Anda di halaman 1dari 3

BAB V

PERENCANAAN BANGUNAN PELIMPAH ( SPILLWAY )

5.1 Landasan Teori


Bangunan pelimpah yang paling umum digunakan pada bendungan tipe urugan adalah
bangunan pelimpah terbuka dengan ambang tetap. Banguanan pelimpah ini terdiri dari 4
bangunan utama yaitu :
1. Saluran pengarah aliran,
2. Saluran pengatur aliran,
3. Saluran peluncur,
4. Peredam energi.

Gambar 5.1 Skema Sistem Bangunan Pelimpah

A. SALURAN PENGARAH ALIRAN


Saluran ini berfungsi sebagai saluran penuntun dan pengarah aliran agar aliran selalu
dalam kondisi hidraulika yang baik. Kecepatan aliran yang terjadi tidak boleh lebih dari 4
m/d. Hal ini untuk menghindari terjadinya aliran helikoidal. Jika terjadi aliran helikoidal,
kapasitas pengalirannya akan menurun dan beban hidrodinamis pada bangunan pelimpah
akan naik.

Kedalaman dasar saluran pengarah diambil minimal 20% dari tinggi rencana limpahan
diatas mercu ambang pelimpah.
Gambar 5.2 Sketsa Saluran Pengarah Aliran

B. SALURAN PENGATUR ALIRAN


Saluran ini berfungsi sebagai pengatur kapasitas aliran (debit) yang melintasi bangunan
pelimpah. Bangunan yang banyak dipakai pada saluran pengatur aliran adalah tipe
bendung pelimpah. Debit yang melimpah dapat dihitung dengan rumusan :
3
𝑄 = 𝐶×𝐿×𝐻 ⁄2
Dengan : Q : debit ( m3/dt ).
C : koefisien limpahan.
L : lebar efektif mercu bendung ( m ).
H : tinggi energi diatas mercu bendung ( m ).

Lebar efektifmercu bendung diukur dengan rumusan :


𝐿 = 𝐿′ − 2(𝑁.𝐾𝑃 + 𝐾𝑎)
dengan lambang notasi :
L' : panjang pelimpah antar abutment (m),
N : jumlah pilar diatas mercu pelimpah,
Kp : koefisien kontraksi pada pilar,
Ka : koefisien kontraksi pada abutment.

C. SALURAN TRANSISI
Saluran ini berfungsi menghubungkan bangunan pelimpah dengan saluran peluncur.
Saluran ini sangat sangat mempengaruhi rezim aliran di saluran peluncur. Untuk
menghindari aliran yang helisoidal, bentuknya diusahakan sesimetris mungkin terutama
pada penampang melintang dan tampak atasnya. Untuk bangunan pelimpah yang relatif
kecil, biasanya saluran ini dibuat dengan dinding yang tegak yang makin menyempit ke
hilir dengan inklinasi 12 30’ terhadap sumbu saluran peluncur.

Gambar 5.3 Sketsa Saluran Transisi


D. SALURAN PELUNCUR
Persyaratan yang harus dipenuhi pada saluran peluncur adalah :
a. air yang melimpah dari saluran pengartur mengalir dengan lancar tanpa
hambatanhambatan hidrolis,
b. konstruksi saluran peluncur cukup kukuh dan stabil dalam menampung semua beban
yang timbul,
c. biaya konstruksii diusahakan seekonomis mungkin.

Agar persyaratan-persyaratan tersebut dapat terpenuhi, perlu diperhatikan :


a. diusahakan tampak atasnya selurus mungkin, jika terpaksa harus berbelok
maka harus menggunakan sudut belok yang besar,
b. penampang salurannya dibuat persegi empat,
c. kemiringan dasar saluran diusahakan landai di bagian hulu dan semakin ke hilir
semakin curam agar kecepatan aliran dapat ditingkatkan secara berangsur-angsur dan
dan kemudian aliran berkecepatan tinggi tersebut dapat dituntun secara ketat meluncur
memasuki peredam energi, d. dihindari menggunakan terowongan (tertutup).

E. PERENCANAAN KOLAM OLAK


Aliran air yang telah melewati mercu pelimpah mempunyai kecepatan yang sangat tinggi,
dengan kondisi aliran sangat kritis. Dalam kondisi ini dapat menimbulkan kerusakan
berupa penggerusan pada bagian belakang pelimpah, hingga menyebabkan terganggunya
kestabilan sedari bendung tersebut. Untuk menghindari hal tersebut dilakukan upaya
dalam mengubah kondisi aliran superkritis menjadi subkritis yaitu dengan meredam
energi aliran tersebut, dengan mendesain kolam olak.

Tipe-tipe yang digunakan untuk meredam energi :


1. Tipe loncatan (jump bazin)
2. Tipe kolam olak (stilling bazin)
3. Tipe bak pusaran (roller bucket)

Adapun tipe kolam olak berdasarkan bilangan froude (Kp 04 hal 99) :
1. Untuk Fr<1.7 tidak diperlukan kolam olak, pada saluran tanah bagian hilir
harus dilindungi dari bahaya erosi, saluran pasangan batu atau beton tidak
memerlukan perlindungan khusus.
2. Bila 1.7<Fr<2.5 maka kolam olak diperlukan untuk meredam energi secara
efektif. Pada umumnya kolam olak dengan ambang ujung mampu bekerja dengan
baik. Untuk penurunan muka air DZ < 1.5 m dapat dipakai bangunan terjun tegak.
3. Jika 2.5<Fr<4.5 maka akan timbul situasi yang paling sulit dalam memilih
kolam olak yang tepat. Loncatan air tidak berbentuk dengan baik dan menimbulkan
gelombang sampai jarak yang jauh. Digunakan blok yang berukuran besar (Tipe IV).
4. Bila Fr>4.5 ini merupakan kolam olak paling ekonomis karena kolam olak ini
pendek, termasuk kolam olak tipe III yang dilengkapi blok depan dan blok halang.

Anda mungkin juga menyukai