Anda di halaman 1dari 21

TUGAS BUDAYA LAHAN KERING KEPULAUAN DAN

PARIWISATA
Kelompok-2

Anggota:
1.Mercy Angelika Tagang
2. Lexy A. Tana Hawu
3. Kresensia Wole Koten
4.Reny Dule Muhu
5.Sofia Tesabela Ndun
6.Jhon L.Lomi Kale
PENDEKATAN IPTEK DALAM MENGATASI PERMASALAHAN PERTANIAN LAHAN KERING

• Pertanian lahan kering identik dengan pemanfaatan air


sekecil mungkin dalam usahanya. Pertanian lahan beriklim
kering selalu bergantung pada curah hujan, sehingga usaha tani
lahan kering sering dihubungkan dengan rendahnya
produktivitas.
• Optimalisasi lahan iklim kering sering kali terbentur pada
kendala sosial ekonomi, dan akses petani ke input produksi
sangat terbatas.
• Pengembangan pertanian di lahan kering iklim kering
diutamakan untuk memanfaatkan potensi sumber daya air yang
tersedia dengan teknologi yang sederhana dan murah,
dipadukan dengan penggunaan varietas unggul, sehingga dapat
meningkatkan produktivitas lahan.
SECARA UMUM, CIRI-CIRI KEGIATAN PETANI DI LAHAN KERING:

1) sebagian besar adalah petani kedl dengan usah2 tani subsisten,

2) miskin sumberdaya alam dalam arti faktor produksi tisik dan ekonomi
yang tersediakan dalam usaha taninya,

3) tidak memperoleh layanan prasarana yang memadai berkenaan


dengan permodalan, perhubungan, pengangkutan, komunikasi, bisnis
dan kemudahan hidup lainnya,
4) termarginalkan dari jalur utama pembangunan ekonomi,

5) aras dan mutu pendidikan relatif rendah dan umumnya dikatagorikan


petani miskin,
6) tidak mempunyai posisi tawar dalam percaturan sosial, ekonomi dan
politik.
A. TEKNOLOGI KONSERVASI AIR

1. Teknik Pemanenan Air


Pengertian: Adalah tindakan menampung air hujan dan aliran permukaan untuk disalurkan ke
tempat penampungan sementara dan atau tetap (permanen) yang sewaktu-waktu dapat
digunakan untuk mengairi tanaman yang diusahakan pada saat diperlukan.
Tujuan:
• Menurunkan volume aliran permukaan dan meningkatkan cadangan air tanah;
• Meningkatkan ketersediaan air tanaman terutama pada MK;

• Mengurangi kecepatan aliran permukaan sehingga daya kikis dan daya angkutnya menurun.
Keuntungan: 1)Meningkatkan
ketersediaan air bagi manusia, tanaman dan ternak; 2)
meningkatkan intensitas tanam, produksi, pendapatan petani, dan produktivitas tenaga
kerja petani;
3) mengurangi dan mencegah bahaya banjir dan sedimentasi;
4) menampung hasil sedimentasi yang dapat dikembalikan ke lahan usaha
tani
Kelemahan:
– Memerlukan tenaga kerja dan biaya untuk pembangunan serta pemeliharaan rutin;

– Mengurangi luas lahan budi daya karena sebagian digunakan untuk pembuatan bangunan;

– Memerlukan kerjasama di antara petani untuk pembuatan bangunan dan saluran pembuangan
air.
A. TEKNOLOGI KONSERVASI AIR

2. Rorak
Pengertian: Lubang atau penampung yang dibuat memotong lereng, berukuran kecil
sampai sedang, dibuat di bidang olah.
Rorak ditujukan untuk:
• menampung dan meresapkan air aliran permukaan ke dalam tanah;

• Memperlambat laju aliran permukaan;


(c)
• pengumpul sedimen yang memudahkan untuk mengembalikannya ke bidang
olah; dan
• jika dibangun pada saluran peresapan akan meningkatkan efektivitas saluran
peresapan tersebut.
Pembuatan rorak dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah dan persiapan tanam.
Biasanya setelah beberapa kali hujan, rorak ini akan tertutup sedimen, oleh sebab itu
memerlukan pemeliharaan agar dapat berfungsi secara optimal. Apabila sudah tertutup
sedimen, maka dimensi rorak perlu disempurnakan sewaktu-waktu dengan jalaN
menggali/mengangkat tanah dari dalam rorak untuk dikembalikan lagi ke bidang olah.
Pemeliharaan ini dapat dilakukan bersamaan dengan waktu penyiangan atau
pembumbunan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan efektivitas rorak sebagai
bangunan pemanen air, diantaranya ditunjukkan oleh kemampuannya dalam
mengurangi kehilangan air melalui aliran permukaan.
RORAK

• Dimensi rorak dapat dibuat bervariasi, dan sangat tergantung pada kondisi
dan kemiringan lahan serta besarnya limpasan permukaan. Umumnya
rorak dibuat dengan ukuran panjang 1-2 m, lebar 0,25-0,50 m dan dalam
0,20-0,30 m atau dapat juga dibuat dengan ukuran panjang 1-2 m, lebar
0,30-0,40 m dan dalam 0,40-0,50 m. Jarak antar rorak (dalam satu garis
kontur) adalah 2-3 m, sedangkan jarak antara rorak bagian atas dengan
baris rorak dibawahnya.
A. TEKNOLOGI KONSERVASI AIR
3. Embung
 Embung Merupakan bangunan yang sengaja dibangun dan berfungsi selain sebagai
pemanen aliran permukaan dan air hujan, juga sebagai tempat resapan yang akan
mempertinggi kandungan air tanah. Tujuan pembuatan embung adalah untuk
penyediaan air di musim kemarau.
 KEUNTUNGAN:
(a) menyimpan air yang berlimpah di MH, sehingga aliran
permukaan, erosi dan bahaya banjir di daerah hilir dapat dikurangi serta dapat
dimanfaatkan di MK; (b) dapat
menunjang pengembangan usaha tani di lahan kering khususnya subsektor tanaman
pangan, perikanan dan peternakan;
(c) menampung tanah tererosi, sehingga memperkecil
sedimentasi ke sungai; (d) setelah beberapa lama dapat
dibuat sumur dekat embung untuk memenuhi keperluan rumah tangga
 KELEMAHAN:
(a) penerapan embung akan mengurangi luas lahan yang dapat
dikelola petani; (b) perlu tambahan biaya dan tenaga
untuk pemeliharaan, karena daya tampung embung berkurang akibat adanya sedimen
yang ikut tertampung;
(c) jika dilapisi plastik tentunya membutuhkan tambahan biaya.
Embung

• Embung hendaknya dibangun dekat dengan saluran air dan pada lahan
dengan kemiringan antara 5-30%, agar limpasan air permukaan cepat
mengisi embung dan sebaliknya air dari embung dapat dengan mudah
disalurkan ke lahan usaha tani secara gravitasi. Tanah-tanah bertekstur liat
dan atau lempung sangat cocok untuk pembuatan embung, sedangkan
tanah-tanah bertekstur kasar atau berpasir akan memperbesar kehilangan
air melalui perkolasi.
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SAAT MEMBUAT EMBUNG

• Tempat yang telah terpilih sebagai lokasi embung ditandai (dipancang


patok) sesuai dengan panjang dan lebar permukaan;

• Arah galian tanah dimulai dari sekeliling tepi embung ke arah tengah
agar pengangkutan tanah galian menjadi ebih mudah serta dapat
dibentuk tebing embung yang miring dan undakan horizontal dengan
lebih baik;
• Apabila embung akan dilapisi plastik, permukaan embung hendaknya
diratakan, buanglah batu-batu dan tonjolan-tonjolan tajam yang
dapat melubangi plastik. Apabila tidak dilapisi plastik, dinding dan
dasar embung perlu dipadatkan agar menjadi kedap air.

• Perlu dibuat saluran air yang masuk dan keluar embung.


A. TEKNOLOGI KONSERVASI AIR
3. Gulud Pemanen Air
 Pemanfaatan gulud pemanen air yang distabilisasi dengan strip
rumput merupakan alternatif untuk memanen air dan meningkatkan
kelengasan tanah. Teras gulud dan strip rumput terbukti mampu
meningkatkan kadar air tanah.
 Gulud pemanen air memberikan kontribusi yang lebih besar dari teras
gulud dalam peningkatan kelengasan tanah. Dari hasil penelitiannya di
Desa Mekarsari, Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah,
NTB, Haryono et al. (2000) melaporkan bahwa tingkat kelengasan
tanah tersebut sangat ditentukan oleh jaraknya dari gulud pemanen
air. Kelengasan yang sangat signifikan pengaruhnya terhadap
pertumbuhan tanaman dan terutama kontribusinya dalam
memperpanjang masa tanam dijumpai pada jarak hingga 50 cm dari
gulud pemanen air. Kelengasan juga meningkat pada jarak 75 cm
tetapi pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan masa tanam tidak
signifikan. Pada Tabel 5. disajikan data pengaruh jarak interval
terhadap kelembapan tanah.
B. PENGELOLAAN KELENGASAN TANAH

• Konservasi air dapat dikembangkan melalui


pengelolaan kelengasan tanah dengan cara
meningkatkan kemampuan tanah menahan
air (water holding capacity). Kemampuan
tanah menahan air adalah identik dengan air
tersedia bagi tanaman (crop water
availability). konservasi air juga dapat
dikembangkan dengan jalan mengurangi laju
kehilangan air melalui evaporasi.
BEBERAPA UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN
TANAH MENAHAN AIR:

1. Pengelolaan Bahan Organik

• Bahan organik dalam tanah dapat meningkatkan kemampuan tanah


menahan air melalui pengikatan molekul-molekul air lewat gugus-gugus
fungsionalnya dan pengisian pori-pori mikro tanah akibat agregasi yang
lebih baik.
• Bahan organik berperan sebagai pengikat partikel atau agregat mikro.
• Bahan organik berfungsi sebagai perekat (cementing agent) dalam
pembentukan dan pemantapan agregat tanah, sehingga agregat tanah
tidak mudah hancur karena pukulan butir air hujan.
2. Pemanfaatan Bahan Pembenah Tanah

• Adalah bahan-bahan yang mampu memperbaiki struktur tanah, mengurangi


atau menanggulangi erosi dan dapat merubah kapasitas tanah menahan dan
melalukan air.
• Keuntungan:

a) kebutuhan air irigasi dapat dikurangi karenameningkatnya kapasitas


tanah menahan air;
b) meningkatkan ketersediaan air bagi tanaman;

c) meningkatkan kapasitas tanah menahan hara terlarut dalam air


(dissolved nutrients);
d) memperbaiki aerasi tanah karena struktur tanah diperbaiki;
e) mengurangi biaya pemberian air irigasi karena air tertahan lebih lama
dan ketersediaan air meningkat.
3.  Pengendalian Penguapan (evaporasi)

• Aplikasi mulsa Mulsa adalah bahan-bahan (sisa-sisa panen, plastik dan


lain-lain) yang disebar atau digunakan untuk menutup permukaan tanah.
Dari segi konservasi air, mulsa digunakan untuk mengurangi penguapan
(evaporasi), melindungi tanah dari pukulan langsung butir-butir hujan,
sehingga mengurangi kepadatan tanah.
3.  Pengendalian Penguapan (evaporasi)

• Tanaman penutup tanah adalah tanaman yang ditanam


tersendiri pada saat lahan tidak ditanami tanaman pokok atau
ditanam bersama-sama dengan tanaman pokok. Fungsi
tanaman penutup adalah memperbaiki dan mempertahankan
sifat-sifat fisik dan kimiatanah.
C. PEMANFAATAN AIR YANG EFISIEN

• Pemanfaatan air secara efisien perlu dikaitkan dengan


kebutuhan air tanaman dan dinamika perubahan
kelengasan tanah. Jumlah hari kering berturut-turut
selama MT merupakan indikator yang berguna dalam
menentukan apakah tanaman akan mengalami cekaman
air atau tidak.
• Tiga aspek penting dalam pemanfaatan air secara efisien
melalui irigasi, yaitu
(1) jumlah air yang diberikan;
(2)
waktu pemberian;
(3) cara pemberian.
Beberapa Alternatif Sistem Irigasi Untuk Memanfaatkan Air Secara Efisien:

1. Irigasi Tetes

• Irigasi Tetes: air diberikan melalui lubanglubang (emitters).


• Keuntungan: efisiensi pemanfaatan air tergolong tinggi, membutuhkan
sedikit upaya perataan lahan (land leveling), dapat mengaplikasikan pupuk
bersamaan dengan irigasi, dan umumnya produksi tanaman yang
dihasilkan seragam.
• Kelemahan: membutuhkan investasi yang relatif tinggi, pencucian garam
relatif lambat, sehingga tanah sangat mudah menjadi salin dan
memerlukan pengelolaan yang relatif rumit.
2. Irigasi Sprinkler

• Air disebarkan ke tanah dengan menggunakan sistem tekanan atau


pompa. Sistem ini merupakan suatu usaha membuat hujan buatan.
• Sistem ini merupakan suatu usaha membuat hujan buatan. Besar butiran
air, keseragaman dan sebagainya ditentukan sekali oleh rancangan alat.
Sistem ini ada yang tetap berada pada suatu tempat (set system) pada
tanah, sehingga satu sistem mengairi areal yang sama di sekelilingnya.
3. Irigasi Bawah Permukaan Tanah

• Irigasi bawah permukaan tanah dimaksudkan untuk memperkecil


kehilangan air melalui evaporasi, dan memberikan peluang air irigasi
membasahi zona perakaran tanpa melalui proses infiltrasi.
• Sistem irigasi ini dapat dibangun menggunakan pipa-pipa saluran air atau
bahan lain seperti kendi (Pada gambar). Penggunaan kendi dalam sistem
irigasi ini sangat sederhana, tetapi membutuhkan tenaga kerja yang lebih
banyak dibandingkan dengan jika digunakan pipa-pipa.
PENDEKATAN IPTEK DALAM MENGATASI
PERMASALAHAN PERTANIAN LAHAN KERING
Pengetahuan dan teknologi pertanian dalam arti luas termasuk pertanian
lahan kering sejak lama telah melembaga dalam kehidupan masyarakat tani
Indonesia. Sistem LITBANG informal telah menciptakan teknologi dalam
budidaya pertanian lokal lahan kering yang ketangguhannya telah teruji
ratusan dan mungkin ribuan tahun. Beberapa contoh berikut ini adalah
teknologi sepadan yang telah diakui kehandalannya oleh masyarakat:
– Sistem bertanam lada petani lahan kering di Lampung dan Sulawesi
dengan mencampurkan tanah bakar pada tanah di sekitar pokok batang
untuk membenahi struktur tanah dan konsistensi tanah yang
menghasilkan kebun yang produktif.
– Sistem surjan di Jawa yang mampu memapankan secara berdampingan
padi sawah dan tanaman lahan kering palawija pada lahan yang
mempunyai kondisi air yang tidak menentu, kadang-kadang banjir
kadang-kadang kekeringan tanpa membuat bangunan pengendali banjir
yang mahal.

Anda mungkin juga menyukai