Anda di halaman 1dari 12

Saluran drainase porus (parit resapan) adalah saluran drainase di kiri kanan jalan yang dimodifikasi

menjadi parit resapan air hujan dengan cara dasar saluran tetap tidak dilapisi kedap air. Saluran ini
mempunyai fungsi ganda, yaitu untuk mengalirkan air buangan dan juga sebagai recharge air tanah.

Parit resapan air hujan (recharge trench) adalah parit yang berfungsi meresapkan air hujan ke dalam
tanah dan cara ini diterapkan pada keadaan muka air tanah berada pada elevasi antara 1-3 meter
(Sunjoto, 2009). Dimensi parit resapan rencana adalah besaran parit resapan yang direncanakan,
meliputi : ukuran lebar, panjang dan tinggi parit resapan

sistem resapan horizontal menggunakan parit resapan (recharge trench).

Saluran drainase porus atau parit resapan merupakan saluran drainase yang berada di kiri dan kanan
jalan yang dimodifikasi menjadi parit resapan air hujan dengan cara membuat dasar saluran tetap
yang tidak dilapisi kedap air. Selain untuk mengalirkan air buangan, saluran porus juga berfungsi
sebagai resapan air ke dalam tanah. Penerapan saluran porus, harus merehabilitasi saluran yang
secara kapasitas tidak mampu untuk menampung debit banjir rencana serta dapat menimbulkan
limpasan dan genangan.

Fungsi parit resapan unutk meresapkan air hujan yang turun ke permukaan maupun yang melimpas
dari tandon air.

Instalasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

 Parit Resapan Tanpa media


Merupakan saluran terbuka, dimana air hujan yang ada di dalam saluran dibiarkan meresap
dan menguap. Air yang menggenang terbuka dalam parit biasanya mengandung benda suspensi
dimana dari karakternya mempunyai berat jenis yang berbeda, sebelum meresap habis akan
mengalami pengendapan. Keadaan ini dapat menyumbat pori – pori tanah bagian atas.

 Parit Resapan Dengan Menggunakan Media


Parit resapan dengan menggunakan media merupakan saluran terbuka yang diisi dengan
media batu, koral ataupun kerikil.

 Tanpa pipa poros penghubung


 Dengan pipa poros penghubung

Media merupakan saringan dan dapat juga berfungsi sebagai tempat pertumbuhan melekat
bagi mikroba pada media itu sendiri. Untuk itu keadaan harus aerobik, sehingga penampang saluran
dianjurkan tidak terlalu dalam. Air yang diresapkan harus dapat secepat mungkin diresapkan dengan
perkiraan paling lama durasi satu hari. Di samping itu karena banyaknya binatang yang hidup akan
membuat porositas tanah untuk dapat meresapkan air hujan terjamin.

Parit serapan yaitu parit yang berfungsi meresapkan air kedalam tanah dan cara ini diterapkan pada
keadaan muka air tanah berada pada elevasi sekitar 2 m ketika sumur serapan sudah tidak efektif lagi.
Dari segi ekonomis sumur serapan lebih menguntungkan mengingat dinding yang sirkuler hingga dari
segi mekanika teknik maupun mekanika tanah lebih ideal dalam mendistribusi beban. Kemudian karena
bentuk parit yang memanjang walau keliling tampang datar parit konstan namun karena luasnya makin
kecil bila dibanding bentuk bujur sangkar maka faktor geometriknya berkurang hingga diperlukan
dimensi yang lebih besar untuk kemampuan yang sama.

Cara pembuatan :

1. Buat parit dengan lubang-lubang resapan di dalamnya. Lebar parit 20-30 cm sedangkan
kedalaman 10-15cm
2. Setelah selesai membuat lubang-lubang diisi dengan sampah organik ynag dihasilkan setiap
hari setiap kali pemelliharaan halaman/pekarangan. Kompos yang terbentuk di lubang
resapan dapat diambil pada akhir musim kemarau untuk menyuburkan tanaman

PARIT SERAPAN AIR HUJAN

A. Dimensi Parit

1. Luas Bidang Resapan (HMTL-ITB, 1990)

Bidang resapan ini merupakan parit dengan kedalamam – sekitar I m yang diisi pasir dan krikil. Air
dari atap dialirkan melalui pipa porus sepanjang parit dengan letak 70 cm dari dasar parit. Dengan
demikian luas (pandangan atas) dihitung dengan formula yang didasarkan pada asas V. Breen yang
banyak digunakan untuk limpasan permukaan telah diturunkan suatu persamaan sbb:

dengan: Abr =luas bidang resapan (m2)

A =luas atap (m2)

R24j=curah hujan rerata maksimum (mm/hr)

p= faktor perkolasi (menit/cm)

2. Panjang Parit (Sunjoto, 1996)

Secara analitis Sunjoto menurunkan formula ini dengan asas kesetimbangan dinamik sbb:

dengan: B: panjang parit (m)

b: lebar parit (m)

f: faktor geometrik parit (m)


K: koefsien permeabilitas tanah (m/j)

H: tinggi air dalam parit (m)

Q: debit masuk (m3 /jam)

B. Faktor Geametrik Parit (Sunjoto, 1996)

Menurut Sunjoto harga dari faktor geometrik parit (f) diturunkan dari faktar geometrik sumur (F)
dengan dasar bahwa keliling sumur sama dengan keliling parit yang berbetuk bujur sangkar yang
besarnya merupakan kelipatan dari ( b + B ) yaitu jumlah panjang dan lebar parit yang tiap keadaan
harganya tergantung dari keadaan sumur serta perletakannya dengan lapisan tanah. Kemudian
besaran ini dikoreksi oleh faktor luas yaitu walau keliling sama besar namun bila bentuk bukan lagi
bujur sangkar maka harganya akan mengecil dengan harga koreksi sebesar ( 2 b B ) / ( b + B ) yang
berasal dari akar panjang kali lebar parit dibagi akar dari setengah jumlah panjang dengan lebar
kuadrat.

1. Tampang lingkaran, seluruh lapisan tanah porus.

2. Dasar setengah lingkaran, lapisan tanah bawah porus atas kedap air.

3. Dasar rata, lapisan tanah bawah porus atas kedap air.

4. Dasar setengah lingkaran, seluruh lapisan tanah porus.

5. Dasar rata, seluruh lapisan tanah porus.

6. Dasar setengah lingkaran, dinding bawah parit porus pada lapisan tanah bawah porus dan atas
kedap air.

7. Dasar rata, dinding bawah parit porus pada lapisan tanah bawah porus dan atas kedap air.

8. Dasar setengah lingkaran, dinding bawah parit porus dan seluruh lapisan tanah porus.

9. Dasar rata, dinding bawah parit porus dan seluruh lapisan tanah porus.

10.Dasar setengah lingkaran, seluruh dinding parit porus dan seluruh lapisan tanah porus.

11. Dasar rata, seluruh dinding parit porus dan seluruh lapisan tanah porus.

KEHILANGAN AIR DI SALURAN

Kehilangan air ini adalah yang meresap kedalam tanah, bukan akibat penguapan dan menurut
berbagai peneliti adalah:

1. Moritz (1913)

Moritz membangun suatu formula semi-empiris sbb:

dengan : S=kehilangan air di saluran (m3/s/km)

C= kehilangan air harian (m!hr) (lihat tabel di bawah ini

Q= debit saluran (m3!s)


v=kecepatan air (m/s)

N=rasio dasar saluran dengan kedalaman air

Z=kemiringan tebing ( z = h bila v = 1)

Harga C untuk lapisan dasar saluran (Moritz. 1913) }

2. Bouwer (1965)

Bouwer membangun suatu formula dan sekaligus grafik yang dijabarkan dari analog elektrik untuk
tiga keadaan :

dengan : q: kehilangan air (m3/m!hr)

Is/K: harga dara grafk dari Gambar 1 & Gambar 2.

k: koeisien pernaeabiiitas tanah (m/hr)

Ws: lebar muka air di saluran (m)

3. Sunjoto (1993)

a. Saluran tanpa linning samping

dengan : Q=kehilangan air di saluran (m3/s)

H=tinggi air dalam saluran (m)

K=koefisien permeabilitas tanah (m/s)

b=lebar tengah saluran (m)

B =panjang saluran (m)

Catatan:

Untuk saluran tanpa linning, b adalah lebar rerata antara lebar dasar saluran dengan lebar
permukaan air (lebar tengah saluran).

b. Saluran dengan linning saamping

dengan : Q: kehilangan air di saluran (m3/s)

B: panjang saluran (m)

b: lebar dasar saluran (m)

K: permeabilitas tanah (m/j)

Catatan:

Untuk saluran dengan linning, b adalah lebar dasar saluran.

DAYA POMPA PADA SUMUR INJEKSI


Daya pompa untuk menginjeksi air ke dalam tanah dapat dihitung dengan (Sunjoto, 1998):

dengan: P: daya pompa ( kg. m/s)

Q: debit air masuk (m3/s)

F: faktor geometrik sumur (m)

K: koefisien permeabilitas sumur (m/s)

: berat jenis air (kg/m3)

: rendemen pompa (0,6 – 0,75)

Tabel . Harga F dan f sumur dan parit untuk berbagai keadaan dengan keliling sumur dan parit sama
besar pada keadaan L = 0.

Keadaan

R = 2/7t; b = B = 1; L=0

R = 1; b = B = 7c/2; L=0

Saluran drainase porus merupakan saluran terbuka (open channel) yang strukturnya dibuat
permeable terhadap air. Dasarnya dapat berupa tanah asli atau tanah asli yang dilapisi pasir/ kerikil.
Dinding saluranpun dapat berupa tanah asli atau susunan batu kali yang tidak dispesi agar
memungkinkan untuk meresapkan air. Karenanya saluran drainase porus ini memiliki dua fungsi yaitu
sebagai saluran pembunag dan sebagai filtrasi.

Hal utama dari saluran drainase porus adalah bagaimana desain yang tepat agar dapat meresapkan
sebanyak-banyaknya air kedalam tanah. Dengan demikian parameter yang menjadi penting adalah
parameter yang dapat mempengaruhi 21 besarnya debit air yang dapat meresap kedalam tanah. Salah
satunya adalah nilai permebilitas tanah yang dapat dilihat pada Tabel 2.5 dibawah ini.

Tabel 2.5 Koefisien Permeabilitas Tanah

Konsep perhitungan resapan pada saluran porus adalah selain air yang masuk tertampung di dalam
saluran juga sekaligus terjadi resapan ke dalam tanah. Perhitungan desain saluran porus adalah
sebagai berikut :

Menurut Sunjoto, 2008, bahwa metode parit infiltrasi air hujan ini lebih efektif digunakan untuk
daerah dengan muka air tanah yang relatif dangkal dengan konstruksi parit tanpa atau dengan dinding
samping serta dalam pelaksanaannya parit infiltrasi air hujan dibagi menjadi 2 (dua) tipe, yaitu :
(i) Parit Kosong, panjang parit dapat dihitung melalui persamaan :
................................(1)
(ii) Parit Isi Material, panjang parit dapat dihitung melalui persamaan :

..............................(2)
di mana :
B : panjang parit (m)
B : lebar parit (m)
H : tinggi air dalam parit (m)
f : faktor geometrik parit (m)
K : koefisien permeabilitas tanah (m/jam)
T : durasi dominan hujan (jam)
Q : debit air masuk (m3/jam)
N : porositas material

Parit Resapan Pada Areal Pertanian

Parit Resapan
Parit resapan dibuat pada areal pertanian atau pekarangan. Air dimanfaatkan pada akhir musim
hujan.Parit resapan di lahan pertanianDibuat sesuai dengan kontur lahan, terutama untuk
daerah-daerah yang relatif datar. Parit resapan ini sekaligus difungsikan untuk budidaya ikan
sebagai konsumsi protein hewani bagi keluarga petani agar anak-anak petani menjadi cerdas.
Parit resapan pada pekarangan rumah
Biasa disebut kolam. Pada umumnya dibuat dibuat di samping atau dibelakang rumah
disesuaikan dengan kondisi yang ada. Disekeliling kolam dapat ditanami tanaman produktif,
misal mangga, pepaya dll. Perlu dibuat pagar pembatas untuk menjaga keamanan anak-anak
yang bermain disekitar kolam.

Parit resapan (Gambar 1) dibuat menyesuaikan dengan kontur lahan, terutama untuk daerah-
daerah yang relatif datar (kemiringan < 20%). Pada daerah dengan kemiringan terjal perlu
dilakukan penelitian terlebih dahulu atau dikonsultasikan dengan ahli geologi. Parit resapan ini dapat
sekaligus difungsikan untuk budidaya ikan sebagai tambahan penghasilan bagi petani dan sebagai
pengendali populasi nyamuk.
Gambar 1. Parit resapan pada areal pertanian

Parit Resapan pada Pekarangan

Parit resapan dapat dibuat di pekarangan rumah, dikenal juga sebagai kolam (Gambar 2). Parit
resapan pada umumnya dibuat di sampai atau belakang rumah, disesuaikan dengan kondisi rumah
dan bentang alam yang ada. Dimensi parit resapan di belakang rumah dapat bervariasi sesuai
dengan ketersediaan lahan.

Di sekeliling parit resapan perlu ditanami dengan tanaman-tanaman produktif, misalnya mangga,
pepaya, dan lain-lain, dan bila perlu dibuat pagar pembatas demi menjaga keamanan anak-anak.
Parit resapan dapat dimanfaatkan untuk budidaya ikan sebagai tambahan penghasilan sekaligus
mencegah perkembangbiakan nyamuk.
Gambar 2. Parit resapan di pekarangan

Sumber: Agus Maryono dan Edy Nugroho Santoso (2006). “Metode Memanen dan
Memanfaatkan Air Hujan untuk Penyediaan Air Bersih, Mencegah Banjir dan Kekeringan.
Jakarta: Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

DASAR PERHITUNGAN UKURAN PARIT/SUMUR RESAPAN

Dasar perhitungan dari penentuan besarnya ukuran parit/sumur resapan, harus terlebih dulu dicari angka perkolasi
(PR) dengan menggunakan alat uji perkolasi.

Yang dimaksud dengan waktu perkolasi adalah: waktu dalam satuan menit yang diperlukan oleh air, waktu
turun sedalam 2,54 cm (1 inchi). Hasil waktu perkolasi dinyatakan dalam menit/inchi. Dengan kesimpulan bahwa
makin lama waktu perkolasi, makin luas tanah peresapan yang diperlukan.

Hubungan waktu perkolasi dengan luas tanah absorbsi dinyatakan dengan dalil sebagai berikut: Makin lama
waktu perkolasi makin luas tanah absorbsi yang diperlukan Hubungan ini dapat dilihat pada table sebagai
berikut :

Tabel-1 :Hubungan antara waktu perkolasi dengan area tanah absorbsi untuk perumahan individu.

aktu Perkolasi Area Absorbsi yang


(PR) dalam diperlukan untuk per
menit/inchi orang
(Waktu
penurunan 2,5
cm/menit)

2 atau kurang 0,2421 m2atau2,6000


ft2

3 0,2947 m2atau3,1688
ft2

4 0,3421 m2atau3,6785
ft2

5 0,3684 m2atau3,9612
ft2

10 0,4895 m2atau5,2634
ft2

15 0,5631 m2atau6,0548
ft2

30 0,7368 m2atau7,9226
ft2

45 0,8895 m2atau9,5645
ft2

60 0,9789 m2atau10,5258
ft2

Keterangan:

- Area tanah absorbsi untuk parit resapan adalah luas dasar parit

- Area tanah absorbsi untuk sumur resapan adalah luas dinding samping

- Waktu perkolasi diatas 30 tidak sesuai untuk sumur resapan

- Waktu perkolasi diatas 60 tidak sesuai untuk system peresapan

Tabel-2 :Kecepatan air buangan yang diizinkan untuk pemakaian system peresapan tanah

Waktu Kecepatan maximum air


perkolasi buangan
dalam
menit/inchi untuk standard parit
resapan 1)(gallon/ft2/hari)
(PR)

1 atau kurang 5,0

2 3,5

3 2,9

4 2,5

5 2,2

10 1,6

15 1,3

20 2) 0,9

45 2) 0,8

60 2)3) 0,6

Keterangan :

1) Luas tanah absorbsi untuk parit resapan adalah luas dasar parit
2) Waktu perkolasi diatas 30 tidak sesuai untuk sumur resapan
3) Waktu perkolasi diatas 60 tidak sesuai untuk system resapan
Tabel-1 :Luas dinding vertical sumur resapan yang berbentuk silinder (dalam ft2)

Kedalaman yang efektif di bawah inlet

Garis 1 ft 2 ft 3 ft 4 ft 5 ft 6 ft 7 ft 8 ft 9 ft 10
tengah ft
dari
lubang
resapan
(ft)

2 6,28 12,56 18,84 25,12 31,4 37,68 43,96 50,24 56,52 62,8

3 9,4 19 28 38 47 57 66 75 85 94

4 12,6 25 38 50 63 73 88 101 113 120

5 15,7 31 47 63 79 94 110 126 141 157


6 18,8 38 57 75 94 113 132 151 170 188

7 22,8 44 66 88 110 132 154 176 198 220

8 25,1 50 75 101 126 151 176 201 226 251

9 28,3 57 85 113 141 170 198 226 254 283

10 31,4 63 94 126 157 188 220 251 283 314

11 34,6 69 104 138 173 207 242 276 311 346

12 37,7 75 113 151 188 226 264 302 339 377

Catatan:

Sebuah lubang dengan garis tengah 5 feet dan kedalaman 6 feet dibawah inlet mempunyai luas efektif 94
-

ft2
Sebuah lubang dengan garis tengah 5 feet, kedalaman 16 feet maka luas 94 feet + 157 feet atau 251 ft2
-

1 ft =0,305 meter
1 ft2 =0,093 m2

Beberapa faktor yang mempengaruhi dimensi kolam tampungan dan sumur resapan serta parit
infiltrasi untuk suatu lahan sangat bergantung pada beberapa faktor (Suripin, 2004):
1) Luas permukaan penutupan, yaitu lahan yang airnya akan ditampung dalam parit resapan, kolam
atau sumur resapan, meliputi luas atap, lapangan parkir dan perkerasan lainnya;
2) Karakteristik hujan, meliputi intensitas hujan, lama hujan, dan selang waktu hujan. Secara umum
bahwa makin tinggi hujan, makin lama berlangsungnya hujan maka memerlukan volume resapan
yang makin besar pula. Sementara selang waktu hujan yang besar dapat mengurangi ukuran volume
resapanyang diperlukan.
3) Koefisien permeabilitas tanah, yaitu kemampuan tanah untuk melewatkan air persatuan waktu.
Tanah berpasir memiliki permeabilitas yang lebih tinggi dibandingkan tanah lempung.
4) Tinggi muka air tanah. Pada dasarnya untuk kondisi lahan dimana muka air tanah adalah dangkal,
pembuatan sumur resapan kurang efektif.

Penggunaan model parit infiltrasi air hujan dalam penelitian ini dikarenakan oleh lokasi yang
dijadikan sebagai tempat penelitian berada di Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu yang
merupakan daerah dengan muka air tanah yang relatif dangkal, yaitu 1 – 2 meter. Parit infiltrasi air
hujan merupakan salah satu teknik pengisian air tanah (Ground water Recharge) buatan.
Menurut Suripin, 2004, pengisian air tanah buatan ini mempunyai kegunaan sebagai berikut :
1) Menyimpan kelebihan air permukaan di dalam waduk bawah tanah
2) Memperbaiki kualitas air tanah local melalui pencampuran dengan pengisian air tanah yang berasal
dari air hujan
3) Pembentukan tabir tekanan (pressure barriers) untuk mencegah intrusi air asin
4) Meningkatkan produksi air tanah, baik untuk air minum maupun untuk keperluan lainnya
5) Pengurangan biaya operasional pompa dengan meninggikan muka air tanah.
Desain parit resapan diambil kedalaman (H) = 0,8 meter, karena muka air tanah pada 1-2 meter dan
parit infiltrasi tersebut diisi dengan material berupa batu pecah (split) ukuran 3 – 4 mm atau
berporositas = 0,4. Dengan lebar parit = 0,5 meter, maka untuk b=B=0,5 meter, didapatkan faktor
geometrik parit

Maka didapatkan desain parit infiltrasi dengan Panjang 2,2 meter, lebar 0,5 meter dan kedalaman 0,8
meter dengan gambar denah rumah dan parit infiltasi adalah sebagai berikut :

Gambar 1 Denah Rumah dan Parit Infiltrasi

Gambar Potongan rumah dan parit infiltasi sebagai berikut :


Gambar 2 Potongan Rumah dan Parit Infiltrasi

Anda mungkin juga menyukai