Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber daya air yang melimpah.
Sungai merupakan salah satu contoh sumber daya air yang potensial untuk dikelola.
Keberadaan daerah aliran sungai (DAS) perlu dijaga untuk menjaga keberlangsungan
sungai, sehingga tetap menjadi sumber daya air yang potensial.

Bendungan merupakan salah satu bentuk pengelolaan sumber daya air. Dewasa
ini, keberadaan bendungan dengan waduknya sudah selayaknya mendapatkan perhatian
yang serius untuk menjaga ketersediaan pasokan air, seperti untuk irigasi, perikanan,
pariwisata, dan sebagainya. Pengelolaannya meliputi pengawasan pola operasional
waduk dan instrumentasi keamanan tubuh bendungan.

Bendungan Selorejo merupakan salah satu bendungan yang berada di sepanjang


aliran anak sungai Kali Brantas, tepatnya pada Kali Konto. Pada bendungan, terdapat
waduk dengan luas daerah pengaliran sebesar 236 km² (luas daerah terendam sebesar 4
km²). Bendungan Selorejo dibangun untuk berbagai tujuan sebagai berikut : (1)
pengendalian banjir, (2) pemberian air irigasi, (3) pembangkit listrik tenaga air, (4)
manfaat lain, yaitu untuk perikanan darat dan pariwisata.

Bendungan yang selesai dibangun dan diresmikan pada tahun 1970 ini
direncanakan mempunyai umur efektif pakai 100 tahun. Pengelolaan dan pengawasan
tubuh bendungan diperlukan untuk menjaga keberlangsungan tubuh bendungan,
sehingga mampu memenuhi kebutuhan air di sekitar waduk, selain itu, juga untuk
menjaga keberlangsungan bendungan agar mampu mencapai umur rencana.

Dengan adanya kegiatan pengawasan operasional pada bendungan Selorejo,


diharapkan bendungan dapat beroperasi dengan baik dan mencapai masa layan/umur
efektif sesuai dengan perencanaan. Untuk itu, dilakukan kegiatan monitoring tubuh
bendungan untuk memastikan agar bendungan aman sesuai dengan batasan yang telah
ditetapkan oleh pengelola, dalam hal ini Perum Jasa Tirta I, yang sebelumnya telah
menetapkan standar keberterimaan keamanan bendungan, untuk selanjutnya dilakukan
pengukuran di lapangan. Yang termasuk ruang lingkup kegiatan instrumentasi dan
monitoring bendungan, antara lain: pengukuran Ground Water Table (GWT),

1
pengukuran Seepage Water/Leekage Water, pengukuran Spring Water, pengukuran
tekanan air pori dengan Pore Pressure Meter/Piezometer (PPM), pengukuran Surface
Settlement Point (penurunan permukaan). Ground Water Level adalah sumur uji yang
terletak di tebing kanan/kiri bendungan yang berfungsi untuk mengetahui tinggi
rendahnya aliran rembesan atau elevasi muka air tanah. Seepage Water adalah air
rembesan yang lewat pondasi dan tubuh bendungan yang besaran debitnya diukur di
kaki bendungan (toe drain), dengan menggunakan alat ukur ambang tajam yang biasa
dinamakan V-notch (Thompson), Cipotelli, Reckbock, dan lain-lain. Leekage Water
adalah besarnya debit rembesan yang lewat kedua bukit tumpuan atau antara tubuh
bendungan dengan beton yang terjadi setelah waduk terisi. Spring Water adalah
besarnya debit rembesan yang terjadi sebelum dan sesudah bendungan jadi yang
letaknya di luar tubuh bendungan dan alat yang digunakan untuk mengukur debit salah
satunya adalah berupa mangkok (container) gelas ukur dan stopwatch. Pore Pressure
Meter/Piezometer (PPM) adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan air pori
pada batuan pondasi maupun tubuh bendungan. Surface Settlement Point adalah patok
yang digunakan untuk memantau perubahan geometri atau pergerakan permukaan
bendungan, baik arah horizontal (pergeseran) maupun vertikal (kenaikan/penurunan).

1.2 Identifikasi Masalah

Dengan adanya kegiatan pengawasan operasional pada bendungan Selorejo,


diharapkan bendungan dapat beroperasi dengan baik dan mencapai masa layan/umur
efektif sesuai dengan perancanaan. Untuk itu, dilakukan kegiatan monitoring tubuh
bendungan untuk memastikan agar bendungan aman sesuai dengan batasan yang telah
ditetapkan oleh pengelola, dalam hal ini Perum Jasa Tirta I.

Berdasarkan uraian dalam kegiatan monitoring bendungan di atas, dapat


diuraikan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bendungan merupakan bangunan penahan air buatan yang menampung air


yang menggenang pada waduk, sehingga sangat rawan terhadap terjadinya
rembesan. Untuk itu, dilakukan pengukuran terhadap besarnya debit
rembesan yang lewat pondasi dan tubuh bendungan (Seepage Water),
besarnya debit rembesan yang lewat kedua bukit tumpuan atau antara tubuh
bendungan dengan beton yang terjadi setelah waduk terisi (Leekage Water),
dan untuk mengetahui tinggi rendahnya aliran rembesan atau elevasi muka

2
air tanah, dilakukan pengukuran Ground Water Table (GWT). Selain itu,
untuk memeriksa keamanan tubuh bendungan terhadap rembesan, dilakukan
pengukuran spring water (besarnya debit rembesan) baik sebelum maupun
sesudah bendungan jadi menggunakan mangkok (container) gelas ukur dan
stopwatch.
2. Untuk menentukan/mengetahui stabilitas lereng bendungan, memantau
efektifitas dan kualitas sistem drainase serta pemantauan rembesan, maka
dilakukan pengukuran terhadap tekanan air pori pada batuan pondasi dan
tubuh bendungan dengan alat Pore Pressure Meter/Piezometer (PPM).
3. Perubahan geometris maupun pergerakan permukaan bendungan dalam arah
vertikal dan horisontal dipantau dengan menggunakan patok-patok Surface
Settlement Point (patok untuk mengukur besarnya penurunan/pergeseran
permukaan bendungan), yang diukur pergesaran/perpindahannya dengan
menggunakan alat Waterpass dan Theodolith.

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam kegiatan instrumentasi monitoring tubuh


bendungan Selorejo adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan instrumentasi?


2. Bagaimana pengolahan data dan sistem pelaporannya?
3. Dalam hal pengawasan bendungan Selorejo, apa saja peranan Perum Jasa
Tirta I selaku pengelola?

1.4 Batasan Masalah

Pengamatan keamanan bendungan dengan instrumentasi adalah kegiatan


pengukuran dengan peralatan dan metode tertentu, baik secara manual maupun
otomatis. Namun, mengingat kegiatan ini memiliki ruang lingkup yang luas, maka
kegiatan observasi untuk praktik kerja lapangan (KKN-P) ini, dibatasi pada hal-hal
sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pengukuran dilakukan secara periodik sesuai jadwal dengan


maksud untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan
(anomali).

3
2. Pelaksanaan pengukuran hanya pada kondisi normal sesuai jadwal, tidak
termasuk pengukuran pasca gempa dan kondisi ekstrim lainnya.
3. Kegiatan pengamatan termasuk inspeksi visual, yang dimaksudkan untuk
mengetahui secara langsung terhadap kemungkinan terjadinya perubahan
fisik bagian luar tubuh bendungan, yang hasilnya dinyatakan dengan
baik/rusak ringan/rusak berat, sesuai dengan daftar simak yang telah
ditetapkan oleh Perum Jasa Tirta I.
4. Bagian-bagian tubuh bendungan yang diperiksa secara visual meliputi
Puncak Bendungan (retakan, lendutan, penurunan, kelurusan horizontal, dan
tumbuhan liar), Lereng Bagian Hulu (longsoran, lendutan, penurunan,
lubang, pelapukan dan tumbuhan liar), Lereng Bagian Hilir (longsoran,
lendutan, penurunan, lubang, erosi, semburan air, pelapukan dan tumbuhan
liar), Perapet (retakan, penurunan dan pergerakan horisontal), Bangunan
Pelimpah (retakan atau kikisan air pada lantai dan dinding bangunan
pelimpah).
5. Cara pemeriksaan visual, dimulai dengan jarak pandang, jalur lintasan dan
melihat bidang lereng.
6. Pengamatan dilakukan dengan peralatan yang telah dipasang pada pondasi,
tubuh bendungan, kanan/kiri/hilir bendungan dengan cara manual maupun
otomatis.
7. Waktu pengamatan dalam kegiatan ini direncanakan pada bulan September
s/d Oktober 2010, yang hasilnya dilaporkan secara periodik setiap satu bulan
sekali (khusus untuk pengukuran pada Surface Settlement Point dilakukan
pengamatan secara periodik setiap 3 bulan sekali, dilakukan pada bulan
September 2010)
8. Lokasi kegiatan ini pada bendungan selorejo yang terletak di Desa Selorejo,
Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, yang berada di bawah
pengelolaan dan pengawasan Perum Jasa Tirta I.

1.5 Maksud dan Tujuan Kegiatan

Kuliah Kerja Nyata - Praktek (KKN-P) didefinisikan sebagai kegiatan akademik


yang menunjang mahasiswa dalam mempersiapkan karirnya yang dilaksanakan di
proyek, perusahaan atau instansi yang bergerak dan menangani pekerjaan di bidang
Teknik Sipil. Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan mahasiswa mendapatkan

4
gambaran mengenai dunia kerja Teknik Sipil yang sesungguhnya, terutama di bidang
keairan. Selain itu, agar mahasiswa dapat mengaplikasikan pengetahuan yang didapat di
bangku kuliah pada kondisi riil di lapangan.

Melimpahnya sumber daya air di Indonesia, khususnya di wilayah Jawa Timur,


merupakan suatu pertimbangan tersendiri untuk memilih bidang keahlian di Teknik
Sipil. Dengan melaksanakan kegiatan ini, mahasiswa akan mendapatkan pengetahuan
tentang kegiatan instrumentasi monitoring bendungan, lingkup pekerjaan yang termasuk
di dalamnya dan sistem pelaporannya.

1.6 Metode Pembahasan

Terdapat dua tahap pembahasan dalam penyusunan laporan praktek kerja ini,
yaitu sebagai berikut:

1. Tahap pengumpulan data

Metode pembahasan yang digunakan dalam pengumpulan data yang


berkaitan dengan masalah yang dibahas, yaitu :

a. Metode observasi

Metode observasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengadakan


pengamatan dan pencatatan sistematis mengenai hal-hal penting dalam kegiatan
instrumentasi serta pengamatan terhadap permasalahan yang ada secara
langsung. Adapun hal-hal yang diamati selama kegiatan ini meliputi antara lain
metode pengukuran pada item-item tertentu, standar dan langkah kerja,
pengolahan data dan sistem pelaporan.

b. Metode interview atau wawancara

Metode wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan cara melakukan


interview atau wawancara dengan orang yang dianggap mampu memberikan
informasi mengenai kegiatan yang sedang berjalan.

c. Metode kajian pustaka atau studi literatur

Metode kajian pustaka yaitu metode pengumpulan data dengan


menggunakan atau menggambil dari buku-buku sebagai sumber bacaan dan
referensi yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.

5
2. Tahap pengolahan data

Tahap pengolahan data yang dilakukan dalam menyusun laporan praktek


kerja ini meliputi:

a. Mengidentifikasi kegiatan instrumentasi dan permasalahan yang mungkin


timbul di dalamnya.
b. Menganalisis data hasil pengukuran di lapangan untuk selanjutnya
dilakukan perhitungan dan diperiksa kesesuaiannya dengan standar
keberterimaan yang sudah ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai