Anda di halaman 1dari 18

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bendungan

2.1.1 Pengertian Umum

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 37 Pasal 1 Tahun 2010 tentang Bendungan,

bahwa bendungan adalah bangunan yang berupa urukan tanah, urukan batu, beton, dan

atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air, dapat

pula dibangun untuk menahan dan menampung limbah tambang (tailing), atau

menampung lumpur sehingga terbentuk waduk. Bendungan atau waduk merupakan

wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan. Menurut

Peraturan Menteri Nomor 72/PRT/1997, bendungan adalah setiap bangunan penahan air

buatan, jenis urugan atau jenis lainnya yang menampung air atau dapat menampung air,

termasuk pondasi, bukit/tebing tumpuan, serta bangunan pelengkap dan peralatannya,

termasuk juga bendungan limbah galian, tetapi tidak termasuk bendung dan tanggul.

Sebuah bendungan berfungsi sebagai penangkap air dan menyimpannya di musim hujan

waktu air sungai mengalir dalam jumlah besar dan yang melebihi kebutuhan baik untuk

keperluan, irigasi, air minum, industri atau yang lainnya. Dengan memiliki daya

tampung tersebut sejumlah besar air sungai yang melebihi kebutuhan dapat disimpan

dalam waduk dan baru dilepas mengalir ke dalam sungai lagi di hilirnya sesuai dengan

kebutuhan pada saat diperlukan. Sebuah bendungan dapat dibuat dari bahan bangunan

urugan tanah campur batu berukuran kecil sampai besar atau dari beton. Bila aliran

II-1
Bab II Tinjauan Pustaka

sungai yang masuk ke dalam waduk tersebut melebihi air yang dialirkan ke luar waduk

sesuai dengan kebutuhan, maka isi waduk makin lama makin penuh dan dapat

melampaui batas daya tampung rencananya, sehingga permukaan air dalam waduk akan

naik terus dan akhirnya melimpas. Untuk mencegah terjadinya limpasan air pada sebuah

bendungan, limpasan air itu dilokalisir pada bangunan pelimpah yang lokasinya dipilih

menurut kondisi topografi yang terbaik. Panjang bangunan pelimpah dihitung menurut

debit rencana sedemikian rupa hingga tinggi muka air tidak akan naik lebih tinggi dari

pusat bendungan dan bahkan biasanya direncanakan agar muka air bendungan itu lebih

rendah dari puncak bendungan minimum 5 m. Beda tinggi bervariasi dari 5 - 20 m.

Tinggi bendungan bervariasi dari sekitar 15 m sampai ratusan meter. Disebut dengan

tinggi bendungan adalah perbedaan elevasi antara puncak bendungan dengan dasar

sungai lama.

Pembagian tipe bendungan dilihat dari 7 (tujuh) kondisi, yaitu:

1. Tipe bendungan berdasarkan ukurannya;

a. Bendungan besar (large dams)

Definisi menurut ICOLD, bendungan besar adalah bendungan yang tingginya

lebih dari 15 m, diukur dari bawah pondasi sampai ke puncak bendungan.

Bendungan antara 10 – 15 m dapat disebut sebagai bendungan besar bila

memenuhi kriteria, yaitu:

1) Panjang puncak bendung lebih dari 500 m;

2) Kapasitas waduk yang terbentuk tidak kurang dari 1 juta m3;

II-2
Bab II Tinjauan Pustaka

3) Debit banjir maksimum yang diperhitungkan tidak kurang dari 2000 m3/det;

4) Bendungan menghadapi kesulitan kesulitan khusus pada pondasinya atau

mempunyai spesifik;

5) Desain bendung tidak seperti biasanya.

b. Bendung kecil (small dams, weir, bendung)

Adalah semua syarat bendungan besar tidak dipenuhi

2. Tipe bendungan berdasarkan tujuan pembangunan;

a. Bendung dengan tujuan tunggal, (single purpose dams), yaitu bendungan dibangun

dengan satu tujuan saja. Misalnya untuk pembangkit listrik, untuk irigasi, dan

pengendali banjir;

b. Bendungan serba guna (multipurpose dams), adalah bendungan yang dibangun

untuk memenuhi beberapa tujuan misalnya pembangkit tenaga listrik dan irigasi,

pengendalian banjir dan PLTA, air minum dan industri, pariwisata.

3. Tipe bendungan berdasarkan penggunaan;

a. Bendungan untuk membentuk waduk (storage dams), adalah bendungan yang

dibangun untuk membentuk waduk yang berguna untuk menyimpan air pada waktu

kelebihan dan dapat dipakai pada waktu diperlukan;

II-3
Bab II Tinjauan Pustaka

b. Bendungan penangkap atau pembelok air (diversion dams), bendungan dibangun

agar permukaan air tinggi sehingga dapat mengalir masuk ke dalam saluran air atau

terowongan. Banyak dipakai untuk irigasi, PLTA, penyediaan air industri;

c. Bendungan untuk memperlambat jalannya air (detension dams), adalah bendungan

yang dibangun untuk memperlambat jalannya air sehingga dapat mencegah banjir

besar. Untuk menyimpan air sementara dan dialirkan dalam saluran air bagian hilir.

Untuk menyimpan air selama mungkin agar dapat meresap di daerah sekitarnya.

Apabila dipakai untuk menangkap lumpur dan pasir maka disebut sebagai debris

dam, checkdam, sabo dam.

4. Tipe bendungan berdasarkan jalannya air;

a. Bendungan untuk dilewati air (overflow dam) adalah bendungan yang dibangun

untuk dilimpasi air, misalnya bangunan pelimpah;

b. Bendungan untuk menahan air (non overflow dam) adalah bendungan yang sama

sekali tidak boleh dilimpasi air.

5. Tipe bendungan berdasarkan konstruksinya;

Tipe bendungan berdasarkan kostruksinya ada tiga tipe yaitu:

a. Bendungan urugan (fill type dam) adalah bendungan yang dibangun dari hasil

penggalian bahan tanpa bahan tambahan lain yang bersifat campuran secara kimia,

II-4
Bab II Tinjauan Pustaka

jadi betul-betul bahan pembentuk bendungan asli. Bendungan ini dapat dibagi

menjadi:

1) Bendungan urugan berlapis-lapis (zone dams, rockfill dams), yaitu bendungan

urugan yang terdiri atas beberapa lapisan,

yaitu lapisan kedap air (water tight layer), lapisan batu (rock zones, shell), lapisan

batu teratur (rip rap), dan lapisan pengering (filter zones);

2) Bendungan urugan serba sama (homogeneous dams), yaitu bendungan yang

lebih dari setengah volumenya terdiri atas bahan bangunan yang seragam;

3) Bendungan urugan batu dengan lapisan kedap air di muka (impermeable face

rockfill dams, decked rockfill dams), yaitu bendungan urugan batu berlapis-lapis

yang lapisan kedap airnya diletakkan di sebelah hulu bendungan. Lapisan kedap

air yang sering dipasang adalah aspal dan beton bertulang.

b. Bendungan beton (concrete dam) adalah bendungan yang dibuat dengan

konstruksi beton dengan tulang maupun tidak. Ada 4 tipe bendungan beton:

1) Bendungan beton berdasarkan berat sendiri (concrete gravity dam) adalah

bendungan beton yang direncanakan untuk menahan beban dan gaya yang bekerja

padanya hanya berdasar atas berat sendiri;

2) Bendungan beton dengan penyangga (concrete buttress dam) adalah bendungan

beton yang mempunyai penyangga untuk menyalurkan gaya-gaya yang bekerja

padanya. Banyak dipakai apabila sungainya sangat lebar dan geologinya baik;

II-5
Bab II Tinjauan Pustaka

3) Bendungan beton berbentuk lengkung atau busur (concrete arch dam) adalah

bendungan beton yang direncanakan untuk

menyalurkan gaya yang bekerja padanya melalui pangkal tebing (abutment) kiri

dan kanan bendungan;

4) Bendungan beton kombinasi (combination concrete dam atau mixed type

concrete dam) adalah kombinasi lebih dari satu tipe bendungan. Apabila suatu

bendungan beton berdasar berat sendiri berbentuk lengkung disebut concretearch

gravity dam dan kemudian apabila bendungan beton merupakan gabungan

beberapa lengkung, maka disebut concrete multiple arch dam.

c. Bendungan lainnya, misalnya bendungan kayu (timber dams), bendungan besi

(steel dams), bendungan pasangan batas (bricks dams), dan bendungan pasangan batu

(masonry dams).

(fill type dam) (concrete type dam) (masonry type dam)

Gambar 2.1 Tipe bendungan berdasarkan konstruksinya

6. Tipe bendungan berdasarkan fungsinya;

Bendungan berdasarkan fungsinya ada 8 tipe, yaitu :

a. Bendungan pengelak pendahuluan (primary coffer dam) adalah bendungan yang

pertama-tama dibangun di sungai pada debit air rendah agar lokasi rencana

II-6
Bab II Tinjauan Pustaka

bendungan pengelak menjadi kering yang memungkinkan pembangunan secara

teknis.

b. Bendungan pengelak (coffer dam) adalah bendungan yang dibangun sesudah

selesainya bendungan pengelak pendahuluan sehingga lokasi rencana bendungan

utama menjadi kering, yang memungkinkan pembanguna secara teknis;

c. Bendungan utama (main dam) adalah bendungan yang dibangun untuk satu atau

lebih tujuan tertentu;

d. Bendungan (high level dam) adalah bendungan yang terletak di sisi kiri atau kanan

bendungan utama, yang tinggi puncaknya juga sama;

e. Bendungan di tempat rendah (sadlle dam) adalah bendungan yang terletak ditepi

waduk yang jauh dari bendungan utama yang dibangun untuk mencegah keluarnya

air dari waduk, sehingga air waduk tidak mengalir kedaerah sekitarnya;

f. Tanggul merupakan bendungan yang terletak di sisi kiri atau kanan bendungan

utama dan di tempat dari bendungan utama yang tinggi maksimum 5 m dengan

panjang mercu maksimum 5 kali tingginya;

g. Bendungan limbah industri (industrial waste dam) merupakan bendungan yang

terdiri atas timbunan secara bertahap untuk menahan limbah yang berasal dari

industri;

II-7
Bab II Tinjauan Pustaka

h. Bendungan pertambangan (main tailing dam) adalah bendungan yang terdiri atas

timbunan secara bertahap untuk menahan hasil galian pertambangan dan bahan

pembuatannya berasal dari hasil galian pertambangan itu.

7. Tipe bendungan menurut ICOLD (The International Commission on Large

Dams).

Tipe bendungan menurut ICOLD, yaitu :

a. Bendungan urugan tanah (earthfill dams), yaitu bendungan yang lebih dari

setengah volume terdiri atas urugan tanah atau tanah liat;

b. Bendungan beton berdasar berat sendiri adalah bendungan beton yang

direncanakan untuk menahan beban dan gaya yang bekerja padanya hanya berdasar

atas berat sendiri;

c. Bendungan urugan batu (rockfill dams), adalah bendungan yang kekuatan

konstruksinya didasarkan pada urugan batu dan sebagai lapisan kedap air memakai

tanah liat, tanah liat bercampur pasir/kerikil, lapisan aspal, beton bertulang atau

geotextile;

d. Bendungan beton dengan penyangga (concrete buttress dam) adalah bendungan

beton yang mempunyai penyangga untuk menyalurkan gaya-gaya yang bekerja

padanya;

II-8
Bab II Tinjauan Pustaka

e. Bendungan beton berbentuk lengkung atau busur (concrete arch dam) merupakan

bendungan beton yang direncanakan untuk menyalurkan gaya yang bekerja padanya

melalui pangkal tebing (abutment) kiri dan kanan bendungan.

f. Bendungan beton kombinasi (combination concrete dam atau mixed type concrete

dam) adalah kombinasi lebih dari satu tipe bendungan.

Bendungan secara umum merupakan tempat pada permukaan tanah yang digunakan

untuk menampung air saat terjadi kelebihan air di musim penghujan sehingga air

tersebut dapat dimanfaatkan saat musim kering. Sumber air bendungan pada umumnya

berasal dari aliran air permukaan ditambah dari air hujan langsung.

Pemanfaatkan bendungan antara lain :

1. Irigasi

Hujan yang turun di daerah tangkapan air sebagian besar akan mengalir ke sungai.

Kelebihan air yang terdapat di bendungan merupakan sumber persediaan sehingga

pada saat musim kemarau tiba air tersebut dapat digunakan untuk berbagai keperluan

salah satunya yaitu sebagai irigasi lahan pertanian.

2. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

Bendungan yang berfungsi sebagai PLTA dikelola untuk mendapatkan kapasitas

listrik yang dibutuhkan. PLTA bendungan merupakan sistem pembangkit listrik yang

sistem pengoprasiannya terintegrasi dalam bendungan dengan memanfaatkan energi

mekanis dari aliran air saat memutar turbin yang kemudian hasilnya akan diubah

menjadi tenaga listrik oleh generator.

II-9
Bab II Tinjauan Pustaka

3. Penyedia air baku

Air baku atau air bersih yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air minum

dan air rumah tangga. Bendungan selain sebagai sumber pengairan persawahan juga

dimanfaatkan sebagai sumber penyediaan air baku untuk bahan baku air minum dan

air rumah tangga. Air yang dipakai harus memenuhi persyaratan sesuai dengan

kegunaannya.

2.1.2 Karakteristik dan Klasifikasi Penggunaan Bendungan

Karakteristik suatu bendungan merupakan bagian pokok dari bendungan yaitu volume

hidup (live storage), volume mati (dead storage), tinggi muka air (TMA) maksimum,

TMA minimum, tinggi mercu bangunan pelimpah berdasarkan debit rencana.

Dari karakteristik fisik bendungan tersebut didapatkan hubungan antara elevasi dan

volume tampungan yang disebut juga liku kapasitas bendungan. Liku kapasitas

tampungan bendungan merupakan data yang menggambarkan volume tampungan air di

dalam waduk pada setiap ketinggian muka air.

2.1.3 Komponen Bendungan

1. Badan bendungan (body of dams)

Adalah tubuh bendungan yang berfungsi sebagai penghalang air. Bendungan

umumnya memiliki tujuan untuk menahan air, sedangkan struktur lain seperti

pintu air atau tanggul digunakan untuk mengelola atau mencegah aliran air ke

dalam daerah tanah yang spesifik. Kekuatan air memberikan listrik yang

disimpan dalam pompa air dan ini dimanfaatkan untuk menyediakan listrik bagi

jutaan konsumen.

II-10
Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar 2.2 Badan Bendungan


2. Pondasi (foundation)

Adalah bagian dari bendungan yang berfungsi untuk menjaga kokohnya

bendungan.

3. Pintu air (gates)

Digunakan untuk mengatur, membuka dan menutup aliran air di saluran baik

yang terbuka maupun tertutup. Bagian yang penting dari pintu air adalah :

a. Daun pintu (gate leaf)

Adalah bagian dari pintu air yang menahan tekanan air dan dapat

digerakkan untuk membuka , mengatur dan menutup aliran air.

b. Rangka pengatur arah gerakan (guide frame)

Adalah alur dari baja atau besi yang dipasang masuk ke dalam beton yang

digunakan untuk menjaga agar gerakan dari daun pintu sesuai dengan yang

direncanakan.

Gambar 2.3 Pintu Air Bendungan


II-11
Bab II Tinjauan Pustaka

c. Angker (anchorage)

Adalah baja atau besi yang ditanam di dalam beton dan digunakan untuk

menahan rangka pengatur arah gerakan agar dapat memindahkan muatan

dari pintu air ke dalam konstruksi beton.

d. Hoist

Adalah alat untuk menggerakkan daun pintu air agar dapat dibuka dan

ditutup dengan mudah

4. Banguna Pelimpah (Spill Way)

Adalah bangunan beserta intalasinya untuk mengalirkan air banjir yang masuk ke

dalam waduk agar tidak membahayakan keamanan bendungan. Bagian-bagian

penting daribangunan pelimpah :

a. Saluran pengarah dan pengatur aliran (controle structures)

Digunakan untuk mengarahkan dan mengatur aliran air agar kecepatan

alirannya kecil tetapi debit airnya besar.

b. Saluran pengangkut debit air (saluran peluncur, chute, discharge carrier,

flood way) Makin tinggi bendungan, makin besar perbedaan antara

permukaan air tertinggi di dalam waduk dengan permukaan air sungai di

sebelah hilir bendungan. Apabila kemiringan saluran pengangkut debit air

dibuat kecil, maka ukurannya akan sangat panjang dan berakibat bangunan

menjadi mahal. Oleh karena itu, kemiringannya terpaksa dibuat besar,

dengan sendirinya disesuaikan dengan keadaan topografi setempat

c. Bangunan peredam energy (energy dissipator), Digunakan untuk

menghilangkan atau setidak-tidaknya mengurangi energi air agar tidak

II-12
Bab II Tinjauan Pustaka

merusak tebing, jembatan, jalan, bangunan dan instalasi lain di sebelah

hilir bangunan pelimpah.

5. Kanal (canal)

Digunakan untuk menampung limpahan air ketika curah hujan tinggi.

6. Reservoir

Digunakan untuk menampung/menerima limpahan air dari bendungan.

7. Stilling basin

Memiliki fungsi yang sama dengan energy dissipator.

Gambar 2.4 Stilling Basin

8. Katup (kelep, valves)

Fungsinya sama dengan pintu air biasa, hanya dapat menahan tekanan yang lebih

tinggi (pipa air, pipa pesat dan terowongan tekan). Merupakan alat untuk membuka,

mengatur dan menutup aliran air dengan cara memutar, menggerakkan kea rah

melintang atau memenjang di dalam saluran airnya.

9. Drainage gallery

Digunakan sebagai alat pembangkit listrik pada bendungan.

II-13
Bab II Tinjauan Pustaka

2.2 Bendungan Di Indonesia Diantara Bendungan Dunia

Jumlah bendungan yang dimiliki Indonesia sampai dengan tahun 2019 baru 213 buah .

Bila dibandingkan negara lain seperti Amerika Serikat, China dan Jepang, bendungan

yang dimiliki Indonesia masih jauh tertinggal. Dan pada tahun 2017 Indonesia berada di

peringkat 32, Berdasarkan data dari INTERNATIONAL COMMISSIONON LARGE

DAMS (ICOLD).

NO Country Number
1 China 23 841
United States of
2 9 265
America
3 India 5 100
4 Japan 3 119
5 Brazil 1 364
6 Korea (Rep. of) 1 338
7 Canada 1 169
8 South Africa 1 112
9 Spain 1 063
10 Albania 1 008
11 Turkey 974
12 France 709
13 United Kingdom 593
14 Mexico 570
15 Australia 567
16 Italy 541
17 Iran 520
18 Germany 371
19 Norway 335
20 Zimbabwe 254
21 Romania 244
22 Thailand 218
- - -
32 Indonesia 213
Sumber: INTERNATIONAL COMMISSIONON LARGE DAMS (ICOLD)

II-14
Bab II Tinjauan Pustaka

2.2.1 Bendungan Di Indonesia

Sejak Pemerintahan Hindia Belanda sampai saat ini Pemerintah Indonesia telah
membangun bendungan sebanyak 213 buah yang tersebar di seluruh Indonesia. Kondisi
bendungan di Indonesia saat ini yang tersebar diseluruh Indonesia, secara umum dari
sisi usia sudah diatas 50 tahun, yang berarti masa layanan serta pengelolaan dari sisi
manfaat sudah sangat menurun.

Tabel 1 :Data bendungan yang sudah dibangun tiap Propinsi

II-15
Bab II Tinjauan Pustaka

Tabel 2 : Program Pembangunan Bendungan 2014 – 2019 di tiap pulau sebagai berikut:

Sumber : Pembangunan Bendungan 2014 - 2019,


April 2016 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

2.3 Biaya Peralatan Konstruksi

Biaya-biaya yang termasuk biaya pengeluaran alat berat adalah biaya penyewaan alat,

biaya mobilisasi dan demobilisasi, dan biaya upah tenaga operator. Peralatan konstruksi

yang digerakkan oleh motor bakar (internal combustion engine) memerlukan bahan

bakar, yang juga harus diperhitungkan sebagai biaya operasional. Perhitungan biaya

kebutuhan alat berat didapatkan dari perkalian antara volume masing-masing pekerjaan,

jumlah alat yang digunakan serta harga satuan pekerjaan.

 Volume Pekerjaan

Volume pekerjaan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

perhitungan biaya, yaitu sebagai salah satu faktor pengali untuk harga satuan.

Perhitungan volume ini didasarkan pada gambar rencana proyek.

II-16
Bab II Tinjauan Pustaka

 Biaya penyewaan alat

Tidak semua peralatan konstruksi dimiliki oleh kontraktor. Dalam

menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tertentu, diperlukan peralatan-peralatan

khusus yang diperoleh dengan cara menyewa. Biaya penyewaan alat berat

tersebut dihitung dalam biaya per jam. Dalam satu bulan biasanya ditentukan

batas penyewaan minimum per alat berat. Biaya penyewaan alat bervariasi,

tergantung dari jenis dan tipe alat yang akan disewa dan juga tergantung dari

tempat alat itu disewa.

 Biaya Mobilisasi dan Demobilisasi

Alat berat yang disewa dari suatu tempat, membutuhkan biaya transportasi alat

tersebut ke lokasi proyek dan biaya transportasi alat tersebut kembali ketempat

asalnya. Untuk alatalat berat tertentu bahkan diperlukan kendaraan khusus untuk

mengangkat alat berat tersebut ke lokasi proyek dan sebaliknya. Biaya-biaya

yang diperlukan ini termasuk biaya mobilisasi dan demobilisasi. Biaya

mobilisasi dan demobilisasi tergantung dari kendaraan untuk mengangkut alat

berat yang disewa, dan jauh dekatnya tempat penyewaan ke lokasi proyek. Jadi

masing - masing alat yang disewa dari tempat penyewaan yang berbeda,

mempunyai biaya mobilisasi dan demobilisasi yang berbeda.

 Biaya Operator Alat Berat dan Bahan Bakar

Besarnya upah kerja untuk operator alat berat adalah tergantung dari lokasi

pekerjaan atau proyek, perusahaan yang bersangkutan, peraturan yang berlaku

dilokasi, serta kontrak kerja antara dua pihak tersebut.

𝐮𝐩𝐚𝐡 𝐨𝐩𝐞𝐫𝐚𝐭𝐨𝐫+𝐩𝐞𝐦𝐛𝐚𝐧𝐭𝐮 𝐩𝐞𝐫𝐛𝐮𝐥𝐚𝐧


Upah Operator = 𝐣𝐚𝐦 𝐨𝐩𝐞𝐫𝐚𝐬𝐢𝐨𝐧𝐚𝐥 (𝐣𝐚𝐦)
II-17
Bab II Tinjauan Pustaka

Untuk biaya bahan bakar alat berat, jumlah bahan bakar untuk alat berat yang

menggunakan bensin atau solar berbeda-beda. Rata-rata yang menggunakan

bahan bakar bensin 0.06 galon per horse-power, sedangkan untuk alat berat yang

berbahan bakar solar mengkonsumsi bahan bakar 0.04 galon per horse-power

per jam. Nilai yang didapat kemudian dikalikan dengan faktor pengoperasian.

Biaya bahan bakar :

= F x 0,3 (premium) x h x PK

= F x 0,2 (solar) x h x PK

Dimana:

F = Faktor efisiensi (60% - 80%), (berdasarkan buku manajemen alat berat Ir.

Asiyanto, MBA, IPM, diambil nilai tengah yaitu 70%).

H = harga bahan bakar per liter

PK = Nilai PK alat berat yang bersangkutan (horse power)

 Biaya Operasional

Total Biaya operasional total yang dikeluarkan untuk masingmasing tipe alat

adalah penjumlahan semua biaya yang dikeluarkan untuk penyewaan alat, upah

tenaga operator dan biaya untuk pemakaiaan solar selama waktu pelaksanaan

pekerjaan ditambah biaya mobilisasi dan demobilisasi alat.

Total Biaya = b + c + d + e

Dimana:
a = Biaya sewa
b = Biaya mobilisasi/demobilisasi
c = Biaya Operator
d = Biaya bahan bakar

II-18

Anda mungkin juga menyukai