DISUSUN OLEH :
DOSEN PENGAMPU :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Dampak
Pembangunan Jembatan Terhadap Lingkungan” ini dalam bentuk maupun isinya yang
sederhana.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen Analisa Mengenai Dampak Lingkungan
Bapak Bagus Dwi Purwanto S.T., M.T. yang telah memberikan tugas ini dan juga membimbing.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
bagi yang membacanya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
d. Bendungan sisi (high level dam) adalah bendungan yang terletak di sebelah sisi
kiri dan sisi kanan bendungan utama yang tinggi puncaknya juga sama. Ini
dipakai untuk membuat proyek seoptimal-optimalnya, artinya dengan
menambah tinggi pada bendungan utama diperoleh hasil yang sebesar-
besarnya biarpun harus menaikkan sebelah sisi kiri dan atau sisi kanan.
e. Bendungan di tempat rendah (saddle dam) adalah bendungan yang terletak di tepi
waduk yang jauh dari bendungan utama yang dibangun untuk mencegah
keluarnya air dari waduk sehingga air waduk tidak mengalir ke daerah
sekitarnya.
f. Tanggul (dyke, levee) adalah bendungan yang terletak di sebelah sisi kiri dan atau
kanan bendungan utama dan di tempat yang jauh dari bendungan utama yang
tinngi maksimalnya hanya 5m dengan panjang puncaknya maksimal 5 kali
tingginya.
2. Berdasarkan ukurannya
a. Bendungan besar (Large Dams). Bendungan yang tingginya lebih dari 10 m,
diukur dari bagian bawah pondasi sampai puncak bendungan.
b. Bendungan kecil (Small Dams). Semua bendungan yang tidak memiliki syarat
sebagai bendungan besar (Large Dams).
3. Berdasarkan tujuan pembangunannya
a. Bendungan dengan tujuan tunggal (Single Purpose Dams). Bendungan dengan
tujuan tunggal (Single Purpose Dams) adalah bendungan yang dibangun untuk
memenuhi satu tujuan saja misalnya PLTA.
b. Bendungan serba guna (Multi Purpose Dams). Bendungan serba guna (Multi
Purpose Dams) adalah bendungan yang dibangun untuk memenuhi beberapa
tujuan, misalnya untuk irigasi, PLTA, pariwisata dan perikanan.
4. Berdasarkan penggunaanya
a. Bendungan membentuk waduk (Storage Dams). Bangunan yang dibangun untuk
membentuk waduk guna menyimpan air pada waktu kelebihan agar dapat dipakai
pada waktu diperlukan.
b. Bendungan penangkap atau pembelok air (Diversion Dams). Bendungan yang
dibangun agar permukaan air lebih tinggi, sehingga dapat mengalir masuk
kedalam saluran air atau terowongan air.
c. Bendungan untuk memperlambat air (Distension Dams). Bendungan yang
dibangun untuk memperlambat air sehingga dapat mencegah terjadinya banjir.
5. Berdasarkan jalannya air
a. Bendungan untuk dilewati air (Overflow Dams), adalah bendungan yang
dibangun untuk dilewati air misalnya, pada bangunan pelimpas (Spillway).
b. Bendungan untuk menahan air (Non Overflow Dams), adalah bendungan yang
sama sekali tidak boleh dilewati air. Biasanya dibangun berbatasan dan biasanya
terbuat dari beton, pasangan batu, atau pasangan bata.
6. Berdasarkan konstruksinya
a. Bendungan serbasama (Homogeneus Dams), adalah bendungan yang lebih dari
setengah volumenya terdiri dari bahan bangunan yang seragam.
b. Bendungan urungan berlapis-lapis (Zoned Dams), adalah bendungan yang terdiri
dari beberapa lapisan yaitu, lapisan kedapan air (WaterTight Layer), lapisan batu
(Rock Zones), lapisan batu teratur (Rip-rap) dan lapisan pengering (Filter zones).
c. Bendungan urugan batu dengan lapisan kedap air di muka (Impermeable Face
Rock Fill Dams), adalah bendungan urugan batu berlapis-lapis yang lapisan kedap
airnya diletakan di sebelah hulu bendungan . lapisan yang biasanya dipakai adalah
aspal dan beton bertulang.
d. Bendungan beton (Concrete Dams), adalah bendungan yang dibuat dari
konstruksi beton baik dengan tulangan atau tidak. Pembagian tipe bendungan
berdasarkan fungsi.
2.4 Pemilihan Lokasi Bendungan
Dalam pemilihan lokasi bendungan hendaknya dipilih lokasi yang paling menguntungkan
dari beberapa segi. Misalnya dilihat dari segi perencanaan, pengaman bendungan,
pelaksanaan, pengoprasian, dampak pembangunan dan sebagainya. Dari beberapa
pengalaamn dalam memilih lokasi bendungan, tidak semua persyaratan yang dibutuhkan
dapat terpenuhi. Sehingga lokasi bendungan ditetapkan pada persyaratan yang dominan.
Pemilihan lokasi bendungan didasarkan pada beberapa faktor yaitu :
1. Keadaan topografi
2. Keadaan hidrologi
3. Kondisi topografi
4. Kondisi hidroulik dan morfologi
5. Kondisi tanah pondasi
6. Biaya pelaksanaan
2.5 Dampak Pembangunan Bendungan
1. Dampak Sosial
Banyak dampak sosial ekonomi yang paling menantang dari pembangunan
bendungan berhubungan dengan migrasi dan pemukiman, bendungan situs atau di daerah
tangkapan air (Bartolome et al, 2000;. Cernea, 2003; Egre dan Senecal, 2003; Scudder,
1997, 2005).Bendungan biasanya dibangun pada bagian sudetan.Bagian sudetan inilah yang
berdampak utama kepada kehidupan masyarakat.Bagian ini dibuat lurus diantara lekukan
sungai yang berfungsi agar aliran air tidak dapat menimbulkan erosi pada badan sungai.
Akan tetapi dengan dibangunnya waduk pada bagian ini berdampak langsung ke masyarakat
yang dulunya tinggal didaerah ini.Masyarakat dikawasan yang menjadi kawasan dari proyek
ini harus pindah bertransmigrasi ke tempat lain(Scudder, 2005; Komisi Dunia untuk
Bendungan, 2000b). Bendungan Volta di Ghana misalnya, telah memindahkan secara
massal lebih dari 78.000 manusia yang berasal dari 700 kota dan desa. Danau Kainji di
Nigeria memindahkan 42.000 orang, bendungan tinggi Aswan 120.000 orang, bendungan
Kariba 50.000 orang, bendungan keban di Turki 30.000 orang, bendungan Ubolratana di
Tahiland 30.000 orang, sementara proyek pamong di Vietnam memindahkan secara massal
penduduk setempat sebanyak 450.000 orang.
Jika di perkirakan akan ada jutaan manusia di belahan bumi ini yang terdiri dari
bangsa-bangsa pribumi yang akan dipindahkan secara massal melalui tindakan pemaksaan,
dimana mereka harus meninggalakan tanah leluhur dan bertarung dalam sebuah kehidupan
baru yang tidak pasti.
Menurut kepala Divisi Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi),
Nurhidayati, menyebutkan, masyarakat yang berada di daerah genangan (bendungan)
ternyata tidak mendapatkan keuntungan dari proyek bendungan, terusir dari tempat
kelahirannya serta kehilangan nilai-nilai adat budaya yang selama ini dipegang teguh dan
dijaga kelestariannya oleh masyarakat setempat.
Dampak dari pembangunan bendungan juga tidak hanya itu.Selain perubahan
dalam jaringan sosial dan integritas masyarakat(Fuggle dan Smith, 2000) di tempat
asal,masyarakat rural ini biasanya juga akan kehilangan pekerjaan.Sebagaimana masyrakat
perdesaan lainnya,kebanyakan dari mereka bekerja secara tradisional seperti pertanian dan
mengambil langsung dari alam.Pembangunan bendungan mau tidak mau banyak
mengadakan penebangan hutan dan pembebasan lahan.Karena adanya penebangan hutan ini
masyaraktpun akan kehilangan mata pencahariannya.Bagi mereka yang lahannya
ditenggelamkan dan diganti lahan baru ditempat lain ini yang malahan akan mendapatkan
dampak yang lebih berat.Karena bila di tempat asal mereka telah mendapatkan
pekerjaan,belum tentu di tempat emindahan nanti mereka akan mendapatkan pekerjaan baru
yang dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka.
Adanya penebangan hutan untuk pembuatan bendungan pada bagian hulu disertai
banyaknya erosi vertical pada bagian hulu akan mengurangi daya serap hutan serta akan
menyebabkan pendangkalan pada daerah di sekitar bendungan yang berimmplikasi utama
menjadi penyebab terjadinya banjir pada daerah sekitar waduk.Akan tetapi warga pada
daerah hilirlah yang pailing mendapatkan imbas yang luar biasa dari adanya banjir
ini.Contohya saja seperti Jakarta yang mendapatkan kiriman banjir dari waduk Jatiluhur
yang notabene dibuat dengan melakuakn penebangan hutan pada bagian hulu.Adanya
bendungan juga berakibat kepada ertanian warga pada bagian hilir.Buka tutup pintu
bendungan berimplikasi kepada ketidakpastian lahan mereka dalam mendapatkan air.
Masalah lain yang dapat ditimbulkan oleh waduk-waduk ini adalah adanya sarang
penyakit(Lerer dan Scudder, 1999; McMillan, 1995);.Bendungan-bendungan besar ini
menimbulkan penyakit karena mereka memiliki aliran yang sangat lambat dan ini merupakan
aliran ang sangat baik bagi perkembang biakan nyamuk(Vektor malaria dan Aides Aegepty
dan perkembangbiakan keong(vector schistosomiasis) akibatnya banyak warga yang berada di
bibir bendungan pada musim hujan banyak terkena penyakit seperti malaria dan demam
berdarah yang disebabkan oleh adana nyamuk.Sedangkan dampak penyakit yang lebih
berbahaya diebabkan oleh schistosomiasis atau dikenal sebagai cacing pipih.Penyakit ini
sering menyerang anak.Penyakit ini dapat menyerang organ internal manusia dan
menghambat pertumbuhan pada anak-anak.Gejala yang ditimbulkan oleh cacing ini
diantaranya batuk,pilek,diare,pembesaran hati,jumlah leukosit yang sangat tinggi,dan dapat
menyebabkan luka pada kelamin.
Ancaman keselamatan adalah ancaman yang paling menjadi perhatian utama dalam
artikel ini. Volume air yang ditampung oleh bendungan dapat mengacam keselamatan warga
yang tinggal di hilir sungai. Karena tekanan air yang ditampung oleh bendungan dapat
melemahkan konstruksi bendungan terlebih dalam pembanguna bendungan ini berada di
daerah yang terdapat aktivitas rawan gempa. Mengingat bendungan ini sangat rawan terhadap
gempa bumi baik yang disebabkan oleh aktivitas vulkanik gunung berapi maupun aktivitas
tektonik lempeng di selatan pulau jawa.Jika gempa bumi itu nantinya meruntuhkan
bendungan yang bersangkutan dan melepaskan volume air besar yang tersimpan dalam
waduk, dapat menelan ribuan masyarakat yang tinggal di daerah hilir. Seperti yang terjadi
beberapa bulan lalu runtuhnya situ gintung. waduk situ gintung merupakan salah satu waduk
yang dibangun pada 1932 oleh Belanda sebagai bagian dari sistem pengendalian banjir
wilayah selatan jakarta.
Mengingat kontruksi situ yang telah tua dimana kontruksi situ hanya terbuat dari
endapan tanah membuat waduk tak mampu lagi menerima volume air dalam jumlah yang
besar dan akibat ketidakmampuan tersebut waduk situ gintung akhirnya memuntahkan
bebannya ke pemukiman warga yang tinggal di hilirnya dan telah menelan puluhan korban
jiwa dan mengahancurkan ratusan rumah penduduk.
2. Dampak Lingkungan
Pembangunan bendungan selain menuai permasalahan sosial juga berimbas kepada
ekologi yang terdapat di sungai. Dimana sungai merupakan ekosistem yang memiliki
keanekaragaman hayati yang beragam dari pada di laut. Sungai merupakan lingkungan
yang memiliki kaya akan zat- zat hara dan nutrient yang dibutuhkan mahluk hidup,
dimana tempat- tempat semacam ini merupakan tempat yang subur bagI produsen primer
yaitu tumbuhan dan disinilah terdapat beragam jenis ikan dan hewan air berkembang
baik, seperti serangga, ikan dan hewan mamalia lainnya. Bendungan-bendungan besar
seperti ini, sangat menimbulkan pengrusakan lingkungan yang sangat buruk,
diantarannya: Menenggelamkan hutan yang sangat luas, merubah struktur alamiah sungai
dan pengerusakan biota sungai, Pembukaan wilayah-wilayah isolasi untuk pengerukan
sumber daya alam dan Hilangnnya lahan basah pertanian yang luas. anyak bukti yang
bisa disaksikan dari perjalanan sejarah pembangunan yang penuh dengan praktek
ekstraktif ini, misalnnya Bendungan Tucurui dan Balbina bersama-sama
menenggelamkan 6.400 kilometer persegi hutan hujan tropis di Amazon Brazil,
Bendungan Akosombo menenggelamkan yang luas melebihi bendungan manapun
diseluruh dunia, yakni 8.500 kilometer persegi.
Tanpa kita sadari pembangunan bendungan berdampak langsung kepada penurunan
kualitas air sungai. Akibat dari itu dapat mengacam populasi ikan bermanfaat dan
menimbulkan masalah terhadap ternak dan manusia, Karena mengubah sistem dari sungai
ke danau juga menciptakan habitat yang lebih bagi nyamuk dan siput (Lanza, 1971).
Selain itu, perubahan kualitas air bendungan juga diakibat oleh pembusukan hutan
dan vegetasi yang tergenang. Pembakaran hutan pada bagian hulu untuk dijadikan lahan
bendungan juga akan menambah polusi udara, termasuk karbon dioksida, ozon dan gas
rumah kaca lainnya, dan zat beracun seperti merkuri. Setelah terbakar, nutrisi dari abu
akan memicu dan mendukung pertumbuhan bakteri tiba-tiba kelebihan dan ganggang
dalam air sebagai reservoir mengisi, memicu riam masalah kualitas air, termasuk
mengurangi oksigen terlarut sangat, ikan membunuh, pembentukan metabolit beracun
oleh cyanobacteria dan pelepasan gas beracun dan logam seperti hidrogen sulfida dan
merkuri dari sedimen waduk. Meninggalkan biomassa di belakang juga akan bermasalah,
kata Lanza, karena busuk vegetasi akan meningkatkan emisi gas rumah kaca dari waduk,
menggunakan oksigen yang tersedia dalam air, mematikan ikan dan menghasilkan air
yang tidak cocok untuk di konsumsi dan irigasi.
Bendungan mempengaruhi sistem biofisik terutama dengan mengubah hidroglogi
sungai dan dengan sistem memecah-belah sungai (Kotchen et al., 2006). Berubahnya
hidrologi sungai ke danau membuat aliran air terhambat di waduk. Sehingga nutrient
yang dibutuhkan ikan pada aliran sungai bagian hilir menjadi terhambat dan menumpuk
di waduk. Akibat dari terhalangnya nutrisi di waduk membuat populasi ikan- ikan yang
berada di hilir menjadi lapar akan gizi.
Bendungan juga akan menghambat ikan-ikan untuk bermigrasi.Ada spesies-spesies
ikan yang harus bermigrasi untuk melakukan proses pembuahan sel telur(fertilisasi) akan
tetapi dengan adanya bendungan akan menghalangi mereka untuk melakukan hal itu dan
akan beraakibat kepada punahnya spesies ikan yang melakukan proses ini.Adanya
bendungan juga akan menyebabkan ikan tidak dapat bebas untuk mencari makanan di
sepanjang aliran sungai.Adanya ikan-ikan seperti salmon yang biasanya hidup mengikuti
aliran sungai tidak dapat mengalami hal itu dan terancam berkumpul di satu titik sampai
nanti terjadi overpopulation ikan spesies ini dan akan menyebabkan habisnya persediaan
makanan pada bagian hulu.
Bendungan juga menyebabkan penggenangan air terhadap ribuan hektar hutan.
Perencanaan bendungan seringkali mengabaikan nilai ekologis yang sulit dinyatakan dari
pemeliharaan tanah, pengisian kembali air tanah, stabilisasi iklim, pemurnian air dan
udara serta perlindungan terhadap kehidupan margasatwa di dalamnya. Pembangunan
bendungan nantinya akan mencegah endapan air sungai dibawa ke hilir dan laut. Padahal
endapan tersebut mengandung bahan-bahan bergizi tinggi untuk tanah. Menurut hasil
penelitian dari Universitas Umea, di Swedia. Yang lebih mengherankan adalah bahwa
bendungan juga mempengaruhi tumbuh- tumbuhan yang berada di sepanjang aliran
sungai di bagian hilir. Setidak- tidaknya jenis tanaman yang berada dikiri dan kanan
sungai. Selama 70 tahun pembangunan bendungan di swedia, jenis tumbuhan yang punah
mencapai 15 persen.
Masalah ekologi selanjutnya yang disebabkan oleh hilangnya kadar sedimen dari air
di hilir adalah erosi tanah di daerah pantai atau delta. Karena semua hasil pada beban
sedimen bendungan hilir berkurang, sungai dibendung dikatakan "lapar" untuk sedimen.
Karena laju deposisi sedimen sangat berkurang membuat pasokan deposit ( zat- zat
nuttrien) untuk sungai berkurang tetapi laju erosi tetap hampir konstan, aliran air
menggerogoti di tepi sungai dan dasar sungai, mengancam ekosistem pantai,
memperdalam sungai, dan penyempitan sungai. mengurangi kadar air, homogenisasi
aliran sungai dan ekosistem sehingga mengurangi variabilitas, mengurangi dukungan
untuk satwa liar, dan mengurangi jumlah sedimen mencapai dataran pantai dan delta.
3. Dampak Pembangunan Bendungan terhadap Ekonomi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Dampak adalah benturan, pengaruh yang
mendatangkan akibat baik positif maupun negatif. Pengaruh adalah daya yang ada dan
timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau
perbuatan seseorang. Pengaruh adalah suatu keadaan dimana ada hubungan timbal balik
atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi
Dampak juga bisa merupakan proses lanjutan dari sebuah pelaksanaan pengawasan
internal. Seorang pemimpin yang handal sudah selayaknya bisa memprediksi jenis
dampak yang akan terjadi atas sebuah keputusan yang akan diambil baik itu dampak
positif maupun dampak negatif. Seperti halnya dalam sebuah pembangunan akan
menimbulkan dampak. Pembangunan bendungan bertujuan untuk menyediakan irigasi
dan sebagai pariwisata yang dapat memberikan keuntungan secara ekonomis. Peluang-
peluang kegiatan ekonomi di sekitar pembangunan hendaknya dapat dimanfaatkan
sebaik-baiknya oleh masyarakat setempat, seperti kesempatan kerja di area bendungan
akan berubah. Sebagai industri pelayanan atau jasa pada umumnya bersifat padat karya
(labour intensive). Jenis tenaga kerja yang diminta pada dasarnya yang agak
berpendidikan atau bahkan tidak berpendidikan. Suplai tenaga kerja seperti itu berlimpah.
Dalam penelitian ini kondisi ekonomi yang menjadi tolak ukur yaitu:
1) Perubahan mata pencaharian
Mata pencaharian berhubungan erat dengan pendapatan sebagai faktor
utama dalam menunjang keberlanjutan hidup masyarakat. Tanpa memiliki mata
pencaharian tertentu, masyarakat tidak akan mampu memenuhi kebutuhan
hidupnya. Mata pencaharian atau pekerjaan adalah salah satu penopang kebutuhan
ekonomi atau kebutuhan hidup dalam suatu keluarga. Dengan memiliki dan
melakukan suatu pekerjaan yang menghasilkan pendapatan, suatu keluarga dapat
memenuhi kebutuhan ekonomi mereka.
2) Kesempatan kerja
Kesempatan kerja adalah banyaknya orang yang dapat tertampung untuk
bekerja pada suatu perusahaaan atau suatu instansi (Disnakertrans, 2019:5).
Kesempatan kerja sebagai lapangan usaha atau kesempatan yang tersedia untuk
bekerja akibat dari suatu kegiatan ekonomi, dengan demikian kesempatan kerja
mencakup lapangan pekerjaan yang sudah diisi dan kesempatan kerja juga dapat
diartikan sebagai partisipasi dalam pembangunan (Sagir, 1994 dalam Adiguna,
2013:25).
4. Dampak Pembangunan Terhadap Sosial Budaya
Pembangunan berarti suatu keleluasaan dan keterbukaan dalam menyerap
berbagai macam nilai-nilai dalam suatu masyarakat. Dengan semakin terbukanya
hubungan dengan dunia internasional, maka semakin banyak nilai-nilai sosial budaya
yang beriteraksi dengan nilainilai budaya setempat. Keaadan seperti ini sering terjadi dan
menimbulkan permasalahan dalam masyarakat karena, nilai-nilai sosial budaya yang
berasal dari luar negeri belum tentu sesuai dengan nilainilai sosial budaya masyarakat
setempat. Sebagai contoh sikap hidup materalistis, individualistis adalah merupakan gaya
hidup bagi masyarakat kapitalis dengan ekonomi tinggi. Bagi mereka gaya hidup seperti
itu adalah hal biasa dan wajar-wajar saja, tetapi bagi masyarakat negara sedang
berkembang tentu akan menjadi hal yang dianggap tidak wajar dan dianggap tidak sesuai
dengan budayanya (Hasan, 2018:21). Pemahaman terhadap dampak pariwisata sebagai
salah satu tujuan pembangunan bendungan pada aspek sosial-budaya hendaknya
memperhatikan sifat dan susunan berbagai kelompok yang terlibat dan hubungan timbal
balik di antara mereka. Beberapa dampak pembangunan bendungan terhadap sosial-
budaya antara lain sebagai berikut:
1) Interaksi sosial
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik atau resiprokal. Hal ini
berarti ada hubungan yang saling mempengaruhi terkait dengan manusia dengan
kelompok. Interaksi sosial dimaknai ketika adanya hubungan „saling‟ yang
melibatkan individu dengan individu, individu dengan kelompok atau bahkan
kelompok dengan kelompok. Hal ini disebut juga sebagai adanya aksi dan reaksi.
Interaksi dapat berbentuk akomodasi, kerjasama, persaingan atau bahkan
pertikaian. Dua orang yang saling bertemu, berjabat tangan, dan berbicara maka
dapat dikatakan sudah terjadi interaksi sosial.
Demikian juga sebaliknya dua orang yang saling bertemu, bermusuhan,
dan saling memukul juga dapat dikatakan berinteraksi sosial. Namun tentunya
bentuk interaksi kearah yang negatif yaitu pertikaian atau persaingan. Interaksi
sosial dapat dicirikan sebagai berikut:
a) Pelakunya lebih dari satu orang 2
b) Adanya komunikasi antar pelaku melalui kontak sosial
c) Adanya maksud dan tujuan, terlepas dari sama atau tidaknya maksud dan
tujuan tersebut
d) Adanya dimensi waktu yang akan menentukan sikap aksi yang sedang
berlangsung. Disebutkan diatas bahwa syarat adanya interaksi tersebut
yaitu adanya kontak sosial. Kontak sosial (social contact) dimaknai juga
sebagai bentuk komunikasi.