PENDAHULUAN
1
Indonesia saat ini tengah gencar-gencarnya membangun infrastruktur seiring
dengan keinginan presiden Indonesia Bapak Ir. H. Joko Widodo untuk mewujudkan
Indonesia yang maju kedepannya dengan membangun dan mengembangkan
infrastruktur seperti bendungan guna memenuhi kebutuhan masyarakat serta
meningkatkan nilai ekonomi dan diharapkan juga dapat mengatasi permasalahan
kekeringan yang selalu dihadapi Indonesia disetiap tahunnya.
Bendungan yang dibuat tidak serta merta hanya ditinjau dari manfaat yang akan
diberikan pada saat bendungan tersebut jadi, namun untuk mendapatkan manfaat
tersebut maka bangunan yang dibuat harus memenuhi syarat-syarat seperti kestabilan
tubuh bendungan, mampu tidaknya memberikan manfaat seperti yang direncanakan,
maupun bagaimana bendungan tersebut dibuat dengan mempertimbangkan aspek-aspek
ekonomis pada saat pelaksanaan pembangunannya. Maka diperlukan bendungan yang
bisa memenuhi hal-hal tersebut sehingga dapat memenuhi manfaat pembangunannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana menentukan alternatif terbaik dalam pemilihan lokasi as
bendungan?
2. Bagaimana tahap-tahap perencanaan bendungan urugan?
3. Bagaimana merancang bendungan yang ekonomis, ipelementatif dan dapat
mengendalikan kekeringan?
4. Bagaimana menghitung dan menganalisa rencana anggaran biaya dalam
perencanaan bendungan.
1.3 Manfaat dan Tujuan
1. Mengetahui cara pemilihan alternatif lokasi as bendungan.
2. Mengetahui tahap- tahap perencanaan bendungan urugan.
3. Mengetahui cara mendesain bendungan yang ekonomis, ipelementatif dan
dapat mengendalikan kekeringan.
Mengetahui cara menghitung dan menganalisa rencana anggaran biaya
dalamperencanaan bendungan.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Drainase
Zona
Gambar 2.2 Bendungan Tirai (front core fill typedam)
2) Bendungan inti miring (inclined core fill type dam) ialah
bendungan zonal yang zone kedap airnya terletak di dalam tubuh
bendungan dan berkedudukan miring kearahhilir.
Zona lulus
Zona
8
Gambar 2.3 Bendungan Inti Miring (inclined core fill type dam)
3) Bendungan inti tegak (central core fill type dam) ialah bendungan
zonal yang zone kedap airnya terletak di dalam tubuh
bendungandengan kedudukanvertikal.
Zonainti
Zona lulus kedap air
air
Zona lulus
Zona transisi
Gambar 2.4 Bendungan Inti Tegak (central core fill type dam)
4) Bendungansekat Pada lereng udik tubuh bendungan dilapisi
dengan sekat tidak lulus air (dengan kekedapan yang tinggi)
seperti lembaran baja tanah karat, beton aspal, lembaran beton
bertulang, hamparan plastik, susunan beton blok, dan lain-lain
9
a. Tinggi Bendungan
Tinggi bendungan adalah jarak dari pondasi hingga permukaan air waduk
pada saat bangunan pelimpah mengalirkan air sebesar kapasitas
perencanaannya, ditambah dengan tinggi jagaan tertentu untuk dorongan angin,
gelombang, tenaga pembekuan es dan gempabumi.
Hd = Hb Hf
Keterangan :
Hd = Tinggi bendungan(m)
Hb = Tinggi tampungan banjir (m)
Hf = Tinggi jagaan(m)
10
Lebar mercu bendungan dicari dengan menggunakan persamaan dari
united states bureau of reclamation (USBR), sebagi berikut:
B = 3.6 x H1/3 – 3
Dengan :
B = lebar puncak bendungan
H = tinggi bendungan total (termasuk jagaan)
d. Perencanaan Lereng Tubuh Bendungan
Lereng sebelah hulu dan hilir bendungan harus tidak mudah longsor, dan
harus stabil dan aman dalam keadaan apapun baik pada waktu waduk kosong,
penuh air, maupun permukaan air turun tiba-tiba.
Rumus untuk kemiringan lereng hulu:
𝑚−k γ’
𝐹𝑠 = 𝑡𝑔 ø > 1.1
1 + k m γ’
Dengan :
m dan n adalah kemiringan lereng hulu dan hilir untuk arah horizontal
’ = Sat/( Sat – 1)
Sat = w . Gs(1 + w)/(1 + e)
Keterangan :
Q inflow : debit aliran masuk (m3/det)
Q outflow : debit aliran keluar(m3/det)
S : tampungan air dalam waduk(m3)
t : waktu sesuai hidrograf banjir(detik)
Sebagai paraeter outflow adalah kapasitas limpasan yang melewati
bangunan pelimpah (spillway) yang dipengaruhi oleh hidrograf mining. Keluaran
dari outflow spillway adalah hidrograf outflow.
Jumlah tampungan dan banyaknya limpasan yang berubah-ubah, maka
periode waktu penelusuran (dt) direncanakan dengan interval waktu yang relatif
kecil (∆t), sehingga persamaan kontinuitas diatas dijabarkan menjadi:
I . ∆t – O . ∆t = S2 – S1
(I1 + I2)/2 . ∆t + S1 – (O1+O2)/2 . ∆t = S2
Keterangan :
S1 :tampungan bendungan pada permulaan waktu t
S2 :tampungan bendungan pada akhir waktu t
I1 :aliran yang masuk pada permulaan waktu t
I2 :aliran yang masuk pada akhir waktut
O1 :airan yang keluar pada permulaan waktu t
O2 :aliran yang keluar pada akhir waktut
12
Persamaan diatas digunakan untuk interval waktu tertentu, bila penelusuran
banjir akan melewati tampungan bendungan, maka persamaan diatas
dikembangkan menjadi:
(I1 + I2)/2 + (S1/t – O1/2) = (S2/t + O2/2)
Jika, S1/t – O1/2 = ψ
Dan S2/t + O2/2 = φ
Keterangan :
ψ : tampungan pertama (m3/det)
φ : tampungan kedua, dipakai sebagai debit outflow (m3/det)
2.4.3 Perencanaan Bangunan Pelimpah
Bangunan pelimpah termasuk bangunan pelengkap artinya bangunan beserta
istalasinya yang memungkinkan beroprasinya bendungan dengan baik, bila
bangunan ini tidak berfungsi, maka akan dapat membahayakan konstruksi
bendungan. Selain itu, bangunan pelimpah bisa diartikan sebagai bangunan
beserta instalasinya untuk mengalirkan air banjir yang masuk ke dalam waduk agar
tidak membahayakan keamanan bendungan.
Pelimpah sendiri dapat dibagi menjadi tiga berdasarkanfungsinya:
1 Pelimpah utama (Q100; Q1000;Qpmf).
2 Pelimpah pembantu (beroperasi bila terjadi banjir yang luar biasa
melebihi Q rencana pelimph utama).
3 Pelimpah darurat (beroperasi bila ada kerusakan pada pelimpah
utama/terjadi banjir yang melebihi kapasitas pelimpah utama dan
pelimpah pembantu). Selanjutnya tipe bangunan pelimpah yang paling
umum dipergunakan pada bendungan urugan, secara detailnya dapat
digambarkan (Sosrodarsono dan Takeda, 1981), sebagai berikut:
13
c. Saluran peluncur
d. Peredam energi
Masing-masing keempat bagian tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-
beda antara lain :
1. Saluran pengarah aliran.
Fungsinya adalah sebagai penuntun dan pengarah aliran agar aliran
tersebut senantiasa dalam kondisi hidrolik yang baik.
2. Saluran pengatur aliran.
Fungsinya adalah sebagai pengatur kapasitas aliran (debit) air yang
melintasi bangunan pelimpah agar kecepatannya kecil tetapi debitnya
besar. Bentuk dan sistem kerja saluran pengatur aliran ini sangat
bermacam-macam disesuaikan dengan ketelitian pengaturan yang
diisyaratkan untuk bagian ini. Beberapa contoh dari bagian pengatur
aliran yang bentuk dan dimensinya diperoleh dari perhitungan-
perhitungan hidrolika yang didasarkan pada rumus- rumus empiris,
sebagai berikut
a) Tipe ambang bebas
14
c) Tipe pelimpah samping
3. Saluran peluncur.
Fungsinya adalah untuk meluncurkan air dengan kecepatan
tinggi (aliran superkritis 1 < Fr < 9).
Dalam persyaratan saluran peluncur harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. Agar air yang melimpah dari saluran pengatur mengalir
dengan lancar tanpa hambatan-hambatanhidrolis.
b. Agar konstruksi saluran peluncur cukup kokoh dan stabil
dalam menampung semua beban yang timbul.
c. Agar biaya konstruksinya diusahakan seekonomis
mungkin. Saluran peluncur dalam perencanaan ini
dibentuk sebagaiberikut:
• Tampak ataslurus.
• Penampang melintang berbentuk segiempat.
• Kemiringan
4. Peredam energi.
Fungsinya adalah mereduksi energi yang terdapat dalam aliran
sehingga tidak terjadi gerusan pada bagian hilir saluran peluncur.
Menurut jenisnya ada peredam energi dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Tipe loncatan (water jumptype)
b. Tipe kolam olakan (stilling basingtype)
c. Tipe bak pusaran (roller buckettype)
Pelimpah memiliki fungsi yaitu mengalirkan air dari daerah genangan ke
sungai/ke kolam olak sedangkan manfaat pelimpah yaitu melimpahkan air yang
berlebihan agar pada saat terjadi banjir besar tidak terjadi overtopping yang
melebihi tinggi main dam (tubuh bendungan).
Berikut ini merupakan jenis-jenis pelimpah yang umum digunakan:
▪ Pelimpah Ogee
Spillway tipe Ogee umumnya diserakan pada desain bendungan kaku dan
merupakan bagian dari bendungan utama itu sendiri jika cukup panjang yang
tersedia. Puncak spillway dibentuk agar sesuai dengan tutupan lebih rendah
dari aliran air yang mengalir melalui bendung.
▪ Pelimpah Chute
15
Dalam jenis spillway ini, air, setelah mengalir di atas puncak dibawa oleh
saluran terbuka melalui sisi hilir sungai. Struktur pengendalian umumnya
merupakan saluran angkut normal. Aliran melalui saluran merupakan aliran
super- kritis. Spillway dapat dibangun dekat dengan bendungan atau lokasi lain
yang cocok dan jauh dari bendungan di mana kondisi memungkinkan.
▪ Pelimpah Samping (Side Channel)
Channel sisi spillway terletak hanya pada hulu dan ke sisi bendungan. Air
mengalir melalui puncak memasuki saluran sisi yang hampir sejajar dengan
puncak, kemudian dibawa oleh saluran chute ke sisi hilir. Umumnya sebuah
terowongan dapat digunakan sebagai pengganti saluran chute.
▪ Morning Glory
Jenis pelimpah ini berbentuk lubang besar yang mengalirkan air berlebih dan
biasanya terletak tepat sebelum badan bendungan utama. Air limpahan ini
kemudian dialirkan menuju jalur terowongan dan dibuang pada saluran
pembuangan yang telah terhubung ke sungai. Spillway tipe morning glory
digunakan di Bendungan Jatiluhur.
Perencanaan Pelimpah :
➢ Debit Banjir Rancangan
Pada prinsipnya debit banjir rencana diperoleh dari hasil-hasil perhitungan
curah hujan rencana dengan memasukkan beberapa faktor kondisi daerah
pengaliran, sedang debit banjir rencana didapat dari perhitungan curah hujan
maksimum rata-rata yang jatuh didaerah pengaliran dan jangka waktu sejak
terkumpulnya air hujan tersebut pada saat terjadinya debit besar pada tempat
kedudukan calon tubuh bendungan. Besarnya jangka waktu terebut tergantung
dari kondisi topografi dan geologi daerah pengaliran. Hanya setelah diketahui
angka- angka hubungan antara curah hujan dan debit banjir rencana dapat
dihitung dengan metode unit hidrograf. Secara garis besarnya perhitungan
tersebut terdiri dari 3 (tiga) tahapan sebagai berikut:
➢ Perhitungan curah hujan maksimumrencana
➢ Perhitungan debit banjirrencana
➢ Pengujian hasil perhitungan debit banjir rencana Pada perencanaan Konstruksi
Bendungan, data debit rencana sudahdidapatkan.
Oleh karena itu, pada perencanaan kali ini dibagi sesuai kriteria banjir
rancangan sebagai berikut :
a. Q 25 th untuk perencanaan diversion tunnel dancofferdam
16
b. Q 50 th untuk kontrol keamanan tinggi cofferdam
c. Q 100 th untuk pertimbangan perencanaan peredam energi (stilling
basin)
d. Q 1000 th untuk perencanaan pelimpah (spillway) dan maindam
e. Q PMF untuk kontrol keamanan kapasitas pelimpah (spillway)
terhadap bahaya overtopping diatas puncak tubuh bendungan utama
(topdam)
2.4.4 Kriteria Debit Banjir Rancangan untuk Perencanaan
Berbagai macam bangunan-bangunan air memerlukan perhitungan hidrologi
yang merupakan bagian dari perencanaan bangunan-bangunan tersebut.
Pemilihan kala ulang (return period) banjir rancangan untuk bangunan air adalah
suatu masalah yang sangat bergantung pada analisa statistik dari urutan
kejadian banjir baik berupa debit air disungai maupun curah hujan badai .Selain
itu bergantung pula pada segi ekonomi dan dampak yang diaki batkan oleh
pemilihan kala ulang banjir rancangan.
Pemilihan suatu teknik analisa penentuan banjir rancangan tergantung dari
data- data yang tersedia dan macam dari bangunan air tersebut. Kriteria pemilian
banjir dengan hanya meninjau kemungkinan terjadinya banjir yang lebih besar
atau sama dengan banjir rencana, sekali atau lebih selama bangunan air tersebut
berdiri. Kriteria lain yang dapat menjadi bahan pertimbangan adalah sebagai
berikut.
Tabel 2. 1 Kriteria pemilihan kala ulang banjir rancangan
Kala Ulang
No. Jenis Bangunan Air Banjir
T (tahun)
1 Bendungan urugan tanah/batu (eart/rockfill dam) 1000
2 Bendungan beton/batu kali (concrete dam/masonry) 500- 1000
3 Bendung (weir) 50- 100
4 Saluran pengelak banjir (flood diversion canal) 20 - 50
5 Tanggul sungai 10 - 20
6 Drainasi saluran di sawah/permukiman 5 - 10
Sumber: Loebis (1984: 196)
17
Tabel 2.2 Kriteria pemilihan kala ulang banjir rancangan sebagai kontrol kapasitas
pelimpah berdasarkan klasifikasi tingkat bahaya (Hazard Classification)
Kecil 50 Th – 100 Th
Besar PMF
Besar PMF
Sumber: Ir.Husni Sabar, (2000:335)
Penelusuran Banjir
Penelusuran banjir adalah sebuah konfigurasi gelombang banjir yang
bergerak pada suatu tampungan (saluran atau waduk). Pada rekayasa hidrologi,
penelusuran banjir merupakan teknik yang penting, yang diperlukan untuk
mendapatkan penyelesaian yang lengkap mengenai persoalan pengendalian banjir
dan peramalan banjir. Untuk memenuhi keperluan ini, penelusuran banjir
dipandang sebagai prosedur yang dibutuhkan untuk menentukan hidrograf yang
diketahui dari suatu titik tinjau. Penelusuran banjir di waduk diperlukan untuk
mengetahui data debit outflow maksimum dan tinggi air maksimum pada debit
18
outflow yang bersesuaian sebagai dasar perencanaan hidrolika struktur, dalam hal
ini antara lain adalah untuk menentukan:
• Dimensi lebarpelimpah
• Profil pelimpah
• Tinggi jagaanpelimpah
• Dimensi peredam energi dan sebagainya
2.4.5 Bangunan Pengelak
Pada sebuah bendungan yang konstruksinya dilakukan melintang sungai,
perlu dipertimbangkan pengalihan/pengelakan dari aliran sungai di sekitar atau
melalui site bendungan selama masa konstruksi. Tingkat variasi dari masalah
pengelakan aliran tersebut tergantung dari besar dan potensi banjir dari aliran
sungai. Pada beberapa site bendungan, pengelakan aliran bisa jadi menjadi mahal
dan memakan waktu yang berakibat pada pengaturan jadwal aktivitas konstruksi.
Meskipun demikian, masalah pengelakan aliran pasti terjadi pada semua site
bendungan dimanapun, kecuali yang dibangun di luar aliran sungai (off stream),
dan pemilihan rencana pengelakan aliran yang paling tepat itu penting bagi nilai
ekonomis dari suatubendungan.
Rencana pengelakan aliran biasanya dipilih pada lokasi yang
menggambarkan suatu keseimbangan antara biaya konstruksi fasilitas pengelak
dan nilai risiko yang terjadi. Rencana pengelakan aliran yang baik akan
meminimalisir kemungkinan dari kerusakan akibat banjir pada hasil konstruksi
yang sedang dilakukan pada jumlah yang minimum pula.
Terdapat dua teknik pengelakkan air sungai, yaitu teknik dengan tahapan
dan tidak dengan tahapan. Kedua teknik ini digambarkan pada gambar sebagai
berikut :
19
Gambar 2.11 Teknik dengan Tahapan
A. Bagian – bagian pengelak
➢ Terowongan (Tunnels)
Biasanya tidak cocok untuk melakukan pekerjaan pondasi yang cukup
besar pada ngarai yang menyempit (narrow canyon) sebelum aliran telah
terelakkan. Dalam kondisi ini penggunaan terowongan terbuki paling cocok
untuk pengelakkan aliran, baik untuk bendungan tipe urugan maupun beton.
Aliran sungai dilewatkan/ diteruskan mengelilingi area konstruksi melalui
terowongan di satu atau kedua pangkal bendungan (abutment). Jika
terowongan pelimpah atau terowongan outlet akan dibuat pada desain
bendungan, penggunaan terowongan pelimpah/ outlet sudah terbukti nilai
ekonomis dari penggunaannya dalam perencanaan bangunan pengelak. Jika
bagian hulu dari terowongan permanen berada di atas elevasi dasar sungai,
sebuah saluran pengelak sementara (temporary adit) di hillir bisa dibuat untuk
menghasilkan sebuah terusan muka air (stream-level bypass). Gambar 2.5
Menunjukkan sebuah saluran (adit), yang dikonstruksi di Semino Dam yang
dibuat untuk mengelakkan air melewati terowongan pelimpah.
22
berupa hidrolika saluran terbuka dan kondisi pada saat aliran tertekan yaitu
pada saat sifat hidrolik yang terjadi berupa hidrolika saluran tertutup.
➢ Aliran Bebas (Free Flow)
Dalam hal ini diasumsikan bahwa akan terjadi aliran bebas apabila tinggi
muka air di waduk (H) ≤ 1,2 diameter pengelak (D). Untuk menentukan
besarnya debit yang lewat pengelak pada keadaan aliran bebas dapat
digunakan rumus Manning bila aliran adalah subkritis.
F = V / gH
Dengan :
Qc = debit yang melewati pengelak dalam kondisi kritis (m3/detik)
g = percepatan gravitasi (= 9,81m/detik2)
A = luas penampang basah (m2)
F = bilangan Froude
H = kedalaman aliran (m)
Kondisi aliran tersebut sangat perlu untuk diketahui, karena
dengandemikian dapat diketahui karakteristik hidrolisnya. Bila kondisi aliran
23
pada berbagai kedalaman air superkritis (Q > Qc atau F > 1), maka rumus
Manning tidak berlaku dan harus digunakan rumus dalam kondisi kritis
berikut:
Vc =
Yc = 2/3H
Vc =
Qc =A
Dengan :
Hc = kedalaman aliran kritis (m)
Penentuan rumus untuk penampang segi empat
24
g/Q2 = b/
A3 Q2 = g
A3/b
Qc =
Untuk mengetahui kondisi aliran dipakai rumus tersebut bila Q/Qc > 1,
maka kondisi aliran SUPERKRITIS.
➢ Aliran Tekan (Pressure Flow)
Diasumsikan bahwa aliran tekan ini akan terjadi bila tinggi air di waduk (H)
> 1,2 diameter pengelak (D). Pada keadaan demikian digunakan rumus
25
kemungkinan untuk membangkitkan tenaga listrik. Ada dua konstruksi utama
pada PLTA dengan bendungan tinggi yaitu :
a. Konstruksi bendungan denganperlengkapannya.
b. Konstruksi gedung sentral denganperlengkapannya.
2.4.6.2 Gedung Sentral
Gedung sentral pada umumnya diusahakan agar letaknya tidak jauh dari
bendungan yang akan mengurangi kehilangan tinggi serta biaya pipa pesat.
Pada bendungan tanah /tumpukan batu, gedung sentral dan bangunan pelimpah
air dibangun dengan konstruksi tersendiri yang terpisah dari bendungan Pada
bendungan semacam ini jangan dibuat suatu bangunan apapun di atas
bendungan karena penurunan tanah/batu yang tidak merata akan merusak
bangunan.
2.4.6.3 Pipa Pesat
Tempat pemasukan pipa pesat terdapat saringan halus, sedang untuk
pengosongan pipa terdapat pintu air dan pipa ventilasi hawa. Konstruksi
pemasukan ke pipa pesat meliputi:
a. Saringan
b. Bagianmasuk
c. Pintu air penutup pipa (intakegate)
Diameter pipa pesat dapat dihitung dengan beberapa rumus:
1. Rumus Sarkaria:
D1 = 0,62 (P 0,43/H 0,65)
D2 = 3,55(Q2/2gH)0,25D3
V = 0,125.
Dengan :
D = diameter (m)
P = daya (HP)
H = tinggi jatuh (m)
Q = debit (m3/dt)
g = percepatan gravitasi (=9,8 m/dt2)
V = kecepatan dalam pipa (m/dt)
2. Rumus Doland
26
D = 0,176 (P/H)0,466
Dengan :
D = diameter (m)
P = daya (HP)
H = tinggi jatuh (m)
2.4.6.4 Perhitungan DebitPembangkit
Untuk menentukan debit pembangkit digunakan metode lengkung durasi
aliran (duration curve). Duration curve adalah suatu grafik yang
memperlihatkan debit sungai dan selama beberapa waktu dalam satu tahun,
debit ini terdapat di dalam sungai (Patty, 1995:15).
Untuk menentukan lengkung durasi aliran digunakan data debit harian
atau debit rata-rata bulanan dengan periode pengamatan minimum 10 tahun.
Fungsi utama lengkung durasi aliran adalah sebagai berikut :
• Untuk menentukan debit pembangkitan terkecil secara terus menerus
• Untuk menentukan debit andalan pada waktu-waktu pembangkitan
tertentu
• Untuk menentukan debit pembangkitan maksimum.
2.4.6.5 Tinggi Jatuh
Penentuan tinggi jatuh dapat dirumuskan sebagai berikut :
Heff = EL. HWL – EL TWL – HL
Dengan :
Heff = tinggi jatuh efektif(m)
EL. HWL = elevasi muka air tertinggi (High WaterLevel)
EL. TWL = elevasi tail water level (ketinggian muka air pada saluran
bawah)
HL = Kehilangan tinggi jatuh(m)
Kehilangan tinggi jatuh (HL) ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
a. Kehilangan tinggi tekan pada trash rack (saringansampah/kotoran)
b. Kehilangan tinggi tekan pada entrance (pemasukan ke pipapesat)
c. Kehilangan tinggi tekan akibat gesekan pada pipapesat
d. Kehilangan tinggi tekan akibat belokan pada pipapesat
e. Kehilangan tinggi tekan pada tailrace
2.4.6.6 Perhitungan Daya dan Energi Listrik
Jika air dengan debit Q m3/dt jatuh pada ketinggian H meter, maka daya
yang dapat dibangkitkan adalah sebesar (Patty, 1995:92) :
27
P = x Q x x g x Hefektif watt dengan air
= 1000 kg/m3, dan g = 9,8 m/dt2 maka :
P= x 9,8 x Q x Hefektif kW
Dengan :
P = daya yang dibangkitkan (kW)
Heffektif = tinggi jatuh efektif, yaitu tinggi jatuh setelah diperhitungkan
adanya kehilangan tinggi(m)
= massa jenis air(kg/m3)
= efisiensi, yaitu perbandingan antara energi yang keluar dari turbin dan
energi yang masuk turbin ( antara 80 – 95%).
Untuk mengetahui besarnya energi, digunakan rumus :
E=PxT
Dengan :
E = energi yang dihasilkan (kWH)
P = daya yang dibangkitkan (kW)
T = waktu/lamanya operasi (jam)
2.4.6.7 Penentuan TipeTurbin
Turbin air adalah turbin yang menggunakan aliran air (debit) sebagai
penggeraknya. Hal ini disebabkan karena air mengalir dari tempat yang tinggi
ke tempat yang rendah. Dengan turbin energi kinetis dari air dirubah menjadi
energi mekanis, yang kemudian menghasilkan tenaga listrik.
Ada dua macam turbin yaitu (Patty, 1995:91) yaitu :
1 Turbin Impuls, contoh turbin Pelton dan turbinBanki.
2 Turbin Reaksi, contoh turbin Francis, Kaplan danPropeller.
Untuk menentukan tipe turbin yag akan digunakan sebagai pembangkit
tenaga listrik yaitu berdasarkan tinggi jatuh yang tersedia dan daya yang dapat
dibangkitkan seperti ditunjukkan tabel berikut :
Tabel 2.3 Penggolongan Tipe Turbin Berdasarkan Tinggi Jatuh
Katagori Tinggi jatuh (m) Tipe
turbin
Low head 10 – 100 Propeller/Kapla
n
Medium 17,5 – 650 Francis
head
28
High head 160 – 1000 Pelton
Sumber : Arismunandar & Kuwahara, Teknik Tenaga Listrik
2.4.7 Bangunan Pengambilan (Intake)
Pengambilan adalah suatu bangunan pada bending yangberfungsisebagai
penyadap aliran sungai mengatur pemasukan air dan sedimen serta
menghindarkan, sedimen dasar sengai dan sampah masuk ke
pengambilan.Terletak di bagian sisi bending di tembok pangkal dan merupakan
satu kesatuan dengan bangunan pembilas. Pengambilan dibagi menjadi:
a. Pengambilan biasa
Pengambilan dengan pintu berlubang satu atau lebih dan dilengkapi dengan
pintu didndidng banjir dan perlengkapan lainnya. Lebar satu pintu tidak lebih
dari 2,5 m dan diletakkan di bagian udik. Pengaliran melalui pintu bawah.
Besarnya debit diatur melalui tinggi bukaanpintu.
b. Pengambilan gorong-gorong
Pengambilan dengan pintu berlubang lebih dari satu dengan lebar
masingmasing kurang dari 2,5 m dan diletakkan di bagian hilir gorong-gorong.
Pengoperasian pintu pengambilan dilakukan secara mekanis.
c. Pengambilan frontal
Pengambilan diletakkan di tembok pangkal, jauh dari bangunan pembilas /
bending.Arah aliran sungai dari udik frontal terhadap mulut pengambilan
sehingga tidak menyulitkan penyadapan aliran. Tetapi angkutan sedimen
relative banyak masuk ke pengambilan, yang ditanggulangi dengan sand
ejector dan kantong sedimen.
d. Dua pengambilan di satu sisi bendung
Pintu pengambilan untuk sisi yang lain diletakkan di pilar pembilas bending.
Pengaliran ke sisi yang lain itu melalui gorong-gorong di dalam tubuh
bending.Jumlah gorong-gorong dapat dua buah. (Alfabeta, Desain Hidraulik
Bendung Tetap untuk Irigasi Teknis, 2002.
29
BAB III
METODOLOGI PERENCANAAN
3. Data Hidrologi
Data hidrologi yang dimaksud disini adalah data yang didapat dari soal yang
berupa debit banjir inflow dengan berbagai kala ulang dan lengkung kapasitas.
32
Kala Ulang Alternatif
(Tahun) 1 2 3 5
2 210.17 210.17 209.59 215.01
HSS NAKAYASU
5 270.52 270.52 269.77 276.75
10 307.71 307.71 306.86 314.80
25 352.19 352.19 351.21 360.29
50 383.78 383.78 382.72 392.62
100 414.26 414.26 413.11 423.80
1000 553.41 553.41 551.57 566.53
PMF 1256.35 1256.35 1252.16 1286.13
165.00 165.00
Elevasi MA Waduk (m)
160.00 160.00
155.00 155.00
150.00 150.00
145.00 145.00
140.00 140.00
135.00 135.00
130.00 130.00
125.00 125.00
120.00 120.00
115.00 115.00
110.00 110.00
105.00 105.00
100.00 100.00
95.00 95.00
90.00 90.00
85.00 85.00
80.00 80.00
75.00 75.00
70.00 70.00
65.00 65.00
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400
Luas Genangan (Ha)
33
2. Penentuan Volume
Alternatif yang dipilih adalah alternatif 1 karena dilihat dari luas tampungan dan
as yang terpendek.
3. Analisa Hidrolika
a. Penelusuran Banjir
b. Analisis Hidrolika Bangunan Pelimpah
c. Analisa Hidrolika Bangunan Pengelak
d. Kapasitas debit yang digunakan pada tahap ini adalah dari hasil penelusuran
banjir dengan kala ulang Q25 tahun.
e. Analisa Hidrolika Bangunan Pengambilan
Tahapan ini meliputi Analisa Inlet, Outlet, dan Perencanaan komponen
PLTMH, juga Saddle Dam (namun tidak ada dalam analisa)
4. Analisa Struktur dsn Stabilitas Bendungan
a. Analisa Stabilitas Lereng
Analisa ini dihitung menggunakan hitungan manual
b. Analisa stabilitas Bangunan
Analisa yang digunakan disini berupa anlaisa rembesan, momen guling, dan
gempa
5. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya
Perhitungan RaB meliputi perhitungan volume pekerjaan, perhitungan Analisa
harga satuan pekerjaan, san perhitungan RAB
6. Penggambaran dan Pelaporan
Gambar hasil perencanaan berisi peta situasi bendungan, potongan memanjang
dan melintang tubuh bendungan, potongan memanjang dan melintang bangunan
pelimpah. Hasil perencanaan desain dibuat dalam bentuk laporan hasil
perencanaan berupa proposal yang dikirimkan ke sekretariat HMS FT-Unram.
34
BAB IV
ANALISIS PERENCANAAN
35
Metode yang digunakan adalah metode penelusuran banjir (Flood Routing)
dengan Rumus sebagai berikut :
11 + 12 𝑆2 𝑄1 𝑆2 𝑄2
( )+ ( − )=( − )
2 ∆𝑡 2 ∆𝑡 2
Dimana :
11 = Inflow pada awal periode
12 = Inflow pada akhir periode
𝑄1 = Outflow pada awal periode
𝑄2 = Outflow pada akhir periode
𝑆1 = Tampungan pada awal periode
𝑆2 = Tampungan pada akhir periode
∆𝑡 = Tampungan pada akhir periode
bila :
𝑆 𝑄1
Ψ = ∆𝑡1 − 2
𝑆2 𝑄2
φ = ∆𝑡 − 2
sehingga :
11 + 12
+ Ψ= 𝜑
2
4.2.2 Desain Terowongan
Perhitungan kapasitas terowongan pengelak dapat ditinjau dari 3 lokasi yaitu
aliran bebas (free flow), transisi dan aliran tekan (Pressure flow) yaitu :
a. Pada kondisi aliran bebas
Kondisi aliran ini apabila kondisi aliran dalam trowongan tidak mengisi
penuh seluas diameter terowongan atau tidak dalam kondisi tenggelam (H/D <
1,2). Pada keadaan ini perhitungan debit aliran menggunakan rumus manning,
yaitu :
1
𝑉= 𝑥 𝑅 2/3 𝑥 𝑆 1/2
𝑛
𝑄 =𝐴𝑥𝑉
Dimana :
Q = Debit Aliran
A = Luas Penampang Basah
n = Koef. Kekasaran (0,014)
R = Jari-Jari Hidrolis (A/P)
S = Kemiringan Dasar Saluran
36
1
𝑥 𝑔 𝑥 𝐴𝐶 3
𝑄𝑐 = 2
𝑇𝑐
Dimana :
QC = Debit Aliran Kondisi Kritis
g = Percepatan Grafitasi
Tc = Lebar Permukaan Air
Ac = Luas Penampang Basah
Tinggi muka air dahulu (upstream water level) dihitung sebagai berikut :
UWL = Elv. Inlet + h + fe
UWL = Upstream water level
h = Tinggi Kritis
fe = Kehilangan tinggi di inlet trowongan
b. Aliran sebagian penuh terowongan
Rumus-rumus yang dipergunakan adalah analog dengan rumus aliran sebagian
penuh terowongan,
𝑄 = 𝐶 𝑥 𝐴 𝑥 √2 𝑥 𝑔 𝑥 (𝐻 − 𝐶 𝑥 𝐷)
𝐻
> 1.2
𝐷
C = 0,8 (Koef. Kontraksi rounded souffit)
A = luas terowongan bagian outlet
g = 9,81 m/dt2
c. Pada kondisi aliran tekan (Pressure flow)
Debit aliran pada kondisi aliran tertekan ini dihitung dengan rumus Bernoulli,
Yaitu :
𝑉12 𝑉2
𝑧 + 𝐻1 + = 𝐷+ ∝ + 𝐻𝐿
2𝑔 2𝑔
𝐻1 =Tinggi muka air di bagian upstream (m)
𝑉1 = 0, Karena pengembangan (m/dt)
D =Tinggi muka air, sama dengan diameter bagian pengeluaran
karena aliran tekan (m)
H = Jumlah kehilangan energi (m)
V = Kecepatan air keluar dari terowongan (m/dt)
g = Gravitasi = 9,81 m/dt2
EL. + B= Elevasi dasar outlet trowongan
37
UWL = Elevasi muka air di bagian hulu (m)
𝛼=1
𝑉2
𝐻𝐿 = Σ𝑓 𝑥
2𝑔
Sehingga :
𝑉2 𝑉2
𝑈𝑊𝐿 = 𝐸𝐿𝑣. +𝐵 + 𝐷 + + Σ𝑓 𝑥
2𝑔 2𝑔
𝑉2
𝑈𝑊𝐿 = 𝐸𝐿𝑣. +𝐵 + 𝐷 + (1 + Σ𝑓) 𝑥
2𝑔
Ʃf adalah jumlah seluruh kehilangan dari inlet-outlet
1) Kehilangan energi dientrace
Δ𝑡 2
𝑓𝑎 = 𝐶 ( )
Δ𝑒
Dimana :
Δt = Luas Terowongan
Δe = Luas Entrance
C = 0,3
Dalam desain ini harga Δe diambil sama dengan Δt, sehingga didapat
nilai fa = 0,3.
2) Kehilangan energi karena gesekan pada terowongan
124,5 𝑥 𝑛2 𝑥 𝐿
𝑓𝑏 =
𝐷4/3
Dimana :
n = Kekerasan terowongan
L = Banjir terowongan
D = Diameter terowongan
3) Kehilangan energi pada outlet
Δ𝑡 2
𝑓𝑒 = (1 − )
Δ𝑜
Dimana :
Δt = Luas Penampang Terowongan
Δo = Luas Outlet
Δt/Δo dianggap konstan = 0,5
fe = 0,25
38
Gambar 4.2 Diagram Kondisi Aliran dalam Terowongan
4.2.3 Dimensi Trowongan
Setelah dilaksanakan Flood Routing Q 25 maka untuk mengalirkan air banjir
diperlukan Diameter Terowongan D = 3 m dan elevasi muka air maksimum direservoir
+108 m dengan dasar sungai adalah EL. +90 m maka tinggi air maksimum direservoir
adalah 18 m.
Selama kontruksi berlangsung trowongan pengelak ini difungsikan untuk
mengelakan air sungai dan setalah kontruksi telah selesai maka trowongan pengelak
ini akan digunakan sebagi saluan pengambilan untuk keperluan irigasi, PLTMH dan
air baku dengan cara memngurangi dimensi dari trowongan tersebut menggunkan
tambahan stop log pada bagian hulu trowongan.
39
Tabel 4.1 Lampiran analisis perhitungan terowongan
PERHITUNGAN ROUTING BANJIR Q 25 LEWAT TEROWONGAN
Lokasi : Nusa Tenggara Barat
Metode : LG Puls
Tipe Trowongan : Horse Shoe
Data Teknis :
Debit Banjir (Q25 Tahun) : 352.19 m3/dt
Dasar Sungai : + 90 m
Elevasi Inlet Tunel : + 96.11 m
Elevasi Outlet Tunel : + 90 m
Lebar Trowongan : 3 m
Diameter Trowongan : 3 m
Panjang Trowongan : 250 m
Dimana
Hd : Tinggi Tekan Diatas Mercu
Cd B : Koef Pelimpah Bendungan
Cd D : Tinggi Pelimpah Darurat
Be : Lebar Efektif
40
41
42
Sumber: hasil perhitungan 2021
4.3 Perencanaan Coferdam
Cferdam dibangun secara terpisah disebelah udik dan hilir dari bendungan.
Desain bangunan menggunakan deasin banjir rencana Q25. Sesuai dengan sni 8062
Tahun 2015 tentang tata cara desain tubuh bendungan, material yang digunakan untuk
membangunn coferdam merupakan material yang sama dengan main dam.
4.3.1 Perhitungan Tinggi Coferdam
Penentuan tinggi coferdam harus mempertimbangkan pengaruh hidrologi dan
topografi. Tinggi coferdam didasarkan pada elevasi permukaan air setelah
43
dibangunnya saluran pengelak ditambah tinggi jagaan untuk keamanan coferdam
tersebut.
• Elevasi dasar sungai = + 90 m
• Elevasi muka air saat Q25 = + 108 m
• Freeboard = 2 meter
• Tinggi Coferdam = (Elv. Q25 – Elv. Dasar Sungai) + Freeboard
= ( 108 – 90 ) + 2
= 20 meter
Berdasarkan perhitungan diatas, coferdam didesain dengan tinggi 20 meter
atau puncak coferdam pada elevasi + 110 m
4.3.2 Perhitungan Lebar Atas Coferdam
Lebar mercu coferdam dicari denggan menggunakan persamaan dari United
States Bureau of Reclamation (USBR), sebgai berikut:
B = 3.6 x H1/3 – 3
= 3.6 x 201/3 – 3
= 6.7 m ≈ 7 meter
Berdasarakan perhitungan mengguanakan persamaan USBR, maka lebar
puncak Bendungan adalaha 7 meter.
4.3.3 Kemiringan Lereng Coferdam
Kemiringan hulu dan hilir coferdam direncakan sama seperti kemiringan tubuh
bendungan utama yaitu lereng hulu 1:3 dan lereng hilir 1: 2.5
Up Stream coferdam
= 20 x 3 = 60 meter
Down Stream coferdam
= 20 x 2.5 = 50 meter
Panjang total coferdam
L = 60 + 7 + 50
= 117 meter
Jadi panjang total dari cofer dam adalah 117 meter
4.4 Penelusuran Banjir Melalui Pelimpah
4.4.1 Kapasitas Pelimpah
Kapasitas aliran yang melalui pelimpah merupakan debit keluaran dari
tampungan waduk yang telah mencapai kapasitas maksimum. Bangunan pelimpah
dimaksudkan untuk membuang kelebihan debit (debit banjir) yang terjadi pada musim
44
hujan. Debit yang melalui mercu pelimpah tipe Ogee dapat dihitung berdasarkan
rumus sebagai berikut :
Q = C .L .H 2/3
dimana :
Q = debit yang lewat di atas pelimpah (m3/dt)
C = koefisien pengaliran
L = lebar mercu pelimpah (m)
Hd = tinggi air di atas mercu (m)
Koefisien pengaliran (C) dari tipe standard suatu bendung dapat diperoleh
dengan rumus Iwasaki, pada perencanaan tinggi ambang pelimpah adalah P = 1,00
meter sehingga koefisien pengaliran adalah sebagai berikut :
Cd = 2,20 - 0,0416 (Hd/W)0,99
= 2,20 – 0,0416 (Hd/W) 0,99
= 2,1
dimana :
C = koefisien pengaliran
Cd = koefisien pengaliran pada saat h = Hd
h = tinggi air di atas mercu bendung (m)
45
Hd = tinggi tekanan rencana di atas mercu bendung (m)
P = tinggi bendung (m)
a = konstanta (diperoleh pada saat h = Hd dan C = Cd )
Pada saat terjadinya pelimpahan air melintasi mercu terjadi konstraksi aliran
pada kedua dinding samping bendung maupun disekitar pilar-pilar yang dibangun di
atas mercu bendung tersebut. Debit yang mengalir melintasi mercu bendung
didasarkan pada lebar efektifnya, yaitu dari hasil pengurangan sesungguhnya dengan
jumlah seluruh konstraksi yang timbul pada aliran air yang melintasi mercu bendung
tesebut.
Rumus-rumus yang digunakan untuk menghitung lebar efektif bendung
diambil dari Civil Engineering Departement U.S. Army
Leff = L’ - 2 (n x Kp + Ka) x H
dimana :
L’ = lebar pelimpah sesungguhnya (m)
Kp = koefisien konstraksi pada pilar
Ka = koefisien konstraksi pada dinding samping
Hd = tinggi tekanan di atas mercu bendung (m)
Hasil perhitungan Hidraulis p
4.4.2 Analisa Penelusuran Banjir
Untuk memperoleh tinggi muka air maksimum bendungan diperlukan analisa
penelusuran banjir.
Metode yang digunakan dalam perhitungan adalah ISD (Inflow Storage
Discharge) dan data yang digunakan adalah :
a. Hidrograf Banjir Inflow
Data hidrograf banjir inflow yang digunakan adalah hasil analisa banjir rencana.
b. Data Tampungan
Luas Genangan embung diperoleh melalui pengukuran planimetris gambar situasi
bendungan skala 1:5000, sehingga diproleh hubungan elevasi dan luas genangan
Volume tampungan embung.
c. Kurva Outflow Spillway
Untuk menghitung debit yang melimpah di atas mercu spillway digunakan rumus
sebagai berikut :
Q = C x B x H3/2
di mana :
Q = debit ( m 3/dt)
46
C = koefisien pelimpah
B = lebar pelimpah (m)
Besarnya koefisien pelimpah adalah tergantung bentuk mercu pelimpah, disiini
dipilih bentuk OGEE dengan pertimbangan mempunyai koefisien pelimpah paling
besar sehingga elevasi air banjir maksimum pada embung dapat di tekan semudah
mungkin.
Koefisien pelimpah dihitung menggunakan Rumus Iwadoya (BTU). Dari
perhitungan diperoleh nilai C antara 2 ~2,1 dengan harga h and c yang variable. Oleh
karena itu untuk perencanaan diambil C sebesar 2,05.
Prinsip dasar penelusuran pada embung dikembangkan dari persamaan
kontinuitas yaitu :
ds
I −O= dt
dimana :
I = aliran masuk ke waduk (m3/dt)
O = aliran keluar melalui pelimpah (m3/dt)
ds
dt =perubahan tampungan terhadap waktu (jam)
I1 + I 2 O + O2
t + 1 t = S 2 − S1
2 2
dengan :
S1 = tampungan waduk pada permulaan waktu t
S2 = tampungan waduk pada waktu t
I1 = inflow ke waduk pada permulaan waktu t
I2 = inflow ke waduk pada waktu t
O1 = outflow melalui pelimpah pada permulaan waktu t
O2 = outflow melalui pelimpah pada waktu t
Untuk penelusuran banjir melalui waduk/embung, persamaan diatas dapat
dikembangkan sebagai berikut :
I 1 + I 2 S1 O 1 S 2 O 2
+ − = + dan
2 t 2 t 2
S1 O 1
− =
t 2
S2 O 2
− =
t 2
dengan:
47
I1 + I 2
= inflow sesaat masuk ke waduk (m3/dt)
2
= tampungan pertama (m3/dt)
= tampungan kedua, merupakan dasar penentuan
Secara ringkas hasil analisa penelusuran banjir lewat pelimpah dengan L = m
pada berbagai kondisi inflow banjir dan dilakukan Perhitungan Routing Banjir pada
Tabel 4.3 Lampiran perhitungan dengan kesimpulan sebagai berikut :
Tabel 4.2 Hasil Analisa Penelusuran Banjir
Kala Ulang Q Inflow Q Outflow Tinggi Air El. M.A
(m3 /dt) (m3 /dt) (m) (m)
Q 1000 th 553.41 289.27 1.98 145.38
Q PMF 1,256.35 735.74 3.70 147.10
Sumber : Hasil Perhitungan 2021
Tabel 4.3 Lampiran analisa perhitungan pelimpah
PERHITUNGAN ROUTING BANJIR Q 1000 LEWAT PELIMPAH
Data
Desain Inflow (Q 1000 thn) : 553.41 m3/dt
Kontrol Inflow dengan Q PMF : 1,256.35 m3/dt
Elevasi Crest Spillway : + 143.40 m
Elevasi Bed Spillway / Apron : + 140.40 m
Tinggi Pelimpah (P) : 3.00 m
Lebar Pelimpah (B) : 50.00 m
Dimana
H : Tinggi Tekan Diatas Mercu
C : Koef Pelimpah
P : Tinggi Pelimpah
Be : Lebar Pelimpah Efektif
48
49
Hidrograf Inflow - Outflow Q 1000
600.00
400.00
300.00
200.00
100.00
0.00
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00
50
PERHITUNGAN ROUTING BANJIR Q PMF LEWAT PELIMPAH
Data
Desain Inflow (Q PMF) : 1,256.35 m3/dt
Elevasi Crest Spillway : + 143.40 m
Elevasi Bed Spillway / Apron : + 140.40 m
Tinggi Pelimpah (P) : 3.00 m
Lebar Pelimpah (B) : 50.00 m
Dimana
H : Tinggi Tekan Diatas Mercu
C : Koef Pelimpah
P : Tinggi Pelimpah
Be : Lebar Pelimpah Efekti
51
52
Hidrograf Inflow - Outflow Q PMF
1,400.00
800.00
600.00
400.00
200.00
0.00
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00
54
2 1.0085794 141.441698
2.5 1.5240303 139.917668
3 2.1353984 137.78227
Sumber : hasil perhitungan 2021
Hb = 0.46 m
289.27
Maka :𝑉𝑏 = 50 𝑥 0.46
Vb = 12.57 m/dt
Tinggi jagaan:
Fb = 0.6 + (0.037 x Vb x Hb1/3)
Fb = 0.6 + (0.037 x 12.57 x 0.461/3)
Fb = 0.95 m ≈ 1 m
Froude number (Fr) pada titik B adalah:
Vb 12.57
𝐹𝑟 = = = 5.91
√𝑔 𝑥 𝐻𝑏 √9.81 𝑥 0.46
56
Elv. Hulu = + 137.4
Elv. Hilir = + 134
Z = 3.4 m (Elv hulu – Elv hilir)
Persamaan energinya:
Ea = Ec
P + HTO + Z = Hc + VC 2 / 2g
Dengan
Vc = Q/A (dimana A = B2 x Hb)
VC = 289.27/ (37.5 x Hc)
Maka
3 + 5.41 + 3.4 = Hc + VC 2 / 2g
11.81 = HC + (289.27/ (37.5 x Hc))2 / 2 x 9.81
Hc = 0.52 m
Jadi
VC = 289.27/ (37.5 x Hc)
VC = 289.27/ (37.5 x 0.52)
VC = 14.83 m/dt
Tinggi jagaan:
Fb = 0.6 + (0.037 x Vc x Hc1/3)
Fb = 0.6 + (0.037 x 14.83 x 0.521/3)
Fb = 1.04 m ≈ 1.5 m
Froude number (Fr) pada titik B adalah:
Vc 14.83
𝐹𝑟 = = = 6.56
√𝑔 𝑥 𝐻𝑐 √9.81 𝑥 0.52
.
Gambar 4.9 Ilustrasi Penampang Memanjang Saluran Peluncur
Di titik D
Q1000 = 289.27 m3/dt
BD = 37.5 m
Panjang saluran = 345 m
Elv. Hulu = + 134
Elv. Hilir = + 110
Z = 24 m (Elv hulu – Elv hilir)
Persamaan energinya:
Ea = ED
P + HTO + Z = HD + VD 2 / 2g
Dengan
VD = Q/A (dimana A = BD x HD)
VD = 289.27/ (37.5 x HD)
Maka
3 + 5.41 + 24 = HD + VD 2 / 2g
32.41 = HD + (289.27/ (37.5 x Hc))2 / 2 x 9.81
HD = 0.31 m
Jadi
VC = 289.27/ (37.5 x HD)
VC = 289.27/ (37.5 x 0.31)
VC = 24.88 m/dt
Tinggi jagaan:
Fb = 0.6 + (0.037 x VD x HD1/3)
58
Fb = 0.6 + (0.037 x 24.88 x 0.311/3)
Fb = 1.22 m ≈ 1.5 m
Froude number (Fr) pada titik B adalah:
VD 24.88
𝐹𝑟 = = = 14.26
√𝑔 𝑥 𝐻𝐷 √9.81 𝑥 0.31
HE = 6.25 m
Dari hasil perhitungan didapatkan tinggi tinggi loncatan air adalah 6.25 m
Menghitung kecepatan air pada penampang E
VE =Q/A
= 289.27 / (37.5 x 6.25)
= 1.23 m/dt
Kontrol kecepatan aliran pada penampang E adalah
1.2 m/dt < 4 m/dt ( AMAN !!)
Menghitung dimensi kolam olak USBR Tipe III
Tinggi balok muka/pemecah aliran adalah (d1)
Yaitu d1 = Hb = 0.46 m
Tinggi ambang ujung (n)
d1 x (18+Fr)
n = 18
0.46 x ( 18 +14.26 )
= 18
= 0.82 m ≈ 0.9 m
Tinggi blok halang (n3)
d1 x (4 + Fr )
n3 = 6
0.46 x (4 + 14.26 )
= 6
59
= 1.39 m ≈ 1.4 m
Jarak antar blok muka dan blok halang
L1 = 0.82 x HE
= 0.82 x 6.25
= 5.125 m ≈ 5.2 m
Panjang kolam olak total
L2 = 2.7 x HE
= 2.7 x 6.25
= 16.875 m ≈ 17 m
Jarak antar blok muka Hb = 0.46
Lebar blok halang = 0.75 x n3
= 0.75 x 1.4
= 1.05 m
Lebar sisi blok halang = 0.2 x n3
= 0.2 x 1.4
= 0.28 m
4.6 Prencanaan Main Dam
4.6.1 Tinggi Jagaan Main Dam
Tinggi jagaan merupakan jarak verikal dari puncak bendungan sampai elevasi
muka air maksimum waduk yang diperoleh dari hasil perhitungan banjir desain
pelimpah. Tinggi jagaan harus didesain ama terhadap kemungkinan pekimpah air
melewati tubuh bendungan. Perhitungan tinggi jagaan harus mempertimbangkan
pengaruh tinggi gelombang akibat angin, gempa bumi, penurunan fondasi, dan tubuh
bendungan. Tetapi karena terbatasnya ketersediaan data yang diberikan oleh panitia,
maka tinggi jagaan diambil dari standar yang ada di SNI 8062 Tahun 2015 tentang
Tata Cara Desain Tubuh Bendungan Tipe Urugan.
Tabel 4.5 Tinggi Jagaan Untuk Bendungan Urugan
Tinggi bendungan Jarak minimum antara elevasi
(m) air normal dan puncak
bendungan (m)
<30 3.5
30 – 60 4.5
61 – 90 6.0
>91 6.0
Sumber : SNI Tata Cara Desain Tubuh Bendungan Tipe Urugan, 2015
60
Tinggi bendungan dihitung dari pondasi bendungan + 85 m sampai elevasi muka air
normal + 143.4 m sehingga didapatkan tinggi bendungan 58.4 .meter. Maka jarak
minimum antara elevasi muka air normal dan puncak bendungan berdasar SNI 8062
Tahun 2015 sebesar 5 meter.
4.6.2 Tinggi Main Dam
Elevasi tertinggi bendungan adalah elevasi mercu bendungan rencana dimana
debit banjir Q1000 tidak akan melimpah (overtoping) melalui puncak bendungan,
sekalipun settlement telah terjadi, maka untuk menentukan tinggi bendungan
menggunakan elevasi pada kondisi banjir Q1000, maka:
H bendungan = H muka air normal + H muka air banjir + tinggi jagaan
= 58.4 + 1.98 + 5
= 65.38 m ≈66 m
Bendungan didesain agar air tidak melimpas saat terjadi debit Q1000, maka tinggi
main dam bendungan yang didesain adalah 66 meter atau puncak main dam pada
elevasi + 151 m
4.6.3 Lebar Puncak Main Dam
Lebar mercu bendungan dicari dengan menggunakan persamaan dari united
states bureau of reclamation (USBR), sebagi berikut:
B = 3.6 x H1/3 – 3
= 3.6 x 661/3 – 3
= 11.54 m ≈ 12 m
Berdasarkan perhitungan menggunakan USBR, maka lebar puncak bendungan
digunkan adalah 12 meter.
4.6.4 Bahan Timbunan Main Dam
Konstruksi bendungan didasarkan pada ketersedian material dan besarnya
tampungan yang telah direncanakan, ditetapkan berupa bendungan tipe urugan randm
rockfill dengan inti tegak dibagian tengahnya. Susunan dan bagian bendungan seperti
pada gambar berikut
61
Dari gambar diatas diketahu kode A adalah zona inti material inti, kode B adalah zona
material filter halus, kode C adalah zona material filter kasar, kode D adalah random
zone, dan kode E adalah garvel. Secara garis besar material-material tersebut
memenuhi kriteria-kriteria sebagi berikut:
▪ Sesuai dengan kurva gradasi untuk masing-masing fungsi materilanya.
▪ Soil properties dari tiap material harsu sesuai dengan standar yang sudah ada
Kuantitas yang dibutuhkan mencukupi untuk penimbunan tubuh bendungan secara
keseluhan.
4.6.6 Perhitungan Kemiringan Lereng Main Dam
Kemiringan lereng harus ditentukan sedemikian rupa agar stabil terhadap
longsoran. Hal ini sangat bergantung pada jenis material urugan yang dipakai.
Lereng sebelah hulu dan hilir bendungan harus tidak mudah longsor, dan harus
stabil dan aman dalam keadaan apapun baik pada waktu waduk kosong, penuh air,
maupun permukaan air turun tiba-tiba.
Rumus untuk kemiringan lereng hulu:
𝑚−k γ’
𝐹𝑠 = 𝑡𝑔 ø > 1.1
1 + k m γ’
Keterangan:
Fs = faktor keamanan lereng
m = kemringan lereng hulu
n = kemiringan lereng hilir
ø = sudut geser dalam
Bahan material yang digunakan sesuai data
Berat jenis tanah jenuh = 1.8 m3/dt
Berat jenis air = 1 m3/dt
Sudut geser dalam = 16o
Koef. Permabilitas = 5 x 10-4
Sehingga
Berat jenis = Berat jenis tanah jenuh - Berat jenis air
= 1.8 – 1 = 0.8 m3/dt
Kemiringan talud bagain hulu
𝑚 –(5 x 10−4 )x 0.8
1.1 = 𝑡𝑔 16
1 + (5 x 10−4 ) m 0.8
62
m =3
Kemiringan talud bagain hilir
𝑛 –(5 x 10−4 )
1.1 = 𝑡𝑔 16
1 + (5 x 10−4 ) n 0.8
m = 2.5
Jadi perbandingan kemiringan yang digunakan adalah, 1 : 3 untuk hulu dan 1: 2.5
untuk hilir
• Lebar dasar
▪ Lereng hulu (Up Stream)
66 x 3 = 198 m
▪ Lereng hilir (Down Stream)
66 x 2,5 = 165 m
• Panjang total bendungan (L)
L = 198 + 12 + 165
= 375 m
4.6.6 Analisis stabilitas lereng bendungan
Dalam banyak kasus, untuk membangun sebuah bendungan urugan diharapkan
mampu membuat perhitungan stabilitas talud guna memeriksa keamanan talud
alamiah, talud galian, dan talud timbunan yang didapatkan. Faktor yang perlu
dilakukan adalah menghitung dan membandingkan tegangan geser yang terbentuk
sepanjang permukaan retak yang paling mungkin dengan kekuatan geser dan tanah
yang bersangkutan (Das, BM; 1994).
Analisa stabilitas lereng bendungan dialakukan mengguankan sofware
GEOSTUDIO, berdasarkan metoda bidang longsor atau gelincir berbentuk lingkaran.
63
Tabel 4.6 Data data mekanika tanah yang diketahui
64
Gambar 4.14 Lereng Hulu Keadaan Tampungan Normal dengan Gempa
66
Perhitungan daya dan energi. Keuntungan PLTA ditentukan dari besar daya dan
jumlah energi yang dibangkitkan per tahun, dapat dihitung dengan persamaan:
(Arismunandar, 1988:19)
Daya Teoritis = 9,81 x Q x Heff
Daya Turbin = 9,81 x ηt x Q x Heff
Daya Generator = 9,81 x ηg x ηt x Q x Heff
Dengan:
P = daya yang dihasilkan (kW)
ηt = efisiensi turbin (0.84)
ηg = efisiensi generator (0.90)
Ρ = massa jenis air
Q = debit pembangkit (m3/dt)
Heff = tinggi jatuh efektif (m)
Diketahui :
P = 325 KW
Heff = Elv. Muka air tertinggi – Elv. Tail water level – Kehilangan tinggi jatuh
= 143.4 – 96.11 – 7.116
= 40.174 m
Maka P generator = 9,81 x ηg x ηt x Q x Heff
325 = 9,81 x 0.9 x 0.84 x Q x 40.174
Q = 1.1 m3/dt
4.8.2 Dimensi Perpipaan
Perhitungan dimensi perpipaan dilakukan dengan menggunakan persamaan
kontinuitas sebagai berikut:
Q=VxA
Keterangan:
Q = debit (m3/dt)
V = kecepatan aliran di pipa 7.116 m/s (hasil perhitungan 2021)
A = luas penampang (m2)
Maka :
Q =VxA
1.1 = 7.116 x A
A = 0.16 m2
A = ¼ 𝜋 D2
0.16 = ¼ x 3.14 x D2
67
D = 0.46 m ≈ 50 cm
4.8.3 Penentuan Turbin yang Digunakan
Penentuan turbin dilakukan dengan melihat sfesifikasi jenis turbin yang ada
dipasaran dan juga data perhitungan yang telah didapat. Sehingga kami memilih turbin
francis berdasarkan tabel berikut:
Tabel 4.8 Penentuan Tipe Turbin Berdasarkan Tinggi Jatuh
68
hari oleh masyarakat umum dengan tarif masuk yang telah disepakati. Dana
yang masuk sebagian akan dimanfaatkan untuk pemeliharaan bendungan dan
sebagaian lainnya akan dibereikan kepada angota paguyuban untuk dibagi
secara merata.
Di dalam taman ekowisata terdapat galeri poto dan tempat camping
ground yang berada disekitar Bendungan Kembang Komak, selain itu juga
terdapat tempat joging track dan relaxing cycling place yang akan disuguhkan
di sekitar bendungan.
4.10 Metode Perawatan dan Perbaikan Bendungan
Pekerjaan perawatan dimaksudkan untuk menjaga agar bendungan dan
infrastrukturnya tidak rusak atau terganggu sehingga dapat tetap berfungsi dengan baik.
4.10.1 Lereng Timbunan
Pada umumnya, kerusakan yang terjadi pada tubuh bendungan tanah
adalah pengelupasan atau ketidakstabilan ada jalan inspeksi (crest dam) dan
lereng bendungan, kebocoran, penurunan tanah, terjadi retak-retak yang
berkelanjutan. Lereng bendungan yang tidak ada pelindungnya akan mudah
terkena erosi. Setiap longsoran kecil atau suatu ketidakstabilan lainnya dalam
penggalian lereng sebaiknya diselidiki dan dipertimbangkan langkah-langkah
perbaikannya. Longsoran kecil dapat terjadi sewaktuwaktu pada bagian tubuh
bendungan dan gerakan-gerakan tanah akan terjadi akibat curah hujan lebat,
penurunan air waduk (rapid drawdown) atau gempa bumi. Langkah-langkah
perbaikan harus ditetapkan untuk tiap keadaan khusus (spesifik) dan tidak ada
rekomendasi umum yang dapat diterapkan. Untuk kondisi ketidakstabilan lereng
pada skala besar dan berpengaruh pada bagian penting dari bendungan, petunjuk
perbaikan dari Tim Ahli Supervisi diperlukan tindakan sementara (darurat)
untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada lereng tanah bendungan, air
rembesan (seepage) harus keluar dari area lereng bendungan. Apabila kerusakan
pada lerang bendungan seperti membesarnya areal keretakan, maka harus
ditetapkan langkah-langkah pemantauan dengan pemasangan instrumentasi
untuk pengamatan rinci penyebab kerusakan.
Susunan batu (stone-pitching) pelindung lereng dapat anjlok (settle) akibat
hempasan gelombang air dari waduk dan mengikis bahan-bahan lapisan dasar
dan mengakibatkan kerusakan lanjutan berupa pengelupasan lereng tanah bagian
hulu. Bagian lereng hulu bendungan yang dipengaruhi kondisi muka air tinggi
dan muka air rendah di waduk merupakan bagian kritis yang lebih mungkin
69
terjadi kerusakan pada riprap bendungan. Dalam hal penurunan tanah
(settlement) pada rip-rap harus dikerjakan dengan memindahkan bantuan
tersebut dan perbaikan dasar lereng sebelum pemasangan batuan pelindung (rip
- rap) seperti bentuk asalnya.
4.10.2 Daerah Hilir Tubuh Bangunan Utama Bendungan
Lereng hilir bendungan yang dilapisi oleh gebalan rumput yang harus
dirawat secara ketat dan tidak diperkenankan untuk kegiatan sehari-hari
masyarakat setempat. Lokasi kritis yang selalu diperiksa adalah pertemuan kaki
lereng dan abutment bendungan. Pada umumnya kerusakan terjadi akibat
akumulasi rembesan air (seepage) dari tubuh bendungan dan setiap kondisi
kerusakan harus di tindaklanjuti secepatnya. Besarnya kadar rembesan air dari
tubuh bendungan dapat diukur dan diteliti pada posisi alat V-nocth yang
dipasang, demikian pula kejernihan air rembesan. Untuk menjamin rembesan air
di daerah hilir bendungan dapat diukur dengan mudah, maka areal sejauh tiga
kali dari tinggi maksimum evaluasi air waduk harus bebas dari semua tanaman
aktivitas pertanian dan kegiatan harian masyarakat umum.
4.10.3 Pemeliharaan Waduk
Fungsi pemeliharaan waduk adalah menyediakan air baku dengan cukup
sesuai kapasitas dan kualitas air yang direncanakan. Pemeriksaan kondisi elevasi
air dalam waduk dilakukan setiap bulan, 6 bulanan, setiap tahun untuk
pemeliharaan rutin dan berkala. Pemeliharaan berat dilakukan pada periode
khusus (setelah operasi waduk 5 tahun). Unit Monitoring Bendungan dan Tim
Ahli Supervisi Bendungan akan melaporkan kepada Balai Keamanan
Bendungan tentang kondisi penyelenggaraan,pemanfaatan dan kemampuan
layanan waduk dimasa mendatang.
Pemeliharaan waduk yang efektif akan tercapai apabila kondisi
lingkungan di sekeliling waduk terdiri dari kawasan penghijauan yang dapat
mengurangi terjadinya akumulasi sedimen ke dalam waduk. Petugas O&P
waduk ditugaskan untuk melakukan inspeksi kondisi waduk secara rutin (setiap
bulan), berkala (6 bulanan), bertahap (setiap tahun) dan pemeliharaan khusus
(setiap 5 tahun) untuk menjaga fungsi waduk sebagai reservoir air baku secara
kuantitas dan kualitas seperti yang direncanakan.
70
BAB V
Galian Volume m3
Galian tanah biasa 145972.64
71
Galian batuan
lapuk 41549.58
Galian batuan keras 1208463.25
Sumber : hasil perhitungan 2021
5.1.2 Perhitungan Volume Galian dan Timbunan
Perhitungan biaya konstruksi yang dilakukan pada perencanaan bendungan
Kembang Komak ini mengacu pada harga satuan yang diberikan oleh panitia.
Karena keterbatasan waktu, sebagian volume dan hasil galian dihitung cara
pendekatan pendekatan potongan luas pada beberapa titik.
5.1.3 Biaya Langsung
Biaya langsung merupakan biaya yang langsung berbentuk wujudnya dan bisa
dilihat secara kasat mata. Biaya langsung dapat dihitung dengan perkiraan biaya
finansial proyek untuk barang-barang seperti material dan lain-lain. Untuk
perhitungan biaya langsung disajikan pada tabel berikut:
Tabel 5.4 Rencana Anggaran Biaya
72
Galian tanah biasa dengan
alat di buang ke tempat Rp Rp
2.1.3 145972.64 m3
pembuangan dengan jarak 54,068.55 7,892,528,911.49
angkut sembarang
Galian batuan lapuk
dengan alat diangkut ke
tempat Rp Rp
2.1.4 41549.58 m3
pembuangan/timbunan 37,845.50 1,572,464,763.41
dengan jarak angkut
sembarang
Galian batuan keras
diangkut ke tempat
Rp Rp
2.1.5 pembuangan/ timbunan 1208463.25 m3
37,845.50 45,734,899,811.33
dengan jarak angkut
sembarang
Timbunan Zona 1, Inti
kedap air dengan
pemadatan biasa, material Rp Rp
2.1.6 1119607.15 m3
diangkut dari area borow 80,359.04 89,970,553,956.58
area dengan jarak angkut
sembarang
Timbunan Zona 2A & 2B, Rp Rp
2.1.7 439222 m3
Filter dan Drainase Jari 74,916.47 32,904,963,896.52
Timbunan Zona 3, Tanah Rp Rp
2.1.8 2002101.67 m3
penutup dari Borrow Area 79,999.81 160,167,743,597.33
Timbunan rip-rap/batu
kosong, material diambil
Rp Rp
2.1.9 dari river deposit, diangkut 265618.05 m3
112,290.83 29,826,470,707.83
dari river deposit dengan
jarak angkut sembarang
II. BANGUNAN
COFFERDAM
3.1 Pekerjaan Tanah
73
Timbunan Zona 1, Inti
kedap air dengan
pemadatan biasa, material Rp Rp
3.1.1 106340.66 m3
diangkut dari area borow 959,516.72 102,035,640,936.88
area dengan jarak angkut
sembarang
Timbunan Zona 2A, Filter Rp Rp
3.1.2 21893.29 m3
Halus 7,491,647.00 164,016,800,348.63
Timbunan rip-rap/batu
kosong, material diambil
Rp Rp
3.1.3 dari river deposit, diangkut 58762.47 m3
734,800.00 43,178,662,956.00
dari river deposit dengan
jarak angkut sembarang
2.2 Instrumentasi
Piezometer Open Pipe Rp Rp
2.2.1 50 titik
40,229,200.00 2,011,460,000.00
Crest Settlement Survey Rp Rp
2.2.2 20 titik
Point (CSS) 25,873,100.00 517,462,000.00
Surface Settlement Survey Rp Rp
2.2.3 30 titik
Point 25,873,100.00 776,193,000.00
Multilayer Settlement Rp Rp
2.2.4 4 titik
25,873,100.00 103,492,400.00
2.3 Perkerasan Puncak
Persiapan permukaan
jalan, perataan dan
pemadatan sub base
Rp Rp
2.3.1 course, material terpilih 570.351 m3
465,300.00 265,384,320.30
dari pasir gravel tanah
(sirtunah) dengan diameter
maksimum 100 mm.
Pemadatan perkerasan
Rp Rp
2.3.2 Base Course, material 570.351 m3
411,400.00 234,642,401.40
terpilih dari pasir gravel
74
dengan diameter
maksimum 40 mm
Pengaspalan Jalan , tebal 5 Rp Rp
2.3.3 1486.43 m2
cm 485,100.00 721,067,193.00
2.4 Lain Lain
Pengadaan dan
Rp Rp
2.4.1 pemasangan handrail dan 815 m'
368,500.00 300,327,500.00
assesoris, pipa GSP dia. 3"
III. PEKERJAAN
PELIMPAH
(SPILLWAY)
3.1 PEKERJAAN TANAH
Galian tanah biasa dengan
alat di buang ke tempat Rp Rp
3.1.1 133726.4909 m3
pembuangan dengan jarak 42,900.00 5,736,866,459.69
angkut sembarang
Galian batuan keras
diangkut ke tempat
Rp Rp
3.1.2 pembuangan/ timbunan 13033.1359 m3
189,200.00 2,465,869,312.28
dengan jarak angkut
sembarang
3.2 PEKERJAAN BETON
Produksi beton K225
Rp Rp
3.2.1 dengan aggregat ukuran 2 - 6516.56795 m3
2,080,100.00 13,555,112,992.80
3 cm
Bekisting/cetakan B 1
untuk beton dengan Rp Rp
3.2.2 28672.89898 m2
permukaan unexpose 344,567.50 9,879,749,018.94
(permukaan halus)
Pembesian untuk beton, Rp Rp
3.2.3 3258.283975 kg
potong dan pasang besi 44,000.00 143,364,494.90
Shotecrete Rp Rp
3.2.4 1303.31359 m3
764,500.00 996,383,239.56
3.3 IV. LAIN LAIN
75
Pasangan batu dengan Rp Rp
3.3.1 2606.62718 m3
campuran 1 Pc : 4 Psr 1,136,300.00 2,961,910,464.63
Plesteran, tebal 20 mm
Rp Rp
3.3.2 dengan acian, dengan 13033.1359 m2
100,100.00 1,304,616,903.59
campuran 1 Pc : 4 Psr
V. PEKERJAAN
INTAKE
4.1 PEKERJAAN BETON
Stop Log Beton K225
Rp Rp
4.1.1 dengan aggregat ukuran 2 - 7.875 m3
2,080,100.00 16,380,787.50
3 cm
Pintu Intake Rp Rp
4.1.2 1 Bh
10,000,000.00 10,000,000.00
VI.
ELEKTROMEKANIKAL
Diesel Generator 75KVA Rp Rp
5.1.1 1 jam
2,080,100.00 2,080,100.00
Motor 10 KW 1350 rpm + Rp Rp
5.1.2 1 Bh
pengkabelan 10,000,000.00 10,000,000.00
VII. BANGUNAN
FASILITAS
Rumah Jaga type 36 Rp Rp
6.1.1 36 m2
2,147,418.00 77,307,048.00
Rumah Dinas tipe 200 Rp Rp
6.1.2 200 m2
2,188,809.00 437,761,800.00
Kantor Unit Pengelola Rp Rp
6.1.3 200 m2
Bendungan Tipe 200 2,327,514.00 465,502,800.00
Tempat Ibadah / Misholla Rp Rp
6.1.4 70 m2
Tipe 70 2,397,000.00 167,790,000.00
Mebeler fassilitas Kantor Rp Rp
6.1.5 1 Ls
208,764,100.00 208,764,100.00
76
Ruang Tanki BBM Rp Rp
6.1.7 1 Ls
18,650,424.00 18,650,424.00
Pagar area Fasilitas Rp Rp
6.1.8 147 m'
645,430.00 94,878,210.00
Ruang Generator (6x6) Rp Rp
6.1.9 36 m2
tipe 36 1,659,182.00 59,730,552.00
VIII. PENUNJANG
PARIWISATA
Pekerjaan lantai kerja 5cm Rp Rp
7.1.1 288 m2
9,180.00 2,643,840.00
Pekerjaan Paving Block Rp Rp
7.1.2 288 m2
123,000.00 35,424,000.00
Tempat duduk kayu Rp Rp
7.1.3 3 bh
2,327,514.00 6,982,542.00
Rp
TOTAL BIAYA
722,581,417,908.58
Rp
PPN 10%
72,258,141,790.86
Rp
TOTAL BIAYA KONSTRUKSI
794,839,559,699.44
Rp
PEMBULATAN
794,839,560,000.00
Sumber : hasil perhitungan 2021
77
sehinga perlu diperhitungkan selain perhitungan bunga. Biaya ini didekati dengan
menggunakan tabel berikut ini:
Tabel 5.6 Besar Biaya Tahunan untuk Operasi dan Pemeliharaan
No. Jenis Bangunan % Biaya Modal
1 Dam dan Waduk 0.1
2 Intake 1
3 PLTMH 2.5
4 PLTA 1
5 PLTU 2.5
6 Saluran Tanah 2
7 Saluran Pasangan 1
8 Terowongan Baja 1.5
9 Terowongan Beton 1
10 Terowongan Kayu 8
11 Jaringan Irigasi 3
12 Jembatan Beton / Baja 3
13 Jembatan Kayu 8
14 Pintu Besi 1.5
15 Jaringan Transmisi 1
Sumber : Suryanto,2001:47
Sehingga perhitungan untuk masing-masing O&P dapat dihitung. Berikut ini adalah
presentase biaya modal dari masing-masing biaya bendungan
a. Pekerjaan persiapan = 0%
b. Bangunnan Pengelak = Terowongan Beton
= 1%
c. Bendungan Utama = Dam dan Waduk
= 0,1%
d. Bangunan Pelimpah = 1. Dam dan Waduk
= 2. Saluran Pasangan
= 1.1%
e. Bangunan Intake = 1.Intake
= 2.PLTMH/Irigasi/Air Baku
= Terowongan Beton
= 3%
Tabel 5.7 Besar Biaya Tahunan untuk Operasi dan Pemeliharaan
78
No. Jenis Pekerjaan Total Biaya Operasi dan
Pemeliharaan
1 Pekerjaan Persiapan Rp. 467,987,051.00
2 Bangunan Pengelak Rp. 315,157,516,295.00 Rp. 3,151,575,162.95
3 Bangunnan Utama Rp. 369,286,028,711.00 Rp. 369,286,028.71
4 Bangunan Pelimah Rp. 32,777,345,518.00 Rp. 360,550,800.70
5 Bangunan Intake Rp. 26,380,787.00 Rp. 527,615.75
Sumber : hasil perhitungan 2021
Biaya langsung
No Jenis pekerjaan Total biaya
1 Pekerjaan persiapan Rp 467,987,051.00
2 Pengelak Rp 315,157,516,295.00
3 Banguanan utama Rp 369,286,028,711.48
4 Pelimpah Rp 32,777,345,518.16
5 Intake Rp 26,380,787.50
Total rp 717,715,258,363.14
Biaya tak langsung
No Jenis pekerjaan Total biaya
1 Biaya contingecies Rp 39,741,978,000.00
2 Biaya Engineering Rp 39,741,978,000.00
Total rp 79,483,956,000.00
No Jenis pekerjaan Total biaya
1 O & P Tahuanan Rp 3,881,939,608.11
Sumber : hasil perhitungan 2021
80
Pemanfaatan Penghasilan
Irigasi Rp 113,220,000,000.00
Air Baku Rp 4,288,896.00
PLTA Rp 3,163,680,000.00
Total Rp 116,387,968,896.00
Sumber : hasil perhitungan 2021
Tingakt suku
bunga 2% 4% 7%
Rp Rp Rp
manfaat 116,387,968,896.00 116,387,968,896.00 116,387,968,896.00
Berdasarkan hasil Analisa ekonomis rasio B/C > 1 maka dari itu bendungan ini
termassuk bendungan yang ekonomis
81
BAB IV
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil perencanaan yang telah diibuat, maka dapat diambil kesimpulan
tentang data teknis banguan utama dan bangunan pelengkap bendungan yaitu sebagai
berikut :
A. Tubuh Bendungan
➢ Tipe tubuh bendungan : Urugan inti tegak
➢ Elevasi dasar sungai : + 85 m
➢ Elevasi puncak bendungan : + 151 m
➢ Tinggi bendungan : 66 m
➢ Lebar puncak bendungan : 12 m
➢ Kemiringan hulu main dam :1:3
➢ Kemiringan hilir maindam : 1 : 2.5
B. Bangunan Pelimpah
➢ Jenis bangunan : Pelimpah samping tanpa
pintu
➢ Skema : Pengara – mercu –
transisi peluncu – peredam – saluran pelepasan
➢ Tipe mercu : Ogee tipe I
➢ Evevasi mercu : + 143.4 m
➢ Lebar mercu pelimpah : 50 m
➢ Tipe kolam olak : USBR Tipe III
➢ Panjang kolam olak : 17 m
➢ Lebar kolam olak : 37.5 m
C. Banguan Pengelak / Bangunan pengambilan
➢ Fungsi : Mengelakan aliran
sungai dan sebagai intake irigasi dengan penambahan stop log beton pada
hulu
➢ Tipe : Diversion tunnel
➢ Bentuk ; Horse Shoe
➢ Panjang trowongan : 250 m
➢ Kapasitas pengelakan ( Q25) : 352.19 m3/dt
➢ Kapasitas pengambilan : 14.392 m3/dt
82
➢ Debit kebutuhan : 6. 61 m3/dt
➢ Elevasi hulu : + 96.11 m
➢ Elevasi hilir : + 90 m
83
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen Pengairan, 1986, Kriterian perencanaan Bagian Bangunan Utama KP-02, Badan
penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta
Soedibyo,1993,Teknik Bendungan, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Sosrodarsono,S.dan Kensaku T.,(1981), Bendungan Type Urugan, PT. Pradnya Paramita,
Jakarta.
84