Anda di halaman 1dari 23

BAB III

LANDASAN TEORI

.1 Pengertian
3.1.1 Defenisi Embung
Embung adalah suatu bangunan yang berfungsi sebagai wadah
penampung kelebihan air saat debit tinggi dan melepaskanya pada saat
diperlukan. Embung merupakan keseluruhan dari suatu bangunan
proyek dan embung juga dipengaruhi oleh bangunan-banguna lain
seperti :
1. Bangunan pelimpah
2. Bangunan penyadap
3. Bangunan pengeluar
4. Bangunan untuk pembelok sungai dan lain-lain (Soedibyo,
1993:II-07)
Untuk menentukan lokasi dan daerah embung harus memiliki
beberapa factor yaitu : (Soedibyo, 1993:II-07)
1. Tempat embung merupakan wadah yang cukup untuk menampung
air, terutama pada lokasi yang memiliki keadaan geoteknik tidak
lulus air, sehingga dapat menampung air dengan lama dan
kehilangan airnya sedikit karena penyerapan tanah.
2. Lokasinya terletak didaerah manfaat, yang memerlukan air
sehingga distribusi air tidak terlalu jauh agar tidak kehilangan
energi. Karena, embung menyalurkan air dengan system gravitasi.
3. Lokasi embung terletak di dekat jalan, sehingga jalan masuk
(access road) tidak begitu panjang dan mudah ditempuh.
Sedangkan factor yang menentukan tipe embung didasarkan pada :
(Soedibyo 1993:II-07)
a. Tujuan pembangunan embung
b. Keadaan klimatologi setempat
c. Keadaan hidrologi setempat

31
d. Keadaan di daerah genangan
e. Keadaan geologi setempat
f. Tersedianya bahan bangunan
g. Hubungan dengan bangunan pelengkap
h. Keperluan untuk pengoprasian embung
i. Keadaan lingkungan setempat
j. Biaya proyek

Gambar 3.1 Embung


Sumber:http//www.google.co.id/URL
A. Embung Irigasi
Embung adalah sebutan lain untuk bendungan kecil.
Bendungan kecil adalah bendungan yang tidak memenuhi syarat-
syarat sebagai bendungan besar.
Menurut ICOLD definisi bendungan besar adalah:
1. Bendungan yang tingginya lebih dari 15 m, diukur dari
bagian terbawah pondasi sampai ke puncak bendungan.
2. Bendungan yang tingginya antara 10-15 m dapat pula
disebut bendungan besar apabila memenuhi salah satu atau
lebih kriteria sebagai berikut:
a. Panjang puncak bendungan tidak kurang dari 500 m.

32
b. Kapasitas waduk yang terbentuk tidak kurang dari 1 juta
m³.
c. Debit banjir maksimal yang diperhitungkan tidak kurang
dari 2000 m³/detik.
d. Bendungan menghadapi kesulitan-kesulitan khusus pada
pondasinya.
e. Bendungan didesain tidak seperti biasanya (Soedibyo,
1993).
Syarat-syarat di atas tidak mutlak mengikat, karena pada
pelaksanannya di lapangan ada bendungan-bendungan yang
memenuhi syarat bendungan besar diberi nama embung dan
sebaliknya.
Embung irigasil merupakan suatu bangunan yang
berfungsi untuk menampung air hujan dan digunakan pada
musim kemarau bagi suatu kelompok masyarakat desa untuk
memenuhi kebutuhan penduduk, ternak dan sedikit kebun.
Embung dibangun melintang alur-alur sungai kecil yang
memiliki raven atau bentuk lekukan alur berupa depresi untuk
dapat menampung air sebanyak-banyaknya, dimana tampungan air
tersebut dibendung dengan tanggul yang dibangun sependek
mungkin dan disesuaikan dengan kondisi topografi setempat.
Embung kecil memiliki batasan dalam design seperti luas Daerah
Aliran Sungai (DAS) tidak boleh lebih besar dari 100 ha, tinggi
tanggul tidak lebih dari 10 m, volume tampungan tidak boleh lebih
besar dari 100.000 m³ air dan panjang jaringan pipa tidak boleh
lebih panjang dari 3000 m. Apabila batasan dimensi ini dilampaui,
maka embung ini disebut embung irigasi atau waduk kecil.
B. Persyaratan Lokasi
Beberapa syarat yang harus di perhatikan sebelum
melaksanakan pekerjaan pembuatan embung, yaitu:

33
1. Tekstur Tanah
Agar fungsinya sebagai penampung air dapat terpenuhi
embung sebaiknya dibuat pada lahan dengan tanah liat
berlempung.
Pada tanah yang berpasir pada porositas atau mudah
meresapkan air tidak dianjurkan pembuatan embung karena
air cepat hilang, kalau terpaksa di anjurkan memakai alas
plastik atau tembok di sekeliling embung.
2. Kemiringan Lahan
Embung sebaiknya dibuat pada area pertanaman yang
bergelombang ringan 8 sampai 30 % atau 1:2,5 sampai 1:3,
agar limpahan air permukaan dapat dengan mudah
mengalir dalam embung dan air embung mudah dapat di
salurkan ke petak-petak tanaman maka harus ada
perbedaan ketinggian antara embung dan petak tanaman.
Pada lahan yang datar akan sulit untuk mengisi air
limpasan ke dalam embung. Pada lahan yang terlalu miring
(> 30%), embung akan cepat penuh dengan endapan tanah
karena erosi.
3. Lokasi
Penempatan embung sebaiknya dekat dengan saluran air
yang ada di sekitarnya supaya pada saat hujan, air
dipermukaan tanah mudah di alirkan ke dalam embung.
Lokasinya memiliki daerah tangkapan hujan.
4. Bentuk Embung
Bentuk embung sebaiknya dibuat bujur sangkar atau
mendekati bujur sangkar. Hal tersebut dimaksudkan agar
diperoleh wiling yang paling pendek sehingga peresapan
air melalui tanggul lebih sedikit.
3.1.2 Tujuan Pembuatan Embung
Adapun tujuan dari pembuatan embung adalah sebagai berikut :
1) Penyediaan air untuk pengairan tanaman dimusim kemarau.

34
2) Meningkatkan produktivitas lahan, masa pola tanam dan pendapatan
petani dilahan tadah hujan.
3) Mengaktifkan tanah kerja petani pada musim kemarau, sehingga
mengurangi urbanisasi dari desa/dusun ke kota.
4) Mencegah atau mengurangi luapan air dimusim hujan dan menekan
resiko banjir.
5) Memperbesar peresapan air ke dalam tanah.
3.2 Komponen Embung
Embung Irigasi mempunyai beberapa komponen antara lain:
a. Daerah tadah hujan (Catchment Area),
b. Tanggul (Embankment), daerah genangan air (storage).
c. Saluran pembuangan (spillway),
d. Jaringan pipa dan
e. Bak-bak pelayanan (reticulation system) yang terdiri dari pipa distribusi,
bak air bersih, bak air ternak dan bak air kebun serta bangunan pelengkap
yang terdiri dari peil scale, pagar dan pintu pagar, bench mark dan papan
informasi.

Bak-bak pelayanan pada setiap Embung kecil disesuaikan dengan


kebutuhan, umumnya terdiri dari 3 unit antara lain 1 unit untuk bak air bersih,
1 unit untuk bak air ternak dan 1 unit untuk bak air kebun. Pada bagian dasar
dari tanggul embung, ditanam atau dipasang pipa transmisi yang berfungsi
untuk mengalirkan air dari kolam embung (Storage) ke kaki tanggul.
Dibagian belakang kaki tanggul dipasang sebuah box stop kran yang
beerfungsi untuk mengatur distribusi air embung ke bak-bak pelayanan.

Adapun permasalahan yang sering ditemui pada setiap embung Irigaasi


adalah:

1. Tidak terisinya air dalam bak penampungan sesuai volume bak.


2. Debit yang mengalir masuk ke dalam bak tampungan sering kecil,
yaitu hanya setengah diameter pipa, sementara kondisi muka air dalam
kolam Embung berada pada posisi Full Supply Level (FSL).

35
3. Ada bak pelayanan yang tidak terisi air ketika muka air dalam kolam
Embung turun separuh dari tinggi air kolam.
4. Bahan jaringan pipa yang digunakan umumnya berdiameter seragam
dari inlet pipe (pipa transmisi) hingga outlet pipe di bak-bak
pelayanan.
3.3 Tubuh Embung
Tubuh embung berfungsi untuk menutup lembah atau wadah sehingga
air dapat bertahan dihulunya. Beberapa istilah penting mengenai tubuh
embung :
3.3.1 Tinggi Embung
Tinggi embung adalah perbedaan antara elevasi permukaan
pondasi dan elevasi mercu embung. Apabila pada embung dasar
dinding kedap air atau zona kedap air, maka yang dianggap permukaan
pondasi adalah garis perpotongan antara bidang vertical yang melalui
hulu mercu embung dengan permukaan pondasi alas embung tersebut.
(Sosrodarsono, II:2002-14).

Gambar 3.2 Tinggi Embung

Sumber : Laporan Perencanaan Embung Tambakboyo

3.3.2 Tinggi Jagaan (Free Board)


Tinggi jagaan adalah perbedaan elevasi permukaan maksimum
rencana air dalam embung dan elevasi mercu embung. Elevasi
permukaan maksimum rencana, biasanya merupakan elevasi banjir
rencana embung.

36
Gambar 3.3 Tinggi Jagaan Pada Mercu Embung

Sumber : Laporan Perencanaan Embung Tambakboyo

Tinggi jagaan dimaksudkan untuk menghindari terjadinya


peristiwa pelimpasan air melewati puncak bendungan sebagai
akibat diantaranya dari:

a. Debit banjir yang masuk embung.


b. Gelombang akibat angin.
c. Pengaruhnya pelongsoran tebing-tebing di sekeliling
embung.
d. Gempa.
e. Penurunan tubuh bendungan.
f. Kesalahan di dalam pengoperasian pintu.

3.3.3 Lebar Mercu Embung


Lebar mercu embung yang memadai diperlukan agar puncak
embung dapat tahan terhadap hempasan ombak dan dapat tahan
terhadap aliran filtrasi yang melalui puncak tubuh embung.
Disamping itu, pada penentuan lebar mercu perlu diperhatikan
kegunaannya sebagai jalan inspeksi dan pemeliharaan embung.
Penentuan lebar mercu dirumuskan sebagai berikut (Sosrodarsono,
1989) :
B = 3,6 H2/3 = 3
Dimana :
B = Lebar mercu
H = Tinggi Embung

37
Lebar puncak dari embung tipe urugan ditentukan
berdasarkan pertimbangan sebagai berikut ini:

a. Bahan timbunan asli (alam) dan jarak minimum garis


rembesan melalui timbunan pada elevasi muka air normal.
b. Pengaruh tekanan gelombang di bagian permukaan lereng
hulu.
c. Tinggi dan tingkat kepentingan dari konstruksi bendungan.
d. Kemungkinan puncak bendungan untuk jalan penghubung.
e. Pertimbangan praktis dalam pelaksanaan konstruksi.
Untuk bendungan-bendungan kecil (embung) yang di atasnya
akan dimanfaatkan untuk jalan raya, lebar minimum adalah 4
meter sementara untuk jalan biasa cukup 2,5 meter. Lebar
bendungan kecil dapat digunakan pedoman sebagai berikut.

Tabel 3.1 Lebar puncak bendungan urugan kecil (embung)

Tinggi Embung (m) Lebar Puncak (m)


2,0 – 4,5 2,50
4,5 – 6,0 2,75
6,0 – 7,5 3,00
7,5 – 9,0 4,00
9,0 – 13,0 5,50
(Sumber : Sosrodarsono ,2002:III-174)

Tabel 3.2 Lebar Puncak Bendungan urugan besar (waduk)

Tinggi Embung (m) Lebar puncak (m)


14,0 – 16,5 6,00
16,5 – 19,0 6,5
19,0 – 20,5 7,00
20,5 – 22,0 8,00
22,0 – 25,0 9,50
(Sumber : Sosrodarsono ,2002:III-174)

Bagi bendungan di atas 25 meter (>25m) maka lebar


puncak embung dapat ditentukan dengan rumus untuk
mencari lebar puncak (B).

38
3.3.4 Panjang Embung
Panjang embung adalah seluruh panjang mercu embung yang
bersangkutan termasuk bagian yang digali pada tebing-tebing sungai
di kedua ujung mercu tersebut. Apabila bangunan pelimpah atau
bangunan penyadap terdapat pada ujung-ujung mercu, maka lebar
bangunan-bangunan pelimpah tersebut diperhitungkan pula dalam
menentukan panjang embung (Sosrodarsono, 1989).
3.3.5 Volume Embung
Seluruh jumlah volume konstruksi yang dibuat dalam rangka
pembangunan tubuh embung termasuk semua bangunan
pelengkapnya dianggap sebagai volume embung (Sosrodarsono,
1989).
3.4 Hubungan Elevasi Terhadap Volume Embung
Seluruh jumlah volume konstruksi yang dibuat dalam rangka
pembangunan tubuh embung termasuk semua bangunan pelengkapnya
dianggap sebagai volume embung. Analisis keandalan embung sebagai
sumber air menyangkut volume air yang tersedia, debit pengeluaran untuk
kebutuhan air untuk air baku (PDAM), pangendalian banjir dan debit air
untuk keperluan lain-lain selama waktu yang diperlukan. Analisis keandalan
embung diperlukan perhitungan-perhitungan diantaranya adalah perhitungan
kapasitas embung yaitu volume tampungan air maksimum dihitung
berdasarkan elevasi muka air maksimum, kedalaman air dan luas
genangannya. Perkiraan kedalaman air dan luas genangan memerlukan
adanya data elevasi dasar embung yang berupa peta topografi dasar embung.
Penggambaran peta topografi dasar embung didasarkan pada hasil
pengukuran topografi.
3.5 Pemadatan Tubuh Embung
Pemadatan tanah harus dilakukan lapis demi lapis menggunakan alat
berat dengan cara dan ketentuan seperti diuraikan berikut ini.
3.5.1 Tata Cara Pemadatan Tanah Berkohesi (Lempung)
1) Bersihkan tempat penambangan bahan uruugan (borrow area) dari
bahan organik, dengan mengupas permukaannya.

39
2) Gali dan kemudian angkutlah bahan urugan ke tempat tubuh
embung dan tumpahkan di atas tanah yang telah dipadatkan terlebih
dahulu.
3) Hamparkan tanah bahan urugan menjadi rata (lapisan) dengan
ketebalan 30 cm di atas lapisan tanah yang telah dipadatkan terlebih
dahulu .
4) Siram lapisan tanah dengan air secukupnya,bila keadaan terlalu
kering, sedemikian sehingga tanah tersebut dapat dikepal dengan
tangan tanpa terurai (berarti terlalu kering) dan juga tidak terlalu
lunak (berarti terlalu basah).
5) Gilas lapisan tanah dengan alat pemadat yang sesuai sehingga
tebalnya berkurang dari 30 cm sampai kira-kira 20 cm yang dapat
dicapai sesuai dengan jumlah lintasan yang telah ditetapkan kira-
kira 9 sampai 12 kali lintasan.
6) Ulangi pekerjaan yang sama sehingga urugan mencapai elevasi
yang dikehendaki. Apabila tempat pemadatannya cukup luas,
misalnya pada tubuh embung dapat digunakan vibro roller. Apabila
tempat pemadatannya sempit, misalnya diparitan dapat digunakan
stamper.
3.5.2 Tata Cara Pemadatan Tanah Tak Berkohesi
1) Tata cara seperti di atas harus dilakukan pula untuk tanah jenis ini
kecuali langkah no. (4) tidak diperlukan.
2) Alat yang diperlukan untuk pemadatan pada tanah jenis ini adalah
tandem roller.
3) Alat pemadatan tanah lempung tidak boleh melintasi urugan tanah
tak berkohesi agar urugan tidak terkotori tanah lempung.

3.6 Kolam Embung


Kolam embung berfungsi untuk menyimpan atau menampung air,
karena berfungsi sebagai penampung air maka dalam proses pembuatannya

40
harus diusahakan agar kolam tersebut kedap air. Apabila dasar atau dinding
kolam bersifat lulus air maka diperlukan selimut yang menutupinya untuk
mengurangi kehilangan air. Selimut dapat terbuat dari bahan lempung, semen,
atau tanah.

3.7 Tanggul
3.7.1 Pengertian Tanggul Secara Umum
Tanggul adalah suatu konstruksi yang dibuat untuk mencegah
banjir di dataran yang dilindungi. Bagaimanapun tanggul juga
mengungkung aliran air sungai, menghasilkan aliran yang lebih dan
muka air lebih tinggi. Tanggu juga dapat ditemukan di sepanjang
pantai, dimana gumuk / gundukan pasir pantainya tidak cukup kuat, di
sepanjang sungai untuk melindungi banjir, di sepanjang danau atau
polder. Tanggul juga dibuat untuk tujuan empoldering / membentuk
batasan perlindungan untuk suatu area yang tergenang serta suatu
perlindungan militer. Tanggul bisa jadi pekerjaan tanah yang permanen
atau hanya konstruksi darurat, biasanya terbuat dari kantong pasir
sehingga secara cepat saat banjir.
3.7.2 Jenis-jenis Tanggul
Berdasarkan fungsi dan dimensi tempat serta bahan yang dipakai
dan kondisi topografi setempat tanggul dapat dibedakan sebagai
berikut:
a. Tanggul utama
b. Tanggul sekunder
c. Tanggul terbuka
d. Tanggul pemisah
e. Tanggul melingkar
f. Tanggul sirip
g. Tanggul pengarah
h. Tanggul keliling dan tanggul sekat
i. Penyadap banjir
j. Tanggul tepi danau dan tanggul pasang

41
k. Tanggul khusus
l. Tanggul belakang

Gambar 3.4 Berbagai Jenis Tanggul

Sumber : Search engine, google.com

3.7.3 Bentuk Penampang Lintang Tanggul dan Tahan Tanah Tanggul


a. Bagian Tanggul
Bentuk standar dan nama bagian tanggul adalah seperti pada
gambar 3.5

Gambar 3.5 Nama Bagian Tanggul

Sumber : Search engine, google.com

b. Kemiringan Lereng Tanggul


Penentuan kemiringan lereng tanggul merupakan tahapan yang
paling penting dalam perencanaan tanggul dan sangat erat kaitannya

42
dengan infiltrasi air dalam tubuh tanggul tersebut. Dalam keadaan
biasa tanpa perkuatan lereng tanggul direncanakan dengan
kemiringan 1 : 3 atau lebih kecil.
Bahan yang sangat cocok untuk pembangunan tanggul
adalah tanah dengan karakteristik sebagai berikut :
1. Dalam keadaan jenuh air mampu bertahan terhadap gejala
gelincir dari longsor.
2. Pada waktu banjir yang lama tidak rembes atau bocor.
3. Penggalian, transportasi dan pemadatannya mudah.
4. Tidak terjadi retak-retak yang membahayakan kestabilan tubuh
tanggul.
5. Bebas dari bahan-bahan organik seperti akar-akaran, pohon-
pohonan dan rumput-rumputan.

Akan tetapi amatlah sukar untuk memperoleh bahan tanah dengan


kualitas yang baik untuk tanggul yang sangat panjang dari lokasi yang
berlainan yang berdekatan dengan trase tanggul yang akan dibangun.
Sedangkan pengambilannya dari lokasi yang sama, tetapi jaraknya jauh
akan meningkatkan biaya transportasinya. Jadi tidaklah dapat dihindarkan
pengambilan bahan tanah dari lokasi di sekitar tanggul. Walaupun dengan
resiko kualitasnya kurang memenuhi persyaratan. Dalam keadaan untuk
urugan bagian dalam tubuh tanggul, sedangkan untuk bagian luarnya
dipergunakan untuk urugan bagian dalam tubuhnya.

3.7.4 Standar Pekerjaan Tanggul


A. Pondasi Tanggul
Pada bagian dasar dari tanggul terdapat pondasi / Contact
Clay yang diperlukan untuk mendapatkan ikatan yang sempurna
antara pondasi dengan timbunan tanggul atau pada sambungan
timbunan dengan bangunan saluran pelimpah. Sebelum dilakukan
penimbunan dengan material kedap air dimana kandungan air untuk
contact clay lebih besar sekitar 10 % dari timbunan. Metode
pemadatan untuk contact clay adalah sebagai berikut :

43
1. Untuk contact clay pada celah sempt, proses pemadatannya
dilakukan dengan hammer kayu / stamper.
2. Untuk contact clay pada pondasi cut off trench dilakukan
dengan vibro roller.
3. Sambungan antara contact clay dengan pondasi harus
dilakukan pengujian permeabilitas secara langsung ditempat.
B. Timbunan Tubuh Tanggul
Standar Spesifikasi teknik untuk pekerjaan penimbunan serta
material timbunan telah ditentukan berdasarkan hasil analisa jenis
tanah dari laboratorium.
Permasalahan pokok quality control untuk timbunan embung yang
harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Jenis Material Timbunan
2. Kadar air material tanah
3. Berat isi kering
4. Koefisien Permeabilitas

Apabila nilai-nilai hal tersebut di atas lebih besar atau lebih


kecil dari spesifikasi teknik, metode konstruksi harus
dipertimbangkan kembali seperti:

1. Ketebalan hamparan lapisan / ketebalan layer (maksimal 30


cm).
2. Jumlah lintasan pemadatan (minimal 12 lintasan).
3. Kontrol kadar air material.
4. Pengujian Permeabilitas (maksimal penurunan air 1 cm
dalam 10 menit).

Material timbunan untuk konstruksi tubuh embung terdiri


dari material kedap air (Impervous Core). Sumber material
kedap air untuk kebutuhan penimbunan diambil langsung dari
lokasi borrow area yaiu daerah genangan dan bekas galian
pondasi tanggul. Kontrol kadar air untuk material timbunan

44
tetap dilaksanakan di kedua tempat (borrow area dan lokasi
penimbunan).

Selama pelaksanaan pekerjaan penimbunan di tubuh


embung, maka pelaksanaan pengujian untuk quality control juga
terus dilaksanakan untuk moisture content / kadar air di lokasi
pengambilan material (borrow area, lokasi yang telah ditunjuk
dan di lokasi penimbunan), kepadatan lapangan, permeability
lapangan dari timbunan. Jika kadar air pada pelaksanaan
timbunan tidak memenuhi spesifikasi teknik maka penyiraman
atau penjemuran material akan dilakukan langsung di lokasi
pengambilan material ataupun di lokasi penimbunan.

Seiring dengan kontrol rutin tes di atas untuk mendapatkan


kadar air optimum / optimum moisture content (OMC) maka
dilaksanakan juga pengujian standard proctor compaction di
Laboratorium untuk mendapatkan nilai Wopt (kadar air optimum)
dan berat kering maksimum (gD max), sebagai pembanding.

Berdasarkan hasil uji kepadatan lapangan dengan uji


sandcone, maka dapat diketahui bahwa pemadatan yang
dilakukan telah memenuhi spesifikasi teknik, yaitu ditunjukkan
dengan nilai kepadatan lapangan (D-Value) lebih besar dari 95%
nilai kepadatan laboratorium, (D-Value > 95% D laboratorium).

Sedangkan untuk pengujian Permeabilitas, maka dilakukan


pengujian air pada layer dari hasil pemadatan, dengan
menggunakan pengujian kelulusan 30 cm air pada lubang yang
telah dibuat dalam 10 menit standar waktu pengujian, dengan
ketetapan kelulusan air maksimum adalah 1 cm dalam waktu 10
menit, pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan nilai
permeabilitas (K) di lapangan.

45
Apabila didalam pelaksanaan terdapat hasil uji derajat
kepadatan lapangan yang tidak memenuhi spesifikasi teknik,
sedangkan spesifikasi tanah telah memenuhi syarat maka harus
dilakukan pekerjaan perbaikan dengan cara pemadatan kembali
(penyiraman dan penambahan jumlah lintasan pemadatan
dengan vibro roller).

3.8 Pekerjaan Timbunan Tanah


Yang berkaitan dengan pekerjaan timbunan tanah, antara lain
pekerjaan tanggul banjir saluran dan jalan inspeksi. Material timbunan yang
digunakan berasal dari hasil galian yang memenuhi syarat, bila masih kurang
diambil dari lokasi pengambilan (borrow pit).

Persyaratan minimum untuk tanah timbunan sebagai material pekerjaan


tanggul sebagai berikut:

a. Mudah digunakan untuk konstruksi dan biaya rendah.


b. Tidak mengandung bahan organik.
c. Kelulusan air kecil (tidak porous).
d. Angka kompresibilitas / permeabilitas kecil.
3.8.1 Tanah
Yang dimaksud dengan tanah disini adalah semua material
termasuk batuan lapuk yang mudah pecah waktu pengangkutan atau
pemadatan. Hampir setiap jenis tanah yang ditemukan disekitar lokasi
dapat digunakan sebagai bahan urugan tanah. Kecuali tanah yang
mengandung bahan organik lebih dari 5% bahan yang mudah larut atau
mengandung mineral montmorilonit dalam prosentasi tinggi (ekspansif)
dan tidak termasuk lempung dipersif (SNI 03-3405-1994).
Bila tanah berbutir halus yang tersedia ditempat pemadatan
mempunyai kadar air pemadatan berkisar antara kadar air optimum
kurang dari 1% (OMC-1%) sampai kadar air optimum ditambah 3%
(OMC+3%), maka dapat digunakan sebagai bahan urugan. Di daerah
tropis seperti Indonesia, umumnya tanah lempung mempunyai kadar air
asli melampaui beberapa persen (>5%) terhadap kadar air optimumnya,

46
sehingga pemadatan tidak selalu dapat dilakukan mengikuti prosedur
standar (OMC-1% < wlap < OMC+3%).

Pemadatan tanah ini dapat dilakukan dalam keadaan basah yaitu pada
OMC+3%.

Namun bila diberi beban makan tekanan air pori mudah meningkat.
Pengeringan tanah biasanya sulit dilakukan, karena setelah padatkan
kadar air tanah kembali ke kadar air aslinya sebelum pengeringan. Jenis
tanah yang kadar airnya kurang dari OMC-1% perlu dibasahi sebelum
pemadatan. Pemadatan harus mencapai derajat kepadatan D = 92%.
Juga dipersyaratkan untuk bahan kedap air mempunyai koefisien
permeabilitas K = 10-5 cm/s. Pada waktu pengeringan tanah lempung
yang tinggi derajat penyusutannya harus ditutup plastik, agar tidak
terjadi evaporasi.

Tanah lempung tidak boleh digunakan sebagai bahan urugan bila


berhubungan dengan konstruksi beton atau pasangan batu, kecuali pada
lapisan kedap air dari bendungan tipe urugan. Urugan tanah yang
dipadatkan secara baik dengan berat volume tinggi mempunyai kuat
geser tinggi dan kompresibilitas rendah.

3.8.2 Pasir Kerikil


1. Urugan pasir kerikil harus padat dengan kuat geser koefisien
permeabilitas cukup tinggi dan kompressibilitas rendah. Pada
umumnya kuat geser akan tinggi bila bahan urugan padat
mengandung butiran yang bervariasi dan berat volume kering tinggi
dan kepadatan urugan ditentukan oleh kepadatan relatifnya.
2. Kuat geser urugan pasir kerikil ditentukan oleh sudut geser dalam.
Untuk urugan pasir kerikil yang mengandung kadar butir halus
(ukuran butir < 0,074 mm) harus ditinjau pengaruh kuat gesernya
terhadap perubahan tekanan air pori waktu konstruksi. Karena
peningkatan tekanan mengurangi kuat geser.

47
3. Urugan pasir kerikil biasanya digunakan sebagai bahan filter, yang
ditempatkan antara bahan urugan dengan permeabilitas rendah
dengan bahan lulus air tinggi, serta berfungsi untuk mencegah
terjadinya erosi. Untuk persyaratan filter lihat standar filter.
3.8.3 Batu
Batuan segar atau batuan lapuk masih mempunyai kekuatan cukup
tinggi dapat digunakan sebagai bahan urugan batu yang dipadatkan.
Batuan yang hancur menjadi butiran halus pada waktu penggalian,
pengangkutan atau pemadatan tidak bisa digunakan sebagai bahan
urugan batu. Ketersediaan bahan urugan batu harus diperiksa dengan
melakukan studi terhadap sifat teknis bahan dengan uji kuat tekan, uji
absorpsi dan uji sifat tahan tekan baru.
Beberapa syarat penting harus dipenuhi seperti berikut ini :
1. Koefisien permeabilitas batu ideal harus lebih besar atau sama
dengan 10-3 cm/s.
2. Ukuran batu ideal harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Berdiameter rata-rata 45 sampai 60 cm dengan berat minimum
250 sampai 500 kg atau lebih dan bentuk batu tidak pipih.
b. Jumlah batu berdiameter kurang dari 10 cm tidak boleh lebih
dari 5%.
c. Bahan batu tidak mudah pecah, baik dalam pengangkutan
maupun saat penuangan dari alat-alat pengangkutan.
3. Kuat tekan untuk bendungan rendah 200-280 kg/cm 2 bendungan
sedangan 280-350 kg/cm2 dan bendungan tinggi 350-450 kg/cm2.
4. Sifat durabilitas (tahan tekan) terhadap air dan perubahan cuaca
dilakukan dengan uji tahan tekan dengan menggunakan sodium
sulfat dengan perubahan kurang dari 3% dan nilai spesifik graviti
minimal 2,5.
5. Bahan urugan batu tidak boleh mengandung zat kimia yang
mempunyai pH terlalu rendah (<5) atau terlalu tinggi (>9).

3.9 Pengujian Pekerjaan Konstruksi

48
Dengan kendali mutu yang dilakukan waktu pekerjaan konstruksi
berlangsung, stabilitas dan keawetan fasilitas yang telah dibangun dapat
dijamin pada tingkat mutu yang telah ditetapkan. Pekerjaan-pekerjaan kendali
mutu di atas terdiri dari beberapa pekerjaan pokok sebagai berikut :
1. Pengujian mutu laboratorium.
2. Pengawasan mutu lapangan.

Melalui uji laboratorium mutu dasar pekerjaan konstruksi dapat dijamin


pada tingkat yang baik, sedangkan cara pelaksanaan konstruksi dan
kualitasnya harus dijaga dalam keadaan baik pula dengan melakukan
pengawasan oleh pengawas lapangan. Pengukuran dimensi harus dilakukan
secara berkala untuk memperkecil penyimpangan dimensi dan elevasi pada
saluran dan bangunan dari yang direncakan.

Apabila hasil uji atau pengecekan dari pekerjaan tidak sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan, maka pekerjaan tersebut harus dibongkar dan
diperbaiki kembali, untuk menjamin mutu fasilitas-fasilitas embung kecil.
Tanpa hasil uji dan pengecekan, sertifikat tidak diterbitkan untuk kontraktor.

3.9.1 Stabilitas Tanggul


Berbagai penyebab kerusakan tubuh tanggul pada umumnya
penyebab kerusakan tubuh tanggul adalah sebagai berikut :
1) Terbentuknya bidang gelincir yang menerus akibat kemiringan
lereng tanggul terlalu curam.
2) Terjadinya keruntuhan lereng tanggul akibat kejenuhan air dalam
tubuh tanggul disebabkan oleh rembesan air pada saat banjir atau
pada saat terjadinya hujan yang terus-menerus.
3) Terjadinya kebocoran-kebocoran pada pondasi tanggul.
4) Tergerusnya lereng depan tanggul oleh arus sungai.
5) Terjadinya limpasan pada mercu tanggul.
6) Terjadinya pergeseran pondasi akibat gempa.

3.9.2 Daerah Genangan Air (Storage)

49
Daerah genangan adalah suatu areal atau kolam penampung yang
berfungsi untuk menampung air hujan. Pada umumnya air dalam
embung dimanfaatkan untuk keperluan air minum manusia dan ternak.
Selain itu juga dipakai untuk perladangan dan persawahan, itu kalau
embung cukup besar atau airnya mampu untuk mengairinya.
Untuk itu perlu adanya perhitungan keseimbangan air (water
balance). Water balance dilakukan untuk mengetahui besarnya potensi
air yang tersedia di daerah tersebut, sehingga dapat direncanakan
besarnya kemampuan embung sebagai tempat penampungan air atau
biasa disebut daerah genangan air.
3.9.3 Bangunan Pelimpah (Spillway)
Bangunan pelimpah adalah bangunan beserta instalasinya untuk
mengalirkan air banjir yang masuk ke dalam embung agar tidak
membahayakan keamanan tubuh embung. Ukuran bangunan pelimpah
harus dihitung dengan sebaik-baiknya, karena kalau terlalu kecil ada
resiko tidak mampu melindungi debit air banjir yang terjadi.
Sebaliknya jika terlalu besar bangunan akan menjadi mahal yang dapat
mempengaruhi biaya proyek secara keseluruhan.
Bangunan pelimpah biasanya terdiri dari 4 (empat) bagian utama
yaitu :
1. Saluran Pengarah Air
Bagian ini berfungsi sebagai penuntun dan pengarah aliran
agar aliran tersebut senantiasa dalam kondisi hidrolika yang baik.
Pada saluran pengaruh aliran ini, kecepatan tersebut melebihi 4 m/dt
dan lebar saluran makin mengecil ke arah hilir. Apabila kecepatan
tersebut melebihi 4 m/dt, maka aliran akan bersifat helisoidal dan
kapasitas pengalirannya akan menurun. Disamping itu, aliran
helisoidal tersebut akan mengakibatkan peningkatan beban
hydrodinamis pada bangunan pelimpah tersebut. Kedalaman dasar
saluran pengaruh aliran biasanya diambil lebih besar dari 1/5 x
tinggi rencana limpasan di atas mercu ambang pelimpah.
2. Saluran Transisi

50
Saluran transisi adalah saluran di antara mercu pelimpah dan
saluran dan saluran peluncur. Saluran transisi direncanakan agar
debit banjir rencana yang akan disalurkan tidak menimbulkan air
terhenti (back water) dibagian hilir saluran samping dan
memberikan kondisi yang paling menguntungkan, baik pada aliran
di dalam saluran transisi tersebut maupun pada aliran permulaan
yang akan menuju saluran peluncur.
3. Saluran Peluncur
Pada perencanaan bangunan pelimpah antara tinggi mercu
dengan bangunan peredam energi diberi saluran peluncur (flood
way). Saluran ini berfungsi untuk mengatur aliran air yang
melimpah dari mercu dapat mengalir dengan lancar tanpa
hambatan-hambatan hidrolis.
Dalam merencana saluran peluncur harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
a) Agar air yang melimpah dari saluran mengalir dengan lancar
tanpa hambatan-hambatan hidrolis.
b) Agar konstruksi saluran peluncur cukup kukuh dan stabil
dalam menampung semua beban yang timbul.
c) Agar gaya konstruksi diusahakan seekomomis mungkin.
4. Mercu Pelimpah
Elevasi mercu pelimpah adalah elevasi tampungan embung
dalam keadaan normal penuh air. Elevasi ini didapat setelah
mengetahui besarnya volume tampungan embung dari neraca
optimasi tampungan ditambah dengan volume sedimen dan volume
kehilangan air embung.
Dengan grafik hubungan luas genangan dan volume genangan
dapat dicari elevasi mercu pelimpah dari volume rencana
tampungan embung. Saluran pada mercu pelimpah harus dapat
mengalirkan debit banjir rencana dengan aman.

3.9.4 Bangunan Intake

51
Bangunan intake adalah suatu bangunan pada embung yang
berfungsi sebagai penyadap aliran sungai, mengatur pemasukan air dan
sedimen serta menghindari sedimen dasar sungai dan sampah masuk ke
intake. Terletak di bagian sisi bendung, di tembok pangkal dan
merupakan satu kesatuan dengan bangunan pembilas.
Tata letak intake diatur sedemikian rupa sehingga memenuhi
fungsinya dan biasanya diatur sebagai berikut :
1. Sedekat mungkin dengan bangunan pembilas.
2. Merupakan satu kesatuan dengan pembilas.
3. Tidak menyulitkan penyadapan aliran.
4. Tidak menimbulkan pengendapan sedimen dan turbulensi aliran
di udik intake.

52
53

Anda mungkin juga menyukai