimbulkan pengendapan atau penyumbatan pada pipa siphon.
 Untuk kepentingan inspeksi dan pembersihan ukuran pipa sipon, diambil minimum ukuran
sipon 0,70 m.
 Dasar dan tebing sungai di tempat sipon perlu diperkuat dengan pasangan untuk menjaga
bahaya penggerusan setempat dan kelongsoran tebing.
 Agar pipa sipon tidak tersumbat karena sampah-sampah yang terbawa dalam saluran dan tidak
ada orang atau binatang yang masuk secara kebetulan, maka mulut sipon ditutup dengan kisi-
kisi penyaringan ( trashrack ).
 Biasanya pipa sihon dikombinasi dengan pelimpah tepat di sebelah hulu agar air tidak meluap
di atas tanggul hulu.
 Sipon harus cukup kuat agar tidak mudah retak.
Gambar 2.6.1 contoh sipon

3. PERHITUNGAN SIPON

Contoh Kasus

+ 42, 25

+ 41, 48 + 40 ,68

L 1=10 , 20 m L 3=9 , 20 m

L 2=32 ,14 m

Gambar 3.1 Potongan melintang sungai


Gambar 3.2 Potongan Pipa Sipon

Berdasarkan hasil survey di suatu lokasi yang akan di bangun siphon, maka di peroleh data teknis
berupa :
 Debit saluran ( Qmaksimum ) = 3,83 m³/dtk
 Lebar dasar saluran ( b ) =2m
 Kedalaman aliran ( h ) = 1,57 m
 Kecepatan aliran di saluran ( v ) = 1,13 m/dtk
 Elevasi dasar saluran hilir = + 40,68
 Elevasi air di hilir = + 42,25
 Elevasi dasar saluran hulu = + 41,48
 Panjang siphon = 51,54 m
 Sudut pada belokan =
 Siphon direncanakan mempunyai 2 jalur ( double barrel ).

a. Dimensi Siphon ( A )
Untuk menentukan dimensi siphon, kecepatan aliran di dalam siphon direncanakan 2
m/dtk ( Kriteria Perencanaan Bagian Saluran KP – 03 ).

Q
A= Rumus Kontinuitas
V

Diketahui :
Q=3 ,83 m ³ /dtk
v=2 m/dtk

Q
A=
V
3 , 83
A=
2

A=1 ,92 m ²

Bangunan siphon yang direncanakan mempunyai 2 jalur ( double barells ),


sehingga :

A 1 2
= πd
2 4

( )
0, 5
A
d=
1
2x x π
4

( )
0 ,5
1 , 92
d=
1
2 x x 3 , 34
4
d=1, 1
d ≈1m
Jadi, diameter yang dipakai untuk pembangunan siphon adalah 1 m.
b. Kecepatan Aliran di Dalam Siphon ( V aliran )
Penentuan kecapatan aliran di dalam siphon dihitung dengan menggunakan diameter siphon
( d ) = 1 m.
Q
V=
A
Diketahui :
Q=3 ,83 m ³ /dtk
2
A=1/4 π d
Karena siphon direncanakan mempunyai 2 jalur ( double barrels ), maka :
A=(1/ 4 πd ²) x 2
A=(1/ 4 x 3 , 14 x 1²) x 2
A=0 ,79 x 2
A=1 ,58 m ²
Q
V=
A

3 , 83 m m
V= V =2 , 42 <3 … … … … … … .OK
1 , 58 dtk dtk
c. Kehilangan Energi Akibat Gesekan (∆ Hf )
Kehilangan energi akibat gesekan yang terjadi sepanjang siphon dihitung dengan
persamaan :

V ².L
∆ Hf =
C ². R

o Luas penampang basah untuk tiap barell


1 , 58
A= A=0 ,79 m ²
2
o Keliling basah
P=π x D
P=3 ,14 x 1
P=3 ,14 m
o Jari-jari hidraulik
A
R=
P
0 ,79
R=
3 , 14
R=0 ,25 m
o Koefisien Chezy
1/ 6
C=k x R
1 /6
C=70 x 0 , 25
C=55 , 56

V ².L
∆ Hf =
C ². R

2
2 , 42 x 51 ,54
∆ Hf =
55 , 56 x 0 ,25

301 , 84
∆ Hf =
771 , 73
∆ Hf =0 ,39 m
d. Kehilangan Energi Akibat Belokan (ΔHb)
Kehilangan energi akibat belokan pada siphon dihitung dengan menggunakan
persamaan :

ΔHb=Kb
2. g
Diketahui :
Kb = 0,24 untuk belokan 45° ( Tabel 5.2 hal 64 KP – 04 )
= 0,36 untuk belokan 50° ( Tabel 5.2 hal 64 KP – 04 )


ΔHb=Kb
2. g

2 , 42²
ΔHb=(0 ,24 +0 , 36)
2.9 , 81

5 , 86
ΔHb=0 , 6 ΔHb=0 , 18 m
19 , 62

e. Kehilangan Energi Akibat Peralihan (∆ Hmasuk dan ∆ Hkeluar )


Kehilangan energi akibat peralihan masuk dan peralihan keluar dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan :
ξ(V −Va) ²
∆ H=
2. g
Diketahui :
ξ masuk = 0, 55 ( Tabel 5.2 hal 62 KP – 04 )
ξ keluar = 1,10 ( Tabel 5.2 hal 62 KP – 04 )
2
ξ masuk ( V −Va )
∆ Hmasuk =
2. g
0 , 55(2 , 42−1 , 13)²
∆ Hmasuk =
2.9 , 81
0 , 55(1 ,29)²
∆ Hmasuk =
19 ,62
∆ Hmasuk =0,047 m
ξkeluar(V −Va)²
∆ Hkeluar =
2. g
1, 10(2 , 42−1 ,13)²
∆ Hkeluar =
2.9 , 81
1, 10(1 , 29)²
∆ Hkeluar =
19 , 62
∆ Hkeluar =0,093 m

f. Kehilangan Energi Akibat Trashrack ( Hf )


Kehilangan energi akibat trashrack dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
2
v
Hf =c .
2g
Diketahui:
V = 2,42 m/dtk
β = 1,8

s = 19 mm
b = 100 mm
α = 50°
Hitung nilai c dengan menggunakan persamaan :

( ) sin α
4 /3
s
c=β .
b

c=1 , 8. (
0,1 )
4 /3
0,019
50°

c=0,151m
Nilai c yang diperoleh dari hasil perhitungan dimasukkan ke dalam persamaaa :
2
v
Hf =c .
2g
2
2 , 42
Hf =c .
2 x 9 , 81
Hf =0,045 m

g. Kehilangan Total Energi


∆ Htotal=∆ Hf +∆ Hb+ ∆ Hmasuk +∆ Hkeluar + Hf
¿ 0 , 39+0 , 18+0,047+ 0,093+0,045
¿ 0 , 76 m
∆ Htotal ≈ 0 , 8 m

Sehingga muka air di bagian hulu sipon adalah :


¿ elevasi muka air hilir+ ∆ Htotal
¿+ 42 ,25+ 0 , 8
¿+ 43 , 05
PERENCANAAN BANGUNAN IRIGASI

GORONG-GORONG

1. PENGERTIAN

Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air


(saluran irigasi atau pembuang) melewati bawah jalan air lainnya (biasanya saluran),
bawah jalan, atau jalan kereta api. Gorong-gorong juga digunakan sebagai jembatan
ukuran kecil, digunakan untuk mengalirkan kecil atau sebagai bagian drainase ataupun
selokan jalan.

2. FUNGSI GORONG-GORONG
a. Mengalirkan air di sisi jalan ke sisi lainnya.
Untuk itu disainnya harus mempertimbangkan faktor hidrolis dan struktur,
supaya gorong – gorong dapat berfungsi mengalirkan air dan mempunyai daya
dukung terhadap beban lalu lintas dan timbunan tanah
b. Sebagai jalan penghubung atau jembatan

3. KRETERIA PERENCANGAN GORONG-GORONG


a. Kecepatan Aliran
Kecepatan yang dipakai di dalam perencanaan gorong-gorong bergantung pada
jumlah kehilangan energi yang ada dan geometri lubang masuk dan keluar. Untuk
tujuan-tujuan perencanaan, kecepatan diambil: 1,5 m/dt untuk gorong-gorong di
saluran irigasi dan 3 m/dt untuk gorong-gorong di saluran pembuang.

b. Ukuran-ukuran Standar
Hanya diameter dan panjang standar saja yang mempunyai harga praktis.
Diameter minimum pipa yang dipakai di saluran primer adalah 0,60 m.

c. Penutup Minimum
Penutup di atas gorong-gorong pipa di bawah jalan atau tanggul yang menahan
berat kendaraaan harus paling tidak sama dengan diameternya, dengan minimum
0,60 m. Gorong-gorong pembuang yang dipasang di bawah saluran irigasi harus
memakai penyambung yang kedap air, yaitu dengan ring penyekat dari karet.
Seandainya sekat penyambung ini tidak ada, maka semua gorong-gorong di bawah
saluran harus disambung dengan beton tumbuk atau pasangan.

d. Gorong-gorong Segiempat
Gorong-gorong segi empat dibuat dari beton bertulang atau dari pasangan batu
dengan pelat beton bertulang sebagai penutup. Gorong-gorong tipe pertama
terutama digunakan untuk debit yang besar atau bila yang dipentingkan adalah
gorong-gorong yang kedap air. Gorong-gorong dari pasangan batu dengan pelat
beton bertulang sangat kuat dan pembuatannya mudah. Khususnya untuk tempat-
tempat terpencil, gorong – gorong ini sangat ideal. Berikut gambar yang
menyajikan contoh tipe gorong-gorong yang telah dijelaskan di atas.

Standar ukuran dan penulangan gorong-gorong segiempat


1. Analisis Pembenan
Perhitungan struktur didasarkan pada asumsi tanah lunak yang umumnya
disebut highly compressible, dengan mengambil hasil pembebanan
terbesar/maksimum dari kombinas pembebanan sebagai berikut :
Kriteria Perencanaan – Bangunan
1) berat sendiri gorong-gorong persegi beton bertulang
2) beban roda atau muatan rencana untuk middle tire sebesar 5 ton
3) beban kendaraan di atas konstruksi gorong-gorong persegi ini
diperhitungkan setara dengan muatan tanah setinggi 100 cm
4) tekanan tanah aktif
5) tekanan air dari luar
6) tekanan hidrostatik (qa)
7) asumsi kedalaman lapisan penutup tanah adalah sebesar 1,0 m

2. . Penulangan

Penulangan gorong-gorong beton bertulang ini dirancang sedemikian rupa


sehingga :

1) diameter tulangan yang digunakan 16 mm dan 12 m

2) bentuk/ukuran segmen penulangan sederhana, praktis dan dapat dipakai


pada beberapa segmen gorong-gorong serta beratnya pun diperhitungkan
sedemikian rupa sehingga mudah dirakit/dipasang dan diikat

3) pembengkokan dan penempatan tulangan direncanakan sedemikian rupa


sehingga tidak membahayakan pemakai jalan bila penutup beton pecah
karena benturan keras atau aus (ujung tulangan tidak akan menonjol ke
permukaan lantai kendaraan).
3. Dasar-dasar Perencanaan
Konstruksi gorong-gorong persegi beton bertulang ini dirancang dengan cara
pengecoran di tempat, menggunakan perancah sementara dan bekisting yang
harus dibongkar segera setelah kekuatan beton tercapai yaitu umur beton
kurang lebih 28 hari. Panjang gorong-gorong persegi, merupakan lebar jalan
ditambah dua kali lebar bahu jalan dan dua kali tebal dinding sayap.

e. Kehilangan tinggi energi untuk gorong-gorong yang mengalir penuh


Untuk gorong-gorong pendek (L < 20 m) seperti yang biasa direncana dalam
jaringan irigasi, harga -harga m seperti yang diberikan pada tabel 5.4. dapat
dianggap sebagai mendekati benar atau untuk rumus :

Q=μA√ 2 gz

dimana :

Q = debit, m3/dt

μ = koefisien debit (lihat Tabel)

A = luas pipa, m3

g = percepatan gravitasi, m/dt² (≈ 9,8)

z = kehilangan tinggi energi pada gorong-gorong, m

Untuk gorong – gorong yang lebih panjang dari 20 m atau di tempat – tempat
di mana diperlukan perhitungan yang lebih teliti, kehilangan tinggi energi berikut
dapat diambil :

( Va−v )2
Kehilangan masuk ΔHmasuk = ζmasuk
2g
2 2L
V V
Kehilangan akibat gesekan ΔHf = Cf = 2R
2g C

dimana :
C = kR1/6, k adalah koefisien kekasaran Strickler (k = 1/n = 70
untuk pipa beton)
R = jari – jari hidrolis, m untuk pipa dengan diameter D : R = ¼ D
L = panjang pipa, m
v = kecepatan aliran dalam pipa, m/dt
va = kecepatan aliran dalam saluran, m/dt

2
(Va−V )
Kehilanagan keluar : ΔHkeluar = ζkeluar
2g

DENAH GORONG-GORONG

POTONGAN MEMANJANG
Perhitungan
 Kecepatan Aliran
Grong-gorong pada saluran irigasi ,v= 1,5-2,0 m/dt
Gorong-gorong pada saluran pembuang, v= 3m/dt
 Ukuran Standart
Diameter pipa minimum, dmin= 0,6m (dipakai di saluran primer)
 Untuk gorong-gorong segi empat, dapat dibuat dari:
-Beton Bertulang
-Pasangan batu dengan plat betonm bertulang sebagai penutup

Gorong –gorong yang akan dihitung adalah gorong-gorong G1 yang terletak di


saluran primer SI Pakistsa, dengan data-data sebagai berikut:

 Data Saluran
Q = 4,262 m3/dt
b = 4,05 m/dt
h = 1,15 m
V = 0,7 m/dt
K = 40
A = 6,641 m2
w = 0,6
I = 0,0004
 Data Jalan
Lebar jalan = 10 m ( termasuk bahu jalan)
Elevasi muka jalan = 1,5 m (dari tinggi muka air saluran pada bagian
persilangan)
Lebar bahu jalan diasumsikan = 2 m (bahu jalan kiri+kanan)
Panjang gorong-gorong , L=10 m, Karen L<20m , maka termasuk gorong-
gorong pendek.
V gorong direncanakan = 2 m/dt
A = Q / V gorong = 2,131 m2

Direncanakan goronmg-gorong segi empat daari pasangan batu (K=60) dengan


penutup dari plat beron bertulang. Dianggap gorong-gorong terisi penuh

A = b h , dengan b=2h

A = 2h2 , 2,131=2h2

h=1,032 m

dipakai, h= 1,1 m

b= 2h = 2,2 m

A = b h =2,42 m2
Kontrol Kecepatan

V gorong = Q/A =4,626/2,42 = 1,911 m/dt < 2 m/dt

P = 2(b+h) = 6,6 m

R = A/P =2,42/6,6 = 0,367m

V gorong = K R2/3 I gorong1/2

I gorong = [ Vgorong/K R2/3]2


=
[1,911/40 0,3672/3]2

=0,0086

Besarnya kehilangan energi yang terjadi untuk pipa persegi

( )
2
SL v
z= 1+α + λ
4 F 2g

Keterangan:

z = kehilangan tinggi energy pada gorong-gorong prsegi (m)

F = luas penampang basah gorong-gorong (m2) (A)

L= panjang gorong-gorong (m)

S = keliling basah gorong-gorong (m)=R

g = percepatan gravitasi = 10 m2/dt

v =kecepatan dalam gorong-gorong (m/dt)

α = 0,5

α = 1,5

Sehingga

( )
0,0005078
λ= 0,01989+ α
4 xF
S

( )
0,0005078
λ= 0,01989+ α
4 xF
S

λ=0,0299

Jadi kehilangan energy yang didapatkan, yaitu


( )
2
SL v
z= 1+α + λ
4 F 2g
2
0,367∗10 1,911
z=(1+0 , 5+0,0299 )
4∗2 , 42 2∗10

z=0,276 m
PERENCANAAN BANGUNAN IRIGASI

GOT MIRING

1. PENGERTIAN

Got miring adalah bangunan air yang berfungsi mengalirkan air yang dibuat
jika trase saluran melewati medan dengan kemiringan yang tajam dengan jumlah
perbedaan tinggi energi yang besar. Got Miring berupa potongan saluran yang diberi
pasangan (lining) dan umumnya mengikuti medan alamiah. Bila saluran mengikuti
kemiringan lapangan yang panjang dan curam , maka sebaiknya dibuat got miring.
Aliran dalam got miring adalah superkritis dan bagian peralihannya harus licin dan
berangsur agar tidak terjadi gelombang. Gelombang ini bisa menimbulkan masalah
di dalam potongan got miring dan kolam olak karena gelombang sulit diredam .
(sumber : KP-04)

Gambar 1.1 Bangunan Got Miring

2. FUNGSI GOT MIRING


Got miring berfungsi mengalirkan air yang dibuat jika trase saluran melewati
medan dengan kemiringan yang tajam dengan jumlah perbedaan tinggi energi yang
besar. Got Miring berupa potongan saluran yang diberi pasangan (lining) dan
umumnya mengikuti medan alamiah.
3. KRITERIA PERENCANAAN TALANG
USBR (1978) mengajurkan agar aturan-aturan berikut diikuti dalam perencanaan
geometris bagian peralihan (masuk dan keluar):
1. Kotangen sudut lentur permukaan air (a) tidak boleh kurang dari 3,375 kali
bilangan Froude aliran
Cot α ≥ 3,375 x Fr
dimana : Fr = v
√(1-K)g d cos 0

2. Peralihan masuk nonsimetris dan perubahan – perubahan pada trase tepat


didepan bangunan harus dihindari
3. Kecepatan saluran di got miring tidak melebihi 2 m /dt untuk saluran pasangan
batu dan 3 m/dt untuk saluran dari pasangan beton.

Tinggi minimum untuk got miring (dari USBR, 1973)

4. Bila kecepatan di dalam got miring lebih dari 9 m/dt, maka kemungkinan
volume air tersebut bertambah akibat penghisapan udara oleh air. Peninggian
dinding dalam situasi ini termasuk persyaratan yang harus dipenuhi, di samping
persyaratan bahwa kedalaman air tidak boleh kurang dari 0,4 kali kedalaman
kritis
5. Jika kemiringan got miring ini kurang dari 1:2 , maka bagian potongan curam
yang pendek harus dibuat untuk menghubungkannya dengan kolam olak.
Kemiringan potongan curam ini sebaiknya antara 1:1 dan 1:2 diperlukan kurva
vertikal di antara potongan got miring dan potongan berkemiringan curam
tersebut.
Denah dan Potongan Memanjang :

4. PERHITUNGAN GOT MIRING

Got miring : BSD.1c (Stasiun 983,05)

El.Muka air dihulu = + 116,41


El. Muka air dihilir = + 111,88
Beda tinggi (Z) = 4,53m
Panjang got miring = 105,67

Perhitungan Hidrolis :
 Bagian Masuk :
Q = Cd x 1,71 x bc x h11,5----------> (KP-04 hal. 7)
dimana :
Q = debit rencana, m3/dt
Cd = koefisien debit (diambil 1,05)
Bc = lebar bukaan
h1 = kedalaman air
bc = 1 ,446m ----------> bc = 1,5 m, ditetapkan
z1 = 2/3 . h= 2/3 x 0,9 = 0,6 m
A1 = bc x z1= 1,5 x 0,6 = 0,9 m2
V1 = Q/A1= 2,216 / 1,005 = 2,46 m/dt

 Bagian aliran normal


Diambil n = 0,8 atau b2 = 0,8 . h2
Kt = Ko x (1-sin α)----------> Ko = 60 m3/dt (pasangan batu)
tg α = Z/L = I = 4,53 / 105,67 = 0,043
sin α = 0,042829972
Kt = Ko x (1-sin α)----------> Kt = 57,43020167
A2 = n x h22
O2 = (n+2) x h2
R2 = A2/ O2 = 2. h22/4.h2 R2= 0,29 . h2
Q = A2/ V2
Q = A2x Kt x R2 . 2/3 x (sin α)1/2
2,216 = 4,125 . h28/3
h2 = 0,79m ----------> h2= 0,8 m, dibulatkan.
b2 = 1,m ----------> A2= 1,2 m2
V2 = Q / A2
V2 = 2,216 / 1,2
V2 = 1,85m/dt

 Bagian aliran peralihan :


V2-V1= m.(2.g.H)0,5----------> m = 1,05
H = 0,017 ≈ 0,02 m
a. Panjang bagian peralihan
L1 = H/I
L1 = 0,47 m
L1 = 0,5 m, dibulatkan.
b. Panjang bagian aliran normal
L2 = L -L1
L2 = 105,67 –0,5
L2 = 105,17 m

4. Kolam olak: Bukaan peredam gelombang


Q = μ . F. (2.g.z)0,5
z = 0,05 m
μ = 0,8
F = 2,798
4 Lubang bukaan = 1,00 x 1,00
F = 4,00 m
2 > 2,798 m2
Panjang kolam olak :
H3 = h+h0=0,8+0,9=1,7 ≈ 2,00 m
B3 = 2 xb2=3,00 m
L3 = (4 xb10)+b2=5,50 m

Anda mungkin juga menyukai