Anda di halaman 1dari 7

METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN

KOSNTRUKSI BENDUNGAN
A. METODE PERANCANGAN
Bendung merupakan suatu bangunan yang posisinya melintang pada aliran sungai
terbuat dari pasangan batu kali atau bronjong, atau beton, yag berfungsi untuk
meninggikan muka air agar dapat dialirkan ke tempat yang diperlukan. Bendung
sendiri dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Bendung Tetap.
2. Bendung Gerak (Barrage).
Sebelum kita melakukan perencanaan bending kita harus mengumpulkan beberapa
data yang diperlukan, yaitu:
 Data Topografi.
 Data Hidrologi.
 Data Morfologi.
 Data Geologi.
 Data Mekanika Tanah.
 Standar Perencanaan (PBI, PKKI, PMI, dll.)
 Data Lingkungan dan Ekologi.
Ada beberapa hal juga yang harus ditentukan pada saat perencanaan bending selain
mengumpulkan data, yaitu:
1. Pemilihan Lokasi
Dalam melakukan pemilihan lokasi kita harus memperhatikan syarat-syarat topografi
daerah yang akan dialiri oleh air, lokasi bending, keadaan hidrolis sungai, tanah
pondasi dan lain-lain.
2. Menentukan Elevasi Mercu Bendung
Muka air rencana di depan pengambilan bergantung pada:
 Elevasi muka air yang di perlukan untukk irigasi.
 Beda tinggi energi pada kantong lumpur yang di perlukan untuk
membilas sedimen dari kantong.
 Beda tinggi energi pada bangunan pembilas yang diperlukan untuk
membilas sedimen dekat pintu pengambilan.
 Beda tinggi energi yang di perlukan untuk merendam energi pada
kolam olak.
3. Perhitungan Muka Air Banjir di Hilir Rencana Bendung
MAB hilir merupakan patokan untuk merencanakan kolam olakan (peredam energi).
Dengan adanya MAB ini, dapat di hitung berapa kedalaman lantai ruang olakan.
Ada faktor utama yang harus dimiliki yaitu peta situasi sungai di sekitar bendung.
4. Pintu Pengambilan (Intake)
Pintu pengambilan berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk saluran dan
mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran.
5. Penentuan Lebar Efektif Bendung
Sebaiknya dalam menentukan lebar bendung ini harus sama dengan lebar rata-rata
sungai pada bagian yang stabil (bagian kurus). Biasanya lebar total bendung diambil
antara 1-1,2 dari lebar rata-rata sungai pada ruas yag stabil.
6. Kolam Peredam Energi
Untuk meredam kecepatan yang tinggi dibuat suatu konstruksi peredam energi.
Bentuk hidrolisnya adalah merupakan suatu pertemuan antara penampang miring,
lengkung, dan lurus.
Pemilihan tipe peredam energi itu sendiri harus berhantung pada:
 Keadaan tanah dasar.
 Tinggi perbedaan muka air hulu dan hilir.
 Sedimen yang diangkut aliran sungai.
Ada 4 tipe konstruksi peredam energi, yaitu:

 Ruang Olak tipe Vlughter


Biasanya dipakai pada tanah alluvial dengan aliran sungai tidak
membawa batuan besar. Bentuk hidrolisnya dipengaruhi oleh tinggi
energi di hulu di atas mercu, dan perbedaan energi di hulu dengan
muka air banjir hilir.

 Ruang Olakan tipe Schoklitsch


Peredam tipe ini mempunyai bentuk hidrolis yang sama sifatnya
dengan peredam energi tipe Vlughter.
 Ruang Olakan tipe Bucket
Kolam peredam ini terdiri dari 3 tipe, yaitu:
 Solid Bucket
Dibuat apabila material hanyutan membawa batuan sebesar
kelapa yang akan menghancurkan olakan.
 Slotted Rooler Bucket
Peredam ini digunakan bila loncatan air rendah maupun tinggi
dan deras akan lebih baik karena di ujung olakan dibuat
pemecah arus.

 Sky Jump
Digunakan apabila keadaan keadaan loncatan air sangat tinggi
dan keadaan air di belakang kolam kecil. Tipe ini lebiih cocok
digunakan apabila letak kolam pada daerah batuan yang sangat
kokoh dan olakan ini akan lebih tahan terhadap terjangan
banjir yang membawa batu-batuan.
Ketiga tipe di atas mempunyai bentuk yang hampir sama dengan tipe Vlughter,
perbedaannya hanya terlihat pada ujung ruang olakan. Biasanya olakan ini digunakan
apabila sungai membawa batuan sebsar kelapa (boulder).

 Ruang Olakan tipe USBR


Biasanya dipakai untuk head drop yang lebih tinggi dari 10 meter.
Ada 4 tipe yang dibedakan dari hidraulik aliran dan konstruksinya,
yaitu:
 Ruang Olakan USBR I
o Ruang olakan datar, peredaman terjadi akibat benturan
langsung dari aliran dengan permukaan dasar kolam.
o Ruang olakan/kolam menjadi panjang.
o Cocok untuk debit kecil, dengan kapasitas peredaman
yang kecil.
 Ruang Olakan USBR II
o Ruang olak tipe ini memiliki blok-blok saluran tajam
(gigi pemencar) di ujung hulu dan di dekat ujung hilir
(end sill).
o Cocok untuk aliran dengan tekanan hidrostatis > 60 m.
o Q > 45 m3/det.
o Bilangan Froud > 4,5.
 Ruang Olakan USBR III
o Dipasang gigi pemencar di ujung hulu, pada dasar
ruang olak dibuat gigi penghadang aliran, dan di ujung
hilir dibuat perata aliran.
o Cocok untuk mengalirkan air dengan tekanan
hidrostatis rendah.
o Q < 18,5 m3/det.
o V < 18,0 m/det.
o Bilangan Froud > 4,5.
 Ruang Olakan USBR IV
o Dipasang gigi pemencar di ujung hulu, dan di ujung
hilir dibuat perata aliran.
o Cocok untuk mengalirkan air dengan tekanan
hidrostatis rendah.
o Bilangan Froud antara 2,5 – 4,5.
7. Pintu Penguras
Penguras biasanya terletak pada sebelah kiri atau kanan bendung. Hal ini di
sebabkan letak dari pada pintu pengambilan, apabila pintu pengambilan
terletak pada sebelah kiri bendung maka pengurasnya terletak di sebelah kiri
pula.
Fungsi dari pintu penguras itu sendiri yaitu untuk menguras bahan-bahan
endapan yang ada pada sebelah udik pintu tersebut. Pintu penguras juga dapat
direncanakan dengan bagian terbuka atau tertutup.
Pintu bagian terbuka sendiri mempunyai beberapa keuntungan dan kelamahan
sebagai berikut:
Keutungan:
 Ikut mengatur kapasitas bendung, karena air dapat mengalir melalui
pintu-pintu yang tertutup selama banjir.
 Pembuangan benda-benda terapung lebih mudah, khususnya bila pintu
di buat dalam dua bagian dan bagian atas dapat di turunkan.

Kelemahan:
 Sedimen akan terangkut ke penguras selama banjir, hal ini bisa
menimbulkan masalah apalagi bila sungai banyak mengangkut
bongkahan.
 Benda-benda hanyut bisa merusak pintu.
 Karena debit di sungai lebih besar daripada debit di pengambilan,
maka air akan mengalir melalui pintu penguras. Dengan demikian
kecepatan lebih tinggi dan membawa lebih banyak sedimen.
Untuk saat ini kebanyakan penguras yang di rencanakan dengan bagian depan
terbuka. Jika banyak bongkah yang terangkut kadang-kadang lebih
menguntungkan untuk merencanakan penguras samping (Shunt Sluice)
penguras ini terletak di luar bentang ersih bendung dan tidak menjadi
pengalang ila terjadi banjir.
Selain itu juga ada pintu penguras bawah (Under Sluice). Penguras bawah ini
untuk mencegah masuknya angkutan sedimen dasar dan fraksi pasir yang
lebih kasar ke dalam pintu pengambilan. Biasanya penguras bawah di
tempatkan di hulu pengambilan di mana ujung penutup pembilas membagi air
menjadi dua lapisan.
8. Lantai Muka
Pada saat air terbendung maka akan terjadi perbedaan tekanan hilir dan mudik
bendung. Perbedaan ini akan menimbulkan adanya aliran di bawah bendung,
lebih-lebih bila tanah dasar bersifat tiris (porous). Aliran air ini akan
menimbulkan tekanan pada butiran tanah di bawah bendung, apabila tekanan
ini cukup besar untuk mendesak butiran tanah maka lama kelamaan akan
timbul penggerusan. Untuk memperkecil tekanan air ini, maka ambatan harus
di perbesar atau di perpanjang. Cara lain adalah dengan membuat lantai muka
atau juga degan dinding vertikal (cut off wall).

B. METODE PELAKSANAAN
1. Pembuatan bendungan dimulai dengan pembuatan diversion channel (saluran
pengalihan) yang dibangun di sebelah kanan sungai.
2. Pekerjaan dimulai dengan dengan mengerjakan diversion work dengan
menggali tanah dan pembuatan tanggul untuk mengalihkan aliran sungai.
Setelah sungai dialihkan lokasi bendung dapat dikeringkan melalui proses
dewatering.
3. Selanjutnya pekerjaan bendung dilanjutkan dengan pekerjaan galian tanah
dengan excavator dan hasil galian diangkut dengan dump truck untuk dibuang
ke disposal area atau disimpan sebagai stock untuk material timbunan sesuai
dengan jenis dan spesifikasi tanah.
4. Bila galian menemui lapisan tanah keras, dilakukan pekerjaan galian batu
5. Dipilih metode drilling and blasting, yaitu pada permukaan batuan dibuat pola
blasting. Kemudian dibuat lubang dengan rock drill (cradler rock driller) atau
canal drilling untuk diisi sejumlah bahan peledak (dinamit) dan detonator
sebagai pemicunya.
6. Setelah peledakan, hasil galian dikumpulkan dengan excavator dan diangkut
dump truck ke disposal area.
7. Galian batuan dengan blasting (peledakan)biasanya sulit untuk membentuk
dasar galian yang rapi sesuai rock line excavation yang ada dalam shop
drawing.
8. Selanjutnya digunakan giant breaker yang dipasangkan pada excavator untuk
membentuk dan merapikan galian batuan.
9. Sebelum pekerjaan beton fondasi bendung dimulai, pekerjaan yang harus
dilakukan adalah finising permukaan batuan dengan membersihkan semua
loose material dan menutup permukaan dengan splash grouting.
10. Splash grouting adalah campuran semen pasir dan air yang disiramkan ke
permukaan batuan.
11. Tahap selanjutnya adalah pekerjaan beton (concrete) untuk fondasi, tubuh
bendung, kolam olakan (stilling basin) dan pier serta kolom.
12. Di permukaan bendung yang terjadi pergesekan dengan air sungai dimana
diasumsikan terdapat batuan lepas, ranting dan pohon, oleh karena itu perlu
dilapisi dengan steel fibre concrete.
13. Pada bendung gerak dibuat bangunan hoist room yaitu tempat mesin
penggerak pintu, dipasang berupa katrol (hoist) elektrik untuk menaikkan dan
menurunkan pintu.
14. Setelah bagian utama terlaksana, diikuti bangunan lantai apron dan lantai
stilling basin yang diikuti pekerjaan backfill dengan material terseleksi.
15. Jembatan pelayanan dibuat terpisah di fabrikasi karena menggunakan precast
prestressed concrete, yang dilaunching dengan metode launching trust.
16. Pekerjaan sipil utama yang paling berat adalah pembuatan pier dan hoist deck,
karena perlu ketelitian dan akurasi yang tinggi agar interfacing dengan
pekerjaan pintu (hydro mechanical) tidak banyak menemui kesulitan.
17. Dalam penentuan penggunaan perancah bekisting di lantai hoist room perlu
penanganan khusus karena pada ketinggian 28 m, harus melakukan pekerjaan
beton dengan beban ratusan ton dan lendutan yang cukup besar.
18. Pelaksanaan bendung gerak dan bendung tetap merupakan lintasan kritis .
Sedangkan pekerjaan apron, stilling basin dan fishway merupakan pekerjaan
tidak kritis tetapi dapat dilaksanakan paralel dengan pekerjaan bendung sesuai
kapasitas penyediaan beton per hari.
19. Untuk pembuatan pier dan kolom beton digunakan climbing formwork dengan
dua tipe, yaitu untuk lengkung dipakai bekisting baja dan untuk yang lurus
digunakan bekisting kayu dan plywood.
20. Pada tahap pelaksanaan pengecoranbeton untuk pier terdapat dua jenis beton
yang harus dilaksanaan bersama untuk menghindari sambungan dingin (cold
joint) yaitu antara beton biasa dan beton campuran berton campuran steel
fibre.
21. Agar kedua jenis beton tidak tercampur, digunakan kawat ayam yang ditahan
dengan besi beton atau wire mesh.
22. Pengecorannya dilakukan secara bergantian dalam waktu yang relatif
bersamaan antara steel fibre concrete dan beton biasa.
23. Dilanjutkan dengan pengecoran bagian-bagian pada dan elevasi di atasnya
sesuai dengan ketinggian climbing formwork.
24. Untuk dinding bangunan hoist room yang awalnya adalah beton biasa,
dilakukan inovasi menjadi kolom dan balok rangka baja dengan dinding
precast prestressed panel (hollow core wall) untuk dinding maupun plat atap.

Anda mungkin juga menyukai