1. Sumur resapan harus berada pada lahan yang datar, tidak pada tanah berlereng, curam
atau labil.
2. Sumur resapan harus dijauhklan dari tempat penimbunan sampah, jauh dari septic tank
(minimum lima meter diukur dari tepi), dan berjarak minimum satu meter dari fondasi
bangunan.
3. Penggalian sumur resapan bisa sampai tanah berpasir atau maksimal dua meter di
bawah permukaan air tanah. Kedalaman muka air (water table) tanah minimum 1,50 meter
pada musim hujan.
4. Struktur tanah harus mempunyai permeabilitas tanah (kemampuan tanah menyerap air)
lebih besar atau sama dengan 2,0 cm per jam (artinya, genagan air setinggi 2 cm akan
teresap habis dalam 1 jam), dengan tiga klasifikasi, yaitu :
• Permeabilitas sedang, yaitu 2,0-3,6 cm per jam.
• Permeabilitas tanah agak cepat (pasir halus), yaitu 3,6-36 cm per jam.
• Permeabilitas tanah cepat (pasir kasar), yaitu lebih besar dari 36 cm per jam.
B. Pemilhan lokasi
1. Keadaan Muka Air Tanah
sumur resapan dibuat pada awal daerah aliran yang dapat ditentukan
dengan mengukur kedalaman dari permukaan air tanah ke permukaan
tanah disumur sekitarnya pada musim hujan
2. Penempatan
Penempatan sumur resapan air hujan yang dimaksud adalah persyaratan
jarak terhadap tangki septik, bidang resapan tangki septik/
cubluk/ saluran air limbah, sumur air bersih dan sumur resapan air
hujan lainnya dapat dilihat pada tabel 1.
3. Kedalaman sumur resapan
Kedalaman sumur resapan air hujan pada suatu lahan ditentukan berdasarkan curah hujan
maksimum, permeabilitas tanah dan luas bidang tadah dengan rumus sebagai berikut:
keterangan:
I = Intensitas hujan (m/jam)
Atadah = Luas tanah hujan (m 2), dapat berupa atap rumah dan atau permukaan tanah yang
diperkeras
k = Permeabilitas tanah (m/jam)
L = Keliling penampang sumur (m)
Asumur = Luas penampang sumur (m 2)
D = Durasi hujan(jam)
H = Kedalaman sumur (m) Hasil perhitungan jumlah sumur resapan
Ukuran sumur resapan air hujan dapat dilihat dalam buku Spesifikasi Sumur
Resapan Air Hujan.
Metodologi
Untuk mengaplikasikan teknik pembuatan sumur resapan maka diperlukan tahap sebagai
berikut:
1. Melakukan analisis curah hujan. Analisa terhadap curah hujan dimaksudkan untuk
menghitung intensitas curah hujan maksimum pada perioda ulang tertentu. Dengan
mengetahui intensitas curah hujan maksimum maka kapasitas sumur resapan akan
dapat dihitung.
2. Menghitung luas tangkapan hujan. Bersama-sama dengan intensitas curah hujan
maksimum dengan periode ulang tertentu akan dapat dihitung besarnya debit aliran.
3. Menganalisis lapisan tanah/batuan. Lapisan tanah terdiri dari berbagai macam
lapisan mulai dari tanah belempung, pasir berlempung dan gravel atau kombinasi
dari lapisan tersebut. Sumur resapan akan sangat efisien jika dibuat sampai pada
daerah dengan lapisan batuan yang terdiri dari pasir atau gravel.
4. Pemasangan sumur. Sumur resapan dapat dibangun dengan menggunakan bis
beton dengan lapisan porus atau susunan batu bata yang disusun secara teratur.
Untuk membangun sumur resapan agar dapat memberikan kontribusi yang optimum
diperlukan metoda perhitungan sebagai berikut (Sunjoto,1992) :
1. Menghitung debit masuk sebagai fungsi karakteristik luas atap bangunan dengan
formula rasional (Q=CIA, Q=debit masuk, C=koefisien aliran (jenis atap rumah),
I=intensitas hujan, A=luas atap)
2. Menghitung kedalaman sumur optimum diformulakan sebagai berikut:
H = Q/FK
[1-exp(-(FKT/pR2)]
3. Evaluasi jenis fungsi dan pola letak sumur pada jarak saling pengaruh guna
menentukan kedalaman terkoreksi dengan menggunakan multi well system.
Sebagai gambaran bagi kita jika akan membangun suatu sumur resapan akan tetapi tidak
ingin direpotkan oleh perhitungan yang cukuo merepotkan maka Tabel 1 dapat digunakan
sebagai bahan acuan.
Hasil penetapan kriteria baku nalar wilayah resapan, untuk selanjutnya dipetakan dan
diklasifikasi berdasarkan nilai (skoring). Tatanan penilaian (skoring), atas dasar pemberian
nilai (angka), mulai dari angka (nilai) terkecil hingga terbesar, berdasarkan nilai tengah,
seperti tersaji pada tabel berikut Tabel-3. Nilai Skoring Wilayah Resapan
3. Pengisi Sumur
Pengisi sumur dapat berupa batu pecah ukuran 10-20 cm, pecahan bata merah ukuran 5-10
cm, ijuk, serta arang. Pecahan batu tersebut disusun berongga.
4. Saluran air hujan
Dapat digunakan pipa PVC berdiameter 110 mm, pipa beton berdiameter 200 mm, dan pipa
beton setengah lingkaran berdiameter 200 mm.
Satu hal yang penting, setelah sumur resapan dibuat, jangan lupakan perawatannya. Cukup
dengan memeriksa sumur resapan setiap menjelang musim hujan atau, paling tidak, tiga
tahun sekali.
Diagram melintang sumur resapan
Kenampakan melintang diaroma sumur resapan
Studi Kasus
Ketika hujan lebat sumur resapan bisa saja meluap, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa
hal diantaranya:
(a). Penggalian sumur resapan tidak mencapai suatu Zone Air Tanah dan masih terletak
pada Zone Aerasi.
(b).Pada bagian dasar sumur atau dinding sumur tidak terdapat lapisan lulus air seperti
pasir.
(c).Pada bagian dasar sumur atau dinding sumur terdapat tanah lempung.
(d).Sumur kurang dalam dan tidak mencapai muka air tanah freatik. ( lapisan pembawa air
yang paling atas ).
(e).Muka air tanah terletak jauh dibawah dasar sumur.
(f).Penggalian tanah dengan cara manual sampai sekitar 10 m sangat menyulitkan.
(g).Sangat kecil kemungkinan pada waktu penggalian tanah menemui endapan pasir.
Dengan pertimbangan diatas maka disarankan membuat sumur resapan tipe A,B,C,D. Tipe
sumur resapan ini dibuat berdasarkan keadaan hidrogeologi setempat dengan
memperhatikan muka air tanah. Pembuatan sumur resapan ini dilakukan dengan 2 (dua)
cara yaitu pertama kali melakukan pemboran tangan sedalam 30 m atau tergantung dari
kedalaman muka air tanah dan langsung dikonstruksi pipa 4² PVC. Selanjutnya dilakukan
penggalian sedalam 5,00 m dengan bentuk pipa V. Sehingga jika hujan turun sangat lebat,
air hujan akan langsung mengisi corong sumur gali dan langsung masuk ke lapisan pasir
dan tidak ada limpasan air dari sumur gali.
Contoh sumur resapan tipe B telah diaplikasikan di daerah Kompleks Kantor Balitbang P.U.
Pasar Jum’at dengan hasil yang baik. Yang tidak melampaui zone aerasi (zona
impermeabel). Hasil uji tes air jatuh bebas (falling head test) menunjukkan bahwa nilai
permeabilitas (k) adalah 5,93 x 10-4 m/detik yang menunjukkan permeabilitas medium pada
lapisan pasir dan kerakal. Kapasitas sumur yang diperoleh sekitar 4,53 x10-4 m3/menit atau
0,45 m3/menit.