Anda di halaman 1dari 10

Sumur Resapan

Oleh : KTH Laksana Mekar


Sumur resapan berfungsi untuk mengurangi jmlah air yang mengalir di permukaan (run off)
dengan cara membuat sumur buatan untuk mempercepat penyerapan air permukaan ke
dalam tanah. Resapan ini akan masuk merembes lapisan tanah yang disebut sebagai
lapisan tidak jenuh dan bersifat permeabel, dimana tanah (dari berbagai jenis) masih bisa
menyerap air, kemudian masuk menembus permukaan tanah (water table) di mana
dibawahnya terdapat air tanah (ground water) yang terperangkap di lapisan tanah yang
jenuh.
Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air
Hujan untuk Lahan Pekarangan, menetapkan beberapa persyaratan umum yang harus
dipenuhi sebuah sumur resapan yaitu :

1. Sumur resapan harus berada pada lahan yang datar, tidak pada tanah berlereng, curam
atau labil.
2. Sumur resapan harus dijauhklan dari tempat penimbunan sampah, jauh dari septic tank
(minimum lima meter diukur dari tepi), dan berjarak minimum satu meter dari fondasi
bangunan.
3. Penggalian sumur resapan bisa sampai tanah berpasir atau maksimal dua meter di
bawah permukaan air tanah. Kedalaman muka air (water table) tanah minimum 1,50 meter
pada musim hujan.
4. Struktur tanah harus mempunyai permeabilitas tanah (kemampuan tanah menyerap air)
lebih besar atau sama dengan 2,0 cm per jam (artinya, genagan air setinggi 2 cm akan
teresap habis dalam 1 jam), dengan tiga klasifikasi, yaitu :
• Permeabilitas sedang, yaitu 2,0-3,6 cm per jam.
• Permeabilitas tanah agak cepat (pasir halus), yaitu 3,6-36 cm per jam.
• Permeabilitas tanah cepat (pasir kasar), yaitu lebih besar dari 36 cm per jam.
B. Pemilhan lokasi
1. Keadaan Muka Air Tanah
sumur resapan dibuat pada awal daerah aliran yang dapat ditentukan
dengan mengukur kedalaman dari permukaan air tanah ke permukaan
tanah disumur sekitarnya pada musim hujan
2. Penempatan
Penempatan sumur resapan air hujan yang dimaksud adalah persyaratan
jarak terhadap tangki septik, bidang resapan tangki septik/
cubluk/ saluran air limbah, sumur air bersih dan sumur resapan air
hujan lainnya dapat dilihat pada tabel 1.
3. Kedalaman sumur resapan
Kedalaman sumur resapan air hujan pada suatu lahan ditentukan berdasarkan curah hujan
maksimum, permeabilitas tanah dan luas bidang tadah dengan rumus sebagai berikut:
keterangan:
I = Intensitas hujan (m/jam)
Atadah = Luas tanah hujan (m 2), dapat berupa atap rumah dan atau permukaan tanah yang
diperkeras
k = Permeabilitas tanah (m/jam)
L = Keliling penampang sumur (m)
Asumur = Luas penampang sumur (m 2)
D = Durasi hujan(jam)
H = Kedalaman sumur (m) Hasil perhitungan jumlah sumur resapan

Ukuran sumur resapan air hujan dapat dilihat dalam buku Spesifikasi Sumur
Resapan Air Hujan.
Metodologi

Untuk mengaplikasikan teknik pembuatan sumur resapan maka diperlukan tahap sebagai
berikut:

1. Melakukan analisis curah hujan. Analisa terhadap curah hujan dimaksudkan untuk
menghitung intensitas curah hujan maksimum pada perioda ulang tertentu. Dengan
mengetahui intensitas curah hujan maksimum maka kapasitas sumur resapan akan
dapat dihitung.
2. Menghitung luas tangkapan hujan. Bersama-sama dengan intensitas curah hujan
maksimum dengan periode ulang tertentu akan dapat dihitung besarnya debit aliran.
3. Menganalisis lapisan tanah/batuan. Lapisan tanah terdiri dari berbagai macam
lapisan mulai dari tanah belempung, pasir berlempung dan gravel atau kombinasi
dari lapisan tersebut. Sumur resapan akan sangat efisien jika dibuat sampai pada
daerah dengan lapisan batuan yang terdiri dari pasir atau gravel.
4. Pemasangan sumur. Sumur resapan dapat dibangun dengan menggunakan bis
beton dengan lapisan porus atau susunan batu bata yang disusun secara teratur.

Untuk membangun sumur resapan agar dapat memberikan kontribusi yang optimum
diperlukan metoda perhitungan sebagai berikut (Sunjoto,1992) :

1. Menghitung debit masuk sebagai fungsi karakteristik luas atap bangunan dengan
formula rasional (Q=CIA, Q=debit masuk, C=koefisien aliran (jenis atap rumah),
I=intensitas hujan, A=luas atap)
2. Menghitung kedalaman sumur optimum diformulakan sebagai berikut:

H = Q/FK
[1-exp(-(FKT/pR2)]

H = Kedalaman air (m)


Q = Debit masuk (m3/dt)
F = Faktor geometrik (m)
K = Permeabilitas tanah (m/dt)
R = Radius sumur.
T = Durasi aliran (dt).

3. Evaluasi jenis fungsi dan pola letak sumur pada jarak saling pengaruh guna
menentukan kedalaman terkoreksi dengan menggunakan multi well system.
Sebagai gambaran bagi kita jika akan membangun suatu sumur resapan akan tetapi tidak
ingin direpotkan oleh perhitungan yang cukuo merepotkan maka Tabel 1 dapat digunakan
sebagai bahan acuan.

Daerah Sumur resapan


Untuk menetapkan daerah yang efektif dijadikan daerah resapan ditentukan oleh kriteria
daerah resapan dan besaran suplai air kedalam tanah, untuk selanjutnya disusun dalam
bentuk “Kriteria Baku Nalar Wilayah Resapan”, yang secara rinci disajikan pada tabel
berikut: Tabel-2. Kriteria Baku Nalar Wilayah Resapan

Hasil penetapan kriteria baku nalar wilayah resapan, untuk selanjutnya dipetakan dan
diklasifikasi berdasarkan nilai (skoring). Tatanan penilaian (skoring), atas dasar pemberian
nilai (angka), mulai dari angka (nilai) terkecil hingga terbesar, berdasarkan nilai tengah,
seperti tersaji pada tabel berikut Tabel-3. Nilai Skoring Wilayah Resapan

Untuk memperoleh gambaran spatial berdasarkan klasifikasi wilayah resapan di suatu


wilayah, dilakukan dengan teknik korelasi keruangan (penampalan peta) antara peta kriteria
baku nalar wilayah resapan dengan peta IPR.
Spesifikasi Sumur Resapan
Sumur resapan dapat dibuat oleh tukang pembuat sumur gali berpengalaman dengan
memperhatikan persyaratan teknis tersebut dan spesifikasi sebagai berikut :
1. Penutup Sumur
Untuk penutup sumur dapat dipilih beragam bahan diantaranya :
• Pelat beton bertulang tebal 10 cm dicampur dengan satu bagian semen, dua bagian pasir,
dan tiga bagian kerikil.
• Pelat beton tidak bertulang tebal 10 cm dengan campuran perbandingan yang sama,
berbentuk cubung dan tidak di beri beban di atasnya atau,
• Ferocement (setebal 10 cm).

2. Dinding sumur bagian atas dan bawah


Untuk dinding sumur dapat digunakan bis beton. Dinding sumur bagian atas dapat
menggunakan batu bata merah, batako, campuran satu bagian semen, empat bagian pasir,
diplester dan di aci semen.

3. Pengisi Sumur
Pengisi sumur dapat berupa batu pecah ukuran 10-20 cm, pecahan bata merah ukuran 5-10
cm, ijuk, serta arang. Pecahan batu tersebut disusun berongga.
4. Saluran air hujan
Dapat digunakan pipa PVC berdiameter 110 mm, pipa beton berdiameter 200 mm, dan pipa
beton setengah lingkaran berdiameter 200 mm.
Satu hal yang penting, setelah sumur resapan dibuat, jangan lupakan perawatannya. Cukup
dengan memeriksa sumur resapan setiap menjelang musim hujan atau, paling tidak, tiga
tahun sekali.
Diagram melintang sumur resapan
Kenampakan melintang diaroma sumur resapan

Studi Kasus
Ketika hujan lebat sumur resapan bisa saja meluap, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa
hal diantaranya:

(a). Penggalian sumur resapan tidak mencapai suatu Zone Air Tanah dan masih terletak
pada Zone Aerasi.
(b).Pada bagian dasar sumur atau dinding sumur tidak terdapat lapisan lulus air seperti
pasir.
(c).Pada bagian dasar sumur atau dinding sumur terdapat tanah lempung.
(d).Sumur kurang dalam dan tidak mencapai muka air tanah freatik. ( lapisan pembawa air
yang paling atas ).
(e).Muka air tanah terletak jauh dibawah dasar sumur.
(f).Penggalian tanah dengan cara manual sampai sekitar 10 m sangat menyulitkan.
(g).Sangat kecil kemungkinan pada waktu penggalian tanah menemui endapan pasir.

Dengan pertimbangan diatas maka disarankan membuat sumur resapan tipe A,B,C,D. Tipe
sumur resapan ini dibuat berdasarkan keadaan hidrogeologi setempat dengan
memperhatikan muka air tanah. Pembuatan sumur resapan ini dilakukan dengan 2 (dua)
cara yaitu pertama kali melakukan pemboran tangan sedalam 30 m atau tergantung dari
kedalaman muka air tanah dan langsung dikonstruksi pipa 4² PVC. Selanjutnya dilakukan
penggalian sedalam 5,00 m dengan bentuk pipa V. Sehingga jika hujan turun sangat lebat,
air hujan akan langsung mengisi corong sumur gali dan langsung masuk ke lapisan pasir
dan tidak ada limpasan air dari sumur gali.
Contoh sumur resapan tipe B telah diaplikasikan di daerah Kompleks Kantor Balitbang P.U.
Pasar Jum’at dengan hasil yang baik. Yang tidak melampaui zone aerasi (zona
impermeabel). Hasil uji tes air jatuh bebas (falling head test) menunjukkan bahwa nilai
permeabilitas (k) adalah 5,93 x 10-4 m/detik yang menunjukkan permeabilitas medium pada
lapisan pasir dan kerakal. Kapasitas sumur yang diperoleh sekitar 4,53 x10-4 m3/menit atau
0,45 m3/menit.

Contoh Sumur Resapan Dari SNI S-14-1990-F


Sumur Resapan Tipe A (Daulay, U.E. dan Pramudito,H.,2004)
Gambar 5.7. Usulan Sumur Resapan Tipe C (Daulay, U.E. dan Pramudito,H.,2004)
Usulan Sumur Resapan Tipe D (Daulay,U.E. dan Pramudito, H.,2004)

Contoh Sumur Resapan

Anda mungkin juga menyukai