Anda di halaman 1dari 25

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR DAN KEBIJAKAN

Bab 2
TINJAUAN LITERATUR
DAN KEBIJAKAN

Halaman
1
2.1 Pengertian Bendungan

Bendungan adalah bangunan yang berupa urukan tanah, urukan batu, dan beton, yang
dibangun selain untuk menahan dan menampung air, dapat pula dibangun untuk
menahan dan menampung limbah tambang, atau menampung lumpur sehingga terbentuk
waduk. Sedangkan waduk adalah wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat
dibangunnya bendungan (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
Nomor 6 Tahun 2020). Bendungan berfungsi sebagai penangkap air dan menyimpannya
di musim hujan waktu air sungai mengalir dalam jumlah besar dan yang melebihi
kebutuhan baik untuk keperluan. Bendungan digunakan untuk keperluan irigasi, air
minum industri, tempat rekreasi, tempat penampungan limbah, cadangan air minum,
pengendali banjir, perikanan, pariwisata dan olahraga air.

2.1.1 Fungsi Dan Manfaat Bendungan


Menurut Sarono dkk (2007) terdapat beberapa fungsi dan manfaat bendungan yaitu
sebagai berikut:
1. Irigasi
Pada saat musim hujan, air hujan yang turun di daerah tangkapan air sebagian besar
akan ditampung sehingga pada musim kemarau air yang tertampung tersebut dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai irigasi lahan pertanian.
2. Penyediaan Air Baku
Waduk selain sebagai sumber untuk pengairan persawahan juga dimanfaatkan
sebagai bahan baku air minum dimana daerah perkotaan sangat langka dengan air
bersih.
3. Sebagai PLTA
Dalam menjalankan fungsinya sebagai PLTA, waduk dikelola untuk mendapatkan
kapasitas listrik yang dibutuhkan. Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) adalah suatu
sistem pembangkit listrik yang biasanya terintegrasi dalam bendungan dengan
memanfaatkan energi mekanis aliran air untuk memutar turbin, diubah menjadi
energi listrik melalui generator.
4. Pengendali Banjir
Pada saat musim hujan, air hujan yang turun di daerah tangkapan air sebagian besar
akan mengalir ke sungai-sungai yang pada akhirnya akan mengalir ke hilir sungai
yang tidak jarang mengakibatkan banjir di kawasan hilir sungai tersebut, apabila
kapasitas tampung bagian hilir sungai tidak memadai. Dengan dibangunnya

Halaman
2
bendungan-bendungan di bagian hulu sungai maka kemungkinan terjadinya banjir
pada musim hujan dapat dikurangi dan pada musim kemarau air yang tertampung
tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain untuk pembangkit
listrik tenaga air, untuk irigasi lahan pertanian, untuk perikanan, untuk pariwisata dan
lain-lain.
5. Perikanan
Untuk mengganti mata pencaharian para penduduk yang tanahnya digunakan untuk
pembuatan waduk dari mata pencaharian sebelumnya beralih ke dunia perikanan
dengan memanfaatkan waduk untuk peternakan ikan di dalam jaring-jaring apung
atau karamba-karamba.
6. Pariwisata dan Olahraga Air
Dengan pemandangan yang indah waduk juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat
rekreasi dan selain tempat rekreasi juga dimanfaatkan sebagai tempat olahraga air
maupun sebagai tempat latihan para atlet olahraga air.

2.1.2 Jenis-Jenis Bendungan


Satu bendungan dapat dipandang dari beberapa segi yang masing-masing menghasilkan
tipe yang berbeda-beda. Maka pembagian tipe bendungan dapat dipandang dari 7
keadaan yaitu:
1. Bendungan Berdasarkan Ukuran
Berdasarkan ukuranya, terdapat dua jenis bendungan yaitu:
 Bendungan Besar (Large Dams)
Menurut International Commission On Large Dams (ICOLD) definisi bendungan
besar yaitu:
 Bendungan yang tingginya lebih dari 10 m, diukur dari bagian bawah fondasi
sampai puncak bendungan.
 Panjang puncak bendungan tidak kurang dari 500 m/
 Kapasitas waduk yang terbentuk tidak kurang dari 1 juta meter kubik.
 Debit banjir maksimum yang diperhitungkan tidak kurang dari 2.000m 3/detik.
 Bendungan Kecil (Small Dams)
Semua bendungan yang tidak memiliki syarat sebagai bendungan besar ( Large
Dams).
2. Bendungan Berdasarkan Tujuan Pembangunan
Berdasarkan tujuan pembangunannya terdapat dua jenis bendungan yaitu:

Halaman
3
 Bendungan dengan tujuan tunggal (single purpose dams) adalah bendungan yang
dibangun untuk memenuhi satu tujuan saja misalnya untuk PLTA, irigasi,
pengendalian banjir dan kebutuhan lain.
 Bendungan serba guna (multi purpose dams) adalah bendungan yang dibangun
untuk memenuhi beberapa tujuan, misalnya PLTA dan irigasi, pariwisata dan
perikanan, irigasi dan pengendalian banjir dan lain-lain.
3. Bendungan Berdasarkan Penggunaannya
Berdasarkan penggunaannya terdapat tiga jenis bendungan yaitu:
 Bendungan membentuk waduk (storage dams) adalah bendungan yang dibangun
untuk membentuk waduk guna menyimpan air pada waktu kelebihan agar dapat
dipakai pada waktu diperlukan.
 Bendungan penangkap atau pembelok air ( diversion dams) adalah bendungan
yang dibangun agar permukaan air lebih tinggi sehingga dapat mengalir masuk
kedalam saluran air atau terowongan air.
 Bendungan untuk memperlambat air (distension dams) adalah bendungan yang
dibangun untuk memperlambat air sehingga dapat mencegah terjadinya banjir.
4. Bendungan Berdasarkan Jalannya Air
Berdasarkan jalannya air terdapat dua jenis bendungan yaitu:
 Bendungan untuk dilewati air ( overflow dams) adalah bendungan yang dibangun
untuk dilewati air misalnya pada bangunan pelimpas (spillway).
 Bendungan untuk menahan air (non overflow dams) adalah bendungan yang sama
sekali tidak boleh dilewati air. Biasanya dibangun berbatasan dan biasanya terbuat
dari beton, pasangan batu, atau pasangan bata.
5. Bendungan Berdasarkan Konstruksinya
Berdasarkan konstruksinya terdapat tiga jenis bendungan yaitu:
 Bendungan urugan (fill type dam) adalah bendungan yang dibangun dari hasil
penggalian bahan tanpa bahan tambahan lain yang bersifat campuran secara
kimia, jadi betul-betul bendungan asli.

Halaman
4
Gambar 2.1 Tipe Bendungan Urugan

 Bendungan beton (concreate dam) adalah bendungan yang dibuat dengan


kontruksi beton dengan tulang maupun tidak. Ada 4 tipe bendungan beton:
 Bendungan beton berdasarkan berat sendiri ( concrete gravity dam) adalah
bendungan beton yang direncanakan untuk menahan beban dan gaya yang
bekerja padanya hanya berdasar atas berat sendiri.
 Bendungan beton dengan penyangga ( concrete buttressdam) adalah
bendungan beton yang mempunyai penyangga untuk menyalurkan gaya-gaya
yang bekerja padanya. Banyak dipakai apabila sungainya sangat lebar dan
geologinya baik.
 Bendungan beton berbentuk lengkung atau busur (concretearch dam) adalah
bendungan beton yang direncanakan untuk menyalurkan gaya yang bekerja
padanya melalui pangkal tebing (abutment) kirid an kanan bendungan.
 Bendungan beton kombinasi (combination concrete dam atau mixed type
concretedam) adalah kombinasi lebih dari satu tipe bendungan. Apabila suatu
bendungan beton berdasar berat sendiri berbentuk lengkung disebut concrete
archgravity dam dan kemudian apabila bendungan beton merupakan gabungan
beberapa lengkung, maka disebut concrete multiple arch dam.

Halaman
5
6. Bendungan Berdasarkan Fungsi
Berdasarkan fungsinya terdapat beberapa jenis bendungan yaitu:
 Bendungan pengelak pendahuluan (primary coffer dam) adalah bendungan yang
pertama-tama dibangun di sungai pada debit air rendah agar lokasi rencana
bendungan pengelak menjadi kering yang memungkinkan pembangunan secara
teknis.
 Bendungan pengelak (coffer dam) adalah bendungan yang dibangun sesudahs
elesainya bendunga npengelak pendahuluan sehingga lokasir encana bendungan
utama menjadi kering yang memungkinkan pembanguna secara teknis.
 Bendungan utama (main dam) adalah bendungan yang dibangun untuk satu atau
lebih tujuan tertentu.
 Bendungan (highlevel dam) adalah bendungan yang terletak di sisi kiri atau kanan
bendungan utama yang tinggi puncaknyajuga sarna
 Bendungan di tempat rendah (sadlle dam) adalah bendungan yang terletak di tepi
waduk yang jauh dari bendungan utama yang dibangun untuk mencegah
keluarnya air dari waduk sehingga air waduk tidak mengalir kedaerah sekitarnya.
 Tanggul adalah bendungan yang terletak di sisi kiri atau kanan bendungan utama
dan di tempat yang dari bendungan utama yang tingginya maksimum 5 meter
dengan panjang mercu maksimum 5 kali tingginya.
 Bendungan limbah industri (industrial waste dam) adalah bendungan yang terdiri
atas timbunan secara bertahap untuk menahan limbah yang berasal dari industri.
 Bendungan pertambangan (main tailing dam) adalah bendungan yang terdiri atas
timbunan secara bertahap untuk menahan hasil galian pertambangan dan bahan
pembuatannya berasal dari hasil galian pertambangan itu.

2.2 Pengertian Waduk

Waduk atau reservoir (etimologi: réservoir dari bahasa Perancis berarti “gudang") adalah
danau alam atau danau buatan, kolam penyimpan atau pembendungan sungai yang
bertujuan untuk menyimpan air. Waduk dapat dibangun di lembah sungai pada saat
pembangunan sebuah bendungan atau penggalian tanah atau teknik konstruksi
konvensional seperti pembuatan tembok atau menuang beton. Istilah “reservoir” dapat
juga digunakan untuk menjelaskan penyimpanan air di dalam tanah seperti sumber air di
bawah sumur minyak atau sumur air.

Halaman
6
2.2.1 Jenis Waduk
1. Waduk Lembah  Bendungan juga dibangun di lembah dengan memanfaatkan
topografinya dan mendapatkan air untuk waduk. Bagian pinggir lembah
dimanfaatkan sebagai tembok dan bendungannya terletak di bagian yang paling
sempit, yang biasanya memberikan kekuatan lebih besar dengan biaya yang lebih
rendah. Di banyak tempat, pembangunan waduk lembah melibatkan pemindahan
penduduk dan artifak bersejarah, seperti misalnya pemindahan kuil Abu Simbel saat
pembangunan Bendungan Aswan.
Pembangunan waduk lembah juga melibatkan pemecahan sungai saat prosesnya,
biasanya dengan membangun terowongan atau saluran khusus. Di wilayah berbukit,
bendungan biasanya dibangun dengan memperluas danau yang sudah ada. Bila
topografi lokasinya kurang cocok untuk waduk besar, beberapa waduk kecil biasanya
dibangun dan dibikin rantai seperti lembah Sungai Taff ketika tiga waduk, Waduk
Llwyn-on, Waduk Cantref, dan Waduk Beacons.
2. Waduk Sisi Sungai  Waduk sisi sungai dibangun dengan memompa air dari
sungai. Waduk seperti ini biasanya dibangun melalui eskavasi dan konstruksi pada
bagian tanggul yang biasanya mencakup lebih dari 6 km. Air yang disimpan di waduk
seperti ini biasanya diendapkan selama beberapa bulan agar kontaminanan dan
tingkat kekeruhannya berkurang secara alami.
3. Waduk Pelayanan  Waduk pelayanan adalah waduk yang dibangun dekat
dengan titik distribusi, dengan air yang sudah disterilkan dan dibersihkan. Waduk
pelayanan biasanya dibangun berbentuk menara air yang dibangun di atas pilar
beton di wilayah datar. Beberapa lainnya dibangun di bawah tanah, terutama untuk
waduk pelayanan di negara-negara yang dipenuhi bukit atau pegunungan.

2.2.2 Fungsi Waduk


1. Penyedia Air Langsung  Banyak sungai yang dibendung dan kebanyakan bagian
sisi waduk digunakan untuk menyediakan pakan air baku instalasi pengolahan air
yang mengirim air minum melalui pipa-pipa air. Waduk tidak hanya menahan air
sampai tingkat yang dibutuhkan, waduk juga dapat menjadi bagian pertama dalam
proses pengolahan air. Waktu ketika air ditahan sebelum dikeluarkan dikenal sebagai
waktu retensi. Ini merupakan salah satu fitur desain yang memudahkan partikel dan
endapan lumpur untuk mengendap seperti ketika melakukan perawatan biologi alami
menggunakan alga, bakteri, dan zooplankton yang hidup secara alami dengan air.

Halaman
7
Namun, proses alami limnologis dalam danau beriklim sedang menghasilkan
stratifikasi suhu di dalam badan air yang cenderung membagi kedalam beberapa
elemen seperti mangan dan fosfor kedalam air anoxic dingin selama bulan musim
panas. Dalam musim gugur dan musim dingin danau menjadi bercampur lagi secara
penuh. Selama kondisi kekeringan, danau kadang perlu menarik ke bawah air dingin
dan terutama meningkatkan kadar mangan yang menyebabkan masalah dalam
pengolahan air.
2. Hidroelektrisitas  Sebuah waduk membangkitkan hidroelektrisitas termasuk
turbin air yang terhubung dengan penahan badan air dengan pipa berdiameter besar.
Turbin ini membangkitkan perangkat yang mungkin berada pada dasar bendungan
atau lainnya yang jauh jaraknya. Beberapa waduk menghasilkan hidroelektrisitas
menggunakan pompa yang diisi ulang seperti waduk tingkat tinggi yang diisi dengan
air menggunakan pompa elektrik berkinerja tinggi pada waktu kerika permintaann
listrik rendah dan kemudian menggunakan air yang tersimpan untuk membangkitkan
elektrisitas dengan melepas air yang tersimpan kedalam waduk tingkat rendah ketika
permintaan listrik tinggi. Sistem seperti ini disebut skema pump-storage.
3. Kontrol Sumber Daya Air  Waduk bisa digunakan dengan berbagai cara untuk
mengontrol aliran air melalui saluran ke hilir.
 Suplai air ke hilir - Air bisa dilepaskan dari waduk yang lebih tinggi sehingga bisa
disaring menjadi air minum di daerah yang lebih rendah, kadang bahkan ratusan
mil lebih rendah dari waduk tersebut.
 Irigasi - Air di waduk untuk irigasi bisa dialirkan ke jaringan sejumlah kanal untuk
fungsi pertanian atau sistem pengairan sekunder. Irigasi juga bisa didukung oleh
waduk yang mempertahankan aliran air yang memungkinkan air diambil untuk
irigasi di bagian yang lebih rendah dari sungai.
 Kontrol banjir - juga dikenal sebagai atenuasi atau penyeimbangan waduk, waduk
sebagai pengendali banjir mengumpulkan air saat terjadi curah hujan tinggi, dan
perlahan melepaskannya selama beberapa minggu atau bulan. Beberapa dari
waduk seperti ini dibangun melintang tehadap aliran sungai dengan aliran air
dikontrol melalui orrifice plate. Saat aliran sungai melewati kapasitas orrific plate di
belakang waduk, air akan berkumpul di dalam waduk. Namun saat aliran air
berkurang, air di dalam waduk akan dilepaskan secara perlahan sampai waduk
tersebut kembali kosong. Dalam beberapa kasus waduk hanya berfungsi beberapa
kali dalam satu dekade dan lahan di dalam waduk akan difungsikan sebagai
tempat rekreasi dan berkumpulnya komunitas. Generasi baru dari bendungan

Halaman
8
penyeimbang dikembangkan untuk mengatasi konsekuensi perubahan iklim, yang
disebut Flood Detention Reservoir (waduk penahan banjir). Karena waduk seperti
ini bisa menjadi kering dalam waktu yang sangat lama, maka bagian intinya yang
terbuat dari tanay liat terpengaruh dan mengurangi kekuatan strukturnya. Karena
itu kini mulai dikembangkan penggunaan material daur ulang untuk menggantikan
tanah liat.
 Kanal-kanal - Di tempat-tempat yang tidak memungkinkan aliran air alami
dialirkan ke kanal, waduk dibangun untuk menjamin ketersediaan air ke sungai.
Contohnya saat kanal dibangun memanjat melintasi barisan perbukitan untuk
sarana transportasi lock.
 Rekreasi - Air bisa dilepaskan dari waduk untuk menciptakan atau meperkuat air
bersih untuk olahraga kayak ataupun olahraga air lainnya. Di sungai yang dipenuhi
salmon seperti di Inggris, air secara khusus dilepaskan untuk mendorong aktivitas
migrasi ikan dan menghasilkan variasi ikan bagi para pemancing.
4. Penyeimbang Aliran  Waduk bisa digunakan untuk menyeimbangkan aliran air di
tempat yang manajemennya sangat maju, dengan menampung air saat aliran air
deras dan melepaskannya kembali saat aliran melambat. Untuk bisa menjalankan
fungsi ini tanpa campur tangan pompa, waduk membutuhkan pengendalian secara
hati-hati melalui pintu air di bendungan.
Saat badai besar datang, petugas waduk akan menghitung volume air yang akan
bertambah selama badai ke waduk. Jika badai diramalkan akan melewati kapasitas
waduk, air akan segera dilepaskan perlahan sebelum dan selama badai. Jika
pengaturan dilakukan dengan akurat, maka badai besar tidak akan membuat waduk
meluap dan daerah hilir tidak akan mengalami kerusakan besar akibat banjir.
Perkiraan cuaca yang akurat sangat dibutuhkan agar petugas waduk bisa membuat
perencanaan yang tepat untuk mengosongkan waduk saat hujan lebat terjadi. Dalam
Banjir Queensland 2010-2011, petugas waduk menyalahkan perkiraan cuaca.
Contoh waduk yang manajemennya cukup maju adalah Burrendong Dam di Australia
dan Llyn Tegid di North Wales. Llyn Tegid adalah danau alami yang ketinggian
permukaan airnya ditingkatkan dengan dinding rendah dan diisi dengan aliran Sungai
Dee atau dilepaskan tergantung kondisi sebagai bagian dari pengaturan Sungai Dee.
Mode operasi seperti ini adalah bentuk dari sistem kapasitansi hidrolis dari sungai
tersebut.
5. Rekreasi  Badan air yang tercipta karena waduk seringkali bisa memfasilitasi
rekreasi seperti pemancingan, kapal boat, dan aktivitas lainnya. Aturan-aturan khusus

Halaman
9
bisa diterapkan untuk alasan keamanan dan melindungi kualitas air dan ekologi di
daerah sekitarnya. Banyak waduk kini mendukung dan mendorong rekreasi yang
lebih informal dan tidak terlalu berstrukur seperti sejarah alam, pengamatan burung,
lukisan lanskap, jalan kaki dan hiking, serta juga sering memberikan papan informasi
dan materi interpretasi untuk penggunaan manfaat secara lebih bertanggung jawab.

2.3 Pengertian Ekowisata

Ekowisata adalah kegiatan wisata yang bersifat khas. Dalam hal ini hanya kegiatan yang
mengandung unsur “eco” saja yang dapat dikelompokkan ke dalam ekowisata, yaitu
memperhatikan aspek ekologis, ekonomi dan persepsi masyarakat, bahkan secara khusus
ada ahli yang yang mengatakan bahwa kegiatan ekowisata ini mesti melibatkan unsur
pendidikan.
Ekowisata merupakan salah satu bentuk wisata alternatif yang bukan semata-mata
memberikan wisatawan hiburan dari alam lingkungan tetapi juga diharapkan wisatawan
dapat berpartisipasi langsung untuk mengembangkan konservasi lingkungan sekaligus
pemahaman yang mendalam tentang seluk beluk lingkungan tersebut sehingga
membentuk suatu kesadaran bagaimana harus bersikap untuk melestarikan wilayah
tersebut dimasa kini dan masa yang akan datang. Wisata alam juga merupakan jenis
wisata yang memanfaatkan keindahan dan kekayaan alam secara langsung maupun tidak
langsung. Kegiatan langsung diantaranya tracking, bersepeda dan lain-lain. Kegiatan tidak
langsung seperti piknik menikmati keindahan alam dan melihat-lihat flora dan fauna (Siti
Nurisyah dalam Lewaherilla, 2002).
Yoeti (2000) menyebutkan, bahwa ekowisata adalah suatu jenis pariwisata yang
berwawasan lingkungan dengan aktifitas melihat, menyaksikan, mempelajari, mengagumi
alam, flora dan fauna, sosial budaya etnis setempat dan wisatawan yang melakukannya
ikut membina kelestarian lingkungan alam di sekitarnya dengan melibatkan penduduk
lokal. Selanjutnya disebutkan pula bahwa pada dasarnya ekowisata dalam
penyelenggaraannya dilakukan dengan kesederhanaan, memelihara keaslian alam dan
lingkungan, memelihara keaslian seni dan budaya, adat istiadat, kebiasaan hidup,
menciptakan ketenangan, kesunyian, memelihara flora dan fauna, serta terpeliharanya
lingkungan hidup sehingga tercipta keseimbangan antara kehidupan manusia dengan
alam sekitarnya. Konsep wisata alam didasarkan pada pemandangan dan keunikan alam,
karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya dan karakteristik masyarakat sebagai
kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah.

Halaman
10
Definisi-definisi di atas menunjukkan bahwa para ahli, akademisi, maupun praktisi
ekowisata belum memiliki kesepakatan bulat tentang rumusan atau definisi ekowisata.
Namun demikian, terdapat prinsip-prinsip ekowisata yang terdiri dari 8 prinsip utama yang
bisa dijadikan pegangan, antara lain:
1. Memiliki fokus area natural (natural area focus) yang memungkinkan wisatawan
memiliki peluang untuk menikmati alam secara personal serta langsung.
2. Menyediakan interpretasi atau jasa pendidikan yang memberikan peluang kepada
wisatawan untuk menikmati alam sehingga mereka menjadi lebih mengerti, lebih
mampu mengapresiasi serta lebih menikmati.
3. Kegiatan terbaik yang dapat dilakukan dalam rangka keberlanjutan secara ekologis.
4. Memberikan kontribusi terhadap konservasi alam dan warisan budaya.
5. Memberikan kontribusi secara kontinyu terhadap masyarakat lokal.
6. Menghargai serta peka terhadap nilai-nilai budaya yang ada di wilayah tersebut.
7. Secara konsisten memenuhi harapan konsumen.
8. Dipasarkan serta dipromosikan dengan jujur serta akurat sehingga kenyataanya
sesuai dengan harapan.

2.4 Kebijakan Nasional


2.4.1 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Yang
dimaksud dengan “Penataan ruang” adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
A. Perencanaan Tata Ruang
Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola
ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang, dilakukan untuk
menghasilkan:
1. Rencana Umum Tata Ruang
Rencana umum tata ruang secara berhierarki terdiri atas:
 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi; dan
 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota.
2. Rencana Rinci Tata Ruang
Rencana rinci tata ruang disusun sebagai perangkat operasional rencana umum tata
ruang terdiri atas:

Halaman
11
 Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan dan rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Nasional disusun apabila rencana umum tata ruang belum dapat dijadikan dasar
dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
dan/atau rencana umum tata ruang mencakup wilayah perencanaan yang luas dan
skala peta dalam rencana umum tata ruang tersebut memerlukan perincian
sebelum dioperasionalkan.
 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi disusun apabila rencana umum
tata ruang belum dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang
dan pengendalian pemanfaatan ruang dan/atau rencana umum tata ruang
mencakup wilayah perencanaan yang luas dan skala peta dalam rencana umum
tata ruang tersebut memerlukan perincian sebelum dioperasionalkan.
 Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota dan Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Kabupaten/Kota dijadikan dasar bagi penyusunan peraturan zonasi.
B. Pemanfaatan Ruang
Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta
pembiayaannya. Dilakukan melalui pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta
pembiayaannya baik pemanfaatan ruang secara vertikal maupun pemanfaatan ruang di
dalam bumi. Program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya termasuk jabaran dari
indikasi program utama yang termuat di dalam rencana tata ruang wilayah. Pelaksanaan
pemanfaatan ruang di wilayah disinkronisasikan dengan pelaksanaan pemanfaatan ruang
wilayah administratif sekitarnya.
C. Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.
Dimaksudkan agar pemanfaatan ruang dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang, dan
dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan
disinsentif, serta pengenaan sanksi.
Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah
administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan meliputi:
1. Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atas sistem wilayah dan sistem internal
perkotaan.
2. Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri atas kawasan lindung dan
kawasan budi daya.

Halaman
12
3. Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif terdiri atas penataan ruang
wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang wilayah
kabupaten/kota.
4. Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan
perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan.
5. Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri atas penataan ruang
kawasan strategis nasional, penataan ruang kawasan strategis provinsi, dan penataan
ruang kawasan strategis kabupaten/kota.
Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur pemanfaatan ruang dan unsur-
unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai dengan rencana
rinci tata ruang. Peraturan zonasi berisi ketentuan yang harus, boleh, dan tidak boleh
dilaksanakan pada zona pemanfaatan ruang yang dapat terdiri atas ketentuan tentang
amplop ruang (koefisien dasar ruang hijau, koefisien dasar bangunan, koefisien lantai
bangunan, dan garis sempadan bangunan), penyediaan sarana dan prasarana, serta
ketentuan lain yang dibutuhkan untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif,
dan berkelanjutan.

2.4.2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya Air


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air yang
dimaksud dengan “Sumber Daya Air” adalah air, sumber air, dan daya air yang
terkandung di dalamnya. Pengelolaan Sumber Daya Air dilakukan berdasarkan asas:
1. Kemanfaatan umum;
2. Keterjangkauan;
3. Keadilan;
4. Keseimbangan;
5. Kemandirian;
6. Kearifan lokal;
7. Wawasan lingkungan;
8. Kelestarian;
9. Keberlanjutan;
10. Keterpaduan dan keserasian; dan
11. Transparansidan akuntabilitas.

Halaman
13
Pendayagunaan sumber daya air ditujukan untuk memanfaatkan sumber daya air secara
berkelanjutan dengan prioritas utama untuk pemenuhan air bagi kebutuhan pokok sehari-
hari masyaralat meliputi:
1. Air permukaan pada mata air, sungai, danau, waduk, rawa, dan sumber air
permukaan lainnya;
2. Air tanah pada Cekungan Air Tanah;
3. Air hujan; dan
4. Air laut yang berada di darat.

Pendayagunaan sumber daya air dilakukan melalui kegiatan:


1. Penatagunaan sumber daya air
Penatagunaan sumber daya air pada air permukaan ditujukan untuk menentukan
zona pemanfaatan ruang pada sumber air dan peruntukan air pada sumber air
dilakukan dengan:
 Zona untuk fungsi lindung dan budi daya;
 Menggunakan dasar hasil penelitian dan pengukuran secara teknis hidrologis;
 Memperhatikan ruang sumber air yang dibatasi oleh garis sempadan sumber air;
 Memperhatikan kepentingan berbagai jenis pemanfaatan;
 Melibatkan peran masyarakat sekitar dan pihak lain yang berkepentingan; dan
 Memperhatikan fungsi kawasan.
2. Penyediaan sumber daya air
Penyediaan sumber daya air, baik air permukaan maupun air tanah ditujukan untuk
menyediakan atau meningkatkan ketersediaan sumber daya air guna memenuhi
berbagai keperluan sesuai dengan kualitas dan kuantitas.
3. Penggunaan sumber daya air
Penggunaan surnber daya air, baik air permukaan maupun air tanah ditujukan untuk
pemanfaatan sumber daya air dan prasarananya sebagai media dan/atau materi
sesuai dengan penatagunaannya.
4. Pengembangan sumber daya air
Pengembangan sumber daya air, baik air permukaan maupun air tanah ditujukan
untuk peningkatan kemanfaatan fungsi sumber daya air guna memenuhi kebutuhan
air, daya air, dan/atau sumber air untuk rumah tangga, irigasi/pertanian, industri,
pertambangan, ketenagaan, perhubungan/ transportasi air, pertahanan, olahraga,
dan pariwisata serta untuk berbagai keperluan lainnya. peningkatan kemanfaatan
fungsi sumber daya air, antara lain, melalui modifikasi cuaca dan pembangunan

Halaman
14
prasarana sumber daya air, misalnya bendung, waduk, bangunan penangkap air,
sistem penyediaan air minum, dan jaringan irigasi.

Penggunaan sumber daya air untuk kebutuhan usaha diselenggarakan berdasarkan


rencana penyediaan air dan/atau zona pemanfaatan ruang pada sumber air yang terdapat
dalam rencana pengelolaan sumber daya air dengan melibatkan para pemangku
kepentingan terkait. Penyediaan sumber daya air untuk penggunaan sumber daya air
untuk kebutuhan usaha misalnya adalah penyediaan air untuk perusahaan daerah air
minum, perusahaan minuman dalam kemasan, pembangkit listrik tenaga air, olahraga
arung jeram, dan sebagai bahan pembantu proses produksi, seperti air untuk sistem
pendingin mesin (water cooling system atau air untuk pencucian hasil eksplorasi bahan
tambang.
Yang dimaksud dengan "zona pemanfaatan ruang pada sumber air" adalah ruang pada
sumber air (waduk, danau, rawa, sungai, atau Cekungan Air Tanah) yang dialokasikan,
baik sebagai fungsi lindung maupun fungsi budi daya. Misalnya, membagi permukaan
suatu waduk, danau, rawa, atau sungai ke dalam berbagai zona pemanfaatan, antara
lain, ruang yang dialokasikan untuk budi daya perikanan, penambangan bahan galian
golongan C, transportasi air, olahraga air dan pariwisata, pelestarian unsur lingkungan
yang unik atau dilindungi, dan/atau pelestarian cagar budaya.
Penentuan zona pemanfaatan ruang pada sumber air bertujuan untuk mendayagunakan
fungsi/potensi yang terdapat pada sumber air yang bersangkutan secara berkelanjutan,
baik untuk kepentingan generasi sekarang maupun yang akan datang. Dalam penetapan
zona pemanfaatan ruang pada sumber air, selain untuk menentukan dan memperjelas
batas tiap-tiap zona pemanfaatan, termasuk juga ketentuan, persyaratan, atau kriteria
pemanfaatan dan pengendaliannya.
Penggunaan sumber daya air untuk kebutuhan usaha dapat berupa:
1. Sumber daya air sebagai media
Penggunaan sumber daya air sebagai media, misalnya adalah Penggunaan Sumber
Daya Air untuk transportasi, pembangkit tenaga listrik, arung jeram, olahraga,
pariwisata, dan perikanan budi daya pada Sumber Air.
2. Air dan daya air sebagai materi
Penggunaan air dan daya air sebagai materi untuk kebutuhan usaha, baik berupa
produk air maupun berupa produk bukan air meliputi:

Halaman
15
 Penggunaan air baku sebagai bahan baku produksi, seperti usaha air minum yang
dikelola badan usaha milik daerah, usaha air minum dalam kemasan, dan usaha
minuman dalam kemasan lainnya;
 Penggunaan Air baku sebagai salah satu unsur atau unsur utama dari kegiatan
suatu usaha, seperti usaha makanan, usaha perhotelan, usaha perkebunan, usaha
industri (misalnya untuk membantu proses produksi, seperti Air untuk sistem
pendingin mesin), atau kegiatan usaha lain.

3. Sumber air sebagai media


Yang dimaksud dengan "penggunaan Sumber Air sebagai media" misalnya adalah
penggunaan Sumber Air untuk:
 Konstruksi pada sumber air yang dapat berupa konstruksi jembatan, jaringan
perpipaan, dan jaringan kabel listrik/telepon;
 Tempat budi daya pertanian semusim atau budi daya ikan pada bantaran sungai;
dan
 Tempat budi daya tanaman tahunan pada sabuk hijau danau, embung, dan
waduk.
4. Air, sumber air, dan/atau daya air sebagai media dan materi
Yang dimaksud dengan "penggunaan air, sumber air, dan/atau daya air sebagai
media dan materi" dapat berupa eksplorasi, eksploitasi, dan pemurnian bahan
tambang dari sumber air.

2.4.3 Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 9 Tahun


2022 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Nomor 71 Tahun 2021 tentang Perubahan Daftar Proyek
Strategis Nasional
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan
Proyek Strategis Nasional sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 9 Tahun 2022 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 71 Tahun
2021 tentang Perubahan Daftar Proyek Strategis Nasional Bendungan Bener merupakan
salah satu proyek yang masuk ke dalam daftar proyek strategis nasional dalam sektor
bendungan dan irigasi yang berlokasi di Provinsi Jawa Tengah.

Halaman
16
2.4.4 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 6
Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 27/PRT/M/2015 tentang
Bendungan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 6 Tahun
2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
Nomor 27/PRT/M/2015 tentang Bendungan yang dimaksud dengan Bendungan adalah
bangunan yang berupa urukan tanah, urukan batu, dan beton, yang dibangun selain
untuk menahan dan menampung air, dapat pula dibangun untuk menahan dan
menampung limbah tambang, atau menampung lumpur sehingga terbentuk waduk.
Sedangkan waduk adalah wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya
bendungan.
Pengelolaan bendungan beserta waduknya untuk pengelolaan sumber daya air ditujukan
untuk menjamin:
1. kelestarian fungsi dan manfaat bendungan beserta waduknya;
2. efektivitas dan efisiensi pemanfaatan air; dan
3. keamanan bendungan.

Pengelolaan bendungan beserta waduknya dapat berupa tahapan:


1. operasi dan pemeliharaan;
2. perubahan atau rehabilitasi; dan
3. penghapusan fungsi bendungan.

Kegiatan pengelolaan dilaksanakan pada bendungan beserta waduknya termasuk daerah


sempadan waduk, pengelolaan diselenggarakan melalui kegiatan:
1. pelaksanaan rencana pengelolaan;
2. operasi dan pemeliharaan;
3. konservasi sumber daya air pada waduk;
4. pendayagunaan waduk;
5. pengendalian daya rusak air melalui pengendalian bendungan beserta waduknya; dan
6. penghapusan fungsi bendungan.

Konservasi sumber daya air pada waduk untuk pengelolaan sumber daya air ditujukan
untuk menjaga kelangsungan keberadaan, daya dukung, daya tampung, dan fungsi

Halaman
17
sumber daya air pada waduk. Untuk mencapai tujuan konservasi sumber daya air pada
waduk dilakukan kegiatan:
1. perlindungan dan pelestarian waduk;
2. pengawetan air; dan
3. pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.

Perlindungan dan pelestarian waduk bertujuan untuk menjaga waduk agar terpelihara
keberadaan, keberlanjutan serta menjaga fungsi waduk terhadap kerusakan atau
gangguan yang disebabkan, baik oleh daya alam maupun tindakan manusia. Perlindungan
dan pelestarian waduk dilaksanakan dengan cara menetapkan dan mengelola kawasan
lindung waduk, vegetatif, dan/atau rekayasa teknik sipil melalui pendekatan sosial,
ekonomi, dan budaya masyarakat sekitar. Perlindungan dan pelestarian waduk dilakukan
melalui:

1. pemeliharaan kelangsungan fungsi daerah tangkapan air;


2. pengawasan penggunaan lahan pada daerah tangkapan air;
3. pembuatan bangunan pengendali erosi dan sedimentasi; d. pengendalian
pemanfaatan ruang pada waduk;
4. pengendalian pengolahan tanah pada kawasan hulu waduk;
5. pengaturan daerah sempadan waduk; dan
6. peningkatan kesadaran, partisipasi, dan pemberdayaan pemilik kepentingan dalam
pelestarian waduk dan lingkungannya.

Pengendalian pemanfaatan ruang pada waduk meliputi daerah genangan waduk dan
daerah sempadan waduk. Untuk pengendalian pemanfaatan ruang pada waduk Menteri,
gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya menetapkan:
1. pemanfaatan ruang pada waduk;
2. pengelolaan ruang pada waduk; dan
3. pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang pada waduk.

Pemanfaatan ruang pada daerah genangan waduk hanya dapat dilakukan untuk:
1. kegiatan pariwisata;
2. kegiatan olahraga;
3. budi daya perikanan; dan/atau
4. pembangkit listrik tenaga surya terapung.

Halaman
18
Pemanfaatan ruang pada daerah sempadan waduk hanya dapat dilakukan untuk:
1. kegiatan penelitian;
2. kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan; dan/atau
3. upaya mempertahankan fungsi daerah sempadan waduk.

Pemanfaatan ruang pada daerah genangan waduk dilakukan dengan memperhatikan:


1. keamanan bendungan;
2. fungsi waduk;
3. kondisi sosial, ekonomi, dan budaya setiap daerah; dan
4. daya rusak air.

Penggunaan ruang di daerah sempadan waduk dilakukan dengan memperhatikan:


1. fungsi waduk agar tidak terganggu oleh aktivitas yang berkembang di sekitarnya;
2. kondisi sosial, ekonomi, dan budaya setiap daerah; dan
3. daya rusak air waduk terhadap lingkungannya.

Pemanfaatan ruang pada daerah genangan waduk dan daerah sempadan waduk
dilakukan berdasarkan izin dari Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya setelah mendapat rekomendasi dari unit pelaksana teknis yang
membidangi sumber daya air pada wilayah sungai yang bersangkutan. Menteri, gubernur,
atau bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya menyelenggarakan pengawasan dan
pemantauan pemanfaatan ruang.
Pemanfaatan ruang untuk budi daya perikanan yang menggunakan karamba atau jaring
apung harus berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh Pengelola bendungan. Hasil
kajian paling sedikit meliputi:
1. fungsi sumber air;
2. daya tampung waduk;
3. daya dukung lingkungan; dan
4. tingkat kekokohan atau daya tahan struktur bendungan beserta bangunan
pelengkapnya.
Hasil kajian digunakan sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang untuk
budi daya perikanan dengan menggunakan karamba atau jaring apung.

Halaman
19
2.4.5 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor
28/PRT/M/2015 Tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai Dan Garis
Sempadan Danau
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor
28/PRT/M/2015 Tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai Dan Garis Sempadan Danau
yang dimaksud dengan Danau adalah bagian dari sungai yang lebar dan kedalamannya
secara alamiah jauh melebihi ruas-ruas lain dari sungai yang bersangkutan.
Penetapan garis sempadan sungai dan garis sempadan danau bertujuan agar:
a. fungsi sungai dan danau tidak terganggu oleh aktifitas yang berkembang di
sekitarnya;
b. kegiatan pemanfaatan dan upaya peningkatan nilai manfaat sumber daya yang ada di
sungai dan danau dapat memberikan hasil secara optimal sekaligus menjaga
kelestarian fungsi sungai dan danau; dan
c. daya rusak air sungai dan danau terhadap lingkungannya dapat dibatasi.
Kriteria penetapan garis sempadan danau ialah:
a. Garis sempadan danau ditentukan mengelilingi danau paling sedikit berjarak 50 (lima
puluh) meter dari tepi muka air tertinggi yang pernah terjadi;
b. Muka air tertinggi yang pernah terjadi menjadi batas badan danau;
c. Badan danau merupakan ruang yang berfungsi sebagai wadah air.

Sempadan danau hanya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan tertentu dan bangunan
tertentu meliputi:
a. Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;
b. Pariwisata;
c. Olah raga; dan/atau
d. Aktivitas budaya dan keagamaan.

Bangunan yang berada pada sempadan meliputi:


a. Bangunan prasarana sumber daya air;
b. Jalan akses, jembatan, dan dermaga;
c. Jalur pipa gas dan air minum;
d. Rentangan kabel listrik dan telekomunikasi;
e. Prasarana pariwisata, olahraga, dan keagamaan;
f. Prasarana dan sarana sanitasi; dan

Halaman
20
g. Bangunan ketenagalistrikan.

Selain pembatasan pemanfaatan sempadan danau, pada sempadan danau dilarang


untuk:
a. Mengubah letak tepi danau;
b. Membuang limbah;
c. Menggembala ternak; dan
d. Mengubah aliran air masuk atau ke luar danau.

2.4.6 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 Tentang


Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 Tentang
Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan yang dimaksud dengan
“Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)” adalah panduan rancang bangun suatu
lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang,
penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program
bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi,
ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan
pengembangan lingkungan/kawasan. Penataan bangunan dan lingkungan adalah
kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki,
mengembangkan atau melestarikan bangunan dan lingkungan/ kawasan tertentu sesuai
dengan prinsip pemanfaatan ruang dan pengendalian bangunan gedung dan lingkungan
secara optimal.

2.5 Kebijakan Daerah

2.5.1 Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 10 Tahun 2021 Tentang


Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Purworejo Tahun 2021-2041
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Purworejo Tahun 2021-2041 pada Bab Ketentuan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten memuat terkait ketentuan umum zonasi pada
jaringan sumber daya air, dan dan ketentuan khusus kawasan sekitar bendungan atau
wadukyang mengatur mengenai kegiatan yang diperbolehkan, kegiatan yang
diperbolehkan bersyarat, dan kegiatan yang tidak diperbolehkan yaitu:

Halaman
21
A. Ketentuan Umum Zonasi Sistem Jaringan Sumber Daya Air Dengan
Ketentuan:
1. diperbolehkan memanfaatkan ruang sekitar jaringan sumber daya air untuk kegiatan
yang mendukung pelestarian sumber daya air dan pengendalian daya rusak air;
2. diperbolehkan bersyarat memanfaatkan ruang sekitar jaringan sumber daya air untuk
kegiatan pemanfaatan sumber daya air dan budidaya sesuai peruntukan dengan
mematuhi garis sempadan, menjaga kelestarian lingkungan dan fungsi kawasan;
3. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan ruang di badan air untuk jaringan irigasi,
pengendali banjir, jaringan air baku, wisata air, pertambangan, perikanan, dan
ketenagalistrikan dengan mempertimbangkan kelestarian sumber daya air;
4. diperbolehkan bersyarat penempatan jaringan prasarana dan utilitas;
5. tidak diperbolehkan alih fungsi lahan yang memiliki fungsi lindung di sekitar jaringan
sumber daya air;
6. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan di atas badan air kecuali untuk
peningkatan pengelolaan prasarana sumber daya air;
7. intensitas pemanfaatan ruang di sekitar jaringan sumber daya air dibatasi untuk
kegiatan dengan intensitas rendah sampai dengan sedang; dan
8. pemanfaatan ruang di sekitar jaringan sumber daya air harus didukung dengan
tersedianya prasarana dan sarana minimum berupa bangunan pengendali daya rusak
air
B. Ketentuan Umum Zonasi Kawasan Sekitar Bendungan atau Waduk Dengan
Ketentuan:
1. diperbolehkan untuk ruang terbuka hijau, kegiatan olahraga, kegiatan pariwisata,
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, aktivitas budaya dan
keagamaan, pembangunan sarana dan prasarana terbatas untuk pencegahan dan
penanggulangan bencana serta perikanan berkelanjutan tanpa mengurangi fungsi
lindung dan fungsi Bendungan atau Waduk;
2. diperbolehkan bersyarat untuk budi daya tanaman tahunan tertentu yang
produksinya tidak dilakukan dengan cara penebangan pohon, pertanian, perikanan
atau kegiatan lainnya yang secara langsung terkait dengan pemanfaatan sumber air
Bendungan atau Waduk dengan tidak berpotensi merusak fungsi dan lingkungan,
dan/atau mencemari air, kegiatan pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air;
3. diperbolehkan bersyarat dan terbatas untuk kegiatan selain sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b, yang tidak mengganggu fungsi bendungan atau Waduk

Halaman
22
dan fungsi kawasan sekitar Bendungan atau Waduk sebagai kawasan perlindungan
setempat dan serta kualitas lingkungan di kawasan sekitar Bendungan atau Waduk;
4. tidak diperbolehkan untuk kegiatan budi daya yang dapat menurunkan fungsi lindung
kawasan, nilai ekologis, dan estetika kawasan termasuk mendirikan bangunan,
kecuali:
 bangunan prasarana sumber daya air;
 jalan akses, jembatan, dan dermaga;
 jalur pipa migas dan air minum;
 rentangan kabel listrik dan telekomunikasi;
 prasarana pariwisata, olahraga, dan keagamaan;
 prasarana dan sarana sanitasi;
 bangunan ketenagalistrikan; dan
 pertahanan dan keamanan;
5. tidak diperbolehkan untuk kegiatan yang dapat mengubah letak tepi Bendungan atau
Waduk, membuang limbah, menggembala ternak, serta mengubah aliran air masuk
dan ke luar bendungan atau Waduk; dan
6. pemanfaatan ruang pada daerah genangan Waduk dan daerah sempadan Waduk
hanya dapat dilakukan berdasarkan izin dari Menteri, Gubernur, atau Bupati sesuai
dengan kewenangannya setelah mendapat rekomendasi dari unit pelaksana teknis
yang membidangi sumber daya air pada wilayah Bendungan atau Waduk yang
bersangkutan.

2.5.2 Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 22 Tahun 2019 Tentang


Garis Sempadan
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 22 Tahun 2019 Tentang
Garis Sempadan yang dimaksud Garis Sempadan adalah garis batas luar pengamanan
yang ditarik pada jarak tertentu sejajar dengan tepi sungai, tepi saluran kaki tanggul, tepi
waduk, tepi mata air, tepi sungai pasang surut, tepi pantai, as jalan, tepi luar kepala
jembatan dan sejajar sisi ruang manfaat jalur kereta api yang merupakan batas tanah
yang boleh dan tidak boleh didirikan bangunan/dilaksanakannya kegiatan.
Sempadan Waduk adalah luasan lahan yang mengelilingi dan berjarak tertentu dari tepi
badan waduk yang berfungsi sebagai kawasan pelindung waduk. Garis Sempadan Waduk
ditentukan mengelilingi waduk, berjarak 50 (lima puluh) meter dari tepi muka air tertinggi
ke arah darat. Garis sempadan pagar terhadap waduk berjarak 50 (lima puluh) meter dari

Halaman
23
tepi muka air tertinggi ke arah darat. Sedangkan garis sempadan bangunan terhadap
waduk, berhimpit dengan garis sempadan pagar terhadap waduk.

2.5.3 Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 2 Tahun 2011 Tentang


Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo Tahun 2011-2031
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 2 Tahun 2011 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosono Tahun 2011-2031 pada Bab
Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang memuat terkait ketentuan umum zonasi
pada jaringan sumber daya air, dan dan ketentuan khusus kawasan sekitar bendungan
atau wadukyang mengatur mengenai kegiatan yang diperbolehkan, kegiatan yang
diperbolehkan bersyarat, dan kegiatan yang tidak diperbolehkan yaitu:
A. Ketentuan Umum Zonasi Sistem Jaringan Sumber Daya Air Terdiri Atas:
1. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Air Bersih Dengan
Ketentuan:
 diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan sumber air
minum;
 diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan sumber air untuk kebutuhan air minum
wajib memperhatikan kelestarian lingkungan;
 diperbolehkan dengan syarat pembangunan dan pemasangan jaringan primer,
sekunder dan sambungan rumah (SR) yang melintasi tanah milik perorangan wajib
dilengkapi pernyataan tidak keberatan dari pemilik tanah;
 diperbolehkan pembangunan fasilitas pendukung pengolahan air minum yang
diizinkan meliputi kantor pengelola, bak penampungan/reservoir, menara air, bak
pengolahan air dan bangunan untuk sumber energi listrik dengan:
 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) setinggi-tingginya 30% (tiga puluh persen)
 Koefisien Lantai Bangunan (KLB) setinggi-tingginya 0,6 (nol koma enam)
 Sempadan bangunan sekurang-kurangnya sama dengan lebar jalan atau sesuai
dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur dan/atau Surat Keputusan (SK) Bupati
pada jalur-jalur jalan tertentu. Pembangunan dan pemasangan jaringan primer,
sekunder dan sambungan rumah (SR) yang memanfaatkan bahu jalan wajib
dilengkapi izin galian yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang; dan
 tidak diizinkan pembangunan instalasi pengolahan air minum dibangun langsung
pada sumber air baku;
2. Ketentuan Umum Zonasi Untuk Sistem Jaringan Irigasi Dengan Ketentuan:
 diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan irigasi;

Halaman
24
 diperbolehkan mempertegas sistem jaringan yang berfungsi sebagai jaringan
primer, sekunder, tersier, dan kuarter;
 diperbolehkan dengan syarat pengembangan kawasan terbangun yang di
dalamnya terdapat jaringan irigasi wajib dipertahankan secara fisik maupun
fungsional dengan ketentuan menyediakan sempadan jaringan irigasi
sekurangkurangnya 2 (dua) meter di kiri dan kanan saluran; dan
 diperbolehkan dengan syarat pembangunan prasarana pendukung irigasi seperti
pos pantau, pintu air, bangunan bagi dan bangunan air lainnya.
B. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Kawasan Sempadan Waduk
Dengan Ketentuan:
1. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;
2. diperbolehkan dengan syarat radius waduk terhadap bangunan berjarak minimal 50-
100 (lima puluh sampai dengan seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah
darat;
3. tidak diperbolehkan kegiatan pembangunan bangunan fisik atau penanaman tanaman
semusim yang mempercepat proses pendangkalan waduk; dan
4. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan permukiman atau kegiatan lain yang dapat
mengganggu kelestarian daya tampung waduk pada kawasan sempadannya
termasuk daerah pasang surutnya.

Halaman
25

Anda mungkin juga menyukai