KATA PENGANTAR
PENYUSUN
i
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
DAFTAR ISI
ii
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
iii
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
iv
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
DAFTAR TABEL
v
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
DAFTAR GAMBAR
vi
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
Gambar 3-25 Kondisi Bangunan Sadap (BB.5) ..................Error! Bookmark not defined.
Gambar 3-26 Lokasi Bangunan Sadap (BB.5) dari Google EarthError! Bookmark not
defined.
Gambar 3-27 Lokasi Bangunan Sadap (BB.6) Awal ..........Error! Bookmark not defined.
Gambar 3-28 Lokasi Bangunan Sadap (BB.6) Baru ...........Error! Bookmark not defined.
Gambar 3-29 Lokasi Bangunan Sadap (BB.6) dari Google EarthError! Bookmark not
defined.
Gambar 3-30 Kondisi Bangunan Sadap (BB.7) ..................Error! Bookmark not defined.
Gambar 3-31 Lokasi Bangunan Sadap (BB.7) dari Google EarthError! Bookmark not
defined.
Gambar 3-32 Kondisi Bangunan Sadap Langsung .............Error! Bookmark not defined.
Gambar 3-33 Lokasi Bangunan Sadap Langsung dari Google EarthError! Bookmark
not defined.
Gambar 3-34 Kondisi Bangunan Sadap (BB.8) ..................Error! Bookmark not defined.
Gambar 3-35 Lokasi Bangunan Sadap (BB.8) dari Google EarthError! Bookmark not
defined.
Gambar 3-36 Kondisi Bangunan Sadap (BBL.1) ...............Error! Bookmark not defined.
Gambar 3-37 Lokasi Bangunan Sadap (BBL.1) dari Google EarthError! Bookmark not
defined.
Gambar 3-38 Suplesi (BBL.2a) ..........................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 3-39 Lokasi Suplesi (BBL.2a) dari Google Earth Error! Bookmark not defined.
Gambar 3-40 Kondisi Bangunan Sadap Langsung .............Error! Bookmark not defined.
Gambar 3-41 Lokasi Bangunan Sadap Langsung dari Google EarthError! Bookmark
not defined.
Gambar 3-42 Kondisi Bangunan Sadap (BBL.2) ...............Error! Bookmark not defined.
Gambar 3-43 Lokasi Bangunan Sadap (BBL.2) dari Google EarthError! Bookmark not
defined.
Gambar 3-44 Kondisi Saluran Sekunder DI Besum Pasangan BatuError! Bookmark not
defined.
Gambar 3-45 Kondisi Saluran Sekunder DI Besum Plat BetonError! Bookmark not
defined.
Gambar 3-46 Kondisi Saluran Sekunder DI Besum Saluran AlamiError! Bookmark not
defined.
vii
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
PENDAHULUAN
1-1
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
pendekatan yang menyeluruh yang merangkum semua aspek yang terkait dengan Jaringan
Irigasi yang akhirnya mempengaruhi aspek kuantitas dan kualitas.
Dengan adanya pengelolaan aset irigasi yang dapat dipertanggungjawabkan, maka
diharapkan dapat digunakan untuk evaluasi upaya alternatif agar lebih baik dalam
penggunaan jaringan irigasi. Termasuk didalamnya evaluasi dampak dari upaya alternatif
tersebut terhadap kuantitas dan kualitas jaringan irigasi dan rekomendasi upaya yang
akan menjadi pedoman dalam pengelolaan wilayah sungai di masa mendatang.
Pembangunan prasarana irigasi di beberapa wilayah telah dimulai semenjak
beberapa puluh tahun lalu. Pada prasarana irigasi fungsi dan kelestariannya bila tidak
didukung manajemen pengelolaan yang memiliki komitmen tinggi, konsisten dan
berkelanjutan.
Hal tersebut dapat terjadi disebabkan oleh keterbatasan dana yang mengakibatkan
terbatasnya kemampuan untuk memelihara dan merehabilitasi prasarana irigasi atau
karena belum adanya program pemeliharaan yang memadai. Kondisi prasarana irigasi
air yang menurun fungsinya, selanjutnya akan mengakibatkan penurunan kuantitas dan
kualitas pelayanan.
Pada saat ini, penyelenggaraan pengelolaan prasarana irigasi semakin kompleks
akibat penerapan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah serta terjadinya degradasi
kondisi DAS. Oleh karena itu, penyelenggaraan pengelolaan prasarana irigasi ke depan,
haruslah menggunakan pendekatan kewilayahan, berwawasan lingkungan dan
pemberdayaan pengguna prasarana irigasi.
Untuk dapat mencapai penyelenggaraan pengelolaan yang berkelanjutan, prasarana
irigasi harus mampu mendukung :
1. Tumbuhnya produktivitas usaha tani guna meningkatkan produksi hasil
pertanian,
2. Meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan khususnya petani dari hasil
usaha tani.
Kegiatan yang dilaksanakan oleh pengelola irigasi dalam mengelola prasarana aset
irigasi secara umum adalah :
1. Operasi jaringan irigasi yaitu upaya pengaturan air irigasi dan
pembuangannya termasuk kegiatan membuka, menutup pintu bangunan air
irigasi, menyusun rencana tata tanam dan menyusun rencana pembagian air,
pengumpulan data, memantau dan mengevaluasi
1-2
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
1.3. SASARAN
Sasaran kegiatan ini adalah untuk mendata keberadaan aset dan informasi kondisi
aset sehingga memudahkan dalam upaya tercapainya pengelolaan yang meliputi
pengoperasian, pemeliharaan untuk mencapai tingkat pemanfaatan yang optimal.
Hasil yang diharapkan dari pekerjaan ini adalah data sarana/prasarana aset irigasi
pada Daerah Irigasi Pehoyot yang tersusun dalam sistimatika yang mudah dikelola sebagai
alat bantu pengambilan keputusan dalam pengelolaan jaringan irigasi di lingkungan Dinas
Perumahan, Kawasan Permukiman dan Sumber Daya Air Kabupaten Tulungagung.
1-3
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
1.4. MANFAAT
Dengan adanya inventarisasi dan pendataan serta pengelolaan aset irigasi yang
baik akan bermanfaat bagi pengelola aset irigasi di lingkungan Dinas Perumahan, Kawasan
Permukiman dan Sumber Daya Air Kabupaten Tulungagung khususnya pada UPTD
Gondang dalam penyusunan program operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana
irigasi air serta langkah-langkah lain yang dipandang perlu. Disamping itu sistem ini dapat
dimanfaatkan oleh instansi-instansi terkait.
1-4
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi Laporan Akhir
Wilayah UPTD Bandung
2.2.1. TOPOGRAFI
Kabupaten Tulungagung terbagi menjadi tiga dataran yaitu tinggi, sedang dan
rendah. Dataran rendah merupakan daerah dengan ketinggian dibawah 500 m dari
permukaan laut, daerah ini meliputi semua kecamatan tetapi tidak semua desa untuk
Kecamatan Pagerwojo dan Sendang hanya empat desa. Dataran sedang mempunyai
ketinggian 500 m sampai dengan 700 m dari permukaan laut, daerah ini meliputi
Kecamatan Pagerwojo sebanyak 6 desa dan Kecamatan Sendang sebanyak 5 desa.
Sedangkan dataran tinggi merupakan daerah dengan ketinggian diatas 700 m dari
2-5
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi Laporan Akhir
Wilayah UPTD Bandung
permukaan air laut yaitu Kecamatan Pagerwojo sebanyak 1 desa dan Kecamatan Sendang
sebanyak 2 desa.
Daerah yang mempunyai wilayah terluas secara berurutan yaitu Kecamatan
Tanggunggunung, Kecamatan Kalidawir, Kecamatan Sendang dan Kecamatan Pagerwojo.
Kecamatan Luas Wilayah Ketinggian dari permukaan Laut (Jml Desa/Kel.) (m)
No. District Area Attitudes ((some villages) (m))
(Km2) - 500 500 - 700 700 +
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Besuki 82,16 10 - -
2 Bandung 41,96 18 - -
3 Pakel 36,06 19 - -
4 Campurdarat 39,56 9 - -
5 Tanggunggunung 117,73 7 - -
6 Kalidawir 97,81 17 - -
7 Pucanglaban 82,94 9 - -
8 Rejotangan 66,49 16 - -
9 Ngunut 37,70 18 - -
10 Sumbergempol 39,28 17 - -
11 Boyolangu 38,44 17 - -
12 Tulungagung 13,67 14 - -
13 Kedungwaru 29,74 19 - -
14 Ngantru 37,03 13 - -
15 Karangrejo 35,54 13 - -
16 Kauman 30,84 13 - -
17 Gondang 44,02 20 - -
18 Pagerwojo 88,22 4 6 1
19 Sendang 96,46 4 5 2
2-6
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
2-7
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
2-8
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
2-1
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
2-1
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
Persebaran jenis tanah yang ada di wilayah Kabupaten Tulungagung berdasarkan pada
jenis tanah masing-masing mempunyai proporsi dan sifat berbeda-beda. Adapun masing-
masing jenis tanah adalah sebagai berikut:
1. Alluvial coklat tua terdapat di wilayah Kecamatan Bandung dan Kecamatan Besuki.
2. Alluvial coklat tua kelabuan terdapat di wilayah Kecamatan Besuki, Pakel,
Campurdarat, Tulungagung, Boyolangu, Pucanglaban dan Kalidawir.
3. Assosiasi alluvial kelabu dan alluvial coklat kelabuan terdapat di Kecamatan Besuki,
Bandung, Pakel, Campurdarat, Gondang, Boyolangu, Tulungagung, Kedungwaru,
Gondang, Sumbergempol, Kalidawir, dan Ngunut.
4. Litosol terdapat di wilayah Kecamatan Bandung, Besuki, Tanggunggunung,
Boyolangu, dan Kalidawir.
5. Litosol Mediteran dan Resina terdapat di Kecamatan Besuki, Tanggunggunung,
Sumbergempol, Pucanglaban dan Rejotangan.
6. Regosol coklat kelabuan terdapat di Kecamatan Ngunut, Pucanglaban, dan
Rejotangan.
7. Mediteran coklat kemerahan terdapat di Kecamatan Gondang, Kauman, Karangrejo,
Pagerwejo dan Sendang.
8. Litosol coklat kemerahan terdapat di Kecamatan Pagerwejo dan Kecamatan
Sendang.
9. Andosol terdapat di Kecamatan Sendang dan Kecamatan Pagerwejo.
Kemampuan Tanah dapat dilihat dari Kemiringan Tanah dan Kedalaman Efektif
Tanah serta teksturnya. Kemiringan tanah dapat dinyatakan dalam prosentase (%) dimana
setiap 1% kemiringan tanah berarti terdapat perbedaan tinggi sebesar 1 meter dari 2 tempat
sejauh 100 meter. Wilayah Kabupaten Tulungagung dapat dikelompokkan menjadi 6 (enam)
klasifikasi kemiringan tanah sebagai berikut:
Lereng antara 0-2% merupakan wilayah yang datar dengan luas 43.070,52 hektar
atau 40,8% terdapat pada hampir semua wilayah kecamatan, kecuali wilayah
Kecamatan Sendang, Pagerwojo dan Tanggunggunung.
Lereng antara 2-8% merupakan wilayah yang datar hingga landai dengan luas
5.172,69hektar atau 4,9%, terdapat hampir disemua kecamatan kecuali Kecamatan
Tanggunggunung, Sendang, Pagerwojo, Tulungagung, Pakel, Kedungwaru,
Sumbergempol, Ngunut dan Gondang.
2-1
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
Lereng antara 8-15% merupakan wilayah yang landai hingga berombak dengan luas
7.600,68 hektar atau 7,2%, terdapat di hampir semua kecamatan kecuali
Tulungagung, Pakel, Kedungwaru, Gondang, Sumbergempol, dan Ngunut.
Lereng antara 15-25% merupakan wilayah yang berombak hingga bergelombang
lemah dengan luas 14.567,97 hektar atau 13,8% terdapat di Kecamatan Karangrejo,
Kauman, Sendang, Pagerwojo, Gondang, Bandung, Boyolangu, Campurdarat,
Besuki, Tanggunggunung, Kalidawir, Pucanglaban, dan Rejotangan.
Lereng antara 25-40% merupakan wilayah bergelombang lemah hingga
bergelombang kuat dengan luas 21.091,88 hektar atau 19,98% terdapat di Kecamatan
Gondang, Pagerwojo, Bandung, Besuki, Campurdarat, Boyolangu, Kalidawir,
Pucanglaban, Gondang dan Rejotangan.
Lereng lebih dari 40% merupakan wilayah bergelombang kuat dengan luas
13.997,91hektar atau 13,26% terdapat di Kecamatan Sendang, Pagerwojo, Besuki,
Campurdarat, Kalidawir, Gondang, Rejotangan, Tanggunggunung, Bandung, dan
Pucanglaban.
Secara rinci data dan penyebaran kemiringan tanah dapat dilihat pada gambar
sebagaimana terlampir di bawah ini.
40%
13%
0-2%
25-40% 41%
20%
15-25%
2-8%
14% 8-15%
5%
7%
0-2% 2-8% 8-15% 15-25% 25-40% 40%
Gambar 2-4 data dan penyebaran kemiringan tanah
2-2
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
Kedalaman lebih dari 90 Cm, meliputi wilayah seluas 46.585,83 Ha atau 44,13% dari
luas wilayah Kabupaten Tulungagung, kedalaman ini terdapat dihampir seluruh
kecamatan kecuali Tanggunggunung.
Kedalaman 60 - 90 Cm, meliputi wilayah seluas 4.212,04 Ha atau 3,99% dari luas
wilayah Kabupaten Tulungagung. Kedalaman ini tersebar di Kec.Sendang,
Pagerwojo, Pucanglaban, Campurdarat, Besuki dan Karangrejo.
Kedalaman 30 - 60 Cm, meliputi wilayah seluas 28.608,12 Ha atau 27,10% dari luas
wilayah Kabupaten Tulungagung. Kedalaman ini tersebar di Kec. Tanggunggunung,
Campurdarat, Besuki, Sendang, Rejotangan, Pucanglaban, Pagerwojo, Kalidawir dan
Bandung.
Kedalaman kurang dari 30 Cm, meliputi wilayah seluas 15.602,51 Ha atau 14,78%
dari luas wilayah. Kedalaman tersebut terdapat di Kecamatan, Gondang, Rejotangan,
Kauman, Kalidawir, Bandung, Besuki, Campurdarat, Pucanglaban,
Tanggunggunung, Sendang, Pagerwojo, dan Boyolangu.
Untuk lebih jelasnya mengenai penyebaran klasifikasi kedalaman efektif tanah di
setiap kecamatan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
2-3
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
2-4
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
2-5
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
2-6
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
Tatanan Stratigrafi
Tatanan stratigrafi Kabupaten Tulungagung, meliputi:
a. Endapan Permukaan
(1) Aluvium ( Qa ).
Endapan ini merupakan hasil aktifitas endapan sungai, pantai dan rawa, yang
disusun oleh kerakal, kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur. Dijumpai di
Kecamatan-Kecamatan Besuki, Bandung, Pakel, Campurdarat, Rejotangan,
Ngunut, Sumbergempol, Boyolangu, Gondang, Kauman, Tulungagung,
Kedungwaru, Gondang, dan Karangrejo.
b. Batuan Sedimen
(2) Satuan Breksi/Formasi Arjosari (Toma).
Berupa runtuhan endapan turbidit, yang ke arah mendatar berangsur berubah
menjadi batuan gunung api. Umur satuan ini adalah Oligosen Akhir-Miosen
Awal, tersingkap di Kecamatan-Kecamatan Gondang dan Kauman.
(3) Satuan Batu gamping/Formasi Campurdarat.
Disusun oleh batu gamping hablur yang bersisipan dengan batu lempung
berkarbon.
Berumur akhir Miosen Awal-Awal Miosen Tengah. Tersebar di Kecamatan-
Kecamatan Bandung, Besuki, Campurdarat dan Tanggunggunung.
(4) Satuan Batulempung/Formasi Nampol ( Tmn).
Tersusun oleh perulangan batulempung, batupasir dan tuf yang bersisipan
konglomerat dan breksi. Umur satuan ini adalah miosen awal. Secara setempat-
setempat dijumpai di Kecamatan-Kecamatan Bandung, Besuki,
Tanggunggunung, Kalidawir, dan Pucanglaban.
(5) Satuan Batugamping Terumbu / Formasi Wonosari (Tmwl).
Litologi tersusun oleh batugamping terumbu, batugamping berlapis,
batugamping berkepingan, batugamping pasiran kasar, batugamping tufan dan
napal.
Satuan ini berumur miosen tengah-miosen akhir dan dapat di jumpai di
Kecamatan Pucanglaban dan Kalidawir.
2-7
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
2-8
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi Laporan Akhir
Wilayah UPTD Bandung
2-9
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
2-10
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
2-1
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
2-2
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
/ Hindia. Sungai-sungai yang dimaksud antara lain: Sungai Dlodo, Sungai
Kerecek, Sungai Ngelo, Sungai Urang, Sungai Molang, dan lain sebagainya.
Berdasarkan batas sistem penyebarannya, berbeda antara batas administrasi
Kabupaten Tulungagung dengan batas penyebaran daerah tangkapan (Catchment area) air
hujannya pada sistem Sub DAS yang ada. Khususnya pada 2 Sub DAS yaitu pada sistem
Sub DAS Ngrowo–Ngasinan ekosistemnya yang mempengaruhi mencakup 3 wilayah
Kabupaten yaitu Tulungagung, Trenggalek dan Ponorogo. Sedang pada Sistem Sub DAS
Lahar pengaruh ekosistemnya mencakup 3 wilayah Kabupaten yaitu Tulungagung, Blitar
dan Kediri. Berdasarkan kenampakan karakteristik fisiknya pada Sistem DAS – Sub DAS
di Kabupaten Tulungagung, secara umum dapat dibedakan menjadi daerah bagian hulu dan
daerah bagian hilir. Daerah bagian hulu di Kabupaten Tulungagung menempati kawasan
perbukitan/ pegunungan dan lereng Tenggara Gunung Wilis. Kawasan ini mempunyai
peranan sebagai embung/bendung, waduk, tandon air dan lain sebagainya. Sedangkan pada
bagian daerah hilir, secara umum menempati daerah dataran rendah/daerah muara sungai
yang merupakan daerah pemanfaatan dan penataan air oleh aktivitas kegiatan manusia.
Potensi air di sini sangat besar peranannya dan dimanfaatkan secara optimal untuk
memenuhi kebutuhan/keperluan irigasi, penyediaan air baku untuk minum, industri,
perikanan dan lain sebagainya. Disamping pemanfaatan tersebut dalam rangka penataan air
banyak dilaksanakan program/kegiatan pembangunan seperti pengembanganjaringan
irigasi, pekerjaan normalisasi saluran, pembuatan tanggul sungai, pembuatan pelengsengan
dan lain sebagainya.
PANJANG
NO KECAMATAN NAMA SUNGAI
(KM)
2-3
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
PANJANG
NO KECAMATAN NAMA SUNGAI
(KM)
2-4
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
PANJANG
NO KECAMATAN NAMA SUNGAI
(KM)
Selain sungai yang telah disebutkan diatas, sumber daya air yang lain yang terdapat
di Kabupaten Tulungagung adalah bendungan yaitu Bendungan Wonorejo, bendung dan
sumber mata air.
Kabupaten Tulungagung yang merupakan salah satu Kabupaten di propinsi Jawa
Timur yang memiliki kesuburan tanah dan menjadikannya pusat pertanian, terutama
tanaman padi. Hasil pertanian Kabupaten Tulungagung telah memenuhi swasembada
pangan dengan produk andalan beras Tulungagung.
Selain Daerah Irigasi Lodoyo, daerah irigasi yang berada di Kabupaten
Tulungagung antara lain :
2-5
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
Tabel 2-5 Daerah Irigasi di Wilayah Kabupaten Tulungagung
2-6
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
Berikut adalah peta Daerah Aliran Sungai dan Mata Air tersebar di Kabupaten
Tulungagung, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
2-7
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
2-1
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
2-2
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
2-1
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
2-2
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
3.1. UMUM
Untuk dapat melakukan evaluasi bersama tentang pekerjaan yang sudah dilakukan
maka perlu suatu patokan dalam menentukan parameternya. Patokan tersebut untuk
menentukan atau menyamakan parameter-parameter yang akan digunakan dalam teori
yang digunakan untuk melakukan evaluasi. Adapun landasan teori yang akan dipergunakan
akan disampaikan pada sub bab selanjutnya.
3-3
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
7. Bangunan Sadap
Adalah bangunan air yang berfungsi mengalirkan air dari saluran primer
atau skunder ke saluran tersier penerima.
8. Bangunan Sekunder
Adalah saluran yang membawa air dari saluran primer ke petak-petak tersier
yang dilayani oleh saluran skunder tersebut. Batas ujung saluran adalah pada
bangunan sadap terakhir.
9. Bangunan Suplesi
Adalah Bangunan yang berfungsi mengalirkan air dari saluran suplesi ke
saluran pembawa atau ke sungai.
10. Bangunan Terjun
Adalah bangunan air yang berfungsi menurunkan muka air dan tinggi energi
yang dipusatkan di satu tempat. Bangunan terjun ini bisa memiliki terjun tegak
atau terjun miring.
11. Bangunan Ukur Debit
Adalah bangunan ukur yang berfungsi untuk mengukur volume air persatuan
waktu (m3/det atau 1/det). jenis bangunan ukur debit yang diinventarisasi
adalah: Bangunan Ukur Ambang lebar; Bangunan Ukur Romijin; Bangunan
Ukur Crump de Gruyter; Bangunan Ukur Cipoletti; Bangunan Ukur Parshal
Flume; Venturi Meter; Bangunan Ukur Thomson; DLL.
12. Bendung Tetap
Adalah bangunan yang dipergunakan untuk meninggikan muka air di sungai
sampai pada ketinggian yang diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran
irigasi dan petak tersier, Ditinjau dari bahan yang dipergunakan, maka bendung
tetap dapat dibagi menjadi : Bendung tetap permanen (misalnya beronjong dari
beton, pasangan batu, beronjong dengan mantel); Bendung tetap semi permanen
(Misalnya dari Beton, pasangan batu, beronjong dengan mantel); Bendung tetap
tidak Permanen (Misalnya dari kayu, tumpukan batu).
13. Daerah Irigasi (D.I)
adalah kesatuan wilayah atau hamparan tanah yang mendapatkan air dari satu
jaringan irigasi, terdiri dari: Areal (hamparan tanah yang akan diberi air);
Bangunan Utama jaringan irigasi (saluran dan bangunannya).
3-4
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
3-5
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
3-6
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
3-7
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
o Lahan.
3-8
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
3-9
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
Dimensi;
Bahan bangunan aset;
Luas daerah yang dilayani,
Tahun aset selesai dibangun dan dioperasikan;
Data dinamis yang dikumpulkan di lembar 2/2 terdiri dari :
Nilai Aset Baru (NAB) yaitu nilai seandainya aset yang sekarang ada
dibangun dengan menggunakan harga-harga satuan mutakhir.
Kondisi umum aset;
Fungsi umum aset;
Pernah / tidak pernah direhabilitasi hingga seperti baru dan tahunnya.
Usulan-usulan perbaikan atau penggantian, yang dimeliputi : :
o Jenis pekerjaan yang diperlukan;
o Rincian perbaikan yang diperlukan;
o Areal pelayanan yang terpengaruh oleh kerusakan / pekerjaan
perbaikan;
o Total biaya yang diperlukan;
o Urgensi dari pekerjaan yang diusulkan; dan
o Tujuan utama dari pekerjaan,
3-10
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
3-11
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
3-12
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung Laporan Akhir
3-13
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
KODE ASET
ASET IRIGASI 1
IRIGASI
KELOMPOK
KODE ASET
ASET JARINGAN ASET PENDUKUNG 1-2
KELOMPOK 1-1
BUKAN PEROLEHAN
PELENGKAP
PEMAKAI AIR
OPERATOR
. PERMANEN
PENGGUNA
PEMBAWA
DRAINASE
DRAINASE
JARINGAN
SALURAN
SALURAN
PERMANEN
OPERATOR
OPERATOR
JARINGAN
NON-PNS
PEROLEHAN
UTAMA
GANTI RUGI
GANTI RUGI
BANG.
BANG.
BANG.
SEMI
PNS
1-1-1-1 1-1-1-2 1-1-1-3 1-1-2-1 1-1-2-2 1-2-1-1 1-2-1-2 1-2-1-3 1-2-2-1 1-2-2-2 1-2-3-1 1-2-3-2
1-2-5-1
KODE SUB-SUB-
KELOMPOK 1-2-5-2
KENDARAAN
KENDARAAN
PERALATAN
SUB-SUB-
KOMUNIKASI
DARAT
KELOMPOK ASET
AIR
OP
ALAT
1-2-4-1 1-2-4-2 1-2-4-4
1-2-4-3
KODE JENIS
LIHAT TABEL 8 15 9 5 9 2 4 1 8 8 5 5 4 5 7 9 5 4 JENIS ASET
`3-14
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
3.4. METODOLOGI INVENTARISASI ASET IRIGASI
PERSIAPAN
PENELUSURAN JARINGAN
VALIDASI
DATA
PEMASUKAN KE PANGKALAN
DATA
STOP
`3-1
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
PERSIAPAN
SURVEI LAPANGAN
VALIDASI DATA
PEMASUKAN KE PANGKALAN
DATA
STOP
B. Data Sekunder
Tidak seluruh data perlu diisi di lapangan, terutama data yang tidak berubah/permanen
dan data mengenai Identitas Daerah Irigasi dan Ketersediaan Air. Data yang dapat
diisi di kantor dalam formulir isian telah ditandai dengan blok warna abu-abu
(Lampiran I).
Adapun kriteria penilaian dilapangan terhadap kondisi dan fungsi bangunan sipil dan
mekanikal elektrikal adalah sebagai berikut:
Kriteria Penilaian Kondisi Bangunan
`3-3
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
Kriteria Penilaian Fungsi Aset
Tata Cara Penilaian Fisik Komponen Bangunan pada Jaringan Irigasi. Komponen-
komponen bangunan yang dinilai kondisinya di lapangan adalah sebagai berikut:
`3-4
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
A. BANGUNAN UTAMA (BENDUNG TETAP)
`3-5
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
3. Besi daun pintu dan besi pengantar tidak tertutup cat anti karat sebagian
+/- 60%;
4. Gigi-gigi dan ulir tampak jarang diberi pelumas dan berat
pengoperasiannya;
5. Terdapat atap pelindung pintu yang mengalami kerusakan;
6. Pengamanan pintu dan tembok penahan banjir (banjir skerm / skimming
wall) menunjukkan kerusakan;
7. Daun pintu yang terpasang 40% bocor
8. Terdapat penunjuk (manual) operasi handling tetapi tidak pernah diikuti.
2) Endapan/Lumpur
`3-6
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
Disebut Rusak sedang jika:
1. Endapan di depan sering melampaui ambang pintu pengambilan
(intake), sehingga banyak lumpur masuk ke saluran;
2. Jarang dikuras;
Disebut Rusak berat jika:
1. Endapan dibiarkan melampaui ambang intake;
2. Sulit/tidak pernah/jarang dikuras;
3) Pengukur Debit
`3-7
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
`3-8
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
4) Endapan I Lumpur
1) Mercu Bendung
`3-9
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
3. Terdapat tabel pembacaan debit aliran yang melimpas di atas mercu dan
dipergunakan dengan baik setiap waktu;
Disebut Rusak ringan jika:
1. Terdapat papan duga yang bisa dibaea dengan baik;
2. Papan duga terpasang pada elevasi yang salah;
3. Terdapat tabel pembacaan debit aliran yang melimpas di atas mercu
tetapi jarang diikuti;
Disebut Rusak sedang jika:
1. Papan duga sudah tidak dapat dibaca;
2. Papan duga terpasang pada elevasi yang salah;
3. Terdapat tabel pembaeaan debit aliran yang melimpas di atas mercu
tetapi tidak pernah dipergunakan;
Disebut Rusak berat jika:
1. Tidak terdapat papan duga yang bisa dibaea dengan baik;
2. Tidak terdapat tabel pembaeaan debit aliran yang melimpas di atas
mercu;
1) Sayap
`3-10
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
`3-11
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
dipergunakan untuk menyeberang;
2. Terdapat rumah PPA
3. Terdapat gudang penyimpanan (stop log, olie dan lain-lain) tetapi sangat
tidak terawat.
4. Terdapat BM (bench mark);
`3-12
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
4. Tidak terdapat bocoran pada semua pintu terpasang;
`3-13
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
4. Dilengkapi dengan papan duga muka air/peilschaal;
Disebut Rusak ringan jika:
1. Tubuh bangunan tidak retak/pecah yang membahayakan konstruksi dan
fungsi bangunan;
2. Tidak ada gerusan di seluruh bangunan;
3. Tidak ada penurunan (settlement) tubuh bangunan;
4. Dilengkapi dengan papan duga muka air/peilschaal;
Disebut Rusak sedang jika:
1. Tubuh bangunan tidak retak/pecah yang membahayakan konstruksi dan
fungsi bangunan;
2. Tidak ada gerusan di seluruh bangunan;
3. Tidak ada penurunan (settlement) tubuh bangunan;
4. Dilengkapi dengan papan duga muka air/peilschaal;
Disebut Rusak berat jika:
1. Tubuh bangunan tidak retak/pecah yang membahayakan konstruksi dan
fungsi bangunan;
2. Tidak ada gerusan di seluruh bangunan;
3. Tidak ada penurunan (settlement) tubuh bangunan;
4. Dilengkapi dengan papan duga muka air/peilschaal;
`3-14
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
2. Sebagai halaman muka pertama yang muncul adalah dalam posisi inisialisasi
satelite (acquiring satellites). Tekan tombol PAGE berikutnya, maka akan
muncul halaman lain. Secara bergantian akan nampak halaman sebagai berikut:
`3-15
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
d. Compass Page
e. Map Page
f. Altimeter Page
3. Pada halaman Main Menu, pilih Setup, pilih units dan time. Lakukan pengaturan
(setting) alat receiver GPS sedemikian rupa, sehingga:
a. Pilih Position format nya sbb : hddd°mm’ ss.ss”.
b. Pilih Map Datum nya : WGS 84
c. Pilih Distance/Speed nya adalah : Metric
d. Pilih Elevation (vert speed) nya adalah : Meters (m/sec)
e. Pilih Depth : Meters
f. Pilih Temperature nya adalah : Celcius
g. Pilih Presure : Milibars
h. Pada menu time, pastikan menggunakan time zone yang benar.
Isikan time format = 24 Hours, Time Zone = Jakarta, UTC Offset = + 07.00
hrs. Pengaturan (setting) alat ni cukup dilakukan satu kali, kecuali
menghendaki perubahan dan sebaiknya dilakukan di kantor sebelum
berangkat ke lapangan.
4. Untuk melakukan pengaturan pada menu tracks, lakukan langkah sebagai
berikut:
a. Pilih menu tracks
b. Pilih Setup
c. Pilih Record Methode nya: Time
d. Pilih Interval nya : 00hrs:00min:30sec
e. Pilih Colour: sesuai selera (default nya warna hitam)
5. Bangunan air yang perlu dilakukan pengukuran, sebagai berikut:
a. Bangunan Bendung
b. Bangunan Bagi
c. Bangunan Sadap
d. Bangunan Bagi Sadap
e. Bangunan Pelengkap lainnya (bangunan ukur, terjunan, pelimpah,
suplesi, gorong2, jembatan, dll yang merupakan milik pemerintah)
f. Lokasi kerusakan pada saluran irigasi
g. Lokasi awal dan akhir lining pada saluran
`3-16
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
6. Untuk memulai lokasi yang baru, pastikan tidak terdapat data waypoint yang
tersimpan dalam memory. Kalau terdapat data lain agar dikosongkan (delete).
a. Tekan tombol FIND, Pilih Waypoints, akan muncul daftar way points
yang ada
b. Tekan Menu, Pilih Delete All symbol, pilih Yes
c. Delete juga tracks yang telah ada, dengan cara sebagai berikut :
Pilih Main Menu, pilih Tracks
Pilih Clear atau Delete
Pilih Yes
7. Setelah dihidupkan beberapa saat, receiver GPS akan melakukan inisialisasi
(acquiring satelite atau mencari sinyal satelit). Setelah menerima sinyal dari 4
satelit, akan muncul tampilan halaman informasi satelit beserta nilai koordinat
yang terukur. Bersamaan dengan itu akan tampak pula ketelitian posisi tititk
yang ditunjukkan dengan angka ±, dimana makin lama akan makin mengecil
nilainya. Artinya posisi ttik tersebut nilai koordinatnya semakin teliti. Menurut
spesifikasinya, alat ukur receiver GPS navigasi mempunyai ketelitian ± 10
meter pada kondisi sinyal GPS dapat diterima dengan baik.
`3-17
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
alat Receiver GPS. Siapkan formulir pengukuran untuk mencatat hasil
pengukuran.
c. Tunggu beberapa saat, biarkan GPS melakukan inisialisasi sampai diperoleh
petunjuk bahwa sinyal GPS dapat diterima dengan kekuatan maksimal dan
banyak. On kan juga posisi Tracks. Artinya, selain melakukan pengukuran
Waypoints, dilakukan juga pengukuran tracks.
d. Agar jalur pengukuran terlihat berupa sebuah garis, pilih halaman muka
GPS pada menu Map, sehingga tampak lokasi/map pengukuran dengan
gambar ujung anak panah.
e. Tekan Enter beberapa saat sehingga muncul menu posisi waypoint lengkap
dengan nomor dan pilihan untuk di save (OK), misalkan sebagai No.001.
`3-18
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
f. Catat dalam formulir pengukuran, antara lain nomor waypoint dan nama
bangunan air, lengkapi dengan gambar sketsa dan nomor foto digital yang
diambil.
g. Berjalan mengikuti saluran irigasi primer atau sekunder, menuju bangunan
air berikutnya.
h. Tekan lagi tombol enter beberapa saat untuk merekam lokasi waypoints
tersebut, misal sebagai No.002, catat lagi dalam formulir pengukuran,
nama bangunan air, gambar sketsa serta nomor foto digital yang diambil.
Demikian seterusnya sampai dengan lokasi bangunan sadap/bagi/bagi-
sadap, yang menunjukkan bahwa pengukuran tracks akan berakhir (untuk
satu tracks) di lokasi bangunan tersebut.
i. Pada lokasi bangunan sadap/bagi/bagi-sadap tersebut, setelah dilakukan
perekaman data waypoints, pilih menu tracks, pilih Save Tracks. Setelah
itu pilih OFF tracks. Artinya perekaman data tracks berakhir pada lokasi
bangunan sadap tersebut.
9. Dengan cara yang sama seperti langkah nomor 8, pengukuran tracks dan lokasi
bangunan air sebagai waypoints berikutnya dilakukan mulai dari lokasi
bangunan sadap tersebut, menuju bangunan sadap berikutnya lagi.
10. Proses download data hasil pengukuran.
Quantum GIS
DNR Garmin
Data GPS
(.shp dan .kml)
PDSDA PAI
a. Pastikan alat receiver GPS anda dilengkapi dengan kabel connector untuk
komputer dengan interface USB.
b. Pastikan pada komputer anda telah terinstall driver alat receiver GPS.
Lakukan proses installasi dari CD mapsource.
c. Install Program DNR Garmin
d. Hubungkan alat Receiver GPS dengan komputer melalui kabel data yang
tersedia (USB). Hasilnya adalah sebagai berikut :
`3-19
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
e. Setelah alat receiver GPS terdeteksi oleh software DNR Garmin, maka
seluruh data hasil pengukuran (berupa waypoints dan atau tracks),
langsung dapat terbaca.
11. Data waypoint dan data tracks selanjutnya di save sebagai file shape (.shp) agar
`3-20
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
dapat dibaca oleh software GIS. Hasilnya sebagai berikut:
12. Data hasil pengukuran GPS tersebut selanjutnya menjadi data awal untuk
aplikasi PAI dengan cara sebagai berikut:
a. Simpan shape file (.shp) waypoint untuk data bangunan dan shape file
(.shp) tracks untuk data saluran ke dalam direktori yang sudah disiapkan.
13. Langkah selanjutnya ikuti petunjuk dalam penggunaan aplikasi PAI.
14. Hasil pengukuran GPS, setelah dilakukan proses cleaning dan posting, siap
untuk dimasukkan data aset irigasinya, sbb:
`3-21
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
Kegiatan penelusuran data GPS hanya dilakukan sekali untuk selamanya, kecuali ada
perubahan jaringan. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan terpisah dari kegiatan penelusuran
untuk pengisian formulir, karena waktu yang diperlukan lebih singkat dari pada waktu untuk
pengisian formulir.
Alat GPS dapat memberikan data dari suatu posisi titik di permukaan bumi mengenai
koordinat (lintang dan bujur) dan elevasinya. Keuntungan dari penggunaan alat GPS tersebut
adalah ketelitiannya tidak tergantung skala, mempunyai sistem referensi yang sama meskipun
alat yang dipergunakan dari macam dan pabrik pembuat yang berlainan.
Di bidang irigasi data GPS dapat dipergunakan antara lain untuk :
menentukan lokasi bangunan;
menggambarkan jalur saluran;
menentukan titik-titik di saluran yang mengalami kerusakan (bocoran,
longsoran, jebolan);
menggambarkan batas-batas DI;
menghitung luas areal DI;
menghitung luas realisasi tanam;
kepentingan monitoring kemajuan pekerjaan konstruksi, misalnya bagian-
bagian saluran yang telah selesai direhab, bagian-bagian saluran yang belum
selesai dan sebagainya.
`3-22
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
menentukan batas-batas daerah banjir.
perencanaan, misalnya untuk melihat kemiringan lahan secara global,
perkiraan areal yang dapat diairi, penentuan lokasi bendung, dan sebagainya.
B. Validasi Data
Sebelum data dimasukkan ke dalam pangkalan data (database) di komputer terlebih
dahulu harus divalidasi untuk meyakinkan kebenarannya. Data yang perlu divalidasi terutama
mengenai dimensi aset, umur aset, kondisi, fungsi dan biaya-biaya yang diusulkan.
`3-24
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
lama semakin banyak sehingga dapat disebut kondisi merupakan fungsi umurnya. Demikian
pula halnya dengan fungsi suatu aset, namun tidak selalu penurunan fungsi paralel dengan
penurunan kondisi.
Secara hipotetis dapat digambarkan sebagai berikut :
Bentuk grafik tersebut hanya berlaku untuk aset jaringan saja, untuk aset pendukung
terutama jenis kelembagaan, sumber daya manusia, dan lahan grafik tersebut tidak berlaku.
Areal Layanan
Setiap aset jaringan mempunyai areal layanan, yaitu luas persawahan yang
mendapatkan air melalui aset jaringan yang bersangkutan. Suatu bendung mempunyai areal
layanan seluruh luas daerah irigasi, bangunan sadap mempunyai areal layanan seluas petak
tersier yang mendapatkan air dari sadap yang bersangkutan. Areal layanan suatu jembatan
yang melintasi saluran diasumsikan sebagai luas persawahan yang mendapatkan air dari
saluran yang berada di bawah jembatan yang ditinjau;
Nilai
aset jaringan mempunyai nilai yang berubah dari waktu ke waktu. Seperti halnya
kondisi dan fungsi, nilai juga merupakan fungsi dari waktu. Untuk proses penyusunan RPAI
nilai yang diperlukan adalah NAB (nilai aset baru) yaitu nilai yang timbul seandainya aset
yang ditinjau saat ini dibangun baru. NAB menjadi sangat penting karena dianggap sebagai
jumlah investasi yang diperlukan bilamana mengganti aset yang telah ada.
Tingkat Kerawanan
`3-25
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
Setiap aset jaringan mempunyai tingkat kerawanan masing-masing. Tingkat
kerawanan tersebut didasarkan atas kontribusi aset pada pencapaian TP yang diharapkan.
Tingkat kerawanan diukur melalui angka skor. Suatu bendung akan mempunyai skor lebih
besar dari pada suatu tempat cuci. Tingkat kerawanan saluran primer (induk) akan
mempunyai skor lebih besar dari pada saluran sekunder.
`3-26
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
15 Tempat Mandi Hewan 10
Saluran
1 Primer Pembawa 90
2 Sekunder Pembawa 80
3 Saluran Suplesi 70
4 Saluran Muka 60
5 Primer Drainase 50
6 Sekunder Drainase 50
7 Sal. Pengelak Banjir 40
8 Jalan Inspeksi S. Pembawa 40
9 Jalan Inspeksi S. Drainase 30
10 Jalan Akses 30
11 Terowongan 90
12 Tanggul Bendung 50
13 Tanggul Penutup 10
14 Tanggul Banjir 40
Bangunan Drainase
1 Bangunan Pintu Klep 50
2 Bangunan Outlet 30
3 Bangunan Pertemuan 20
4 Krib 20
`3-27
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
3.5.2. AREAL TERPENGARUH KERUSAKAN
Setiap aset jaringan mempunyai areal layanan seperti dijelaskan di atas. Bilamana
suatu aset mengalami kerusakan dan penurunan fungsi, maka kemungkinan ada areal layanan
tersebut yang terpengaruh oleh kerusakan tersebut. Bila penurunan fungsinya besar maka
areal terpengaruh tersebut juga besar dan sebaliknya. Pengaruh tersebut dapat karena fungsi
dari aset yang turun, kondisi aset yang turun atau nantinya pengaruh dari pelaksanaan
perbaikan atau penggantian yang diusulkan.
`3-28
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
a. Penggantian dengan manfaat yang diharapkan mengembalikan kinerja seperti
pada saat baru;
b. Pemeliharaan dengan manfaat yang diharapkan untuk mencegah kinerja
turun;
c. Peningkatan dengan harapan manfaat kinerjanya naik;
d. Perluasan dengan harapan kenaikan areal pelayanan, tujuan ini hanya
dimungkinkan bila data ketersediaan airnya menunjukkan berlebih;
e. Pengamanan dengan harapan erosi dapat dicegah, kecelakaan dapat dicegah.
Efisiensi Operasi dengan harapan operasi jaringan menjadi lebih cepat, dan lebih efisien.
`3-29
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
Untuk melengkapi data masukan dalam database juga di inventarisasi data umum
mengenai daerah irigasi, baik data statis maupun data dinamis serta data ketersediaan
air.
`4-1
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
terutama mengenai dimensi aset, umur aset, kondisi, fungsi dan biaya-biaya yang
diusulkan.
Untuk kegiatan analisa perkiraan nilai aset baru dan biaya yang diusulkan dalam rangka
mengembalikan kondisi dan fungsi aset seperti semula, data berupa analisa pekerjaan
mengacu pada harga satuan bahan dan upah yang berlaku di Kabupaten Jayapura tahun
2016.
PDSDA–PAI adalah salah satu submodul dari program aplikasi PDSDA (Pengolah Data
Sumber Daya Air). PDSDA-PAI memadukan antara penggunaan data tabular dan
spasial (peta untuk jaringan irigasi / skema irigasi). Berdasarkan hal tersebut, maka
PDSDA-PAI dibangun dengan mengintegrasikan perangkat lunak berbasis tekstual
dengan sistem informasi geografis.
`4-2
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
`4-3
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
4.4. INSTALASI PDSDA – PAI VERSI 2.0
Prosedur instalasi menggunakan CD ROM/Flashdisk Instalasi PDSDA yang sudah
berisi semua perangkat lunak yang dibutuhkan untuk menjalankan aplikasi ini, kecuali
untuk software untuk menjalankan spreadsheet.
1.Masukkan CD/Flashdisk Instalasi
Secara otomatis akan muncul tampilan sebagai berikut :
`4-4
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
Installation of Super Server and Development Tools. Super Server memungkinkan
ukuran data yang disimpan mencapai 8 Giga Byte (GB) untuk satu file. Pada saat
kebutuhan melebihi 8 GB bisa dibuatkan file baru yang akan secara otomatis seolah-
olah adalah lanjutan dari file pertama dengan maksimum ukuran data 8 GB. Demikian
seterusnya hingga mencapai 2 pangkat 8 file dan masing-masing file sebesar 8 GB.
2. Pada saat muncul tampilan Select Additional Task, beri check (V) pada Copy Firebird
Client library to <system> directory.
3. Selanjutnya anda cukup menekan tombol next dan install untuk menjalankan proses
instalasi
`4-5
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
4. Jika komputer anda menggunakan sistem operasi Windows bukan server (Windows
95/98, dll). Instalasi Firebird Interbase berjalan dengan baik jika muncul ikon
5. Jika komputer anda menggunakan sistem operasi Windows server atau Windows XP.
Restart komputer dan cek ke Servicenya untuk memastikan bahwa Firebird Guardian
started (klik Start – Control Panel – Administrative Tools – Service untuk Windows
2000 atau lebih tinggi). Pada Windows NT Service bisa dijangkau di Start – Control
Panel – Service.
`4-6
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
PAI database server adalah database yang digunakan untuk menyimpan semua data
yang terkait dengan aset irigasi yang mencakup data tabular dan image (foto).
Sementara itu, data spasial akan secara otomatis terbentuk di subdirektori pai_peta pada
direktori dimana PDSDA-PAI diinstalkan.
`4-7
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
4.4.3. FIREBIRD/INTERBASE ODBC
Firebird/Interbase ODBC digunakan untuk menghubungkan program aplikasi dengan
database.
`4-8
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
4.4.7. SETUP FONT IRIGASI
Setup font irigasi dilakukan dengan meregistrasi font irigasi agar font tersebut dikenali
oleh sistem windows. Font irigasi digunakan untuk menampilkan simbol-simbol aset
irigasi sesuai dengan simbol-simbol standar yang telah baku (Standar Pengelolaan
Irigasi). Klik Control Panel – Fonts.
Klik File – Install New Font dan pilih Irigasi (True Type) dan klik OK.
`4-9
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
Isi :
Data Source Name dengan pdsda_pai
Database dengan nomenklatur sebagai berikut SSS:DDD (SSS=nama server
atau IP address, titik dua (:), DDD=nama file database lengkap dengan
direktorinya). Sebagai contoh : SERVER:E:\pisp3\distribusi-1\data\PAI.FDB.
Jika diinstalkan pada standalone komputer cukup dengan menunjukkan
datanya tanpa perlu mengisi nama server. Contoh : E:\pisp3\distribusi-
1\data\PAI.FDB
Isi Database account : SYSDBA dan Password : MASTERKEY (default). Jika
database administrator melakukan perubahan, maka isi dengan account dan
password yang sesuai.
Selanjutnya klik tombol Test Connection. Jika gagal, maka silahkan dicek
keterhubungan komputer dengan server (gunakan perintah ping pada command
line) pada lingkungan jaringan atau cek keberadaan file PAI.FDB pada
komputer standalone. Catatan : Lakukan proses ini sampai berhasil.
`4-10
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
Klik menu Arsip – Login, untuk masuk ke sistem sebagai pengguna sesuai dengan
otorisasi yang diberikan. Pada saat pertama kali sistem digunakan, default nama
pengguna : pdsda_pai dan kata kunci : supervisor dan klik tombol login.
Selanjutnya, silahkan ganti kata kunci untuk pengguna karena kata kunci tersebut akan
digunakan sebagai supervisor sistem aplikasi ini.
Tombol Keterangan
1. Arsip
2. Data
`4-11
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
3. Laporan
4. Supervisor
5. Peta
6. Skin
7. Windows
8. Panduan
4.7.1. ARSIP
Menu arsip terdiri dari submenu :
1) Login
Digunakan untuk masuk ke sistem aplikasi.
Masukkan nama pengguna dan kata kunci anda. Jika anda belum terdaftar, maka
hubungi supervisor sistem anda.
2) Logout
Digunakan untuk keluar dari sistem aplikasi.
`4-12
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
Digunakan untuk mengganti kata kunci pengguna yang aktif.
4) Setup Printer
Digunakan untuk memilih printer yang akan digunakan untuk pencetakan.
5) Keluar
Digunakan untuk keluar dari sistem aplikasi. Ini juga bisa dilakukan dengan mengklik
4.7.2. DATA
Menu data terdiri dari submenu :
1) Tabel Referensi
`4-13
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
Digunakan untuk melakukan pemeliharaan data terhadap tabel-tabel referensi yang
akan dijadikan acuan agar konsistensi data terjaga.
`4-14
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
`4-15
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
2) Daerah Irigasi
Kode dan Nama Daerah Irigasi harus dimasukkan. Klik tombol cetak untuk
melakukan pencetakan
Untuk pengisian data ketersediaan air harus diisikan terlebih dahulu nama sumber
airnya, dan selanjutnya klik tombol pada bagian kanan
`4-16
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
Isi tahun data dan data debit dalam 10 harian. Klik tombol cetak untuk mencetak
laporan ketersediaan air.
Untuk mengganti kode daerah irigasi, klik tombol dan masukkan kode irigasi
baru
Pengisian aset jaringan irigasi dimulai dengan pengisian skema irigasi. Klik
`4-17
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
pai_peta. Standarisasi penamaannya adalah B_XXXXXXXXXXXX dan
B_XXXXXXXXXXXX. Dimana B=Bangunan, S=Saluran dan X=Kode
Daerah Irigasi
o Topologi secara otomatis dilakukan oleh sistem aplikasi, yaitu dengan
menambahkan kode bangunan hulu dan hilir pada saluran, dan
menambahkan kode saluran pada bangunan pelengkap
o Pembuatan skema irigasi dimulai dengan urutan sebagai berikut :
Bangunan Pengambilan / Bangunan Irigasi
Bangunan Pertemuan, dengan terlebih dahulu memilih bangunan
hulunya
Bangunan Pelengkap dengan mengklik pada saluran dimana
bangunan pelengkap itu berada
o Saluran akan secara otomatis terbentuk
o Editing atribut dilakukan dengan mengklik bangunan atau saluran pada
skema irigasi
Pengisian dan pemeliharaan data aset pendukung dengan mengklik tombol
`4-18
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
2. Sumber daya manusia yang mencakup pegawai negeri sipil dan non pegawai
negeri sipil
3. Gedung
4. Peralatan
5. Lahan
Klik tombol cetak untuk mencetak laporan aset pendukung
Klik pada sheet laporan untuk menuju ke aset pendukung lainnya.
Isi shapefile bangunan dan saluran, selanjurnya klik tombol cleaning, maka akan
muncul tampilan sebagai berikut :
`4-19
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
Otomatis akan terbentuk dua buah shapefile di subdirektori pai_peta sebagai berikut:
o Layer bangunan menggunakan nomenklatur B_xxxxxxxxx (x=Kode DI)
o Layer saluran menggunakan nomenklatur S_xxxxxxxxx (x=Kode DI)
Untuk melakukan cleaning data layer bangunan, lakukan hal-hal sebagai berikut :
o Klik pada tombol edit dan pilih layer aktif bangunan, dan klik bangunan
pada peta
o Isi jenis bangunan (harus dipilih) dan isian yang lainnya. Catatan: nomor
record saluran hanya diisi jika bangunan tersebut adalah bangunan
`4-20
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
pelengkap, yaitu dengan melihat pada peta nomor record saluran dimana
bangunan tersebut berada
Untuk melakukan cleaning data layer saluran, lakukan hal-hal sebagai berikut:
o Klik pada tombol edit dan pilih layer aktif saluran, dan klik saluran pada
peta
o Isi jenis saluran (harus dipilih), nomor record bangunan hulu dan hilir
(harus diisi), dan isian lainnya. Sebagai contoh : saluran nomor 2, maka
nomor record bangunan hulunya adalah 1, dan nomor record bangunan
hilirnya adalah 2
Untuk penghapusan data, lakukan hal yang sama dengan pengeditan data.
Lakukan cleaning untuk semua bangunan dan saluran. Jika sudah selesai, maka klik
tombol posting. Jika masih terdapat obyek yang belum clean (baik bangunan atau
saluran), maka akan ditampilkan obyek-obyek tersebut.
Klik ganda pada baris yang akan dilakukan cleaning data dan peta akan secara
otomatis menuju ke lokasi tersebut dan memberi tanda blink pada lokasi tersebut. Pilih
`4-21
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
edit bangunan atau edit saluran untuk melakukan cleaning data.
Jika sudah tidak ada lagi obyek yang belum clean, maka akan muncul konfirmasi
Transfer data peta ke Google Map, dimaksudkan agar peta bisa diintegrasikan
dengan peta satelit yang diproduksi oleh google earth. Klik pada tombol ,
maka akan muncul tampilan sebagai berikut :
Isi nama file KML yang akan digunakan untuk menampung data peta dari jaringan
irigasi. Selanjutnya klik tombol generate. Catatan: ekstensi dari file harus kml agar
bisa dibaca oleh Google Earth.
4.7.3. LAPORAN
Menu laporan terdiri dari submenu daerah irigasi :
Klik pada daerah irigasi sehingga akan muncul tampilan sebagai berikut :
`4-22
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
`4-23
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
DAFTAR INVENTARISASI ASET IRIGASI
Kode : 350440168
Nam a : KESAMBI
Tahun Tahun Bangunan Sipil Bangunan Mekanikal/Elektrikal
No Jenis Aset Nam a Nom enklatur Total Biaya (Rp)
Dibangun Survey Kondisi Fungsi Pekerjaan Biaya (Rp) Kondisi Fungsi Pekerjaan Biaya (Rp)
1 Bagi 2000 Pintu pengamblian saluran sekunder kesambi
B.KS.1 2017 B B PR 2,630,825 B B PR 1,171,259 3,802,084
2 Bagi 2000 bagi B.KS.2 2017 B B PR 17,310,510 RR K PR 14,542,529 31,853,039
3 Bagi 2000 banguan bagi B.KS.3 2017 B B 1,726,334 RR K 1,621,562 3,347,896
4 Bagi 2000 bagi B.KS.4 2017 B B 1,726,334 RR K 1,621,562 3,347,896
5 Bagi 2000 bangunan bagi B.KS.5 2017 B B PR 1,726,334 RR K PR 1,621,562 3,347,896
6 Bagi 2000 BAGI B.KS.6 2017 B B PR 1,726,334 RR K PR 1,621,562 3,347,896
7 Sadap Langsung 2000 sadap langsung B.KS.7 2017 RR BR 2,854,114 RB TB 26,897,748 29,751,862
8 Sadap Langsung 2000 sadap langsung B.KS.8 2017 RS BR 2,901,280 RB TB 14,276,470 17,177,750
9 Sadap Langsung 2000 sadap langsung B.KS.9 2017 RR K PS 1,726,334 RB TB PR 26,937,748 28,664,082
10 Sadap Langsung 2000 Bagi sadap langsung B..KS.10 2017 RR K PS 1,921,041 RB TB PS 14,112,345 16,033,386
11 Sadap Langsung 2000 Bagi sadap langsung B.KS.11 2017 RR K 1,921,041 RB TB 14,756,982 16,678,023
12 Gorong-Gorong 2000 Gorong 2 jalan raya B.KS.9a 2017 B B 2,772,925 0 2,772,925
13 Jembatan Desa 2000 jembatan desa B.KS.3b 2017 B B 0 0 0
14 Jembatan Desa 200 jembatan desa B.KS.6a 2017 B B PR 1,817,125 0 1,817,125
15 Jembatan Desa 2000 jembatan desa B.KS.6b 2017 B B PR 1,817,125 0 1,817,125
16 Jembatan Desa 2000 jembatan desa B.KS.7a 2017 B B PB 1,817,125 0 1,817,125
TOTAL 46,394,781 119,181,329 165,576,110
Keterangan :
- Kondisi : B=Baik, RR=Rusak Ringan, RS=Rusak Sedang, RB=Rusak Berat - Tahun Survey : Tahun tearkhir dilakukan inventarisasi
- Fungsi : B=Baik, K=Kurang, BR=Buruk, TB=Tidak Berfungsi - Usulan Pekerjaan : PA=Pembaruan Aset, RB=Rehab Berat, PS=Perbaikan Sedang, PB=Pemeliharaan Berkala, PR=Pemeliharaan Rutin
- Kriteria Bangunan :
a. Kondisi Bangunan Sipil : RB - B b. Fungsi Bangunan Sipil : TB - B
c. Kondisi Bangunan ME : RB - B d. Fungsi Bangunan ME : TB - B
4.7.4. SUPERVISOR
`4-24
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
Upgrade Database, digunakan mengupgrade database PDSDA-PAI yang lama jika ada
perubahan versi dari sistem aplikasi PDSDA-PAI.
Area
toolbar
Area
Indeks
Peta
Area
Legenda
Area Peta
`4-25
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
1. Area toolbar, adalah area yang berisi tombol-tombol yang akan difungsikan untuk
menjalankan aplikasi peta.
Cetak Peta
Cari Lokasi
Tampilan Utuh
Properti
Informasi
Geser
Perkecil
Perbesar
Simpan ke file citra
Simpan sebagai proyek baru
Simpan Proyek
Buka Proyek
Proyek Baru
Proyek baru, digunakan untuk membuat proyek baru. Definisi proyek adalah
kumpulan dari file peta, atribut, kustomisasi legenda, dan lain-lain. Proyek sama
dengan Project (di ArcView) dan workspace (di MapInfo)
Buka proyek, digunakan untuk membuka proyek yang telah ada (disimpan)
Simpan proyek, digunakan untuk menyimpan proyek
Simpan sebagai proyek baru, digunakan untuk menyimpan proyek dengan nama
baru
Simpan ke file citra, digunakan untuk menyimpan tampilan peta ke file citra
Perbesar, digunakan untuk memperbesar tampilan peta (Zoom-in)
Perkecil, digunakan untuk memperkecil tampilan peta (Zoom-out)
Geser, digunakan untuk menggeser tampilan peta (Pan)
Informasi, digunakan untuk mendapatkan informasi dari layer yang aktif
Properti, digunakan untuk mengatur tampilan dan fitur-fitur peta
Tampilan utuh, digunakan untuk menampilkan keseluruhan peta
Cari lokasi, digunakan untuk melakukan pencarian lokasi
`4-26
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
Cetak peta, digunakan untuk melakukan pencetakan peta
2. Area indeks peta, adalah area yang digunakan untuk menampilkan indeks peta
3. Area legenda, adalah area yang digunakan untuk menampilkan legenda peta
4. Area peta, adalah area yang digunakan untuk menampilkan peta
proyek, maka proyek tersebut bisa dipanggil dengan mengklik tombol (buka peta)
pada area toolbar. Selanjutnya bisa dilakukan proses-proses dibawah ini. Catatan : proses-
proses ini bukan merupatan urutan sekuensial.
1. Klik tombol (properti), untuk masuk ke properti peta sehingga akan muncul
tampilan sebagai berikut
`4-27
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
Menambah layer
Mengedit layer
Menghapus layer
Klik pada tab peta indeks, maka akan muncul tampilan sebagai berikut
Seperti pada tab peta utama, maka properti peta terdiri dari : Scrollbar (untuk
menampilkan moda gulung), 3D (3 Dimensi), dan background (untuk mengganti
background) dari area peta indeks. Klik pada propereti layer untuk menampilkan peta
indeks yang akan ditampilkan. Catatan : peta indeks yang biasanya digunakan adalah
lokasi administrasi (kabupaten, propinsi atau indonesia).
Pada saat diklik tombol penambahan layer, pengeditan layer pada peta utama atau
properti layer pada peta indeks, maka akan muncul tampilan sebagai berikut
`4-28
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
`4-29
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
Pilih nama file peta (layer) yang akan ditampilkan. Isian yang bisa dikustomisasi
o Legenda, yaitu tampilan teks yang akan ditampilkan di legenda
o Warna obyek (bisa diklik pada warna)
o Tampilkan label, adalah untuk menampilkan label pada peta dan field peta
adalah label yang akan ditampilkan
o Huruf, ukuran huruf dan warna huruf dari legenda
o Tinggi label pada peta, derajat rotasi, skala zoom, posisi horisontal, dan posisi
vertikal (pada saat awal, gunakan defaultnya)
o Selanjutnya klik tombol apply, jika kustomisasi sudah selesai dilakukan
o Jika akan diedit, maka klik ganda pada nama layernya atau gunakan tombol
edit
Klik Kriteria Tema pada property layer untuk membuat peta tema
`4-30
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
Pilih pada field yang akan dibuatkan tema dan klik ganda pada field tersebut,
selanjutnya klik tombol Apply.
Untuk mengganti property tema, sorot kriteria tema yang akan diganti propertinya
kemudian diklik ganda atau klik tombol (ganti properti tema), maka akan
muncul tampilan
Ganti warna dan label sesuai kriteria tema yang ditetapkan, selanjutnya klik apply.
Untuk menyimpan perubahan klik simpan proyek.
Pada saat perbesaran atau perkecilan skala peta, maka peta indeks pada pojok kiri atas
memberi tanda lokasi daerah pada area peta tersebut dengan warna kotak merah.
3. Untuk memperkecil tampilan skala peta, maka klik tombol (perkecil) dan klik
pada area peta
4. Untuk menggeser tampilan peta, maka klik tombol (geser), dan drag pada area
peta. Menggeser peta bisa pula dilakukan dengan menggeser kotak warna merah pada
indeks peta
`4-31
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
5. Untuk mengetahui informasi dari obyek peta, maka klik tombol (informasi), dan
klik pada area peta. Catatan : Informasi yang ditampilkan sesuai dengan layer
aktifnya. Jika layer aktifnya adalah irigasi, maka yang akan ditampilkan adalah data
irigasi.
8. Untuk mencetak peta, klik tombol (cetak peta). Isi judul 1 dan judul 2, dan klik
tombol cetak
Catatan :
Agar peta bangunan dan saluran terhubung dengan database PDSDA-PAI, maka
lakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Layer bangunan harus dirubah nama layernya menjadi Bangunan Irigasi
2. Layer saluran harus dirubah nama layernya menjadi Saluran Irigasi
4.7.6. SKIN
Tanpa Skin / Dengan Skin, yaitu pilihan untuk menggunakan skin atau tidak
Ganti skin, yaitu untuk mengganti skin yang aktif
4.7.7. WINDOWS
Menu windows terdiri dari dua submenu, yaitu :
`4-32
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
Cascade, yaitu posisi bertumpuk untuk child windows
4.7.8. PANDUAN
Menu tentang terdiri dari dua submenu, yaitu :
`4-33
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
Kode : 350440168
Nam a : KESAMBI
Tahun Tahun Bangunan Sipil Bangunan Mekanikal/Elektrikal
No Jenis Aset Nam a Nom enklatur Total Biaya (Rp)
Dibangun Survey Kondisi Fungsi Pekerjaan Biaya (Rp) Kondisi Fungsi Pekerjaan Biaya (Rp)
1 Bagi 2000 Pintu pengamblian saluran sekunder kesambi
B.KS.1 2017 B B PR 2,630,825 B B PR 1,171,259 3,802,084
2 Bagi 2000 bagi B.KS.2 2017 B B PR 17,310,510 RR K PR 14,542,529 31,853,039
3 Bagi 2000 banguan bagi B.KS.3 2017 B B 1,726,334 RR K 1,621,562 3,347,896
4 Bagi 2000 bagi B.KS.4 2017 B B 1,726,334 RR K 1,621,562 3,347,896
5 Bagi 2000 bangunan bagi B.KS.5 2017 B B PR 1,726,334 RR K PR 1,621,562 3,347,896
6 Bagi 2000 BAGI B.KS.6 2017 B B PR 1,726,334 RR K PR 1,621,562 3,347,896
7 Sadap Langsung 2000 sadap langsung B.KS.7 2017 RR BR 2,854,114 RB TB 26,897,748 29,751,862
8 Sadap Langsung 2000 sadap langsung B.KS.8 2017 RS BR 2,901,280 RB TB 14,276,470 17,177,750
9 Sadap Langsung 2000 sadap langsung B.KS.9 2017 RR K PS 1,726,334 RB TB PR 26,937,748 28,664,082
10 Sadap Langsung 2000 Bagi sadap langsung B..KS.10 2017 RR K PS 1,921,041 RB TB PS 14,112,345 16,033,386
11 Sadap Langsung 2000 Bagi sadap langsung B.KS.11 2017 RR K 1,921,041 RB TB 14,756,982 16,678,023
12 Gorong-Gorong 2000 Gorong 2 jalan raya B.KS.9a 2017 B B 2,772,925 0 2,772,925
13 Jembatan Desa 2000 jembatan desa B.KS.3b 2017 B B 0 0 0
14 Jembatan Desa 200 jembatan desa B.KS.6a 2017 B B PR 1,817,125 0 1,817,125
15 Jembatan Desa 2000 jembatan desa B.KS.6b 2017 B B PR 1,817,125 0 1,817,125
16 Jembatan Desa 2000 jembatan desa B.KS.7a 2017 B B PB 1,817,125 0 1,817,125
TOTAL 46,394,781 119,181,329 165,576,110
Keterangan :
- Kondisi : B=Baik, RR=Rusak Ringan, RS=Rusak Sedang, RB=Rusak Berat - Tahun Survey : Tahun tearkhir dilakukan inventarisasi
- Fungsi : B=Baik, K=Kurang, BR=Buruk, TB=Tidak Berfungsi - Usulan Pekerjaan : PA=Pembaruan Aset, RB=Rehab Berat, PS=Perbaikan Sedang, PB=Pemeliharaan Berkala, PR=Pemeliharaan Rutin
- Kriteria Bangunan :
a. Kondisi Bangunan Sipil : RB - B b. Fungsi Bangunan Sipil : TB - B
c. Kondisi Bangunan ME : RB - B d. Fungsi Bangunan ME : TB - B
`5-1
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
Tabel 5.2 Detail Saluran Daerah Irigasi Kesambi
Kode : 350440168
Nam a : KESAMBI
Tahun Panjang Qm ax Luas Tahun Usulan
No Jenis Aset Nam a Nom enklatur Kondisi Fungsi Biaya (Rp)
Dibangun (m ) (m 3/det) Layanan (Ha) Survey Pekerjaan
1 Saluran Sekunder Pembaw a 2000 SEKUNDER 1 R.KS.2 842 0,678 617 2017 B B 9,446,088
2 Saluran Sekunder Pembaw a 2000 SEKUNDER 2 R.KS.3 466 0,627 570 2017 B B 0
3 Saluran Sekunder Pembaw a 2000 SEKUNDER 3 R.KS.4 261 0,572 520 2017 B B 2,356,000
4 Saluran Sekunder Pembaw a 2000 SEKUNDER 4 R.KS.5 514 0,4587 417 2017 B B 10,540,030
5 Saluran Sekunder Pembaw a 2000 SEKUNDER 7 R.KS.8 456 0,176 160 2017 RR K 131,052
6 Saluran Sekunder Pembaw a 2000 SEKUNDER 9 R.KS.10 117 0,044 40 2017 RR K 1,627,360
7 Saluran Sekunder Pembaw a 2000 SEKUNDER 10 R.KS.11 104 0,022 20 2017 RR K 1,817,541
TOTAL 25,918,071
Keterangan :
- Kondisi : B=Baik, RR=Rusak Ringan, RS=Rusak Sedang, RB=Rusak Berat - Tahun Survey : Tahun tearkhir dilakukan inventarisasi
- Fungsi : B=Baik, K=Kurang, BR=Buruk, TB=Tidak Berfungsi - Usulan Pekerjaan : PA=Pembaruan Aset, RB=Rehab Berat, PS=Perbaikan Sedang, PB=Pemeliharaan Berkala, PR=Pemeliharaan Rutin
- Kriteria Saluran :
a. Kondisi Saluran : RB - B b. Fungsi Saluran : TB - B
`5-2
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
5.2. PRIORITAS
Kode : 350440168
Nam a : KESAM BI Luas DI (Ha) : 619.0
Luas Bangunan Sipil Bangunan M /E Us ulan
Tahun Tahun Sk or Tingk at
No As e t Nom e nk latur Te rpe ngaruh Total Biaya (Rp) Pe k e r-
Dibangun Surve y Kondis i Fungs i Nilai As e t Baru Biaya (Rp) Kondis i Fungs i Nilai As e t Baru Biaya (Rp) Prioritas Urge ns i
Ke rus ak an jaan
1 Saluran Sekunder Pembaw a R.KS.8 2000 48.0 2017 RR K 92,633,344 131,052 131,052 15.90 JP
2 Saluran Sekunder Pembaw a R.KS.10 2000 12.0 2017 RR K 15,000,500 1,627,360 1,627,360 31.80 KU
3 Saluran Sekunder Pembaw a R.KS.11 2000 6.0 2017 RR K 16,700,000 1,817,541 1,817,541 44.97 KU
4 Pengambilan Bebas BA.B.KS.2.Ka 0.0 B B 0 0 B B 0 0 0 JP
5 Pengambilan Bebas BA.B.KS.3.Ka 0.0 B B 0 0 B B 0 0 0 JP
6 Pengambilan Bebas BA.B.KS.4.Ka 0.0 B B 0 0 B B 0 0 0 JP
7 Pengambilan Bebas BA.B.KS.5.Ka 0.0 B B 0 0 B B 0 0 0 JP
8 Pengambilan Bebas BA.B.KS.6.Ki 0.0 B B 0 0 B B 0 0 0 JP
9 Pengambilan Bebas BA.B.KS.7.Ka 0.0 B B 0 0 B B 0 0 0 JP
10 Pengambilan Bebas BA.B.KS.8.Ka 0.0 B B 0 0 B B 0 0 0 JP
11 Pengambilan Bebas BA.B.KS.9.Ka 0.0 B B 0 0 B B 0 0 0 JP
12 Pengambilan Bebas BA.B.KS.10.Ka 0.0 B B 0 0 B B 0 0 0 JP
13 Pengambilan Bebas BA.B.KS.11.Ka 0.0 B B 0 0 B B 0 0 0 JP
14 Jembatan Desa B.KS.3b 2000 0.0 2017 B B 0 0 0 JP
15 Saluran Sekunder Pembaw a R.KS.3 2000 0.0 2017 B B 34,983,718 0 0 JP
16 Saluran Tersier R.B.KS.2.Ka 0.0 B B 0 0 0 JP
17 Saluran Tersier R.B.KS.3.Ka 0.0 B B 0 0 0 JP
18 Saluran Tersier R.B.KS.4.Ka 0.0 B B 0 0 0 JP
19 Saluran Tersier R.B.KS.5.Ka 0.0 B B 0 0 0 JP
20 Saluran Tersier R.B.KS.6.Ka 0.0 B B 0 0 0 JP
21 Saluran Tersier R.B.KS.7.Ka 0.0 B B 0 0 0 JP
22 Saluran Tersier R.B.KS.8.Ka 0.0 B B 0 0 0 JP
23 Saluran Tersier R.B.KS.9.Ka 0.0 B B 0 0 0 JP
24 Saluran Tersier R.B.KS.10.Ki 0.0 B B 0 0 0 JP
25 Saluran Tersier R.B.KS.11.Ka 0.0 B B 0 0 0 JP
26 Bagi B.KS.3 2000 0.0 2017 B B 17,263,344 1,726,334 RR K 14,542,529 1,621,562 3,347,896 JP
27 Bagi B.KS.4 2000 0.0 2017 B B 17,263,344 1,726,334 RR K 14,542,529 1,621,562 3,347,896 JP
28 Bagi B.KS.5 2000 0.0 2017 B B 17,263,344 1,726,334 RR K 14,542,529 1,621,562 3,347,896 PR JP
29 Bagi B.KS.6 2000 0.0 2017 B B 17,263,344 1,726,334 RR K 14,542,529 1,621,562 3,347,896 PR JP
30 Sadap Langsung B.KS.9 2000 0.0 2017 RR K 17,263,344 1,726,334 RB TB 14,542,529 26,937,748 28,664,082 PS UR
31 Jembatan Desa B.KS.2b 2000 0.0 2017 B B 18,171,259 1,817,125 1,817,125 PB JP
32 Jembatan Desa B.KS.2c 2000 0.0 2017 B B 18,171,259 1,817,125 1,817,125 PR JP
33 Jembatan Desa B.KS.3a 2000 0.0 2018 B B 18,171,259 1,817,125 1,817,125 PR JP
34 Jembatan Desa B.KS.6a 200 0.0 2017 B B 18,171,259 1,817,125 1,817,125 PR JP
35 Jembatan Desa B.KS.6b 2000 0.0 2017 B B 18,171,259 1,817,125 1,817,125 PR JP
36 Jembatan Desa B.KS.7a 2000 0.0 2017 B B 18,171,259 1,817,125 1,817,125 PB JP
37 Sadap Langsung B..KS.10 2000 0.0 2017 RR K 17,263,344 1,921,041 RB TB 14,542,529 14,112,345 16,033,386 PS UR
38 Sadap Langsung B.KS.11 2000 0.0 2017 RR K 17,263,344 1,921,041 RB TB 14,542,529 14,756,982 16,678,023 UR
39 Bangunan Ukur B.KS.2a 2000 0.0 2017 B B 17,460,701 1,937,035 RR B 0 0 1,937,035 PR JP
40 Saluran Sekunder Pembaw a R.KS.4 2000 0.0 2017 B B 23,560,000 2,356,000 2,356,000 JP
41 Bagi B.KS.1 2000 0.0 2017 B B 25,180,000 2,630,825 B B 11,712,596 1,171,259 3,802,084 PR JP
42 Gorong-Gorong B.KS.9a 2000 0.0 2017 B B 26,500,000 2,772,925 2,772,925 JP
43 Sadap Langsung B.KS.7 2000 0.0 2017 RR BR 17,263,344 2,854,114 RB TB 14,542,529 26,897,748 29,751,862 UR
44 Sadap Langsung B.KS.8 2000 0.0 2017 RS BR 17,263,344 2,901,280 RB TB 14,542,529 14,276,470 17,177,750 UR
45 Saluran Sekunder Pembaw a R.KS.2 2000 0.0 2017 B B 94,460,880 9,446,088 9,446,088 JP
46 Saluran Sekunder Pembaw a R.KS.7 2000 0.0 2017 RR B 98,700,000 9,870,000 9,870,000 JP
47 Saluran Sekunder Pembaw a R.KS.5 2000 0.0 2017 B B 105,400,300 10,540,030 10,540,030 JP
48 Bagi B.KS.2 2000 0.0 2017 B B 17,263,344 17,310,510 RR K 14,542,529 14,542,529 31,853,039 PR JP
49 Saluran Sekunder Pembaw a R.KS.9 2000 0.0 2017 B B 383,140,204 38,397,906 38,397,906 JP
50 Saluran Sekunder Pembaw a R.KS.6 2000 0.0 2017 B B 93,450,000 93,675,384 93,675,384 JP
TOTAL 221,644,552 119,181,329 340,825,881
Keterangan :
- Kondisi : B=Baik, RR=Rusak Ringan, RS=Rusak Sedang, RB=Rusak Berat - Tahun Survey : Tahun terakhir dilakukan inventarisasi
- Fungsi : B=Baik, K=Kurang, BR=Buruk, TB=Tidak Berf ungsi
- Usulan Pekerjaan : PA=Pembaruan Aset, RB=Rehab Berat, PS=Perbaikan Sedang, PB=Pemeliharaan Berkala, PR=Pemeliharaan Rutin
- Tingkat Urgensi : SU=Sangat Urgen, UR=Urgen, KU=Kurang Urgen, JP=Jangka Panjang
`5-3
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
`5-4
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
Tabel 5.4 Indeks Kinerja Sistem Daerah Irigasi Besum
`5-5
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi
Wilayah UPTD Bandung
Laporan Akhir
PENUTUP
6.1. KESIMPULAN
Dari hasil analisa kondisi dan fungsi seluruh aset yang telah di inventarisasi dapat
diperkirakan biaya rehabilitasi yang dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi dan
mengembalikan fungsi aset jaringan baik bangunan utama, bangunan pendukung, saluran dan
pintu seperti pada tabel berikut :
6.2. SARAN
Untuk mengembalikan fungsi dan kinerja daerah irigasi seperti semula maka beberapa hal
yang perlu diperhatikan antara lain :
• Bangunan dan saluran yang rusak perlu segera direhabilitasi
• Jaringan Irigasi yang sedimentasinya cukup tinggi dan banyak vegetasi perlu
pemeliharaan rutin.
Untuk mengoptimalkan kegiatan operasi dan pemeliharaan maka perlu ditambahkan tenaga
operator lapangan sesuai kebutuhan.
Demikian laporan Akhir ini kami susun, semoga laporan akhir ini dapat bermanfaat bagi
pencapaian kesempurnaan kualitas pekerjaan “Survey dan Identifikasi Jaringan Irigasi Daerah
Irigasi Besum”.
`6-1
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi Laporan Akhir
Wilayah UPTD Bandung
Lampiran-1
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi Laporan Akhir
Wilayah UPTD Bandung
Lampiran-2
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi Laporan Akhir
Wilayah UPTD Bandung
Lampiran-3
Penyusunan Pengelolaan Aset Irigasi Laporan Akhir
Wilayah UPTD Bandung
Lampiran-4