BAB II
DASAR TEORI
3. Lokasi embung terletak di dekat jalan, sehingga jalan masuk (access road)
tidak begitu panjang dan lebih mudah ditempuh.
Sedangkan faktor yang menentukan didalam pemilihan tipe embung
adalah (Soedibyo, 2003) :
1. Tujuan pembangunan proyek
2. Keadaan klimatologi setempat
3. Keadaan hidrologi setempat
4. Keadaan di daerah genangan
5. Keadaan geologi setempat
6. Tersedianya bahan bangunan
7. Hubungan dengan bangunan pelengkap
8. Keperluan untuk pengoperasian embung
9. Keadaan lingkungan setempat
10. Biaya proyek
adalah embung yang digunakan untuk menyimpan air pada masa surplus
dan dipergunakan pada masa kekurangan. Termasuk dalam embung
penampung air adalah untuk tujuan rekreasi, perikanan, pengendalian
banjir dan lain-lain.
b) Embung pembelok (diversion das)
adalah embung yang digunakan untuk meninggikan muka air, biasanya
untuk keperluan mengalirkan air ke dalam sistem aliran menuju ke tempat
yang memerlukan.
c) Embung penahan (detention dams)
adalah embung yang digunakan untuk memperlambat dan mengusahakan
seoptimal mungkin efek aliran banjir yang mendadak. Air ditampung
secara berkala atau sementara, dialirkan melalui pelepasan (outlet). Air
ditahan selama mungkin dan dibiarkan meresap ke daerah sekitarnya.
3. Tipe Embung Berdasarkan Letaknya Terhadap Aliran Air
Ada dua tipe yaitu embung yaitu embung pada aliran (on stream) dan
embung di luar aliran air (off stream) yaitu :
a) Embung pada aliran air (on stream)
adalah embung yang dibangun untuk menampung air, misalnya pada
pelimpah (spillway).
b) Embung di luar aliran air (off stream)
adalah embung yang umumnya tidak dilengkapi spillway, karena biasanya
air dibendung terlebih dahulu di on stream-nya baru disuplesi ke
tampungan. Kedua tipe ini biasanya dibangun berbatasan dan dibuat dari
beton, pasangan batu atau pasangan bata.
4. Tipe Embung Berdasar Material Pembentuknya
Ada 3 tipe yaitu embung urugan, embung beton/pasangan batu dan
embung komposit.
a. Embung Urugan ( Fill Dams, Embankment Dams )
Embung urugan adalah embung yang dibangun dari penggalian bahan
(material) tanpa tambahan bahan lain bersifat campuran secara kimia jadi
bahan pembentuk embung asli. Ditinjau dari penempatan serta susunan
8
2.2.4. Pelimpah
Menurut Linsley dan Franzini (1976), dalam perancangan hampir setiap
bendungan harus dipikirkan cara untuk mengalirkan air ke hilir. Suatu pelimpah
(Spillway) diperlukan untuk mengalirkan air banjir dan mencegah rusaknya
bendungan. Pintu-pintu air di mercu pelimpah bersama-sama dengan alur
pembuangan akan memungkinkan operator untuk mengendalikan air ke hilir
untuk berbagai tujuan.
Banyaknya air yang diperlukan oleh tanaman pada suatu petak sawah
dinyatakan dalam persamaan berikut (KP Irigasi, 1986) :
NFR = LP + ETc + P + WLR – Re (2-1)
dengan :
P = perkolasi (mm/hari)
Re = curah hujan efektif (mm/hari)
dengan :
dengan:
Untuk memperoleh hasil analisis yang baik, data hujan harus dilakukan
pengujian konsistensi terlebih dahulu untuk mendeteksi penyimpangan ini. Uji
konsistensi juga meliputi homogenitas data karena data konsisten berarti data
homogen. Pengujian konsistensi ada berbagai cara diantaranya RAPS (Rescaled
Adjusted Partial Sum).
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Sk ¿
S ** =
k Dy
(2-7)
K = 0,1,2, … , n
n
∑ ( Y i − Y )2
D 2= i=1
y n (2-8)
k
S k =∑ ( Y i − Y )
¿
i+1 (2-9)
k = 1,2,3, … , n
dengan :
n = jumlah data hujan
Yi = data curah hujan (mm)
Nilai statistik Q
Q= maks |S **|
k
0≤k≤ n (2-10)
Nilai Statistik R (Range)
R= maks S ** − min S **
k k
0≤k ≤n 0≤k≤n (2-11)
dengan :
Q = nilai statistik
15
Dengan melihat nilai statistik di atas maka dapat dicari nilai Qy/ √ n dan
Ry/ √ n
Hasil yang didapat dibandingkan dengan nilai Qy/ √ n syarat dan
Ry/ √ n syarat.
Tabel 2.2 Nilai kritis yang diijinkan untuk metode RAPS
N Q/ √ n R/ √ n
90% 95% 99% 90% 95% 99%
10 1,05 1,14 1,29 1,21 1,28 1,38
20 1,10 1,22 1,42 1,34 1,43 1,60
30 1,12 1,24 1,46 1,40 1,50 1,70
40 1,13 1,26 1,50 1,42 1,53 1,74
50 1,14 1,27 1,52 1,44 1,55 1,78
100 1,17 1,29 1,55 1,50 1,62 1,86
>100 1,22 1,36 1,53 1,62 1,75 2,00
Sumber : Sri Harto, 1993
: standar deviasi
S : standar deviasi
3. Distribusi Log Pearson Type III
Langkah-langkah perhitungan dengan cara ini adalah sebagai berikut:
a. Hitung harga rata-rata :
n
log X i
log X i 1 (2-14)
n
b. Hitung harga standar deviasi :
√
n
a. Rata-rata hitung ( X )
1 n
X Xi
n i 1 (2-18)
dengan:
X̄ = nilai rerata curah hujan (mm)
Xi = data curah hujan (mm)
n = jumlah data
b. Standar deviasi ( S )
n
X 2
i X
i 1
S
n 1 (2-19)
c. Koefisien variasi (Cv)
18
S
Cv= (2-20)
x́
d. Koefisien kepencengan (Cs)
n
3
n ∑ ( X i− X́ )
i=1 (2-21)
Cs= 3
( n−1 )( n−2 ) S
e. Koefisien kurtosis ( Ck )
n
n2 X i X 4
i 1
Ck
n 1 n 2 n 3 S 4
(2-22)
4. Distribusi Gumbel
1
X T b YT
a (2-23)
1 S
a Sn
(2-24)
S
b X Yn
Sn
(2-25)
n
x 2
i x
i 1
S
n 1
(2-26)
dengan :
∑ ( Oi−E i )2 (2-
χ h2= i=1
Ei
27)
dengan :
χh2 : parameter Chi-kuadrat terhitung
G : jumlah sub-kelompok
Oi : jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok ke i
Ei : jumlah nilai teoritis pada sub kelompok ke i
dk G R 1 (2-29)
dengan :
dk : derajat kebebasan
G : jumlah kelas distribusi
: parameter, untuk Chi-kuadrat = 2
Interpretasinya yaitu :
a. Xh2 < Xcr2 , maka distribusi teoritis yang digunakan dapat diterima,
b. Xh2 > Xcr2 , maka distribusi teoritis yang digunakan tidak dapat diterima.
2. Uji Smirnov-Kolmogorov
Pengujian ini dilakukan dengan menggambarkan probabilitas untuk tiap
data, yaitu dari perbedaan distribusi empiris dan distribusi teoritis yang disebut
∆max. Dalam bentuk persamaan dapat ditulis (Suripin, 2004):
max maksimum P P ' (2-30)
dengan :
max : penyimpangan absolut peluang teoritis dan pengamatan
P : peluang teoritis
P' : peluang empiris
Langkah berikutnya adalah membandingkan antar ∆max dengan ∆cr. Interpretasinya
adalah :
a. ∆max < ∆cr , maka distribusi teoritis yang digunakan dapat diterima,
b. ∆max > ∆cr , maka distribusi teoritis yang digunakan tidak dapat diterima.
= derajat kepercayaan
N
0.20 0.10 0.05 0.01
21
Rc R n . C
(2-33)
Pada saat hujan turun sebagian akan meresap ke dalam tanah dan
sebagian lagi akan menjadi limpasan permukaan. Koefisien pengaliran adalah
suatu variable untuk menentukan besarnya limpasan permukaan tersebut dimana
penentuannya didasarkan pada kondisi Daerah Aliran Sungai dan kondisi hujan
yang jatuh di daerah tersebut.
Berdasarkan kondisi fisik wilayah dan jenis penggunaan lahannya
besarnya nilai koefisien pengaliran ditentukan sebagai berikut:
Tabel 2.5 Koefisien Pengaliran
Kondisi DAS Angka Pengaliran
Pegunungan curam 0.75 – 0.90
Pegunungan tersier 0.70 – 0.80
Tanah bergelombang dan hutan 0.50 – 0.75
Dataran Pertanian 0.45 – 0.60
Persawahan 0.70 – 0.80
Sungai di pegunungan 0.75 – 0.85
Sungai di dataran 0.45 – 0.75
Sumber: Bendungan Tipe Urugan,Suyono Sosrodarsono
Bagian lengkung naik (rising limb) hidrograf satuan mempunyai rumus :
2, 4
t
Qa Q p
T
p (2-37)
dengan :
Qa : limpasan sebelum mencapai debit puncak (m3/detik),
t : waktu (jam).
Bagian lengkung turun (decreasing limb) :
t −T p
Qd >0,3 Q p : Q =0,3 Q ( T 0,3 )
d p
(2-38)
t −T p+0,5 T 0,3
0,3 Q p >Q d >0,3 2 Q p : Q =0,3 Q ( 1,5T 0,3 ) (2-39)
d p