Anda di halaman 1dari 13

Laporan interim

INSPEKSI BESAR BENDUNGAN GRENENG

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bendungan disamping memiliki manfaat yang besar, juga menyimpan potensi
bahaya yang besar pula. Bendungan yang runtuh akan menimbulkan banjir
bandang yang dahsyat sampai jauh ke daerah hilir yang akan mengakibatkan
timbulnya banyak korban jiwa, harta benda, fasilitas umum dan kerusakan
lingkungan yang sangat parah sepanjang kejadian sampai ke daerah hilir.
Untuk mencegah terjadinya musibah tersebut, setiap bendungan harus selalu
dipantau, diperiksa dan dipelihara dengan baik. Dengan pemantauan yang baik,
pengelola bendungan akan mengetahui sedini mungkin problem yang sedang
berkembang pada bendungan, untuk kemudian melakukan langkah-langkah yang
tepat untuk mencegah berkembangnya problem tersebut.

Keberhasilan pemantauan perlu didukung dengan kegiatan inspeksi(pemeriksaan)


rutin, inspeksi berkala, dan inspeksi luar biasa dan khusus.Inspeksi berkala terdiri
dari inspeksi berkala biasa yangdilakukan setiap ½ tahun dari inspeksi besar yang
harus dilakukansekurang-kurangnya satu kali dalam kurun waktu 5 tahun.

Inspeksi besar, pada dasarnya adalah merupakan kegiatanPemerikasaan


bendungan secara menyeluruh terhadap aspek teknisdalam rangka evaluasi
keamanan suatu bendungan (safetyevaluations of exiting dam) dari kegiatan ini
diharapkan akanteridentifikasi problem-problem yang sedang berkembang,
kemudiandiketahui kondisi keamanan / kekokohan struktur dan
keamananoperasional bendungan, kekurangan pada sistem keamananbendungan
serta tindak lanjut yang diperlukan untukmernpertahankan meningkatkan
keamanannya.

Terkait maksud tersebut Pemerintah Indonesia dalam hal iniKementerian Pekerjaan


Umum dan Perumahan Rakyat dengan danaAPBN Tahun Anggaran 2016 akan
melaksanakan programPengelolaan dan Konservasi Bendungan, Embung, Situ
sertaBangunan Penampung Air Lainnya yang salah satu tujuannya
adalahmeningkatkan keamanan dan fungsi bendungan besar milikKementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Salah satu kegiatan program Pengelolaan dan KonservasiBendungan, Embung, Situ


serta Bangunan Penampung Air Lainnyaadalah melakukan pekerjaan Pemerikasaan
Besar Bendungan Greneng. Satuan Kerja Operasi dan Pemeliharaan SDA Pemali
Juana,Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana, Pejabat PembuatKomitmen OPSDA

BAB I–halaman : 1
Laporan interim
INSPEKSI BESAR BENDUNGAN GRENENG

I pada tahun anggaran 2016 melaksanakan pekerjaan Pemeriksaan Besar


Bendungan Greneng.

Pekerjaan Pemeriksaan Besar Bendungan Greneng perlu dilakukanmengingat umur


bangunan yang sudah tua namun kelestarian fungsibangunan harus tetap terjaga.

1.2 MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN PEKERJAAN


Maksud dari pekerjaan ini adalah:
1. Melakukan pemeriksaan umum dan menyeluruh mengenai status/tingkat
keamanan bendungan ditinjau dari aspek struktur, hidrolik, rembesan serta
operasionalnya mengidentifikasi masalah yang ada, menetapkan rencana
perbaikan dan atau penyempurnaan yang diperlukan.
2. Melakukan pemeriksaan khusus bawah air lapis kedap betonmuka (Dam Conrete
Fase) dan pemeriksaan lereng hilir(Dam Rip–Rap)
3. Mengetahui penyebaran pengendapan sedimen di waduk,lajusedimentasi
waduk, kapasitas tampungan dan umurwaduk yang tersisa,hubungan antara
elevasi dan volumewaduk, sehingga dapatmeningkatkan kehandalan
operasiwaduk.
4. Pemuktahiran Manual Operasi dan Pemeliharaan Bendunganmengacu pada
NSPM (Norma Standar Pedoman dan Manual)yang berlaku.

Tujuan dari pekerjaan ini adalah:


1. Mengetahui tingkat kestabilan lereng hulu,khususnya struktur lapis beton lapis
kedap (Dam Concrete Face), melalui pemeriksaan terhadap struktur beton yang
berada diatas maupun dibawah permukaan air waduk.
2. Mengetahui tingkat kestabilan lereng hilir, dengan melakukan pemeriksaan
secara khusus pada lereng hilir (Dam Rip-Rap) terhadap kemungkinan adanya
gejala kerusakan dan atau perubahan-perubahan lainnya.
3. Mengetahui status/tingkat keamanan bendungan ditinjau dari aspek struktur,
hidrolik, rembesan serta operasional-nya; mengidentifikasi masalah yang ada;
menetapkan rencana perbaikan dan atau penyempurnaan yang diperlukan.
4. Mendapatkan detail desain perbaikan secara menyeluruh bendungan dan
bangunan pelengkapnya, termasuk alat-alat pengamatan (instrumentasi) dan
hidromekanikal/elektrikal.
5. Mendapatkan Manual Operasi dan Pemeliharaan Bendungan (termasuk Pola
Operasi Waduk/bendungan dan Neraca Air).
6. Mendapatkan Peta Sedimentasi bendungan.

Sasaran yang diharapkan dari dilaksanakannya pekerjaan ini adalah untuk


meningkatkan operasi dan keamanan bendungan, agar bendungan – bendungan
dapat terjaga kelestarian atas fungsi dan keamanannya.

BAB I–halaman : 2
Laporan interim
INSPEKSI BESAR BENDUNGAN GRENENG

1.3 LOKASI PEKERJAAN


Lokasi Pekerjaan Pemeriksaan Besar Bendungan Greneng berada pada Koordinat
060 54’ 37,09” LS dan 1100 21’ 16,33” BT di Desa Tunjungan, Kecamatan Tunjungan,
Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah.

Lokasi

Gambar 1.1 Lokasi Pekerjaan “Inspeksi Besar Bendungan Greneng”

1.4 LINGKUP PEKERJAAN


Lingkup pekerjaan dalam kegiatan “Pemeriksaan Besar Bendungan Greneng”
adalah sebagai berikut :
a. Pekerjaan Persiapan
1. Pengumpulan data, yang mencakup antara lain: data hidrologi terbaru,
dokumen desain, dokumen pelaksanaan konstruksi, dokumen OP termasuk
data pemantauan, laporan inspeksi sebelumnya, system OP, RTD, dll.
2. Kajian data: setiap inspeksi harus didahului dengan mempelajari data yang
ada, laporan-laporan inspeksi/kajian sebelumnya. Bila belum pernah
dilakukan inspeksi, pelajari dokumen-dokumen desain, konstruksi dan
riwayat OP.
3. Daftar simak inspeksi: harus disiapkan secara rinci sesuai bendungan yang
diinspeksi dan dipahami setiap anggota tim.

BAB I–halaman : 3
Laporan interim
INSPEKSI BESAR BENDUNGAN GRENENG

4. Perlengkapan inspeksi yang harus dibawa saat inspeksi antara lain: ringkasan
data bendungan, ringkasan laporan inspeksi sebelumnya, gambar-gambar,
daftar simak, kamera, alat bantuk inspeksi seperti: pica AM, teropong, lampu
senter, waterpas kecil, pale geologi, kompas, alat baca instrumen, dll.
b. Survey Bathimetri Waduk
Survei bathimetri/pemeruman dilakukan untuk mendapatkangambaran
kondisiprofil/penampang dasar waduk saat ini,sehingga dapat diketahui
volumetampungan dan kecenderunganterjadinya sedimentasi jika dibandingkan
dengan hasil surveibathimetri sebelumnya.

Survei pengukuran profil/penampang dasar sungai dilakukandengan titik acuan


berupa patok-patok tetap yang ada di sekitarwaduk yang telah dijadikan acuan
dalam pengukuransebelumnya (bila ada).

Patok tetap dan Patok BM, dibuat dari bahan beton bertulang,dimensi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku (lihat referensi).
a. Metode pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan dengan penunjukan penyedia jasakonsultansi
(Kontrak) sebagai pelaksana paket kegiatan denganperincian sebagai
berikut;pengukuran waduk terdiri dari tiga tahap yaitu tahap
pekerjaanlapangan, tahap penggambaran dan tahap analisis.Apabilawaduk
dalam keadaan kosong (tidak ada air) pengukuranbathimetri kemungkinan
tidak diperlukan.Seluruh kegiatan pengukuran harus mendapat
persetujuanDireksi Pekerjaan, sebelum pengukuran mulai dikerjakan.
- Pengukuran/Pemeruman.
Pemeruman dilakukan mengikuti prosedur sebagai berikut:
a) Titik awal dan akhir pemeruman harus diberi patok dandiberi nomor atau
kode tertentu. Tiap patok diberitanda dengan jelas seperti bendera merah
sehinggaterbaca dengan jelas oleh regu tachimetri.
b) Sebelum pemeruman dilakukan, terlebih dahulu harusdilakukan kalibrasi
kedalaman atau test bar. Hal inidilakukan untuk mencari faktor koreksi
rata-rata alatterhadap kedalaman perairan yang sebenarnya.
c) Jarak antar jalur pemeruman ditetapkan antara 200–300 m atau tergantung
pada kondisi lapangan danpetunjuk Direksi.
d) Apabila jalur pemeruman tepat melintasi kolam jaringapung maka jalur
pemeruman dapat dibelokkanmemutar kolam jaring apung dan keluar lagi
menujuarah patok pemeruman di seberang.
e) Bila bentuk permukaan waduk sangat tidak beraturanmaka jaraknya
dipersempit, sebaliknya jika bentukpermukaan waduk relatif teratur maka
jarak antar jalurbisa diperlebar.
f) Koordinat awal dan akhir dari tiap jalur pemerumanharus dibaca terlebih
dahulu dengan alat EDM atau Tountuk mengetahui koordinat yang
sebenarnya. Sistemkoordinat yang dipergunakan biasanya
UniversalTraverse Mercator (UTM).Apabila perlu koordinattersebut dapat
dikonversi ke dalam sistem koordinatyang diinginkan.

BAB I–halaman : 4
Laporan interim
INSPEKSI BESAR BENDUNGAN GRENENG

g) Setiap kenampakan teluk-teluk dilakukan pemerumanagar konfigurasi


bentuk waduk dapat terlihat denganjelas.
h) Jarak antar titik pemeruman ditentukan berdasarkanwaktu (detik). Jika
lebar cross nya sempit maka titikpemeruman di baca atau direkam setiap 5
detik atau 10detik sekali.Sebaliknya, jika lebar crossnya lebar makatitik
pemeruman di baca atau direkam setiap lebih dari10 detik sekali.
i) Selama pemeruman berlangsung, fluktuasi Tinggi MukaAir (TMA) waduk
dicatat sekurang-kurangnya 3 (tiga)kali sehari yaitu: pukul 07:00, 12:00 dan
17:00.
j) Untuk menghindari kesalahan maka setiap patokpemeruman diplot pada
peta topografi skala 1 : 25.000.
k) Jika koordinat yang ada di BM waduk adalah koordinatlokal maka harus
dilakukan transformasi ke koordinatBakosurtanal.
- Analisis Data Lapangan
a) Semua data yang direkam oleh alat Echo Sounder didownloaduntuk diolah
lebih lanjut sehingga dari datakedalaman diubah menjadi data elevasi,
sesuai denganreferensi elevasi Bendungan Greneng. Faktor koreksiharus
diperhitungkan jika ada.
b) Demikian juga dengan data elevasi yang diperoleh darihasil survei
pengukuran tachimetri. Semua data elevasitepi waduk di atas permukaan
air harus diubah menjadidata elevasi sesuai dengan referensi elevasi
BendunganBendungan Greneng.

- Pekerjaan Analisis Volume Waduk dan VolumeSedimen


a) Menghitung luas permukaan waduk untuk setiapinterval kontur dengan
menggunakan perangkat lunak.Perlu dilakukan cek ulang perhitungan
luas secaramanual dan bandingkan dengan hasil yang dihitungdengan
perangkat lunak.
b) Menghitung volume waduk untuk setiap interval kontur.
c) Mengumpulkan data luas dan volume waduk untuksetiap interval kontur
0,5 meter.
d) Membuat tabel hubungan antara elevasi denganvolume waduk untuk
setiap perubahan elevasi sebesar0,05 meter.
e) Membuat grafik hubungan antara elevasi denganvolume dan antara elevasi
dengan luas permukaanwaduk (Kurva E – S).
f) Plot luas dan volume rencana atau hasil pemerumanyang pernah dilakukan
sebelumnya kedalam grafikpada butir e, untuk menentukan volume
sedimen.
c. Pemeriksaan Bendungan
Pemeriksaan yang harus dilakukan oleh konsultan dalampekerjaan inspeksi
besar ini adalah pemeriksaan menyeluruhterhadap komponen bendungan dan
bangunan pelengkapnyadan pemeriksaan secara khusus terhadap komponen
bendunganyang mengalami perubahan dan atau gejala kerusakan.
d. Pemeriksaan visual pada obyek inspeksi yang berada diataspermukaan tanah
dan air seperti: permukaan tubuh bendungan,bangunan pelengkap, bukit

BAB I–halaman : 5
Laporan interim
INSPEKSI BESAR BENDUNGAN GRENENG

tumpuan, peralatan hidromekanik,dll., bangunan pelengkap, waduk dan


sekitarnya.
e. Pemeriksaan bawah air harus dilakukan terhadap obyek inspeksi dibawah air
antara lain:
1. Permukaan lereng hulu bendungan; periksa kemungkinanadanya lubang
benain, longsoran, gerusan, kemerosotanmutu beton lapis kedap, dll.
2. Kolarn peredam energi dan kolam loncat air; periksakemungkian adanya erosi
dan gerusan
3. Muka hulu bendungan/membran beton; periksa kemungkinanadanya:
retakan, kemerosotan mutu, bukaan sambunganpada faceslab dan daerah
kontak/interface :Faceslab –Toeslab yang berakibat peningkatan
rembesan/bocoran, dll.
Pemeriksaan bawah air dilakukan dengan cara:
1. Pemeruman, untuk pemeriksaan kedalaman pads daerahkonstruksi
2. Penyelaman dan atau dengan kamera televisi bawah air bilakejernihan air
memungkinkan untuk dilakukan pemeriksaandengan cara tersebut.
3. Pemeriksaan secara langsung seat air surut.
4. Pemeriksaan dilengkapi dengan test uji baik di lapangan maupun di
laboratorium.
f. Pemeriksaan Khusus
Melaksanakan pemeriksaan detail (investigasi) terhadap komponen bendungan
batu lapis lindung lereng hilir (Dam Rip–Rap) yang menunjukkan adanya
perubahan geometric lerengdan atau gejala kerusakan.
g. Pekerjaan Survey
1) Peralatan survey teristris dan bathimetri
a) Semua peralatan survei yang digunakan dalam keadaanbaik dan sebelum
digunakan dikalibrasi lebih dulu.Peralatan yang digunakan untuk
melakukan surveisedimentasi waduk antara lain:
(1) Receiver GPS tipe DGPS
(2) Antene GPS
(3) Echosounder Single Beam, Multibeam atau MultiTranducer
(4) Bar check dengan panjang tali minimum 15 m
(5) Software untuk mengintegrasikan GPS denganechosounder
(6) Perahu dengan kapasitas minimum 5 orang
(7) Laptop sesuai spesifikasi software
(8) Alat pengukur sudut (T0/T2/Total Stasion)
(9) Alat Pengukur Jarak (water pass/EDM)
(10) Patok Pembantu
(11) BM /Patok tetap (SDM) untuk Jalur Pemeruman(sounding)
(12) Alat bantu lainnya seperti bendera
(13) Perangkat lunak yang digunakan untukpenggambaran seperti
Autocad, Map info atau Surfer.
b) Peralatan GPS

BAB I–halaman : 6
Laporan interim
INSPEKSI BESAR BENDUNGAN GRENENG

Peralatan GPS yang digunakan dalam survei sedimentasiwaduk harus


mempunyai kemampuan differential secarareal time dengan spesifikasi
sebagai berikut:
(1) Tipe DGPS single frekuensi 12 channel denganakurasi:
• Posisi horizontal : 10 cm
• Posisi vertikal : 20 cm
(2) Tipe RTK dual frequency 40 channel denganakurasi:
• Posisi horizontal : 1 cm
• Posisi vertikal : 2 cm
(3) Piranti Lunak data-logging
Laptop untuk penyimpanan data dan pengolahan yangmampu untuk
mendukung piranti lunak yang digunakan.
c) Echo Sounder
Peralatan pengukuran bathimetri dengan menggunakanecho sounder
harus memenuhi kriteria dengan spesifikasi teknis minimum sebagai
berikut:
(1) Mempunyai frekuensi ganda (dual frequency) 15 kHzsampai 350 kHz,
dioperasikan dengan arus DC
(2) Software untuk data logging
(3) Mempunyai tingkat akurasi :
• 0,10 m ± 0,5% kedalaman pada frekuensi rendah
• 0,01 m ± 0,5% kedalaman pada frekuensi tinggi.
2) Pemetaan Situasi Daerah Genangan Waduk dan sekitarnya,daerah yang
dipetakan meliputi:
- Daerah genangan waduk
- Daerah sekeliling genangan waduk sampai sejauh 100 mdiukur dari
elevasipuncak mercu pelimpah
- Tubuh bendungan dan bangunan pelengkap serta daerahsekitarnya
Pengukuran Daerah Genangan Waduk dan sekitarnya dilakukandengan
metode terestris dan bathimetri.Metode terestrisdilakukan untuk daerah di
luar genangan dan di daerahgenangan yang tidak dapat diukur dengan
metode bathimetri.Metode bathimetri dilakukan pada daerah genangan
waduk yangkedalamannya memenuhi syarat untuk pengukuran bathimetri.

Patok-patok tetap (SDM) dan patok rencana jalur-jalurpemeruman daerah


genangan waduk harus digunakan sebagaipatok-patok pengikat dalam
pengukuran darat di sekitar daerahgenangan. Apabila referensi elevasi yang
ada di lokasi masihbersifat lokal maka harus dilakukan transformasi datum ke
TitikTinggi Geodesi Nasional yang dibuat oleh Bakosurtanal .

Pengukuran topografi teristris/tachimetri ini dilakukan denganlangkah-


langkah sebagai berikut:
a) Pada saat mengukur tepi waduk (muka air) dicatatwaktunya (jam).
b) Jika tepi waduk terjal maka tachimetri dilakukan dari tepiwaduk sampai
pada perubahan ketinggian dan ditambahdengan satu titik tachimetri di
atas bukit. Jarak antara titiktachimetri bisa kurang dari 50 meter.
BAB I–halaman : 7
Laporan interim
INSPEKSI BESAR BENDUNGAN GRENENG

c) Jika tepi waduk landai maka tachimetri dilakukan, jarakantara titik


tachimetri sekurang-kurangnya per 50 meter.
d) Setiap dijumpai adanya teluk dan tanjung harus dilakukanpengukuran
darat dengan metode tachimetri dimulai darimuka air saat itu sampai pada
tepi waduk pada elevasigenangan tertinggi atau sebaliknya. Jarak antara
titik-titiktachimetri sekurang-kurangnya 25 m, disesuaikan denganbentuk
topografi dan kemiringan lerengnya.
e) Surveyor akan membuat gambar sket lapangan untukmenghindari
kesalahan interpretasi.
f) Setiap patok pemeruman dan patok tetap (patok SDM)yang dijumpai
diukur.
g) Perhitungan elevasi dan koordinat tidak dilakukan secaramanual tetapi
dengan perangkat lunak komputer.
h) Peralatan utama yang digunakan dalam pengukurantopografi teristris
adalah alat pengukur sudut (T0/T2/TotalStation) lengkap dengan
peralatan penunjuang lainnya(bak ukur, reflektor, statif, tribach), alat
pengukur jarak(water pass/EDM) dan GPS.
3. Pemeruman/Bathimetri
a) Pemeruman dilakukan untuk mendapatkan peta topografidasar waduk
menggunakan GPS dan echo sounder.Pemeruman dilakukan pada
sepanjang jalur-jalurpemeruman (range lines) yang telah
ditentukansebelumnya (biasanya dilakukan sebelum
penggenanganwaduk) mendapatkan data kedalaman waduk. Bila
jalurpemeruman belum ada, sebelum pelaksanaan pemerumanlebih dulu
akan ditetapkan jalur-jalur pemeruman.
b) Jalur pemeruman diusahakan sedapat mungkin tegak lurusterhadap arah
aliran sungaiyang dikemudian hari dapatdigunakan untuk memonitor dan
permodelan numerik dariperubahan dasar waduk. Jarak antara titik
tachimetri biaskurang dari 50 meter.
c) Kerapatan atau jarak antara jalur-jalur pemeruman,ditetapkan sbb:
(1) Pada bagian diatas lereng hulu bendungan: jarak jalurpemeruman
berkisar 15 sampai 30 m, dengan jumlahjalur minimal 3 (tiga) jalur.
Pemeruman pada daerahini terutama ditujukan untuk mendapatkan
gambarankondisi/geometri lereng hulu bendungan gunamendukung
kegiatan pemeriksaan bawah air
(2) Pada daerah genangan sampai dengan jarak 1 km daripuncak
bendungan jarak jalur pemeruman berkisar 30sampai 60 m, dengan
jarak yang lebih rapat padadaerah tampungan mati (dead storage)
(3) Pada daerah genangan diatas jarak 1 km dari puncakbendungan, jarak
jalur pemeruman berkisar 100sampai 200 m.
d) Penentuan posisi, dilakukan dengan Diferensial GPS(DGPS). Pada metode
ini, posisi suatu titik ditentukanrelatif terhadap titik lainnya yang telah
diketahuikoordinatnya.Prosesnya dilakukan dengan menggunakandata
yang diamati oleh 2 (dua) receiver GPS pada waktuyang bersamaan.

BAB I–halaman : 8
Laporan interim
INSPEKSI BESAR BENDUNGAN GRENENG

4) Hasil survey sedimentasi waduk akan dibuat laporan tersendiriyang isinya


mencakup hal-hal sebagaimana dijelaskan padaPedoman Survei dan
Monitoring Sedimentasi Waduk.
h. Penyelidikan Geoteknik
Pemboran dilakukan dengan metode kering dengan pengambilansample
diusahakan dengan cara menekan tabung penginti tanpadiputar. Jumlah titik
pemboran sebanyak 4 titik. Setelah selesaipemboran, bekas lubang dipasang
observation well dengan tutupdop dan blok penutup beton.
a) Lapangan
- Pemboran Inti 15 meter
- Pemboran Inti 10 meter
- Pengambilan sampel undisturbed :
 Pemboran inti 15 m
 Pemboran inti 10 m
b) Laboratorium
- Gradasi tanah
- Liquid – limit
- Plastic – limit
- Plasticity index
- Shrinkage limit
- Dry density
- Coefficient of permeability
- Natural state :
• Water content
• Wet density
• Void ratio
• porosity
- Triaxial test BP untuk mencari parameter kuat geser padakondisi CU:
- Coefficient of consilidation
- Compression index
i. Identifikasi dan Pencatatan Masalah
Semua informasi, laporan dan catatan yang berkaitan denganmasalah yang
timbul harus dikumpulkan dan dipelajari, danbendungan perlu diperiksa atas :
1. Unjuk kerja/performance yang tidak sesuai dengan yangdirencanakan
2. Terjadinya kerusakan konstruksi
3. Penyimpangan yang terkait dengan deformasi, tekanan pori,rembesan
4. Timbulnya bahaya dari kondisi geologi
5. Tidak berfungsinya peralatan hidromekanik-elektrik
6. Indikasi terjadinya kemerosotan mutu, melemahnyabangunan dan atau
fondasi.
7. Penyimpangan terhadap NSPM (norma, standar, pedoman,dan manual)
8. Dan lain sebagainya yang dampaknya berpotensimengganggu fungsi dan
keamanan bendungan.
j. Pemeriksaan dan Uji operasi; harus dilakukan terhadap peralatanyang terkait
dengan keamanan bendungan seperti: 'peralatanhidromekanik, tenaga listrik

BAB I–halaman : 9
Laporan interim
INSPEKSI BESAR BENDUNGAN GRENENG

utama dan cadangan untuk operasipintu dan katup, sistem dan prosedur
peringatan banjir termasukkehandalan peralatan yang digunakan, dll.
k. Instrumentasi; periksa kondisi dan fungsi instrumentasi denganmelakukan
pembacaan secara langsung dan/atau lakukankajian/evaluasi terhadap serf data
pemantauan yang ada.Periksa dan pastikan alat-alat hidrologi, system pemantau
jarakjauh Berta peralatan komunikasinya semua berfungsibaik.dokumentasi dan
evaluasi terhadap data hasilpemantauannya
l. Hidrologi dan banjir desain; kaji laporan analisis hujan dan banjirdesain yang
ada dan kreteria desain yang digunakan, lakukananalisis hujan dan banjir desain
dan penelusuran banjir berdasardata mutakhir, periksa kecukupan pelimpah,
tinggi jagaan, polooperasi, potensi bencana didaerah hilir bila terjadi
keruntuhanbendungan, dll.
Disamping aspek diatas diperlukan pengujian terhadap kondisikualitas air
waduk/bendungan melalui uji laboratorium.
m. Sistem OP dan RTD
Pemeriksaan harus dilakukan pule terhadap pelaksanaankegiatan pengelolaan
operasi dan pemeliharaan bendungan,meliputi :
1. Sistem OP mencakup : pemeriksaan ketersediaan panduan OPdilapangan,
waktu penyusunan; kecukupan instruksi/petunjukdalam panduan
ketersediaan dokumen penting, gambargambar,grafik, format laporan;
dipahamikah panduan olehpetugas; kecukupan tenaga dari aspek jumlah
dankemampuan, perlukah penyempurnaan, dll.
2. RTD dan kesiapannya: periksa keandalan sistem komunikasi,prosudur
operasi, tenaga listrik cadangan, sistim gawar banjir,peralatan/ instrumentasi
telemetering hidrologi, dipahamikah RTD oleh petugas, perlukah
penyempurnaan.
n. Evaluasi Keamanan Bendungan
Evaluasi keamanan bendungan berdasarkan hasilpemeriksaan/inspeksi pada
rnasing masing bidang aspek kajiansesuai obyek inspeksi, dilakukan dalam 2
tahap sebagai berikut :
a. Evaluasi tahap pertama;
1. Kaji semua data yang ada yang terkait dengan desain,konstruksi. OP
bendungan dan bangunan pelengkapnya,sehingga benar-benar menahami
penuh bendungan danriwayat operasi serta pemeliharaannya.
2. Identifikasi semua potensi masalah yang dampaknyamerugikan terhadap
keamanan hulu dan hilir bendunganBerta periksa kecukupan bendungan
dan bangunanpelengkapnya untuk memenuhi fungsinya,
dengandidukung: data yang relevan, pertimbangan dan analisisteknis
diantaranya dengan membandingkan perilakubendungan dengan perilaku
yang direncanakan dalamdesain.
b. Evaluasi tahap kedua;
Melakukan analisis teknik untuk menilai status/tingkat keamananbendungan
ditinjau dari :
1. Aspek struktur; periksa stabilitas tubuh bendungantermasuk stabilitas
terhadap gempa pada kondisi normaldan luar biasa, minimal pada

BAB I–halaman : 10
Laporan interim
INSPEKSI BESAR BENDUNGAN GRENENG

potongan: bagian tertinggi,bagian yang perilakunya menyimpang dan


bagian yanggeometrinya berubah cukup besar dan bagian kritislainnya.
2. Aspek hidrolik (kecukupan pelimpah, tinggi jagaan, erosieksternal, dll)
3. Aspek rembesan (erosi internal, piping, boiling, uplift,pelarutan materil
bendungan dan pondasi, dll), berdasardata-data yang tersedia, kemudian
membuat kesimpulandan saran.
o. Pembuatan laporan, termasuk kesimpulan, status keamananbendungan dan
saran tindak lanjut yang diperlukan. Sertapenyusunan Kerangka Acuan Kerja
Pekerjaan Konsultansi sepertiyang disarankan dalam kesimpulan, sebagai bagian
dari tindaklanjut hasil pemeriksaan besar/Inspeksi Besar

1.5 WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN


Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini adalah 7 (tujuh) bulan
atau 210 (dua ratus sepuluh) hari kalender.

1.6 LANDASAN HUKUM


Sehubungan dengan adanya potensi bahaya yang besar diakibatkan dari kerusakan
suatu bendungan, maka Pemerintah telah menerbitkan ketentuan agar setiap
Pemilik/ Pengelola Bendungan dalam mengelola bendungan wajib mematuhi
ketentuan- ketentuan khususnya dibidang pengelolaan dan pengoperasian
bendungan. Demikian pula dalam rangka pelaksanaan pekerjaan Inspeksi Besar
Bendungan, konsultan harus mengacu dan sesuai dengan Peraturan dan Standard
yang berlaku di Indonesia.
Buku Pedoman dan Peraturan Pemerintah yang berlaku di Indonesia adalah
sebagai berikut :
1. SNI 03-3432-1994, Tata Cara Penetapan Banjir Rencana danKapasitas Pelimpah
untuk Bendungan.
2. RSNI M-03-2002, Metode Analisis Stabilitas Lereng StaticBendungan Urugan.
3. Pd T-14-2004- A, Pedoman Analisis Stabilitas Bendungan TipeUrugan Akibat
Gempa, Dept Kimpraswil 10 Mei 2004.
4. Pedoman Analisis Dinamik Bendungan Urugan, Kep Dirjen SDANo.
27/KPTS/D/2008 tanggal 31 Januari 2008.
5. Pedoman Pemeriksaan dan Evaluasi Keamanan Bendungan, KepDirjen SDA
No. 05/KPTS/2003 tanggal 14 Maret 2003.
6. Pedoman Pembangunan Bendungan Urugan pada Pondasi TanahLunak, Ditjen
SDA, Nopember 2006.
7. Pedoman Operasi, Pemeliharaan dan Pengamatan Bendungan,kep Dirjen SDA
No. 199/KPTS/D/2003, Maret 2003.
8. Manual Pemeriksaan Visual Bendungan Urugan, Ditjen SDA 2004.
9. PT -02 Pengukuran Topografi, Standar Perencanaan Irigasi,Ditjen Air 1986.
10. SNI 19-6724, 2002 Tata Cara Pengukuran KontrolHorizontal dan SNI 19-6988,
2004 Tata Cara PengukuranKontrol Vertikal.
11. SNI 19-6502.2, 2000 Tata Cara Pembuatan Peta Rupa BumiSkala 1 : 25000.

BAB I–halaman : 11
Laporan interim
INSPEKSI BESAR BENDUNGAN GRENENG

12. Pedoman Inspeksi dan Evaluasi Keamanan Bendungan,Maret 2003, Kantor


Sekretariat Komisi KeamananBendungan, Departemen Pemukiman dan
PrasaranaWilayah, Direktorat Sumber Daya Air.
13. Pedoman Survey Dan Monitoring Sedimentasi WadukDepartemen Pekerjaan
Umum, Keputusan Direktur JenderalSumber Daya Air,No.39/KPTS/D/2009,
Tanggal 26 Febuari2009, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.
14. Pedoman Pengelolaan Sedimentasi Waduk, Direktorat BinaTeknik. November
2004.Direktorat Jenderal Sumber Daya Air,Departemen Pekerjaan Umum
15. Permen PU No. 04/PRT/M/2009 tentang Sistem Jaminan Mutu.
16. Standar pedoman Lain yang Terkait.

1.7 SISTEMATIKA PEMBAHASAN


Laporan Pendahuluan Pekerjaan “Inspeksi Besar Bendungan Greneng”ini akan
disajikan dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang, manfaat dan
tujuan pekerjaan, sasaran pekerjaan serta informasi-informasi dasar
yang berkaitan dengan pekerjaan.
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAAN
Pada bagian ini dipaparkan tentang gambaran umum daerah studi yaitu
Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah dan kondisi eksisting
Bendungan Ngancar.
BAB III INSPEKSI VISUAL BENDUNGAN
Pada bab ini akan disampaikan mengenai inspeksi yang dilakukan
secara visual dalam rangka pemantauan terhadap keselamatan
bendungan.
BAB IV SURVEY DAN INVESTIGASI
Pada bagian ini membahas mengenai metode yang akan dipergunakan
dalam penyelesaian pekerjaan.

BAB V EVALUASI DAN ANALISA HIDROLOGI


Pada bab ini akan dipaparkan mengenai hasil analisa dan perhitungan
serta evaluasi kondisi hidrologi dan pengaruhnya terhadap Bendungan
Greneng.
BAB VI EVALUASI DAN ANALISA STABILITAS
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai hasil analisa dan perhitungan
serta evaluasi stabitas lereng Bendungan Greneng kondisi saat ini
berdasarkan parameter data tanah yang diperoleh dari hasil survey
investigasi.
BAB VII HIDROMEKANIKAL
BAB I–halaman : 12
Laporan interim
INSPEKSI BESAR BENDUNGAN GRENENG

Pada bab ini akan disampaikan mengenai kondisi hidromekanikal


elektrikal Bendungan Greneng.
BAB VIII EVALUASI DAN ANALISA INSTRUMENTASI
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai hasil analisa dan evaluasi
kondisi instrumentasi Bendungan Ngancar berdasarkan hasil inspeksi
dilapangan.

BAB I–halaman : 13

Anda mungkin juga menyukai