Anda di halaman 1dari 7

BANGUNA PEREDAM ENERGI ATAU KOLAM OLAK

Loncatan air yang terjadi di hilir bangunan air dapat merusak dasar saluran ataupun bagian
sungai yang tak terlindungi. Untuk menghasilkan debit terbaik untuk peredam energy, maka
semua debit harus di cekdengan muka air hilirnya. Jika ada kemungkinan degradasi, maka harus
di buat suatu perhitungan dengan muka air hilir terendah yang mungkin terjadi.

Degradasi harus di cek jika:

a. Bangunan air dibangun pada sudetan


b. Sungai tersebut merupakan sungai alluvial dan bahan tanah di lalui rawan terhadap erosi
c. Terhadap di hulu bangunan

Bila degradasi sangat mungkin terjadi tetapi tidak ada pasti yang tersedia, maka harga sembarang
degradasi harus digunakan dalam perencanaan kolam olak. Dalam hal ini perencana harus
berhati-hati untuk memberikan kemungkinan pelaksanaan guna memperbaiki degradasi dimasa
mendatang yang ternyata melebihi perkiraan semula.

Panjang loncat air dapat sangat di perpendek dengan menggunakan blok haling dan blok-blok
muka seperti tipe kolam USBR tipe III yang dapat dipakai jika bilangan Froude tidak lebih dari
4,5.
Koordinasi dasar sungai dan tipe sedimen yang diangkut memainkan peranan penting dalam
pemilihan kolam olak.

a) Bending di sungai yang mengangkut bongkahan atau batu-batu besar dengan dasar yang
relatif tahan gesuran, biasanya cocok dengan kolam olak tipe bak tenggelam yang
relative pendek tetapi dalam seperti gambar berikut:

Tipe bak tenggelam tersebut juga digunakan jika kedalaman konjugasi hilir dari loncat air
terlalu tinggi, dibandingkan kedalaman normal hilir,dan angka Froude rendah. Perilaku
hidraulis peredam energy tipe bak tenggelam ini bergantung pada terjadinya kedua
pusaran, dimana satu pusaran permukaan bergerak kearah berlawanan jarum jam diatas
bak, dan sebuah pusaran permukaan bergerak searah perputaran jarum jam dan terletak
dibelakang ambang ujung.jari-jari hidraulis minimum yang diijinkan (Rmin) pada gambar
pertama, dimana garis menerus adalah garis asli dari kriteria USBR.
Batas minimum tinggi air hilir ( Tmin) diberikan pada gambar kedua di mana untuk nilai
∆H/hc dibawah 2,4 garis tersebut menggambarkan kedalaman konjugasi suatu loncat air.
Dianjurkan untuk mendapatkan kedalaman air hilir berdasarkan perkiraan degradasi dasar
sungai yang akan terjadi dimasa datang.

Dari hasil penelitian model terhadap bak tetap, IHE menyimpulkan bahwa pengaruh kedalaman
tinggi air terhadap bekerjanya bak sebagai peredam energi, ditentukan oleh perbandingan h 2/h1
seperti yang tampak pada gambar berikut:
Jika h2/h1 lebih inggi dari 2/3, maka aliran adalah aliran tenggelam dan tidak ada efek peredam
yang bias diharapkan.

b) Bendung di sungai yang mengangkut batu-batu besar, tapi sungai itu mengandung bahan
alluvial, dengan dasar tanah gerusan, akan menggunakan kolam loncat air tanpa blok-
blok batang seperti gambar berikut:

c) Bendung sungai yang hanya mengangkut bahan-bahan sedimen halus dapat


direncanakan dengan kolam loncat air yang diperpendek dengan menggunakan,
blok-blok haling
 Tipe Bangunan Peredam Energi
Bila sebuah konstruksi bendungan dibangun pada aliran sungai baik pada palung maupun
pada sodetan, maka pada sebelah hilir bendunganakan terjadi loncatan air. Kecepatan pada
aderah itu masih tinggi, hal ini akan menimbulkan gerusan setempat (local scauring).
Untuk meredam kecepatan yang tinggi itu, dibuat suatu kostruksi peredam energy. Bentuk
hidraulisnya adalah merupakan suatu bentuk pertemuan antara penampang miring,
penampang lengkung, dan penampang lurus.
Secara garis besar konstruksi peredam energi di bagi menjadi 4 tipe yaitu:
 Ruang Olak Tipe Vlughter
Ruang olak ini dipakai pada tanah alivial dengan aliran sungai tidak membawa
batuan besar. Bentuk hidrolis kolam ini akan dipengaruhi oleh tinggi energi, di hulu
diatas mercu dan perbedaan energi di hulu dengan muka air banjir hilir.
 Ruang Olak Tipe Schoklitsch
Peredam tipe ini mempunyai bentuk hidrolis yang sama sifatnya sama dengan
peredam energi tipe vlughter. Berdasarkan percobaan, bentuk hidrolis kolam
peredam energy ini dipengaruhi oleh factor-faktor, yaitu tinggi energy di atas mercu
dan perbedaan tinggi energy di hulu dengan tinggi muka air banjir di hilir.
 Ruang Olak Tipe Bucket
Kolam peredam energy ini terdiri dari tiga tipe yaitu solid bucket, slotted rooler
bucket atau dentate roller bucket, dan sky jump. Ketiga tipe ini mempunyai bentuk
hamper sama dengan tipe ‘’ lughter’’, namun perbedaannya sedikit pada ujung
ruang olakan. Umumnya peredam ini digunakan bila mana sungai membawa batuan
sebesar kelapa (boulder). Untuk menghindarkan kerusakan lantai belakang maka
dibuat lantai yang melengkung sehingga bilamana ada batuan yang terbawa akan
melenting kearah hilirnya.
 Ruang Tipe USBR
Tipe ini biasanya dipakai untuk head drop yang lebih tinggi dari 10 meter. Ruang
olakan ini memiliki berbagai variasi dan yang terpenting ada empat tipe yang
dibedakan oleh rezim hidraulik aliran dan konstruksinya. Tipe-tipe tersebut, yaitu
ruang olakan tipe USBR I merupakan ruang olakan datar dimana peredaman terjadi
akibat benturan langsung dari aliran dengan permukaan dasar kolam, ruang olakan
tipe USBR II merupakan ruang olakan yang memiliki blok-blok saluran tajam (gigi
pemencar) di ujung hulu dan di dekat ujung hilir (end sill) dan tipe ini cocok untuk
aliran dengan tekanan hidrostatis lebih besar dari 60 m, ruang olakan tipe USBR III
merupakan ruang olakan yang memiliki gigi pemencar di ujung hulu, pada dasar
ruang olak dibuat gigi penghadang aliran, di ujung hilir dibuat perata aliran, dan
tipe ini cocok untuk mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis rendah, dan ruang
olakan tipe USBR VI merupakan ruang olakan yang dipasang gigi pemencar di
ujung hulu, di ujung hilir dibuat perata aliran, cocok untuk mengalirkan air dengan
tekanan hidrostatis rendah, dan Bilangan Froud antara 2,5 - 4,5

KANTONG LUMPUR (STILLING BASIN)

Kantong lumpur/saluran penangkap pasir merupakan perbesaran dari potongan melintang saluran
sampi panjang tertentu untuk mengurangi kecepatan aliran sehingga memungkinkan partikel-
partikel/sedimen untuk mengendap.
Bangunan ini terletak pada bagian awal saluran primer/saluran induk dibelakang bangunan
pengambilan. Kantong lumpur mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih besar dari fraksi
pasir halus (0,06-0,07mm) dan biasanya ditempatkan disebelah hilir saluran pengambilan.

 Fungsi Kantong Lumpur


Meskipun telah ada usaha untuk merencanakan sebuah bangunan pengambilan dan
pengelak sedimen yang dapat mencegah masuknya sedimen kedalam jaringan irigasi,
namun masih ada partikel-partikel halus yang masuk jaringan tersebut. Untuk mencegah
agar sedimen ini tidak mengendap disaluran irigasi, bagian awal dari saluran primer
persis disebelah belkangnya direncanakan untuk berfungsi sebagai kantong lumpur.
Bahan-bahan yang telah mengendap dikantong biasa harus diangkat melalui jaringan
salurankesawah-sawah. Bahan yang telah mengendap dikantong kemudian dibrsihkan
secara berkala. Pembersihan biasanya dilakukan dengan menggunakan aliran air yang
deras untuk menghanyutkan bahan endapan tersebut kembali ke sungai. Dalam hal-hal
tertentu pembersihan dilakukan dengan cara lain, yaitu dengan menggarak.

 Hal-hal Yang Perlu Di Perhatikan Dalam Pembuatan Kantong Lumpur


 Ukuran Kantong Lumpur
a. Panjang kantong Lumpur antara 200 m sampai dengan 500 m. Panjang kantong
Lumpur dipengaruhi oleh diameter sediment yang akan mengendap, topografi
dan kemungkinan dilakukannya pembilasan
b. Kedalaman tampungan di ujung kantong Lumpur ± 1 m untuk jaringan kecil
(debit aliran sampai dengan 10 m3/detik) dan ± 2 m untuk jaringan sangat besar
(debit aliran sampai dengan 100 m3/detik)
c. Kondisi-kondisi batas
 Bangunan pengambilan
Yang pertama-tama mencegah masuknya sedimen kedalam saluran
irigasi adalah pengambilan dan pembilas, dan oleh karena itu
pengambilan yang direncanakan dengan baik dapat mengurangi biaya
pembuat kantong lumpur.
Penyebaran sedimen ke arah vertikal memberikan ancar-ancar
diambilnyabeberapa langkah perencanaan untuk membangun sebuah
pengambilan yangdapat berfungsi dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai