SUMUR RESAPAN
By:
Rizky Franchitika, ST, M.Eng
PENDAHULUAN
1. Buat sumur dengan diameter 80-100 cm sedalam 1,5 m namun tidak melebihi muka air tanah.
2. Untuk memperkuat dinding tanah, gunakan buis beton, pasangan bata kosong (tanpa plesteran) atau
pasangan batu kosong.
3. Buatlah saluran pemasukan yang mengalirkan air hujan dari talang ke dalam sumur resapan dengan
menggunakan pipa paralon.
4. Buatlah saluran pembuangan dari sumur resapan menuju parit yang berfungsi membuang limpahan air
saat sumur resapan kelebihan air. Ketinggian pipa pembuangan harus lebih tinggi dari muka air tanah
tertinggi pada selokan drainase jalan tersebut.
6. Tutup bagian atas sumur resapan dengan plat beton. Di atas plat beton ini dapat diurug dengan tanah.
Cara Pembuatan Lubang Biopori :
1. Buat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 cm.
Kedalamannya sekitar 100 cm atau sampai melampaui muka air tanah jika dibuat
tanah yang mempunyai permukaan air dangkal. Jarak antar lobang antara 50-100
cm.
2. Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2-3 cm setebal 2 cm.
3. Isi lubang dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa tanaman,
atau dedaunan.
4. Sampah organik perlu ditambahkan jika isi lubang sudah berkurang atau menyusut
5. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim
H
At .0,7.0,9.R 24 j / 4.d 2 . 179 / p / 6
/ 4.d 2 .1000
dengan:
H = tinggi air dalam sumur (m)
At = luas bidang atap (m2)
d = dimensi sumur (0,80 – 1,40 m)
p = Faktor perkolasi (menit/cm)
R24j = curah hujan terbesar dalam 24 jam (mm/hr)
0,7 = air hujan yang diresapkan sebesar 70% (Horton)
0,9 = hujan terkonsentrasi sebesar 90% (V.Breen)
1/6 = faktor konversi dari 24 jam ke 4 jam (V.Breen)
S U N J O T O 1 9 8 8
Q FKT
H 1 exp
R
2
FK
dengan,
H : tinggi muka air dalam sumur (m)
Q : debit air masuk (m3/j)
F : faktor geometrik (m)
K : koefisien permeabilitas tanah (m/j)
T : Durasi Dominan Hujan (j)
R : Radius sumur (m)
Faktor Geometrik Sumur
Faktor geometrik yang pertama diperkenalkan oleh Forchheimer (1930) untuk
menghitung permeabilitas tanah adalah besaran yang mewakili keliling serta luas
tampang sumur, gradien hidraulik, keadaan perlapisan tanah serta kedudukan
sumur terhadap perlapisan tersebut serta porositas dinding sumur yang
dinyatakan dalam besaran radius sumuran.
1. Berbentuk bola, seluruh lapisan tanah porus (Samsioe, 1931; Dachler, 1936;
Aravin, 1965)
F 4R
2. Dasar setengah bola, lapisan tanah bawah porus atas kedap air (Samsioe,
1931; Dachler, 1936; Aravin, 1965)
F 2R
3. Dasar Rata, lapisan tanah bawah porus atas kedap air (Forchheimer, 1930;
Dachler, 1936; Aravin, 1965)
F 4R
Cont.
F 2R
4. Dasar setengah bola, seluruh lapisan tanah porus (Sunjoto, 1996)
5. Dasar rata, seluruh lapisan tanah porus, Harza (1935) memberikan F = 4,8R s/d 5,6R, Taylor
(1948) menghasilkan F = 5,7R dan Hvorslev (1951) memberikan kesepakatan F = 5,5R.
Sedangkan menurut Sunjoto (1989)
F 2R
6. Dasar setengah bola, dinding bawah sumur porus, lapisan tanah bawah porus dan atas kedap air
(Sunjoto, 1996)
2L 2 R ln 2
F
L 2R L 2
Ln 1
R R
7. Dasar rata, dinding bawah sumur porus pada lapisan tanah bawah porus dan atas kedap air menurut
Dachler (1936)
2 L R ln 2
2L F
F Sedangkan menurut Sunjoto (1996) L 2R L 2
L L 2 ln 1
ln 1 R R
R R
8. Dasar setengah bola, dinding bawah sumur porus 2L 2 R ln 2
F
dan seluruh lapisan tanah porus menurut Sunjoto
L 2 R L 2
(1996) ln 1
R 2 R
2 ( H R ln 2)
11. Dasar rata, seluruh dinding sumur porus dan F
2( H 2 R) 2 H 2
seluruh lapisan tanah porus menurut Sunjoto (1996) ln 1
5R 5 R
TERIMA KASIH