Organisasi
Masalah
Analisis teknis dilakukan setelah seluruh data skunder dan data primer telah
terkumpul dan telah disetujui oleh Direksi. Analisis teknis yang harus dilakukan
antara lain:
1. Analisis ketersediaan air dan debit banjir di setiap sungai-sungai utama
hingga orde 1 dan orde 2 yang dianggap prioritas; Analisis hidrologi
menghitung ketersediaan debit air menggunakan data debit AWLR
ataupun menggunakan analisis ketersediaan air metode F.J. Mock atau
NRECA dengan peluang kejadian 50%, 80% dan 90%. Jika
memungkinkan, dapat melakukan analisis perbandingan DAS untuk
mendapatkan debit minimum dan debit banjir.
2. Menyusun database teknis sungai dan embung/ reservoir meliputi nama,
panjang, dimensi, luas genangan, pemanfaatan air, ketersediaan air,
debit banjir, kondisi prasarana, dll;
5. Analisis potensi daya rusak air dan konservasi sumber daya air
(sungai,embung/danau) ;
- Analisis Hidrologi
1. Pengumpulan Data Curah Hujan
Data curah hujan yang digunakan dalam perencanaan ini adalah data-
data curah hujan harian minimal 10 (sepuluh) tahun terakhir dari stasiun
pengamatan terdekat.
Dari data-data tersebut yang dianalisa adalah curah hujan harian
maksimum setiap harinya untuk mendapatkan Intensity Duration
Frequency Curve.
Dengan ;
Rrt = Curah hujan rencana (mm/hari)
Rt = Curah hujan harian maximum rata-rata (mm/hari)
K = Faktor Frekwensi
S = Standard Deviasi
n
Ri Rt 2
i 1
Sn 1
n1
Penawaran Administrasi dan Teknis CV. GUNUNG AGUNG SEJAHTERA
Dimana :
n = Jumlah tahun
i = tahun ke I
Ri = Curah hujan harian
Rt = Curah hujan rata-rata.
Frekuensi faktor K
6 T
K 0.5772 ln ln
T 1
atau
T
K 0.7797 0.5772 ln ln
T 1
Dimana
T = Periode ulang ( tahun )
m
R 24 24
I
24 t
dimana :
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
t = lamanya curah hujan (jam)
m = tetapan diambil 2/3
R24= curah hujan maximum dalam 24 jam (mm)
Koefisien run off ditentukan berdasarkan tata guna lahan dari Rencana
Umum Tata Ruang Kota. Besarnya koefisien run off tersebut untuk
berbagai jenis tata guna lahan. Tabel I menyajikan tata guna lahan untuk
berbagai koefisien run off
Tabel I
Tata Guna Lahan untuk Berbagai Koefisien Run Off
A 1 * C1 A 2 * C 2 .....An * Cn
C
A 1 A 2 .....An
dengan
Penawaran Administrasi dan Teknis CV. GUNUNG AGUNG SEJAHTERA
- Debit Banjir
Besarnya debit banjir (debit run off) diperhitungkan dengan menggunakan
rumus metode rasional, dimana :
Q = 0.00278 C.I.A
dimana :
Q = Debit banjir rencana (m3/dt)
C = Koefisien run off
I = Intensitas hujan untuk waktu konstan dalam mm/jam
A= Luas catchment area (ha)
Debit maksimum terjadi apabila lama hujan sama dengan lama waktu
yang diperlukan oleh air hujan yang jatuh dititik terjauh pada daerah
tangkapan (catchment area) untuk mencapai titik peninjauan dimana
besarnya debit akan dihitung, atau disebut juga waktu konsenterasi.
Waktu konsenterasi tersebut terdiri dari 2 bagian :
1. Waktu pelimpasan/waktu konsenterasi awal (ti), yaitu waktu yang
diperlukan oleh air hujan yang menjadi air permukaan untuk
mengalir/melimpas dari titik terjauh di daerah tangkapan sampai ke
titik inlet pada saluran.
2. Waktu pengaliran (td), yaitu waktu yang dibutuhkan untuk air dari inlet
sampai ketitik yang ditinjau di tempat limpasan yang akan dihitung.
Waktu limpasan sangat tergantung pada ciri-ciri daerah aliran, yaitu jenis
permukaan, jarak yang harus ditempuh, kemiringan dan faktor-faktor lain.
Untuk daerah tangkapan yang besar dengan pola drainase yang
kompleks, aliran air dari tempat yang terjauh akan datang terlambat untuk
ikut menambah besarnya limpasan di inlet. Untuk daerah tangkapan yang
kecil dengan pola drainase sederhana, lama waktu konsenterasi awal
bisa sama dengan lama waktu pengaliran dari tempat terjauh.
Maka waktu konsenterasi pada suatu daerah aliran adalah :
tc = ti + td
harga ti secara garis besar dapat dipergunakan patokan sebagai berikut :
· Pada kota-kota besar ti = 15 - 30 menit
Penawaran Administrasi dan Teknis CV. GUNUNG AGUNG SEJAHTERA
0.77
L
td 0.0195 *
S
Dimana :
td = Waktu pengaliran (menit)
L = Panjang saluran (meter)
S = Kemiringan saluran
Tabel II
Koefisien Kekasaran Manning
Material Saluran Koef. Kekasaran
Manning
Plesteran halus 0.010 - 0.013
Plesteran kasar 0.011 - 0.015
Beton cor ekspose 0.013 - 0.016
Beton Pracetak 0.011 - 0.015
Pasangan bata, disiar 0.015 - 0.020
Pasangan bata, disiar 0.012 - 0.018
Pasangan bata, kosong 0.017 - 0.024
Pasangan batu gronjong 0.020 - 0.035
Saluran tanah, bersih 0.022 - 0.033
Saluran tanah dan 0.300 - 0.800
timbunan
Sumber : Open Channel Hydraulics, oleh : Ven Te Chow
Penawaran Administrasi dan Teknis CV. GUNUNG AGUNG SEJAHTERA
Ketersediaan air adalah jumlah air (debit) yang diperkirakan terus menerus ada
di suatu lokasi (bendung atau bangunan air lainya) di sungai dengan jumlah
tertentu dan dalam jangka waktu (periode) tertentu. Air yang tersedia tersebut
dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti air baku yang meliputi air
domestik (air minum dan rumah tangga), non domestik (perdagangan,
perkantoran), industri, pemeliharaan sungai, peternakan, perikanan, irigasi dan
Pembangkit Listrik Tenaga Air (Triatmodjo, 2013).
Debit aliran sungai adalah jumlah air yang mengalir melalui tampang lintang
sungai tiap satuan waktu, yang biasanya dinyatakan dalam meter kubik per detik
(m3/detik) (Triatmodjo, 2013:107). Debit aliran sungai merupakan informasi
penting yang diperlukan dalam pemanfaatan sumber daya air, sehingga
dibutuhkan ketersediaan data debit aliran sungai jangka waktu panjang. Data
tersebut bisa didapat dari hasil pencatatan alat ukur pencatat muka air yang
biasa dinamakan AWLR (Automatic Water Level Recorder). Apabila pada titik
yang ditinjau tidak tersedia seri data debit jangka panjang, dapat dilakukan
model simulasi hujan-aliran untuk mensimulasi data hujan menjadi data debit
aliran sungai (Hadisusanto, 2010).
Pengumpulan Data
a. Data debit yang dipergunakan merupakan data debit bulanan (m3/dt) di
wilayah study selama 10 tahun.
b. Data curah hujan yang dipergunakan adalah data pencatatan curah hujan
bulanan (mm) selama 10 tahun.
Penawaran Administrasi dan Teknis CV. GUNUNG AGUNG SEJAHTERA
c. Peta dasar yang digunakan adalah peta dasar terbaru dari Badan
Informasi Geospasial (BIG).
d. Data klimatologi yang digunakan merupakan data pencatatan bulanan
yang terdiri dari suhu udara (⁰C), kelembaban udara (%), kecepatan
angin (km/hari) dan lama penyinaran matahari (%) selama 10 tahun pada
Stasiun Klimatologi pada wilayah studi.
e. Luas DAS (Daerah Aliran Sungai) yang merupakan daerah yang dibatasi
oleh punggung-punggung gunung atau bukit, apabila air hujan jatuh di
daerah tersebut maka air akan mengalir menuju sungai utama pada titik
yang ditinjau. Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) ditentukan dengan
menggunakan Peta Rupabumi Digital Indonesia.
f. Uji Konsistensi dilakukan terhadap data curah hujan yang terkumpul dari
tiap stasiun hujan. Metode yangdigunakan adalah metode RAPS
(Rescaled Adjusted Partial Sums) dengan menggunakan persamaan (1)
dan (2) atau dengan metode lain.
Dengan :
Sk* = nilai komulatif penyimpangan terhadap nilai rata-rata
k = 1, 2, .., n
Yi = nilai data Y ke i
Ȳ = nilai Y rata-rata
n = jumlah data Y
Dengan:
P = hujan rata-rata
P1, P2...Pn = hujan di stasiun 1, 2, 3, .., n
A1, A2...An = luas daerah yang mewakili stasiun 1, 2, 3, .., n
Analisis Evaporasi
Berdasarkan ketersediaan data klimatologi, dipilih metode Penman Modifikasi
dalam perhitungan evapotranspirasi menggunakan persamaan (4).
*
ETo = C x ETo * (4)
Dengan:
ETo = evapotranspirasi potensial (mm/hari)
C = faktor koreksi
ETo** = evaporasi (mm/hari)
Aliran dasar (BF) = Infiltrasi (I) – perubahan volume aliran air (ΔVn) (5)
Aliran permukaan (DRO) = Kelebihan air (WS) - Infiltrasi (I) (6)
Aliran (RO) = Aliran dasar (BF) + Aliran permukaan (DRO) (7)
Debit sungai = (Aliran x Luas DAS)/1 bulan dalam detik (8)
Dengan :
P = peluang %
m = nomor urut data
n = jumlah data
Dengan:
Re = curah hujan efektif (mm/hari)
R80 = curah hujan yang kemungkinan terpenuhi
sebesar 80% (mm)
k = persentase
h = jumlah hari
8. Laporan hidrologi berisi hasil pengumpulan data curah hujan dan debit
pada wilayah studi serta analisis ketersediaan air pada wilayah studi.
9. Laporan Potensi Daya Rusak Air dan Konservasi SDA
(sungai,embung/danau) berisi kemungkinan kerusakan akibat sumber
daya air akibat eksploitasi berlebihan diluar daya dukung lingkungan dan
kegiatan yang dapat dilakukan untuk konservasi sumber daya air.
10. Laporan database SDA berisi informasi data teknis sungai,
embung/danau antara lain : nama, kodefikasi dan panjang sungai, Lokasi
(Desa/ Kelurahan, Kecamatan dan Kabupaten), koordinat, lebar
penampang sungai rata-rata, luas tampungan embung/danau,
Pemanfaatan Sungai, Embung/ Danau (pengambilan air, pengambilan
material sungai), Infrastuktur Eksisting (jenis bangunan, kepemilikan aset,
kondisi), Debit Banjir, Debit Ketersediaan dan Luas Genangan Banjir.
11. Peta inventarisasi dan informasi geospasial terpadu (IGT) sungai,
embung/ danau yang terintegrasi dengan peta citra satelit resolusi
sedang/ tinggi keluaran BIG dan terintegrasi dengan peta Rupa Bumi
Indonesia yang dilengkapi dengan data-data sesuai database yang telah
dibuat.
12. Album foto dokumentasi berisi seluruh dokumentasi pelaksanaan
pekerjaan mulai dari pendahuluan hingga laporan akhir pekerjaan.
Persiapan Pelaksanaan Pengumpulan Data Inventarisasi Data Kompilasi/Analisis Data Peny. Database Produk Pekerjaan
Primer dan Sekunder
Kunjungan /orientasi Tabulasi Data Kompilasi Data Data teknis sungai, Laporan Pendahuluan
Kelengkapan Administrasi
Lapangan embung/danau
Persiapan Peralatan
Persiapan Format Survey Laporan Bulanan
Pemanfaatan sungai
Pengambilan data Tabulasi Database Catchment Area
Mobilisasi Personil
sekunder Analisa Hidrologi
Analisa ketersediaan air Laporan Antara
Infrastruktur eksisting
Pengambilan data Primer Draft Laporan Akhir
Pre-Award Meeting
Debit Banjir
Laporan Akhir
Laporan Pengukuran
Laporan Hidrologi
Album Foto
Dokumentasi
Perencanaan yang baik akan diperoleh jika data-data yang disajikan benar
dan akurat. Penyajian data yang benar hanya bisa didapatkan dengan
mempersiapkan materi / format pengambilan data yang tepat. Untuk itu
sebelum dilaksanakannya survey pengambilan data secara primer maka
diperlukan penyusunan format data survey dan materi questioner yang
tepat disesuaikan dengan kebutuhan study.
land use
treatment
hydrologic condition
hydrologic soil group
Data lapangan tersebut akan sangat menentukan hasil perhitungan
hidrologi dan menentukan status daerah survey menurut sifat dan level
banjir akibat hujan. Data-data tersebut dapat diperoleh dilokasi survey dan
juga dapat diperoleh pada stasiun klimatologi :
Penentuan lokasi sasaran studi ini akan didasarkan kepada kondisi existing
wilayah sungai, dan daerah-daerah genangan yang masih ada serta
koordinasi dengan tim teknis pekerjaan. Untuk mendapatkan existing
wilayah studi dilakukan orientasi pendahuluan dan pengumpulan data-data
sekunder ke instansi-instansi terkait.
1) Laporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan berisi pembahasan rencana kerja dan alur
pikir dari seluruh kegiatan. Selain itu laporan ini juga memuat
metode pengerjaan seperti tahapan dan jenis analisis dan gambaran
umum wilayah studi serta data sekunder yang telah diperoleh. Laporan
ini diserahkan paling lambat 15 (lima belas) hari kalender setelah SPMK.
2) Laporan Bulanan
Laporan Bulanan diserahkan setiap bulan berisi progres kemajuan setiap
bulan, pekerjaan yang sudah dilaksanakan, yang sedang dilaksanakan
dan rencana kegiatan selanjutnya. Laporan ini diserahkan setiap akhir
bulan.
3) Laporan Interim/Antara
Laporan Interim/Antara berisi hasil pencapaian pekerjaan saat
pertengahan masa kontrak, yang memuat hasil pengumpulan data dan
kompilasi data. Laporan ini diserahkan pada akhir bulan kedua.
4) Konsep Laporan Akhir
Konsep Laporan Akhir berisi hasil seluruh pekerjaan pengumpulan data,
kompilasi dan analisis data yang mencakup data sumber daya air dan
database SDA. Laporan ini diserahkan pada akhir bulan ketiga.
5) Laporan Akhir
Laporan Akhir berisi materi final megenai seluruh tahapan pekerjaan
mulai pengumpulan data primer dan sekunder, inventarisasi dan analisis
dan database SDA. Laporan Akhir diserahkan paling lambat 120
(Seratus dua puluh) hari kalender setelah SPMK.
6) Laporan Inventarisasi dan Survei Lapangan, Laporan hasil pengukuran,
Laporan Hidrologi, Laporan Potensi daya rusak air dan laporan database
SDA diserahkan secara bertahap sesuai progres pekerjaan dan paling
lambat diserahkan pada akhir bulan ke empat.
7) Peta inventarisasi dan informasi geospasial terpadu (IGT) sungai,
embung/ danau yang terintegrasi dengan peta citra satelit diserahkan
paling lambat 120 (Seratus dua puluh) hari kalender setelah SPMK.
Diagram Alur rencana kerja yang disusun oleh konsultan dapat dilihat pada
lembar berikut:
DIAGRAM ALUR
Study Pemutakhiran Data dan Inventarisasi Sumber Air
di Provinsi Sumatera Utara (Wilayah Sungai Kualuh Barumun)
Mulai
Pre-Award Meeting
(Konsultan& Direksi Teknis)
Mobilisasi Konsultan
Laporan:
Pendahuluan
Tidak Data
mencukupi Laporan Antara
Ya
Ekspose
Tidak
Diskusi dan
asistensi
Ya
Laporan Akhir
Penyusunan Produk Laporan Peta IGT
Database SDA
Penyerahan Produk
Selesai
E.6. Organisasi dan Personil
Struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Team Leader
Tenaga Administrasi
2. Ahli SDA
Minimal Sarjana Teknik Sipil / Pengairan (S1) lulusan Perguruan Tinggi Negeri
atau Perguruan Tinggi Swasta yang telah terakreditasi Wajib memiliki Sertifikat
Keahlian Ahli Muda Sumber Daya Air (SDA) yang dikeluarkan oleh Lembaga/
Asosiasi terkait Berpengalaman sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun dalam
pelaksanaan pekerjaan di bidang Perencanaan Sumber Daya Air didukung
referensi dari pengguna jasa.
Tugas dan tanggung jawab Ahli SDA adalah:
Bertanggung jawab kepada ketua tim
Menganalisis data curah hujan, debit dan data klimatologi.
Menganalisis simulasi ketersediaan air dengan simulasi F.J. Mock
Menyusun laporan pekerjaan.
Menyusunan database SDA.
Selain tenaga ahli tersebut diatas terdapat tenaga sub ahli dan pendukung yang
bertugas mendukung kegiatan tenaga ahli profesional, terdiri dari :
1. Asisten Ahli SDA
Sarjana Teknik Sipil bidang hidro / Pengairan (S1) lulusan Perguruan Tinggi
Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta yang telah terakreditasi. Memiliki
Kemampuan dalam Melakukan Survei Pengukuran dan Inventarisasi
Bangunan Air Berpengalaman sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dalam
bidang perencanaan sumber daya air
3. Chief Surveyor
Minimal Diploma III atau Sarjana Geodesi/ Teknik Sipil lulusan Perguruan
Tinggi Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta yang telah terakreditasi Memiliki
Kemampuan dalam Melakukan Survei Pengukuran dan Inventarisasi
Bangunan Air Berpengalaman sekurang-kurangnya 3 (tahun) tahun dalam
bidang pengukuran
4. Surveyor (6 orang),
Minimal Lulusan STM Survey atau Diploma III Geodesi/ Teknik Sipil Memilik
keahlian dalam melakukan survei pengukuran dan inventarisasi bangunan air
Berpengalaman dalam menangani survey bangunan keairan sekurang-
kurangnya 5 (lima) tahun untuk lulusan STM Survey dan 2 (dua) tahun untuk
lulusan D-III
6. Operator Komputer/Administrasi
Minimal Diploma III Semua Jurusan Memilki keahlian komputer, yang
mendukung dalam penyusunan dokumen. Berpengalaman minimal 3 (tiga)
tahun dalam melaksanakan tugas sebagai Operator Komputer.