Anda di halaman 1dari 19

7

BAB. II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI LAHAN RAWA LEBAK
Lahan rawa adalah lahan darat yang tergenang secara periodik atau terus menerus
secara alami dalam waktu lama karena drainase yang terhambat. Meskipun dalam keadaan
tergenang, lahan ini tetap ditumbuhi oleh tumbuhan. Lahan ini dapat dibedakan dari
danau, karena danau tergenang sepanjang tahun, genangannya lebih dalam, dan tidak
ditumbuhi oleh tanaman kecuali tumbuhan air.

Sebenarnya lahan rawa merupakan lahan yang menempati posisi peralihan diantara
sistem daratan dan sistem perairan yaitu antara laut dan daratan atau terletak didaratan itu
sendiri, antara wilayah lahan kering ( uplands ) dan sungai / danau. Oleh karena menempati
posisi peralihan antara sistem perairan dan daratan, maka lahan ini sepanjang tahun atau
dalam jangka waktu yang panjang dalam setahun ( beberapa bulan ) tergenang dangkal,
selalu jenuh air, atau mempunyai air tanah dangkal. Sebelum dibuka untuk lahan pertanian,
pada keadaan alami lahan rawa ditumbuhi berbagai tumbuhan air, baik sejenis rerumputan
( reeds, sedges dan rushes ), vegetasi semak maupun kayu-kayuan / hutan, tanahnya jenuh
air atau mempunyai permukaan air dangkal, atau bahkan tergenang dangkal ( Subagyo,
2006 ).

Dilain sisi dan sudut pandang, lahan rawa juga dapat berarti lahan disekitar daerah
aliran sungai, yang selalu tergenang air terutama pada musim penghujan dan bisa menjadi
kering dimusim kemarau. Lahan rawa yang terletak disepanjang tepi sungai dipengaruhi
oleh pasang surutnya air tawar yaitu tanah tergenang pada saat air pasang dan kembali
kering pada saat air surut. Sedangkan lahan rawa yang lokasinya jauh dari sungai akan
selalu tergenang airnya dan hanya dapat kering pada waktu musim kemarau. Lahan rawa
8



yang dilimpahi air dikala air pasang dan menjadi kering dikala surut dinamakan lahan
pasang surut.

Lahan rawa lebak dapat diartikan sebagai lahan yang pada periode tertentu (minimal
satu bulan) tergenang air dan rejim airnya dipengaruhi oleh hujan, baik yang turun
setempat maupun di daerah sekitarnya. Tanah mineral memiliki tekstur liat dengan tingkat
kesuburan alami sedang tinggi dan PH 4 5 serta drainase terhambat sedang. Setiap
tahun, lahan lebak umumnya mendapat endapan lumpur dari daerah diatasnya, sehingga
walaupun kesuburan tanahnya tergolong sedang, tetapi keragamannya sangat tinggi antar
wilayah atau antar lokasi.

Di Indonesia, lahan rawa lebak terdapat cukup luas dan merupakan salah satu
alternatif areal yang dapat dikembangkan untuk mengatasi kebutuhan pangan yang terus
meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya alih fungsi
lahan setiap tahun. Lahan rawa semakin penting peranannya dalam upaya mempertahankan
swasembada beras dan mencapai swasembada bahan pangan lainnya, mengingat semakin
menciutnya lahan subur akibat penggunaannya untuk perumahan dan keperluan non
pertanian lainnya. Lahan lebak yang berpotensi sebagai sawah lebak banyak dijumpai di
seluruh nusantara tersebar di pulau sumatera dan Kalimatan yang mempunyai banyak
sungai dan berpeluang baik untuk dikembangkan. Lahan lebak tersebut cukup subur bila
diolah dan dimanfaatkan dengan baik untuk pengembangan tanaman pangan, hortikultura,
peternakan dan perikanan.

Disamping itu, beberapa wilayah lahan rawa lebak belakangan ini mulai
dikembangkan untuk tanaman perkebunan seperti kelapa sawit dan karet. Pengembangan
perkebunan ini memerlukan pembuatan saluran-saluran pengaturan (drainage), pintu-pintu
9



air, dan tabat (dam overflow) untuk pengendalian muka air tanah. Dengan adanya sawah
lebak ini, maka bisa meningkatkan pembangunan pertanian. Contohnya, dengan
pemanfaatan penanaman padi dapat memenuhi kebutuhan pangan serta memperoleh
pendapatan bagi petani.

Di Indonesia, ada empat masalah dan tantangan serius dalam pembangunan pertanian
yang dihadapi yaitu :
(1) semakin berkurangnya lahan subur untuk usaha pertanian,
(2) meningkatnya kebutuhan hasil pertanian khususnya beras,
(3) melandainya peningkatan produktivitas lahan sawah akibat cekaman lingkungan dan
pemanfaatan intensif dimasa lalu,
(4) semakin berkurangnya minat generasi muda yang mau bekerja di sektor pertanian.

Jika dilihat dari pengembangan Sawah / Lahan Rawa Lebak itu sendiri, masalah
utama pengembangan lahan lebak untuk usaha pertanian adalah kondisi rejim airnya
fluktuatif dan seringkali sulit diduga, hidrotopografi lahannya beragam dan umumnya
belum ditata baik, kebanjiran pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau
terutama di lahan lebak dangkal, dan sebagian lahannya bertanah gambut. Dengan kondisi
demikian, maka pengembangan lahan lebak untuk usaha pertanian khususnya tanaman
pangan dalam skala luas memerlukan penataan lahan dan jaringan tata air serta penerapan
teknologi yang sesuai dengan kondisi wilayahnya agar diperoleh hasil yang optimal.

Disamping masalah lahan, pengembangan lahan lebak untuk pertanian juga
terdapat beberapa kendala, diantaranya : kondisi sosial ekonomi masyarakat serta
kelembagaan dan prasarana pendukung yang umumnya belum memadai atau bahkan
belum ada. Hal ini terutama menyangkut kepemilikan lahan, keterbatasan tenaga dan
10



modal kerja serta kemampuan petani dalam memahami karakteristik dan teknologi
pengelolaan lahan lebak, penyediaan sarana produksi, prasarana tata air dan perhubungan
serta jalan usahatani, pasca panen dan pemasaran hasil pertanian.

B. KLASIFIKASI ZONA WILAYAH RAWA
Dilihat dari pengaruh air pasang surut, khususnya sewaktu pasang besar ( spring
tides ) dimusim hujan, bagian daerah aliran sungai dibagian bawah ( down stream area )
dapat dibagi menjadi 3 ( tiga ) zona. Klasifikasi zona zona wilayah rawa ini telah
diuraikan oleh ( Widjaja Adhi, 1992 dalam Subagyo, 2006 ). Ketiga zona wilayah rawa
tersebut adalah :
1. Zona I, Wilayah Rawa Pasang Surut Air Asin / Payau
2. Zona II, Wilayah Rawa Pasang Surut Air Tawar
3. Zona III, Wilayah Rawa Non Pasang Surut atau Wilayah Rawa Lebak

C. PERTANIAN PADA LAHAN RAWA LEBAK
Untuk pemanfaatan rawa lebak sebagai sawah, rawa lebak dapat ditanami pada
musim kemarau dan juga pada musim penghujan. Pada musim kemarau disebut dengan
sawah timur, sawah timur ini ditanami padi yang memiliki umur yang pendek seperti IR
64, IR 42, IR 66, cisoka, ciherang, cisanggarung, mekonga, Kapuas, lematang, dan
margasari (Kapuas, lematang, dan margasari merupakan padi spesifik lahan pasang surut).
Hasil rata-rata yang dapat diperoleh adalah 4-5 ton setiap hektarnya.

Jika musim hujan datang, lahan rawa lebak tengahan sampai dalam akan tergenang
lebih dari 100 cm sehingga disebut dengan sawah barat. Sawah barat harus ditanami padi
surung (deep water rice) pada akhir musim kemarau dan dipanen pada saat musim hujan
(genangan 100-150 cm). Padi yang termasuk jenis padi surung adalah alabio, tepus, nagara,
11



termasuk padi yang di kenal dengan nama hiyang. Banyak juga jenis padi irigasi yang
dapat ditanam di lahan rawa lebak pada musim penghujan.

Lebak dalam hanya ditanami pada saat musim kemarau panjang (4-5 bulan kering),
selebihnya dibiarkan dengan genangan yang tetap tinggi. Di beberapa wilayah, lahan rawa
lebak mulai dimanfaatkan untuk pertanian perkebunan seperti kelapa sawit ataupun karet.
Pengembangan perkebunan di lahan rawa lebak memerlukan adanya saluran-saluran
drainase dan pintu-pintu air untuk mengendalikan muka air tanah. Sesuai dengan sifat
agrofisik dan kondisi tanah, beberapa komoditas dapat tumbuh dengan baik apabila
diberikan masukan berupa kapur atau juga pupuk majemuk yang cukup. Pertumbuhan dan
hasil tanaman di lahan rawa lebak sangat tergantung pada jenis tanah dan juga masalah air.
Asal mampu mengatasi kedua masalah tersebut, pertanian di lahan rawa lebak akan
memberikan hasil yang mungkin sama baiknya dengan di lahan pertanian yang tidak
marginal.

D. ASPEK HIDROLOGI
D.1. Sumber Pasokan Air
Sungai yang akan menjadi sumber air pada rencana Daerah Irigasi Lebak
Semendawai adalah Sungai Komering. Pola alirannya sangat bergantung pada Bendung
Perjaya karena pada saat kemarau tiba Pintu Air Bendung Perjaya ditutup, sehingga debit
air sungai komering pada bagian hilir mengalami penyusutan sampai pada waktu tertentu
mengalami kekeringan. Daerah Irigasi Lebak Semendawai terletak di hilir Bendung
Perjaya dan terkena imbas penutupan Pintu Air tersebut. Penutupan Pintu Air Bendung
Perjaya pada saat musim kemarau datang dimaksudkan agar pasokan air Sungai Komering
pada bagian hulu terjamin. Akan tetapi mau tidak mau bagian hilirnya mengalami defisit
debit air.
12




Untuk keperluan pengolahan data hidrologi digunakan Stasiun pengamatan hujan
yaitu Stasiun Geofisika dan Meteorologi Kelas II Kenten, Palembang, SPMK Belitang.
Stasiun ini dipilih karena data pencatatan iklim di setiap kawasan di Sumatera Selatan
terdata dan terakomodir di Stasiun Geofisika dan Meteorologi ini.

D.2. Hubungan Fungsi Hidrologi Dengan Tutupan Lahan Oleh Pohon
Tutupan lahan oleh pohon dengan segala bentuknya dapat mempengaruhi aliran air.
Tutupan pohon dapat berupa hutan alami, atau sebagai permudaan alam ( natural
regeneration ), pohon yang dibudidayakan, pohon sebagai tanaman pagar, atau pohon
monokultur ( misalnya hutan tanaman industri ). Pengaruh tutupan pohon terhadap aliran
air adalah dalam bentuk :
Intersepsi air hujan
Daya pukul air hujan
Infiltrasi Air
Drainase Lansekap

D.3. Hujan Rata-Rata Pada Suatu Daerah
Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air
dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata yang terkait bukan curah
hujan pada suatu titik tertentu. Cara perhitungan curah hujan daerah dan pengaruh curah
hujan di beberapa titik dapat dihitung dengan beberapa cara, yaitu :
Metode rata-rata aljabar ( mean arithmetic method )
Metode Poligon Thiessen
Metode Isohyet
Untuk pengolahan data hidrologi kali ini digunakan Metode rata-rata aljabar karena
tidak dimungkinkannya menggunakan Metode Poligon Thiessen dan Metode Isohyet.
13



Kedua metode tersebut harus menggunakan Stasiun pengamatan hujan minimal 2 Stasiun
atau lebih. Sedangkan Stasiun pengamatan hujan pada lokasi yang akan diteliti tidak
sebanyak itu dan jarak antar Stasiun pengamatan hujan terlalu jauh.

E. PRESIPITASI
Presipitasi adalah istilah umum untuk menyatakan uap air yang mengkondensasi
dan jatuh dari atmosfir ke bumi dalam sebagai segala bentuknya dalam rangkaian siklus
hidrologi. Jika air yang jatuh berbentuk cair disebut hujan (rainfall) dan jika berupa padat
disebut salju (snow). Dalam bagian ini, hanya akan dibahas tentang hujan.

Hujan merupakan faktor terpenting dalam analisis hidrologi. Intensitas hujan yang
tinggi pada suatu kawasan hunian yang kecil dapat mengakibatkan genangan pada jalan-
jalan, tempat parkir, dan tempat-tempat lainnya karena fasilitas drainase tidak didesain
untuk mengalirkan air akibat intensitas hujan yang tinggi. Hujan lebat juga dapat
mengakibatkan kerusakan tanaman. Sebaliknya, tidak ada hujan untuk jangka lama dapat
berakibat mengecilnya aliran sungai dan turunnya air waduk dan danau. Pendek kata, hujan
dengan kejadian ekstrim, baik ekstrim tinggi maupun ekstrim rendah, dapat menimbulkan
bencana bagi makhluk di bumi.

Distribusi hujan terhadap waktu disebut hyetograph. Dengan kata lain, hyetograph
adalah grafik intensitas hujan atau ketinggian hujan terhadap waktu. Kejadian hujan dapat
dipisahkan menjadi dua grup, yaitu hujan aktual dan hujan rencana. Kejadian hujan aktual
adalah rangkaian data pengukuran di stasiun hujan selama periode tertentu. Hujan rencana
adalah hyetograph hujan yang mempunyai karakteristik terpilih. Hujan rencana bukan
kejadian hujan yang diukur secara aktual dan kenyataannya, hujan yang identik dengan
hujan rencana tidak pernah dan tidak akan pernah terjadi.
14



Karakteristik hujan yang ditinjau dalam analisis dan perencanaan hidrologi yaitu :
- Intensitas i, adalah lahu hujan = tinggi air persatuan waktu, misalnya, mm/menit,
mm/jam, atau mm/hari.
- Lama waktu (durasi) t, adalah panjang waktu dimana hujan turun dalam menit atau
jam.
- Tinggi hujan d, adalah jumlah atau kedalaman hujan yang terjadi selama durasi hujan
dan, dinyatakan dalam ketebalan air di atas permukaan datar, dalam mm.
- Frekuensi adalah frekuensi kejadian dan biasanya dinyatakan dengan kala ulang
(return period) T, misalnya sekali dalam 2 tahun.
- Luas adalah luas geografis daerah sebaran hujan.

F. TEORI DASAR MENGENAI SISTEM IRIGASI
Irigasi secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan
mendapatkan air guna menunjang kegiatan pertanian, dimana tujuan mendapatkan air
tersebut dilakukan dengan usaha pembuatan bangunan dan jaringan saluran untuk
membawa dan membagi air secara teratur ke petak-petak yang sudah dibagi. Sumber air
untuk irigasi dapat berasal dari berbagai jenis antara lain air hujan, air sungai , maupun air
tanah.Irigasi bukan hanya digunakan untuk mendistribusikan air, ada juga beberapa fungsi
irigasi diantaranya membasahi tanah, merabuk tanah, mengatur suhu tanah, membersihkan
tanah dan memperbesar ketersediaan air tanah.

F.1. Jenis - Jenis Sistem Irigasi
Pemilihan sistem irigasi untuk suatu daerah tergantung dari keadaan topografi, biaya,
dan teknologi yang tersedia. Ada empat jenis sistem irigasi yaitu :
1. Irigasi gravitasi ( Open gravitation irrigation )
Sistem irigasi ini memanfaatkan gaya gravitasi bumi untuk pengaliran airnya. Irigasi
15



ini seperti irigasi genangan liar, irigasi genangan dari saluran dan irigasi alur dan
gelombang. Irigasi genangan liar seperti irigasi tanah lebak, irigasi banjir, dan irigasi
pasang surut. Untuk irigasi genangan dari saluran seperti irigasi genangan, irigasi
petak jalur ( border strip irrigation ) dan irigasi petak ( basin irrigation ). Pada
irigasi alur dan gelombang, Sistem irigasi ini mengalirkan air melalui alur alur
yang ada disisi deretan tanaman. Banyaknya alur akan sangat bergantung pada
macam tanah, kemiringan, dan jenis tanaman. Kecepatan pengaliran tidak boleh
terlalu besar, karena jika terlalu besar akan terjadi penggerusan.

2. Irigasi siraman ( close gravitation irrigation )
Sistem irigasi ini mengalirkan air melalui jaringan pipa dan disemprotkan ke
permukaan tanah dengan kekuatan mesin pompa air. Pada sistem ini biasanya
digunakan apabila topografi daerah irigasi tidak memungkinkan untuk penggunaan
irigasi gravitasi. Ada dua macam sistem irigasi saluran, yaitu :
a. Pipa tetap
b. Pipa bergerak

3. Irigasi bawah permukaan ( sub surface irrigation )
Air dialirkan dibawah permukaan melalui saluran saluran yang ada di sisi sisi
petak sawah pada sistem ini. Adanya air ini menyebabkan muka air tanah pada petak
sawah naik. Setelah itu air tanah akan mencapai daerah penakaran secara kapiler
sehingga kebutuhan air bisa terpenuhi. Syarat untuk menggunakan tipe sistem irigasi
seperti ini diantaranya yaitu :
Lapisan tanah atas mempunyai permeabilitas yang cukup tinggi;
Lapisan tanah bawah cukup stabil dan kedap air berada pada kedalaman 1,5
meter 3 meter;
16



Permukaan tanah relatif sangat datar
Air berkualitas baik dan berkadar garam rendah
Organisasi pengaturan air berjalan dengan baik.

4. Irigasi tetesan ( trickle irrigation )
Pada sistem ini air dialirkan melalui jaringan pipa dan diteteskan tepat didaerah
penakaran tanaman dengan menggunakan mesin pompa sebagai tenaga penggerak.
Perbedaan tipe sistem irigasi seperti ini dengan sistem irigasi siraman yaitu pipa
tersier jalurnya melalui pohon dan tekanan yang diperlukan kecil ( 1 atm ).
Keuntungan menggunakan sistem irigasi tetesan diantaranya, yaitu :
Tidak adanya kehilangan air karena air langsung menetes dari pohon;
Air bisa dicampur dengan pupuk;
Pestisida tidak tercuci;
Dapat digunakan pada daerah yang miring.

F.2. Klasifikasi Jaringan Irigasi
Klasifikasi jaringan irigasi jika ditinjau dari segi pengaturannya maka dapat
dibedakan menjadi tiga jenis, yakni :
a. Jaringan irigasi sederhana
b. Jaringan irigasi semi teknis
c. Jaringan irigasi teknis

G. KLIMATOLOGI
Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari iklim, dan merupakan sebuah cabang
dari ilmu atmosfer. Dikontraskan dengan meteorologi yang mempelajari cuaca jangka
pendek yang berakhir sampai beberapa minggu, klimatologi mempelajari frekuensi
dimana sistem cuaca ini terjadi.
17



Klimatologi tidak mempelajari fenomena atmosfer secara tepat (misalnya
pembentukan awan, curah hujan, dan petir), tetapi mempelajari kejadian rata-rata selama
beberapa tahun sampai millenia, dan juga perubahan dalam pola cuaca jangka panjang,
dalam hubungannya dengan kondisi atmosfer.

Stasiun Klimatologi adalah unit pelaksana teknis BMKG memiliki tugas :
Melaksanakan pengamatan klimatologi
Pengumpulan dan penyebaran data
Penganalisaan dan prakiraan diwilayahnya
Pelayanan jasa klimatologi dan kualitas udara
Pengamatan Meteorologi pertanian

Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari iklim, dan merupakan sebuah cabang dari
ilmu atmosfer.Dikontraskan dengan meteorologi yang mempelajari cuaca jangka pendek
yang berakhir sampai beberapa minggu,klimatologi mempeljari frekuensi di mana sistem
cuaca ini terjadi. Klimatologi tidak mempelajari fenomena atmosfer secara tepat (misalnya
pembentukan awan, curah hujan,dan petir), tetapi mempelajari kejadian rata-rata selama
beberapa tahun sampai millenia, dan juga perubahan dalampola cuaca jangka panjang,
dalam hubungannya dengan kondisi atmosfer.

Klimatologis adalah orang yang mempelajari klimatologi, mempelajari baik sifat
alam dari iklim lokal,regional, atau global dan faktor yang disebabkan oleh alam atau
manusia yang menyebabkan perubahan iklim.Klimatologi memperhatikan perubahan iklim
masa lalu dan masa depan.

Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang. Studi tentang iklim
18



dipelajari dalammeteorologi. Iklim di bumi sangat dipengaruhi oleh posisi matahari
terhadap bumi. Terdapat beberapa klasifikasiiklim di bumi ini yang ditentukan oleh letak
geografis. Secara umum kita dapat menyebutnya sebagai iklim tropis,lintang menengah
dan lintang tinggi. Ilmu yang mempelajari tentang iklim adalah klimatologi
(wikipediaindonesia).

Iklim adalah integrasi secara umum dari kondisi cuaca yang mencakup periode
waktu tertentu pada suatuwilayah sedangkan cuaca menggambarkan kondisi atmosfir pada
suatu saat, dimana atmosfir sendiri diartikansebagai selubung udara di sekitar bumi yang
terdiri dari campuran gas dan zat, yaitu sekitar 98 % unsur nitrogendan oksigen serta 2 %
lainnya terdiri dari gas argon, ozon, uap hydrogen, karbondioksida, neon , helium,
krypton,xenon dan partikel-partikel organik maupun anorganik yang menyelubungi bumi.

H. ANALISIS FREKUENSI DAN PROBABILITAS
Sistem hidrologi kedang-kadang dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa yang luar biasa
(ekstrim), seperti hujan lebat, banjir dan kekeringan. Besaran peristiwa ekstrim berbanding
terbalik dengan frekuensi kejadiannya, peristiwa yang luar biasa ekstrim kejadiannya
sangat langka.

Tujuan analisis frekuensi data hidrologi adalah berkaitan dengan besaran peristiwa-
peritiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi kejadiannya melalui penerapan distribusi
kemungkinan. Data hidrologi yang dianalisis diasumsikan tidak bergantng (independent)
dan terdistribusi secara acak dan bersifat stokastik.

Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau
dilampaui. Sebaliknya, kala-ulang (return period) adalah waktu hipotetik di mana hujan
19



dengan suatu besaran tertentu akan disamai atau dilampaui. Dalam hal ini tidak terkandung
pengertian bahwa kejadian tersebut akan berulang secara teratur setiap kala ulang tersebut.

Ada dua macam seri data yang dipergunakan dalam analisis frekuensi, yaitu :
1) Data maksimum tahunan
2) Seri Parsial
Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi frekuensi dan empat jenis
distribusi yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi adalah :
1) Distribusi Normal
2) Distribusi Log Normal
3) Distribusi Log-Person III, dan
4) Distribusi Gumbel

Dalam statistik dikenal beberapa parameter yang berkaitan dengan analisis data
yang meliputi rata-rata, simpangan baku koefisien variasi, dan koefisien skewness
(kecondongan atau kemencengan).
1) Distribusi Normal
Distribusi normal atau kurva normal disebut pula distribusi Gauss. Fungsi densitas
peluang normal (PDF = probability density function) yang paling dikenal adalah bentuk
bell dan dikenal sebagai distribusi normal. PDF distribusi normal dapat dituliskan dalam
bentuk rata-rata dan simpangan bakunya, sebagai berikut :

2
2
2
) (
2
1
) ( '
X
X X
e
S
X P

=
t


P = Fungsi kerapatan kemungkinan
S = Deviasi Standar

= Nilai rata-rata
20



X
= Variabel Alat

2) Distribusi Log Normal
Fungsi kerapatan kemungkinan ( probability density function ) distribusi ini

2
) / (ln 5 , 0 (
2 2
1
) ( '
n n
S X X
X Sn
e
X
X P

=


(
(

+
=
2
2
4
ln . 5 , 0
S X
X
Xn


(
(

+
=
2
2
2
ln
X
X S
Sn

3) Distribusi Log-Person III
Pada situasi tertentu, walaupun data yang diperkirakan mengikuti distribusi sudah
dikonversi ke dalam bentuk logaritmis, ternyata kedekatan antara data dan teori tidak
cukup kuat untuk menjustifikasi pemakaian distribusi Log Normal.

Person telah mengembangkan serangkaian fungsi probabilitas yang dapat dipakai
untuk hampir semua distribusi probalitas empiris. Tidak seperti konsep yang melatar
belakangi pemakaian distribusi Log Normal untuk banjir puncak, maka distribusi
probabilitas ini hampir tidak berbasis teori.

4) Distribusi Gumbel
Gumbel menggunakan harga ekstrim untuk menunjukkan bahwa dalam deret harga-
harga ekstrim X
1
, X
2
, X
3
, ..... X
n
mempunyai fungsi distribusi eksponensial ganda.
P(X) = e
-e-a(X-b)
Jika diambil Y = a(X-b), dengan Y reducated varied, maka persamaan dapat ditulis
P(X) = e
-e-y

21



Di mana e = bilangan alam = 2,7182818 ....

5) Uji Kecocokan
Diperlukan penguji parameter untuk menguji kecocokan (the goodness of fittest test)
distribusi frekuensi sampel data terhadap fungsi distribusi peluang yang diperkirakan dapat
menggambarkan atau mewakili distribusi frekuensi tersebut. Pengujian parameter yang
sering dipakai adalah (1) chi-kuadrat dan (2) Smirnov-Kolmogorov.

6) Uji Chi-Kuadrat
Uji chi-kuadrat dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan distribusi yang
telah dipilih dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang dianalisis. Pengambilan
keputusan uji ini menggunakan parameter
2
X ,Yang dapat dihitung dengan rumus berikut :
( )

=
G
i i
i i
h
E
E O
X
1
2
2

2
h
X = Parameter chi-kuadrat terhitung
G = Jumlah sub kelompok
O
i
= Jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok i,
E
i
= Jumlah nilai teoritis pada sub kelompok i.

Interpretasi hasil uji adalah sebagai berikut :
1) Apakah peluang lebih dari 5%, maka persamaan distribusi yang digunakan dapat
diterima.
2) Apakah peluang kurang dari 1%, maka persamaan distribusi yang digunakan tidak
dapat diterima,
3) Apakah peluang berada di antara 1 5%, maka tidak mungkin mengambil keputusan,
misal perlu data tambahan.
22




7) Uji Smirnov-Kolmogorov
Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov sering disebut juga uji kecocokan non
parametrik, karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu. Prosedur
pelaksanaanya adalah dengan mengurutkan data (dari besar ke kecil atau sebaliknya) dan
tentukan besarnya peluang dari masing-masing data tersebut.
X
1
= P(X
1
)
X
2
= P(X
2
)
X
3
= P(X
3
), dan seterusnya

I. CURAH HUJAN MAKSIMUM HARIAN RATA-RATA
Cara yang seharusnya ditempuh untuk mendapatkan hujan maksimum rata-rata
Daerah Aliran Sungai adalah sebagai berikut :
- Tentukan hujan maksimum harian pada tahun tertentu di salah satu pos hujan.
- Cari besarnya curah hujan pada tanggal bulan tahun yang sama untuk pos hujan yang
lain.
- Hitung hujan DAS dengan salah satu cara yang dipilih.
- Tentukan hujan maksimum harian (seperti langkah 1) pada tahun yang sama untuk pos
hujan yang lain.
- Ulangi langkah 2 dan 3 untuk setiap tahun.

Dari hasil rata-rata yang diperoleh (sesuai dengan jumlah pos hujan) dipilih yang
tertinggi setiap tahun. Data hujan yang terpilih setiap tahun merupakan hujan maksimum
harian DAS untuk tahun yang bersangkutan.



23



J. ANALISIS INTENSITAS HUJAN
Intensitas Hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu. Sifat
umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung intensitasnya cenderung makin tinggi
dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula intensitasnya.

K. LIMPASAN ( RUNOFF )
Faktor-faktor meteorologi yang mempengaruhi pada limpasan terutama adalah
karakteristik hujan, yang meliputi :
1. Intensitas hujan
2. Durasi hujan
3. Distribusi curah hujan

L. HIDROGRAF SATUAN SINTETIK
Dalam perencanaan di bidang sumber daya air, seringkali diperlukan data debit
banjir rencana yang realistis. Banjir rencana dengan periode ulang tertentu dapat dihitung
dari data debit banjir atau data hujan. Apabila data debit banjir tersedia cukup panjang
(>20 tahun), debit banjir dapat langsung dihitung dengan metode analisis probabilitas.
Sedang apabila data yang tersedia hanya berupa data hujan dan karakteristik DAS, salah
satu metoda yang disarankan adalah menghitung debit banjir dari data hujan maksimum
harian rencana dengan superposisi hidrograf satuan (Subramanya, 1984; Harto, 1993;
Ramrez, 2000).

Hidrograf aliran menggambarkan suatu distribusi waktu dari aliran (dalam hal ini
debit) di sungai dalam suatu DAS pada suatu lokasi tertentu. Hidrograf aliran suatu DAS
merupakan bagian penting yang diperlukan dalam berbagai perecanaan bidang Sumber
Daya Air. Terdapat hubungan erat antara hidrograf dengan karakteristik suatu DAS,
dimana hidrograf banjir dapat menunjukkan respon DAS terhadap masukan hujan tersebut.
24




Beberapa asumsi dalam penggunaan hidrograf satuan adalah sebagai berikut :
1. Hujan efektif mempunyai intensitas konstan selama durasi hujan efektif. Untuk
memenuhi anggapan ini maka hujan deras untuk analisis adalah hujan dengan durasi
singkat.
2. Hujan efektif terdistribusi secara merata pada seluruh DAS. Dengan anggapan ini maka
hidrograf satuan tidak berlaku untuk DAS yang sangat luas, karena sulit untuk
mendapatkan hujan merata diseluruh DAS.

M. DEBIT ANDALAN
Pada Perencanaan teknik sumber daya air membutuhkan nilai probabilitas debit yang
diandalkan yaitu :
1. Pada penyediaan air minum dengan debit andalan 99 %
2. Untuk pembangkit tenaga listrik dengan debit andalan 85 % - 90 %
3. Untuk perencanaan irigasi dengan debit andalan 70 % - 85 %
Jadi, pada perencanaan daerah irigasi menggunakan debit andalan dengan kisaran 70 % -
85 %.

N. KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR
Melakukan analisis kebutuhan air pada irigasi merupakan salah satu tahap penting
yang diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistem irigasi. Kebutuhan air dapat
dirumuskan sebagai berikut ( Sudjarwadi 1990 ) :
KAI = ET + KA + KK
dengan,
KAI = Kebutuhan air irigasi
ET = Evapotranspirasi
KA = Kehilangan air
25



KK = Kebutuhan khusus

Ketersediaan air adalah air yang tersedia yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan air. Ketersediaan air pada lahan pertanian terdiri dari dua sumber, yaitu
kontribusi air tanah dan hujan efektif ( Direktorat Jenderal Pengairan, 1986 ).

O. NERACA AIR
Neraca air adalah keseimbangan antara kebutuhan air dengan jumlah air yang
tersedia. Neraca air terbagi atas tiga bagian, yaitu:
ketersediaan air yang biasa dinyatakan dalam bentuk ketersediaan rata-rata dan
ketersediaan yang dapat diandalkan dengan kemungkinan sukses 80%;
kebutuhan air untuk berbagai keperluan; dan
neraca keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air.

Anda mungkin juga menyukai