Anda di halaman 1dari 12

OK

Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Batubara di Pit C PT XYZ


Provinsi Kalimantan Tengah
Devi Videla Kaih1, Januar Fery Irawan2, Fanteri Adji Dharma Suparno. .S3
1-3
Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Jember
Jl. Kalimantan No. 47, Kampus Tegal Boto. Jember. (0331) 330224
e-mail: 1videladevi@gmail.com,

ABSTRAK
Pit C PT XYZ merupakan perusahaan pertambangan batubara yang menerapkan metode
open pit. Tujuan penereapan sistem penyaliran tambang yaitu agar daerah aktivitas
penambangan tidak tergenang air ketika musim penghujan. Sistem penyaliran tambang
pada penelitian ini terdiri dari perancangan dimensi sumpkolam penampungan, paritan,
kolam pengendapan, dan sistem pemompaan serta pemipaan. Curah hujan rencana
dihitung menggunakan curah hujan harian maksimum mulai tahun 2003 hingga tahun
2022 menggunakan metode Log Pearson Type III. Hasil perhitungan curah hujan rencana
sebesar 194,50 mm/hari. Total debit air limpasan di wilayah penelitian diperoleh sebesar
17,05 m3/detik dan volume hujan sebesar 293.976,94 m3. Sump Kolam penampungan
dirancang berdasarkan KEPMEN ESDM 1827 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik, sehingga mampu menampung volume
air masuk sebesar 823.392,60 m3. Pompa yang digunakan untuk mengeluarkan air dari
dalam sump kolam penampungan menuju ke kolam pengendapan yaitu pompa Multiflo 420
EXHV RPM 1550 sebanyak 6 unit. Pipa yang digunakan adalah pipa HDPE PN 16 PP 100
dengan kebutuhan panjang pipa sebesar 908,42 m. Debit kapasitas pompa sebesar 1.255,40
m3/detik dengan total julang yang diperoleh sebesar 138,89 m. Paritan memiliki kapasitas
debit sebesar 2,40 m3/detik. Kolam pengendapan terdiri dari 3 kompartemen yang
dirancang mampu menampung volume air sebesar 61.245,20 m3.
Kata Kunci: sistem penyaliran tambang, sumpkolam penampungan, saluran terbuka, kolam
pengendapan

ABSTRACT
The purpose of implementing a mine drainage system is to ensure that mining activity areas
are not flooded during the rainy season. The mine drainage system in this study consisted of
designing sump dimensions, open channels, settling ponds, and pumping and piping systems.
The planned rainfall is calculated using the maximum daily rainfall from 2003 to 2022, using
the Log Pearson Type III method. The result of the calculation of the planned rainfall is
194.50 mm/day. The total discharge of runoff water in the study area was 17.05 m 3/s, and the
volume of rain was 293,976.94 m3. The sump is designed based on KEPMEN ESDM 1827
K/30/MEM/2018 so that it can accommodate a volume of incoming water of 823,392.60 m 3.
The pumps used to remove water from the sump to the settling pond are six Multiflo 420
EXHV RPM 1550 pumps. The pipe used is HDPE PN 16 PP 100 pipe with a pipe length
requirement of 908.42 m. The pump capacity discharge is 1,255.40 m 3/s with a total head loss
of 138.89 m. Paritan has a discharge capacity of 2.40 m 3/s. The settling pond consists of three
compartments designed to accommodate a volume of 61,245.20 m3 of water.

Keywords: mine drainage system, sump, open channel, settling pond

PENDAHULUAN ini mengakibatkan wilayah kerja


PT XYZ yang berlokasi di Kabupaten tergenang oleh air dalam jumlah yang
Barito Utara, Provinsi Kalimantan besar dan terhentinya aktivitas
Tengah merupakan salah satu penambangan.
perusahaan pertambangan batubara. Syarat agar kegiatan penambangan
Sistem penambangan yang digunakan berjalan sesuai dengan yang
adalah sistem tambang terbuka (surface direncanakan, diperlukan kondisi kerja
mining) dengan menerapkan metode open yang baik yaitu tidak adanya genangan
pit. Pertambangan dengan sistem air pada daerah kerja dan jalan tambang.
tambang terbuka akan menghasilkan Cakupan masalah air yang sangat
bukaan tambang yang berbentuk berpengaruh dalam jalannya operasi
cekungan besar. Berkaitan dengan hal penambangan menjadi dasar bahwa
tersebut, dikarenakan Indonesia manajemen air penting untuk
merupakan negara beriklim tropis diperhatikan. Bentuk pencegahan dari
dengan dua musim yaitu musim hujan terganggunya aktivitas penambangan
dan musim kemarau. Air hujan akan akibat air, direalisasikan dalam suatu
terakumulasi langsung pada floor sistem yakni sistem penyaliran tambang.
penambangan ketika musim hujan Menurut Cahyadi dkk., (2018), sistem
karena adanya bukaan tambang (pit). penyaliran tambang adalah usaha yang
Besar kemungkinan selama kegiatan diterapkan pada daerah penambangan
penambangan berlangsung akan untuk mencegah ataupun mengeluarkan
menghadapi kendala berupa air yang air yang masuk ke daerah penambangan.
tergenang. Hal ini dapat menyebabkan Penyaliran tambang terbagi menjadi dua
aktivitas di dalam tambang akan metode, yaitu mine drainage dan mine
terganggu. Sistem penyaliran yang dewatering. Penelitian ini dilakukan
diterapkan PT XYZ salah satunya untuk merancang sistem penyaliran
direalisasikan dengan adanya sumpkolam tambang yang optimal dengan
penampungan. Sump Kolam penampungan memperhatikan total debit air limpasan
berfungsi untuk menampung air yang sehingga wilayah kerja penambangan
telah memasuki wilayah pertambangan. tidak terganggu dengan adanya genangan
Sump Kolam penampungan yang terdapat air. Perencanaan sistem penyaliran
di Pit C PT XYZ memiliki dimensi tambang pada penelitian ini terdiri dari
sepanjang 300 m dan lebar sebesar 100 m. perencanaan dimensi sumpkolam
Ketika cuaca ekstrim saat curah hujan penampungan, paritan, kolam
tinggi, sump kolam penampungan tidak lagi pengendapan, penentuan jenis pipa dan
dapat menampung air yang masuk. Hal pompa yang akan digunakan, serta
banyaknya jumlah pompa untuk Kapasitas penambangan erat kaitannya
mengeluarkan air yang telah memasuki dengan target produksi dan alokasi alat gali
wilayah pertambangan. muat dan alat angkut. Kombinasi alat gali
muat dan angkut sudah ditentukan oleh
METODE perusahaan di awal tahun (Khurrahman dkk,
Metode penelitian yang dilakukan yaitu 2019). Kecepatan penurunan elevasi tanah di
perhitungan debit total air limpasan lokasi penambangan juga mempengaruhi
menggunakan data curah hujan harian lokasi dari kolam penampungan. Penentuan
maksimum mulai tahun 2003-2022. Data lokasi kolam penampungan harus dicari
yang digunakan adalah data sekunder, daerah yang tidak akan digali dalam sekian
seluruh data diperoleh dari perusahaan tanpa periode waktu. Ini juga akan berdapmpak
adanya penelitian di lapangan. Selain data pada umur kolam penampungan menjadi
curah hujan, peta topografi dan desain lebih lama sehingga instalasi pipa dan
pit juga diperlukan untuk merancang pompa tidak harus banyak dirubah
desain sumpkolam penampungan, paritan, (Dewangga, 2018).
dan kolam pengendapan sebagai bentuk
realisasi sistem penyaliran tambang. SSistem aliran penyaliran di wilayah
pertambangan diimplementasikan dengan
pembuatan kolam penampungan yang
Debit Total Air Limpasan terletak pada elevasi terendah di dalam
lokasi penambangan (pit). Wilayah
Sumber air dalam aktivitas penambangan, pertambangan yang berbentuk cekungan
tentunya tidak hanya berasal dari air hujan. (pit) dengan perbedaan elevasi dan
Air yang terkandung dalam batu bara itu kemiringan pada setiap elevasinya akan
sendiri dapat menjadi suatu acuan dalam membuat air secara otomatis mengalir ke
memperhitungkan debit total air limpasan. wilayah terendah yaitu lokasi terletaknya
Akan tetapi batu bara yang memiliki nilai kolam penampungan, selanjutnya aAir akan
kalori tinggi, menghasilkan kadar air yang mengalir dialirkan menuju kolam
sangat rendah sehingga tidak banyak pengendapan dengan pompa dan pipa
mempengaruhi besar jumlah debit total air. sebagai jembatan. Kolam pengendapan
Kualitas batubara yang terkadung pada terletak di luar area penambangan (pit)
daerah penelitian memiliki kandungan sehingga tidak mengganggu aktivitas operasi
lengas total, abu, nitrogen, total sulfur dan penambangan (Gultom, dkk, 2017).
fuel ratio yang rendah. Kandungan zat
terbang, karbon tertambat, nilai kalori yang Penerapan sistem penyaliran tambang
relatif tinggi, dan kadar air yang rendah ditentukan berdasarkan besar nilai debit
(Wiranata, 2019). Sehingga hal tersebut air limpasan yang ada di tambang
yang mendasari tidak dihitungnya air tanah tersebut. Nilai debit limpasan diperoleh
ataupun air yang terkandung dalam batu dari besar nilai intensitas hujan, koefisien
bara. limpasan, dan catchment area. Intensitas
hujan merupakan jumlah curah hujan
rencana yang terjadi setiap jam. daerah penambangan memiliki kadar air
Intensitas hujan dihitung menggunakan yang rendah.
rumus Mononobe dengan persamaan Catchment area merupakan suatu daerah
(Arbaningrum, 2019): tangkapan hujan dengan batas wilayah
R 24 24
2 /3 daerah tangkapan ditentukan dari titik-titik
I= ( ) (1) elevasi tertinggi (Ambarwati, 2018). Total
24 tc
debit air limpasan dihitung menggunakan
R24 merupakan curah hujan rencana. persamaan Rasional dengan rumus
Curah hujan rencana adalah curah hujan (Gautama,2019):
maksimum yang mungkin terjadi selama Q=0,278 x C x I x A (3)
umur dari sarana penirisan. Dalam
menghitung curah hujan rencana Q adalah debit limpasan dalam m3/detik, C
terdapat beberapa metode, diantaranya yaitu Koefisien limpasan, I merupakan
yaitu metode Gumbel, metode Normal, intensitas hujan dalam mm/jam dan A sama
metode Log Normal, dan metode Log dengan luas daerah tangkapan hujan (km).
Pearson Type III. Pemilihan metode
berdasarkan nilai koefisien skewness dan Sumber air dalam aktivitas penambangan,
koefisien kurtosis hasil perhitungan tentunya tidak hanya berasal dari air hujan.
analisis statistik. Tc atau waktu Air yang terkandung dalam batu bara itu
konsentrasi dalam persamaan intensitas sendiri dapat menjadi suatu acuan dalam
hujan merupakan merupakan waktu yang memperhitungkan debit total air limpasan.
diperlukan untuk mengalirkan air dari titik Akan tetapi batu bara yang memiliki nilai
paling jauh ke titik pengumpulan air. Waktu kalori tinggi, menghasilkan kadar air yang
konsentrasi dapat dihitung dengan sangat rendah sehingga tidak banyak
persamaan: mempengaruhi besar jumlah debit total air.
Kualitas batubara yang terkadung pada
[ ]
0,385
L3
t c=0,871 x (2) daerah penelitian memiliki kandungan
H
lengas total, abu, nitrogen, total sulfur dan
Dimana:
fuel ratio yang rendah. Kandungan zat
L = panjang lintasan limpasan air
terbang, karbon tertambat, nilai kalori yang
dari titik terjauh catchment
relatif tinggi, dan kadar air yang rendah
H = beda elevasi antara titik terjauh
(Wiranata, 2019). Sehingga hal tersebut
dengan titik pengumpulan air
yang mendasari tidak dihitungnya air tanah
Koefisien limpasan ditentukan
ataupun air yang terkandung dalam batu
berdasarkan kondisi topografi, kondisi
bara.
tanah, dan kondisi vegetasi. Nilai
koefisien limpasan berkisar antara 0-1 Sistem penyaliran di wilayah pertambangan
(Kapugu, 2020). diimplementasikan dengan pembuatan
Metode perhitungan debit total air limpasan kolam penampungan yang terletak pada
menggunakan air hujan saja dikarenakan elevasi terendah lokasi penambangan.
kandungan air di batubara yang ada di Wilayah pertambangan yang berbentuk
cekungan akan membuat air secara otomatis
mengalir ke wilayah terendah yaitu lokasi
terletaknya kolam penampungan,
selanjutnya air akan dialirkan menuju kolam
pengendapan dengan pompa dan pipa
sebagai jembatan. Kolam pengendapan
terletak di luar area penambangan sehingga
tidak mengganggu aktivitas operasi
penambangan.
Gambar 1. Grafik Penentuan Volume
SumpKolam Penampungan

Penentuan dimensi sump kolam penampungan


SumpKolam Penampungan
dapat menggunakan persamaan (Budiarto,
Sump Kolam penampungan berfungsi 1997):
sebagai tempat menampung air yang
memasuki wilayah pertambangan. V sump= ( 12 x (t +b)x d ¿ x L ) (4)
Berdasarkan penempatannya, sump kolam
penampungan dibedakan menjadi tiga jenis Dimana:
yaitu travelling sump, sump jenjang, dan t = panjang permukaan sump (m)
main sump. Sump dirancang berdasarkan b = panjang dasar sump (m)
KEPMEN ESDM 1827 K/30/MEM/2018
tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah d = kedalaman sump (m)
Teknik Pertambangan yang Baik, yang L = lebar permukaan sump (m)
berisi “fasilitas penampungan air tambang Sistem Pipa dan Pompa
memiliki kapasitas penampungan sekurang- Pipa adalah saluran tertutup yang digunakan
kurangnya 1,25 kali volume air tambang untuk mengalirkan fluida. Pipa dengan
pada curah hujan tertinggi selama 84 jam”. keperluan pemompaan biasanya terbuat dari
Penentuan besar kapasitas volume sump baja, tetapi untuk tambang yang tidak terlalu
kolam penampungan dapat ditentukan dalam dapat menggunakan pipa HDPE. Pada
dengan menggabungkan grafik antara dasarnya bahan apapun yang digunakan
intensitas hujan terhadap waktu dengan harus memperhatikan kemampuan pipa
grafik volume pemompaan terhadap waktu untuk menekan cairan di dalamnya
(Muhajirin & Yulantoro, 2022). Grafik (Salsabila, 2020).
penentuan volume sump kolam Pemilihan jenis pompa berpengaruh
penampungan dapat dilihat pada Gambar terhadap besar debit yang dihasilkan dan
1. jumlah pompa yang akan digunakan untuk
mengeluarkan air di dalam sumpkolam
penampungan. Kebutuhan unit pompa (Np)
dapat dihitung dengan persamaan
(Dianmahendra, 2021):

( )
Np= ❑ (5)
partikel padat dapat mengendap dengan
cepat. Perencanaan ukuran kolam
pengendapan dibuat dengan
Dimana: mempertimbangankan volume air hujan
V = Volume air yang masuk sump (m3/hari) berdasarkan KEPMEN ESDM 1827
t = Waktu Pengeringan (hari) K/30/MEM/2018 tentang Pedoman
Q = Debit Pompa (m3/jam) Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan
T = Jam Kerja Pompa (jam/hari) yang Baik (Sianturi dkk., 2019).

Sistem pemompaan dan pemipaan tidak HASIL DAN PEMBAHASAN


terlepas dari hilangnya energi karena Total Debit Air Limpasan
adanya belokan, pencabangan, dan Curah hujan dihitung menggunakan
bentuk katup. Total Head loss dihitung metode Log Pearson Type III dikarena
dengan menjulahkan antara head statis koefisien skewness ≠ 0. Hail perhitungan
dengan head dinamis curah hujan rencana menggunakan
metode Log Pearson Type III dapat dilihat
Paritan pada Tabel 1.
Bentuk penampang paritan terdiri dari 3
jenis yaitu lingkaran, persegi panjang, Tabel 1. Hasil Perhitungan Curah Hujan
Rencana
dan trapesium. Perhitungan besar debit
(Log (Log
(Log
paritan (Q) dapat dihitung menggunakan X i- X i-
rumus Manning dengan persamaan No Xi log X i X i -
log X i ¿ log X i ¿ log Xi ¿
(Cahyani, 2021) : 2 3

1 2 1 473,7000 2,6755 0,5307 0,2817 0,1495


1 2 305,0000 2,4843 0,3395 0,1153 0,0391
Q= x A x S 2 x R 3 (6) 3 212,5000 2,3274 0,1826 0,0333 0,0061
n 4 172,5000 2,2368 0,0920 0,0085 0,0008
5 156,7000 2,1951 0,0503 0,0025 0,0001
6 155,0000 2,1903 0,0456 0,0021 0,0001
n merupakan koefisien kekasaran Manning, 7 149,0000 2,1732 0,0284 0,0008 0,0000
8 147,5000 2,1688 0,0240 0,0006 0,0000
A adalah luas basah dalam m2, S yaitu 9 143,0000 2,1553 0,0106 0,0001 0,0000
kemiringan saluran dalam persen, R sama 10 139,5000 2,1446 -0,0002 0,0000 0,0000
11 132,0000 2,1206 -0,0242 0,0006 0,0000
dengan jari-jari hidrolik (m). 12 126,5000 2,1021 -0,0427 0,0018 -0,0001
13 121,9000 2,0860 -0,0588 0,0035 -0,0002
14 119,3000 2,0766 -0,0681 0,0046 -0,0003
Kolam Pengendapan 15 117,4000 2,0697 -0,0751 0,0056 -0,0004
16 107,0000 2,0294 -0,1154 0,0133 -0,0015
Kolam pengendapan dapat dirancangan 17 95,4000 1,9795 -0,1652 0,0273 -0,0045
dengan beberapa bentuk antara lain 18 83,0000 1,9191 -0,2257 0,0509 -0,0115
19 78,0000 1,8921 -0,2527 0,0638 -0,0161
persegi, trapesium, dan persegi panjang. 20 74,0000 1,8692 -0,2755 0,0759 -0,0209
Jumlah 0,6923 0,4101
Bentuk kolam pengendapan disesuaikan log Xi 2,1448
dengan kondisi lapangan yang tersedia. Standar deviasi (S) Log Xi 0,191
Kolam pengendapan akan lebih efektik Koefisien skewness (Cs) 1,178
Faktor frekuensi (K) 0,755
apabila tiap kompartemen didesain zig-
Log Xt 2,289
zag. Hal ini bertujuan agar kecepatan
aliran lumpur relatif rendah karena
permukaan yang lebih panjang, sehingga
Berdasarkan hasil perhitungan, maka di front tambang daerah penelitian.
nilai curah hujan rencana sebesar 194,50 Kapasitas volume sump kolam
mm/hari. Dapat diketahui nilai intensitas penampungan direncanakan berdasarkan
hujan diperoleh sebesar 23,74 mm/jam KEPMEN ESDM 1827 K/30/MEM/2018
dengan waktu konsentrasi sebesar 4,8 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah
jam. Catchment area di lokasi penelitian Teknik Pertambangan yang Baik, yang
dihitung menggunakan software menyebutkan bahwa konstruksi sump kolam
pertambangan memiliki luas 287,172 Ha. penampungan memliki kapasitas 1,25 kali
Catchment area dapat dilihat pada volume air tambang pada curah hujan
Gambar 2. tertinggi selama 84 jam. Perencanaan
dimensi sump kolam penampungan dibuat
menggunakan metode trial and error. Hasil
perencanaan dimensi sump kolam
penampungan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perencanaan Dimensi SumpKolam
Penampungan
Parameter Dimensi
Panjang permukaan sump 376,50 m
Panjang dasar sump 366,50 m
Kedalaman sump 12 m
Lebar permukaan sump 184,70 m
Gambar 2. Catchment Area di Lokasi Lebar dasar sump 174,70 m
Penelitian Slope 45
Dikarenakan lokasi penelitian Kapasitas volume sump kolam
merupakan daerah pertambangan tanpa penampungan yang didapatkan dari
tumbuhan dengan kemiringan lereng > perencaan dimensi sump kolam
15%, maka nilai koefisien limpasan penampungan sebesar 823.392,60 m3.
sebesar 0,9. Sehingga dapat diperoleh Rancangan dimensi dan lokasi sump kolam
total debit air limpasan yang memasuki penampungan dapat dilihat pada Gambar 3.
front penambangan yaitu sebesar 17,05
m3/detik dengan volume sebesar
3
293.976,94 m .

SumpKolam Penampungan
Jenis sump kolam penampungan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah main
sump. Main sump memiliki arti bahwa
lokasi sump kolam penampungan berada di
Gambar 3 rancangan dimensi kolam
elevasi terendah wilayah pertambangan.
penampungan (sump).
Sump Kolam penampungan berada di
elevasi -20 yang merupakan elevasi terendah
Kapasitas volume kolam penampungan
yang didapatkan dari perencaan dimensi 908,421 m dengan inlet pipa berada di
kolam penampungan sebesar 823.392,60 elevasi -20 sedangkan outlet pipa berada di
m3. Rancangan dimensi dapat dilihat elevasi 65. Perencanaan jalur pemasangan
pada gambar 3 dan lokasi kolam
pipa dapat dilihat pada Gambar 44.
penampungan pada Gambar 4.
(a)

Gambar 4. Perencanaan lokasi kolam Gambar 4. Jalur Pipa


pengendapan, jalur paritan, jalur pipa dan
lokasi sump

Sistem Pemompaan
Pompa yang digunakan adalah pompa
jenis Multiflo 420 EX dengan spesifikasi
seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Spesifikasi Pompa Multiflo 420 EX

Spesifikasi Pompa Nilai


Maksimum kecepatan 1700
(b) pemompaan (RPM)
Gambar 3. Perencanaan Sumpkolam Head maksimum (m) 220
penampungan, (a) rancangan dimensi Debit maksimum (liter/detik) 300
sumpkolam penampungan, (b) lokasi
Suction size (m) 0,2
sumpkolam penampungan
Efisiensi maksimum (%) 70
Sistem Pipa Kecepatan gravitasi (m/detik) 9,8
Pipa yang digunakan adalah pipa HDPE
(High Density Polythylene) PN 16 PP 100 Total Head loss pipa dan pompa sebesar
dengan diameter dalam sebesar 0,288 m dan 138,90 m dengan head statis sebesar 85 m
diameter luar sebesar 14 inch atau 0,355 m. dan head dinamis sebesar 53,90 m.
Pipa HDPE dipilih karena penggunaannya Kapasitas debit pemompaan diperoleh
yang tahan lama, anti karat, mudah dalam sebesar 1.255,40 m3/jam. Untuk
pemasangan, dan ekonomis. Pipa yang mengeluarkan volume air hujan yang masuk
dibutuhkan dalam penelitian ini sepanjang ke wilayah pertambangan yaitu sebesar
293.976,94 m3 maka diperlukan 6 unit Parameter Dimensi
pompa jenis multiflo 420 EX RPM 1550 Kemiringan (%) 0,09
dengan waktu kerja pompa dalam 1 hari Beda elevasi (m) 25
selama 20 jam dan sistem dewatering kolam Panjang saluran (m) 289,73
Lebar dasar saluran (m) 0,41
penampungan selama 2 hari. Sehingga debit
Kedalaman aliran (m) 0,53
kapasitas pemompaan diperoleh sebesar Tinggi jagaan (m) 0,13
146.988,47 m3/jam. Manning 0,025
Channel top Width (m) 1,74
Total Head loss pipa dan poma sebesar Water surface width (m) 1,48
138,90 m dengan head statis sebesar 85 m Height of channel (m) 0,67
dan head dinamis sebesar 53,90 m. Wet Area (m 2) 0,50
Kapasitas debit pemompaan diperoleh Wet Perimeter (m) 1,92
sebesar 1.255,40 m3/jam. Untuk Hydrolic Radius 0,26
mengeluarkan volume air hujan yang masuk
Dimensi paritan harus mampu menampung
ke wilayah pertambangan yaitu sebesar
debit yang dikeluarkan dari pompa. Total
293.976,94 m3 maka diperlukan 6 unit
debit pemompaan sebesar 2,10 m3/detik
pompa jenis multiflo 420 EX RPM 1550
yang diperoleh dari debit pemompaan dikali
dengan waktu kerja pompa dalam 1 hari
jumlah pompa. Perencanaan dimensi paritan
selama 20 jam dan sistem dewatering sump
dapat dilihat pada Tabel 4.
kolam penampungan selama 2 hari.
Sehingga debit kapasitas pemompaan
Berdasarkan dimensi paritan pada Tabel
diperoleh sebesar 146.988,47 m3/jam.
4. Diperoleh kapasitas debit paritan
Paritan sebesar 2,40 m3/detik. Lokasi paritan dapat
Bentuk paritan pada penelitian ini dilihat pada Gambar 4 dan pPerencanaan
menggunakan saluran terbuka penampang dimensi paritan pada Gambar 5.dan lokasi
trapesium. Pemilihan paritan berbentuk paritan dapat dilihat pada Gambar 5.
trapesium dikarena bentuk trapesium dapat
dibuat menggunakan excavator, mudah dan
murah dalam pembuatannya, serta stabilitas
kemiringannya dapat disesuaikan dengan
keadaan topografi wilayah pertambangan.
Dimensi paritan harus mampu menampung
debit yang dikeluarkan dari pompa. Total
debit pemompaan sebesar 2,10 m3/detik Gambar 5. Perencanaan dimensi paritan
yang diperoleh dari debit pemompaan dikali (a)
jumlah pompa. Perencanaan dimensi paritan
dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Perencanaan Dimensi Paritan


Panjang permukaan (m) 95,70
Lebar permukaan (m) 74,20
Panjang dasar (m) 83,70
Lebar dasar (m) 62,20
Dimensi kolam pengendapan dirancang
menggunakan metode trial and error dan
software AutoCad dengan memperhatikan
luas area yang tersedia. Dimensi kolam
pengendapan dirancang untuk menampung
volume air yang berasal dari pompa
kemudian dikali dengan 1,25 sesuai
KEPMEN ESDM 1827 K/30/MEM/2018
(b) tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah
Teknik Pertambangan yang Baik.
Gambar 5. Perencanaan Paritan, (a) dimensi Rekomendasi dimensi kolam pengendapan
paritan, (b) lokasi paritan dapat dilihat pada Tabel 5.
Kolam Pengendapan Diasumsikan Pperbandingan antara air dan
Kolam pengendapan berlokasi di daerah sedimennya diasumsikan yaitu 60% : 40%
rendah yakni di elevasi 45. Bentuk kolam untuk mengetahui berapa lama waktu
pengendapan dibuat berkelok-kelok agar perawatan kolam pengendapan. Hasil
kecepatan aliran lumpur relatif rendah perhitungan kapasitas kolam pengendapan
sehingga partikel padatan cepat mengendap. dapat dilihat pada Tabel 6.
Perencanaan kolam pengendapan terdiri dari
3 kompartemen. Dimensi kolam Tabel 6. Kapasitas Kolam Pengendapan
pengendapan dirancang menggunakan
Parameter Kuantitas
metode trial and error dan software
Debit air yang masuk (m3/detik) 17,05
AutoCad dengan memperhatikan luas area
Menampung 60% air masuk 10,23
yang tersedia. Dimensi kolam pengendapan (m3/detik)
dirancang untuk menampung volume air Menampung 40% sedimen masuk 6,82
yang berasal dari pompa kemudian dikali (m3/detik)
dengan 1,25 sesuai KEPMEN ESDM 1827 Kapasitas kolam pengendapan 3,99
K/30/MEM/2018 tentang Pedoman penuh air hujan
Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan Kapasitas kolam pengendapan 5,99
yang Baik. Rekomendasi dimensi kolam penuh sedimen
pengendapan dapat dilihat pada Tabel 5.
Dari Tabel 6. Dapat diketahui waktu
pemeliharaan kolam pengendapan
Tabel 5. Perencanaan Dimensi Kolam sebanyak 5 kali dalam 1 bulan.
Pengendapan Perencanaan dimensi kolam pengendapan
dapat dilihat pada Gambar 6 dan lokasi
Parameter Dimensi kolam pengendapan pada Gambar 4.
Volume air (m3) 183.735,59
Jumlah kompartemen 3
Volume air 1 kompartemen
61.295,40
(m3)
Kedalaman (m) 10 m
Kemiringan 45
berjumlah 6 buah pompa. Head loss
merupakan hilangnya energi tekanan pada
pompa dan juga pipa. Total head loss dapat
dihitung dengan menjumlahkan nilai head
statis dan head dinamis. Head statis
diperoleh sebesar 85 m, sedangkan head
dinamis diperoleh sebesar 53,90 m. Total
head loss yang diperoleh sebesar 138,90 m.
Pompa yang digunakan untuk mengeluarkan
Gambar 6. Perencanaan dimensi kolam air dari dalam sump kolam penampungan
pengendapan.
yaitu pompa jenis Multiflo 420 EX RPM
(a) 1550 berjumlah 6 buah pompa.
Desain Sump Kolam penampungan
dirancang berdasarkan volume air yang
masuk ke wilayah pertambangan. Dimensi
sump kolam penampungan dirancang
mengacu pada KEPMEN ESDM 1827
K/30/MEM/2018 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan
yang Baik sehingga sump kolam
penampungan memiliki kapasitas volume
(b) sebesar 823.392,60 m3 dengan panjang
Gambar 6.Perencanaan Kolam permukaan sump kolam penampungan 376,5
Pengendapan, (a) dimensi kolam m, lebar permukaan sump kolam
pengendapan, (b) lokasi kolam pengendapan penampungan 184,70 m, dan kedalaman
sump kolam penampungan sebesar 12 m.
KESIMPULAN Desain kolam penampungan dilengkapi
Berdasarkan perhitungan, tTotal debit pParitan dan kolam pengendapan. memiliki
limpasan yang memasuk ke front kapasitas debit sebesar 2,40
3
penambangan berdasarkan perhitungan m /detikDimensi paritan memiliki dengan
curah hujan rencana, intensitas hujan, luas luas penampang sebesar 0,50 m2, kedalaman
daerah tangkapan hujan, dan koefisien 0,53 m, jari-jari hidrolis 0,26 m, dan panjang
limpasan diperoleh sebesar 17,05 m3/detik saluran sebesar 289,73 m dengan kapasitas
atau 61,395,6 m3/jam. debit paritan sebesar 2,40 m3/detik. Kolam
pengendapan memiliki 3 kompartemen
Total head loss diperoleh sebesar 138,90 m
dengan masing-masing kompartemen yang
dengan karakteristik head statis sebesar 85
menampung volume sebesar 61.245,20 m3.
m dan head dinamis sebesar 53,90 m.
Pompa yang digunakan untuk mengeluarkan UCAPAN TERIMA KASIH
air dari dalam kolam penampungan yaitu Penulis mengucapkan terima kasih
pompa jenis Multiflo 420 EX RPM 1550 kepada Bapak Januar Fery Irawan, Ibu
Siti Aminah, Bapak Fanteri Adji D.S., Halmahera Timur, Provinsi
dan Bapak Haerrudin karena telah Maluku Utara.
membimbing hingga selesainya penelitian Khurrahman, T., Ibrahim, E., Rahman, A.,
ini. (2019). Perencanaan Alat Gali Muat
dan Angkut pada Produksi Batubara
DAFTAR PUSTAKA 20.000.000 ton di PT Bumi Merapi
Ambarwati, R. (2018). Hidrologi dan Energi, Jurnal Pertambangan, Vo.3,
Hidrolika . No 4 ISSN 2549-1008.
Arbaningrum, R. (2019). Curah Hujan Gautama, R. S. (2019). Sistem Penyaliran
Rencana . Universitas Tambang. Bandung: Institut
Pembangunan Jaya. Teknologi Bandung.
Budiarto. (1997). Sistem Penirisan Budiarto. (1997). Sistem Penirisan
Tambang. Yogyakarta: Teknik Tambang. Yogyakarta: Teknik
Pertambangan, Fakultas Pertambangan, Fakultas Teknologi
Teknologi Mineral, Universitas Mineral, Universitas Pembangunan
Pembangunan Nasional Veteran Nasional Veteran.
Cahyadi, T., Widodo, L., Fajar, R., & Muhajirin, M. M., & Yulantoro, M. Y.
Baiquni, A., (2018). Influence of (2022). Kajian Teknis Sistem
Drain Hole Inclination on Drainage Penyaliran Tambag Terbuka
Effectiveness of Coal Open Pit Mine Batubara Pit 1 PT.Banjar Bumi
Slope Persada. Teknologi berkelanjutan,
Cahyani, V. R. (2021). Evaluasi dan Vol. 11 No 02.
Perencanaan Teknik Penanganan Salsabila, A., & Nugraheni, I. L. (2020).
Air Limpasan pada Kegiatan Pengantar Hidrologi. Bandar
Dewatering PT. Cipta Kridatama. Lampung: AURA.
Dianmahendra, D. (2021). Perencanaan Sianturi, P. R., Yusuf, M., & Iskandar, H.
Penyaliran Tambang di Wilayah (2019). Kajian Teknis Sistem
Kerja PT. Kideco Jaya Agung, Pengelolaan Air pada Kolam
Kecamatan Batu Sopang, Pengendapan di Settling Pond
Kabupaten Paser, Kalimantan North 3 untuk Memenuhi Standar
Timur. Peraturan Gubernur Kalsel
Gautama, R. S. (2019). Sistem Penyaliran Nomor 36 Tahun 2008. Jurnal
Tambang. Bandung: Institut Pertambangan, Vol.3 No 1 ISSN
Teknologi Bandung. 2549-1008.
Gultom, Y., Yusuf, M., Abuamat (2017) Wiranata, B., Amijaya, H., Anggara, F.,
Evaluasi Kapasitas Pompa pada Tanggara, D., (2019). Kualitas
Sistem Penirisan Tambang Banko Batubara Formasi Tanjung di Daerah
Barat Pit 1 Timur PT Bukit Asam Sekako Kalimantan Tengah. Jurnal
(Persero) Tbk Unit Penambangan Geosapta, Vol. 5 No 2 ISSN 2527-
Tanjung Enim Sumatera Selatan, 5844
Jurnal Pertambangan, Vol 1 No 2
ISSN 2549-1008.
Kapugu, E. R. (2022). Rancangan
Dimensi Sump pada Tambang
Nikel di Site Moronopo PT. Aneka
Tambang Desa Buli, Kabupaten

Anda mungkin juga menyukai