PENDAHULUAN
1.1 Umum
1
1.3 Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu memahami
prinsip operasi, pemeliharaan dan pemantauan bendungan.
2
BAB II
MENEJEMEN OPERASI DAN PEMELIHARAAN BENDUNGAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta
pelatihan mampu menjelaskan prinsip menejemen operasi
dan pemeliharaan bendungan
2.1. Umum
Penyelenggaran Operasi dan Pemeliharaan (OP) Bendungan adalah suatu sistem untuk
memastikan bahwa bendungan dioperasikan dan dipelihara secara memadai sehingga:
- bendungan terjaga keamanannya (aman dioperasikan), dan
- bendungan terjaga kelestarian fungsinya (mampu memberi manfaat yang
berkelanjutan).
Penyelenggaraan/Program OP bendungan dilaksanakan sesuai dengan siklus manajemen
penyelenggaraan OP bendungan yang memiliki 3 tahap kegiatan pokok seperti pada
gambar 2.1 yang terdiri dari: planing, implementasi, evaluasi.
Keterangan singkat:
a. Planing
Pada tahap planing, kegiatan yang dilakukan adalah:
- mengidentifikasi macam-macam kegiatan OP yang perlu dilakukan pada suatu
bendungan, dan metetapkan frekuensi masing-masing kegiatan OP tersebut;
- menyusun prosedur operasi;
- Membuat system dokumentasi bendungan;
- Menulis rencana OP (Opertaion and Maintenance Plans) atau Panduan OP.
b. Implementasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap implementasi antara lain:
- mengidentifikasi sumber-sumber untuk pembeayaan OP dan memastikan dana
yang tersedia mencukupi untuk membeayai kegiatan OP;
3
- mengelola/memenej pelaksanaan OP dengan membentuk sistem untuk memonitor
dan mengawasi pelaksanaan OP, melaksanakan menejemen personil, menejemen
sumber (resource), menejemen informasi.
- mendokumentasikan semua catatan dan laporan pelaksanaan kegiatan OP.
c. Evaluasi
Evaluasi penyelenggaraan OP sangat penting untuk dilakukan, karena dengan
melakukan evaluasi pengelola bendungan dapat menyempurnakan efisiensi dan
efektifitas penyelenggaraan OP dan juga dapat menemukan problem yang sedang
berkembang sebelum menjadi problem yang besar.
Evaluasi dilakukan terhadap: pelaksanaan kegiatan OP termasuk biaya yang
dikeluarkan dan manfaat yang diperoleh. Disamping itu juga juga dilakukan
identifikasi kelebihan (strengths) dan kelemahan (weaknesess) dari penyelenggaraan
OP yang sudah dilaksanakan.
Hasil evaluasi digunakan untuk menyiapkan rencana tindak guna penyempurnaan
penyelenggaraan operasi dan pemeliharaan bendungan, selanjutnya dituangkan
dalam rencana OP atau dalam Panduan Operasi dan Pemeliharaan Bendungan.
Uraian mengenai tahapan siklus menejemen penyelenggaraan OP disajikan pada sub
bab 2.5.
4
Penjelasan rinci mengenai kegiatan operasi bendungan disajikan pada Bab V.
2.1.1.2 Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah suatu kegiatan untuk: menjaga agar bendungan, bangunan
pelengkap dan semua fasilitasnya selalu dalam kondisi aman dan berfungsi dengan
baik sehingga siap dioperasikan pada semua kondisi operasi.
Secara garis besar kegiatan pemeliharaan bendungan dapat dibedakan menjadi dua
kelompok kegiatan, yaitu:
1). Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance): dilakukan secara rutin
dan berkala untuk mencegah terjadinya kemerosotan mutu atau kerusakan pada
bendungan dan bangunan pelengkapnya. Kegiatan pemeliharaan ini meliputi:
- Pemeliharaan terjadwal (scheduled maintenance), dilakukan sesuai
dengan jadwal yang direncanakan dapat berupa pemeliharaan rutin atau berkala.
- Pemeriksaan dalam rangka pemeliharaan (monitored maintenance),
atau disingkat menjadi “pemeriksaan pemeliharaan” adalah pemeriksaan yang
dilakukan dalam rangka kegiatan pemeliharaan yang kegiatannya meliputi:
pemeriksaan dan uji peralatan secara berkala. Jadwal pemeriksaan dibuat
berdasarkan perkiraan tingkat keausan atau pelapukan setiap jenis peralatan
atau meterial.
2). Pemeliharaan tak terduga (extra ordinary maintenance): dilakukan sesuai
kebutuhan untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi, kerusakan akibat
kemerosotan mutu, banjir, vandalisme dan lain-lain. Pelaksanaan pemeliharaan tak
terduga mungkin perlu melibatkan ahli dari luar, konsultan dan kontraktor.
Semua pelaksanaan kegiatan pemeliharaan harus dicatat oleh petugas pelaksana
pemeliharaan. Pemeriksaan secara rutin akan memberi informasi yang diperlukan untuk
mengidentifikasi kemungkinan adanya indikasi problem serius yang sedang berkembang.
Identifikasi problem sebelum berkembang menjadi serius, sangat penting dalam
pemeliharaan pencegahan.
Penjelasan rinci mengenai kegiatan pemeliharaan bendungan disajikan pada Bab VI.
5
a. keamanan struktur berupa aman terhadap kegagalan struktural, aman terhadap
kegagalan hidraulis, dan aman terhadap kegagalan rembesan;
b. operasi, pemeliharaan dan pemantauan; dan
c. kesiapsiagaan tindak darurat.
Demikian pula petugas OP yang terlatih juga memiliki peran yang sangat penting dalam
mewujudkan bendungan yang aman. Keberhasilan program OP sangat tergantung
kepada operasi, pemeliharaan dan pemantauan bendungan yang mereka laksanakan.
Dengan operasi bendungan yang baik bendungan akan terhindar dari terjadinya peluapan
(overtopping), dengan pemeliharaan yang baik bendungan akan selalu siap dioperasikan
pada semua kondisi operasi, dan dengan pemantauan bendungan secara rutin dan
berkala, akan diketahui sedini mungkin setiap terjadinya perubahan pada bendungan dan
juga problem yang sedang berkembang pada bendungan sebelum menjadi ancaman
yang nyata bagi keamanan bendungan. Untuk itu diperlukan petugas OP yang memiliki
kompetensi dan dedikasi yang memadai.
6
2.4 Tujuan Penyelenggaraan OP bendungan
Penyelenggaraan OP bendungan sangat penting untuk menjaga keamanan bendungan
guna melindungi masyarakat di hilir bendungan dari potensi kegagalan bendungan serta
menjaga kelestarian/keberlanjutan fungsi/manfaat bendungan.
Program penyelenggaraan OP bendungan yang tersusun dengan baik akan membantu
pemilik bendungan dalam mencapai tujuan pembangunan bendungan.
Tujuan penyelenggaraan OP bendungan adalah membantu pemilik dan petugas OP
bendungan untuk:
- Memastikan bahwa bendungan aman dioperasikan,
- Memperpanjang umur layanan bendungan, dan membantu mencapai tujuan
pembangunan bendungan,
- Melindungi dan melestarikan lingkungan hidup.
Penyelenggaraan OP yang baik akan membantu mencegah terjadinya keruntuhan
bendungan yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan didaerah hilir.
- Melindungi investasi.
Pembangunan bendungan memerlukan investasi yang sangat besar. Penyelenggaraan
OP yang efektif akan melindungi investasi yang besar tersebut.
- Efisiensi biaya operasi bendungan,
Dengan OP yang baik, komponen-komponen bendungan dapat berfungsi sesuai
dengan rencana umur pakainya, kebutuhan pemeliharaan tak terduga karena
terjadinya kerusakan dapat dikurangi sehingga penggunaan dana OP akan menjadi
efisien
- Mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan memenuhi tanggung
jawab sosial. Dengan penyelenggaraan OP yang efektif akan membantu menjaga
kelestarian fungsi dan manfaat bendungan yang dapat dinikmati oleh masyarakat.
7
Tahapan dalam siklus menejemen penyelenggaraan OP berlaku untuk semua bendungan.
Pada bab ini akan dijelaskan secara garis besar tahapan-tahapan pengorganisasian
penyelenggaraan OP yang sederhana (lihat gambar 2.1), yang meliputi: Planning,
Implementasi, Evaluasi.
Untuk bendungan besar yang penyelenggaraan OP nya komplek, silahkan dipelajari
penjelasan didalam Training Aids for Dam Safety: “How To Organize an Operation and
Maintenance Program”.
8
- gambar purna bangun bendungan dan bangunan pelengkapnya.
3) Laporan perbaikan, rehabilitasi, perkuatan:
- deskripsi semua perbaikan dan perubahan yang pernah dilakukan setelah
selesainya pembangunan bendungan.
4) Manual operasi dan pemeliharaan peralatan (hidromekanik, instrument, dll) dari
pabrik:
- deskripsi semua peralatan yang dipasang dibendungan;
- petunjuk/manual operasi dan pemeliharaan peralatan.
5) Rencana operasi bendungan/waduk yang disiapkan oleh pendesain:
- kriteria/rencana operasi bendungan dan bangunan pelengkapnya yang
disiapkan konsultan desain;
- pembatasan operasi yang disarankan oleh konsultan desain (bendungan baru).
6) Standar Operasional Prosudur (SOP) untuk OP peralatan bendungan termasuk
operasi pada keadaan darurat:
- prosedur operasi dan pemeliharaan peralatan yang dipasang di bendungan;
- prosedur operasi yang digunakan saat terjadi keadaan darurat.
8) Rekaman pelaksanaan operasi waduk:
- data elevasi muka air waduk;
- debit air masuk (inflow) dan air yang dikeluarkan.
9) Laporan pemantauan/pemeriksaan :
- deskripsi gangguan/difisiensi keamanan bendungan yang pernah terjadi dan
tindakan korektif yang dilakukan;
- deskripsi gangguan/difisiensi terhadap OP yang pernah terjadi dan tindakan
korektif yang dilakukan;
- tindakan korektif yang disarankan tapi belum dilaksanaka
9) Laporan lain yang terkait dengan kegiatan OP:
informasi lain yang terkait dengan operasi peralatan dan problem-problem
pemeliharaan setelah konstruksi.
9
2) Waduk
- Luas daerah genangan dan kapasitas tampungan pada berbagai level operasi;
- Elevasi muka air waduk pada berbagai level operasi.
- Dan lain-lain.
3) Bangunan pelengkap
- Tipe bangunan pelengkap: bangunan pelimpah, bangunan intake, pintu/katup,
dll.;
- Lokasi setiap bangunan pelengkap;
- Diskripsi karakteristik fisik dan demensi masing-masing bangunan;
- Kapasitas debit masing-masing bangunan;
- Dan lain-lain.
4) Sistem peralatan hedromekanik-elektrik
- Sistem kelistrikan/elektrik;
- Sistem hidraulis;
- Sistem ventilasi dan penerangan;
- Sistem perlindungan katodik;
5) Dan informasi lain yang dianggap perlu.
Setelah membuat daftar kebutuhan OP bendungan, periksa kembali daftar tersebut dan
pastikan, bahwa:
- Semua kebutuhan kegiatan OP sudah dimasukkan di dalam daftar;
- Demikian pula kegiatan OP untuk menunjang keamanan bendungan, keselamatan
masyarakat di hilir bendungan dan hulu bendungan, serta kebutuhan petugas OP.
10
Tabel 2.1: Contoh sebagian dari kegiatan OP yang dibutuhkan untuk sistem
hidraulik dan pengangkat
No Komponen: Sistem hidraulik
Kegiatan Frekuensi
1. Pemeriksaan Pemeliharaan : Pemeriksaan bagian-bagian Setiap 4 bulan
yang terlihat (visible) dari perpipaan system hidraulik,
katup-katup, sambungan-sambungan, dan unit power
dari indikasi adanya kebocoran, kerusakan, kemerosotan
mutu/keausan. Melakukan perbaikan yang diperlukan.
Pemeriksaan pemeliharaan: Buka tangki oli dan periksa:
adakah debu atau material pengotor lain, adakah bagian
2. yang lembap. Periksa filter oli, ganti filter oli bila kotor. Setiap tahun
Pemeriksaan terjadwal: Lepas dan bersihkan atau ganti
3. semua filter. Setiap tahun
Buka cabinet, bersihkan semua debu dan kotoran dari
peralatan dan perkabelan di dalam unit. Bersihkan
komponen-komponen listrik dengan semprotan air Setiap ahun
bertekanan rendah. Sambil melakukan pembersihan di
dalam cabinet, periksa kondisi semua komponen listrik
yang ada.
Uji operasi: Operasikan semua katup dengan bukaan
penuh dan air mengalir. Periksa aliran oli. Nyalakan
4. pompa dan periksa semua panel operasi. Periksa jaringan
hidraulik dan sambunganya kemungkinan adanya bocoran
dan udara yang berlebihan. Semua relay elektrik harus
dioperasikan beberapa kali, bila mungkin dengan beban.
No. Komponen Sistem pengangkat Frekuensi
Kegiatan
1. Pemeriksaan pemeliharaan: Periksa dan bersihkan kisi-kisi Setiap bulan
sampah dan daerah sekitarnya.
Pemeriksaan pemeliharaan: Periksa struktur beton yang
2. Setiap 4 bulan
menopang system pengangkat kemungkinan timbulnya
retakan, gompal atau lendutan. Lakukan perbaikan yang
diperlukan menggunakan sealent atau beton.
Pemeliharaan terjadwal: Lakukan pelumasan dengan
3. Setiap ½ tahun
pelumas yang sesuai pada mekanisme operasi
pintu/lobang drain (drain gate).
4. Operasi dalam rangka pemeliharaan: Uji coba pintu drain Setiap tahun
dengan bukaan penuh dan aliran penuh pada pipa selama
10 menit.
11
2.5.1.2. Langkah 2: Penyusunan Prosedur Operasi
Langkah kedua dalam proses planing adalah menyusun atau meninjau ulang (bagi
bendungan lama) prosedur operasi.
Prosedur operasi adalah merupakan petunjuk langkah demi langkah untuk melaksanakan
operasi bendungan beserta waduknya. Prosedur operasi disiapkan untuk operasi normal
dan operasi darurat.
Prosedur operasi disusun berdasarkan:
- Rencana operasi yang disiapkan oleh konsultan desain;
- Manual OP peralatan yang disiapkan oleh pabrik pembuat peralatan yang
bersangkutan.
Prosedur operasi dapat berupa Standar Operasional Prosudur (SOP), manual atau dalam
bentuk dokumen-dokumen lain. Program OP harus dapat memastikan bahwa prosedur-
prosedur tersebut akan dipatuhi.
Standar Operasional Prosudur berisi urutan proses dalam melakukan pekerjaan dari
awal sampai akhir, meliputi: urutan langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan, di mana
lokasi pekerjaan tersebut dilakukan, kapan melakukannya, bagaimana cara
melakukannya, siapa yang melakukannya, serta adakah dan bagaimana keterkaitan
dengan bagian yang lain atau dengan system yang lain.
Penjelasan yang lebih rinci mengenai prosedur operasi normal, disajikan pada Bab III
Panduan Operasi dan Pmeliharaan Bendungan. Prosedur operasi pada keadaan darurat,
dijelaskan pada dokumen lain yang terpisah yaitu pada Rencana Tindak Darurat (RTD).
12
Umumnya sistem kearsipan yang digunakan berupa ceklist, buku, dan data digital atau
data komputer.
Disamping itu, dikantor OP lapangan/unit pengelola bendungan juga harus tersedia
dokumen bendungan secara lengkap yang meliputi laporan studi kelayakan, laporan
desain, laporan pelaksanaan konstruksi dan laporan atau dokumen-dokumen lain yang
berkaitan dengan bendungan tersebut seperti dokumen yang terkait dengan lahan
bendungan.
13
- Pemerintah (APBN);
- Pemilik bendungan untuk bendungan milik swasta;
- Abonemen pelanggan;
- Retribusi pemanfaat, dll.
b. Menghitung perkiraan kebutuhan biaya masing-masing kegiatan;
- Biaya tahunan (petugas, peralatan, bahan, dll),
- Biaya perbaikan, penggantian suku cadang, overhaul, dll,
- Biaya penanganan kondisi darurat dan biaya tak terduga.
c. Menghitung seluruh kebutuhan biaya OP bendungan.
d. Memastikan sumber-sumber pembiayaan dan ketersediaan dananya
14
secara rutin, namun pengelola bendungan perlu memiliki daftar pemasok yang
terpercaya yang dapat digunakan saat terjadi keadaan darurat.
- Memilih harga yang kompetitif; pengelola bendungan juga perlu tahu pemasok
mana yang harganya paling kompetitif yang akan dipilih sebagai pemasok.
- Semua personil yang terlibat dalam pengadaan harus memahami aturan-aturan
dalam pengadaan, untuk itu personil tersebut perlu diikutsertakan dalam
pelatihan yang terkait dengan pengadaan.
- Pemeriksaan/ferifikasi barang dan pembayaran; barang yang diterima dari
pemasok harus diferifikasi sebelum dibayar. Pembayaran baru dapat dilakukan
setelah jumlah dan kualitas barang memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
2) Pengendalian
Kepala UPB harus mengendalikan/mengawasi material atau peralatan yang sudah
dibeli dari kemungkinan terjadinya pencurian, hilang, penyalahgunaan,
vandalisme, kerusakan, dll.
15
tahunan (minor) dan 5 tahunan (major review) atau bila terjadi perubahan yang
signifikan seperti:
▪ Adanya penggantian petugas OP;
▪ Adanya penggantian atau modifikasi pada tubuh bendungan, bangunan
pelengkap, peralatan hidromekanik dan elektrik;
▪ Adanya perubahan pada pola operasi waduk karena adanya perubahan kondisi
pada daerah hulu atau hilir bendungan
2.5.3. Evaluasi Penyelenggaraan OP Bendungan
Tahap ketiga dari manajemen penyelenggaraan OP bendungan adalah Evaluasi. Tahapan
ini terdiri dari:
- Membuat standar evaluasi,
- Pengumpulan informasi hasil evaluasi,
- Penilaian efektivitas pelaksanaan penyelenggaraan OP bendungan.
2.5.3.1 Membuat standar evaluasi
Tahap pertama dalam evaluasi OP bendungan adalah menyusun standar evaluasi untuk
mengukur efektivitas hasil pelaksanaan OP bendungan. Setiap pengelola bendungan
dapat membuat standar evaluasi sendiri sesuai dengan sasaran penyelenggaraan OP
bendungan yang bersangkutan. Dalam membuat daftar standar evaluasi, dapt dilakukan
dengan cara membuat suatu pertanyaan:” Apa yang akan terjadi atau tidak terjadi,
apabila OP berjalan efektif”.
Berikut disajikan beberapa contoh pertanyaan untuk evaluasi efektifitas penyelenggaraan
OP bendungan:
1) Apakah bendungan dapat berfungsi dengan baik dan memenuhi tujuan/sasaran
yang direncanakan;
2) Apakah pengeluaran biaya OP masih dalam batas rentang anggaran biaya yang
direncanakan dan tanpa mengorbankan kualitas;
3) Apakah biaya OP tak terduga (akibat kerusakan) cukup kecil;
4) Apakah tidak ada temuan defisiensi (cacat, rusak, ketidaknormalan, dll) saat
dilakukan pemeriksaan/inspeksi dan evaluasi keamanan bendungan;
5) Apakah Panduan OP bendungan, isinya komprehensif dan mutakhir (up to date);
6) Apakah tidak ada musibah yang terjadi yang melibatkan personel OP atau
masyarakat.
16
standar evaluasi yang sudah ditetapkan. Untuk mengevaluasi dibutuhkan informasi yang
penting dari arsip pelaksanaan OP bendungan.
2.6. Rangkuman
Penyelenggaraan OP bendungan dilaksanakan sesuai dengan siklus menejemen
penyelenggaraan OP bendungan yang memiliki tiga tahap kegiatan pokok yaitu: planning,
implementasi dan evaluasi.
a. Planing
Pada tahap planing, kegiatan yang dilakukan adalah:
- mengidentifikasi macam-macam kegiatan OP yang perlu dilakukan pada suatu
bendungan, dan metetapkan frekuensi masing-masing kegiatan OP tersebut;
- menyusun prosedur operasi;
- Membuat system dokumentasi bendungan;
- Menulis rencana OP atau panduan OP.
b. Implementasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap implementasi antara lain:
- mengidentifikasi sumber-sumber untuk pembeayaan OP dan memastikan dana
yang tersedia mencukupi untuk membeayai kegiatan OP yang telah direncanakan;
- mengelola/memenej pelaksanaan OP dengan membentuk sistem untuk memonitor
dan mengawasi pelaksanaan OP, melaksanakan menejemen personil, menejemen
sumber (resource), menejemen informasi.
- mendokumentasikan semua catatan dan laporan pelaksanaan kegiatan OP.
c. Evaluasi
Evaluasi penyelenggaraan OP sangat penting untuk dilakukan, karena hasil evaluasi
dapat digunakan menyempurnakan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan OP, dan
juga dapat menemukan problem yang sedang berkembang sebelum menjadi problem
yang besar.
17
tindak guna penyempurnaan penyelenggaraan operasi dan pemeliharaan bendungan,
selanjutnya dituangkan dalam rencana operasi dan pemeliharaan tahun yang akan
adatang atau dalam penyempurnaan panduan operasi dan pemeliharaan. Kegiatan
yang dilakukanmeliputi:
1) Membuat standar evaluasi,
2) Pengumpulan informasi hasil evaluasi,
3) Penilaian efektivitas pelaksanaan penyelenggaraan OP bendungan.
2.7. Latihan
Pilih jawaban yang paling benar
1) Penyelenggaraan/Program OP bendungan dilaksanakan sesuai dengan siklus
manajemen penyelenggaraan OP bendungan yang memiliki 3 tahap kegiatan pokok
yang terdiri dari: planing, implementasi, evaluasi. Pada tahap planning, kegiatan yang
dilakukan antara lain:
a. Mengidentifikasi macam-macam kebutuhan perawatan peralatan OP dan
menetapan frekuensi perawatannya.
b. Mengidentifikasi kebutuhan biaya OP dan membuat rencana anggaran biaya OP.
c. Mengidentifikasi macam-macam kegiatan OP yang diperlukan pada suatu
bendungan dan menetapkan frekuensi masing-masing kegiatan OP tersebut.
2) Tahap kedua dari siklus manajemen penyelenggaraan OP bendungan adalah
implementasi rencana OP/panduan OP, yang salah satu kegiatannya adalah:
a. Mengidentifikasi masalah dan potensi masalah pada bendungan.
b. Mengelola/memenej pelaksanaan OP dengan membentuk sistem untuk
memonitor dan mengawasi pelaksanaan OP, melaksanakan menejemen personil,
menejemen sumber (resource), menejemen informasi.
c. Mencatat masalah dan potensi masalah yang ditemukan dalam pemeriksaan
bendungan.
3) Evaluasi penyelenggaraan OP sangat penting untuk dilakukan, karena:
a. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk menyempurnakan efisiensi dan efektifitas
penyelenggaraan OP, dan juga dapat menemukan problem yang sedang
berkembang sebelum menjadi problem yang besar.
b. Hasil evaluasi penyelenggaraan OP dapat digunakan untuk mengetahui kondisi
keamanan bendungan.
c. Hasil evaluasi penyelenggaraan OP dapat digunakan untuk mengetahui kebutuhan
rehabilitasi bendungan.
Kunci Jawaban:
1) c,
2) b,
3) a.
18
III. PANDUAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta
pelatihan mampu menjelaskan garis besar panduan operasi
dan pemeliharaan bendungan bendungan
3.1 Umum
19
Pandua OP merupakan dokumen tertulis yang berisi ketentuan dan petunjuk yang
lengkap, cermat dan mutakhir untuk melaksanakan OP suatu bendungan termasuk
bangunan pelengkap serta peralatannya agar berfungsi dengan baik.
Secara berkala panduan OP harus di mutakhiran oleh ahli bendungan kompeten
dengan mempertimbangkan pengalaman dalam penerapan panduan OP selama
ini serta temuan pada waktu pemeriksaan berkala terhadap bendungan.
20
bendungan seperti bendung, pompa pengambilan, PLTA, serta rencana pekerjaan
lainnya yang merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan.
d. Peralatan komunikasi
Didalam panduan OP perlu dijelaskan mengenai peralatan komunikasi yang dapat
digunakan pada kondisi normal dan kondisi darurat : tilpun, HP, radio, intranet,
internet, dll. Untuk menghindari terjadinya kesalahan komunikasi, harus ada
prosedur komunikasi baku, serta sistem komunikasi harus diamankan dari
pengguna yang tidak berwenang.
21
diperiksa/diinspeksi; demikian pula jalan alternatif yang dapat digunakan saat
kondisi darurat.
3.5 Organisasi OP
Lengkapi panduan OP dengan:
• Bagan organisasi
• Tugas dan tanggung jawab petugas, lengkap dengan bagan alir tanggung
jawab OPP dan kaitannya dengan instansi lain dilingkungan Kementerian
PUPR seperti: Organisasi induk (Balai Wilayah Sungai), Satuan Pemantau
Bendungan Propinsi dan Pusat atau instansi yang bertanggung jawab dalam
bidang OPP, PPTPA/Dewan SDA, Balai Bendungan, dll.
• Hubungan (administrasi) dg instansi lain sperti: pengelola bendungan lain di
hulu dan di hilir, pengelola PLTA, PDAM, Pemda, Dinas Pengairan, Pertanian,
Perikanan, Lingkungan Hidup, Kepolisian (security) , swasta, dll.
• Rencana pelatihan
Petugas OP perlu mendapat pelatihan peningkatan ketrampilan dan
pengetahuan serta pelatihan untuk penyegaran, secara berkala. Pelatihan
paling tidak mencakup semua kegiatan yang berhubungan dengan operasi
dan pemeliharaan bendungan dalam kondisi normal dan darurat, tidakan
pencegahan dan penanganan yang harus dilakukan saat kondisi darurat,
indikasi kondisi darurat serta prosedur keamanan pada kondisi darurat.
Uraian rinci mengenai kebutuhan macam-macam pelatihan bagi petugas OP
suatu bendungan, dalam panduan OP dapat ditulis dalam bab Organisasi
OP/UPB. Penjelasan yang lebih rinci mengenai pelatihan disajikan di Bab III.
22
Gambar : 3-1. Contoh gambar situasi waduk
23
Gambar 3-3 : Contoh gambar penampang melintang suatu bendungan tipe
zonal urugan batu yang terdiri dari timbunan: (1) zona inti, (2) filter, (3)
transisi/ filter kasar, (4) urugan batu
POTONGAN MELINTANG BENDUNGAN KARIAN
24
4) Operasi harian rutin; dilengkapi dengan prosedur operasi yg dibuat dengan
mempertimbangkan ketersediaan air waduk, kebutuhan (jumlah & waktu),
pengendalian banjir, dll.
5) Perkiraan air masuk (pengumpulan data hidrologi) & laporan muka air tinggi.
6) Pembatasan dalam operasi bendungan (bila ada): Kadang-kadang suatu
bendungan dibatasi operasinya karena pertimbangan keamanan bendungan,
misal karena adanya retakan melintang pada puncak bendungan, karena
ketidak cukupan kapasitas pelimpah, karena adanya amblesan, dll.
b. Operasi bangunan pelengkap dan peralatan hidromekanik elektrik
1) Deskripsi bangunan pelengkap (bangunan pelimpah, bangunan pengeluaran)
dan deskripsi sistem peralatan hidromekanik elektrik.
2) Lingkup tugas operasi bangunan pelengkap dan peralatan hidromekanik
elektrik.
3) Operasi bangunan pelengkap dan peralatan mekanik-listrik mencakup
rencana operasi keseluruhan, urutan pembukaan pintu atau katup, operasi
alternatif, pembatasan operasi untuk melindungi peralatan.
4) Prosedur operasi pintu-pintu air pada kondisi normal dan selama banjir,
dengan mempertimbangkan perubahan muka air hulu dan hilir, kapasitas
tampung palung sungai dihilir, serta rencana pengendalian banjir.
Prosudur operasi ini juga menjelaskan:
- Urutan langkah-langkah pengoperasian setiap peralatan, tombol-tombol
yang harus ditekan, tuas yang harus diengkol atau ditarik, switch atau
sakelar yang perlu diaktifkan, dll.
- Memberi penjelasan khusus untuk pengoperasian peralatan yang
terpengaruh oleh kondisi yang berbeda-beda, seperti pengoperasian pintu
pada berbagai elevasi muka air waduk;
- Memberi petunjuk apa yang harus dikerjakan apabila muncul masalah saat
mengoperasikan peralatan mekanik/mesin, misal saat pintu gagal dibuka.
- Menjelaskan lokasi dan petunjuk operasi bagi peralatan cadangan ( back
up equipment).
Prosedur operasi harus jelas dan mudah dimengerti, untuk itu perlu
dilengkapi dengan sketsa, gambar dan foto untuk mebantu petugas OP
mengenali lokasi tombol-tombol, tuas, engkol, sakelar, dll.
25
7) Uji operasi untuk peralatan yang terkait dengan keamanan bendungan, harus
dilakukan minimal satu kali dalam setahun. Penjelasan ini disertai dengan
format uji operasi.
8) Penjelasan (peringatan) perlunya mematuhi prosedur operasi, dan
bahayanya bila dilanggar, seperti: kerusakan pada peralatan,
membahayakan keselamatan operator atau keselamatan daerah hilir
26
3). Pemeriksaan; mencakup : pemeriksaan rutin (harian, mingguan, bulanan),
pemeriksaan tengah tahunan, pemeriksaan besar dalam rangka evaluasi
keamanan bendungan, pemeriksaan luar biasa, pemeriksaan khusus.
Disamping itu perlu dilampirkan pula format laporan untuk masing-masing
jenis pemeriksaan dan alur pelaporannya. Penjelasan rinci mengenai
pemeriksaan bendungan lihat Bab Pemantauan bendungan.
4). Uji operasi semua peralatan yang terkait dengan keamanan bendungan
seperti: peralatan hiromekanik dan elektrik, sistem peringatan banjir, sistem
telemetri, dlll. Jelaskan:
- Jenis-jenis peralatan yang perlu diuji dan frekuensi uji;
- Prosedur uji operasi;
- Daftar simak uji operasi, dll.
3.9. Pelaporan
Didalam panduan OP perlu dijelaskan semua jenis laporan, cara penyiapan serta
lampirkan format-format laporan. Penjelasan harus mencakup: jenis laporan,
frekwensi pelaporan, distribusi, format laporan . Jenis laporan tersebut antara
lain:
1). Laporan operasi;
2). Laporan pemeliharaan, termasuk hasil pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui kebutuhan OP dan biayanya;
3). Laporan pemantauan:
- laporan pemantauan rutin: harian, mingguan, bulanan;
- laporan pemantauan tengah tahunan (hasil pemeriksaan tengah tahuan
dan evaluasi instrumentasi);
- laporan tahunan Operasi Pemeliharaan dan Pemantauan;
- laporan pemeriksaan besar (5 tahunan);
- laporan pemeriksaan luar biasa (setelah terjadi kondisi luar biasa: gempa,
badai, sabotase);
- laporan pemeriksaan khusus (setelah terjadi kondisi khusus yang
mengancam keamanan bendungan seperti: longsoran besar, retakan
besar, amblesan besar, dll).
4). Laporan Tahunan Operasi Pemeliharaan dan Pemantauan (OPP).
Semua laporan pemantauan dan laporan tahunan OPP wajib disampaikan ke
Balai Bendungan kecuali laporan pemantauan rutin.
27
berkewajian memutakhirkan dokumen-dokumen tersebut. Uraian rinci mengenai
sistem dokumentasi/arsip suatu bendungan, dalam panduan OP dapat ditulis
dalam bab tersendiri (bab sistem dokumentasi bendungan).
3.13 Lampiran
Panduan OP harus dilampiri gambar desain, gambar purna konstruksi yang
meliputi gambar bangunan sipil, mekanikal, elektrikal, dan instrumentasi, demikian
pula format isian, grafik yang menunjang OP. Bila perlu lengkapi dengan
penjelasan mengenai gambar, format dan grafik yang dilampirkan.
28
Keterangan :
1. Lereng Hulu
2. Puncak
3. Lereng Hilir
4. Pelimpah Utama
5. Pelimpah Darurat
6. Bangunan Pengeluaran
7. Rumah Pengendali
8. Pemecah Energi
9. Kolam Olak
10.Saluran Air Keluar
11. Waduk
12. Jaring Apung
13. Papan Duga
14. Patok geser
15. Patok Tetap/bench mark
16. Pisometer pipa terbuka
17. Drainase Kaki dan Terjunan
18. Rembesan pd Tebing Tumpuan
19. Alat ukur rembesan V-notch
20. Saluran pengumpul rembesan
21. Jalan Masuk
22. Pintu Masuk
23.Tempat untuk memutar
Gambar11-Oct-08
3-4 : Contoh gambar sketsaZAINUDDIN
bendungan dan bagian-bagiannya
101
3.14. Rangkuman
Agar pelaksanaan OP bendungan sesuai dengan konsepsi keamanan bendungan dan
kaidah-kaidah keamanan bendungan, setiap bendungan perlu dilengkapi dengan
panduan OP, yang dalam penyusunannya:
- Harus berpedoman pada konsepsi keamanan bendungan dan kaidah-kaidah
keamanan bendungan yang tertuang di dalam NSPM.
- Harus menyesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan OP bendungan yang
bersangkutan karena setiap bendungan adalah merupakan bangunan yang unik.
- Melalui tahapan planning seperti yang dijelaskan di dalam sub bab 2.5.1.
29
6). Petunjuk pemantauan bendungan
7). Sistem dokumentasi dan pelaporan
8). Perkiraan biaya OP
9). Kesehatan dan keselamatan umum
10). Lampiran-lampiran grafik, tabel, gambar-gambar penting purna konstruksi
pekerjaan sipil, mekanikal/elektrikal dan instrumentasi.
3.15. Latihan
Pilih jawaban yang paling benar.
1) Dalam penyusunan panduan OP suatu bendungan,
a. harus berpedoman pada konsepsi keamanan bendungan dan kaidah-kaidah
keamanan bendungan yang tertuang didalam NSPM serta harus jelas.
b. harus berpedoman pada konsepsi keamanan bendungan dan kaidah-kaidah
keamanan bendungan yang tertuang didalam NSPM serta harus mudah
dimengerti.
c. Penyusunan panduan OP suatu bendungan, harus berpedoman pada
konsepsi keamanan bendungan dan kaidah-kaidah keamanan bendungan
yang tertuang didalam NSPM serta harus menyesuaikan dengan karakteristik
dan kebutuhan OP bendungan yang bersangkutan karena setiap bendungan
adalah merupakan bangunan yang unik, serta melalui tahapan planning.
2) Setiap bendungan
a. Perlu dilengkapi dengan panduan OP yang dibuat secar spesifik sesuai
dengan karakteristik dan kebutuhan OP bendungan yang bersangkutan.
b. Tidak perlu dilengkapi dengan panduan yang spesifik sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan OP bendungan yang bersangkutan karena
pembuatannya mahal.
c. Dapat menggunakan panduan OP dari bendungan lain yang berdekatan
Kunci jawaban:
2) c
2) a.
30
IV. ORGANISASI OP
31
- Menyiapkan laporan pemantauan berkala tengah tahunan, laporan
pemeriksaan luar biasa, laporan pemeriksaan khusus, laporan tahunan
operasi pemeliharaan pemantauan (OPP), serta melakukan
pemeriksaan besar 5 tahunan bersama-sama dengan Konsultan.
PENGAMAT/KOORDINATOR
Minimal Sarjana Muda Teknik Sipil,
telah mengikuti pelatihan rekayasa
dan OP bendungan, pengalaman OP
minimal 5 tahun
32
- Bertindak dan bertanggung jawab di dalam mengkoordinasikan kegiatan
O&P bendungan-bendungan yang berada di bawah pengawasannya.
- Mengkoordinasikan personil dan bertanggung jawab terhadap sekuriti
bendungan dan bangunan-bangunan pelengkap/fasilitas.
c. Juru bendungan – bidang operasi
- Mengatur pengeluaran air waduk lewat pintu-pintu air atau katup -
katup sesuai dengan kebutuhan pengguna air dan pola pengoperasian
waduk yang tertuang di dalam Panduan O&P Bendungan.
- Mengendalikan dan mengatur pengoperasian waduk dalam rangka
mengurangi risiko kerusakan akibat banjir di daerah hilir bendungan.
Untuk itu perlu adanya suatu sistem peringatan banjir bagi penduduk di
daerah hilir bendungan.
- Mencatat elevasi muka air waduk setiap hari, kaitannya dengan kondisi
cuaca/hujan, prakiraan kondisi hidroklimatologi serta debit aliran air
yang masuk ke/keluar dari waduk.
- Bertanggung jawab terhadap pengoperasian sehari-hari pintu/katup dan
bangunan pengatur lainnya guna mengalirkan air waduk sesuai dengan
pola pengoperasian waduk serta kebutuhan air di daerah hilir.
d. Juru pemeliharaan
- Melaksanakan pemeliharaan se-hari hari terhadap bendungan beserta
bangunan - bangunan pelengkapnya, jalan masuk, jalan kerja, sistem
drainasi, sabuk hijau dll.
- Penyimpanan seluruh catatan pekerjaan pemeliharaan (perawatan dan
perbaikan) yang telah dilaksanakan.
- Pemeliharaan peralatan hidromekanik.
- Pembuatan daftar komponen komponen yang memerlukan
perawatan/pemeliharaan/perbaikan/penggantian, dll.
e. Juru bendungan – bidang pemantauan
- Melaksanakan pemeriksaan visual bendungan beserta bangunan
pelengkapnya secara rutin, harian, mingguan dan bulanan serta
mempersiapkan laporan-laporan yang perlu untuk dikirimkan ke Enjiner
Supervisi.
- Membantu pemeriksaan rutin 3 bulanan yang dilakukan oleh Enjiner Supervisi.
- Membuat daftar kebutuhan komponen-komponen atau peralatan
pemantauan dan atau perbaikannya dan dilaporkan kepada
Pengamat/Enjiner Supervisi untuk perhitungan pembiayaannya.
- Melakukan pembacaan instrumentasi bendungan serta mengakomo-dasikan
ke dalam catatan data bendungan.
- Mempersiapkan kurva (plotting) hasil pengukuran dan pembacaan, segera
setelah pembacaan instrumen, sebagai dasar dan bahan analisa untuk
menetapkan tindak lanjutnya.
33
- Mempersiapkan laporan hasil pembacaan instrumentasi/pemantauan untuk
segera dikirimkan kepada Pengamat/Enjiner supervisi untuk di
interpretasi/dievaluasi.
34
- PT. PLN : pola operasi waduk, produksi tenaga listrik
- Dinas Perikanan : Kualitas air waduk, elevasi minimum air waduk
- Dinas Pariwisata : pengelolaan lahan pariwisata, rekreasi
- Kepolisian : sekuriti
- Lingkungan Hidup : kualitas air, izin pembuangan sampah, bahan
berbahaya/racun, dll.
4.5. Rangkuman
Agar OP bendungan dapat diselenggarakan secara efektif dan efisien, perlu
adanya dukungan dari organisasi OP atau Unit Pengelola Bendungan yang
dilengkapi dengan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas, SDM/petugas
OP yang memadai jumlah dan kompetensinya, prosedur kerja/panduan OP yang
lengkap dan mudah dimengerti, serta dana dan peralatan cukup.
Agar petugas OP memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan
tugasnya, perlu dilakukan pelatihan-pelatihan secara berkala bagi para petugas
OP. Pelatihan petugas OP dilakukan dalam rangka peningkatan
ketrampilan/keahlian dan penyegaran.
Kebutuhan minimal personil OP tergantung pada ukuran dan kompleksitas
bendungan.
4.6. Latihan
Pilih jawaban yang paling benar
1) Agar OP bendungan dapat diselenggarakan secara efektif dan efisien, perlu
adanya dukungan dari:
a. organisasi OP yang besar, SDM/petugas OP yang memadai jumlah dan
kompetensinya, prosedur kerja/panduan OP yang lengkap dan mudah
dimengerti, serta dana dan peralatan cukup.
b. organisasi OP yang dilengkapi dengan pembagian tugas dan tanggung jawab
yang jelas, SDM yang banyak jumlahnya, prosedur kerja/panduan OP yang
lengkap dan mudah dimengerti, serta dana dan peralatan cukup.
c. organisasi OP atau Unit Pengelola Bendungan yang dilengkapi dengan
pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas, SDM/petugas OP yang
memadai jumlah dan kompetensinya, prosedur kerja/panduan OP yang
lengkap dan mudah dimengerti, serta dana dan peralatan cukup.
2) Didalam organisasi OP, salah satu tugas dari Tenaga ahli bendungan senior
(Enjiner supervisi) adalah:
35
a. Melakukan evaluasi terhadap laporan pemantauan juru/ pengamat dan
melakukan pembacaan instrument bendungan.
b. Melakukan evaluasi terhadap laporan pemantauan juru/ pengamat dan data
hasil pembacaan instrument bendungan.
c. Melakukan evaluasi terhadap laporan pemantauan juru/ pengamat dan
melakukan perbaikan instrument bendungan.
Kunci jawaban
1) c
2) b
3) b
36
V. OPERASI BENDUNGAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta
pelatihan mampu menjelaskan garis besar operasi
bendungan
5.1 Umum
Operasi waduk harus dilakukan berdasar “rencana tahunan operasi waduk”, dan
rencana tahunan operasi waduk dibuat berdasarkan “pola operasi waduk”.
Didalam pelaksanaan rencana tahunan operasi waduk, perlu dilakukan evaluasi
37
secara berkala karena kenyataan yang terjadi dilapangan tidak selalu sama dengan
rencana operasi.
Untuk menyusun rencana tahunan operasi waduk dan pola operasi waduk
diperlukan informasi mengenai ketersediaan air dan kebutuhan air yang diperoleh
dari hasil analisis data hidrologi.
38
Pola operasi waduk adalah kerangka dasar operasi waduk untuk jangka panjang
yang menjadi patokan dalam penyusunan rencana tahunan operasi waduk dan
pelaksanaan operasi waduk yang paling optimum dan aman.
Pola operasi waduk disiapkan oleh Pembangun atau Pengelola bendungan dengan
memperhatikan masukan dari pengelola sumber daya air pada Wilayah yang
bersangkutan (BWS/BBWS/Dinas SDA) dan instansi terkait seperti Dinas Pertanian.
Bagi bendungan seri (cascade), penyusunan pola operasi waduk dengan
melibatkan pengelola bendungan lain yang terletak dalam satu sungai dengan
bendungan yang bersangkutan.
Pola operasi waduk ditetapkan oleh Pengelola bendungan untuk jangka waktu 5
(lima) tahun.
Pola operasi waduk dilengkapi dengan kurfa (rule curves) zona operasi, yang
dibatasi oleh kurfa batas operasi normal atas dan kurfa batas operasi normal
bawah.
Pola operasi waduk tersebut paling sedikit memuat tata cara pengeluaran air dari
waduk sesuai dengan kondisi volume dan/atau elevasi air waduk dan kebutuhan
air serta kapasitas sungai di hilir bendungan (lihat gambar 4-1).
Disamping itu pola operasi waduk juga perlu dilengkapi dengan penjelasan
mengenai perihal berikut:
1) Elevasi muka air waduk maksimum yang diizinkan pada berbagai waktu untuk
setiap tahun khususnya bagi bendungan yang dilengkapi dengan pelimpah
berpintu, lihat gambar 4.2 Contoh bagan elevasi muka air waduk maksimum
yang diizinkan pada berbagai waktu Bendungan Wonogiri sesuai Kepmen PU
No.229/Kpts/1986.
2) Debit pengeluaran maksimum dan atau minimum yang dizinkan.
3) Penjelasan kemungkinan adanya larangan atau pembatasan dalam operasi
karena pertimbangan keamanan bendungan, seperti: laju penurunan muka
air waduk yang diizinkan saat surut cepat, elevasi muka air waduk minimal
yang diizinkan selama operasi.
4) Penjelasan tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi limpasan air
waduk melalui pelimpah;
5) Penjelasan metode dan frekuensi pengosongan atau penurunan muka air
waduk guna pemeriksaan banguan pengeluaran, pintu, katup, lereng hulu
bendungan, dll.
6) Prosedur pemberitahuan penduduk saat melepas air waduk.
39
Secara berkala (lazimnya setiap 5 tahun bersamaan dengan kegiatan
pemeriksaan/inspeksi besar), atau bila terjadi perubahan yang signifikan pada
aspek hidrologi, pola operasi waduk perlu ditinjau kembali.
Bila dalam kegiatan operasi muka air waduk masih berada di dalam zona operasi,
pada prinsipnya operasi/pengeluaran air waduk masih dapat dilaksanakan sesuai
rencana. Bila muka air waduk berada diluar batas atas dan bawah, maka rencana
pengeluaran air waduk perlu disesuaikan.
40
Contoh 5.1 : Kurfa Pola operasi waduk Juanda Jawa Barat;
Atas: kondisi sebelum dibangun Bendungan Saguling dan Cirata di hulunya;
Bawah: kondisi sesudah dibangun Bendungan Saguling dan Cirata
41
- Periode banjir 1 Desember – 15 April: elevasi muka air waduk tidak boleh melebihi CWL
(Control Water Level) el.+134,5 m
- Periode recovery 16 April – 30 April: elevasi muka air waduk tidak boleh melebihi NHWL
(Normal High Water Level) el+136,0 m.
- Periode tidak banjir 1 Mei – 30 Nopember: elevasi muka air waduk tidak boleh melebihi
el+136,0 m.
Gambar 5.2 : Contoh bagan elevasi muka air waduk maksimum yang diizinkan
pada berbagai periode waktu Bendungan Wonogiri sesuai Kepmen PU
No.229/Kpts/1986.
42
5.4. Pembuatan Rencana Tahunan Operasi Waduk
Recana tahunan operasi waduk, disusun setiap tahun berdasar pola operasi waduk.
Rencana tahunan operasi waduk disusun oleh Pengelola bendungan dengan
memperoleh masukan teknis dari pengelola sumber daya air pada wilayah sungai
yang bersangkutan dan instansi terkait.
Rencana tahunan operasi dibuat lebih rinci dan mendekati kenyataan. Faktor-
faktor yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan a.l :
1). Prakiraan ketinggian muka air pada awal tahun.
2). Informasi ramalan musim yang dihadapi, dari BMKG.
3). Prakiraan lengkung debit sungai.
4). Kondisi/kesiapan unit pembangkit listrik dan prasarananya (bila bendungan
memiliki PLTA).
5). Rencana tahunan kebutuhan air (irigasi, air baku, PLTA)
6). Sasaran khusus produksi listrik/padi dari pemerintah (bila ada, seperti pada
tahun 2007 pemerintah mentargetkan kenaikan produksi padi sebesar 2
juta ton).
7). Kebutuhan ketinggian muka air untuk menunjang olah raga, misal atas
permintaan KONI untuk kegiatan pertandingan olahraga nasional (PON),
atau pertandingan internasional.
Langkah-langkah yang perlu diambil bila terjadi ketidak sesuaian antara kenyataan
dengan rencana:
2) Bila muka air waduk berada diatas “garis operasi normal atas”,
berarti ada kelebihan air yang harus dibuang kehilir. Pengeluaran air
tambahan tersebut sedapat mungkin dilewatkan turbin (bila ada PLTA). Bila
43
pengeluaran lewat turbin sudah tidak mungkin, pengeluaran dapat dilakukan
lewat pintu pengeluaran lain seperti pintu untuk irigasi.
Catatan:
AM= Air masuk
AK= Air keluar
Hil= Air yang hilang
PL= Produksi listrik
DMA= m.a. waduk
Gambar 5.4 : Contoh rencana operasi tahunan waduk Ciarata dan Juanda tahun
1990.
44
- Sebelumnya diputuskan untuk pembukaan pintu, lebih dulu perlu koordinasi
kepengelola waduk di hulu untuk mengurangi pengeluaran air diwaduknya.
- Demikian pula bila air waduk melimpas dipelimpah, juga perlu dilakukan
langkah koordinasi kepengelola waduk dihulu seperti diatas. Bila kondisi ini
terjadi perlu dilakukan evaluasi efektifitas rencana operasi yang ada.
- Bila penurunan muka air waduk diakibatkan kondisi musim (kering), maka
harus dilaksanakan pengurangan pengeluaran air dibawah rencana tahunan.
Besar pengurangan tergantung kebutuhan dan keadaan, dengan dilaksanakan
secara bertahap (dengan menggunakan metode empirik praktis) dan diusahakan
agar dapat memenuhi kebutuhan minimum yang disepakati, misal 80% kebutuhan.
Bila pengeluaran terpaksa harus lebih kecil dari kebutuhan pengairan, maka harus
dilakukan koordinasi dengan inatansi terkait untuk persiapan pengaturan distribusi
air pada saluran-saluran pengairan dilapangan.
45
Saguling
645,00 645
642.5 642.5 642.50
640,00
0 640
0
DMA (m El.)
635,00 635
630,00 630
625,00 625
620,00 620
01/01/2001 01/04/2001 01/07/2001 01/10/2001 01/01/2002
Cirata
222 222
219.5 219.5
217 217
DMA (m El.)
212 212
207 207
202 202
01/01/2001 01/04/2001 01/07/2001 01/10/2001 01/01/2002
Ir. H. Juanda
112 112
107 106.5 107
106.5 0
102 102
DMA (m El.)
0
97 97
92 92
87 87
82 82
77 77
72 72
Jul-01
Jan-01
Jun-01
Jan-02
Mar-01
Apr-01
Mei-01
Sep-01
Okt-01
Nop-01
Des-01
Feb-01
Agust-01
Gambar 5.5: Contoh Pola Operasi Waduk Saguling- Cirata- Juanda Tahun 2001
46
Dalam rangka menjamin keselamatan serta menghindari risiko bahaya yang tidak
diinginkan, setiap tindakan yang berkenaan dengan pengoperasian peralatan
hidromekanik dan elektrik bendungan harus dilengkapi dengan petunjuk yang jelas
mengenai tata-cara, ketentuan dan batas-batas operasi peralatan, termasuk kondisi-
kondisi lainnya yang berkaitan dengan pengoperasian peralatan tersebut. Petunjuk
operasi peralatan tersebut, setidaknya harus mencakup hal-hal sebagai berikut:
(i) Petunjuk rinci operasi/prosedur operasi peralatan hidrolik bendungan dan semua
peralatan mekanik dan listrik yang terkait harus mencakup: rencana keseluruhan,
urutan, dan semua cara pengaturan termasuk cara operasi alternatif dan batasan
operasi, untuk melindungi peralatan seperti: bukaan pintu minimum untuk
mencegah kavitasi, kecepatan bukaan pintu, dll.
(ii) Memeriksa kinerja peralatan pada setiap tahap operasi agar mampu mendeteksi
dan memperbaiki bila terjadi peralatan tidak berfungsi.
(iii) Adalah penting untuk menetapkan metode penggantian dari satu metoda/cara
operasi ke cara lain atau membuat satu cara yang mengesampingkan cara lain
karena hal ini penting khususnya dalam keadaan darurat.
(iv) Petunjuk/prosedur operasi perlu dilengapi dengan grafik, bagan alir, gambar, tata
letak, foto, format/tabel catatan operasi waduk, dll. Penjelasan mengenai prosedur
operasi, harus mudah diakses oleh para personil operasi, termasuk personil
pembantu. Gambar dalam bentuk grafik dan bagan alir harus dibingkai dengan
bahan yang tahan lama, bila mungkin di laminating kemudian diletakkan/ditempel
berdekatan dengan peralatan bersangkutan.
(v) Pemberian tanda dengan sistem label atau skema berwarna perlu
diterapkan/dipakai terhadap semua komponen peralatan yang penting.
(vi) Pemberian tanda tersebut sangat penting untuk menghindari kesalahan operasi
khususnya pada kondisi kritis/darurat.
(vii) Petunjuk/instruksi yang singkat dan jelas untuk operasi dalam keadaan darurat,
misal harus menyalakan unit tenaga listrik cadangan.
(viii) Uji operasi terhadap semua peralatan yang dapat dioperasikan, harus dilakukan
secara teratur untuk memastikan bahwa peralatan tersebut dalam keadaan siap
operasi setiap saat.
47
TABEL 5.1: Sebagian tugas juru operasi
OPERASI WADUK FREKWENSI
Catat informasi seperti berikut:
− Elevasi waduk. Dicatat secara
− Inflow ke waduk. harian.
− Debit terjadi pada spillway dan pintu pengambilan.
− Data curah hujan dan klimatologi. Sesuai dengan
Lakukan penyesuaian yang diperlukan pada pintu prosedur operasi/
pengambilan atau pada katup dan lakukan uji operasi SOP.
peralatan sesuai dengan prosedur operasi atau SOP.
Setiap petugas OP harus memahami petunjuk operasi pada kondisi darurat dan
selalu siap menghadapi kondisi yang terburuk. Untuk itu secara berkala perlu
dilakukan pelatihan penyegaran mengenai operasi darurat tersebut.
5.8. Rangkuman
Pada dasarnya kegiatan utama dari operasi bendungan adalah pengoperasian
waduk yang dilakukan dengan cara mengatur pengeluaran air waduk melalui
pintu-pintu atau katup pada bangunan pelengkap yang terdiri dari:
- Bangunan pelimpah,
- Bangunan sadap/intake,
- Fasilitas pengeluaran darurat (emergency release) yang dapat berupa:
bangunan pengeluaran bawah (botom outlet), atau bangunan pengeluaran
khusus untuk melepas air pada kondisi darurat, atau bangunan intake yang
kapasitasnya diperbesar sesuai dengan kebutuhan untuk pengeluaran
darurat.
48
Pengoperasian pintu atau katup bangunan pelengkap harus dilakukan sesuai
dengan prosedur operasi. Kegiatan operasi yang tidak sesuai dengan prosedur
operasi dapat berakibat: mengurangi efektifitas bendungan, menimbulkan
kerusakan pada peralatan yang dioperasikan dan bahkan dapat membahayakan
kesalamatan bendungan yang bersangkutan.
Dilihat dari jenis operasinya, operasi waduk dibedakan menjadi:
- Operasi normal/operasi harian rutin,
- Operasi darurat,
- Operasi banjir.
Operasi waduk harus dilakukan berdasar “rencana tahunan operasi waduk”, dan
rencana tahunan operasi waduk dibuat berdasarkan “pola operasi waduk”.
Didalam pelaksanaan rencana tahunan operasi waduk, perlu dilakukan evaluasi
secara berkala karena kenyataan yang terjadi dilapangan tidak selalu sama dengan
rencana operasi.
Untuk menyusun rencana tahunan operasi waduk dan pola operasi waduk
diperlukan informasi mengenai ketersediaan air dan kebutuhan air yang diperoleh
dari hasil analisis data hidrologi.
5.7. Latihan
Pilih jawaban yang paling benar
1) Pengoperasian pintu atau katup bangunan pelengkap harus dilakukan sesuai
dengan prosedur operasi. Kegiatan operasi yang tidak sesuai dengan prosedur
operasi dapat berakibat antara lain:
a. Meningkatkan biaya OP.
b. Menimbulkan kerusakan pada peralatan yang dioperasikan dan bahkan.
c. Menimbulkan kerusakan tubuh bendungan.
2) Operasi waduk harus dilakukan berdasar…………
a. Permintaan petani.
b. Rencana tahunan operasi.
c. Data curah hujan.
49
3) Salah satu kegiatan yang termasuk dalam lingkup kegiatan operasi waduk
adalah………..
a. Melakukan pemotongan rumput liar pada tubuh bendungan.
b. Melakukan pembacaan instrument bendungan.
c. Membuat dan melaksanakan rencana tahunan operasi waduk.
Kunci jawaban
1) b.
2) b.
3) c.
50
VI. PEMELIHARAAN
6.1. Umum
Pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang sangat penting untuk menjaga agar:
bendungan, bangunan pelengkap dan semua fasilitasnya selalu dalam kondisi aman dan
berfungsi baik sehingga siap dioperasikan pada semua kondisi operasi.
Secara garis besar kegiatan pemeliharaan bendungan dapat dibedakan menjadi dua
kelompok kegiatan, yaitu:
a. Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance): dilakukan untuk
mencegah terjadinya kemerosotan mutu atau kerusakan pada bendungan dan
bangunan pelengkapnya. Kegiatan pemeliharaan ini meliputi:
- Pemeliharaan terjadwal (scheduled maintenance), dan
- Pemeliharaan pemeriksaan (monitored maintenance).
b. Pemeliharaan tak terduga (extra ordinary maintenance ): dilakukan sesuai
kebutuhan untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi, kerusakan akibat
kemerosotan mutu, banjir, vandalisme dan lain-lain.
Semua pelaksanaan kegiatan pemeliharaan harus dicatat oleh petugas pelaksana
pemeliharaan. Pemeriksaan secara rutin akan memberi informasi yang diperlukan untuk
mengidentifikasi kemungkinan adanya indikasi problem yang sedang berkembang.
Dengan teridentifikasinya adanya problem yang sedang berkembang secara dini,
pengelola bendungan dapat segera mengambil tindakan pencegahan secara cepat dan
tepat.
51
misal: harian, minguan, bulanan, tahunan atau berdasar jumlah jam operasi, jumlah
siklus operasi, dll.
52
kebutuhan perbaikan, kebutuhan penggantian bagian-bagian dan komponen
bendungan serta untuk menyusun anggaran biaya OP.
2) Berkembangnya tumbuh-tumbuhan.
− Perlu pemotongan atau pengendalian tumbuh agar tidak mengganggu
pengamatan bendungan
− Indikasi rembesan atau kapilaritas berlebihan
5) Saluran Drainasi
− Tersumbat oleh tumbuh-tumbuhan
− Kebocoran sepanjang saluran drainasi
53
− Kuantitas dan kualitas aliran
− Sembulan air (boils) : dimana lokasinya
− Pengendapan lumpur, delta, kerucut pasir
6) Tubuh bendungan
− Jagaan: Elevasi muka air
− Puncak
Retakan: loasi, melintang atau membujur dan bentuk lain, ukuran, luas dan
kedalaman
Penurunan: lokasi, melintang atau membujur, bentuk, ukuran, luas dan
kedalaman
− Lereng hulu
Retakan: lokasi, melintang, membujur, lebar, kedalaman dan pola retakan;
Lubang benam, pusaran air (vortex);
Erosi permukaan membentuk alur (gullying), penurunan;
Erosi gelombang-gerakan material
− Lereng Hilir
Retakan : lokasi, melintang, membujur, lebar, kedalaman dan pola retakan;
Penurunan: posisi, luas dan bentuk;
Penonjolan (bulging) – bentuk dan ukuran;
Erosi alur (gullies) – kedalaman dan sumber;
Kelembaban selama musim kering;
Daerah lembab – lokasi, bentuk dan ukuran;
Sembulan (boils), rembesan – ukuran dan perkiraan debit;
Liang binatang.
− Berm dan areal dalam jarak 15 meter di luar kaki bendungan
Erosi alur (gullies);
Daerah lembab;
Sembulan (boils), rembesan.
54
− Lantai bangunan pelimpah oleh gaya angkat (uplift), penurunan dan retakan
− Pipa udara dan chamber
− Pipa drainasi
Dalam pelaksanaan pemeliharaan tak terduga mungkin perlu melibatkan: ahli dari luar,
konsultan atau kontraktor.
Kegiatan pemeliharaan tak terduga yang berupa perbaikan besar, rehabilitasi atau
perkuatan (improvement) yang berpengaruh terhadap struktur mendasar/struktur pokok
bendungan diwajibkan melalui tahapan sertifikasi keamanan bendungan seperti proses
pembangunan bendungan baru.
55
- peralatan hidromekanik elektrik dan semua peralatan yang dioperasikan sesuai dengan
referensi dari pabrik pembuat, termasuk servis terhadap peralatan atau penggantian
suku cadang peralatan sesuai jadwal, pelumasan peralatan, dll.;
- sistem instrument bendungan sesuai dengan referensi dari pabrik pembuat;
- sistem telemetri dan sistem peringatan banjir;
- bangunan kantor, jalan akses, dll.
Setiap panduan OP suatu bendungan, perlu dilengkapi dengan daftar simak atau tabel
pekerjaan pemeliharaan pencegahan rutin dan berkala sesuai dengan kondisi masing-
masing bendungan. Pada tabel 5.1 disajikan contoh program pekerjaan pemeliharaan
beserta frekuensi pelaksanaannya untuk bagian puncak dan lereng tubuh bendungan.
Contoh lengkap rincian pekerjaan pemeliharaan bendungan disajikan pada lampiran A.
Program pemeliharaan perlu dilengkapi dengan kebutuhan peralatan khusus atau bahan
yang diperlukan untuk pemeliharaan. Bila mungkin, dilampirkan pula gambar dan
diagram untuk membantu kelancaran pekerjaan pemeliharaan.
Tabel 6.1: Contoh rincian tugas pekerjaan pemeliharaan rutin, untuk bagian puncak
dan lereng tubuh bendungan.
PEMELIHARAAN TUBUH BENDUNGAN URUGAN FREKWENSI
Pengendalian Erosi: Periksa erosi per
Perbaiki erosi dengan membuang material lepas dan ganti dengan triwulan dan
pengisian material yang dipadatkan. Tambahkan kerikil dan tanah setelah terjadi
berbatu atau tanam rumput untuk mencegah erosi . hujan ekstrim
Pengendalian Vegetasi: Paling sedikit
Pemotongan rumput setiap 6 bulan atau lebih sesuai dengan hasil setiap 6 bulan.
pemantaun pada permukaan bendungan. Ketinggian rumput tidak
bolehmelebihi 20 cm.
Buang pepohonan dan semak. JANGAN MEMBUANG POHON
DENGAN DIAMETER BATANG LEBIH DARI 15 CM TANPA
PETUNJUK DARI TENAGA AHLI.
Pengendalian liang binatang: Periksa liang
Perbaiki liang binatang dengan pengisian kembali dan dipadatkan. Jika binatang bulanan.
liang terlalu dalam, minta petunjuk dari tenaga ahli untuk perbaikan. Singkirkan atau
Lakukan upaya pencegahan jangan sampai terjadi binatang membuat basmi binatang
liang pada tubuh bendungan. pembuat liang
56
Pembuangan material longsoran dan sampah Periksa longsoran
Singkirkan material longsoran dan sampah pada bagian lereng hulu, dan sampah
saluran pengarah pelimpah, dan saluran pembawa. setiap bulan.
Pemeliharaan Pelindung Lereng: Periksa pelindung
Riprap: Perbaiki bagian rip rap yang runtuh (beaching) dan lereng setiap
kembalikan seperti kondisi semula dengan menutup kembali timbunan tahun.
tanah yang tererosi, menghampar lapisan filter dan material rip rap.
Perbaiki rongga-rongga diantara batu riprap dengan mengisi batu
pengunci.
Soil-Cement: Perbaiki soil-cement yang rusak dengan cara menambal
menggunakan beton.
Catatan: Jika masalah pada pelindung lereng masih tetap terjadi,
konsultasikan dengan tenaga ahli untuk perubahan desain pelindung
lereng.
Pemeliharaan Sistem Drainasi: Periksa saluran
Bersihkan material penyumbat saluran/pipa drainasi. Singkirkan drainasi setiap
tumbuhan atau tanah yang menyumbat drainsi. Pelihara pengaman bulan.
atau kisi-kisi di outlet saluran/pipa drainasi yang berfungsi untuk
mencegah masuknya binatang.
Catatan: Jika tersumbatnya saluran drainasi tidak pada bagian oulet, Periksa alat ukur
konsultasikan dengan tenaga ahli untuk mengetahui penyebab dan dan ukur debit
cara mengatasinya. rembesan setiap
Pantau rembesan pada tubuh bendungan dengan mengukur debit bulan
rembesan pada alat ukur debit atau menggunakan alat stop watch dan
gelas ukur.
57
6.6. Rangkuman
a. Pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang sangat penting untuk menjaga agar:
bendungan, bangunan pelengkap dan semua fasilitasnya selalu dalam kondisi aman
dan berfungsi baik sehingga siap dioperasikan pada semua kondisi operasi.
b. Secara garis besar kegiatan pemeliharaan bendungan dapat dibedakan menjadi dua
kelompok kegiatan, yaitu:
1). Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance): dilakukan untuk mencegah
terjadinya kemerosotan mutu atau kerusakan pada bendungan dan bangunan
pelengkapnya. Kegiatan pemeliharaan ini meliputi:
- Pemeliharaan terjadwal (scheduled maintenance), dilaksanakan secara rutin
dan berkala, dan
- Pemeliharaan pemeriksaan atau pemeriksaan pemeliharaan (monitored
maintenance).
2). Pemeliharaan tak terduga (extra ordinary maintenance): dilakukan sesuai
kebutuhan untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi, kerusakan akibat
kemerosotan mutu, banjir, vandalisme dan lain-lain.
c. Setiap bendungan harus memiliki rencana/program kegiatan pemeliharaan
pencegahan terjadwal yang meliputi pemeliharaan rutin dan pemeliharaan berkala.
d. Pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan di lapangan harus selalu dicatat oleh petugas
OP untuk kemudian dilaporkan kepada pemilik/atasan pengelola bendungan dan
sebagai dokumen yang harus disimpan oleh pengelola bendungan.
6.7. Latihan
Pilih jawaban yang paling benar
1) Secara garis besar kegiatan pemeliharaan bendungan dapat dibedakan menjadi dua
kelompok kegiatan, yaitu:
a. Pemeliharaan tubuh bendungan dan waduk;
b. Pemeliharaan tubuh bendungan dan bangunan pelimpah;
c. Pemeliharaan pencegahan dan pemeliharaan tak terduga.
2) Yang di maksud dengan pemeliharaan pencegahan adalah:
a. Pemeliharaan untuk mencegah terjadinya keruaskan pada peralatan
hidromekanik;
b. Pemeliharaan untuk mencegah kerusakan pada tubuh bendungan;
c. Pemeliharaan yang dilaksanakan secara rutin dan berkala untuk memperpanjang
umur layanan komponen-komponen bendungan dan peralatannya, serta untuk
menghindari terjadinya kerusakan yang biaya perbaikannya mahal.
3) Pemeliharan terjadwal adalah pemeliharaan bendungan beserta komponen-
komponen pendukungnya yang dilakukan sesuai dengan jadwal yang
58
direncanakan. Ditinjau dari waktu pelaksanaannya, pemeliharaan terjadwal dapat
dibagi menjadi 2 (dua) kelompok kegiatan, yaitu: Pemeliharaan rutin dan
pemeliharaan berkala.
Yang dimaksud dengan pemelihraan rutin adalah pemeliharaan yang dilakukan
dengan interval waktu yang pendek seperti:
a. harian;
b. harian dan mingguan,
c. harian, mingguan dan bulanan.
Kunci jawaban:
1). c
2). c
3). c.
59
VII. PEMANTAUAN BENDUNGAN
7.1 Umum
Bendungan akan selalu mendapat ancaman dari fenomena alam berupa banjir, gempa,
tanah longsor dan menurunnya kualitas pada bangunan dan pondasi. Sejalan dengan
perjalanan waktu, secara alami juga akan terjadi perubahan pada karakteristik struktur.
Biasanya perubahan berjalan dengan lambat dan tidak langsung dapat diamati secara
visual. Dengan pemantauan atau monitoring bendungan secara menerus, biasanya gejala
perubahan yang merugikan dapat diketahui. Sisi lain bendungan juga selalu mendapat
ancaman dari aktifitas mahkluk hidup seperti manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan.
Oleh karenanya bendungan harus dipantau dan dipelihara secara terus-menerus.
Tujuan pemantauan adalah untuk mengetahui sedini mungkin problem yang sedang
berkembang sebelum menjadi ancaman bagi keamanan bendungan, sehingga pengelola
bendungan dapat mengambil langkah koreksi atau perbaikan secara cepat dan tepat.
60
- Tingkat permasalahan yang ditemui pada tahap desain dan/atau pelaksanaan
konstruksinya, dll;
- Tipe bendungan;
PENGUKURAN / PEMERIKSAAN
PEMBACAAN BENDUNGAN UJI
OPERASI
INSTRUMENT
61
• Rembesan dan bocoran mencakup: daerah basah, sumber rembesan/bocoran,
laju remebesan/bocoran, kualitas dan kuantitas air rembesan/bocoran.
• Penurunan (deformasi vertikal) dan tinggi jagaan pada bendungan urugan,
mencakup besar dan laju penurunannya.
• Deformasi (pergeseran vertikal, horisontal) yang terjadi, internal maupun
eksternal, mencakup lokasi, laju dan besarannya.
• Tegangan air pori dan gaya angkat, mencakup variasi dan besaran.
• Tekanan internal, mencakup pola, besaran dan perubahannya.
Parameter-parameter utama yang erat kaitannya dengan perilaku bendungan serta jenis
instrumen yang diperlukan untuk pemantauan, berikut contoh permasalahannya disajikan
pada Tabel 7.1.
62
• Pita ukur setelah digunakan harus dicuci agar terhindar dari bahan-bahan
pengikis dan/atau bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan karat.
• Baterai atau aki (accu) yang digunakan untuk peralatan baca harus diupayakan
agar tidak mati mendadak, dengan cara mengecek/mengisi air aki secara
teratur. Hal ini untuk mencegah pengaruhnya terhadap memori pembacaan.
• Tutup dan sumbat yang digunakan pada peralatan baca harus dibersihkan dan
diganti. Penggantian dilakukan saat peralatan sedang tidak digunakan
• Komponen-komponen elektrik dan mekanik pada peralatan baca, hendaknya
dijaga secara hati-hati, baik penempatan/penyimpanannya, pengangkutannya
maupun instalasinya.
Bagian-bagian tertentu mungkin memerlukan peralatan cadangan untuk
persediaan penggunaan jangka panjang.
b. Kalibrasi penggunaan: dilakukan dalam rangka memeriksa fungsi dan
ketepatan pembacaan instrumen selama masa penggunaannya. Kalibrasi dapat
dilakukan secara insitu atau dibawa ke Laboratorium dengan jadwal yang teratur.
Kalibrasi instrumen, prosedur maupun jadual pelaksanaannya biasanya telah
diuraikan secara rinci di dalam manual yang diterbitkan oleh pabrik pembuatnya.
Gambar 7.2 : ilustrasi pembacaan instrumen sampai dengan evaluasi datanya oleh
enjineer di kantor pengelola bendungan.
63
Tabel 7.1. Parameter Pemantauan dan Instrumentasinya
Keterangan:
U = Bendungan Urugan
B = Bendungan Beton
64
Tabel 7.2 : Frekwensi minimal pembacaan instrumen
65
Gambar 7.3 : Ilustrasi perbedaan muka air tanah dan
kondisi artesis/tekanan pori
66
Gambar 7.5 : Prinsip kerja pisometer pneumatic (atas)
dan elektrik (bawah)
67
Gambar 7.7 : Contoh grafik hasil pembacaan pisometer elektrik Bendungan Sermo
68
bukaan sambungan).
Pemeriksaan dilakukan dengan cara: penyelaman, pemeruman (eco sounding),
menggunakan kamera bawah air (ROV).
69
Gejala perilaku bendungan sebagaimana dimaksud diatas meliputi:
- aspek deformasi seperti: pergeseran, penurunan, sembulan/pengangkatan,
retakan, dll;
- aspek hidrolis seperti: erosi permukaan, erosi/gerusan pada: kaki
bendungan, bangunan pengeluaran, fondasi, tumpuan, dll.
- aspek rembesan seperti: perubahan debit dan perubahan warna rembesan,
munculnya daerah basah, bocoran, aliran buluh, didih pasir, lobang benam
(sink hole), pelarutan material bendungan atau fondasi, dll.
b. Frekuensi pemeriksaan: harian, mingguan, bulanan.
c. Pelaksana pemeriksaan rutin: petugas OP lapangan (juru dan pengamat)
7.3.5. Pemeriksaan berkala biasa:
a. Tujuan pemeriksaan berkala, untuk mengetahui a.l. :
- gejala perilaku bendungan (dari hasil pemeriksaan lapangan dan data
instrument bendungan);
- perubahan kondisi bendungan dan komponen-komponennya;
- kerusakan yang terjadi;
- kondisi instrument dan peralatan hidromekanik;
- penurunan mutu, dan
- hal-hal lain yang dampaknya berpotensi mengganggu fungsi dan keamanan
bendungan.
b. Frekuensi pemeriksaan; dilakukan minimal 2x per tahun, yaitu:
- Saat musim kemarau pada m.a.waduk terendah sehingga dapat dilakukan
pemeriksaan lereng hulu bendungan secara maksimal.
- Saat musim hujan pada kondisi air waduk penuh, untuk mengetahui perilaku
dan performance bendunga saat menerima beban air waduk secara penuh.
c. Pelaksana pemeriksaan berkala biasa: pemeriksa/supervisor (engineer
pengelola bendungan) bersama petugas lapangan (juru dan pengamat)
d. Laporan pemantauan berkala: terdiri dari laporan pemantuan tengah
tahunan dan laporan tahunan OPP (Operasi, Pemeliharaan dan Pemantauan).
Laporan pemantauan tengah tahunan: dibuat pada akhir tengah tahun
pertama setelah pelaksanaan pemeriksaan berkala. Isinya meliputi: laporan hasil
pemeriksaan lapangan, data bacaan instrument beserta evaluasinya termasuk
perihal yang disebutkan pada butir 7.3.a. diatas.
Laporan tahunan OPP: dibuat pada akhir tengah tahun ke 2 isinya
merupakan gabungan rangkuman laporan Operasi, Pemeliharaan dan
Pemantauan disebut Laporan tahunan OPP.
e. Isi laporan tahunan OPP:
Isil laporan tahunan OPP paling tidak mencakup hal-hal sbb:
70
- Hasil pemeriksaan visual, termasuk identifikasi komponen / bagian-bagian
yang memerlukan perawatan / pemeliharaan/ perbaikan;
- Hasil uji operasi semua peralatan yang terkait dengan keamanan bendungan;
- Hasil pemantauan perilaku bendungan, yang meliputi aspek deformasi,
rembesan, tekanan pori dan tekanan angkat (uplift).
- Interpretasi data instrumentasi: bandingkan hasil data pemantauan dengan
asumsi desain, dan untuk bendungan lama bandingkan pula dengan trend data
pemantauan instrumentasi;
- Kondisi peralatan instrumentasim bendungan (berfungsi baik, rusak?);
- Hasil pelaksanaan operasi;
- Hasil pelaksanaan pemeliharaan dan perbaikan;
- Kejadian khusus/musibah dan peristiwa (accident and incident);
- Evaluasi pelaksanaan program OP;
- Kegiatan pemeriksaan/inspkesi dan studi yang dilakukan pada tahun yang
bersangkutan.
71
bagi bendungan yang memiliki kelas bahaya tinggi dan sangat tinggi dan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali
dalam 10 (sepuluh) tahun untuk bendungan rendah (<30m) yang memiliki kelas bahaya sedang dan kelas
bahaya rendah.
72
Tabel 7-2 : Klasifikasi status/kondisi keamanan suatu bendungan
a. Tahap pemeriksaan
Pemeriksaan luar biasa dan pemeriksaan khusus dilaksanakan dalam tiga tahap,
yaitu:
- Pemeriksaan segera oleh petugas OP lapangan;
- Pemeriksaan lanjutan oleh ahli bendungan senior;
- Inspeksi oleh tim inspeksi KKB dan atau tim inspeksi Balai Bendungan.
1). Pemeriksaan segera oleh petugas lapangan
73
Setelah terjadi kondisi luar biasa atau kondisi khusus, petugas OP lapangan
(juru dan pengamat) harus segera melakukan pemeriksaan luar biasa atau
pemeriksaan khusus. Hasil pemeriksaan segera dilaporan ke ahli bendungan
senior (enjineer supervisor) di kantor pengelola bendungan.
2). Pemeriksaan lanjutan oleh ahli bendungan senior
Setelah menerima laporan, ahli bendungan senior harus segera melakukan
pemeriksaan lapangan dan melakukan evaluasi serta kemudian menyiapkan
laporan pemeriksaan luar biasa atau laporan pemeriksaan khusus.
3). Inspeksi luar biasa/khusus oleh tim KKB dan atau Balai Bendungan
Inspeksi ini dilakukan setelah Balai Bendungan menerima laporan pemeriksaan
luar biasa atau laporan pemeriksaan khusus. Apabila dari laporan tersebut
disimpulkan terjadi indikasi ancaman yang serius terhadap keamanan
bendungan, tim KKB dan atau tim Balai Bendungan akan melakukan inspeksi
luar biasa atau inspeksi khusus.
b. Gempa bumi:
Pemeriksaan dilakukan apabila:
- magnitute gempa dan jarak pusat gempa dari bendungan seperti pada tabel
7.3, atau
- gempa yang terjadi memiliki percepatan gempa puncak (PGA) lebih besar dari
0.1 g, atau
- gempa yang terjadi telah mengakibatkan kerusakan pada bangunan-bangunan
permanen disekitar bendungan.
Pemeriksaan oleh petugas lapangan dilakukan dengan frekwensi minimal 1x
perminggu selama minimal 6 minggu.
Tabel 7.3 : Besaran dan jarak sumber gempa untuk inspeksi luar biasa
74
c. Banjir besar:
Pemeriksaan dilakukan sebelum terjadi banjir besar dan sesudahnya. Apabila dari
peramalan banjir (flood forecasting) diperkirakan akan terjadi banjir besar, petugas
OP harus segera melakukan pemeriksaa pada pelimpah untuk mengetahui kesiapan
operasi pelimpah untuk memastikan pintu pelimpah siap dioperasikan dan tidak
terjadi hambatan disepanjang saluran pelimpah. Pemeriksaan juga dilakukan pada
lokasi-lokasi yang perlu perlindungan khusus terhadap banjir.
Pemeriksaan setelah banjir dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya
kerusakan pada bagian-bagian bendungan yang perlu diperbaiki, utamanya pada
bangunan peredam enerji dan saluran dihilirnya.
d. Badai
Badai dapat menimbulkan gelombang tinggi yang merusak lereng hulu bendungan.
Selama badai lereng hulu perlu dipantau, dan perlu diantisipasi kemungkinan
terjadinya kerusakan yg perlu perbaikan segera. Setelah badai reda, perlu
pemeriksaan rinci untuk mengetahui kerusakan yg terjadi dan kebutuhan
perbaikannya.
e. Kejadian khusus
Pemeriksaan ini dilakukan setelah terjadi kejadian khusus yang mengancam
keamanan bendungan seperti: kerusakan pada tubuh bendungan yang terus
berkembang, longsoran besar, retakan besar, amblesan besar, munculnya bocoran
pada tubuh bendungan, lubang benam, dll. Pemeriksaan difokuskan terhadap
kerusakan atau ancaman keamanan bendungan yang terjadi.
f. Distribusi laporan
Laporan pemeriksaan besar didistribuasikan ke Pemilik bendungan atau direktorat
pembina, Balai Bendungan, dan pengelola wilayah sungai yang bersangkutan.
75
7.4 Uji Operasi :
Semua peralatan yang terkait dengan keamanan bendungan harus selalu siap untuk
dioperasikan pada segala kondisi. Untuk mengetahui kesiapan alat, minimal satu tahun
sekali perlu dilakukan uji operasi. Uji operasi hendaknya dilakukan bersamaan dengan
jadwal pemeliharaan dan disinkronkan dengan pola operasi waduk. Uji dilakukan
terhadap pintu pengeluaran bawah (contoh Gambar 6-7), pintu pelimpah, system gawar
darurat (flood warning system,) dan peralatan lain yang terkait dengan keamanan
bendungan.
.3 Rangkuman
.4 Latihan
7.5. Rangkuman
Bendungan akan selalu mendapat ancaman dari fenomena alam berupa banjir, gempa,
tanah longsor dan menurunnya kualitas pada bangunan dan pondasi. Sejalan dengan
perjalanan waktu, secara alami juga akan terjadi perubahan pada karakteristik struktur.
Disamping itu bendungan juga selalu mendapat ancaman dari aktifitas mahkluk hidup
seperti manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Oleh karenanya bendungan harus
dipantau dan dipelihara secara terus-menerus.
Tujuan pemantauan adalah untuk mengetahui sedini mungkin problem yang sedang
berkembang sebelum menjadi ancaman bagi keamanan bendungan, sehingga pengelola
bendungan dapat mengambil langkah koreksi atau perbaikan secara cepat dan tepat.
76
Lingkup kegiatan pemantauan bendungan, secara garis besar meliputi 3 kelompok
kegiatan sebagai berikut:
- Pengukuran atau pembacaan instrument
- Pemeriksaan
- Uji operasi.
7.6. Latihan
Pilih jawaban yang paling benar
1). Tujuan pemantauan bendungan adalah:
a. Tujuan pemantauan adalah untuk menjaga agar tidak terjadi kerusakan
bendungan.
b. Tujuan pemantauan adalah untuk menjaga agar bendungan selalu siap
dioperasikan.
c. Tujuan pemantauan adalah untuk mengetahui sedini mungkin problem
yang sedang berkembang sebelum menjadi ancaman bagi keamanan
bendungan, sehingga pengelola bendungan dapat mengambil langkah
koreksi atau perbaikan secara cepat dan tepat.
2). Lingkup kegiatan pemantauan meliputi:
a. Pemeriksaan rutin dan pemeriksaan berkala.
b. Pemeriksaan besar dan pemeriksaan luar biasa.
c. Pengukuran atau pembacaan instrument, pemeriksaan dan uji operasi.
77
VIII. PEMERIKSAAN VISUAL
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta
pelatihan mampu menjelaskan garis besar pemeriksaan
visual bendungan
8-1 Umum
Pemeriksaan visual adalah merupakan bagian dari kegiatan pemantauan bendungan
yang sangat penting untuk menjaga keamanan, fungsi dan umur layanan bendungan.
Dengan pemeriksaan visual, akan diperoleh gambaran kondisi bendungan dan akan
diketahui sedini mungkin problem yang sedang mulai berkembang . Penjelasan kondisi
bendungan yang akurat dan rinci dari hasil setiap observasi pada pemeriksaan akan
mampu memberi gambaran perekembangan/perbandingan kondisi bendungan dari
waktu ke waktu.
Secara rutin pemeriksaan visual perlu dilakukan pada:
- tubuh bendungan, yakni lereng hulu dan hilir, puncak termasuk bendungan sadel;
- bangunan pelengkap dan peralatan pendukungnya, yakni pengeluaran, pelimpah;
- fondasi termasuk bukit tumpuan kanan dan kiri;
- daerah sekeliling waduk, yakni daerah di belakang bendungan, daerah tepian waduk.
Pemeriksaan visual harus dilakukan oleh tenaga yang terlatih sehingga mampu
memberikan penilaian kondisi bendungan secara akurat. Pemeriksaan visual yang
disertai dengan evaluasi terhadap data hasil monitoring instrument pada bendungan akan
mampu memberikan gambaran kondisi bendungan yang lengkap baik yang terlihat di
permukaan maupun di dalam tubuh bendungan.
78
8.2 Catatan pemeriksaan
Hal-hal yang perlu dicatat apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya
masalah/potensi masalah:
a. Apa (what): apa masalah/potensi masalah yang ditemukan.
b. Lokasi (where): dimana lokasi masalah/potensi masalah atau kondisi yang dicurigai
ataupun menimbulkan tanda tanya.
c. Kapan (when): kapan masalah/potensi masalah muncul pertama kali.
d. Ukuran/luas: panjang, lebar, kedalaman, perbedaan tinggi bagian kiri dan kanan (untuk
retakan/deformasi) , luas, dll.
e. Deskripsi detail:
Catatan mengenai temuan masalah/potensi maslah perlu dilengkapi dengan
deskripsi/penjelasan yang mencakup antara lain:
- Rembesan: debit, tingkat kekeruhan/kandungan material.
- Retakan: pola, panjang, lebar, kedalaman, adakah perbedaan ketinggian antara
sisi kiri dan kanan (offset).
- Daerah basah (wet area): luas area yang basah
- Kemerosotan mutu beton: kedalaman atau ketebalan kemerosotan mutu, laju
kemerosotan mutu normal atau sanagt cepat, dll.
Disamping itu catat pula kondisi umum bendungan seperti:
- Adanya kondisi: lembab, basah, atau jenuh, pada suatu daerah
- Kecukupan lapisan pelindung pada lereng
- Kecukupan sistem drainase permukaan
- Apakah lereng terlihat terlalu terjal?
- Apakah kemerosotan mutu berjalan sangat cepat atau normal?
- Adakah perubahan kondisi pada suatu bagian atau komponen bendungan?
- Dan lain sebagainya tergantung pada kondisi masing-masing bendungan, tidak
hanya terbatas pada contoh diatas.
f. Foto dokumentasi dan gambar sketsa
Catatan pemeriksaan juga perlu dilengkapi dengan foto dokumentasi
masalah/potensi maslah yang ditemukan, dan apabila foto belum dapat memberi
gambaran yang jelas, lengkapi dengan gambar sketsa.
d. Elevasi muka air waduk dan kondisi cuaca
Ini adalah dua hal penting yang harus selalu dicatat setiap melakukan pemeriksaan
bendungan. Kondisi cuaca yang berpengaruh pada pengamatan, khususnya hujan
yang baru turun.
79
• Pergeseran atau longsoran ( bendungan, tumpuan, keliling waduk).
• Rembesan terkonsentrasi/bocoran.
• Daerah basah/jenuh air.
• Drainase tersumbat, debit berlebihan, airnya keruh.
• Bocoran pada pertemuan antara timbunan dan tumpuan.
• Riprap tersingkap/longsor/beaching.
• Lubang/retakan beton pelindung lereng hulu.
• Rongga di bawah beton pelindung lereng hulu
• Kemerosotan mutu beton pelindung lereng hulu, pelimpah, bangunan pengeluaran
dan konstruksi lain.
• Retak, lubang, kemerosotan mutu konstruksi baja.
• Dan lain sebagainya.
80
Gambar 8.2, Jangkauan panadang dan lintasan jalan pemeriksaan pada lereng hilir secara
sejajar dan zig zag.
81
Gambar 8.3, Cara pemeriksaan kelurusan puncak bendungan
82
- Obyek yang diperiksa
- Unsur/komponen yang diperiksa
Frekwensi pemeriksaan visual, untuk masing-masing komponen bendungan dapat dilhat
pada tabel 8-1.
Setiap 2 minggu
1 x per minggu
2 x per tahun
1 x per tahun
1 x per bulan
FREKWENSI PEMERIKSAAN
Puncak bendungan X
Lereng bendungan
- hilir X
- hulu X
Kontak dengan fondasi X 1)
Daerah hilir bendungan X
Tepian waduk X 3)
Galeri pengontrol (Inspection Gallery) / lorong inspeksi X
Sumuran X
Galeri drainase / lorong drainasi X
Bangunan pelimpah
- pengecekan visual (termasuk saluran luncur dan terowong) X 4)
- pengecekan fungsi, saat kering X 1)
- pengecekan fungsi, saat basah X 2)
Bangunan pengeluaran bawah
- pengecekan visual (termasuk terowong) X
- pengecekan fungsi, saat kering X
- pengecekan fungsi, saat basah X 2)
Peralatan generator darurat
- pengecekan visual X
- pengecekan fungsi X
Instrumentasi X
Jaringan titik tetap X
Telekomunikasi X
Instalasi tindakan darurat
- pengecekan visual X
- telpon X
- sistem tanpa kabel X
- pengecekan fungsi X 5)
Keterangan :
1) saat elevasi air waduk rendah
2) saat elevasi air waduk tinggi
3) saat elevasi air waduk agak tinggi
4) saat musim kemarau (vegetasi)
5) sebaiknya bersama satuan penanggulangan bencana (Satlak PB/Satkorlak PB/BPBP)
83
8.8 Saat-saat penting untuk pemeriksaan
Diluar dari frekwensi pemeriksaan diatas, ada saat-saat penting untuk dilakukan
pemeriksaan, yaitu:
• Saat diperkirakan akan turun hujan badai, lakukan pemeriksaan pada pelimpah,
saluran pengeluaran, pelindung permukaan/rip rap, dll.;
• Selama atau sesudah hujan badai;
• Selama atau sesudah terjadi angin topan;
• Segera sesudah terjadi gempa bumi;
• Pada periode pengisian pertama waduk setelah pembangunan atau rehabilitasi.
a. Rembesan
Problem yang sering ditemui: Penyebab timbulnya problem:
1. Rembesan keluar dari satu titik 1. Aktivitas binatang pengerat
sumber/lubang. 2. Pelaksanaan konstruksi tidak baik
2. Rembesan keluar melalui retakan. 3. Penyusutan material urugan
3. Rembesan keluar sebagai sembulan di 4. Penurunan di dalam urugan atau fondasi
fondasi. 5. Bagian dalam pipa pengeluaran pecah
4. Rembesan keluar dari titik di dekat 6. Retakan dan kekar dalam formasi geologi
bangunan pengeluaran. 7. Terdapat lapisan kerikil atau pasir
5. Rembesan keluar dari bocoran di drainase 8. Sistem drainase tidak memadai.
bawah pelimpah.
6. Rembesan keluar dari sambungan
konstruksi, kontak dengan tebing
tumpuan.
7. Rembesan yang muncul dilereng hilir
dalam bentuk daerah basah seperti
gambar 8.4
84
Gambar 8.5: Contoh tipikal pengendalian rembesan didalam tubuh bendungan
Gambar 8.4: Aliran rembesan yang tidak dikendalikan dengan baik, dapat
mengakibatkan munculnya daerah basah pada lereng hilir, sembulan pasir ( sand boil),
aliran buluh (piping), lubang benam (sink hole)
85
b. Lereng hulu
Problem yang sering ditemui: Penyebab timbulnya problem:
1. Lereng terjal, bagian datar, daerah 1. Hempasan ombak.
sangat terjal 2. Penurunan lokal.
2. Lubang benam 3. Erosi buluh pada material
3. Longsor, slump atau gelincir urugan/fondasi.
4. Rusak, hilangnya riprap, dan erosi di 4. Lubang kecil di dinding pipa pengeluaran.
bawah riprap 5. Kualitas batu riprap yang jelek.
5. Retakan besar, retak susut, dan retakan 6. Batu-batu berukuran seragam hingga
pada permukaan beton yang merosot tidak saling mengunci.
mutunya 7. Penyusutan tanah karena kekeringan.
6. Lubang binatang pengerat 8. Aktifitas binatang pengerat.
9. Kemerosotan mutu pada rip rap dan
beton.
10. Lereng terlalu terjal.
11. Bagian urugan/fondasi bergerak.
12. Vandalisme/tangan jahil.
Akibat:
1. Lebar dan tinggi urugan berkurang.
2. Rembesan bertambah.
3. Air waduk limpas diatas bendungan.
4. Waduk kosong.
5. Urugan bergerak sepanjang bidang gelincir.
6. Tanah di belakang lapisan beton tererosi dan terbentuk rongga.
7. Lapisan beton yang tidak ada dukungannya retak.
8. Tanah di bawah riprap tererosi.
9. Sistem pengeluaran terhambat oleh longsoran.
10. Keruntuhan bendungan.
c. Puncak bendungan
Problem yang sering ditemui: Penyebab timbulnya problem:
1. Retakan memanjang/melintang/kering 1. Penurunan tidak merata.
2. Pergeseran vertikal. 2. Deformasi (perubahan bentuk).
3. Ketidaklurusan bentuk. 3. Pergerakan vertikal.
4. Cekungan. 4. Erosi pada material urugan/timbunan.
5. Lubang benam. 5. Erosi angin.
6. Parit. 6. Erosi buluh/piping.
7. Alur rembesan. 7. Lubang di dalam saluran pengeluaran.
8. Genangan. 8. Aktifitas binatang pengerat.
9. Tanaman liar selain rumput. 9. Perataan dan drainase yang jelek.
10. Alur bekas roda. 10. Kapasitas pelimpah tidak memadai.
11. Tidak ada prosedur pemeliharaan yang
benar.
12. Lenturan (defleksi) tidak merata.
13. Lalu lintas kendaraan berat.
14. Penyusutan dan pemuaian material
urugan/timbunan
86
Akibat:
1. Terbentuk alur di dalam urugan
2. Daerah urugan yang berdekatan menjadi jenuh
3. Bagian urugan melemah
4. Penampang lintang urugan berkurang
5. Pergerakan struktur
6. Deformasi
7. Tinggi jagaan berkurang
8. Terbentuknya goa
9. Tanah mengelupas
10. Erosi buluh
11. Menyulitkan pelaksanaan inspeksi, operasi dan pemeliharaan
d. Lereng hilir
Problem yang sering ditemui: Penyebab timbulnya problem:
1. Erosi 1. Hujan badai.
2. Retak memanjang/melintang 2. Kekeringan dan penyusutan material.
3. Longsor 3. Penurunan tidak merata pada urugan.
4. Amblesan 4. Hilangnya kekuatan material urugan.
5. Lubang benam 5. Pemadatan tidak memadai.
6. Rembesan 6. Aktifitas binatang pengerat.
7. Erosi buluh 7. Akar pohon-pohon besar dan semak-
8. Kerusakan lereng semak.
8. Lintasan binatang ternak.
9. Erosi buluh
Akibat:
1 Rembesan air waduk lewat tubuh bendungan
2. Penurunan atau longsor
3. Erosi pada zona kedap air
4. Memperpendek alur rembesan
5. Menghalangi pandangan pada saat inspeksi visual
6. Mutu lereng hilir merosot
7. Keruntuhan bendungan
e. Bangunan pengeluaran
Problem yang sering ditemui: Penyebab timbulnya problem:
1. Pipa pengeluaran rusak (retak, 1. Penurunan.
lubang, sambungan yang tidak 2. Tekanan.
pas). 3. Karat.
2. Kebocoran kelep. 4. Erosi.
3. Balok penyangga, stang pintu 5. Vibrasi.
dan pemegang stang patah. 6. Kavitasi.
4. Ujung bangunan pengeluaran 7. Aus.
rusak/runtuh. 8. Saringan sampah hilang/rusak.
5. Erosi di kaki bendungan. 9. Kemerosotan mutu pada beton.
87
10. Pintu dibuka dengan paksa.
11. Kualitas beton jelek.
12. Tidak ada kolam peredam energi
di ujung hilir gorong-gorong.
Akibat:
1. Terbentuk jalur air keluar masuk ke dalam pipa
2. Pintu tidak dapat dioperasikan
3. Sistem pengeluaran tidak dapat dioperasikan
4. Stang patah jika dipaksakan dibuka/ditutup
5. Kebocoran dan hilangnya dukungan pada daun pintu
6. Urugan tererosi oleh air dari pengeluaran
7. Pengelupasan tanah di kaki hilir
8.10. Rangkuman
Pemeriksaan visual adalah merupakan bagian dari kegiatan pemantauan bendungan
yang sangat penting untuk menjaga keamanan, fungsi dan umur layanan bendungan.
Dengan pemeriksaan visual, akan diperoleh gambaran kondisi bendungan dan akan
diketahui sedini mungkin problem yang sedang mulai berkembang. Penjelasan kondisi
bendungan yang akurat dan rinci dari hasil setiap observasi pada pemeriksaan akan
mampu memberi gambaran perkembangan/perbandingan kondisi bendungan dari waktu
ke waktu.
Secara rutin pemeriksaan visual perlu dilakukan pada:
- tubuh bendungan;
- bangunan pelengkap dan peralatan pendukungnya;
- fondasi termasuk bukit tumpuan kanan dan kiri;
- daerah sekeliling waduk.
Pemeriksaan visual harus dilakukan oleh tenaga yang terlatih sehingga mampu
memberikan penilaian kondisi bendungan secara akurat. Pemeriksaan visual yang
disertai dengan evaluasi terhadap data instrument pada bendungan akan mampu
memberikan gambaran kondisi bendungan yang lengkap baik yang terlihat di permukaan
maupun di dalam tubuh bendungan.
8.11 Latihan.
1) Hal-hal yang perlu dicatat apabila dalam pemeriksaan bendungan ditemukan
adanya masalah/potensi masalah adalah:
a. Rembesan, retakan, longsoran, dll.
b. Rembesan, tekanan pori, up lift, deformasi.
c. Apa masalahnya, lokasi, kapan, ukuran/luas, deskripsi detail.
2). Diskripsi yang perlu ditulis untuk problem retakan adalah:
a. bentuk penampang retakan, panjang, lebar, kedalaman, adakah perbedaan
ketinggian antara sisi kiri dan kanan;
88
b. pola, panjang, lebar, kedalaman, adakah perbedaan ketinggian antara sisi kiri
dan kanan;
c. pola, panjang, lebar, kedalaman, adakah perbedaan lebar retakan;
3). Kondisi dibawah dapat menjadi indikasi adanya problem yang sedang
berkembang pada bendungan:
a. Rembesan, retakan, longsoran, dll.
b. Gempa bumi.
c. Hujan badai.
Kunci jawaban
1). c
2). b
3). a
89
BAB IX
PENUTUP
9.1 Simpulan
Sejalan dengan umur bendungan, bendungan akan selalu mendapat ancaman
dari fenomena alam berupa panas, dingin, hujan dan juga mahkluk hidup,
sehingga sejalan dengan umur bendungan akan terjadi proses pelekangan (deterioration)
dan juga perusakan-perusakan oleh mahkluk hidup. Agar proses tersebut tidak berjalan
diluar rencana maka bendungan harus dioperasikan dan dipelihara secara dengan baik.
Kegiatan operasi dan pemeliharaan bendungan adalah merupakan suatu
kegiatan yang sangat penting untuk menjaga agar bendungan dapat berfungsi
dengan baik sehingga memberikan manfaat sesuai dengan rencana dan
keamanan (safety) bendungan tetap terjaga.
Kegiatan operasi dan pemeliharaan yang tidak sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan, akan mengurangi efektifitas bendungan dan bahkan dapat
membahyakan kesalamatan bendungan yang bersangkutan.
Lingkup kegiatan OP bendungan meliputi: operasi bendungan, pemeliharaan bendungan
dan pemantauan bendungan.
Agar penyelenggaran OP dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, dalam
penyelenggaraan OP perlu menerapakan menejemen penyelenggaraan OP yang memiliki
3 tahapan kegiatan, yaitu: Planing, Implementasi dan Evaluasi.
LATIHAN
90
4. Sebutkan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan pola
operasi waduk.
5. Sebutkan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan rencana
operasi waduk.
6. Jelaskan apa tujuan pemantauan bendungan.
7. Sebutkan 3 macam kegiatan pokok pemantauan bendungan.
8. Sebutkan macam-macam pemeriksaan yang harus dilakukan oleh
pemilik/pengelola bendungan.
KUNCI JAWABAN
91
2). Kebutuhan air yang harus terpenuhi sesuai Rencana Pokok Penyediaan Air.
Untuk irigasi, biasanya ada keputusan dari Gubernur/Pemda tentang rencana
tanam, musim tanam rendeng dan gadu pada setiap tahun. Rencana
penyediaan air disusun berdasar kebutuhan air irigasi dan berbagai kebutuhan
lain seperti PLTA, air baku dll.
3). Pengeluaran air dari waduk dihulu untuk kondisi musim basah dan kering.
Untuk bendungan kaskade seperti bendungan Jatiluhur harus
mempertimbangkan pengeluaran air dari waduk dihulunya yaitu: Cirata dan
Saguling.
4). Kapasitas palung sungai di daerah hilir. Pengeluaran air waduk melebihi
kapasitas palung sungai akan menimbulkan banjir, khususnya didaerah rendah.
5). Program pemeliharaan sarana-sarana hidromekanik dan listrik seperti: unit
PLTA, katup dan pintu, tail race, dll.
6). Keamanan bendungan, seperti adanya potensi longsoran akibat penurunan air
waduk yang terlalu cepat atau terlalu rendah. Untuk bendungan dengan
pelimpah berpintu, penetapan CWL (control water level) yang terlalu tinggi
atau penetapan awal masa recovery yang tidak tepat waktu dapat
menyebabkan over topping.
92
- Pengukuran/pembacaan instrumen beserta evaluasi datanya, yang meliputi:
instrumen untuk pemantauan tekanan pori/uplift, deformasi, rembesan.
- Pemeriksaan bendungan yang meliputi pemeriksaa rutin, berkala biasa,
pemeriksaan besar, pemeriksaan luar biasa dan pemeriksaan khusus.
- Uji operasi bagi semua peralatan yang terkait dengan keamanan Bendungan,
minimal sekali dalam setahun.
93
DAFTAR PUSTAKA
1. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Maret 2003, Pedoman Operasi dan
Pemeliharaan Bagian 1, Umum
2. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Maret 2003, Pedoman Operasi dan
Pemeliharaan Bagian 2, Pengelolaan, Operasi dan Pemeliharaan.
3. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Maret 2003, Pedoman Operasi dan
Pemeliharaan Bagian 3, Sistem Instrumentasi dan Pemantauan.
4. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Maret 2003, Pedoman Operasi dan
Pemeliharaan Bagian 5, Operasi dan Pmemeliharaan Peralatan Hidromekanik dan
Elektrik.
- Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Maret 2003, Pedoman Inspeksi dan Evaluasi
Keamanan Bendungan.
- Permen PUPR nomor 27/PRT/M/2015 tentang Bendungan.
7. Suyono Sosrodarsono Ir, Kensaku Takeda, Pradnya Paramita 1976, Bendungan
type urugan.
94
GLOSARIUM
95
8. Emergency releas facility : Saran pengeluaran darurat, adalah sarana untuk
menurunkan muka air waduk secara cepat saat terjadi keadaan darurat, bangunan
pengeluaran khusus, banguan intake yang kapasitasnya diperbesar atau bangunan
pengeluaran bawah (botom outlet).
96
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
SINGKAT
01 Nama Lengkap Ir. Zainuddin, ME
N.I.P. 110019215
02 Alamat Rumah Jl.Gladiul Blok G/8 Kaveling DKI Cipayung Jakarta Timur
97
10 Riwayat Pekerjaan -Anggota tim monitoring pelaksanaan peningkatan 2003-2006
Proyek Di Luar bendungan Manggar Balikpapan Kaltim
Instansi -Anggota tim penyusun RPP Waduk dan Bendungan 2004-2008
-Anggota tim penyusun Kreteria Kegagalan 2005-2006
Bendungan, LPJK
11 Riwayat Karya Extra -Pemenang pertama lomba cipta logo Sistem 1998
jabatan Jaminan Mutu Ditjen.Pengairan
Ir.Zainuddin,ME
98
99
100