Anda di halaman 1dari 100

I.

PENDAHULUAN

1.1 Umum

Pembangunan bendungan memerlukan investasi yang sangat besar baik berupa:


dana, maupun pengorbanan masyarakat. Sudah seharusnya hasil pembangunan
tersebut dioperasikan dan dipelihara dengan baik agar investisai yang sangat besar
tersebut tetap dapat memberi manfaat bagi masyarakat.
Kegiatan operasi dan pemeliharaan bendungan adalah merupakan suatu
kegiatan yang sangat penting untuk menjaga agar bendungan dapat
berfungsi dengan baik sehingga memberikan manfaat sesuai dengan rencana
dan keamanan (safety) bendungan tetap terjaga.
Kegiatan operasi dan pemeliharaan yang tidak sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan, akan mengurangi efektifitas bendungan dan bahkan dapat
membahyakan kesalamatan bendungan yang bersangkutan.
Sejalan dengan umur bendungan, bendungan akan selalu mendapat
ancaman dari fenomena alam berupa panas, dingin, hujan dan juga
mahkluk hidup, sehingga sejalan dengan umur bendungan akan terjadi proses
pelekangan (deterioration) dan perusakan-perusakan oleh mahkluk hidup. Agar
proses tersebut tidak berjalan diluar rencana maka bendungan harus selalu
dipantau, dioperasikan dan dipelihara secara memadai.
Dengan dilakukannya pemantauan secara rutin, pengelola bendungan
akan dapat mengetahui sedini mungkin problem yang sedang
berkembang sebelum menjadi ancaman yang nyata, sehingga pengelola
bendungan akan dapat mengambil langkah yang diperlukan secara cepat sehingga
problem tidak berkembang semakin parah. Dan dengan pemeliharaan yang baik,
kondisi bendungan akan selalu siap dioperasikan dan keamanan bendungan akan
selalu terjaga.
Bahan ajar ini disusun untuk membekali para peserta diklat dengan pengetahuan
mengenai prinsip operasi dan pemeliharaan bendungan yang mencakup:
organisasi O&P, operasi waduk, pemeliharaan, pemantauan perilaku bendungan,
pemeriksaan, pemeriksaan visual dan biaya O&P.

1.2 Deskripsi Singkat

Mata pendidikan dan pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan


mengenai dasar-dasar operasi dan pemeliharaan bendungan (OP) yang disajikan
dengan cara ceramah dan tanya jawab.

1
1.3 Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu memahami
prinsip operasi, pemeliharaan dan pemantauan bendungan.

1.4 Indikator Keberhasilan


Setelah pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu:
1) Menjelaskan mengenai menejemen OP.
2) Menjelaskan mengenai panduan OP.
3) Menjelaskan mengenai organisasi OP.
4) Menjelaskan mengenai pengoperasian bendungan.
5) Menjelaskan mengenai pemeliharaan bendungan.
6) Menjelaskan mengenai pemantauan bendungan.
7) Menjelaskan mengenai pemeriksaan visual.

1.5 Pokok Bahasan


1) Menejemen OP.
2) Panduan OP.
3) Organisasi OP.
4) Operasi bendungan .
5) Pemeliharaan bendungan.
6) Pemantauan bendungan.
7) Pemeriksaan visual

1.6 Petunjuk Belajar


Agar peserta diklat dapat memahami prinsip operasi dan pemeliharaan bendungan
secara lebih mendalam dan komprehensif, sebaiknya peserta juga mempelajari
modul-modul pelatihan perencanaan bendungan, modul-modul pelatihan
pelaksanaan konstruksi, modul-modul pelatihan operasi dan pemeliharaan
bendungan serta Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Bendungan dan pedoman
lain yang terkait.

2
BAB II
MENEJEMEN OPERASI DAN PEMELIHARAAN BENDUNGAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta
pelatihan mampu menjelaskan prinsip menejemen operasi
dan pemeliharaan bendungan

2.1. Umum
Penyelenggaran Operasi dan Pemeliharaan (OP) Bendungan adalah suatu sistem untuk
memastikan bahwa bendungan dioperasikan dan dipelihara secara memadai sehingga:
- bendungan terjaga keamanannya (aman dioperasikan), dan
- bendungan terjaga kelestarian fungsinya (mampu memberi manfaat yang
berkelanjutan).
Penyelenggaraan/Program OP bendungan dilaksanakan sesuai dengan siklus manajemen
penyelenggaraan OP bendungan yang memiliki 3 tahap kegiatan pokok seperti pada
gambar 2.1 yang terdiri dari: planing, implementasi, evaluasi.

PLANNING IMPLEMENTASI EVALUASI

Gambar 2.1 Siklus Manajemen Penyelenggaraan OP Bendungan

Keterangan singkat:
a. Planing
Pada tahap planing, kegiatan yang dilakukan adalah:
- mengidentifikasi macam-macam kegiatan OP yang perlu dilakukan pada suatu
bendungan, dan metetapkan frekuensi masing-masing kegiatan OP tersebut;
- menyusun prosedur operasi;
- Membuat system dokumentasi bendungan;
- Menulis rencana OP (Opertaion and Maintenance Plans) atau Panduan OP.

b. Implementasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap implementasi antara lain:
- mengidentifikasi sumber-sumber untuk pembeayaan OP dan memastikan dana
yang tersedia mencukupi untuk membeayai kegiatan OP;

3
- mengelola/memenej pelaksanaan OP dengan membentuk sistem untuk memonitor
dan mengawasi pelaksanaan OP, melaksanakan menejemen personil, menejemen
sumber (resource), menejemen informasi.
- mendokumentasikan semua catatan dan laporan pelaksanaan kegiatan OP.

c. Evaluasi
Evaluasi penyelenggaraan OP sangat penting untuk dilakukan, karena dengan
melakukan evaluasi pengelola bendungan dapat menyempurnakan efisiensi dan
efektifitas penyelenggaraan OP dan juga dapat menemukan problem yang sedang
berkembang sebelum menjadi problem yang besar.
Evaluasi dilakukan terhadap: pelaksanaan kegiatan OP termasuk biaya yang
dikeluarkan dan manfaat yang diperoleh. Disamping itu juga juga dilakukan
identifikasi kelebihan (strengths) dan kelemahan (weaknesess) dari penyelenggaraan
OP yang sudah dilaksanakan.
Hasil evaluasi digunakan untuk menyiapkan rencana tindak guna penyempurnaan
penyelenggaraan operasi dan pemeliharaan bendungan, selanjutnya dituangkan
dalam rencana OP atau dalam Panduan Operasi dan Pemeliharaan Bendungan.
Uraian mengenai tahapan siklus menejemen penyelenggaraan OP disajikan pada sub
bab 2.5.

2.1.1 Pengertian Operasi Pemeliharaan dan Pemantauan


2.1.1.1 Operasi
Operasi bendungan adalah suatu kegiatan (menejerial, administrasi, operasional/fisik)
yang bertujuan agar bendungan dan fasilitas-fasiltas yang ada pada bendungan aman
dan berfungsi dengan baik sehingga dapat mencapai sasaran manfaat yang
direncanakan. Kegiatan utama dari operasi bendungan adalah pengoperasian waduk
yang dilakukan dengan cara mengatur keluaran air waduk lewat pintu-pintu atau katup
keluaran yang ada pada bendungan.
Secara garis besar, operasi waduk dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
- Operasi normal,
- Operasi banjir,
- Operasi darurat.
Uraian penjelasan mengenai macam-macam operasi bendungan disajikan pada Bab V.
Operasi bendungan dan bangunan pelengkapnya dilaksanakan berdasar prosedur operasi
yang telah ditetapkan. Prosedur operasi dapat berupa Standar Operasional Prosedur
(SOP), manual atau dalam bentuk dokumen-dokumen lain. Program OP harus dapat
memastikan bahwa prosedur-prosedur tersebut dipatuhi.
Contoh salah satu instruksi yang terdapat pada prosedur operasi: Sebelum membuka
pintu pelimpah, petugas OP harus mempelajari SOP lebih dulu untuk memastikan urutan
pintu mana yang harus dibuka lebih dulu dan bagaimana tahapan yang harus dilakukan
dalam pembukaan setiap pintu.

4
Penjelasan rinci mengenai kegiatan operasi bendungan disajikan pada Bab V.

2.1.1.2 Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah suatu kegiatan untuk: menjaga agar bendungan, bangunan
pelengkap dan semua fasilitasnya selalu dalam kondisi aman dan berfungsi dengan
baik sehingga siap dioperasikan pada semua kondisi operasi.
Secara garis besar kegiatan pemeliharaan bendungan dapat dibedakan menjadi dua
kelompok kegiatan, yaitu:
1). Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance): dilakukan secara rutin
dan berkala untuk mencegah terjadinya kemerosotan mutu atau kerusakan pada
bendungan dan bangunan pelengkapnya. Kegiatan pemeliharaan ini meliputi:
- Pemeliharaan terjadwal (scheduled maintenance), dilakukan sesuai
dengan jadwal yang direncanakan dapat berupa pemeliharaan rutin atau berkala.
- Pemeriksaan dalam rangka pemeliharaan (monitored maintenance),
atau disingkat menjadi “pemeriksaan pemeliharaan” adalah pemeriksaan yang
dilakukan dalam rangka kegiatan pemeliharaan yang kegiatannya meliputi:
pemeriksaan dan uji peralatan secara berkala. Jadwal pemeriksaan dibuat
berdasarkan perkiraan tingkat keausan atau pelapukan setiap jenis peralatan
atau meterial.
2). Pemeliharaan tak terduga (extra ordinary maintenance): dilakukan sesuai
kebutuhan untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi, kerusakan akibat
kemerosotan mutu, banjir, vandalisme dan lain-lain. Pelaksanaan pemeliharaan tak
terduga mungkin perlu melibatkan ahli dari luar, konsultan dan kontraktor.
Semua pelaksanaan kegiatan pemeliharaan harus dicatat oleh petugas pelaksana
pemeliharaan. Pemeriksaan secara rutin akan memberi informasi yang diperlukan untuk
mengidentifikasi kemungkinan adanya indikasi problem serius yang sedang berkembang.
Identifikasi problem sebelum berkembang menjadi serius, sangat penting dalam
pemeliharaan pencegahan.
Penjelasan rinci mengenai kegiatan pemeliharaan bendungan disajikan pada Bab VI.

2.2 Lingkup kegiatan OP bendungan


Menurut pasal 2 Permen PUPR nomor 27/PRT/M/2015 tentang Bendungan,
“Pembangunan bendungan dan pengelolaan bendungan (termasuk OP bendungan)
beserta waduknya harus dilaksanakan berdasarkan pada konsepsi keamanan bendungan
dan kaidah-kaidah keamanan bendungan yang tertuang dalam berbagai norma, standar,
pedoman dan manual (NSPM)”.
Konsepsi keamanan bendungan sebagaimana dimaksud diatas terdiri dari 3 (tiga) pilar
yaitu:

5
a. keamanan struktur berupa aman terhadap kegagalan struktural, aman terhadap
kegagalan hidraulis, dan aman terhadap kegagalan rembesan;
b. operasi, pemeliharaan dan pemantauan; dan
c. kesiapsiagaan tindak darurat.

Sesuai dengan konsepsi keamanan bendungan tersebut diatas, lingkup kegiatan OP


bendungan dapat dijabarkan dan dikelompokkan menjadi beberapa kegiatan pokok sbb:
1) Penyiapan panduaan OP atau rencana OP;
2) Operasi bendungan;
3) Pemeliharaan bendungan dan bangunan pelengkap;
4) Pemantauan bendungan;
5) OP peralatan hidromekanik elektrik;
6) Penyusunan biaya OP;
7) Melakukan pengelolaan/menejemen infromasi bendungan termasuk, pengarsipan
dokumen bendungan, laporan, evaluasi penyelenggaraan OP, dll.

2.3 Hubungan antara OP bendungan dengan keamanan bendungan


OP bendungan harus mampu memastikan bahwa bendungan akan terjaga keamanannya.
Penyelenggaraan OP yang baik akan menjamin bahwa bendungan akan di operasikan,
dipelihara dan dipantau sesuai dengan peraturan-peraturan, standar dan pedoman
keamanan bendungan sehingga keamanan bendungan akan selalu terjaga.

Demikian pula petugas OP yang terlatih juga memiliki peran yang sangat penting dalam
mewujudkan bendungan yang aman. Keberhasilan program OP sangat tergantung
kepada operasi, pemeliharaan dan pemantauan bendungan yang mereka laksanakan.

Dengan operasi bendungan yang baik bendungan akan terhindar dari terjadinya peluapan
(overtopping), dengan pemeliharaan yang baik bendungan akan selalu siap dioperasikan
pada semua kondisi operasi, dan dengan pemantauan bendungan secara rutin dan
berkala, akan diketahui sedini mungkin setiap terjadinya perubahan pada bendungan dan
juga problem yang sedang berkembang pada bendungan sebelum menjadi ancaman
yang nyata bagi keamanan bendungan. Untuk itu diperlukan petugas OP yang memiliki
kompetensi dan dedikasi yang memadai.

6
2.4 Tujuan Penyelenggaraan OP bendungan
Penyelenggaraan OP bendungan sangat penting untuk menjaga keamanan bendungan
guna melindungi masyarakat di hilir bendungan dari potensi kegagalan bendungan serta
menjaga kelestarian/keberlanjutan fungsi/manfaat bendungan.
Program penyelenggaraan OP bendungan yang tersusun dengan baik akan membantu
pemilik bendungan dalam mencapai tujuan pembangunan bendungan.
Tujuan penyelenggaraan OP bendungan adalah membantu pemilik dan petugas OP
bendungan untuk:
- Memastikan bahwa bendungan aman dioperasikan,
- Memperpanjang umur layanan bendungan, dan membantu mencapai tujuan
pembangunan bendungan,
- Melindungi dan melestarikan lingkungan hidup.
Penyelenggaraan OP yang baik akan membantu mencegah terjadinya keruntuhan
bendungan yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan didaerah hilir.
- Melindungi investasi.
Pembangunan bendungan memerlukan investasi yang sangat besar. Penyelenggaraan
OP yang efektif akan melindungi investasi yang besar tersebut.
- Efisiensi biaya operasi bendungan,
Dengan OP yang baik, komponen-komponen bendungan dapat berfungsi sesuai
dengan rencana umur pakainya, kebutuhan pemeliharaan tak terduga karena
terjadinya kerusakan dapat dikurangi sehingga penggunaan dana OP akan menjadi
efisien
- Mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan memenuhi tanggung
jawab sosial. Dengan penyelenggaraan OP yang efektif akan membantu menjaga
kelestarian fungsi dan manfaat bendungan yang dapat dinikmati oleh masyarakat.

2.5 Tahapan Menejemen Penyelenggaraan OP Bendungan


Penyelenggaraan OP bendungan memerlukan planning yang baik dan keahlian
manajemen dari pelaksananya.

Di dalam modul ini dijelaskan secara garis besar mengenai pengorganisasian


penyelenggaraan OP bendungan secara umum. Mungkin tidak semua pengelola
bendungan dapat meng-implementasikan semua aspek yang dijelaskan dalam modul ini
karena adanya keterbatasan dana. Untuk bendungan yang sederhana dengan klasifikasi
bahaya rendah, implementasi OP dapat disederhanakan. Walaupun demikian, semua
bendungan besar maupun kecil perlu memiliki program OP bendungan. Program OP
bendungan disiapkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing bendungan.

7
Tahapan dalam siklus menejemen penyelenggaraan OP berlaku untuk semua bendungan.
Pada bab ini akan dijelaskan secara garis besar tahapan-tahapan pengorganisasian
penyelenggaraan OP yang sederhana (lihat gambar 2.1), yang meliputi: Planning,
Implementasi, Evaluasi.
Untuk bendungan besar yang penyelenggaraan OP nya komplek, silahkan dipelajari
penjelasan didalam Training Aids for Dam Safety: “How To Organize an Operation and
Maintenance Program”.

2.5.1. Tahap pertama: Planing.


Planning yang baik adalah merupakan salah satu kunci keberhasilan penyelenggaraan
OP. Planing harus disusun secara rinci, kemudian diimplementasikan di lapangan dan
secara berkala dilakukan evaluasi, penyesuaian dan pemutakhiran. Lingkup kegiatan
planing meliputi empat langkah sbb:
- Mengidentifikasi macam-macam kegiatan OP yang dibutuhkan;
- Menyiapkan diskripsi bendungan;
- Menyusun prosudur operasi;
- Membuat system dokumentasi bendungan;
- Penulisan rencana/panduan OP.

2.5.1.1. Langkah 1: Mengidentifikasi kegiatan OP yang dibutuhkan


Bendungan adalah bangunan yang unik yang tidak sama persis antara bendungan yang
satu dengan bendungan yang lain. Kegiatan OP bendungan harus disesuaikan dengan
kebutuhan OP masing-masing bendunngan. Langkah pertama dari tahap planing adalah
mengidentifikasi macam-macam kegiatan OP yang dibutuhkan pada suatu bendungan.
Kegiatan yang dilakukan dalam identifikasikan jenis-jenis kegiatan OP yang dibutuhkan
pada suatu bendungan, meliputi:
a. Mengkaji ulang semua informasi yang ada.
Kajian ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan kegiatan OP bendungan yang
bersangkutan. Informasi yang dikaji antara lain:
1) Rencana umum (plans), spesifikasi desain dan gambar desain:
- deskripsi bendungan dan bangunan pelengkapnya;
- tipe dan lokasi peralatan hidromekanik-elektrik dan instrument;
2) Laporan pelaksanaan konstruksi/laporan akhir proyek dan dokumentasi foto dan
video:
- deskripsi material yang digunakan;
- deskripsi metode pelaksanaan konstruksi dan pemasangan peralatan
hidromekanik-elektrik;
- problem yang timbul saat konstruksi;

8
- gambar purna bangun bendungan dan bangunan pelengkapnya.
3) Laporan perbaikan, rehabilitasi, perkuatan:
- deskripsi semua perbaikan dan perubahan yang pernah dilakukan setelah
selesainya pembangunan bendungan.
4) Manual operasi dan pemeliharaan peralatan (hidromekanik, instrument, dll) dari
pabrik:
- deskripsi semua peralatan yang dipasang dibendungan;
- petunjuk/manual operasi dan pemeliharaan peralatan.
5) Rencana operasi bendungan/waduk yang disiapkan oleh pendesain:
- kriteria/rencana operasi bendungan dan bangunan pelengkapnya yang
disiapkan konsultan desain;
- pembatasan operasi yang disarankan oleh konsultan desain (bendungan baru).
6) Standar Operasional Prosudur (SOP) untuk OP peralatan bendungan termasuk
operasi pada keadaan darurat:
- prosedur operasi dan pemeliharaan peralatan yang dipasang di bendungan;
- prosedur operasi yang digunakan saat terjadi keadaan darurat.
8) Rekaman pelaksanaan operasi waduk:
- data elevasi muka air waduk;
- debit air masuk (inflow) dan air yang dikeluarkan.
9) Laporan pemantauan/pemeriksaan :
- deskripsi gangguan/difisiensi keamanan bendungan yang pernah terjadi dan
tindakan korektif yang dilakukan;
- deskripsi gangguan/difisiensi terhadap OP yang pernah terjadi dan tindakan
korektif yang dilakukan;
- tindakan korektif yang disarankan tapi belum dilaksanaka
9) Laporan lain yang terkait dengan kegiatan OP:
informasi lain yang terkait dengan operasi peralatan dan problem-problem
pemeliharaan setelah konstruksi.

b. Menyiapkan deskripsi bendungan, meliputi antara lain:


1) Tubuh bendungan
- Tubuh bendungan: Umur (selesainya konstruksi);
- Tipe: urugan homogen, urugan zonal, urugan batu membran beton, beton
gaya berat, dll.;
- Konfigurasi dan dimensi tubuh bendungan termasuk zona-zona timbunan di
dalam tubuh bendungan;
- Lokasi bendungan dan jalan aksesnya;
- Klas bahaya bendungan.

9
2) Waduk
- Luas daerah genangan dan kapasitas tampungan pada berbagai level operasi;
- Elevasi muka air waduk pada berbagai level operasi.
- Dan lain-lain.
3) Bangunan pelengkap
- Tipe bangunan pelengkap: bangunan pelimpah, bangunan intake, pintu/katup,
dll.;
- Lokasi setiap bangunan pelengkap;
- Diskripsi karakteristik fisik dan demensi masing-masing bangunan;
- Kapasitas debit masing-masing bangunan;
- Dan lain-lain.
4) Sistem peralatan hedromekanik-elektrik
- Sistem kelistrikan/elektrik;
- Sistem hidraulis;
- Sistem ventilasi dan penerangan;
- Sistem perlindungan katodik;
5) Dan informasi lain yang dianggap perlu.

c. Mengidentifikasi macma-macam kegiatan OP yang dibutuhkan


Setelah kita memahami gambaran mengenai bendungan dan bangunan
pelengkapnya serta memahami kondisi bendungan dimasa lalu dan masa sekarang
kita siap untuk mengidentifikasi semua kegiatan OP yang dibutuhkan pada suatu
bendungan.
Kebutuhan OP rutin harus diidentifikasi untuk semua komponen bendungan. Pada
tabel 2.1 bawah disajikan contoh kegiatan OP yang dibutuhkan untuk komponen
sistem hidraulik pada suatu bendungan.

Setelah membuat daftar kebutuhan OP bendungan, periksa kembali daftar tersebut dan
pastikan, bahwa:
- Semua kebutuhan kegiatan OP sudah dimasukkan di dalam daftar;
- Demikian pula kegiatan OP untuk menunjang keamanan bendungan, keselamatan
masyarakat di hilir bendungan dan hulu bendungan, serta kebutuhan petugas OP.

10
Tabel 2.1: Contoh sebagian dari kegiatan OP yang dibutuhkan untuk sistem
hidraulik dan pengangkat
No Komponen: Sistem hidraulik
Kegiatan Frekuensi
1. Pemeriksaan Pemeliharaan : Pemeriksaan bagian-bagian Setiap 4 bulan
yang terlihat (visible) dari perpipaan system hidraulik,
katup-katup, sambungan-sambungan, dan unit power
dari indikasi adanya kebocoran, kerusakan, kemerosotan
mutu/keausan. Melakukan perbaikan yang diperlukan.
Pemeriksaan pemeliharaan: Buka tangki oli dan periksa:
adakah debu atau material pengotor lain, adakah bagian
2. yang lembap. Periksa filter oli, ganti filter oli bila kotor. Setiap tahun
Pemeriksaan terjadwal: Lepas dan bersihkan atau ganti
3. semua filter. Setiap tahun
Buka cabinet, bersihkan semua debu dan kotoran dari
peralatan dan perkabelan di dalam unit. Bersihkan
komponen-komponen listrik dengan semprotan air Setiap ahun
bertekanan rendah. Sambil melakukan pembersihan di
dalam cabinet, periksa kondisi semua komponen listrik
yang ada.
Uji operasi: Operasikan semua katup dengan bukaan
penuh dan air mengalir. Periksa aliran oli. Nyalakan
4. pompa dan periksa semua panel operasi. Periksa jaringan
hidraulik dan sambunganya kemungkinan adanya bocoran
dan udara yang berlebihan. Semua relay elektrik harus
dioperasikan beberapa kali, bila mungkin dengan beban.
No. Komponen Sistem pengangkat Frekuensi
Kegiatan
1. Pemeriksaan pemeliharaan: Periksa dan bersihkan kisi-kisi Setiap bulan
sampah dan daerah sekitarnya.
Pemeriksaan pemeliharaan: Periksa struktur beton yang
2. Setiap 4 bulan
menopang system pengangkat kemungkinan timbulnya
retakan, gompal atau lendutan. Lakukan perbaikan yang
diperlukan menggunakan sealent atau beton.
Pemeliharaan terjadwal: Lakukan pelumasan dengan
3. Setiap ½ tahun
pelumas yang sesuai pada mekanisme operasi
pintu/lobang drain (drain gate).
4. Operasi dalam rangka pemeliharaan: Uji coba pintu drain Setiap tahun
dengan bukaan penuh dan aliran penuh pada pipa selama
10 menit.

Pastikan pula, bahwa daftar kebutuhan OP tersebut:


- Jelas/mudah dimengerti oleh petugas OP dan spesifik;
- Termasuk juga frekuensi dan jadwal pelaksanaan pekerjaan OP.

11
2.5.1.2. Langkah 2: Penyusunan Prosedur Operasi
Langkah kedua dalam proses planing adalah menyusun atau meninjau ulang (bagi
bendungan lama) prosedur operasi.

Prosedur operasi adalah merupakan petunjuk langkah demi langkah untuk melaksanakan
operasi bendungan beserta waduknya. Prosedur operasi disiapkan untuk operasi normal
dan operasi darurat.
Prosedur operasi disusun berdasarkan:
- Rencana operasi yang disiapkan oleh konsultan desain;
- Manual OP peralatan yang disiapkan oleh pabrik pembuat peralatan yang
bersangkutan.
Prosedur operasi dapat berupa Standar Operasional Prosudur (SOP), manual atau dalam
bentuk dokumen-dokumen lain. Program OP harus dapat memastikan bahwa prosedur-
prosedur tersebut akan dipatuhi.
Standar Operasional Prosudur berisi urutan proses dalam melakukan pekerjaan dari
awal sampai akhir, meliputi: urutan langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan, di mana
lokasi pekerjaan tersebut dilakukan, kapan melakukannya, bagaimana cara
melakukannya, siapa yang melakukannya, serta adakah dan bagaimana keterkaitan
dengan bagian yang lain atau dengan system yang lain.

Penjelasan yang lebih rinci mengenai prosedur operasi normal, disajikan pada Bab III
Panduan Operasi dan Pmeliharaan Bendungan. Prosedur operasi pada keadaan darurat,
dijelaskan pada dokumen lain yang terpisah yaitu pada Rencana Tindak Darurat (RTD).

2.5.1.3. Langkah 3: Pembentukan sistem dokumentasi OP bendungan


Tahap ketiga dalam proses perencanaan OP bendungan adalah pembentukan sistem
kearsipan OP bendungan. Arsip OP bendungan adalah bagian dari sistem dokumentasi
bendungan. Hal-hal yang perlu diarsipkan dalam penyelenggaraan OP bendungan
meliputi:
a. Kegiatan OP bendungan yang telah dilaksanakan oleh petugas OP bendungan,
b. Laporan pemeriksaan/pemantauan yang dilaksanakan oleh petugas OP bendungan,
c. Data yang dikumpulkan oleh petugas OP bendungan,
d. Inventarisasi perlengkapan, peralatan, dan suku cadang yang tersedia,
e. Data tentang pembiayaan OP,
f. Catatan tentang personel petugas OP bendungan,
g. Catatan kunjungan tamu yang datang.

12
Umumnya sistem kearsipan yang digunakan berupa ceklist, buku, dan data digital atau
data komputer.
Disamping itu, dikantor OP lapangan/unit pengelola bendungan juga harus tersedia
dokumen bendungan secara lengkap yang meliputi laporan studi kelayakan, laporan
desain, laporan pelaksanaan konstruksi dan laporan atau dokumen-dokumen lain yang
berkaitan dengan bendungan tersebut seperti dokumen yang terkait dengan lahan
bendungan.

2.5.1.4. Langkah 4: Penulisan rencana/panduan OP bendungan


Langkah terakhir dari planning adalah penulisan rencana OP/panduan OP bendungan
yang meliputi:
- Semua kegiatan OP yang akan dilakukan, serta frekuensi pelaksanaannya,
- Prosedur OP yang dijadikan acuan,
- Catatan/rekaman/laporan yang perlu dokumentasikan.

Rencana OP tersebut dapat dituangkan ke dalam Rencana OP Bendungan atau Panduan


OP Bendungan.

Setiap petugas OP bendungan harus dengan mudah memperoleh Rencana OP/Panduan


OP Bendungan. Kaji ulang tentang rencana OP bendungan dilakukan oleh semua petugas
OP bendungan minimal sekali dalam satu tahun.

2.5.2 Implementasi OP Bendungan


Tahap kedua dari siklus manajemen penyelenggaraan OP bendungan adalah
implementasi rencana/panduan OP, yang memiliki langkah kegiatan sbb:
- mengidentifikasi sumber-sumber pembeayaan untuk menunjang kegiatan OP dan
memastikan dana yang tersedia mencukupi untuk membeayai kegiatan OP yang
direncanakan tersebut;
- mengelola/memenej pelaksanaan OP dengan membentuk sistem untuk memonitor
dan mengawasi pelaksanaan OP, melaksanakan menejemen personil, menejemen
sumber (resource), menejemen informasi;
- mendokumentasikan semua catatan dan laporan pelaksanaan kegiatan OP.

2.5.2.1 Langkah 1: Memastikan sumber-sumber pembeayaan OP


Langkah pertama dalam implementasi OP bendungan adalah mengidentifikasi sumber-
sumber untuk membeayai kegiatan OP yang telah direncanakan dan memastikan
kecukupan dananya. Kegiatan yang dilakukan antara lain:
a. Identifikasi sumber-sumber untuk pembeayaan kegiatan OP.
Dana OP dapat diperoleh dari sumber-umber pembeyaan sbb:

13
- Pemerintah (APBN);
- Pemilik bendungan untuk bendungan milik swasta;
- Abonemen pelanggan;
- Retribusi pemanfaat, dll.
b. Menghitung perkiraan kebutuhan biaya masing-masing kegiatan;
- Biaya tahunan (petugas, peralatan, bahan, dll),
- Biaya perbaikan, penggantian suku cadang, overhaul, dll,
- Biaya penanganan kondisi darurat dan biaya tak terduga.
c. Menghitung seluruh kebutuhan biaya OP bendungan.
d. Memastikan sumber-sumber pembiayaan dan ketersediaan dananya

2.5.2.2. Langkah 2: Mengelola pelaksaan OP bendungan


Tahap kedua dalam implementasi OP bendungan adalah mengelola/memenej
pelaksanaan OP dengan membentuk sistem untuk memonitor dan mengawasi
pelaksanaan OP, melaksanakan menejemen personil, menejemen sumber (resource),
menejemen informasi.
yang meliputi:
a. Menejemen personil, dilakukan terhadap tenaga tetap dan tenaga tidak tetap atau
tenaga kontrak. Lingkup kegiatan menejemen personil meliputi:
- Pengaturan penugasan kerja,
- Penjadwalan pekerjaan,
- Memonitor unjuk kerja (performance),
- Penyelesaian masalah yang terjadi terkait dengan unjuk kerja,
- Pelatihan personil OP.

b. Mengelola berbagai sumber (resources) yang digunakan dalam melaksanakan OP.


Untuk melaksanakan kegiatan OP diperlukan beberapa sumber, termasuk: sumber
tenaga, peralatan, mesin, material, logistik dan lain-lain. Pengadaan dan
pemanfaatan sumber-sumber tadi perlu dikelola dengan baik sehingga sasaran
penyelenggaraan OP dapat tercapai.
Pengaturan dilakukan terhadap kegiatan:
- pembelian/pengadaan,
- pengendalian.

1) Pengaturan terhadap kegiatan pembelian/pengadaan, meliputi antara lain:


- Identifikasi potensi pemasok (barang, peralatan, tenaga); walaupun
pemilik/pengelola bendungan tidak membeli suatu barang/material tertentu

14
secara rutin, namun pengelola bendungan perlu memiliki daftar pemasok yang
terpercaya yang dapat digunakan saat terjadi keadaan darurat.
- Memilih harga yang kompetitif; pengelola bendungan juga perlu tahu pemasok
mana yang harganya paling kompetitif yang akan dipilih sebagai pemasok.
- Semua personil yang terlibat dalam pengadaan harus memahami aturan-aturan
dalam pengadaan, untuk itu personil tersebut perlu diikutsertakan dalam
pelatihan yang terkait dengan pengadaan.
- Pemeriksaan/ferifikasi barang dan pembayaran; barang yang diterima dari
pemasok harus diferifikasi sebelum dibayar. Pembayaran baru dapat dilakukan
setelah jumlah dan kualitas barang memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
2) Pengendalian
Kepala UPB harus mengendalikan/mengawasi material atau peralatan yang sudah
dibeli dari kemungkinan terjadinya pencurian, hilang, penyalahgunaan,
vandalisme, kerusakan, dll.

c. Pengelolaan informasi, meliputi:


- Memelihara sistem kearsipan yang sudah ada. Pada sub bab diatas sudah dibahas
tentang pemebentukan system arsip, system tersebut perlu dipelihara terus agar
berfungsi dengan baik.
- Kaji ulang system informasi. Secara berkala perlu dilakukan kaji ulang terhadap
system yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis dan
melaporkan. Kaji ulang ini dapat dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan
sbb:
▪ Apakah informasi yang dikumpulkan bermanfaat/diperlukan;
▪ Adakah informasi yang diperlukan, tetapi tidak dikumpulkan;
▪ Efisienkah metode yang digunakan untuk mengumpulkan informasi, adakah
metode lain yang lebih efisien?
▪ Mudahkan meng-akses informasi yang sudah dikumpulkan, atau adakah cara
lain yang lebih mudah?
▪ Apakah semua laporan yang dibuat, dimanfaatkan, atau sebagian tidak
diperlukan? Adakah metode lain yang lebih efisien untuk membuat laporan.
▪ Berapa biaya yang dibutuhkan untuk mengumpulkan, menyimpan,
menganalisisi dan membuat laporan, imbangkah dengan manfaat yang
diperoleh.

- Pemutakhiran informasi; sumber informasi utama program OP adalah Rencana OP


(OM Plan) atau Panduan OP. Panduan OP perlu di mutakhirkan secara berkala

15
tahunan (minor) dan 5 tahunan (major review) atau bila terjadi perubahan yang
signifikan seperti:
▪ Adanya penggantian petugas OP;
▪ Adanya penggantian atau modifikasi pada tubuh bendungan, bangunan
pelengkap, peralatan hidromekanik dan elektrik;
▪ Adanya perubahan pada pola operasi waduk karena adanya perubahan kondisi
pada daerah hulu atau hilir bendungan
2.5.3. Evaluasi Penyelenggaraan OP Bendungan
Tahap ketiga dari manajemen penyelenggaraan OP bendungan adalah Evaluasi. Tahapan
ini terdiri dari:
- Membuat standar evaluasi,
- Pengumpulan informasi hasil evaluasi,
- Penilaian efektivitas pelaksanaan penyelenggaraan OP bendungan.
2.5.3.1 Membuat standar evaluasi
Tahap pertama dalam evaluasi OP bendungan adalah menyusun standar evaluasi untuk
mengukur efektivitas hasil pelaksanaan OP bendungan. Setiap pengelola bendungan
dapat membuat standar evaluasi sendiri sesuai dengan sasaran penyelenggaraan OP
bendungan yang bersangkutan. Dalam membuat daftar standar evaluasi, dapt dilakukan
dengan cara membuat suatu pertanyaan:” Apa yang akan terjadi atau tidak terjadi,
apabila OP berjalan efektif”.
Berikut disajikan beberapa contoh pertanyaan untuk evaluasi efektifitas penyelenggaraan
OP bendungan:
1) Apakah bendungan dapat berfungsi dengan baik dan memenuhi tujuan/sasaran
yang direncanakan;
2) Apakah pengeluaran biaya OP masih dalam batas rentang anggaran biaya yang
direncanakan dan tanpa mengorbankan kualitas;
3) Apakah biaya OP tak terduga (akibat kerusakan) cukup kecil;
4) Apakah tidak ada temuan defisiensi (cacat, rusak, ketidaknormalan, dll) saat
dilakukan pemeriksaan/inspeksi dan evaluasi keamanan bendungan;
5) Apakah Panduan OP bendungan, isinya komprehensif dan mutakhir (up to date);
6) Apakah tidak ada musibah yang terjadi yang melibatkan personel OP atau
masyarakat.

2.5.3.2 Pengumpulan informasi hasil evaluasi


Tahap kedua dalam evaluasi OP bendungan adalah mengumpulkan informasi hasil
evaluasi untuk menentukan apakah pelaksanaan OP bendungan sudah memenuhi

16
standar evaluasi yang sudah ditetapkan. Untuk mengevaluasi dibutuhkan informasi yang
penting dari arsip pelaksanaan OP bendungan.

2.5.3.3 Penilaian efektivitas pelaksanaan OP bendungan


Tahap terakhir dalam evaluasi OP bendungan adalah menilai efektivitas pelaksanaan OP
bendungan dengan membandingkan antara hasil pelaksanaan OP bendungan dan
standar evaluasi yang sudah ditetapkan.

2.6. Rangkuman
Penyelenggaraan OP bendungan dilaksanakan sesuai dengan siklus menejemen
penyelenggaraan OP bendungan yang memiliki tiga tahap kegiatan pokok yaitu: planning,
implementasi dan evaluasi.
a. Planing
Pada tahap planing, kegiatan yang dilakukan adalah:
- mengidentifikasi macam-macam kegiatan OP yang perlu dilakukan pada suatu
bendungan, dan metetapkan frekuensi masing-masing kegiatan OP tersebut;
- menyusun prosedur operasi;
- Membuat system dokumentasi bendungan;
- Menulis rencana OP atau panduan OP.

b. Implementasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap implementasi antara lain:
- mengidentifikasi sumber-sumber untuk pembeayaan OP dan memastikan dana
yang tersedia mencukupi untuk membeayai kegiatan OP yang telah direncanakan;
- mengelola/memenej pelaksanaan OP dengan membentuk sistem untuk memonitor
dan mengawasi pelaksanaan OP, melaksanakan menejemen personil, menejemen
sumber (resource), menejemen informasi.
- mendokumentasikan semua catatan dan laporan pelaksanaan kegiatan OP.

c. Evaluasi
Evaluasi penyelenggaraan OP sangat penting untuk dilakukan, karena hasil evaluasi
dapat digunakan menyempurnakan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan OP, dan
juga dapat menemukan problem yang sedang berkembang sebelum menjadi problem
yang besar.

Evaluasi dilakukan terhadap: pelaksanaan kegiatan OP termasuk biaya yang


dikeluarkan dan manfaat yang diperoleh. Disamping itu juga juga dilakukan
identifikasi kelebihan (strengths) dan kelemahan (weaknesess) dari penyelenggaraan
OP yang sudah dilaksanakan. Hasil evaluasi digunakan untuk menyiapkan rencana

17
tindak guna penyempurnaan penyelenggaraan operasi dan pemeliharaan bendungan,
selanjutnya dituangkan dalam rencana operasi dan pemeliharaan tahun yang akan
adatang atau dalam penyempurnaan panduan operasi dan pemeliharaan. Kegiatan
yang dilakukanmeliputi:
1) Membuat standar evaluasi,
2) Pengumpulan informasi hasil evaluasi,
3) Penilaian efektivitas pelaksanaan penyelenggaraan OP bendungan.

2.7. Latihan
Pilih jawaban yang paling benar
1) Penyelenggaraan/Program OP bendungan dilaksanakan sesuai dengan siklus
manajemen penyelenggaraan OP bendungan yang memiliki 3 tahap kegiatan pokok
yang terdiri dari: planing, implementasi, evaluasi. Pada tahap planning, kegiatan yang
dilakukan antara lain:
a. Mengidentifikasi macam-macam kebutuhan perawatan peralatan OP dan
menetapan frekuensi perawatannya.
b. Mengidentifikasi kebutuhan biaya OP dan membuat rencana anggaran biaya OP.
c. Mengidentifikasi macam-macam kegiatan OP yang diperlukan pada suatu
bendungan dan menetapkan frekuensi masing-masing kegiatan OP tersebut.
2) Tahap kedua dari siklus manajemen penyelenggaraan OP bendungan adalah
implementasi rencana OP/panduan OP, yang salah satu kegiatannya adalah:
a. Mengidentifikasi masalah dan potensi masalah pada bendungan.
b. Mengelola/memenej pelaksanaan OP dengan membentuk sistem untuk
memonitor dan mengawasi pelaksanaan OP, melaksanakan menejemen personil,
menejemen sumber (resource), menejemen informasi.
c. Mencatat masalah dan potensi masalah yang ditemukan dalam pemeriksaan
bendungan.
3) Evaluasi penyelenggaraan OP sangat penting untuk dilakukan, karena:
a. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk menyempurnakan efisiensi dan efektifitas
penyelenggaraan OP, dan juga dapat menemukan problem yang sedang
berkembang sebelum menjadi problem yang besar.
b. Hasil evaluasi penyelenggaraan OP dapat digunakan untuk mengetahui kondisi
keamanan bendungan.
c. Hasil evaluasi penyelenggaraan OP dapat digunakan untuk mengetahui kebutuhan
rehabilitasi bendungan.
Kunci Jawaban:
1) c,
2) b,
3) a.

18
III. PANDUAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta
pelatihan mampu menjelaskan garis besar panduan operasi
dan pemeliharaan bendungan bendungan

3.1 Umum

Menurut pasal 2 Permen PUPR nomor 27/PRT/M/2015 tentang Bendungan,


pembangunan bendungan dan pengelolaan bendungan beserta waduknya harus
dilaksanakan berdasarkan pada konsepsi keamanan bendungan dan kaidah-kaidah
keamanan bendungan yang tertuang dalam berbagai norma, standar, pedoman
dan manual (NSPM).
Konsepsi keamanan bendungan sebagaimana dimaksud diatas terdiri dari 3 (tiga)
pilar yaitu:
a. keamanan struktur berupa aman terhadap kegagalan struktural, aman terhadap
kegagalan hidraulis, dan aman terhadap kegagalan rembesan;
b. operasi, pemeliharaan dan pemantauan; dan
c. kesiapsiagaan tindak darurat.
Agar pelaksanaan OP bendungan sesuai dengan konsepsi keamanan bendungan
dan kaidah-kaidah keamanan bendungan, setiap bendungan perlu dilengkapi
dengan panduan OP yang dalam penyusunannya:
- Harus berpedoman pada konsepsi keamanan bendungan dan kaidah-kaidah
keamanan bendungan yang tertuang didalam NSPM.
- Harus menyesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan OP bendungan yang
bersangkutan karena setiap bendungan adalah merupakan bangunan yang unik.
- Dalam penyusunan panduan OP harus melalui tahapan planning seperti yang
dijelaskan di dalam sub bab 2.5.1.

Yang dimaksud ”unik” disini adalah setiap bendungan memiliki karakteristik/ciri-


ciri yang khas yang berbeda dengan bendungan lainnya, baik dilihat dari
dimensinya, kondisi geologi fondasinya, topografinya, pola banjirnya, pola operasi
waduknya, konfigurasi dan komponen-komponennya, dan lain sebaginya.
Panduan OP bendungan harus disusun secara sistematis dengan bahasa yang
mudah dimengerti oleh para petugas OP atau petugas Unit Pengelola Bendungan
(UPB) yang akan menggunakannya.

19
Pandua OP merupakan dokumen tertulis yang berisi ketentuan dan petunjuk yang
lengkap, cermat dan mutakhir untuk melaksanakan OP suatu bendungan termasuk
bangunan pelengkap serta peralatannya agar berfungsi dengan baik.
Secara berkala panduan OP harus di mutakhiran oleh ahli bendungan kompeten
dengan mempertimbangkan pengalaman dalam penerapan panduan OP selama
ini serta temuan pada waktu pemeriksaan berkala terhadap bendungan.

Bendungan selain harus dilengkapi dengan panduan OP juga harus dilengkapi


dengan Rencana Tindak Darurat (RTD) yang memberi petunjuk bagi pengelola
bendungan dan instansi terkait dalam mengambil langkah pencegahan dan
penanganan kondisi darurat. Pengelola bendungan harus memiliki kesiapsiagaan
tindak darurat dengan menyiapkan sistem penanganan keadaan darurat yang
salah satunya adalah penyiapan RTD.

3.2. Isi Panduan Operasi dan Pemeliharaan Bendungan


Isi panduan operasi dan pemeliharaan bendungan, paling tidak mencakup:
1). Ketentuan atau petunjuk umum;
2). Menejemen penyelenggaran OP;
3). Organisasi OP;
4). Petunjuk operasi bendungan;
5). Petunjuk pemeliharaan bendungan;
6). Petunjuk pemantauan bendungan;
7). Pelaporan dan sistem dokumentasi;
8). Perkiraan biaya OP;
9). Kesehatan dan keselamatan umum;
10). Lampiran-lampiran grafik, tabel, gambar-gambar penting purna konstruksi
pekerjaan sipil, mekanikal/elektrikal dan instrumentasi.

3.3 Petunjuk umum.


Isi petunjuk umum paling tidak mencakup:
a. Penjelasan umum menegenai bendungan dan waduknya.
Memberi penjelasan umum bendungan, bangunan pelengkap dan waduknya,
lokasi, fungsi dan manfaat bendungan, sejarah singkat/latar belakang
pembangunan bendungan.
Penjelasan umum bendungan, perlu dilengkapi dengan data teknis dan informasi
penting lainnya seperti : ukuran, kapasitas, komponen-komponen bendungan,
kelas bahaya bendungan, potensi bahaya yang ada, urutan prioritas komponen
penting bendungan ditinjau dari aspek keamanan bendungan dan lain lain.
Fungsi dan manfaat bendungan, jelaskan fungsi dan manfaat sesuai dengan
rencana, serta keterkaitannya dengan bangunan-bangunan dihulu dan dihilir

20
bendungan seperti bendung, pompa pengambilan, PLTA, serta rencana pekerjaan
lainnya yang merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan.

b. Revisi, pemutakhiran dan distribusi panduan


Secara berkala panduan OP perlu dikaji ulang untuk memastikan bahwa petunjuk-
petunjuk didalam panduan sesuai dengan kondisi terkini bendungan. Bila terjadi
perubahan atau perbedaan antara pelaksanaan OP dengan petunjuk di dalam
panduan OP, perlu dikaji apakah pelaksanaan OP perlu direvisi atau panduannya
yang perlu direvisi atau dimutakhirkan sesuai perubahan pelaksanaan.
Pemutakhiran panduan juga perlu dilakukan setelah dilakukan penggantian,
perbaikan atau modifikasi peralatan dan perbaikan bangunan yang memerlukan
perhatian khusus dalam pemeliharaan. Revisi atau pemutakhiran minimal
dilakuka setiap 5 tahun sekali atau setiap terjadi perubahan yang mendasar pada
bendungan.
Didalam panduan OP perlu dijelaskan siapa yang yang bertanggungjawab untuk
melakukan pekerjaan pemutakhiran, pendistribusian, pemeliharaan dan
pendokumentasian salinan panduan. Revisi panduan harus didistribusikan kepada
para petugas OP dan fihak-fihak terkait

c. Penetapan Tanggung Jawab


Semua bidang tanggung jawab dan jalur komando operasi dan pemeliharaan
bendungan harus ditetapkan dengan jelas dan diketahui oleh setiap petugas.

Panduan OP perlu dilengkapi dengan bagan alir tanggung jawab operasi,


pemeliharaan dan pemantauan, demikian pula keterkaitannya dengan organisasi
lain seperti: atasan dari Oragnisasi OP yang bersangkutan, Satuan Pemantau
Bendungan di BWS/BBWS, Provinsi dan Pusat; Balai Bendungan, Komisi Keamanan
Bendungan dan fihak lain yang terkait.

d. Peralatan komunikasi
Didalam panduan OP perlu dijelaskan mengenai peralatan komunikasi yang dapat
digunakan pada kondisi normal dan kondisi darurat : tilpun, HP, radio, intranet,
internet, dll. Untuk menghindari terjadinya kesalahan komunikasi, harus ada
prosedur komunikasi baku, serta sistem komunikasi harus diamankan dari
pengguna yang tidak berwenang.

e. Jalan masuk ke bendungan


Lengkapi panduan dengan semua informasi yang berkaitan dengan jalan masuk
ke bendungan dan bagian-bagian lain yang perlu dioperasikan, dipelihara, dan

21
diperiksa/diinspeksi; demikian pula jalan alternatif yang dapat digunakan saat
kondisi darurat.

- Prosedur peringatan bahaya


Setiap bendungan perlu dilengkapi dengan sistem peringatan bahaya (gawar
darurat) bagi masyarakat umum terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya
atau bahaya yang mungkin terjadi. Seperti : saat pembukaan pintu pelimpah, saat
terjadi keluaran air yang tidak terkendali, saat bendungan menunjukkan adanya
tanda-tanda atau indikasi yang mengarah pada keruntuhan bendungan. Indikasi
adanya ancaman bahaya dan tindak pencegahannya, akan menjadi bahan dalam
penyusunan Rencana Tindak Darurat (RTD).

3.4 Menejemen Operasi dan Pemeliharaan


Didalam Panduan OP perlu dijelaskan bagaimana cara memenej penyelenggaraan
OP sebagaimana yang dijelaskan pada Bab II modul ini.

3.5 Organisasi OP
Lengkapi panduan OP dengan:
• Bagan organisasi
• Tugas dan tanggung jawab petugas, lengkap dengan bagan alir tanggung
jawab OPP dan kaitannya dengan instansi lain dilingkungan Kementerian
PUPR seperti: Organisasi induk (Balai Wilayah Sungai), Satuan Pemantau
Bendungan Propinsi dan Pusat atau instansi yang bertanggung jawab dalam
bidang OPP, PPTPA/Dewan SDA, Balai Bendungan, dll.
• Hubungan (administrasi) dg instansi lain sperti: pengelola bendungan lain di
hulu dan di hilir, pengelola PLTA, PDAM, Pemda, Dinas Pengairan, Pertanian,
Perikanan, Lingkungan Hidup, Kepolisian (security) , swasta, dll.

• Rencana pelatihan
Petugas OP perlu mendapat pelatihan peningkatan ketrampilan dan
pengetahuan serta pelatihan untuk penyegaran, secara berkala. Pelatihan
paling tidak mencakup semua kegiatan yang berhubungan dengan operasi
dan pemeliharaan bendungan dalam kondisi normal dan darurat, tidakan
pencegahan dan penanganan yang harus dilakukan saat kondisi darurat,
indikasi kondisi darurat serta prosedur keamanan pada kondisi darurat.
Uraian rinci mengenai kebutuhan macam-macam pelatihan bagi petugas OP
suatu bendungan, dalam panduan OP dapat ditulis dalam bab Organisasi
OP/UPB. Penjelasan yang lebih rinci mengenai pelatihan disajikan di Bab III.

22
Gambar : 3-1. Contoh gambar situasi waduk

Gambar 3-2 : Contoh gambar potongan melintang tubuh bendungan dan


istilah-istilah pada bendungan

23
Gambar 3-3 : Contoh gambar penampang melintang suatu bendungan tipe
zonal urugan batu yang terdiri dari timbunan: (1) zona inti, (2) filter, (3)
transisi/ filter kasar, (4) urugan batu
POTONGAN MELINTANG BENDUNGAN KARIAN

26-Dec-08 ZAINUDDIN 120


3.6. Petunjuk operasi bendungan
Isinya paling tidak mencakup:
a. Operasi waduk
1) Deskripsi mengenai waduk.
2) Lingkup tugas dalam operasi waduk (lihat Bab Petunjuk Operasi bendungan).
3) Pola operasi, rencana operasi tahunan dan evaluasinya, termasuk hal-hal
sbb:
- Elevasi muka air waduk maksimum yang diizinkan pada berbagai
waktuuntuk setiap tahun;
- Debit pengeluaran maksimum dan atau minimum yang dizinkan;
- Penjelasan kemungkinan adanya larangan dalam operasi, misal laju
penurunan muka air waduk saat surut cepat;
- Penjelasan tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi limpasan air
waduk melalui pelimpah;
- Penjelasan metode dan frekuensi pengosongan atau penurunan muka air
waduk guna pemeriksaan banguan pengeluaran, pintu, katup, lereng hulu
bendungan, dll.
- Prosedur pemberitahuan penduduk saat melepas air waduk.

24
4) Operasi harian rutin; dilengkapi dengan prosedur operasi yg dibuat dengan
mempertimbangkan ketersediaan air waduk, kebutuhan (jumlah & waktu),
pengendalian banjir, dll.
5) Perkiraan air masuk (pengumpulan data hidrologi) & laporan muka air tinggi.
6) Pembatasan dalam operasi bendungan (bila ada): Kadang-kadang suatu
bendungan dibatasi operasinya karena pertimbangan keamanan bendungan,
misal karena adanya retakan melintang pada puncak bendungan, karena
ketidak cukupan kapasitas pelimpah, karena adanya amblesan, dll.
b. Operasi bangunan pelengkap dan peralatan hidromekanik elektrik
1) Deskripsi bangunan pelengkap (bangunan pelimpah, bangunan pengeluaran)
dan deskripsi sistem peralatan hidromekanik elektrik.
2) Lingkup tugas operasi bangunan pelengkap dan peralatan hidromekanik
elektrik.
3) Operasi bangunan pelengkap dan peralatan mekanik-listrik mencakup
rencana operasi keseluruhan, urutan pembukaan pintu atau katup, operasi
alternatif, pembatasan operasi untuk melindungi peralatan.
4) Prosedur operasi pintu-pintu air pada kondisi normal dan selama banjir,
dengan mempertimbangkan perubahan muka air hulu dan hilir, kapasitas
tampung palung sungai dihilir, serta rencana pengendalian banjir.
Prosudur operasi ini juga menjelaskan:
- Urutan langkah-langkah pengoperasian setiap peralatan, tombol-tombol
yang harus ditekan, tuas yang harus diengkol atau ditarik, switch atau
sakelar yang perlu diaktifkan, dll.
- Memberi penjelasan khusus untuk pengoperasian peralatan yang
terpengaruh oleh kondisi yang berbeda-beda, seperti pengoperasian pintu
pada berbagai elevasi muka air waduk;
- Memberi petunjuk apa yang harus dikerjakan apabila muncul masalah saat
mengoperasikan peralatan mekanik/mesin, misal saat pintu gagal dibuka.
- Menjelaskan lokasi dan petunjuk operasi bagi peralatan cadangan ( back
up equipment).
Prosedur operasi harus jelas dan mudah dimengerti, untuk itu perlu
dilengkapi dengan sketsa, gambar dan foto untuk mebantu petugas OP
mengenali lokasi tombol-tombol, tuas, engkol, sakelar, dll.

5) Prosedur operasi khusus/darurat, diluar operasi rutin/normal.


6) Penjelasan mengenai operasi pintu yang memerlukan izin khusus.

25
7) Uji operasi untuk peralatan yang terkait dengan keamanan bendungan, harus
dilakukan minimal satu kali dalam setahun. Penjelasan ini disertai dengan
format uji operasi.
8) Penjelasan (peringatan) perlunya mematuhi prosedur operasi, dan
bahayanya bila dilanggar, seperti: kerusakan pada peralatan,
membahayakan keselamatan operator atau keselamatan daerah hilir

3.7. Petunjuk Pemeliharaan


Antara lain, menjelaskan mengenai:
1). Lingkup tugas pemeliharaan bendungan, meliputi pekerjaan pemeliharaan
bangunan dan sistem yang ada yang mencakup: peralatan mekanik, listrik,
hidrolik dan sipil, agar tetap dalam kondisi aman dan berfungsi baik (lihat Bab
Petunjuk Pmeliharaan Bendungan).
4) Program pemeliharaan, meliputi:
- pemeliharaan terjadwal;
- pemeliharaan tak terduga;
- Pemelihraan dalam bentuk kegiatan pemeriksaan.
Uraian tentang pengertian jenis-jenis pekerjaan pemeliharaan, tersebut
diatas silahkan dilihat di Bab II.
Program pemeliharaan dibuat untuk tubuh bendungan, bangunan pelimpah,
bangunan pengambilan, peralatan hidromekanik dan listrik (sesuai referensi
pabrik), instrumentasi, waduk, prasarana/sarana/fasilitas untuk menunjang
OP, serta bahan dan peralatan khusus yg diperlukan untuk pemeliharaan.
3). Catatan/laporan pemeliharaan; menjelaskan mengenai catatan atau laporan
pemeliharaan yang harus dibuat oleh petugas, mencakup: kondisi bangunan,
periode pemeliharaan, bagaimana pek pemeliharaan dilaksanakan.
4). Contoh pemeliharaan dalam rangka pencegahan dan perbaikan (lihat bab
Pemeliharaan).

3.8. Petunjuk Pemantauan


Antara lain, menjelaskan mengenai:
1). Lingkup pekerjaan pemantauan mencakup: pengukuran/pembacaan
instrumen dan evaluasi datanya, pemeriksaan bendungan, uji operasi
peralatan yang terkait dengan keamanan bendungan
2) Pengukuran/pembacaan instrumen dan evaluasi datanya.
Menjelaskan mengenai:
- Jenis, jumlah dan lokasi instrumen yang terpasang, gambar denah dan
potongan penempatan instrumen;
- Batas bacaan aman bagi masing-masing instrumen;
- Prosedur pembacaan, ploting data, interpretasi data;
- Prosedur perawatan dan kalibrasi instrumen.

26
3). Pemeriksaan; mencakup : pemeriksaan rutin (harian, mingguan, bulanan),
pemeriksaan tengah tahunan, pemeriksaan besar dalam rangka evaluasi
keamanan bendungan, pemeriksaan luar biasa, pemeriksaan khusus.
Disamping itu perlu dilampirkan pula format laporan untuk masing-masing
jenis pemeriksaan dan alur pelaporannya. Penjelasan rinci mengenai
pemeriksaan bendungan lihat Bab Pemantauan bendungan.
4). Uji operasi semua peralatan yang terkait dengan keamanan bendungan
seperti: peralatan hiromekanik dan elektrik, sistem peringatan banjir, sistem
telemetri, dlll. Jelaskan:
- Jenis-jenis peralatan yang perlu diuji dan frekuensi uji;
- Prosedur uji operasi;
- Daftar simak uji operasi, dll.

3.9. Pelaporan
Didalam panduan OP perlu dijelaskan semua jenis laporan, cara penyiapan serta
lampirkan format-format laporan. Penjelasan harus mencakup: jenis laporan,
frekwensi pelaporan, distribusi, format laporan . Jenis laporan tersebut antara
lain:
1). Laporan operasi;
2). Laporan pemeliharaan, termasuk hasil pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui kebutuhan OP dan biayanya;
3). Laporan pemantauan:
- laporan pemantauan rutin: harian, mingguan, bulanan;
- laporan pemantauan tengah tahunan (hasil pemeriksaan tengah tahuan
dan evaluasi instrumentasi);
- laporan tahunan Operasi Pemeliharaan dan Pemantauan;
- laporan pemeriksaan besar (5 tahunan);
- laporan pemeriksaan luar biasa (setelah terjadi kondisi luar biasa: gempa,
badai, sabotase);
- laporan pemeriksaan khusus (setelah terjadi kondisi khusus yang
mengancam keamanan bendungan seperti: longsoran besar, retakan
besar, amblesan besar, dll).
4). Laporan Tahunan Operasi Pemeliharaan dan Pemantauan (OPP).
Semua laporan pemantauan dan laporan tahunan OPP wajib disampaikan ke
Balai Bendungan kecuali laporan pemantauan rutin.

3.10. Sistem Dokumentasi


Jelaskan macam-macam dokumen bendungan yang terdiri antara lain: dokumen
desain, pelaksanaan konstruksi, dokumen OP, dokumen pembebasan lahan, izin-
izin dalam pembangunan dan pengelolaan bendungan, dll, harus tersimpan rapi di
kantor lapangan, Pengelola, Pemilik, Komisi Keamanan Bendungan/Balai
Bendungan; masing-masing satu copy lengkap. Pemilik/pengelola bendungan

27
berkewajian memutakhirkan dokumen-dokumen tersebut. Uraian rinci mengenai
sistem dokumentasi/arsip suatu bendungan, dalam panduan OP dapat ditulis
dalam bab tersendiri (bab sistem dokumentasi bendungan).

3.11. Perkiraan biaya OP


Tidak tersedianya biaya OP bendungan yang wajar, akan berakibat pada
menurunnya fungsi/produksi bendungan, mempercepat pelekangan
(deterioration) bendungan sehingga bendungan cepat mengalami kerusakan,
yang pada akhirnya akan memerlukan biaya rehabilitasi yang besar.
Oleh sebab itu panduan OP harus dilengkapi petunjuk perhitungan kebutuhan
biaya OP. Uraian rinci mengenai perhitungan perkiraan biaya OP suatu bendungan,
dalam panduan OP dapat ditulis dalam bab tersendiri.

3.12 Kesehatan dan Keselamatan umum


Petunjuk ini dibuat untuk melindungi petugas OP bendungan dan masarakat umum
dari potensi bahaya yang ada di bendungan. Didalam petunjuk ini dijelaskan:
- Potensi bahaya yang ada dibendungan;
- Area yang boleh dikunjungi masyarakat umum dan yang dilarang;
- Prosedur untuk memasuki area terlarang pada bendungan atau pembatasan
lalulintas pada suatu area bendungan;
- Kecepatan maksimum yang aman bagi kendaraan di area bendungan;
- Standar pemeliharaan sanitasi;
- Pencegahaan polusi terhadap air waduk yang digunakan untuk air minum dan
rekreasi;
- Pencegahan terjadinya musibah, dengan cara: pemasangan tanda peringatan
bahaya; menghilangkan potensi bahaya; larangan bagi masyarakat memasuki
area saluran luncur, kolam olak, gedung operasi; penyediaan petugas
keamanan, dll.

3.13 Lampiran
Panduan OP harus dilampiri gambar desain, gambar purna konstruksi yang
meliputi gambar bangunan sipil, mekanikal, elektrikal, dan instrumentasi, demikian
pula format isian, grafik yang menunjang OP. Bila perlu lengkapi dengan
penjelasan mengenai gambar, format dan grafik yang dilampirkan.

28
Keterangan :
1. Lereng Hulu
2. Puncak
3. Lereng Hilir
4. Pelimpah Utama
5. Pelimpah Darurat
6. Bangunan Pengeluaran
7. Rumah Pengendali
8. Pemecah Energi
9. Kolam Olak
10.Saluran Air Keluar
11. Waduk
12. Jaring Apung
13. Papan Duga
14. Patok geser
15. Patok Tetap/bench mark
16. Pisometer pipa terbuka
17. Drainase Kaki dan Terjunan
18. Rembesan pd Tebing Tumpuan
19. Alat ukur rembesan V-notch
20. Saluran pengumpul rembesan
21. Jalan Masuk
22. Pintu Masuk
23.Tempat untuk memutar

Gambar11-Oct-08
3-4 : Contoh gambar sketsaZAINUDDIN
bendungan dan bagian-bagiannya
101

3.14. Rangkuman
Agar pelaksanaan OP bendungan sesuai dengan konsepsi keamanan bendungan dan
kaidah-kaidah keamanan bendungan, setiap bendungan perlu dilengkapi dengan
panduan OP, yang dalam penyusunannya:
- Harus berpedoman pada konsepsi keamanan bendungan dan kaidah-kaidah
keamanan bendungan yang tertuang di dalam NSPM.
- Harus menyesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan OP bendungan yang
bersangkutan karena setiap bendungan adalah merupakan bangunan yang unik.
- Melalui tahapan planning seperti yang dijelaskan di dalam sub bab 2.5.1.

Yang dimaksud ”unik” disini adalah setiap bendungan memiliki karakteristik/ciri-ciri


yang khas yang berbeda dengan bendungan lainnya, baik dilihat dari dimensinya,
kondisi geologi fondasinya, topografinya, pola banjirnya, pola operasi waduknya,
konfigurasi dan komponen-komponennya, dan lain sebaginya.
Isi panduan operasi dan pemeliharaan bendungan, paling tidak mencakup:
1). Ketentuan atau petunjuk umum
2). Menejemen penyelenggaran OP
3). Organisasi OP
4). Petunjuk operasi bendungan
5). Petunjuk pemeliharaan bendungan

29
6). Petunjuk pemantauan bendungan
7). Sistem dokumentasi dan pelaporan
8). Perkiraan biaya OP
9). Kesehatan dan keselamatan umum
10). Lampiran-lampiran grafik, tabel, gambar-gambar penting purna konstruksi
pekerjaan sipil, mekanikal/elektrikal dan instrumentasi.

3.15. Latihan
Pilih jawaban yang paling benar.
1) Dalam penyusunan panduan OP suatu bendungan,
a. harus berpedoman pada konsepsi keamanan bendungan dan kaidah-kaidah
keamanan bendungan yang tertuang didalam NSPM serta harus jelas.
b. harus berpedoman pada konsepsi keamanan bendungan dan kaidah-kaidah
keamanan bendungan yang tertuang didalam NSPM serta harus mudah
dimengerti.
c. Penyusunan panduan OP suatu bendungan, harus berpedoman pada
konsepsi keamanan bendungan dan kaidah-kaidah keamanan bendungan
yang tertuang didalam NSPM serta harus menyesuaikan dengan karakteristik
dan kebutuhan OP bendungan yang bersangkutan karena setiap bendungan
adalah merupakan bangunan yang unik, serta melalui tahapan planning.

2) Setiap bendungan
a. Perlu dilengkapi dengan panduan OP yang dibuat secar spesifik sesuai
dengan karakteristik dan kebutuhan OP bendungan yang bersangkutan.
b. Tidak perlu dilengkapi dengan panduan yang spesifik sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan OP bendungan yang bersangkutan karena
pembuatannya mahal.
c. Dapat menggunakan panduan OP dari bendungan lain yang berdekatan

Kunci jawaban:
2) c
2) a.

30
IV. ORGANISASI OP

Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta


pelatihan mampu menjelaskan garis besar organisasi
operasi bendungan

4.1 Struktur organisasi OP


Agar OP bendungan dapat diselenggarakan secara efektif dan efisien, perlu
adanya dukungan dari organisasi OP atau Unit Pengelola Bendungan yang
dilengkapi dengan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas, SDM/petugas
OP yang memadai jumlah dan kompetensinya, prosedur kerja/panduan OP yang
lengkap dan mudah dimengerti, serta dana dan peralatan yang cukup.
Agar petugas OP memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan
tugasnya, perlu dilakukan pelatihan-pelatihan secara berkala bagi para petugas
OP. Pelatihan petugas OP dilakukan dalam rangka peningkatan
ketrampilan/keahlian dan penyegaran.
Kebutuhan minimal personil OP tergantung pada ukuran dan kompleksitas
bendungan. Secara umum, personil OP bendungan dapat dikelompokkan menjadi
2 kelompok, yaitu:
- Personil tetap : melaksanakan kegiatan rutin operasi, pemeliharaan,
pemantauan, pengelolaan bendungan, termasuk petugas keamanan (security).
- Personil tidak tetap: adalah pekerja lepas atau pekerja kontrak.
Pada gambar 3-1 disajikan contoh tipikal struktur organisasi OP bendungan dan
kebutuhan personil (bendungan berukuran menengah kebawah).

4.2. Tugas dan tanggung jawab petugas OP


a. Tenaga ahli bendungan senior (Enjiner supervisi/
supervisor/pemeriksa)
- Bertanggung jawab dalam penyusunan biaya O&P bendungan
berdasarkan masukan atau informasi dari Pengamat/Koordinator;
- Memberikan pengarahan teknis kepada Pengamat dan Juru
Bendungan, dan sekaligus bertanggung jawab mengenai
program, koordinasi dan evaluasi pelaksanaan program O&P
bendungan;
- Melakukan pemeriksaan 3 bulanan/tengah tahunan terhadap perilaku
dan kinerja bendungan, pemeriksaan luar biasa dan pemeriksaan
khusus;
- Melakukan evaluasi terhadap laporan pemantauan juru/ pengamat dan
data hasil pembacaan instrument bendungan.

31
- Menyiapkan laporan pemantauan berkala tengah tahunan, laporan
pemeriksaan luar biasa, laporan pemeriksaan khusus, laporan tahunan
operasi pemeliharaan pemantauan (OPP), serta melakukan
pemeriksaan besar 5 tahunan bersama-sama dengan Konsultan.

ENJINER SENIOR / SUPERVISOR


Sarjana Teknik Sipil, pengalaman
bidang rekayasa dan OP bendungan
5 – 10 tahun

PENGAMAT/KOORDINATOR
Minimal Sarjana Muda Teknik Sipil,
telah mengikuti pelatihan rekayasa
dan OP bendungan, pengalaman OP
minimal 5 tahun

Juru Bendungan Bidang Juru Bendungan Bidang Juru Bendungan Bidang


Operasi Pemeliharaan Pemantauan
(Operator) SMU/SMK dan pengalaman bidang SMU, pelatihan khusus di bidang
SMU/SMK dan pengalaman pemeliharaan bendungan, katup dan instrumentasi, pembacaan dan
bidang operasi SDA pintu-pintu air pencatatan

Sekuriti Operasi Personil Personil Instrumentasi /


2-3 personil 2-3 personil Tetap Tidak Tetap Pemantauan
(tetap) (tetap) 2-3 personil (pekerja 2-3 personil
(tetap) lepas) (tetap)

Catatan : Jumlah personil tergantung pada dimensi dan karakteristik bendungan

Gambar 4-1 : Contoh bagan organisasi OP bendungan untuk bendungan ukuran


menengah kebawah

b. Pengamat atau Koodinator bendungan


Bertanggung jawab terhadap program dan pelaksanaan O&P bendungan,
berikut revisinya, sesuai aturan dan kebutuhan yang telah ditentukan di
dalam Panduan O&P Bendungan.
- Bertanggung jawab terhadap program dan pelaksanaan pemantauan
perilaku bendungan, termasuk interpretasi dan atau evaluasi awalnya.
- Bertanggung jawab terhadap pengarsipan, dokumentasi dan distribusi
laporan hasil pemantauan, pengamatan dan O&P Bendungan kepada
instansi-instansi terkait.
- Memberikan masukan atau informasi kepada Enjiner supervisi mengenai
komponen atau bagian-bagian yang memerlukan pemeliharaan dan
atau perbaikan untuk perhitungan biaya O&P-nya.

32
- Bertindak dan bertanggung jawab di dalam mengkoordinasikan kegiatan
O&P bendungan-bendungan yang berada di bawah pengawasannya.
- Mengkoordinasikan personil dan bertanggung jawab terhadap sekuriti
bendungan dan bangunan-bangunan pelengkap/fasilitas.
c. Juru bendungan – bidang operasi
- Mengatur pengeluaran air waduk lewat pintu-pintu air atau katup -
katup sesuai dengan kebutuhan pengguna air dan pola pengoperasian
waduk yang tertuang di dalam Panduan O&P Bendungan.
- Mengendalikan dan mengatur pengoperasian waduk dalam rangka
mengurangi risiko kerusakan akibat banjir di daerah hilir bendungan.
Untuk itu perlu adanya suatu sistem peringatan banjir bagi penduduk di
daerah hilir bendungan.
- Mencatat elevasi muka air waduk setiap hari, kaitannya dengan kondisi
cuaca/hujan, prakiraan kondisi hidroklimatologi serta debit aliran air
yang masuk ke/keluar dari waduk.
- Bertanggung jawab terhadap pengoperasian sehari-hari pintu/katup dan
bangunan pengatur lainnya guna mengalirkan air waduk sesuai dengan
pola pengoperasian waduk serta kebutuhan air di daerah hilir.
d. Juru pemeliharaan
- Melaksanakan pemeliharaan se-hari hari terhadap bendungan beserta
bangunan - bangunan pelengkapnya, jalan masuk, jalan kerja, sistem
drainasi, sabuk hijau dll.
- Penyimpanan seluruh catatan pekerjaan pemeliharaan (perawatan dan
perbaikan) yang telah dilaksanakan.
- Pemeliharaan peralatan hidromekanik.
- Pembuatan daftar komponen komponen yang memerlukan
perawatan/pemeliharaan/perbaikan/penggantian, dll.
e. Juru bendungan – bidang pemantauan
- Melaksanakan pemeriksaan visual bendungan beserta bangunan
pelengkapnya secara rutin, harian, mingguan dan bulanan serta
mempersiapkan laporan-laporan yang perlu untuk dikirimkan ke Enjiner
Supervisi.
- Membantu pemeriksaan rutin 3 bulanan yang dilakukan oleh Enjiner Supervisi.
- Membuat daftar kebutuhan komponen-komponen atau peralatan
pemantauan dan atau perbaikannya dan dilaporkan kepada
Pengamat/Enjiner Supervisi untuk perhitungan pembiayaannya.
- Melakukan pembacaan instrumentasi bendungan serta mengakomo-dasikan
ke dalam catatan data bendungan.
- Mempersiapkan kurva (plotting) hasil pengukuran dan pembacaan, segera
setelah pembacaan instrumen, sebagai dasar dan bahan analisa untuk
menetapkan tindak lanjutnya.

33
- Mempersiapkan laporan hasil pembacaan instrumentasi/pemantauan untuk
segera dikirimkan kepada Pengamat/Enjiner supervisi untuk di
interpretasi/dievaluasi.

4.3 Pelatihan petugas OP


Pelatihan bagi tenaga atau personil O&P merupakan kebutuhan mutlak yang harus
diprogramkan dan dilaksanakan secara konsekwen. Selain untuk meningkatkan
kemampuannya, sekaligus dapat merupakan sarana penyegaran bagi personil O&P
yang bersangkutan. Program pelatihan dengan materi yang “up to date” akan
menambah wawasan sesuai perkembangan teknologi yang mutakhir, untuk itu
materi pelatihan hendaknya selalu diperbaharui mencakup berbagai aspek
mengenai rekayasa pembangunan bendungan berikut kegiatan operasi dan
pemeliharaannya.
Jenis-jenis materi yang perlu disampaikan pada saat pelatihan a.l.: Prinsip desain
bendungan, Prinsip OP bendungan, hidrologi (pengumpulan data, penyusunan
rencana dan evaluasi operasi tahunan, penyusunan pola operasi), instrument
bendungan (pembacaan, perawatan, kali brasi, evaluasi data), peralatan
hidromekanik elektrik (pemeriksaan, perawatan, pengoperasian, uji operasi),
pemeriksaan dan evaluasi keamanan bendungan, manajemen OP, penyusunan
biaya OP, rencana tindak darurat, dll.

4.4 Hubungan dengan Instansi lain


Kegiatan pengelolaan bendungan seringkali terkait dengan instansi lain,
pemerintah maupun swasta, dan terutama dengan masyarakat pengguna air.
Hubungan ini bisa bersifat informal ataupun formal melalui kontrak kerjasama.
Hubungan yang paling erat adalah hubungan antara pengelola dengan masyarakat
pengguna air, termasuk dengan pengguna tenaga listrik yang biasanya tergabung
di dalam badan koordinasi yang disebut PPTPA (Panitia Pelaksana Tata Pengaturan
Air).
Hubungan kerja dengan instansi diatasnya:
- BWS/BBWS yang bersangkutan;
- Dirjen SDA;
- Direktorat Pembina;
- Komisi Keamanan Bendungan dan Balai Bendungan;
- Dewan Sumber Daya Air.
- Pemerintah daerah (Gubernur, Bupati, Walikota)
Kerjasama dengan instansi lain seperti:
- Dinas Pengairan Prop/Kabupaten :pola operasi waduk, waktu dan pola tanam,
penyediaan air irigasi, pengendalian banjir.
- PDAM : pola operasi waduk, kualitas air.

34
- PT. PLN : pola operasi waduk, produksi tenaga listrik
- Dinas Perikanan : Kualitas air waduk, elevasi minimum air waduk
- Dinas Pariwisata : pengelolaan lahan pariwisata, rekreasi
- Kepolisian : sekuriti
- Lingkungan Hidup : kualitas air, izin pembuangan sampah, bahan
berbahaya/racun, dll.

4.5. Rangkuman
Agar OP bendungan dapat diselenggarakan secara efektif dan efisien, perlu
adanya dukungan dari organisasi OP atau Unit Pengelola Bendungan yang
dilengkapi dengan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas, SDM/petugas
OP yang memadai jumlah dan kompetensinya, prosedur kerja/panduan OP yang
lengkap dan mudah dimengerti, serta dana dan peralatan cukup.
Agar petugas OP memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan
tugasnya, perlu dilakukan pelatihan-pelatihan secara berkala bagi para petugas
OP. Pelatihan petugas OP dilakukan dalam rangka peningkatan
ketrampilan/keahlian dan penyegaran.
Kebutuhan minimal personil OP tergantung pada ukuran dan kompleksitas
bendungan.

4.6. Latihan
Pilih jawaban yang paling benar
1) Agar OP bendungan dapat diselenggarakan secara efektif dan efisien, perlu
adanya dukungan dari:
a. organisasi OP yang besar, SDM/petugas OP yang memadai jumlah dan
kompetensinya, prosedur kerja/panduan OP yang lengkap dan mudah
dimengerti, serta dana dan peralatan cukup.
b. organisasi OP yang dilengkapi dengan pembagian tugas dan tanggung jawab
yang jelas, SDM yang banyak jumlahnya, prosedur kerja/panduan OP yang
lengkap dan mudah dimengerti, serta dana dan peralatan cukup.
c. organisasi OP atau Unit Pengelola Bendungan yang dilengkapi dengan
pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas, SDM/petugas OP yang
memadai jumlah dan kompetensinya, prosedur kerja/panduan OP yang
lengkap dan mudah dimengerti, serta dana dan peralatan cukup.
2) Didalam organisasi OP, salah satu tugas dari Tenaga ahli bendungan senior
(Enjiner supervisi) adalah:

35
a. Melakukan evaluasi terhadap laporan pemantauan juru/ pengamat dan
melakukan pembacaan instrument bendungan.
b. Melakukan evaluasi terhadap laporan pemantauan juru/ pengamat dan data
hasil pembacaan instrument bendungan.
c. Melakukan evaluasi terhadap laporan pemantauan juru/ pengamat dan
melakukan perbaikan instrument bendungan.

3) Salah satu tugas dari juru bendungan bidang pemantauan adalah:


a. Mengatur pengeluaran air waduk lewat pintu-pintu air atau katup -katup
sesuai dengan kebutuhan pengguna air dan pola pengoperasian waduk yang
tertuang di dalam Panduan O&P Bendungan.
b. Melaksanakan pemeriksaan visual bendungan beserta bangunan pelengkapnya
secara rutin, harian, mingguan dan bulanan serta mempersiapkan laporan-
laporan yang perlu untuk dikirimkan ke Enjiner Supervisi.
c. Melaksanakan pemeliharaan se-hari hari terhadap bendungan beserta
bangunan - bangunan pelengkapnya, jalan masuk, jalan kerja, sistem drainasi,
sabuk hijau dll.

Kunci jawaban
1) c
2) b
3) b

36
V. OPERASI BENDUNGAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta
pelatihan mampu menjelaskan garis besar operasi
bendungan

5.1 Umum

Pada dasarnya kegiatan utama dari operasi bendungan adalah pengoperasian


waduk yang dilakukan dengan cara mengatur pengeluaran air waduk melalui
pintu-pintu atau katup pada bangunan pelengkap yang terdiri dari:
- Bangunan pelimpah,
- Bangunan sadap/intake,
- Fasilitas pengeluaran darurat (emergency release facility) yang dapat
berupa: bangunan pengeluaran bawah (botom outlet), atau bangunan
pengeluaran khusus untuk melepas air pada kondisi darurat, atau bangunan
intake yang kapasitasnya diperbesar sesuai dengan kebutuhan untuk
pengeluaran darurat.
Pengoperasian pintu atau katup bangunan pelengkap harus dilakukan sesuai
dengan prosedur operasi. Kegiatan operasi yang tidak sesuai dengan prosedur
operasi yang telah ditetapkan dapat berakibat: mengurangi efektifitas bendungan,
menimbulkan kerusakan pada peraltan yang dioperasikan dan bahkan dapat
membahayakan kesalamatan bendungan yang bersangkutan.
-

Dilihat dari jenis operasinya, operasi waduk dibedakan menjadi:


- Operasi normal, atau operasi sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan air dihilir;
- Operasi banjir, operasi yang dilakukan pada saat banjir untuk menjaga agar
muka air di waduk tidak melampaui batas elevasi muka air waduk yang
direncanakan di dalam pola operasi waduk, atau dalam rangka pengendalian
banjir dihilir bendungan yang dilakukan dengan mengatur keluaran air waduk
lewat pintu-pintu pada bendungan.
- Operasi darurat, operasi yang dilakukan pada saat terjadi keadaan darurat
yang dilakukan dengan cara menurunkan muka air waduk secara cepat untuk
mengurangi ancaman bahaya yang terjadi atau menunda terjadinya
keruntuhan bendungan.

Operasi waduk harus dilakukan berdasar “rencana tahunan operasi waduk”, dan
rencana tahunan operasi waduk dibuat berdasarkan “pola operasi waduk”.
Didalam pelaksanaan rencana tahunan operasi waduk, perlu dilakukan evaluasi

37
secara berkala karena kenyataan yang terjadi dilapangan tidak selalu sama dengan
rencana operasi.

Untuk menyusun rencana tahunan operasi waduk dan pola operasi waduk
diperlukan informasi mengenai ketersediaan air dan kebutuhan air yang diperoleh
dari hasil analisis data hidrologi.

Lingkup kegiatan operasi waduk meliputi antara lain:


1). Pengumpulan dan pengolahan data hidrologi, untuk perkiraan air masuk,
ketersediaan air di waduk dan peramalan banjir (flood forecasting);
2). Menyusun pola operasi waduk;
3). Membuat dan melaksanakan rencana tahunan operasi waduk;
4). Melakukan evaluasi pelaksanaan operasi waduk;
5). Melaksanakan operasi waduk pada kondisi banjir dan kondisi
darurat;
6). Penyusunan laporan dan dokumentasi;
Pelajari kembali Bab II dan Bab III.

5.2 Pengumpulan data hidrologi


Untuk membuat pola operasi waduk dan membuat rencana tahunan operasi
waduk, diperlukan informasi mengenai perkiraan ketersediaan air dan kebutuhan
air.
Informasi mengenai perkiraan ketersediaan air diperoleh dari hasil ananlisis
terhadap data hidrologi. Oleh karena itu untuk pengoperasian waduk perlu
dilakukan pengumpulan data hidrologi sbb:
- Data debit sungai-sungai di DAS dan sungai dimana bendungan berada;
- Curah hujan;
- Pengusahaan waduk dihulu, bagi bendungan seri (cascade);
- Pengusahaan waduk yang bersangkutan pada tahun-tahun sebelumnya;
- Kebutuhan air dari berbagai pemanfaatan;
- Informasi mengenai musim dari BMG;
- Laju sedimentasi dikolam waduk;

Data hidrologi yang terkumpul kemudian dianalisis guna memperkirakan


ketersediaan air waduk, kebutuhan air dan peramalan banjir (). Berdasar hasil
analisis hidrologi dapat disusun pola operasi dan rencana operasi tahunan.

5.3 Penyusunan Pola Operasi Waduk


5.3.1 Umum

38
Pola operasi waduk adalah kerangka dasar operasi waduk untuk jangka panjang
yang menjadi patokan dalam penyusunan rencana tahunan operasi waduk dan
pelaksanaan operasi waduk yang paling optimum dan aman.
Pola operasi waduk disiapkan oleh Pembangun atau Pengelola bendungan dengan
memperhatikan masukan dari pengelola sumber daya air pada Wilayah yang
bersangkutan (BWS/BBWS/Dinas SDA) dan instansi terkait seperti Dinas Pertanian.
Bagi bendungan seri (cascade), penyusunan pola operasi waduk dengan
melibatkan pengelola bendungan lain yang terletak dalam satu sungai dengan
bendungan yang bersangkutan.

Pola operasi waduk ditetapkan oleh Pengelola bendungan untuk jangka waktu 5
(lima) tahun.

Pola operasi waduk dilengkapi dengan kurfa (rule curves) zona operasi, yang
dibatasi oleh kurfa batas operasi normal atas dan kurfa batas operasi normal
bawah.
Pola operasi waduk tersebut paling sedikit memuat tata cara pengeluaran air dari
waduk sesuai dengan kondisi volume dan/atau elevasi air waduk dan kebutuhan
air serta kapasitas sungai di hilir bendungan (lihat gambar 4-1).

Disamping itu pola operasi waduk juga perlu dilengkapi dengan penjelasan
mengenai perihal berikut:
1) Elevasi muka air waduk maksimum yang diizinkan pada berbagai waktu untuk
setiap tahun khususnya bagi bendungan yang dilengkapi dengan pelimpah
berpintu, lihat gambar 4.2 Contoh bagan elevasi muka air waduk maksimum
yang diizinkan pada berbagai waktu Bendungan Wonogiri sesuai Kepmen PU
No.229/Kpts/1986.
2) Debit pengeluaran maksimum dan atau minimum yang dizinkan.
3) Penjelasan kemungkinan adanya larangan atau pembatasan dalam operasi
karena pertimbangan keamanan bendungan, seperti: laju penurunan muka
air waduk yang diizinkan saat surut cepat, elevasi muka air waduk minimal
yang diizinkan selama operasi.
4) Penjelasan tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi limpasan air
waduk melalui pelimpah;
5) Penjelasan metode dan frekuensi pengosongan atau penurunan muka air
waduk guna pemeriksaan banguan pengeluaran, pintu, katup, lereng hulu
bendungan, dll.
6) Prosedur pemberitahuan penduduk saat melepas air waduk.

39
Secara berkala (lazimnya setiap 5 tahun bersamaan dengan kegiatan
pemeriksaan/inspeksi besar), atau bila terjadi perubahan yang signifikan pada
aspek hidrologi, pola operasi waduk perlu ditinjau kembali.

Bila dalam kegiatan operasi muka air waduk masih berada di dalam zona operasi,
pada prinsipnya operasi/pengeluaran air waduk masih dapat dilaksanakan sesuai
rencana. Bila muka air waduk berada diluar batas atas dan bawah, maka rencana
pengeluaran air waduk perlu disesuaikan.

Untuk waduk pengendali banjir yang memiliki pelimpah berpintu seperti


Bendungan Wonogiri bentuk lengkung operasinya berbeda dengan pola operasi
diatas (lihat contoh dibawah).

5.3.2 Pertimbangan dalam penyusunan pola operasi waduk


Dalam penyusunan pola operasi waduk, perlu dipertimbangkan hal-hal sbb:
1). Kondisi aliran sungai pada “tahun basah” untuk grafik batas atas dan “tahun
kering” untuk batas bawah → berdasar hasil pengamatan debit bulanan
jangka panjang.
2). Kebutuhan air yang harus terpenuhi sesuai Rencana Pokok Penyediaan Air.
Untuk irigasi, biasanya ada keputusan dari Gubernur/Pemda tentang
rencana tanam, musim tanam rendeng dan gadu pada setiap tahun.
Rencana penyediaan air disusun berdasar kebutuhan air irigasi dan
berbagai kebutuhan lain seperti PLTA, air baku dll.
3). Pengeluaran air dari waduk dihulu untuk kondisi musim basah dan kering.
Untuk bendungan kaskade seperti bendungan Jatiluhur harus
mempertimbangkan pengeluaran air dari waduk dihulunya yaitu: Cirata dan
Saguling.
4). Kapasitas palung sungai di daerah hilir. Pengeluaran air waduk melebihi
kapasitas palung sungai akan menimbulkan banjir, khususnya didaerah
rendah.
5). Program pemeliharaan sarana-sarana hidromekanik dan listrik seperti: unit
PLTA, katup dan pintu, tail race, dll.
6). Keamanan bendungan, seperti adanya potensi longsoran akibat penurunan
air waduk yang terlalu cepat atau terlalu rendah. Untuk bendungan dengan
pelimpah berpintu, penetapan CWL (control water level) yang terlalu tinggi
atau penetapan awal masa recovery yang tidak tepat waktu dapat
menyebabkan over topping.

40
Contoh 5.1 : Kurfa Pola operasi waduk Juanda Jawa Barat;
Atas: kondisi sebelum dibangun Bendungan Saguling dan Cirata di hulunya;
Bawah: kondisi sesudah dibangun Bendungan Saguling dan Cirata

41
- Periode banjir 1 Desember – 15 April: elevasi muka air waduk tidak boleh melebihi CWL
(Control Water Level) el.+134,5 m
- Periode recovery 16 April – 30 April: elevasi muka air waduk tidak boleh melebihi NHWL
(Normal High Water Level) el+136,0 m.
- Periode tidak banjir 1 Mei – 30 Nopember: elevasi muka air waduk tidak boleh melebihi
el+136,0 m.

Gambar 5.2 : Contoh bagan elevasi muka air waduk maksimum yang diizinkan
pada berbagai periode waktu Bendungan Wonogiri sesuai Kepmen PU
No.229/Kpts/1986.

Gambar 5.3 : Ilustrasi pembagian alokasi air waduk


Bendungan Wonogiri

42
5.4. Pembuatan Rencana Tahunan Operasi Waduk
Recana tahunan operasi waduk, disusun setiap tahun berdasar pola operasi waduk.
Rencana tahunan operasi waduk disusun oleh Pengelola bendungan dengan
memperoleh masukan teknis dari pengelola sumber daya air pada wilayah sungai
yang bersangkutan dan instansi terkait.

Rencana tahunan operasi dibuat lebih rinci dan mendekati kenyataan. Faktor-
faktor yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan a.l :
1). Prakiraan ketinggian muka air pada awal tahun.
2). Informasi ramalan musim yang dihadapi, dari BMKG.
3). Prakiraan lengkung debit sungai.
4). Kondisi/kesiapan unit pembangkit listrik dan prasarananya (bila bendungan
memiliki PLTA).
5). Rencana tahunan kebutuhan air (irigasi, air baku, PLTA)
6). Sasaran khusus produksi listrik/padi dari pemerintah (bila ada, seperti pada
tahun 2007 pemerintah mentargetkan kenaikan produksi padi sebesar 2
juta ton).
7). Kebutuhan ketinggian muka air untuk menunjang olah raga, misal atas
permintaan KONI untuk kegiatan pertandingan olahraga nasional (PON),
atau pertandingan internasional.

5.5. Evaluasi pelaksanaan operasi waduk


Rencana tahunan operasi waduk, dibuat berdasar prakiraan dan asumsi-asumsi.
Kenyataan yang terjadi, sering berbeda dengan rencana; secara rutin kenyataan
yang terjadi perlu dipantau dan dievaluasi guna penyesuian bagi rencana tahunan
operasi waduk.

Langkah-langkah yang perlu diambil bila terjadi ketidak sesuaian antara kenyataan
dengan rencana:

1) Bila ketinggian muka air waduk tidak sesuai dengan rencana,


tetapi masih berada didalam batas-batas zona operasi, pelaksana operasi
pada prinsipnya masih dianggap sesuai dengan rencana operasi. Saat muka
air waduk mendekati kurfa batas operasi normal bawah, penyesuaian-
penyesuaian jangka pendek dapat dilakukan sesuai keperluan.

2) Bila muka air waduk berada diatas “garis operasi normal atas”,
berarti ada kelebihan air yang harus dibuang kehilir. Pengeluaran air
tambahan tersebut sedapat mungkin dilewatkan turbin (bila ada PLTA). Bila

43
pengeluaran lewat turbin sudah tidak mungkin, pengeluaran dapat dilakukan
lewat pintu pengeluaran lain seperti pintu untuk irigasi.

Catatan:
AM= Air masuk
AK= Air keluar
Hil= Air yang hilang
PL= Produksi listrik
DMA= m.a. waduk

Gambar 5.4 : Contoh rencana operasi tahunan waduk Ciarata dan Juanda tahun
1990.

44
- Sebelumnya diputuskan untuk pembukaan pintu, lebih dulu perlu koordinasi
kepengelola waduk di hulu untuk mengurangi pengeluaran air diwaduknya.

- Demikian pula bila air waduk melimpas dipelimpah, juga perlu dilakukan
langkah koordinasi kepengelola waduk dihulu seperti diatas. Bila kondisi ini
terjadi perlu dilakukan evaluasi efektifitas rencana operasi yang ada.

3). Bila muka air dibawah “garis operasi normal bawah”


pengeluaran air harus dikurangi, dengan mengambil langkah-langkah sbb:

- Pertama, teliti apakah kondisi tersebut akibat penahan air di waduk-waduk


hulu. Bila benar demikian, koordinasikan dengan pengelola waduk diatas
untuk menambah pengeluaran air.

- Bila penurunan muka air waduk diakibatkan kondisi musim (kering), maka
harus dilaksanakan pengurangan pengeluaran air dibawah rencana tahunan.
Besar pengurangan tergantung kebutuhan dan keadaan, dengan dilaksanakan
secara bertahap (dengan menggunakan metode empirik praktis) dan diusahakan
agar dapat memenuhi kebutuhan minimum yang disepakati, misal 80% kebutuhan.
Bila pengeluaran terpaksa harus lebih kecil dari kebutuhan pengairan, maka harus
dilakukan koordinasi dengan inatansi terkait untuk persiapan pengaturan distribusi
air pada saluran-saluran pengairan dilapangan.

5.6 Bangunan pelengkap dan peralatannya

Yang dimaksud dengan bangunan pelengkap dan peralatan, adalah:


bangunan pelimpah, bangunan sadap/bangunan intake, bangunan pengeluaran bawah
(bottom outlet), pintu pengeluaran darurat (contoh Bendungan Ponre-Ponre Sulawesi
Selatan), alat pengendali serta peralatan hidromekanik dan elektrik seperti: pintu, katup,
alat pengendali, pembangkit tenaga listri, dll.
Setiap peralatan hidromekanik pada hakekatnya perlu dan harus dioperasikan
secara teratur guna meyakinkan bahwasanya peralatan tersebut dalam
kondisi baik dan siap untuk dioperasikan pada semua kondisi operasi,
disamping untuk juga mengetahui kemungkinan adanya permasalahan yang dapat
berpengaruh terhadap pengoperasian pada waktu mendatang. Permasalahn dapat
muncul misal: sebagai akibat pelumasan yang kurang/tidak efektif, adanya pergeseran
atau himpitan yang dapat menghambat pengoperasian, serta adanya permasalahan lain.
Oleh karena itu disarankan : semua peralatan yang tidak digunakan secara
regular hendaknya dioperasikan setiap tiga bulan sekali, walaupun dalam
waktu yang relative singkat. Pengoperasian dengan cara-cara tersebut merupakan
bagian dari pemeliharaan.

45
Saguling
645,00 645
642.5 642.5 642.50
640,00
0 640
0
DMA (m El.)

635,00 635

630,00 630

625,00 625

620,00 620
01/01/2001 01/04/2001 01/07/2001 01/10/2001 01/01/2002

Cirata
222 222
219.5 219.5
217 217
DMA (m El.)

212 212

207 207

202 202
01/01/2001 01/04/2001 01/07/2001 01/10/2001 01/01/2002

Ir. H. Juanda
112 112
107 106.5 107
106.5 0
102 102
DMA (m El.)

0
97 97
92 92
87 87
82 82
77 77
72 72
Jul-01
Jan-01

Jun-01

Jan-02
Mar-01

Apr-01

Mei-01

Sep-01

Okt-01

Nop-01

Des-01
Feb-01

Agust-01

Normal Kering Maks Kenyataan

Gambar 5.5: Contoh Pola Operasi Waduk Saguling- Cirata- Juanda Tahun 2001

46
Dalam rangka menjamin keselamatan serta menghindari risiko bahaya yang tidak
diinginkan, setiap tindakan yang berkenaan dengan pengoperasian peralatan
hidromekanik dan elektrik bendungan harus dilengkapi dengan petunjuk yang jelas
mengenai tata-cara, ketentuan dan batas-batas operasi peralatan, termasuk kondisi-
kondisi lainnya yang berkaitan dengan pengoperasian peralatan tersebut. Petunjuk
operasi peralatan tersebut, setidaknya harus mencakup hal-hal sebagai berikut:
(i) Petunjuk rinci operasi/prosedur operasi peralatan hidrolik bendungan dan semua
peralatan mekanik dan listrik yang terkait harus mencakup: rencana keseluruhan,
urutan, dan semua cara pengaturan termasuk cara operasi alternatif dan batasan
operasi, untuk melindungi peralatan seperti: bukaan pintu minimum untuk
mencegah kavitasi, kecepatan bukaan pintu, dll.
(ii) Memeriksa kinerja peralatan pada setiap tahap operasi agar mampu mendeteksi
dan memperbaiki bila terjadi peralatan tidak berfungsi.
(iii) Adalah penting untuk menetapkan metode penggantian dari satu metoda/cara
operasi ke cara lain atau membuat satu cara yang mengesampingkan cara lain
karena hal ini penting khususnya dalam keadaan darurat.
(iv) Petunjuk/prosedur operasi perlu dilengapi dengan grafik, bagan alir, gambar, tata
letak, foto, format/tabel catatan operasi waduk, dll. Penjelasan mengenai prosedur
operasi, harus mudah diakses oleh para personil operasi, termasuk personil
pembantu. Gambar dalam bentuk grafik dan bagan alir harus dibingkai dengan
bahan yang tahan lama, bila mungkin di laminating kemudian diletakkan/ditempel
berdekatan dengan peralatan bersangkutan.
(v) Pemberian tanda dengan sistem label atau skema berwarna perlu
diterapkan/dipakai terhadap semua komponen peralatan yang penting.
(vi) Pemberian tanda tersebut sangat penting untuk menghindari kesalahan operasi
khususnya pada kondisi kritis/darurat.
(vii) Petunjuk/instruksi yang singkat dan jelas untuk operasi dalam keadaan darurat,
misal harus menyalakan unit tenaga listrik cadangan.
(viii) Uji operasi terhadap semua peralatan yang dapat dioperasikan, harus dilakukan
secara teratur untuk memastikan bahwa peralatan tersebut dalam keadaan siap
operasi setiap saat.

47
TABEL 5.1: Sebagian tugas juru operasi
OPERASI WADUK FREKWENSI
Catat informasi seperti berikut:
− Elevasi waduk. Dicatat secara
− Inflow ke waduk. harian.
− Debit terjadi pada spillway dan pintu pengambilan.
− Data curah hujan dan klimatologi. Sesuai dengan
Lakukan penyesuaian yang diperlukan pada pintu prosedur operasi/
pengambilan atau pada katup dan lakukan uji operasi SOP.
peralatan sesuai dengan prosedur operasi atau SOP.

5.7 Operasi pada kondisi darurat


Kondisi darurat adalah kondisi/kejadian yang dapat mengancam keamanan dan
keutuhan bendungan, yang dapat terjadi akibat: hujan badai, banjir besar, gempa,
keluaran air yang tak terkendali, longsoran besar, retakan besar, amblesan besar,
sabotase, serangan/perang, dll.
Pada saat terjadi kondisi darurat, operasi bendungan harus diutamakan
untuk pengamanan bendungan.

Setiap bendungan harus dilengkapi dengan peralatan system peringatan darurat


atau peringatan dini banjir khususnya bagi bendungan yang memiliki pelimpah
berpintu. Pada saat terjadi kondisi yang dapat membahayakan masyarakat, seperti
saat pembukaan pintu pelimpah dan kondisi darurat lain seperti disebutkan diatas,
lebih dulu petugas harus membunyikan tanda peringatan darurat.

Dalam petunjuk keadaan darurat harus dijelaskan mengenai: indikiasi-indikasi


kondisi darurat, prosedur operasi dan pencegahan, prosudur pengoperasian
peringatan dini, dll. Semua hal tersebut, nantinya akan menjadi bahan dalam
penyusunan Rencana Tindak Darurat (RTD).

Setiap petugas OP harus memahami petunjuk operasi pada kondisi darurat dan
selalu siap menghadapi kondisi yang terburuk. Untuk itu secara berkala perlu
dilakukan pelatihan penyegaran mengenai operasi darurat tersebut.

5.8. Rangkuman
Pada dasarnya kegiatan utama dari operasi bendungan adalah pengoperasian
waduk yang dilakukan dengan cara mengatur pengeluaran air waduk melalui
pintu-pintu atau katup pada bangunan pelengkap yang terdiri dari:
- Bangunan pelimpah,
- Bangunan sadap/intake,
- Fasilitas pengeluaran darurat (emergency release) yang dapat berupa:
bangunan pengeluaran bawah (botom outlet), atau bangunan pengeluaran
khusus untuk melepas air pada kondisi darurat, atau bangunan intake yang
kapasitasnya diperbesar sesuai dengan kebutuhan untuk pengeluaran
darurat.

48
Pengoperasian pintu atau katup bangunan pelengkap harus dilakukan sesuai
dengan prosedur operasi. Kegiatan operasi yang tidak sesuai dengan prosedur
operasi dapat berakibat: mengurangi efektifitas bendungan, menimbulkan
kerusakan pada peralatan yang dioperasikan dan bahkan dapat membahayakan
kesalamatan bendungan yang bersangkutan.
Dilihat dari jenis operasinya, operasi waduk dibedakan menjadi:
- Operasi normal/operasi harian rutin,
- Operasi darurat,
- Operasi banjir.
Operasi waduk harus dilakukan berdasar “rencana tahunan operasi waduk”, dan
rencana tahunan operasi waduk dibuat berdasarkan “pola operasi waduk”.
Didalam pelaksanaan rencana tahunan operasi waduk, perlu dilakukan evaluasi
secara berkala karena kenyataan yang terjadi dilapangan tidak selalu sama dengan
rencana operasi.
Untuk menyusun rencana tahunan operasi waduk dan pola operasi waduk
diperlukan informasi mengenai ketersediaan air dan kebutuhan air yang diperoleh
dari hasil analisis data hidrologi.

Lingkup kegiatan operasi waduk meliputi antara lain:


1). Pengumpulan dan pengolahan data hidrologi (untuk perkiraan air masuk,
ketersediaan air waduk dan peramalan banjir);
2). Menyusun pola operasi waduk;
3). Membuat dan melaksanakan rencana tahunan operasi waduk;
4). Melakukan evaluasi pelaksanaan operasi waduk;
5). Melaksanakan operasi waduk pada kondisi banjir dan kondisi
darurat;
6). Penyusunan laporan dan dokumentasi;

5.7. Latihan
Pilih jawaban yang paling benar
1) Pengoperasian pintu atau katup bangunan pelengkap harus dilakukan sesuai
dengan prosedur operasi. Kegiatan operasi yang tidak sesuai dengan prosedur
operasi dapat berakibat antara lain:
a. Meningkatkan biaya OP.
b. Menimbulkan kerusakan pada peralatan yang dioperasikan dan bahkan.
c. Menimbulkan kerusakan tubuh bendungan.
2) Operasi waduk harus dilakukan berdasar…………
a. Permintaan petani.
b. Rencana tahunan operasi.
c. Data curah hujan.

49
3) Salah satu kegiatan yang termasuk dalam lingkup kegiatan operasi waduk
adalah………..
a. Melakukan pemotongan rumput liar pada tubuh bendungan.
b. Melakukan pembacaan instrument bendungan.
c. Membuat dan melaksanakan rencana tahunan operasi waduk.

Kunci jawaban
1) b.
2) b.
3) c.

50
VI. PEMELIHARAAN

Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta


pelatihan mampu menjelaskan garis besar pemeliharaan
bendungan

6.1. Umum
Pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang sangat penting untuk menjaga agar:
bendungan, bangunan pelengkap dan semua fasilitasnya selalu dalam kondisi aman dan
berfungsi baik sehingga siap dioperasikan pada semua kondisi operasi.
Secara garis besar kegiatan pemeliharaan bendungan dapat dibedakan menjadi dua
kelompok kegiatan, yaitu:
a. Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance): dilakukan untuk
mencegah terjadinya kemerosotan mutu atau kerusakan pada bendungan dan
bangunan pelengkapnya. Kegiatan pemeliharaan ini meliputi:
- Pemeliharaan terjadwal (scheduled maintenance), dan
- Pemeliharaan pemeriksaan (monitored maintenance).
b. Pemeliharaan tak terduga (extra ordinary maintenance ): dilakukan sesuai
kebutuhan untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi, kerusakan akibat
kemerosotan mutu, banjir, vandalisme dan lain-lain.
Semua pelaksanaan kegiatan pemeliharaan harus dicatat oleh petugas pelaksana
pemeliharaan. Pemeriksaan secara rutin akan memberi informasi yang diperlukan untuk
mengidentifikasi kemungkinan adanya indikasi problem yang sedang berkembang.
Dengan teridentifikasinya adanya problem yang sedang berkembang secara dini,
pengelola bendungan dapat segera mengambil tindakan pencegahan secara cepat dan
tepat.

6.2 Pemeliharaan Pencegahan


Pemeliharaan pencegahan adalah pemeliharaan yang dilaksanakan secara rutin dan
berkala. Tujuan pemeliharaan pencegahan adalah untuk memperpanjang umur layanan
komponen-komponen bendungan dan peralatannya, serta untuk menghindari terjadinya
kerusakan yang biaya perbaikannya mahal. Pemeliharaan pencegahan dapat dibagi
menjadi dua katagori dasar, yaitu:
6.2.1. Pemeliharaan terjadwal (scheduled maintenance)
Pemeliharan terjadwal adalah pemeliharaan bendungan beserta komponen-
komponen pendukungnya yang dilakukan sesuai dengan jadwal yang direncanakan,

51
misal: harian, minguan, bulanan, tahunan atau berdasar jumlah jam operasi, jumlah
siklus operasi, dll.

Ditinjau dari waktu pelaksanaannya, pemeliharaan terjadwal dapat dibagi menjadi 2


(dua) kelompok kegiatan, yaitu:

- Pemeliharaan rutin, adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan


interval/selang waktu yang pendek seperti: harian, mingguan, bulanan.
Pemeliharaan ini dilakukan terus menerus setiap tahun.
- Pemeliharaan berkala, adalah pemeliharaan yang dilakukan secara berkala
dengan interval waktu tahunan (>1 tahun), atau sesuai dengan jumlah jam operasi
atau siklus operasi.

Lingkup pemeliharaan terjadwal, termasuk servis terhadap peralatan, pelumasan


peralatan, penggantian suku cadang sesuai jadwal, dll.

6.2.2. Pemeriksaan dalam rangka Pemeliharaan (monitored maintenance)


Pemeriksaan dalam rangka pemeliharaan atau disingkat menjadi “pemeriksaan
pemeliharaan” adalah pemeriksaan yang dilakukan dalam rangka kegiatan
pemeliharaan yang kegiatannya meliputi: pemeriksaan dan uji peralatan secara
berkala.
Jadwal pemeriksaan pemeliharaan: dibuat berdasarkan perkiraan tingkat
keausan, laju kemerosotan mutu atau pelapukan setiap jenis peralatan atau meterial.
Contoh pemeriksaan pemeliharaan: suatu generator listrik, sesuai dengan manual
pabrik penggantian oli mesin harus dilakukan setiap 2.500 jam kerja mesin, tetapi
setiap bulan operator perlu melakukan pemeriksaan ketinggian oli mesin dan
menambah oli sesuai kebutuhan.
Contoh pemeriksaan pemeliharaan yang lain: saringan sampah pada bangunan
intake, pemeriksaan dan pembersihan harus dilakukan setiap setiap bulan.

Pelaksanan pemeriksaan pemeliharaan: dilakukan secara rutin oleh


personil/juru pemeliharaan dan secara periodik dilakukan “Pemeriksaan OP bersama”
oleh juru operasi, juru pemeliharaan, juru pemantauan, Pengamat/Koordinator
bendungan dan sebaiknya di pimpin oleh ahli bendungan senior dari kantor pengelola
bendungan.
Pemeriksaan OP bersama harus dilakukan secara teratur dan sebaiknya dengan
selang waktu tidak lebih dari tiga bulan.

Tujuan pemeriksaan OP bersama: untuk mengetahui perubahan kondisi,


kesiapan operasi, kebutuhan pemeliharaan, kemungkinan adanya kerusakan,

52
kebutuhan perbaikan, kebutuhan penggantian bagian-bagian dan komponen
bendungan serta untuk menyusun anggaran biaya OP.

Pemeriksaan OP bersama dapat dilakukan sekaligus atau bersamaan dengan


pemeriksaan dalam rangka pemantauan perilaku bendungan yang dilakukan secara
rutin dan berkala. Pada tabel 6.1, disajikan contoh daftar simak mengenai obyek
pemeriksaan OP.

Hasil pemeriksaan OP bersama serta hasil pelaksanaan operasi dan pelaksanaan


pemeliharaan, kemudian disusun menjadi Laporan Operasi dan Pemeliharaan yang
kemudian digabung dengan laporan Pemantauan menjadi Laporan Tahunan
(yearly report) Operasi Pemeliharaan dan Pemantauan.

Didalam panduan OP harus dijelaskan mengenai pengaturan pemeriksaan OP


bersama tersebut dan tanggung jawab personil yang terlibat.

Tabel 6.1 : Daftar Simak Pemeriksaan Rutin bendungan urugan


Hal-hal yang perlu diperiksa dan dicatat selama pemeriksaan rutin:
1) Tumbuh-tumbuhan pada bendungan urugan tanah dan dalam jarak 15 meter di
luar kaki bendungan

2) Berkembangnya tumbuh-tumbuhan.
− Perlu pemotongan atau pengendalian tumbuh agar tidak mengganggu
pengamatan bendungan
− Indikasi rembesan atau kapilaritas berlebihan

3) Tumbuh-tumbuhan daerah basah


− Perhatikan kemungkinan adanya sembulan air (boils);
− Perhatikan timbulnya kerucut pasir (sand cone), delta dan sebagainya, berapa
besar ukurannya dan dimana lokasinya;
− Perubahan karena musim, elevasi genangan berubah;
− Pertumbuhan yang tidak lazim

4) Pertumbuhan gebalan rumput pelindung lereng


− Tumbuh kurang baik
− Dirusak oleh erosi

5) Saluran Drainasi
− Tersumbat oleh tumbuh-tumbuhan
− Kebocoran sepanjang saluran drainasi

53
− Kuantitas dan kualitas aliran
− Sembulan air (boils) : dimana lokasinya
− Pengendapan lumpur, delta, kerucut pasir

6) Tubuh bendungan
− Jagaan: Elevasi muka air
− Puncak
Retakan: loasi, melintang atau membujur dan bentuk lain, ukuran, luas dan
kedalaman
Penurunan: lokasi, melintang atau membujur, bentuk, ukuran, luas dan
kedalaman
− Lereng hulu
Retakan: lokasi, melintang, membujur, lebar, kedalaman dan pola retakan;
Lubang benam, pusaran air (vortex);
Erosi permukaan membentuk alur (gullying), penurunan;
Erosi gelombang-gerakan material
− Lereng Hilir
Retakan : lokasi, melintang, membujur, lebar, kedalaman dan pola retakan;
Penurunan: posisi, luas dan bentuk;
Penonjolan (bulging) – bentuk dan ukuran;
Erosi alur (gullies) – kedalaman dan sumber;
Kelembaban selama musim kering;
Daerah lembab – lokasi, bentuk dan ukuran;
Sembulan (boils), rembesan – ukuran dan perkiraan debit;
Liang binatang.
− Berm dan areal dalam jarak 15 meter di luar kaki bendungan
Erosi alur (gullies);
Daerah lembab;
Sembulan (boils), rembesan.

7) Bangunan sadap utama, pelimpah dan terowong


− Elevasi sadap utama (intake); papan indikator elevasi
− Bangunan sadap utama (intake)
− Kondisi konduit pengeluaran
− Rembesan atau daerah lembab sekitar konduit pengeluaran
− Erosi di bawah konduit pengeluaran
− Kolam olak
− Sembulan di sekitar konduit pengeluaran

54
− Lantai bangunan pelimpah oleh gaya angkat (uplift), penurunan dan retakan
− Pipa udara dan chamber
− Pipa drainasi

8) Daerah dimana ada perbaikan sebelumnya


− Stabilitas lereng dan erosi
− Tanaman air dan material buangan, sampah terapung

6.3 Pemeliharaan tak terduga


Pemeliharaan ini dilakukan sesuai kebutuhan untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi,
kerusakan akibat kemerosotan mutu, banjir, vandalisme dan lain-lain. Kegiatan
pemeliharaan ini dapat berupa: pekerjaan perbaikan (remedial work), rehabilitasi,
penyempurnaan atau perkuatan. Pelaksanaan pemeliharaan tak terduga mungkin perlu
melibatkan ahli dari luar, konsultan dan kontraktor.
Kebutuhan pemeliharaan tak terduga dapat di identifikasi:
- Selama pelaksanaan pemeliharaan pencegahan.
- Dari hasil pemeriksaan (rutin, berkala) petugas OP, inspeksi Komisi Keamanan
Bendungan dan Balai Bendungan, serta dari hasil evaluasi keamanan
bendungan.
- Setelah kejadian besar (major event), contoh saat terjadi keluaran air yang besar
lewat pelimpah mungkin akan menimbulkan erosi pada saluran di hilirnya.

Dalam pelaksanaan pemeliharaan tak terduga mungkin perlu melibatkan: ahli dari luar,
konsultan atau kontraktor.
Kegiatan pemeliharaan tak terduga yang berupa perbaikan besar, rehabilitasi atau
perkuatan (improvement) yang berpengaruh terhadap struktur mendasar/struktur pokok
bendungan diwajibkan melalui tahapan sertifikasi keamanan bendungan seperti proses
pembangunan bendungan baru.

6.4 Program Pemeliharaan


Setiap bendungan harus memiliki rencana/program kegiatan pemeliharaan pencegahan
terjadwal yang meliputi pemeliharaan rutin dan pemeliharaan berkala. Program
pemeliharaan, dituangkan dalam panduan OP bendungan.
Lingkup pekerjaan pemeliharaan terjadwal, antara lain meliputi pemeliharaan:
- tubuh bendungan,
- bangunan pelimpah,
- waduk dan sabuk hijau,

55
- peralatan hidromekanik elektrik dan semua peralatan yang dioperasikan sesuai dengan
referensi dari pabrik pembuat, termasuk servis terhadap peralatan atau penggantian
suku cadang peralatan sesuai jadwal, pelumasan peralatan, dll.;
- sistem instrument bendungan sesuai dengan referensi dari pabrik pembuat;
- sistem telemetri dan sistem peringatan banjir;
- bangunan kantor, jalan akses, dll.
Setiap panduan OP suatu bendungan, perlu dilengkapi dengan daftar simak atau tabel
pekerjaan pemeliharaan pencegahan rutin dan berkala sesuai dengan kondisi masing-
masing bendungan. Pada tabel 5.1 disajikan contoh program pekerjaan pemeliharaan
beserta frekuensi pelaksanaannya untuk bagian puncak dan lereng tubuh bendungan.
Contoh lengkap rincian pekerjaan pemeliharaan bendungan disajikan pada lampiran A.

Program pemeliharaan perlu dilengkapi dengan kebutuhan peralatan khusus atau bahan
yang diperlukan untuk pemeliharaan. Bila mungkin, dilampirkan pula gambar dan
diagram untuk membantu kelancaran pekerjaan pemeliharaan.

6.5. Catatan Pemeliharaan


Pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan di lapangan harus selalu dicatat oleh petugas OP
untuk kemudian dilaporkan kepada pemilik/atasan pengelola bendungan dan sebagai
dokumen yang harus disimpan oleh pengelola bendungan yang sewaktu-waktu akan
diperlukan kembali untuk pertimbangan kegiatan pemeliharaan berikutnya maupun untuk
keperluan evaluasi keamanan bendungan. Isi laporan pemeliharaan mencakup antara
lain: kondisi bangunan, periode pemeliharaan setiap unit, kuantitas pekerjaan,
bagaimana pek pemeliharaan dilaksanakan, dll.

Tabel 6.1: Contoh rincian tugas pekerjaan pemeliharaan rutin, untuk bagian puncak
dan lereng tubuh bendungan.
PEMELIHARAAN TUBUH BENDUNGAN URUGAN FREKWENSI
Pengendalian Erosi: Periksa erosi per
Perbaiki erosi dengan membuang material lepas dan ganti dengan triwulan dan
pengisian material yang dipadatkan. Tambahkan kerikil dan tanah setelah terjadi
berbatu atau tanam rumput untuk mencegah erosi . hujan ekstrim
Pengendalian Vegetasi: Paling sedikit
Pemotongan rumput setiap 6 bulan atau lebih sesuai dengan hasil setiap 6 bulan.
pemantaun pada permukaan bendungan. Ketinggian rumput tidak
bolehmelebihi 20 cm.
Buang pepohonan dan semak. JANGAN MEMBUANG POHON
DENGAN DIAMETER BATANG LEBIH DARI 15 CM TANPA
PETUNJUK DARI TENAGA AHLI.
Pengendalian liang binatang: Periksa liang
Perbaiki liang binatang dengan pengisian kembali dan dipadatkan. Jika binatang bulanan.
liang terlalu dalam, minta petunjuk dari tenaga ahli untuk perbaikan. Singkirkan atau
Lakukan upaya pencegahan jangan sampai terjadi binatang membuat basmi binatang
liang pada tubuh bendungan. pembuat liang

56
Pembuangan material longsoran dan sampah Periksa longsoran
Singkirkan material longsoran dan sampah pada bagian lereng hulu, dan sampah
saluran pengarah pelimpah, dan saluran pembawa. setiap bulan.
Pemeliharaan Pelindung Lereng: Periksa pelindung
Riprap: Perbaiki bagian rip rap yang runtuh (beaching) dan lereng setiap
kembalikan seperti kondisi semula dengan menutup kembali timbunan tahun.
tanah yang tererosi, menghampar lapisan filter dan material rip rap.
Perbaiki rongga-rongga diantara batu riprap dengan mengisi batu
pengunci.
Soil-Cement: Perbaiki soil-cement yang rusak dengan cara menambal
menggunakan beton.
Catatan: Jika masalah pada pelindung lereng masih tetap terjadi,
konsultasikan dengan tenaga ahli untuk perubahan desain pelindung
lereng.
Pemeliharaan Sistem Drainasi: Periksa saluran
Bersihkan material penyumbat saluran/pipa drainasi. Singkirkan drainasi setiap
tumbuhan atau tanah yang menyumbat drainsi. Pelihara pengaman bulan.
atau kisi-kisi di outlet saluran/pipa drainasi yang berfungsi untuk
mencegah masuknya binatang.
Catatan: Jika tersumbatnya saluran drainasi tidak pada bagian oulet, Periksa alat ukur
konsultasikan dengan tenaga ahli untuk mengetahui penyebab dan dan ukur debit
cara mengatasinya. rembesan setiap
Pantau rembesan pada tubuh bendungan dengan mengukur debit bulan
rembesan pada alat ukur debit atau menggunakan alat stop watch dan
gelas ukur.

Pemelihraan Jalan di Puncak Bendungan: Periksa puncak


Lapisan Aspal: Tutup retakan yang terjadi akibat beban yang bekerja bendungan setiap
atau penuaan. Laporkan kepada tenaga ahli apabila retakan yang ada bulan
berkembang membesar atau timbul retakan baru.
Jalan Kerikil: Ratakan bagian yang tererosi. Tambahkan kerikil sesuai
kebutuhan.
Railing Pengaman: Perbaiki bagian yang rusak dan lakukan
pengecatan permukaan besi sesuai kebutuhan. Apabila terjadi
pergeseran atau ketidak lurusan railing karena pergerakan fondasinya
laporkan ke tenaga ahli.
Umum: Singkirkan semua kotoran dan sampah yang mengganggu.
Pemelihraan Level Puncak Bendungan: Periksa secara
Jaga level puncak bendungan sesuai desain dengan pengukuran visual puncak
ketinggian. Tambahkan material pada bekas roda atau penurunan bendungan setiap
dalam sekala kecil. bulan
Lakukan survey
Laporkan apabila terjadi penurunan ketinggian yang signifikan atau
pengukuran
penurunan ketinggian yang berlanjut.
puncak bending-
an setiap tahun

57
6.6. Rangkuman
a. Pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang sangat penting untuk menjaga agar:
bendungan, bangunan pelengkap dan semua fasilitasnya selalu dalam kondisi aman
dan berfungsi baik sehingga siap dioperasikan pada semua kondisi operasi.
b. Secara garis besar kegiatan pemeliharaan bendungan dapat dibedakan menjadi dua
kelompok kegiatan, yaitu:
1). Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance): dilakukan untuk mencegah
terjadinya kemerosotan mutu atau kerusakan pada bendungan dan bangunan
pelengkapnya. Kegiatan pemeliharaan ini meliputi:
- Pemeliharaan terjadwal (scheduled maintenance), dilaksanakan secara rutin
dan berkala, dan
- Pemeliharaan pemeriksaan atau pemeriksaan pemeliharaan (monitored
maintenance).
2). Pemeliharaan tak terduga (extra ordinary maintenance): dilakukan sesuai
kebutuhan untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi, kerusakan akibat
kemerosotan mutu, banjir, vandalisme dan lain-lain.
c. Setiap bendungan harus memiliki rencana/program kegiatan pemeliharaan
pencegahan terjadwal yang meliputi pemeliharaan rutin dan pemeliharaan berkala.
d. Pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan di lapangan harus selalu dicatat oleh petugas
OP untuk kemudian dilaporkan kepada pemilik/atasan pengelola bendungan dan
sebagai dokumen yang harus disimpan oleh pengelola bendungan.

6.7. Latihan
Pilih jawaban yang paling benar
1) Secara garis besar kegiatan pemeliharaan bendungan dapat dibedakan menjadi dua
kelompok kegiatan, yaitu:
a. Pemeliharaan tubuh bendungan dan waduk;
b. Pemeliharaan tubuh bendungan dan bangunan pelimpah;
c. Pemeliharaan pencegahan dan pemeliharaan tak terduga.
2) Yang di maksud dengan pemeliharaan pencegahan adalah:
a. Pemeliharaan untuk mencegah terjadinya keruaskan pada peralatan
hidromekanik;
b. Pemeliharaan untuk mencegah kerusakan pada tubuh bendungan;
c. Pemeliharaan yang dilaksanakan secara rutin dan berkala untuk memperpanjang
umur layanan komponen-komponen bendungan dan peralatannya, serta untuk
menghindari terjadinya kerusakan yang biaya perbaikannya mahal.
3) Pemeliharan terjadwal adalah pemeliharaan bendungan beserta komponen-
komponen pendukungnya yang dilakukan sesuai dengan jadwal yang

58
direncanakan. Ditinjau dari waktu pelaksanaannya, pemeliharaan terjadwal dapat
dibagi menjadi 2 (dua) kelompok kegiatan, yaitu: Pemeliharaan rutin dan
pemeliharaan berkala.
Yang dimaksud dengan pemelihraan rutin adalah pemeliharaan yang dilakukan
dengan interval waktu yang pendek seperti:
a. harian;
b. harian dan mingguan,
c. harian, mingguan dan bulanan.

Kunci jawaban:
1). c
2). c
3). c.

59
VII. PEMANTAUAN BENDUNGAN

Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta


pelatihan mampu menjelaskan garis besar pemantuan
bendungan

7.1 Umum
Bendungan akan selalu mendapat ancaman dari fenomena alam berupa banjir, gempa,
tanah longsor dan menurunnya kualitas pada bangunan dan pondasi. Sejalan dengan
perjalanan waktu, secara alami juga akan terjadi perubahan pada karakteristik struktur.
Biasanya perubahan berjalan dengan lambat dan tidak langsung dapat diamati secara
visual. Dengan pemantauan atau monitoring bendungan secara menerus, biasanya gejala
perubahan yang merugikan dapat diketahui. Sisi lain bendungan juga selalu mendapat
ancaman dari aktifitas mahkluk hidup seperti manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan.
Oleh karenanya bendungan harus dipantau dan dipelihara secara terus-menerus.

Tujuan pemantauan adalah untuk mengetahui sedini mungkin problem yang sedang
berkembang sebelum menjadi ancaman bagi keamanan bendungan, sehingga pengelola
bendungan dapat mengambil langkah koreksi atau perbaikan secara cepat dan tepat.

Lingkup kegiatan pemantauan bendungan, secara garis besar meliputi 3 kelompok


kegiatan sebagai berikut:

- Pengukuran atau pembacaan instrument


- Pemeriksaan
- Uji operasi.

Untuk lebih jelasnya silahkan lihat gambar 7.1.

7.2 Pengukuran atau Pembacaan instrument


7.2.1 Umum
Yang dimaksud dengan instrument bendungan adalah semua jenis peralatan atau
instrumen yang dipasang di dalam tubuh bendungan, fondasi bendungan atau di sekitar
bendungan untuk memantau perilaku bendungan secara berkesinambungan. Penentuan
pola/tataletak, jenis, jumlah instrumen serta cakupan pemantauannya ditentukan
berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:
- Tingkat risiko/kelas bahaya, dimensi bendungan dan volume waduk;
- Kondisi geologi, topografi dan kegempaan;

60
- Tingkat permasalahan yang ditemui pada tahap desain dan/atau pelaksanaan
konstruksinya, dll;
- Tipe bendungan;

PENGUKURAN / PEMERIKSAAN
PEMBACAAN BENDUNGAN UJI
OPERASI
INSTRUMENT

-Tekanan pori, Rutin: Berkala: Luar biasa dan Peralatan


up lift. -Harian - ½ tahunan khusus: Gempa, Hidromekanikal,
-Deformasi -Mingguan - Tahunan hujan badai, Gawar banjir
-Rembesan -Bulanan - 5 tahunan banjir besar, Minimal 1x/thn
kondisi khusus

Gambar 7.1 : Bagan macam-macam kegiatan dalam pemantauan perilaku


bendungan

Pengukuran dan pembacaan instrument, terutama ditujukan untuk mengetahui kondisi


di dalam tubuh bendungan dan pondasi. Pengukuran/pembacaan dilakukan terhadap
aspek perilaku keamanan bendungan dan beban luar, yang terdiri dari:
Aspek perilaku:
- tekanan air pori dan tekanan angkat (up lift)
- rembesan (kuantitas dan kualitas air), serta
- deformasi.
Beban luar:
- Elevasi muka air waduk,
- Sedimentasi waduk,
- Data meteorology (hujan, suhu udara)
- Gempa (bagi bendungan tinggi).
Parameter-parameter utama yang menentukan dan mempengaruhi perilaku dan
keutuhan bendungan adalah:

61
• Rembesan dan bocoran mencakup: daerah basah, sumber rembesan/bocoran,
laju remebesan/bocoran, kualitas dan kuantitas air rembesan/bocoran.
• Penurunan (deformasi vertikal) dan tinggi jagaan pada bendungan urugan,
mencakup besar dan laju penurunannya.
• Deformasi (pergeseran vertikal, horisontal) yang terjadi, internal maupun
eksternal, mencakup lokasi, laju dan besarannya.
• Tegangan air pori dan gaya angkat, mencakup variasi dan besaran.
• Tekanan internal, mencakup pola, besaran dan perubahannya.
Parameter-parameter utama yang erat kaitannya dengan perilaku bendungan serta jenis
instrumen yang diperlukan untuk pemantauan, berikut contoh permasalahannya disajikan
pada Tabel 7.1.

7.2.2. Frekwensi pembacaan


Pada prinsipnya, semakin sering semakin baik. Namun agar efektif dan efisien, frekwensi
pembacaan pada kondisi normal biasanya ditentukan berdasarkan kebutuhan, yakni
dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti tingkat risiko dan kelas bahaya
bendungan, dimensi bendungan dan volume tampungan waduk serta tingkat
permasalahan bendungan yang bersangkutan.
Pada kondisi tidak normal atau kondisi khusus, perlu dilakukan pembacaan secara
intensif baik dengan cara peningkatan frekwensi pembacaan maupun metoda
pengukurannya untuk mengetahui setiap perkembangan yang terjadi. Kondisi khusus
adalah kondisi internal dan atau eksternal di luar normal/luar biasa yang dapat
mempengaruhi atau “mengancam” keamanan bendungan baik sebagian atau
keseluruhan. Kondisi ini biasanya ditunjukkan oleh adanya anomali data bacaan
instrument yang signifikan terhadap parameter-parameter yang ditetapkan di dalam
desain atau trend data bacaan instrument.
Jenis dan frekwensi pembacaan intrument disajikan pada tabel 7.2. Hasil pembacaan
dicatat oleh petugas lapangan, diplot dalam bentuk grafik, kemudian secara berkala
dikirim kekantor induk untuk dievaluasi oleh engineer yang berpengalaman dan setiap
tahun sekali dibuat laporan pemantauan bendungan tahunan yang digabung dengan
lapoaran operasi dan pemeliharaan menjadi Laporan Tahunan Operasi Pemeliharaan dan
Pemantauan. Alur analisis data instrument disajikan dalam ilustrasi gambar 7.2.

7.2.3 Perawatan dan Kalibrasi Instrumen


a. Perawatan : tata cara perawatan instrumen mencakup cara-cara mengatasi
permasalahan, pembersihan, pelumasan, dan lain-lainnya biasanya telah diuraikan
secara rinci di dalam manual yang dikeluarkan oleh pabrik. Secara umum, dalam
perawatan instrumen perlu mencermati hal-hal sbb:
• Instrumen harus diusahakan tetap bersih dan kering agar dapat befungsi lama
dan dapat diandalkan.
• Bagian-bagian yang bergerak/berputar harus dibersihkan dan diberi pelumas
secara teratur pada selang waktu tertentu.

62
• Pita ukur setelah digunakan harus dicuci agar terhindar dari bahan-bahan
pengikis dan/atau bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan karat.
• Baterai atau aki (accu) yang digunakan untuk peralatan baca harus diupayakan
agar tidak mati mendadak, dengan cara mengecek/mengisi air aki secara
teratur. Hal ini untuk mencegah pengaruhnya terhadap memori pembacaan.
• Tutup dan sumbat yang digunakan pada peralatan baca harus dibersihkan dan
diganti. Penggantian dilakukan saat peralatan sedang tidak digunakan
• Komponen-komponen elektrik dan mekanik pada peralatan baca, hendaknya
dijaga secara hati-hati, baik penempatan/penyimpanannya, pengangkutannya
maupun instalasinya.
Bagian-bagian tertentu mungkin memerlukan peralatan cadangan untuk
persediaan penggunaan jangka panjang.
b. Kalibrasi penggunaan: dilakukan dalam rangka memeriksa fungsi dan
ketepatan pembacaan instrumen selama masa penggunaannya. Kalibrasi dapat
dilakukan secara insitu atau dibawa ke Laboratorium dengan jadwal yang teratur.
Kalibrasi instrumen, prosedur maupun jadual pelaksanaannya biasanya telah
diuraikan secara rinci di dalam manual yang diterbitkan oleh pabrik pembuatnya.

Gambar 7.2 : ilustrasi pembacaan instrumen sampai dengan evaluasi datanya oleh
enjineer di kantor pengelola bendungan.

63
Tabel 7.1. Parameter Pemantauan dan Instrumentasinya

Parameter Instrumen Pengukuran Contoh Masalah Tipe


Bendungan
Bocoran Saluran Drainase, Kualitas dan Retakan dan U/B
V-Notch dan Am- kuantitas, asal- atau erosi inter-
bang Tajam, dll usul rem-besan nal

Pelengkungan Teropong optik, Survai Akurasi Pergerakan U/B


( Kolimasi) EDM Tinggi/Pelurusan

Tekanan Pori Pisometer Tekanan Air inter- Bocoran pada U/B


nal dalam tanah inti atau batuan
fondasi

Pengangkatan Pisometer Tekanan air Ketidakstabilan, U/B


internal di dalam longsoran
beton atau batuan
fondasi

Penurunan Monumen/Patok Survai Akurasi Miring (B) atau U/B


Geser, EDM Tinggi/ hilangnya tinggi
Penurunan pada jagaan (U),
puncak ben- misalnya penu-
dungan runan inti atau
deformasi pada
batuan fondasi

Alat Ukur Penurunan


Penurunan internal / relatif
Internal

Deformasi Monumen/Patok Defleksi Gerak-gerak U/B


Eksternal geser, EDM, permukaan setempat, keti-
Ekstensometer dak-stabilan
Permukaan

Deformasi Inklinometer, Alat- Gerak-gerak Ketidakstabilan- U


Internal/Regangan Ukur Regangan, internal (relatif) awal
Ekstensometer

Beban dan Sel-Tekanan Tekanan Total Retak-retak U


Tekanan hidrolik dan
erosi internal

Keterangan:
U = Bendungan Urugan
B = Bendungan Beton

64
Tabel 7.2 : Frekwensi minimal pembacaan instrumen

65
Gambar 7.3 : Ilustrasi perbedaan muka air tanah dan
kondisi artesis/tekanan pori

Gambar 7.4 : Perbedaan Pisometer pipa terbuka/sumur observasi dengan


pisometer Casagrande

66
Gambar 7.5 : Prinsip kerja pisometer pneumatic (atas)
dan elektrik (bawah)

Gambar 7.6 : Contoh penempatan pisometer hidrolik pada tubuh bendungan

67
Gambar 7.7 : Contoh grafik hasil pembacaan pisometer elektrik Bendungan Sermo

7.3. Pemeriksaan bendungan


Pemeriksaan bendungan, secara umum dilakukan untuk mengetahui:
- gejala/tanda-tanda perilaku bendungan;
- perubahan kondisi bendungan;
- mengidentifikasi potensi masalah atau masalah yang sedang berkembang.
- dan lain-lain.
7.3.1. Jenis pemeriksaan bendungan berdasar metodenya
Berdasar metode pemeriksaan, pemeriksaan bendungan dapat dibedakan menjadi:
pemeriksaan visual dan pemeriksaan bawah air.
a. Pemeriksaan visual adalah: pemeriksaan terhadap obyek yang berada diatas tanah
dan diatas air. Obyek yang diperiksa antara lain permukaan puncak dan lereng
tubuh bendungan, bangunan pelengkap, tebing tumpuan, waduk, perlatan
hidromeknik-elektrik, dll.
b. Pemeriksaan bawah air adalah: pemeriksaan terhadap obyek dibawah air, lazim
disebut pemeriksaan bawah air. Obyek yang diperiksa antara lain:
- permukaan lereng hulu bdgn (sink hole, longsoran,
kemerosotan mutu lapis lindung)
- kolam peredam energi dan kolam loncat air (erosi, gerusan)
- muka hulu bendungan beton (retakan, kemerosotan mutu,

68
bukaan sambungan).
Pemeriksaan dilakukan dengan cara: penyelaman, pemeruman (eco sounding),
menggunakan kamera bawah air (ROV).

7.3.2. Pemeriksaan Oleh Pemilik/Pengelola Bendungan.


Pemilik/pengelola bendungan berkewajiban melakukan pemeriksaan bendungan yang
meliputi:
1). Pemeriksaan rutin: dilakukan dengan selang waktu pendek spt: harian, mingguan,
bulanan (lihat tabel frekwensi dibawah).
2). Pemeriksaan berkala biasa: dilakukan sekurang-kurangnya 2x pertahun.
3). Pemeriksaan besar (berkala 5 tahunan): pemeriksaan secara menyeluruh thdp
aspek teknis & non teknis dalam rangka evaluasi keamanan bendungan, dilakukan
secara berkala sekurang-kurangnya 1x dlm 5 tahun.
4). Pemeriksaan luar biasa: dilakukan segera setelah terjadinya banjir besar, badai,
gempa bumi, sabotase.
5). Pemeriksaan khusus: dilakukan segera setelah terjadi kondisi khusus yang
mengancam keamanan bendungan, seperti: longsoran besar, retakan besr,
amblesan besar, dll.

7.3.3. Frekwensi pemeriksaan


Frekwensi pemeriksaan ditetapkan berdasarkan: tahap operasi/ umur, karakteristik dan
perilaku bendungan/kondisi keamanan bendungan.

Tabel 7-1 : Frekwensi pemeriksaan bendungan

7.3.4. Pemeriksaan rutin


a. Tujuan pemeriksaan rutin untuk mengetahui antara lain:
- gejala/tanda-tanda perilaku bendungan,
- perubahan kondisi bendungan dan komponen-komponennya,
- serta hal lain yang dampaknya berpotensi mengganggu fungsi dan
keamanan bendungan, yang nampak dari pengamatan visual.

69
Gejala perilaku bendungan sebagaimana dimaksud diatas meliputi:
- aspek deformasi seperti: pergeseran, penurunan, sembulan/pengangkatan,
retakan, dll;
- aspek hidrolis seperti: erosi permukaan, erosi/gerusan pada: kaki
bendungan, bangunan pengeluaran, fondasi, tumpuan, dll.
- aspek rembesan seperti: perubahan debit dan perubahan warna rembesan,
munculnya daerah basah, bocoran, aliran buluh, didih pasir, lobang benam
(sink hole), pelarutan material bendungan atau fondasi, dll.
b. Frekuensi pemeriksaan: harian, mingguan, bulanan.
c. Pelaksana pemeriksaan rutin: petugas OP lapangan (juru dan pengamat)
7.3.5. Pemeriksaan berkala biasa:
a. Tujuan pemeriksaan berkala, untuk mengetahui a.l. :
- gejala perilaku bendungan (dari hasil pemeriksaan lapangan dan data
instrument bendungan);
- perubahan kondisi bendungan dan komponen-komponennya;
- kerusakan yang terjadi;
- kondisi instrument dan peralatan hidromekanik;
- penurunan mutu, dan
- hal-hal lain yang dampaknya berpotensi mengganggu fungsi dan keamanan
bendungan.
b. Frekuensi pemeriksaan; dilakukan minimal 2x per tahun, yaitu:
- Saat musim kemarau pada m.a.waduk terendah sehingga dapat dilakukan
pemeriksaan lereng hulu bendungan secara maksimal.
- Saat musim hujan pada kondisi air waduk penuh, untuk mengetahui perilaku
dan performance bendunga saat menerima beban air waduk secara penuh.
c. Pelaksana pemeriksaan berkala biasa: pemeriksa/supervisor (engineer
pengelola bendungan) bersama petugas lapangan (juru dan pengamat)
d. Laporan pemantauan berkala: terdiri dari laporan pemantuan tengah
tahunan dan laporan tahunan OPP (Operasi, Pemeliharaan dan Pemantauan).
Laporan pemantauan tengah tahunan: dibuat pada akhir tengah tahun
pertama setelah pelaksanaan pemeriksaan berkala. Isinya meliputi: laporan hasil
pemeriksaan lapangan, data bacaan instrument beserta evaluasinya termasuk
perihal yang disebutkan pada butir 7.3.a. diatas.
Laporan tahunan OPP: dibuat pada akhir tengah tahun ke 2 isinya
merupakan gabungan rangkuman laporan Operasi, Pemeliharaan dan
Pemantauan disebut Laporan tahunan OPP.
e. Isi laporan tahunan OPP:
Isil laporan tahunan OPP paling tidak mencakup hal-hal sbb:

70
- Hasil pemeriksaan visual, termasuk identifikasi komponen / bagian-bagian
yang memerlukan perawatan / pemeliharaan/ perbaikan;
- Hasil uji operasi semua peralatan yang terkait dengan keamanan bendungan;
- Hasil pemantauan perilaku bendungan, yang meliputi aspek deformasi,
rembesan, tekanan pori dan tekanan angkat (uplift).
- Interpretasi data instrumentasi: bandingkan hasil data pemantauan dengan
asumsi desain, dan untuk bendungan lama bandingkan pula dengan trend data
pemantauan instrumentasi;
- Kondisi peralatan instrumentasim bendungan (berfungsi baik, rusak?);
- Hasil pelaksanaan operasi;
- Hasil pelaksanaan pemeliharaan dan perbaikan;
- Kejadian khusus/musibah dan peristiwa (accident and incident);
- Evaluasi pelaksanaan program OP;
- Kegiatan pemeriksaan/inspkesi dan studi yang dilakukan pada tahun yang
bersangkutan.

f. Distribusi laporan berkala, laporan disampaikan kepada: Pemilik bendungan


atau direktorat pembina, Balai Bendungan, dan pengelola wilayah sungai yang
bersangkutan.

7.3.6. Pemeriksaan besar


Pemeriksaan dilakukan secara menyeluruh terhadap aspek teknik dan non teknik dalam
rangka evaluasi keamanan bendungan. Pada dasarnya pemeriksaan besar adalah
merupakan audit oleh auditor independen untuk memastikan bahwa pelaksanaan
pengelolaan bendungan telah sesuai dengan konsepsi keamanan bendungan dan
kaidah-kaidah keamanan bendungan yang tertuang dalam berbagai NSPM (norma,
standar, pedoman dan manual). Untuk itu dalam kegiatan pemeriksaan besar harus
dilakukan evaluasi terhadap pilar-pilar keamanan bendungan yang terdiri dari:
- keamanan struktur bendungan;
- operasi, pemeliharaan dan pemantauan;
- kesiapsiagaan tindak darurat.

a. Tujuan pemeriksaan besar, untuk :


- mengidentifikasi masalah dan potensi masalah;
- mengetahui status keamanan bendungan;
- mengetahui tindak lanjut yang diperlukan untuk meningkatkan keamanan
bendungan.

b. Frekuensi pemeriksaan besar:


Dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun

71
bagi bendungan yang memiliki kelas bahaya tinggi dan sangat tinggi dan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali
dalam 10 (sepuluh) tahun untuk bendungan rendah (<30m) yang memiliki kelas bahaya sedang dan kelas
bahaya rendah.

c. Pelaksana pemeriksaan besar:


Pemeriksaan besar dilakukan oleh tenga ahali bendungan independent yang
lazimnya dikerjakan oleh Tim konsultan yang dipimpin oleh seorang Ahli
bendungan generalis, dibantu minimal oleh ahli geologi, ahli geoteknik, ahli
hidrologi, ahli hidromekanik.
d. Pembahasan laporan dalam sidang KKB:
Laporan hasil pemeriksaan besar wajib dibahas didalam sidang Komisi Keamanan
Bendungan (KKB). Sebelum sidang KKB, tim inspeksi KKB dan tim inspeksi Balai
Bendungan lebih dulu melakukan inspeksi besar untuk mengumpulkan data
lapangan dan mengklarifikasi atas pelaksanaan pemeriksaan besar yang
dilaksanakan konsultan. Oleh karena itu pada pertengahan pelaksanaan
pemeriksaan besar, pengelola bendungan perlu mengundang tim inspeksi KKB dan
Balai Bendungan untuk melakukan inspeksi besar.
Laporan pemeriksaan besar paling tidak isinya meliputi:
1). Dokumen bendungan yang ditelaah/dikaji dan hasil kajiannya.
1) Laporan hasil pemeriksaan lapangan (visual dan bawah air);
2) Hasil uji operasi semua peralatan yang terkait dengan keamanan bendungan;
3) Hasil investigasi selama pemeriksaan besar (bila ada);
4) Evaluasi instrumentasi dan datanya;
5) Evaluasi keamanan bendungan:
- keamanan struktur bendungan: analisis structural, hidraulis, rembesan,
- sistem OPP,
- kesiapsiagaan tindak darurat;
6) Musibah dan peristiwa (accident and incident);
7) Kesimpulan dan saran/usulan untuk peningkatan keamanan bendungan.
e. Distribusi laporan
Laporan pemeriksaan besar didistribuasikan ke Pemilik bendungan atau direktorat
pembina, Balai Bendungan, dan pengelola wilayah sungai yang bersangkutan.

72
Tabel 7-2 : Klasifikasi status/kondisi keamanan suatu bendungan

7.3.7 Pemeriksaan luar biasa dan pemeriksaan khusus


Pemeriksaan luar biasa dilakukan segera setelah terjadinya keadaan luar biasa yang
meliputi: gempa bumi, hujan badai, banjir besar, sabotase, serangan disaat perang.
Pemeriksaan khusus dilakukan saat terjadi kondisi khusus yang mengancam keamanan
bendungan seperti: kerusakan pada tubuh bendungan yang terus berkembang, longsoran
besar, retakan besar, amblesan besar, munculnya bocoran pada tubuh bendungan,
lubang benam, dll.

a. Tahap pemeriksaan
Pemeriksaan luar biasa dan pemeriksaan khusus dilaksanakan dalam tiga tahap,
yaitu:
- Pemeriksaan segera oleh petugas OP lapangan;
- Pemeriksaan lanjutan oleh ahli bendungan senior;
- Inspeksi oleh tim inspeksi KKB dan atau tim inspeksi Balai Bendungan.
1). Pemeriksaan segera oleh petugas lapangan

73
Setelah terjadi kondisi luar biasa atau kondisi khusus, petugas OP lapangan
(juru dan pengamat) harus segera melakukan pemeriksaan luar biasa atau
pemeriksaan khusus. Hasil pemeriksaan segera dilaporan ke ahli bendungan
senior (enjineer supervisor) di kantor pengelola bendungan.
2). Pemeriksaan lanjutan oleh ahli bendungan senior
Setelah menerima laporan, ahli bendungan senior harus segera melakukan
pemeriksaan lapangan dan melakukan evaluasi serta kemudian menyiapkan
laporan pemeriksaan luar biasa atau laporan pemeriksaan khusus.
3). Inspeksi luar biasa/khusus oleh tim KKB dan atau Balai Bendungan
Inspeksi ini dilakukan setelah Balai Bendungan menerima laporan pemeriksaan
luar biasa atau laporan pemeriksaan khusus. Apabila dari laporan tersebut
disimpulkan terjadi indikasi ancaman yang serius terhadap keamanan
bendungan, tim KKB dan atau tim Balai Bendungan akan melakukan inspeksi
luar biasa atau inspeksi khusus.
b. Gempa bumi:
Pemeriksaan dilakukan apabila:
- magnitute gempa dan jarak pusat gempa dari bendungan seperti pada tabel
7.3, atau
- gempa yang terjadi memiliki percepatan gempa puncak (PGA) lebih besar dari
0.1 g, atau
- gempa yang terjadi telah mengakibatkan kerusakan pada bangunan-bangunan
permanen disekitar bendungan.
Pemeriksaan oleh petugas lapangan dilakukan dengan frekwensi minimal 1x
perminggu selama minimal 6 minggu.

Tabel 7.3 : Besaran dan jarak sumber gempa untuk inspeksi luar biasa

74
c. Banjir besar:
Pemeriksaan dilakukan sebelum terjadi banjir besar dan sesudahnya. Apabila dari
peramalan banjir (flood forecasting) diperkirakan akan terjadi banjir besar, petugas
OP harus segera melakukan pemeriksaa pada pelimpah untuk mengetahui kesiapan
operasi pelimpah untuk memastikan pintu pelimpah siap dioperasikan dan tidak
terjadi hambatan disepanjang saluran pelimpah. Pemeriksaan juga dilakukan pada
lokasi-lokasi yang perlu perlindungan khusus terhadap banjir.
Pemeriksaan setelah banjir dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya
kerusakan pada bagian-bagian bendungan yang perlu diperbaiki, utamanya pada
bangunan peredam enerji dan saluran dihilirnya.
d. Badai
Badai dapat menimbulkan gelombang tinggi yang merusak lereng hulu bendungan.
Selama badai lereng hulu perlu dipantau, dan perlu diantisipasi kemungkinan
terjadinya kerusakan yg perlu perbaikan segera. Setelah badai reda, perlu
pemeriksaan rinci untuk mengetahui kerusakan yg terjadi dan kebutuhan
perbaikannya.
e. Kejadian khusus
Pemeriksaan ini dilakukan setelah terjadi kejadian khusus yang mengancam
keamanan bendungan seperti: kerusakan pada tubuh bendungan yang terus
berkembang, longsoran besar, retakan besar, amblesan besar, munculnya bocoran
pada tubuh bendungan, lubang benam, dll. Pemeriksaan difokuskan terhadap
kerusakan atau ancaman keamanan bendungan yang terjadi.
f. Distribusi laporan
Laporan pemeriksaan besar didistribuasikan ke Pemilik bendungan atau direktorat
pembina, Balai Bendungan, dan pengelola wilayah sungai yang bersangkutan.

7.3.8 Pemeriksaan OP Bersama


Pemeriksan OP bersama dilaksanakan secara bersama-sama oleh personil/juru operasi,
personil pemeliharaan, personil pemantauan, Pengamat/Koordinator dan tenaga ahli
bendungan senior secara periodik minimal setiap 3 bulan. Tujuan pemeriksaan OP
bersama untuk mengetahui perubahan kondisi, kesiapan operasi, kebutuhan
pemeliharaan, kemungkinan adanya kerusakan, kebutuhan perbaikan, kebutuhan
penggantian bagian-bagian dan komponen bendungan serta untuk menyusun anggaran
biaya OP. Hasil pemeriksaan OP bersama merupakan bahan untuk penyusunan Laporan
Tahunan OPP (operasi, pemeliharaan dan pemantauan).
Uraian mengenai pemeriksaan ini dijelaskan pada sub bab 6.2.2 Pemeliharaan
Pemeriksaan.

75
7.4 Uji Operasi :
Semua peralatan yang terkait dengan keamanan bendungan harus selalu siap untuk
dioperasikan pada segala kondisi. Untuk mengetahui kesiapan alat, minimal satu tahun
sekali perlu dilakukan uji operasi. Uji operasi hendaknya dilakukan bersamaan dengan
jadwal pemeliharaan dan disinkronkan dengan pola operasi waduk. Uji dilakukan
terhadap pintu pengeluaran bawah (contoh Gambar 6-7), pintu pelimpah, system gawar
darurat (flood warning system,) dan peralatan lain yang terkait dengan keamanan
bendungan.

.3 Rangkuman

.4 Latihan

Gambar 7.5 : Contoh skematik urutan uji operasi pintu bottom


outlet

7.5. Rangkuman
Bendungan akan selalu mendapat ancaman dari fenomena alam berupa banjir, gempa,
tanah longsor dan menurunnya kualitas pada bangunan dan pondasi. Sejalan dengan
perjalanan waktu, secara alami juga akan terjadi perubahan pada karakteristik struktur.
Disamping itu bendungan juga selalu mendapat ancaman dari aktifitas mahkluk hidup
seperti manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Oleh karenanya bendungan harus
dipantau dan dipelihara secara terus-menerus.
Tujuan pemantauan adalah untuk mengetahui sedini mungkin problem yang sedang
berkembang sebelum menjadi ancaman bagi keamanan bendungan, sehingga pengelola
bendungan dapat mengambil langkah koreksi atau perbaikan secara cepat dan tepat.

76
Lingkup kegiatan pemantauan bendungan, secara garis besar meliputi 3 kelompok
kegiatan sebagai berikut:
- Pengukuran atau pembacaan instrument
- Pemeriksaan
- Uji operasi.

7.6. Latihan
Pilih jawaban yang paling benar
1). Tujuan pemantauan bendungan adalah:
a. Tujuan pemantauan adalah untuk menjaga agar tidak terjadi kerusakan
bendungan.
b. Tujuan pemantauan adalah untuk menjaga agar bendungan selalu siap
dioperasikan.
c. Tujuan pemantauan adalah untuk mengetahui sedini mungkin problem
yang sedang berkembang sebelum menjadi ancaman bagi keamanan
bendungan, sehingga pengelola bendungan dapat mengambil langkah
koreksi atau perbaikan secara cepat dan tepat.
2). Lingkup kegiatan pemantauan meliputi:
a. Pemeriksaan rutin dan pemeriksaan berkala.
b. Pemeriksaan besar dan pemeriksaan luar biasa.
c. Pengukuran atau pembacaan instrument, pemeriksaan dan uji operasi.

3). Pembacaan/pengukuran instrument bendungan dilakukan terhadap perilaku


bendungan yang meliputi aspek:
a. Tekanan air pori dan tekanan angkat, rembesan, deformasi.
b. Longsoran, retakan dan amblesan.
c. Erosi internal, erosi eksternal, piping.
Kunci jawaban:
1). c.
2). c.
3). a.

77
VIII. PEMERIKSAAN VISUAL
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta
pelatihan mampu menjelaskan garis besar pemeriksaan
visual bendungan

8-1 Umum
Pemeriksaan visual adalah merupakan bagian dari kegiatan pemantauan bendungan
yang sangat penting untuk menjaga keamanan, fungsi dan umur layanan bendungan.
Dengan pemeriksaan visual, akan diperoleh gambaran kondisi bendungan dan akan
diketahui sedini mungkin problem yang sedang mulai berkembang . Penjelasan kondisi
bendungan yang akurat dan rinci dari hasil setiap observasi pada pemeriksaan akan
mampu memberi gambaran perekembangan/perbandingan kondisi bendungan dari
waktu ke waktu.
Secara rutin pemeriksaan visual perlu dilakukan pada:
- tubuh bendungan, yakni lereng hulu dan hilir, puncak termasuk bendungan sadel;
- bangunan pelengkap dan peralatan pendukungnya, yakni pengeluaran, pelimpah;
- fondasi termasuk bukit tumpuan kanan dan kiri;
- daerah sekeliling waduk, yakni daerah di belakang bendungan, daerah tepian waduk.
Pemeriksaan visual harus dilakukan oleh tenaga yang terlatih sehingga mampu
memberikan penilaian kondisi bendungan secara akurat. Pemeriksaan visual yang
disertai dengan evaluasi terhadap data hasil monitoring instrument pada bendungan akan
mampu memberikan gambaran kondisi bendungan yang lengkap baik yang terlihat di
permukaan maupun di dalam tubuh bendungan.

Gambar 8.1, Bendungan Batutegi Lampun

78
8.2 Catatan pemeriksaan
Hal-hal yang perlu dicatat apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya
masalah/potensi masalah:
a. Apa (what): apa masalah/potensi masalah yang ditemukan.
b. Lokasi (where): dimana lokasi masalah/potensi masalah atau kondisi yang dicurigai
ataupun menimbulkan tanda tanya.
c. Kapan (when): kapan masalah/potensi masalah muncul pertama kali.
d. Ukuran/luas: panjang, lebar, kedalaman, perbedaan tinggi bagian kiri dan kanan (untuk
retakan/deformasi) , luas, dll.
e. Deskripsi detail:
Catatan mengenai temuan masalah/potensi maslah perlu dilengkapi dengan
deskripsi/penjelasan yang mencakup antara lain:
- Rembesan: debit, tingkat kekeruhan/kandungan material.
- Retakan: pola, panjang, lebar, kedalaman, adakah perbedaan ketinggian antara
sisi kiri dan kanan (offset).
- Daerah basah (wet area): luas area yang basah
- Kemerosotan mutu beton: kedalaman atau ketebalan kemerosotan mutu, laju
kemerosotan mutu normal atau sanagt cepat, dll.
Disamping itu catat pula kondisi umum bendungan seperti:
- Adanya kondisi: lembab, basah, atau jenuh, pada suatu daerah
- Kecukupan lapisan pelindung pada lereng
- Kecukupan sistem drainase permukaan
- Apakah lereng terlihat terlalu terjal?
- Apakah kemerosotan mutu berjalan sangat cepat atau normal?
- Adakah perubahan kondisi pada suatu bagian atau komponen bendungan?
- Dan lain sebagainya tergantung pada kondisi masing-masing bendungan, tidak
hanya terbatas pada contoh diatas.
f. Foto dokumentasi dan gambar sketsa
Catatan pemeriksaan juga perlu dilengkapi dengan foto dokumentasi
masalah/potensi maslah yang ditemukan, dan apabila foto belum dapat memberi
gambaran yang jelas, lengkapi dengan gambar sketsa.
d. Elevasi muka air waduk dan kondisi cuaca
Ini adalah dua hal penting yang harus selalu dicatat setiap melakukan pemeriksaan
bendungan. Kondisi cuaca yang berpengaruh pada pengamatan, khususnya hujan
yang baru turun.

8.3 Indikasi adanya problem pada bendungan


Berbagai kondisi yang sering ditemui dalam pemeriksaan visual dapat menjadi
indikasi/pertanda adanya suatu problem yang sedang berkembang, pada suatu
bendungan seperti:
• Cekungan/tonjolan lereng.
• Retakan pada: timbunan, beton, aspal, besi/baja.

79
• Pergeseran atau longsoran ( bendungan, tumpuan, keliling waduk).
• Rembesan terkonsentrasi/bocoran.
• Daerah basah/jenuh air.
• Drainase tersumbat, debit berlebihan, airnya keruh.
• Bocoran pada pertemuan antara timbunan dan tumpuan.
• Riprap tersingkap/longsor/beaching.
• Lubang/retakan beton pelindung lereng hulu.
• Rongga di bawah beton pelindung lereng hulu
• Kemerosotan mutu beton pelindung lereng hulu, pelimpah, bangunan pengeluaran
dan konstruksi lain.
• Retak, lubang, kemerosotan mutu konstruksi baja.
• Dan lain sebagainya.

8.4 Tatacara pemeriksaan


Agar catatan pemeriksaan konsisten dan pemeriksaan memperoleh hasil yang terbaik,
pelaksanaan pemeriksaan hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:
Pemeriksaan harus dilakukan mencakup seluruh bagian bendungan, dengan berjalan kaki
pada sepanjang dan seluruh areal bendungan, berulang kali sesuai kebutuhan.
Jangkauan pandang: Setiap orang umumnya mampu mengamati obyek dengan jelas
sejauh jangkauan pandang 3 sampai 30 meter pada semua arah tergantung pada bentuk
atau penutup permukaan, jenis material pada permukaan, misal rumput, beton, riprap
atau semak-semak.
Pada tempat-tempat tertentu di lereng bendungan petugas pemeriksaan hendaknya
berhenti dan melakukan pengamatan daerah sekelilingnya dengan sudut pandang 360 0
untuk memeriksa kondisi lapangan tanpa ada bagian-bagian penting pada lereng yang
terlewatkan.
Berhenti dan mengamati: Pada tempat-tempat tertentu di lereng bendungan petugas
pemeriksaan hendaknya berhenti dan melakukan pengamatan daerah sekelilingnya
dengan sudut pandang 3600 untuk memeriksa kondisi lapangan tanpa ada bagian-bagian
penting pada lereng yang terlewatkan.
Urutan: Urutan pelaksanaan kegiatan pemeriksaan tergantung pada tata letak
bendungan dan bangunan pelengkapnya. Pada umumnya agar pelaksanaan pemeriksaan
membawa hasil yang maksimal, pemeriksaan dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
– Lereng hulu
– Puncak bendungan
– Lereng hilir
– Pengamatan rembesan
– Bangunan pengeluaran
– Bangunan pelimpah
– Tepian waduk

80
Gambar 8.2, Jangkauan panadang dan lintasan jalan pemeriksaan pada lereng hilir secara
sejajar dan zig zag.

81
Gambar 8.3, Cara pemeriksaan kelurusan puncak bendungan

8.5 Persiapan pemeriksaan:


Pelajari laporan pemeriksaan sebelumnya
• Pelajari gambar desain dan konstruksi (khususnya bagi pemeriksaan berkala)
• Siapkan peralatan pemeriksaan (termasuk daftar simak, format)
• Lakukan pertemuan dengan anggota tim untuk pengaturan
• Lakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk keperluan tertentu, seperti
penutupan pintu sadap, pengeluaran.

8.6 Evaluasi hasil pemeriksaan


Evaluasi hasil pemeriksaan adalah merupakan tugas ahli bendungan senior/enjineer.
Segera setelah dilakukan pemeriksaan, hasil pemeriksaan agar dibandingkan dengan
catatan/data pengamatan sebelumnya untuk melihat kemungkinan adanya perubahan
pada bacaan atau pola/trend. Perubahan ini mungkin merupakan pertanda adanya
problem yang sedang berkembang.
Bila ditemukan adanya perubahan yang mencolok, gambar desain dan laporan akhir
konstruksi perlu dipelajari dengan seksama untuk melihat kemungkinan sebab-sebabnya.
Perubahan-perubahan atau trend yang menimbulkan tanda tanya, hendaknya dicatat
pula, tidak disembunyikan. Penjelasan rinci mengenai evaluasi hasil pemeriksaan, dapat
dilihat pada ”Pedoman Inspeksi dan Evaluasi Keamanan Bendungan”.

8.7 Frekwensi pemeriksaan visual


Bervariasi mulai dari: harian, mingguan, bulanan, dan sterusnya tergantung pada:
- Tingkat klas bahaya bendungan
- Kondisi bendungan
- Fase/tahapan/umur bendungan

82
- Obyek yang diperiksa
- Unsur/komponen yang diperiksa
Frekwensi pemeriksaan visual, untuk masing-masing komponen bendungan dapat dilhat
pada tabel 8-1.

Tabel 8-1. Frekwensi minimal yang dianjurkan untuk pemeriksaan visual

Setiap 2 minggu
1 x per minggu

3-4 x per tahun


Setiap 2 bulan

2 x per tahun

1 x per tahun
1 x per bulan
FREKWENSI PEMERIKSAAN

Puncak bendungan X
Lereng bendungan
- hilir X
- hulu X
Kontak dengan fondasi X 1)
Daerah hilir bendungan X
Tepian waduk X 3)
Galeri pengontrol (Inspection Gallery) / lorong inspeksi X
Sumuran X
Galeri drainase / lorong drainasi X
Bangunan pelimpah
- pengecekan visual (termasuk saluran luncur dan terowong) X 4)
- pengecekan fungsi, saat kering X 1)
- pengecekan fungsi, saat basah X 2)
Bangunan pengeluaran bawah
- pengecekan visual (termasuk terowong) X
- pengecekan fungsi, saat kering X
- pengecekan fungsi, saat basah X 2)
Peralatan generator darurat
- pengecekan visual X
- pengecekan fungsi X
Instrumentasi X
Jaringan titik tetap X
Telekomunikasi X
Instalasi tindakan darurat
- pengecekan visual X
- telpon X
- sistem tanpa kabel X
- pengecekan fungsi X 5)
Keterangan :
1) saat elevasi air waduk rendah
2) saat elevasi air waduk tinggi
3) saat elevasi air waduk agak tinggi
4) saat musim kemarau (vegetasi)
5) sebaiknya bersama satuan penanggulangan bencana (Satlak PB/Satkorlak PB/BPBP)

83
8.8 Saat-saat penting untuk pemeriksaan
Diluar dari frekwensi pemeriksaan diatas, ada saat-saat penting untuk dilakukan
pemeriksaan, yaitu:
• Saat diperkirakan akan turun hujan badai, lakukan pemeriksaan pada pelimpah,
saluran pengeluaran, pelindung permukaan/rip rap, dll.;
• Selama atau sesudah hujan badai;
• Selama atau sesudah terjadi angin topan;
• Segera sesudah terjadi gempa bumi;
• Pada periode pengisian pertama waduk setelah pembangunan atau rehabilitasi.

8.9 Contoh problem yang sering dijumpai dan penyebabnya


( penjelasan rinci dapat dilihat pada Modul Pemeriksaan Visual)

a. Rembesan
Problem yang sering ditemui: Penyebab timbulnya problem:
1. Rembesan keluar dari satu titik 1. Aktivitas binatang pengerat
sumber/lubang. 2. Pelaksanaan konstruksi tidak baik
2. Rembesan keluar melalui retakan. 3. Penyusutan material urugan
3. Rembesan keluar sebagai sembulan di 4. Penurunan di dalam urugan atau fondasi
fondasi. 5. Bagian dalam pipa pengeluaran pecah
4. Rembesan keluar dari titik di dekat 6. Retakan dan kekar dalam formasi geologi
bangunan pengeluaran. 7. Terdapat lapisan kerikil atau pasir
5. Rembesan keluar dari bocoran di drainase 8. Sistem drainase tidak memadai.
bawah pelimpah.
6. Rembesan keluar dari sambungan
konstruksi, kontak dengan tebing
tumpuan.
7. Rembesan yang muncul dilereng hilir
dalam bentuk daerah basah seperti
gambar 8.4

Akibat timbulnya rembesan berlebih:


1. Material urugan tererosi
2. Erosi pada fondasi
3. Kemerosotan mutu beton
4. Dinding pelimpah terguling
5. Air waduk surut
6. Urugan tidak stabil
7. Longsor
8. Material urugan jenuh
9. Erosi buluh
10. Erosi pada tebing tumpuan dan drainase
11. Keruntuhan bendungan

84
Gambar 8.5: Contoh tipikal pengendalian rembesan didalam tubuh bendungan

Gambar 8.4: Aliran rembesan yang tidak dikendalikan dengan baik, dapat
mengakibatkan munculnya daerah basah pada lereng hilir, sembulan pasir ( sand boil),
aliran buluh (piping), lubang benam (sink hole)

85
b. Lereng hulu
Problem yang sering ditemui: Penyebab timbulnya problem:
1. Lereng terjal, bagian datar, daerah 1. Hempasan ombak.
sangat terjal 2. Penurunan lokal.
2. Lubang benam 3. Erosi buluh pada material
3. Longsor, slump atau gelincir urugan/fondasi.
4. Rusak, hilangnya riprap, dan erosi di 4. Lubang kecil di dinding pipa pengeluaran.
bawah riprap 5. Kualitas batu riprap yang jelek.
5. Retakan besar, retak susut, dan retakan 6. Batu-batu berukuran seragam hingga
pada permukaan beton yang merosot tidak saling mengunci.
mutunya 7. Penyusutan tanah karena kekeringan.
6. Lubang binatang pengerat 8. Aktifitas binatang pengerat.
9. Kemerosotan mutu pada rip rap dan
beton.
10. Lereng terlalu terjal.
11. Bagian urugan/fondasi bergerak.
12. Vandalisme/tangan jahil.
Akibat:
1. Lebar dan tinggi urugan berkurang.
2. Rembesan bertambah.
3. Air waduk limpas diatas bendungan.
4. Waduk kosong.
5. Urugan bergerak sepanjang bidang gelincir.
6. Tanah di belakang lapisan beton tererosi dan terbentuk rongga.
7. Lapisan beton yang tidak ada dukungannya retak.
8. Tanah di bawah riprap tererosi.
9. Sistem pengeluaran terhambat oleh longsoran.
10. Keruntuhan bendungan.

c. Puncak bendungan
Problem yang sering ditemui: Penyebab timbulnya problem:
1. Retakan memanjang/melintang/kering 1. Penurunan tidak merata.
2. Pergeseran vertikal. 2. Deformasi (perubahan bentuk).
3. Ketidaklurusan bentuk. 3. Pergerakan vertikal.
4. Cekungan. 4. Erosi pada material urugan/timbunan.
5. Lubang benam. 5. Erosi angin.
6. Parit. 6. Erosi buluh/piping.
7. Alur rembesan. 7. Lubang di dalam saluran pengeluaran.
8. Genangan. 8. Aktifitas binatang pengerat.
9. Tanaman liar selain rumput. 9. Perataan dan drainase yang jelek.
10. Alur bekas roda. 10. Kapasitas pelimpah tidak memadai.
11. Tidak ada prosedur pemeliharaan yang
benar.
12. Lenturan (defleksi) tidak merata.
13. Lalu lintas kendaraan berat.
14. Penyusutan dan pemuaian material
urugan/timbunan

86
Akibat:
1. Terbentuk alur di dalam urugan
2. Daerah urugan yang berdekatan menjadi jenuh
3. Bagian urugan melemah
4. Penampang lintang urugan berkurang
5. Pergerakan struktur
6. Deformasi
7. Tinggi jagaan berkurang
8. Terbentuknya goa
9. Tanah mengelupas
10. Erosi buluh
11. Menyulitkan pelaksanaan inspeksi, operasi dan pemeliharaan

d. Lereng hilir
Problem yang sering ditemui: Penyebab timbulnya problem:
1. Erosi 1. Hujan badai.
2. Retak memanjang/melintang 2. Kekeringan dan penyusutan material.
3. Longsor 3. Penurunan tidak merata pada urugan.
4. Amblesan 4. Hilangnya kekuatan material urugan.
5. Lubang benam 5. Pemadatan tidak memadai.
6. Rembesan 6. Aktifitas binatang pengerat.
7. Erosi buluh 7. Akar pohon-pohon besar dan semak-
8. Kerusakan lereng semak.
8. Lintasan binatang ternak.
9. Erosi buluh

Akibat:
1 Rembesan air waduk lewat tubuh bendungan
2. Penurunan atau longsor
3. Erosi pada zona kedap air
4. Memperpendek alur rembesan
5. Menghalangi pandangan pada saat inspeksi visual
6. Mutu lereng hilir merosot
7. Keruntuhan bendungan

e. Bangunan pengeluaran
Problem yang sering ditemui: Penyebab timbulnya problem:
1. Pipa pengeluaran rusak (retak, 1. Penurunan.
lubang, sambungan yang tidak 2. Tekanan.
pas). 3. Karat.
2. Kebocoran kelep. 4. Erosi.
3. Balok penyangga, stang pintu 5. Vibrasi.
dan pemegang stang patah. 6. Kavitasi.
4. Ujung bangunan pengeluaran 7. Aus.
rusak/runtuh. 8. Saringan sampah hilang/rusak.
5. Erosi di kaki bendungan. 9. Kemerosotan mutu pada beton.

87
10. Pintu dibuka dengan paksa.
11. Kualitas beton jelek.
12. Tidak ada kolam peredam energi
di ujung hilir gorong-gorong.

Akibat:
1. Terbentuk jalur air keluar masuk ke dalam pipa
2. Pintu tidak dapat dioperasikan
3. Sistem pengeluaran tidak dapat dioperasikan
4. Stang patah jika dipaksakan dibuka/ditutup
5. Kebocoran dan hilangnya dukungan pada daun pintu
6. Urugan tererosi oleh air dari pengeluaran
7. Pengelupasan tanah di kaki hilir

8.10. Rangkuman
Pemeriksaan visual adalah merupakan bagian dari kegiatan pemantauan bendungan
yang sangat penting untuk menjaga keamanan, fungsi dan umur layanan bendungan.
Dengan pemeriksaan visual, akan diperoleh gambaran kondisi bendungan dan akan
diketahui sedini mungkin problem yang sedang mulai berkembang. Penjelasan kondisi
bendungan yang akurat dan rinci dari hasil setiap observasi pada pemeriksaan akan
mampu memberi gambaran perkembangan/perbandingan kondisi bendungan dari waktu
ke waktu.
Secara rutin pemeriksaan visual perlu dilakukan pada:
- tubuh bendungan;
- bangunan pelengkap dan peralatan pendukungnya;
- fondasi termasuk bukit tumpuan kanan dan kiri;
- daerah sekeliling waduk.
Pemeriksaan visual harus dilakukan oleh tenaga yang terlatih sehingga mampu
memberikan penilaian kondisi bendungan secara akurat. Pemeriksaan visual yang
disertai dengan evaluasi terhadap data instrument pada bendungan akan mampu
memberikan gambaran kondisi bendungan yang lengkap baik yang terlihat di permukaan
maupun di dalam tubuh bendungan.

8.11 Latihan.
1) Hal-hal yang perlu dicatat apabila dalam pemeriksaan bendungan ditemukan
adanya masalah/potensi masalah adalah:
a. Rembesan, retakan, longsoran, dll.
b. Rembesan, tekanan pori, up lift, deformasi.
c. Apa masalahnya, lokasi, kapan, ukuran/luas, deskripsi detail.
2). Diskripsi yang perlu ditulis untuk problem retakan adalah:
a. bentuk penampang retakan, panjang, lebar, kedalaman, adakah perbedaan
ketinggian antara sisi kiri dan kanan;

88
b. pola, panjang, lebar, kedalaman, adakah perbedaan ketinggian antara sisi kiri
dan kanan;
c. pola, panjang, lebar, kedalaman, adakah perbedaan lebar retakan;
3). Kondisi dibawah dapat menjadi indikasi adanya problem yang sedang
berkembang pada bendungan:
a. Rembesan, retakan, longsoran, dll.
b. Gempa bumi.
c. Hujan badai.

Kunci jawaban
1). c
2). b
3). a

89
BAB IX
PENUTUP

9.1 Simpulan
Sejalan dengan umur bendungan, bendungan akan selalu mendapat ancaman
dari fenomena alam berupa panas, dingin, hujan dan juga mahkluk hidup,
sehingga sejalan dengan umur bendungan akan terjadi proses pelekangan (deterioration)
dan juga perusakan-perusakan oleh mahkluk hidup. Agar proses tersebut tidak berjalan
diluar rencana maka bendungan harus dioperasikan dan dipelihara secara dengan baik.
Kegiatan operasi dan pemeliharaan bendungan adalah merupakan suatu
kegiatan yang sangat penting untuk menjaga agar bendungan dapat berfungsi
dengan baik sehingga memberikan manfaat sesuai dengan rencana dan
keamanan (safety) bendungan tetap terjaga.
Kegiatan operasi dan pemeliharaan yang tidak sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan, akan mengurangi efektifitas bendungan dan bahkan dapat
membahyakan kesalamatan bendungan yang bersangkutan.
Lingkup kegiatan OP bendungan meliputi: operasi bendungan, pemeliharaan bendungan
dan pemantauan bendungan.
Agar penyelenggaran OP dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, dalam
penyelenggaraan OP perlu menerapakan menejemen penyelenggaraan OP yang memiliki
3 tahapan kegiatan, yaitu: Planing, Implementasi dan Evaluasi.

9.2. Tindak lanjut


Agar dapat memahami benar modul Prinsip OP Bendungan ini, peserta pelatihan perlu
membekali diri lebih dulu dengan pemahaman mengenai desain dan pelaksanaan
konstruksi bendungan, oleh karenanya hendaknya peserta pelatihan juga mempelajari
modul-modul perencanaan bendungan, modul-modul pelaksanaan konstruksi
bendungan dan modul-modul OP Bendungan.
Terimaksih, zainuddinzain2000@yahoo.com

LATIHAN

1. Siklus menejemen penyelenggaraan OP bendungan memiliki 3 tahapan kegiatan


pokok, sebutkan.
2. Sebutkan macam-macam kegiatan yang dilakukan pada tahap planing.
3. Dilihat dari jenis operasinya, operasi waduk dibedakan menjadi operasi normal,
operasi darurat dan operasi banjir. Jelaskan apa yang dimaksud dengan operasi
tersebut.

90
4. Sebutkan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan pola
operasi waduk.
5. Sebutkan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan rencana
operasi waduk.
6. Jelaskan apa tujuan pemantauan bendungan.
7. Sebutkan 3 macam kegiatan pokok pemantauan bendungan.
8. Sebutkan macam-macam pemeriksaan yang harus dilakukan oleh
pemilik/pengelola bendungan.

KUNCI JAWABAN

1. Tiga tahap kegiatan pokok siklus manajemen penyelenggaraan OP bendungan


yaitu: planing, implementasi, evaluasi.
2. Kegiatan yang dilakukan pada tahap planing adalah:
- mengidentifikasi macam-macam kegiatan OP yang perlu dilakukan pada suatu
bendungan, dan metetapkan frekuensi masing-masing kegiatan OP tersebut;
- menyusun prosedur operasi;
- Membuat system dokumentasi bendungan;
- Menulis rencana OP atau Panduan OP.
3. Dilihat dari jenis operasinya, operasi waduk dibedakan menjadi:
- Operasi normal, atau operasi sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan air dihilir;
- Operasi banjir, operasi yang dilakukan pada saat banjir untuk menjaga agar muka
air di waduk tidak melampaui batas elevasi muka air waduk yang direncanakan
di dalam pola operasi waduk, atau dalam rangka pengendalian banjir dihilir
bendungan yang dilakukan dengan mengatur keluaran air waduk lewat pintu-
pintu pada bendungan.
- Operasi darurat, operasi yang dilakukan pada saat terjadi keadaan darurat yang
dilakukan dengan cara menurunkan muka air waduk secara cepat untuk
mengurangi ancaman bahaya yang terjadi atau menunda terjadinya keruntuhan
bendungan.

4. Faktor yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan pola operasi waduk:


1). Kondisi aliran sungai pada “tahun basah” untuk grafik batas atas dan “tahun
kering” untuk batas bawah → berdasar hasil pengamatan debit bulanan jangka
panjang.

91
2). Kebutuhan air yang harus terpenuhi sesuai Rencana Pokok Penyediaan Air.
Untuk irigasi, biasanya ada keputusan dari Gubernur/Pemda tentang rencana
tanam, musim tanam rendeng dan gadu pada setiap tahun. Rencana
penyediaan air disusun berdasar kebutuhan air irigasi dan berbagai kebutuhan
lain seperti PLTA, air baku dll.
3). Pengeluaran air dari waduk dihulu untuk kondisi musim basah dan kering.
Untuk bendungan kaskade seperti bendungan Jatiluhur harus
mempertimbangkan pengeluaran air dari waduk dihulunya yaitu: Cirata dan
Saguling.
4). Kapasitas palung sungai di daerah hilir. Pengeluaran air waduk melebihi
kapasitas palung sungai akan menimbulkan banjir, khususnya didaerah rendah.
5). Program pemeliharaan sarana-sarana hidromekanik dan listrik seperti: unit
PLTA, katup dan pintu, tail race, dll.
6). Keamanan bendungan, seperti adanya potensi longsoran akibat penurunan air
waduk yang terlalu cepat atau terlalu rendah. Untuk bendungan dengan
pelimpah berpintu, penetapan CWL (control water level) yang terlalu tinggi
atau penetapan awal masa recovery yang tidak tepat waktu dapat
menyebabkan over topping.

5. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan a.l :


1). Prakiraan ketinggian muka air pada awal tahun.
2). Informasi ramalan musim yang dihadapi, dari BMKG.
3). Prakiraan lengkung debit sungai.
4). Kondisi/kesiapan unit pembangkit listrik dan prasarananya (bila bendungan
memiliki PLTA).
5). Rencana tahunan kebutuhan air (irigasi, air baku, PLTA)
6). Sasaran khusus produksi listrik/padi dari pemerintah (bila ada, seperti pada
tahun 2007 pemerintah mentargetkan kenaikan produksi padi sebesar 2 juta
ton).
7). Kebutuhan ketinggian muka air untuk menunjang olah raga, misal atas
permintaan KONI untuk kegiatan pertandingan olahraga nasional (PON),
atau pertandingan internasional.
6. Tujuan pemanatauan bendungan: untuk mengetahui sedini mungkin problem
yang sedang berkemanag sbelum menjadi ancaman yang nyata bagi bendungan,
sehinggi pemilik bendungan dapat melakukan tindakan/koreksi/perbaikan
dengancepat dan tepat.
7. Tiga kegiatan pokok pemantauan bendungan:

92
- Pengukuran/pembacaan instrumen beserta evaluasi datanya, yang meliputi:
instrumen untuk pemantauan tekanan pori/uplift, deformasi, rembesan.
- Pemeriksaan bendungan yang meliputi pemeriksaa rutin, berkala biasa,
pemeriksaan besar, pemeriksaan luar biasa dan pemeriksaan khusus.
- Uji operasi bagi semua peralatan yang terkait dengan keamanan Bendungan,
minimal sekali dalam setahun.

93
DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Maret 2003, Pedoman Operasi dan
Pemeliharaan Bagian 1, Umum
2. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Maret 2003, Pedoman Operasi dan
Pemeliharaan Bagian 2, Pengelolaan, Operasi dan Pemeliharaan.
3. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Maret 2003, Pedoman Operasi dan
Pemeliharaan Bagian 3, Sistem Instrumentasi dan Pemantauan.
4. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Maret 2003, Pedoman Operasi dan
Pemeliharaan Bagian 5, Operasi dan Pmemeliharaan Peralatan Hidromekanik dan
Elektrik.
- Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Maret 2003, Pedoman Inspeksi dan Evaluasi
Keamanan Bendungan.
- Permen PUPR nomor 27/PRT/M/2015 tentang Bendungan.
7. Suyono Sosrodarsono Ir, Kensaku Takeda, Pradnya Paramita 1976, Bendungan
type urugan.

8. SNI No. 03-1731-1989 tentang Tata Cara Keamanan Bendungan.


9. State Engineer’s Office State of Colorado, June 1983, Dam Safety Manual.
10. Larry R. Harp - Corps of Engineers, Charles E.Karpowicz - National Park Service,
Darrel E.Krause - Bureau of Reclamation, Lloyd Laudenschlager - Soil Conservation
Service, Brian R.Long - Association of State Dam Safety Officials (State of West
Virginia), Training Aids for Dam safety, Module How to Oganize an Operation and
Maintenance Program.

94
GLOSARIUM

1. Deterioration : Kemerosotan mutu akibat proses pelapukan atau


pelekangan
atau sebab yang lain.

2. Preventive maintenance : Pemeliharaan bendungan yang dilaksanakan secara


rutin dan
berkala untuk mencegah terjadinya kemerosotan mutu
atau kerusakan pada bendungan dan bangunan
pelengkapnya. Kegiatan pemeliharaan ini meliputi:
pemeliharaan terjadwal (scheduled maintenance), dan
pemeriksaan pemeliharaan.
3. Scheduled maintenance : Pemeliharaan terjadwal, adalah kegiatan pemeliharaan
bendungan yang dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang
direncanakan.
4. Pemeriksaan pemeliharaan: atau disingkat menjadi “pemeriksaan pemeliharaan”
adalah pemeriksaan yang dilakukan dalam rangka
kegiatan pemeliharaan yang kegiatannya meliputi:
pemeriksaan dan uji peralatan secara berkala.
5. Extra ordinary maintenance : Pemeliharaan tak terduga, adalah pemeliharaan untuk
memperbaiki kerusakan yang terjadi, kerusakan akibat
kemerosotan mutu, banjir, vandalisme dan lain-lain.
Kegiatan pemeliharaan ini dapat berupa: pekerjaan
perbaikan (remedial work), rehabilitasi, penyempurnaan
atau perkuatan.
6. Overtopping : Peluapan, meluapnya air waduk melewati puncak
Bendungan.
7. SOP : Standar Operasional Prosedure, berisi urutan proses dalam
melakukan pekerjaan dari awal sampai akhir, meliputi:
urutan langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan, di mana
lokasi pekerjaan tersebut dilakukan, kapan melakukannya,
bagaimana cara melakukannya, siapa yang
melakukannya, serta adakah dan bagaimana keterkaitan
dengan bagian yang lain atau dengan system yang lain.

95
8. Emergency releas facility : Saran pengeluaran darurat, adalah sarana untuk
menurunkan muka air waduk secara cepat saat terjadi keadaan darurat, bangunan
pengeluaran khusus, banguan intake yang kapasitasnya diperbesar atau bangunan
pengeluaran bawah (botom outlet).

96
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
SINGKAT
01 Nama Lengkap Ir. Zainuddin, ME
N.I.P. 110019215

02 Alamat Rumah Jl.Gladiul Blok G/8 Kaveling DKI Cipayung Jakarta Timur

Alamat Kantor Pusdiklat Depertemen Pekerjaan Umum


Jl.Sapta Taruna Raya, Komplek PU, Pasar Jumat, Jakarta Selatan
03 Status Keluarga Menikah
04 Pendidikan Formal -Teknik Sipil ATN Semarang 1976
-Teknik Sipil Universitas Diponegoro 1986
-Master of Engineering Roorkee University India 1996
05 Pendidikan Non -Perencanaan Teknis Pengairan 1977
Formal -Pengelolaan Proyek,pengawasan Pekerjaan 1979
-Water Resources Engineering AIT Bangkok 1989
-River Engineering, Denpasar 1990
-Quality Assurance, Jakarta 1997
-Instrumentasi Bendungan, Jakarta 2000
-Dam Safety Evaluation, Swiss 2003
-Adum, SPAMA 1999,2001
06 Riwayat Jabatan -Staf DPUP Sulteng &Pengawas lap P.I. Gumbasa 1977-1980
-Staf Subdit Cantek Irigasi, Subdit Bangunan Besar 1980-1999
-Pelaksana Wil Tengah Unit Jaminan Mutu Ditjen SDA 1996-1998
(tugas rangkap)
-Kasi Program dan Evaluasi, Balai Keam Bendungan 1999-2001
-Plh. Kepala Balai Keamanan Bendungan (BKB) 2004
-Pejabat Fungsional BKB 2001-2006
-Tenaga ahli paruh waktu Balai Bendungan 2006-2018
-Widyaiswara Madya Pusdiklat Dept. PU 2006-2012
07 Riwayat -Penata Tkt I/III d 1-4-1998
Kepangkatan -Pembina/IV a 1-4-2002
08 Riwayat Pekerjaan Sebagai tenaga fungsional dan tenaga paruh waktu 1999-2018
Rutin Balai Keamanan Bendungan/Balai Bendungan:
-Melakukan evaluasi/kajian keamanan bendungan
pada tahap desain, konstruksi, pengisian dan
pengahpusan fungsi bendungan.
-Melakukan inspeksi keamanan bendungan
-Menyusun pedoman-pedoman keamn bendungan
-Melakukan bimbingan keamanan bendungan

Sebagai Widyaiswara Pusdiklat Dept PU: 2006-2012


-Mengajar/menjadi instruktur diklat
-Menyusun modul
09 Riwayat Pekerjaan -Pengawas Lapangan Proyek Irigasi Gumbasa 1999-1980
Proyek Dalam -Counterpart Konsultan untuk desain DI.Teluk Lada 1981-1982
Instansi -Supervisi desain jaringan irigasi Proyek ”on going” 1986-1987
-Supervisi desain jaringan irigasi Proyek ”Special 1987-1988
Maintenance”
-Supervisi Konsltn Quality Assurance 1995-1998
-Supervisi Konsltn Proyek Keamanan Bendungan 1999-2003
-Supervisi Konsltn Bagpro Keamanan Bendungan 2003-2005

97
10 Riwayat Pekerjaan -Anggota tim monitoring pelaksanaan peningkatan 2003-2006
Proyek Di Luar bendungan Manggar Balikpapan Kaltim
Instansi -Anggota tim penyusun RPP Waduk dan Bendungan 2004-2008
-Anggota tim penyusun Kreteria Kegagalan 2005-2006
Bendungan, LPJK
11 Riwayat Karya Extra -Pemenang pertama lomba cipta logo Sistem 1998
jabatan Jaminan Mutu Ditjen.Pengairan

Jakarta, 3 Desember 2018

Ir.Zainuddin,ME

98
99
100

Anda mungkin juga menyukai