Anda di halaman 1dari 80

Kuliah ke-2

BANGUNAN TENAGA AIR


A. Pengertian
• Bendungan adalah suatu konstruksi yang
dibuat melintang pada sungai dengan
maksud untuk dapat membendung aliran
sungai sedemikian sehingga dapat
diperoleh suatu tampungan air (waduk).
• Bendungan dan waduk umumnya
diperuntukkan untuk : PLTA, pengendali
banjir, rekreasi, navigasi/transportasi,
irigasi, air bersih, dll
Tabel jumlah bendungan di beberapa negara di dunia

Negara Jumlah Bendungan Jumlah Bendungan yang


yang beroperasi sedang dalam tahap
(s/d th. 2000) konstruksi th. 2001
South Africa 950 4
Germany 311 3
Australia 498 4
Belgium 14 0
Brazil 634 28
Canada 804 0
China 24153 214
Indonesia 107 10
Japan 2622 127
Malaysia 52 0
Netherland 10 0
Thailand 46 29
Turkey 521 224
B. TIPE BENDUNGAN

Bendungan dapat dibedakan menurut beberapa klasifikasi yang


berbeda, yaitu :

 Tipe bendungan berdasarkan ukurannya


 Tipe bendungan berdasarkan tujuan pembangunannya
 Tipe bendungan berdasarkan penggunaannya
 Tipe bendungan berdasarkan fungsinya
 Tipe bendungan berdasarkan konstruksinya
B.1. Tipe Bendungan Berdasarkan Ukurannya

 Bendungan Besar (Large Dam), definisi (ICOLD) :


 Bendungan dengan tinggi > 15 m, diukur dari bagian terbawah fondasi
s/d puncak bendungan.
 Bendungan dengan tinggi 10 m  15 m, dengan kriteria tambahan
(salah satu):
 Panjang puncak bendungan > 500 m.

 Kapasitas waduk > 1 juta m .


3

 Debit banjir maksimal yang diperhitungkan > 2000 m /dt.


3

 Bendungan di desain tidak seperti biasanya (unusual design).

 Bendungan Kecil (Small Dam), definisi (ICOLD) :


 Semua bendungan yang tidak memenuhi syarat sebagai bendungan

besar
B.2. Tipe Bendungan Berdasarkan Tujuan
Pembangunannya

 Bendungan dengan tujuan tunggal (Single Purpose


Dam)
 Adalah bendungan yang dibangun untuk memenuhi

satu tujuan saja, misalnya untuk pembangkit listrik


saja, untuk irigasi (pengairan), atau untuk
pengendalian banjir saja, dll.

 Bendungan Serbaguna (Multi Purpose Dam)


 Adalah bendungan yang dibangun untuk memenuhi
beberapa tujuan, misalnya untuk pembangkit listrik
(PLTA) dan irigasi (pengairan), atau untuk
pengendalian banjir dan PLTA, air minum dan air
industri, dll
B.3. Tipe Bendungan Berdasarkan Penggunaannya

 Bendungan untuk membentuk waduk (Storage Dam) :


 Adalah bendungan yang dibangun untuk membentuk
waduk guna menyimpan air pada waktu kelebihan, dan
memanfaatkannya pada waktu diperlukan.
 Bendungan penangkap/pembelok air (Diversion Dam) :
 Adalah bendungan yang dibangun agar permukaan airnya
lebih tinggi, sehingga dapat mengalir masuk ke dalam
saluran air atau terowongan air.
 Bendungan untuk memperlambat aliran air (Detention Dam) :
 Adalah bendungan yang dibangun untuk memperlambat
aliran air sehingga dapat mencegah terjadinya banjir
besar, dengan cara : i). menyimpan air sementara dan
mengalirkannya ke dalam saluran air di bagian hilirnya,
atau ii). menyimpan air selama mungkin agar dapat
meresap di daerah sekitarnya.
B.4. Tipe Bendungan Berdasarkan Fungsinya

 Bendungan pengelak pendahuluan (primary cofferdam) :


 Adalah bendungan yang pertama-tama dibangun di
sungai pada waktu debit air rendah agar lokasi rencana
bendungan pengelak menjadi kering yang memungkinkan
pembangunan secara teknis.
 Bendungan pengelak (cofferdam) :
 Adalah bendungan yang dibangun sesudah selesainya
bendungan pengelak pendahuluan sehingga lokasi
rencana bendungan utama menjadi kering yang
memungkinkan pembangunan secara teknis .
 Bendungan Utama (main dam) :
 Adalah bendungan yang dibangun untuk memenuhi satu

atau lebih tujuan tertentu.


 Bendungan sisi (high level dam) :
 Adalah bendungan yang terletak di sebelah sisi kiri dan atau sisi
kanan bendungan utama yang tinggi puncaknya juga sama .
 Bendungan di tempat rendah (saddle dam) :
 Adalah bendungan yang terletak di tepi waduk yang jauh dari
bendungan utama yang dibangun untuk mencegah keluarnya air
dari waduk sehingga air waduk tidak mengalir ke daerah
sekitarnya .
 Tanggul (dyke, levee) :
 Adalah bendungan yang terletak di sisi kiri dan atau sisi kanan
bendungan utama dan ditempat yang jauh dari bendungan utama
yang tinggi maksimalnya 5 m dengan panjang puncak
maksimalnya 5 kali tingginya
 dll
 Bendungan limbah industri (industrial waste dam); Bendungan
pertambangan (mine tailing dam)
B.5. Tipe Bendungan Berdasarkan Konstruksinya

 Bendungan Beton (Concrete Dam)


Adalah bendungan yang dibuat dari konstruksi beton baik
dengan tulangan maupun tidak
Beberapa jenis bendungan beton :
 Concrete Arch Dam
 Concrete Buttress Dam
 Concrete Gravity Dam
 (Combination Concrete Dam)

 Bendungan Urugan (Embankment Dam)


Adalah bendungan yang dibangun dari hasil penggalian
bahan (material) tanpa tambahan bahan lain yang bersifat
campuran secara kimia, jadi betul-betul bahan pembentuk
bendungan asli.
Beberapa jenis bendungan urugan :
 Bendungan urugan serba sama (homogeneous dam; earth
fill dam)
 Bendungan urugan berlapis lapis (zone dam, rockfill dam)
 Bendungan urugan batu dengan lapisan kedap air di muka
(impermeable face rockfill dam)

 Bendungan Lainnya
Biasanya hanya untuk bendungan kecil, misalnya
bendungan kayu, bendungan pasangan batu, dll
B.5.1.a. Concrete Arch Dam

 Arch Dam (Bendungan


lengkung) adalah
merupakan salah satu dari
tipe bendungan beton.
Bendungan tipe ini biasanya
dibangun pada sungai yang
sempit dengan tebing yang
curam di kanan kiri sungai,
dan dibutuhkan dasar
pondasi dan tebing yang
kuat dan kokoh (batuan).

 Contoh : Bendungan
Monar di Scotlandia
Contoh Concrete Arch Dam

 Tipe : bendungan beton


berbentuk lengkung
dengan jari-jari tidak tetap
(variable radius concrete
arch dam)
 Tujuan : PLTA, daya 623
MW.
 Tinggi : 155 m dengan
panjang puncak : 356 m.
 gaya-gaya yang bekerja
 Bendungan Nagawado di pada bendungan
Sungai Azusa (Jepang). disalurkan lewat abutmen
kiri dan kanan bendungan.
Contoh Concrete Arch Dam

 Tipe : bendungan beton


berbentuk lengkung
 Tujuan :.
 Tinggi : 198 m dengan
panjang puncak : 620 m.
 gaya-gaya yang bekerja
pada bendungan
disalurkan lewat abutmen
kiri dan kanan bendungan.

 Bendungan Kolnbrein di
Sungai Malta (Austria).
B.5.1.b. Concrete Buttress Dam

 Buttres dam dapat dibuat dari


beton atau pasangan batu. Beban
gaya yang bekerja pada
bendungan ditahan oleh
penyangga (buttress).
 Buttres dam dibangun dengan
prinsip kerja yang mirip dengan
gravity dam, hanya saja
ukurannya bisa lebih kecil karena
sebagian gaya yang bekerja
ditahan oleh penyangga.

 Bangunan ini harus dibangun pada sungai yang sempit dan curam,
dengan dasar dan tebing yang kuat.
Contoh Concrete Buttrese Dam

 Tipe : bendungan beton


dengan penyangga
 Tujuan : irigasi, penyediaan
air minum, dan
pengendalian banjir.
 Tinggi : 62 m dengan
panjang puncak : 200 m.
 Penyangga berfungsi untuk
menyalurkan gaya-gaya
 Bendungan Vinca di Sungai yang bekerja padanya.
Tet (Perancis).
B.5.1.c. Concrete Gravity Dam
 Adalah bendungan yang
didesain untuk menahan beban
dan gaya yang bekerja hanya
dengan berdasarkan berat
sendiri saja, dan dapat berupa
bendungan beton, pasangan
batu, atau kombinasi dari
keduanya.
 Untuk tipe bendungan beton,
dikenal 2 jenis : i). massive
concrete gravity dam, dan ii).
concrete hollow gravity dam.
 Grafity dam dapat dibangun baik pada lembah yang sempit atau
lebar, dan tidak membutuhkan persyaratan dasar dan tebing dari
batuan yang kuat.
 Tampang melintang grafity
dam pada umumnya
menyerupai bentuk tampang
segitiga seperti diperlihatkan
pada gambar.
 Dinamakan gravity dam,
karena gaya-gaya yang
bekerja pada bendungan
dilawan oleh berat bendungan
(grafitasi).
Contoh Concrete Gravity Dam

 Tipe : bendungan beton


berdasarkan berat sendiri,
dengan tambahan urugan
batu (concrete gravity dam
with rockfill counterweight).
 Tujuan : PLTA 26,40 MW.
 Tinggi : 36 m dengan
panjang puncak : 97,5 m.

 Bendungan Menjer di Sungai


Menjer, Jawa Tengah.
Contoh Concrete Gravity Dam

 Tipe : bendungan beton


berdasarkan berat sendiri
berongga
 Tujuan : PLTA 12600 MW,
dan pariwisata.
 Tinggi :.

 Bendungan Itaipu di Sungai


Parana (perbatasan Brasil
dengan Paraguay).
Contoh Concrete Combination Arch Dam

 Tipe : bendungan beton


berbentuk lengkung lebih dari
satu, yang merupakan
gabungan dari beberapa
lengkung (concrete multiple
arch dam).
 Tujuan : PLTA, daya 2,25
MW.
 Tinggi : 8 m dengan panjang
puncak : 356 m.
 Bendungan Ngebel di Sungai
Telaga Agung, Jawa Timur.
Contoh Concrete Combination Arch Dam

 Tipe : bendungan beton


berbentuk lengkung lebih dari
satu (concrete multiple arch
dam).
 Tujuan : air minum.
 Tinggi : 40 m dengan panjang
puncak : 295 m.

 Bendungan Le Mazeud di
Sungai Caouze (Perancis).
B.5.2. Embankment Dam

 Bendungan urugan (fill dam,


embankment dam) dibuat dari
bahan material alami, seperti
material batuan (rockfill dam)
atau material tanah (earthfill
dam).
 Earthfill dam dibuat dengan
cara memadatkan tanah lapis
demi lapis sampai memenuhi
kepadatan tertentu, sedangkan
rockfill dam dibuat dengan cara
menimbun dan memadatkan
batuan.  Material urugan diambil
dari lokasi terdekat
dengan lokasi
bendungan.
 Bendungan urugan dapat terdiri dari
lapisan kedap air (core), lapisan batu
(rock zone, shell), lapisan batu
teratur (rip-rap), dan lapisan
pengering (filter zones). Core
 Bahan yang digunakan untuk
lapisan kedap air dapat berupa
tanah lempung  biasa dipasang di
tengah , beton bertulang
(reinforced concrete) atau beton
aspal (asphaltic concrete)  biasa
dipasang di depan.

 Bendungan urugan biasa dibangun pada lembah yang lebar,


dengan dasar batuan keras atau lunak. Tekanan pada
pondasi relatif kecil, karena luas dasar pondasi bendungan
urugan sangat besar.
Contoh 1: Bendungan Urugan

 Tipe : Bendungan Urugan


Tanah serba sama
(homogeneous dam)
 Tujuan : PLTA 30 MW,
pengendalian banjir, dan
irigasi
 Tinggi : 57 m dengan
panjang puncak : 190 m.

 Bendungan Ir. H. Pangeran Noor


di S. Riam Kanan (Kalimantan
Selatan)
Contoh 2 : Bendungan Urugan

 Tipe : Bendungan urugan


batu dengan lapisan kedap
air tegak tidak simetris.
 Tujuan : PLTA 700 MW,
perikanan, pertanian
 Tinggi : 98 m dengan
panjang puncak 301,4 m

 Bendungan Saguling di Sungai


Citarum (Jawa Barat).
Contoh 3 : Bendungan Urugan

 Tipe : Bendungan urugan


batu dengan lapisan
kedap air dari beton
bertulang di muka
 Tujuan : Pengairan
(36500 Ha) dan PLTA
200 MW
 Tinggi : 107 m dengan
panjang puncak 620 m

 Bendungan Kotmale di Sungai


Kotmale Sri Lanka
Contoh 4 : Bendungan Urugan

 Tipe : Bendungan urugan


batu dengan lapisan
kedap air dari aspal di
muka
 Tujuan : PLTA
 Tinggi : 72 m dengan
panjang puncak 600 m

 Bendungan Marchlyn di telaga


Marchlyn, Inggris
B.5.3. Bendungan Lainnya (Pasangan Batu)

 Bendungan pasangan batu


Cwm Clydach di South Wales
 Tipe : bendungan pasangan
batu (masonry gravity dam)
C. PEMILIHAN TIPE BENDUNGAN
Pemilihan Tipe Bendungan (Bendungan Beton atau Urugan)
dapat didasarkan pada :
 Tujuan Pembangunan
 Keadaan Klimatologi
 Keadaan Topografi
 Keadaan Geologi
 Ketersediaan Bahan Bangunan
 Frekuensi Gempa bumi
 Biaya Proyek
 Bangunan Pembantu
D. PERANAN AHLI DALAM PEKERJAAN
BENDUNGAN
 Dalam perancangan suatu bendungan besar dibutuhkan tim ahli
dari berbagai disiplin bidang keilmuan.
 Tim ahli yang terlibat pada pekerjaan perancangan bendungan
adalah: Ahli Teknik Sipil, Ahli Geologi, Ahli Geoteknik, Ahli
Hidrologi/Hidraulik, dan Ahli Topografi. Ahli Teknik Sipil
biasanya bertindak sebagai ketua tim.
 Untuk waduk yang didesain untuk tujuan PLTA, selain ahli-ahli
tersebut di atas, juga dibutuhkan Ahli Mesin dan Ahli Listrik.
 Disamping itu juga dibutuhkan ahli-ahli lain, seperti misalnya
Ahli Sosial, Ahli Ekonomi, Ahli Lingkungan, Ahli Biologi, dan Ahli
Konservasi Lahan.
D.1. Peranan Ahli Teknik Sipil

 Ahli Teknik Sipil bekerja sama


dengan ahli-ahli lain
bertanggung jawab terhadap
perancangan suatu bendungan,
mulai dari penetapan lay-out,
pemilihan tipe bendungan,
sampai dengan penentuan
jenis-jenis bangunan yang akan
dibuat pada suatu bendungan.

 Posisi / lokasi dari suatu bendungan ditetapkan dengan


pertimbangan jumlah air yang akan ditampung waduk, dan kondisi
dari batuan atau tanah tempat rencana lokasi bendungan; dipilih
lokasi yang diperkirakan mampu mendukung berat bendungan.
 Ahli Teknik Sipil akan menetapkan tipe bendungan terbaik yang
harus dipilih, termasuk jenis material yang akan digunakan.
 Dalam perancangan bendungan, stabilitas bendungan harus
diperhitungkan terhadap semua gaya yang bekerja  gaya
tekanan air, gaya berat bendungan, gaya gempa, dll  baik
yang bekerja pada bendungan maupun pada fondasi.
 Ahli Teknik Sipil bertanggungjawab terhadap gambar-gambar
perancangan, terhadap proses/tahapan pelaksanaan konstruksi,
yang memungkinkan kontraktor dapat melaksanakan pekerjaan
di lapangan sesuai dengan standar.
 Untuk pekerjaan jaringan pipa, pintu-pintu air (valves), pintu
banjir, turbin, generator, dll, ahli Teknik Sipil dibantu oleh ahli
Teknik Mesin dan Ahli Teknik Elektro/listrik.
D.2. Peranan Ahli Geologi
 Ahli Geologi menyelidiki kondisi geologi dari daerah rencana
bendungan (dam site area), baik pada lokasi rencana tubuh
bendungan maupun pada lokasi rencana daerah tampungan air
waduk.
 Ahli Geologi dapat memberikan informasi kepada ahli Teknik
Sipil tentang jenis tanah dan batuan yang ada di bawah
permukaan tanah, termasuk ketebalan, arah dan kelerengannya.
Mereka juga dapat memberikan informasi tentang kondisi tanah
terhadap kemungkinan kebocoran air waduk.
 Untuk bendungan tipe urugan, ahli Geologi membantu
menentukan lokasi “borrow area”, tempat dimana dimana
material tanah/batuan akan digunakan sebagai bahan timbunan
bendungan.
 Ahli Geologi juga dapat menginformasikan apakah daerah
rencana bendungan termasuk daerah yang rawan gempa atau
tidak, termasuk kemungkinan adanya rekahan di bawah
permukaan tanah/batuan.
 Contoh rusaknya
bendungan akibat pengaruh
gempa diperlihatkan pada
bendungan Shihkhang di
Taiwan.
 Akibat pengaruh Gempa
Chi-Chi pada th 1999,
terjadi pergerakan/
pergeseran pada rekahan di
bawah bendungan
Shihkhang yang
menyebabkan bendungan
pecah menjadi 2 bagian.
D.3. Peranan Ahli Geoteknik

 Ahli Geoteknik membantu memberikan informasi tentang kondisi


tanah/batuan yang ada di bawah tubuh bendungan; apakah
cukup kuat atau tidak menahan berat bendungan di atasnya.
 Ahli Geoteknik juga dapat mengecek apakah pada dasar fondasi
bendungan kondisinya permeabel atau tidak. Jika permeabel,
pada dasar fondasi harus dilakukan perbaikan tanah untuk
mencegah terjadinya rembesan air waduk. Pengecekan
dilakukan baik di bawah atau di sekitar tubuh bendungan.
 Untuk mengetahui sifat-sifat tanah, penyelidikan geoteknik perlu
dilakukan baik di lapangan (out doors) maupun di laboratorium
(in doors)
 Untuk perancangan bendungan urugan, ahli Geoteknik
bertanggungjawab terhadap stabilitas tubuh bendungan,
khususnya terhadap bahaya kelongsoran (land slide).
 Bilamana kelongsoran (land slide) dari tubuh bendungan urugan
terjadi, dan material longsoran masuk ke dalam genangan
waduk, maka dapat menimbulkan gelombang yang sangat
besar, yang memungkinkan terjadinya overtopping melalui
mercu/tubuh bendungan. Hal ini dapat mengakibatkan rusak /
runtuhnya tubuh bendungan.
 Contoh keruntuhan bendungan akibat land slide terjadi di Italia
pada th. 1963, yang mengakibatkan korban jiwa sebanyak 2200
orang.
D.4. Peranan Ahli Hidrologi/Hidraulik

 Ahli hidrologi berperan dalam perancangan suatu bendungan


dalam kaitannya dengan penentuan jumlah air dan pergerakan
aliran di daerah tangkapan waduk.
 Ahli hidrologi dapat memberikan informasi jumlah hujan yang
turun di daerah tangkapan waduk, debit aliran sungai, dan volume
air yang masuk ke dalam waduk.
 Dengan pengetahuan ini, dapat ditentukan berapa volume
tampungan waduk yang dibutuhkan untuk memenuhi berbagai
kebutuhan air.
 Ahli Hidraulik juga dapat memberikan informasi tinggi gelombang
yang akan terjadi pada permukaan air waduk akibat pengaruh
angin. Informasi ini dipergunakan untuk menentukan tinggi
bendungan.
 Ahli hidrologi/hidraulik dapat memberikan informasi kondisi hujan
dan debit banjir terburuk yang mungkin terjadi pada daerah
tangkapan waduk (Q PMF).
 Berdasarkan informasi tersebut, ahli hidrologi/ hidraulik dapat
merancang bangunan pelimpah (spillway) sesuai dengan banjir
rancangan yang digunakan; dan kemungkinan terjadinya
overtoping dapat dihindari.

 Terkait dengan perancangan


bangunan pelimpah, untuk
mengetahui unjuk kerja dari
bangunan secara lebih rinci,
seringkali dilakukan uji model
fisik di laboratorium.
D.5. Peranan Ahli Topografi

 Ahli Topografi melakukan


pengukuran dan survey
topografi di daerah rencana
bendungan, untuk mengetahui
kondisi topografi daerah
setempat secara rinci.
 Informasi awal tentang daerah
rencana bendungan
(termasuk daerah tampungan
dan daerah tangkapan waduk)
dapat diperoleh dari photo
udara.

 Penentuan lokasi bendungan dari


photo udara (Three Gorges Dam).
 Dari informasi foto udara, selanjutnya dilakukan pengukuran detail
terhadap daerah rencana bendungan untuk mendapatkan peta
kerja.

 Peta yang diperoleh akan


dipergunakan untuk
menentukan (secara lebih
pasti) lokasi rencana
bendungan dan daerah
genangan waduk, serta
lokasi bangunan-
bangunan lain yang
dibutuhkan pada suatu
bendungan.
E. TAHAPAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Dalam pembangunan suatu Bendungan (phisik), ada beberapa


tahapan pekerjaan yang harus dilaksanakan, yaitu :

 Penentuan Lokasi Rencana Bendungan


 Pengelakan Sungai
 Pengeringan Daerah Kerja Bendungan, dan
 Pelaksanaan Konstruksi Bendungan (Pekerjaan Fondasi,
Pekerjaan Beton / urugan, dll)

Contoh tahapan pelaksanaan konstruksi bendungan diperlihatkan


pada pembangunan Bendungan Itaipu (di perbatasan Brasil dan
Paraguay).
Contoh : Tahapan Pelaksanaan Konstruksi
Bendungan ITAIPU

Sungai Paraná pada


kondisi asli sebelum
Bendungan Itaipu
dibangun.

Th. 1975/1976, saat akan


dimulainya pembangunan
Saluran Pengelak, dengan
tujuan mengalihkan aliran
sungai Paraná, agar lokasi
Bendungan utama menjadi
kering.
Pada Th 1976/1977,
konstruksi Saluran
Pengelak dimulai,
setelah penggalian
tanah dan batuan
selesai.

Pembukaan Saluran
Pengelak dimulai,
dengan meledakkan
bangunan cofferdam
(concrete arch
cofferdam)
Peledakan cofferdam
dilanjutkan

Aliran sungai Paraná mulai


mengalir melalui Saluran
Pengelak
(Th. 1978)
Th. 1979, dimulai
pengeringan daerah
kerja bendungan
utama.

Daerah kerja Bendungan


utama praktis kering, dan
pembangunan Bendungan
dimulai (1979)
Pelaksanaan konstruksi
(pekerjaan beton) di malam
hari

Th. 1980, pekerjaan


Sipil Bendungan Utama
hampir menutup
sungai.
Th. 1982, pekerjaan
Bendungan Itaipu selesai
dilakukan

Bendungan Itaipu
dilihat dari atas
Tahapan Pengelakan Sungai

 Sebuah bendungan biasanya dibangun melintang pada suatu


sungai. Untuk mendapatkan daerah kering pada lokasi rencana
bendungan, aliran sungai harus dielakkan sedemikian sehingga
pelaksanaan konstruksi bendungan dapat dilaksanakan dengan
mudah (daerahnya kering).

 Untuk sungai-sungai kecil,
pengelakan aliran sungai
dilakukan dengan menggunakan
terowongan (tunnel), atau
dengan saluran (channel) yang
dibangun di dekat lokasi
bendungan.
 Pembuatan saluran/terowongan dilakukan dengan penggalian
dan peledakan, terutama bila trase saluran/ terowongan harus
melalui batuan keras.
 Untuk bendungan yang dibangun melintang pada sungai-sungai
besar dengan debit aliran yang besar, pembuatan
terowongan/saluran pengelak akan menjadi sangat mahal.
 Untuk mendapatklan daerah kering pada lokasi rencana
bendungan, salah satu sisi sungai ditutup, dan aliran air
dilewatkan pada sisi sungai lainnya.
 Pelaksanaan konstruksi bendungan dilakukan secara bertahap,
dimulai pada salah satu sisi sungai yang sudah dikeringkan.
Setelah selesai, aliran dipindahkan pada sisi sungai lainnya, dan
pelaksanaan konstruksi dilanjutkan.
 Contoh proses pengelakan sungai dan pelaksanaan konstruksi
bendungan (beton) : Three Gorges Dam di sungai Yangtze,
China.
Contoh Tahapan Pengelakan Sungai
(Contoh : Bendungan THREE GORGES DAM)
Ada beberapa tahapan dalam pelaksanaan pengelakan sungai /
pelaksanaan konstruksi bendungan (beton).
Tahap 1 Tahap 1
 Sebuah rockfill cofferdam
dibangun pada salah satu sisi
sungai dengan cara memasukkan
batuan ke dalam sungai untuk
tujuan membendung sebagian dari
aliran sungai.
 Air selanjutnya dipompa keluar dari
daerah yang dilindungai oleh
cofferdam, agar dapat diperoleh
daerah kering.
Tahap 1 (lanjutan)

 Pada daerah kering (daerah yang


terlindungi cofferdam) dilakukan
penggalian/ pembuatan alur, Tahap 1
dengan maksud agar pada tahap
pelaksanaan konstruksi
bendungan utama nantinya, alur
sungai tersebut dapat
mengalirkan debit air dengan
aman.

 Sebuah cofferdam beton juga


dibangun pada daerah kering
tersebut untuk memperlancar aliran
air pada alur.
Tahap 2.

 Dua rockfill cofferdams dibangun Tahap 2


pada sisi hulu dan sisi hilir lokasi
rencana bendungan utama dengan
posisi seperti diperlihatkan pada
gambar.
 Daerah yang terlindungi cofferdam
tersebut kemudian dikeringkan,
digali, dilanjutkan dengan
pelaksanaan sebagian dari
konstruksi bendungan utama.
Tahap 2 (lanjutan). Tahap 2

 Selama pelaksanaan
konstruksi bendungan utama,
air sungai dialirkan melalui alur
yang telah digali pada kegiatan
tahap 1.
Tahap 3
 Dua buah rockfill cofferdam Tahap 3
dibangun lagi pada sisi lain
dari sungai (lihat gambar), dan
daerah yang terlindungi
cofferdam tersebut
selanjutnya dikeringkan, digali
serta dibangun bendungan
utama, sehingga konstruksi
bendungan utama dapat
selesai.
Penyiapan Dasar Fondasi

 Sebuah bendungan dapat dibangun di atas dasar fondasi tanah


atau batuan, tergantung dari tipe bendungan yang dipilih.
 Dasar fondasi harus cukup kuat untuk menahan berat bendungan
dan gaya tekanan yang bekerja pada bendungan.

 Dasar fondasi dibuat di bawah


permukaan tanah asli, oleh
karenanya tanah / batuan lunak
yang ada di atasnya harus
dibuang terlebih dahulu, yang
dapat dilakukan baik dengan
penggalian atau dengan
peledakan.
 Bilamana di bawah elevasi dasar
fondasi rencana, kondisi tanah/
batuannya lunak, tanah/batuan
tersebut harus dibuang dan diganti
dengan material yang lebih keras.
 Pada dasar fondasi batuan kadang-
kadang dijumpai retakan/rekahan.
Retak-retak ini harus ditutup untuk
menghentikan kemungkinan bocoran
air waduk. Penutupan dapat dilakukan
dengan Grouting, dengan cara
mengebur batuan pada / di sekitar
retak-retak, dan kemudian
menyuntikkan cairan semen sehingga
menyebar dan mengisi
retakan/rekahan.
F. BANGUNAN PELENGKAP BENDUNGAN
 Pada bendungan juga dibangun bangunan-bangunan pelengkap,
seperti bangunan Spillway dan Outlet.
 Spillways adalah suatu bangunan yang digunakan untuk
melimpaskan air waduk pada waktu muka air waduk melebihi
suatu elevasi tertentu. Spillway dapat merupakan bagian dari
bendungan atau terpisah, yang terletak di samping bendungan.
 Beberapa tipe spillway yang dikenal diantaranya adalah
– Overflow Spillway
– Side Channel Spilway
– Shaft Spillway
 Selain spillway, pada bendungan juga dibangun outlet, untuk
tujuan mengalirkan air ke luar dari waduk. Beberapa jenis
outlet yang dikenal, adalah :
– Outlet Tower
– Compensation Water Outlet
– Scour
Overflow Spillway

 Overflow spillway adalah merupakan jenis spillway yang paling


banyak digunakan pada bendungan, khususnya untuk gravity
dam atau buttress dam.
 Elevasi tampang spillway dibuat lebih rendah dibandingkan
dengan elevasi tampang pada bagian bendungan lainnya, yang
memungkinkan melimpahkan air waduk di atas elevasi tertentu.

 Contoh overflow spillway


bendungan beton Booth
Wood (concrete gravity dam)
di Yorkshire, England
 Overflow spillway dapat juga merupakan seluruh bagian
dari tubuh bendungan.

Limpasan air di atas Overfloww spillway


overflow spillway pada pada saat tidak ada
Bendungan Caban Coch di limpasan
Mid-Wales
Side Channel Spillway

 Side Channel Spillway biasanya digunakan pada bendungan


urugan, dan biasa dibangun pada sisi bendungan di bagian hulu.
Dari side spillway, air melimpas masuk ke dalam saluran samping
(side channel) menuju ke sungai.
Shaft Spillway

 Shaft spillway yang juga dikenal sebagai "morning glory" spillway,


adalah merupakan suatu spillway dengan bentuk seperti
terowongan (corong) vertikal, dan biasanya berbentuk lingkaran.
 Pada waktu muka air waduk mencapai elevasi spillway, air akan
masuk ke dalam corong (shaft), dan setelah sampai dasar masuk
ke dalam terowongan (tunnel) untuk dialirkan menuju ke sungai di
hilir bendungan.
 Contoh shaft spillway
bendungan Ladybower dan
Lyn Pontsticill
Outlet Tower

 Outlet tower biasanya dibangun di dekat tubuh bendungan utama.


Di dalam tower (menara) dipasang pipa vertikal yang
memungkinkan dialirkannya air keluar dari waduk.
 Pada bagian atas dari menara tersebut dibangun rumah kontrol
untuk mengatur pintu air (valve) yang ada pada pipa vertikal.
 Untuk waduk yang difungsikan sebagai supply air (air minum,
industri, dll), pipa vertikal yang dipasang pada menara
dihubungkan dengan beberapa pipa horisontal yang masing-
masing dilengkapi dengan pintu air (valve) untuk memungkinkan
pengambilan air pada beberapa elevasi yang berbeda.
 Air yang diambil dari pipa-pipa tersebut selanjutnya dialirkan
menuju ke tempat pengendalian kualitas air (water treatment).
 Contoh outlet tower (gambar
sebelah kiri) dan shaft spillway
(sebelah kanan) pada Bendungan
Roadford di Devon, Inggris (sedang
dalam tahap konstruksi).
 Pada bagian bawah terdapat
terowongan (tunnel), untuk
mengalirkan air keluar dari kedua
menara tersebut.

 Bilamana menara digunakan untuk


untuk keperluan pembangkit listrik
(PLTA), maka diperlukan inlet
khusus. Dan menara untuk inlet
khusus ini sering dinamakan
sebagai intake tower
Sketsa potongan outlet tower pada
suatu Bendungan

Pipa vertikal outlet tower


pada danau Wimbleball di
Somerset, Inggris.
Outlet untuk Compensation Water

 Dengan dibangunnya bendungan melintang pada suatu sungai,


aliran air pada sungai di bagian hilir bendungan akan terhenti.
 Untuk menjaga agar sungai di hilir bendungan tidak kering, perlu
dipasang pipa oulet (dengan terowongan di bawah bendungan)
dengan maksud agar masih ada air yang keluar dari waduk
menuju ke sungai di bagian hilir bendungan.
 Menjaga sungai di bagian hilir bendungan tidak kering sangat
diperlukan dengan pertimbangan masih banyak penduduk di hilir
bendungan yang memanfaatkan air sungai tersebut (termasuk
binatang ternak, dll), disamping untuk menjaga agar sungai tidak
rusak (lingkungan).
 Air ini sering dinamakan sebagai compensation water.
Scour

 Scour adalah sebuah pipa outlet yang dipasang di dasar


bendungan, dan biasanya berukuran besar sesuai dengan
fungsinya.

 Scour dilengkapi dengan


pintu air (valve atau gate)
untuk mengontrol kecepatan
aliran.
Scour dapat difungsikan untuk :
 mengeluarkan air waduk dengan cepat pada kondisi darurat,
misalnya pada kondisi ada kerusakan pada tubuh bendungan
yang dikuatirkan dapat menyebabkan ambrolnya bendungan.
 untuk menggelontor endapan sedimen di dalam waduk, terutama
endapan sedimen yang berada di dekat dengan tubuh
bendungan. Dengan kecepatan aliran yang tinggi, diharapkan
sedimen dapat ikut keluar terbawa bersama aliran.
F. KEAMANAN BENDUNGAN

 Pengamatan bendungan dilakukan baik secara visual atau


dengan menggunakan peralatan standar untuk memonitor
berbagai perubahan yang terjadi pada suatu bendungan
 Pengamatan secara visual dari suatu bendungan dapat
memberikan petunjuk awal tentang kondisi dari suatu
bendungan.
 Dari pengamatan secara visual dapat diketahui, permasalahan
yang terjadi pada tubuh bendungan (urugan) misalnya retak-
retak, ada bagian-bagian yang menonjol, berlubang/ lekukan-
lekukan, dll.
 Keadaan ini merupakan indikasi awal adanya permasalahan
pada tubuh bendungan. Apabila kondisi ini dibiarkan,
kemungkinan terjadinya kelongsoran (ketidak stabilan) tubuh
bendungan dapat terjadi.
 Kemungkinan adanya bocoran pada suatu bendungan juga
dapat diketahui secara visual. Kebocoran ini lama kelamaan
dapat membesar, dan menyebabkan lubang-lubang pada tubuh
bendungan. Kebocoran dapat juga terjadi di bawah tubuh
bendungan, dimana permasalahan kemungkinan ada pada dasar
pondasi.
 Pintu-pintu air (valve dan gate) secara
visual perlu dikontrol, untuk
mengetahui berfungsi tidaknya
peralatan.
 Pada bendungan seringkali dilengkapi
dengan suatu terowongan (inspection
galleries) yang di pasang memanjang
pada tubuh bendungan. Ukuran
terowongan cukup besar, yang
memungkinkan petugas melakukan
inspeksi visual kondisi bendungan dari
dalam.
 Selain pengamatan secara visual, kondisi dari suatu bendungan
dapat diketahui dengan berbagai peralatan standar yang ada.
 Meskipun bendungan secara visual kelihatan kokoh, tidak
menutup kemungkinan bendungan telah mengalami
perubahan/pergerakan akibat beban-beban gaya yang bekerja
padanya.
 Beberapa permasalahan dapat terjadi pada suatu bendungan,
misalnya :
 rembesan air melalui pori pada tubuh bendungan / di bawah
bendungan.
 settlement pada bendungan (tipe urugan)
 bendungan miring.
 pergeseran horisontal tubuh bendungan
 Permasalahan / perubahan yang terjadi pada bendungan
biasanya terjadi secara pelan-pelan, oleh karenanya perlu
dilakukan monitoring dengan berbagai peralatan standar, untuk
mengetahui secara dini berbagai perubahan yang ada.
 Beberapa jenis instrumen standar untuk mengetahui berbagai
perubahan yang ada pada bendungan (monitoring) dapat
dipasang secara permanen pada tubuh bendungan atau tidak
permanen.

Beberapa jenis perubahan yang dimonitor adalah :


 Kebocoran
Adanya kebocoran dapat memberikan indikasi adanya retak-
retak pada bendungan. Pada bendungan urugan, dapat
memberikan indikasi adanya erosi internal dari material
timbunan.
 Settlement
Untuk mengetahui seberapa besar bendungan mengalami
penurunan, elevasi dari mercu bendungan urugan diukur
dengan menggunakan instrument jenis optik. Penurunan yang
berlebihan dapat membahayakan tubuh bendungan.
 Bendungan miring
Untuk mengetahui seberapa besar bendungan mengalami
kemiringan, dapat diketahui dengan menggunakan peralatan
sejenis bandul (pendulum) yang dipasang pada pipa-pipa
vertikal (shaft) di beberapa tempat.

 Pergeseran Horisontal
Bendungan dapat mengalami pergerakan horisontal, baik ke
arah hulu maupun arah hilir. Pergerakan ini dapat diukur pada
mercu bendungan dengan menggunakan peralatan tipe optik.
Pergerakan yang berlebihan dapat memberikan indikasi
bahwa bendungan telah mengalami sliding (pergeseren) atau
menjadi tidak stabil.
 Pengukuran pergerakan
internal dari bendungan
urugan tanah dengan
menggunakan magnet
settlement gauge

 Pengeboran pada bendungan urugan


(bagian core) untuk menempatkan
instrumen pengukur
SPILLWAY
Pengambilan Air untuk Turbin
Generator
Turbin Francis

Anda mungkin juga menyukai