Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN HIDROLOGI

Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis


Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

BAB 3. ANALISIS HIDROLOGI

3.1 KETERSEDIAAN DATA


Data hujan yang digunakan adalah dari stasiun hujan yang dekat dengan lokasi
DAS sistem sungai yang ditinjau di DAS Sigeoan dan DAS Batang Toru. DAS Sigeoan
memiliki luas 688 km2 dan panjang sungai utama sepanjang 34 km. Sedangkan DAS
Batang Toru memiliki luas 2831 km2 dan panjang sungai utama sepanjang 88,9 km.

Gambar 3-1 Lokasi DAS Sigeoan dan DAS Batang Toru

Stasiun hujan terdekat yang tersebar di wilayah sekitar lokasi pekerjaan ada 7
(tujuh), diantaranya sebagai berikut :

1
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

Tabel 3-1 Stasiun Hujan Terdekat yang Tersebar di Lokasi Pekerjaan


No. Stasiun Hujan Tersebar Data yg ada Jumlah
1 Sta. Onan Ganjang (2006-2021) 16 Tahun
2 Sta. Pinang Sori (2007-2021) 15 Tahun
3 Sta. BPP Batang Toru (2007-2021) 15 Tahun
4 Sta. Pahae Jae (2005-2021) 17 Tahun
5 Sta. Sipoholon (2006-2021) 16 Tahun
6 Sta. FL Tobing (2012-2021) 10 Tahun
7 Sta. Silangit (2020-2021) 2 Tahun
Sumber : Analisis Konsultan, 2022

Stasiun hujan yang digunakan dalam analisa adalah yang memiliki kelengkapan
data minimal 10 tahun. Sehingga Stasiun Hujan Silangit tidak digunakan. Untuk analisa
hidrologi DAS Batang Toru menggunakan Stasiun Hujan Sipoholon, Pahae Jahe, Batang
Toru dengan memperhatikan luas pengaruh poligon Thiessen. Sedangkan untuk DAS
Sigeaon menggunakan Stasiun Hujan Onan Ganjang, Sipoholon, Pahae Jahe dengan
metode aritmatika.
Detail posisi stasiun terhadap sistem DAS, khususnya dari titik tinjau pekerjaan
ini dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

Gambar 3-2 Lokasi Stasiun Hujan Pada Sistem DAS Sigeoan dan Batang Toru

2
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

Data yang digunakan adalah data hujan maksimum tahunan sepanjang 15 tahun
data (2007-2021) sebagai berikut :
Tabel 3-2 Data Hujan Harian Maksimum Stasiun Hujan Sipolohon
Hujan Max Hujan Tahunan
No. Tahun
(mm) (mm)
1 2007 363.00 2464.00
2 2008 372.00 2821.00
3 2009 387.00 2375.00
4 2010 181.00 1325.00
5 2011 443.00 2619.50
6 2012 470.00 2168.50
7 2013 229.50 1332.00
8 2014 305.00 1472.00
9 2015 260.00 1622.00
10 2016 539.00 2674.00
11 2017 463.00 2680.00
12 2018 509.00 3608.00
13 2019 287.00 1839.00
14 2020 438.00 2344.00
15 2021 320.00 2185.00
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2022

Tabel 3-3 Data Hujan Harian Maksimum Stasiun Hujan Onan Ganjang
Hujan Max Hujan Tahunan
No. Tahun
(mm) (mm)
1 2007 418.00 2859.00
2 2008 409.00 3205.00
3 2009 481.00 2894.00
4 2010 354.00 2995.00
5 2011 394.00 2629.00
6 2012 993.00 3440.00
7 2013 531.00 2502.00
8 2014 827.00 4010.00
9 2015 556.00 2872.00
10 2016 645.00 3927.00
11 2017 545.00 3677.00
12 2018 655.00 5478.00
13 2019 923.00 5850.00
14 2020 705.00 4035.00
15 2021 343.00 2589.00
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2022

3
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

Tabel 3-4 Data Hujan Harian Maksimum Stasiun Hujan Pahae Jahe
Hujan Max Hujan Tahunan
No. Tahun
(mm) (mm)
1 2007 508.00 2583.00
2 2008 798.00 5691.00
3 2009 802.00 3722.00
4 2010 841.00 4513.00
5 2011 785.00 3863.00
6 2012 745.00 3521.00
7 2013 883.00 5445.00
8 2014 646.00 3717.00
9 2015 499.00 3606.00
10 2016 415.00 2790.00
11 2017 449.00 3199.00
12 2018 504.00 3663.00
13 2019 496.00 3328.00
14 2020 432.00 3069.00
15 2021 376.00 2667.00
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2022

Tabel 3-5 Data Hujan Harian Maksimum Stasiun Hujan Batang Toru
Hujan Max Hujan Tahunan
No. Tahun
(mm) (mm)
1 2007 416.00 3348.00
2 2008 574.00 3635.00
3 2009 447.00 2626.00
4 2010 546.00 3443.00
5 2011 442.00 2777.00
6 2012 442.00 2748.00
7 2013 295.00 2295.00
8 2014 498.00 3299.00
9 2015 418.00 3347.00
10 2016 514.00 3993.00
11 2017 719.00 3744.00
12 2018 742.00 4770.00
13 2019 493.00 3892.00
14 2020 535.00 4194.00
15 2021 620.00 3535.00
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2022

Untuk mendapatkan rerata hujan maksimum dari stasiun hujan tinjauan tersebut,
dipakai metode polygon thiessen dengan mereratakan terhadap luas pengaruh masing-
masing stasiun hujan terhadap DAS total dan juga aritmatika dengan mereratakan
4
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

masing-masing stasiun hujan sebagai berikut :


Tabel 3-6 Curah Hujan Rerata Daerah DAS Sigeoan

No. Tahun Curah Hujan Max


1 2001 429.67
2 2002 526.33
3 2003 556.67
4 2004 458.67
5 2005 540.67
6 2006 736.00
7 2007 547.83
8 2008 592.67
9 2009 438.33
10 2010 533.00
11 2011 485.67
12 2012 556.00
13 2013 568.67
14 2014 525.00
15 2015 346.33
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2022

Tabel 3-7 Curah Hujan Rerata Daerah DAS Batang Toru

No. Tahun Curah Hujan Max


1 2001 440.43
2 2002 606.23
3 2003 595.28
4 2004 551.47
5 2005 607.31
6 2006 598.16
7 2007 553.27
8 2008 497.05
9 2009 397.91
10 2010 475.74
11 2011 493.51
12 2012 540.49
13 2013 417.47
14 2014 449.23
15 2015 390.57 \
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2022

5
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

Dari hasil pererataan hujan maksimum didapatkan hasil total yang nantinya akan
dianalisis secara frekuensi statistik untuk mendapatkan data/hasil hujan rencana yang
dibutuhkan untuk perhitungan debit banjir rencana.

3.2 UJI VALIDASI DATA HUJAN


Sebelum digunakan untuk analisa hidrologi, data hujan dari 39 (tiga puluh
sembilan) stasiun tersebut diatas haruslah diuji secara statistik untuk mendapatkan data
hujan yang layak untuk digunakan dalam analisa selanjutnya. Menurut CD Soemarto
(1987) data yang akan digunakan dalam analisa hidrologi harus bersifat acak, tidak
mempunyai trend dan homogen. Sedangkan menurut Soewarno (1995) data hidrologi
yang akan digunakan harus bersifat konsisten dan homogen. Analisa statistik yang
digunakan untuk memastikan bahwa data hujan tersebut layak digunakan untuk analisa
selanjutnya meliputi:
a. Uji konsistensi (consistency test )

b. Uji ketiadaan trend (Homogenitas)

c. Uji Stasioner

d. Uji persistensi

3.2.1. Uji Konsistensi

Uji konsistensi berarti menguji kebenaran data lapangan yang tidak dipengaruhi
oleh kesalahan pada saat pengiriman atau saat pengukuran, data tersebut harus betul-
betul menggambarkan fenomena hidrologi seperti keadaan sebenarnya dilapangan.
Dengan kata lain data hidrologi disebut tidak konsisten apabila terdapat perbedaan antara
nilai pengukuran dan nilai sebenarnya. Sebagai contoh:

1. Selama pengukuran debit sungai dari suatu pos duga air terjadi perubahan tinggi
muka air lebih dari 3 cm dan tidak dilakukan perhitungan koreksi tinggi muka air,
maka data yang diperoleh dapat disimpulkan tidak konsisten (Inconsistency).
2. Pada suatu pos iklim dilakukan pengukuran penguapan dengan panci
penguapan kelas A, rumput-rumput disekitar panci tersebut secara perlahan-
lahan tumbuh subur oleh karena tidak dilakukan pembersihan rumput disekitar
panci penguapan maka akan dapat mempengaruhi keseimbangan radiasi
(radiation balance) dan akan dapat mempengaruhi konsistensi hasil pengukuran

6
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

penguapan, sehingga data yang diperoleh dapat disimpulkan sebagai data yang
tidak konsisten.

Uji konsistensi pada analisa ini akan menggunakan metode statistik RAPS
(Rescaled Adjusted Partial Sums) (Buishand,1982). Pengujian konsistensi dengan
menggunakan data dari stasiun itu sendiri yaitu pengujian dengan komulatif
penyimpangan terhadap nilai rata-rata dibagi dengan akar komulatif rerata penyimpangan
kuadrat terhadap nilai reratanya,
Dengan melihat nilai statistik diatas maka dapat dicari nilai Q/n dan R/n. Hasil
yang di dapat dibandingkan dengan nilai Q/n syarat dan R/n syarat, jika lebih kecil
maka data masih dalam batasan konsisten.

Rescaled Adjusted Partial Sums (RAPS)

Dalam metode RAPS konsistensi data hujan ditunjukkan dengan nilai kumulatif
penyimpangannya terhadap nilai rata-rata berdasarkan nilai Q/√n dan R/√n dengan Q
yang merupakan maksimal dari Sk** dan nilai R yang merupakan pengurangan dari
maksimum Sk** terhadap minimum Sk**. Dengan Rumus Sk** sebagai berikut

:
Hasil yang didapat dibandingkan dengan nilai Q/√n syarat dan R/√n tabel, jika
lebih kecil maka data masih dalam batasan konsisten.

Tabel 3-8 Nilai Q/n0.5 dan R/n0.5

Q/n0.5 R/n0.5
n 9 9 9 9 9 9
0% 5% 9% 0% 5% 9%
1 1 1 1 1 1 1
0 .05 .14 .29 .21 .28 .38
2 1 1 1 1 1 1
0 .10 .22 .42 .34 .43 .60
3 1 1 1 1 1 1
0 .12 .24 .48 .40 .50 .70
4 1 1 1 1 1 1
0 .31 .27 .52 .44 .55 .78

7
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

1 1 1 1 1 1 1
00 .17 .29 .55 .50 .62 .85
Sumber: Sri Harto, 18; 1983

8
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

Tabel 3-9 Hasil Uji Konsistensi Data Hujan Stasiun Hujan Sipoholon Metode RAPS
(Rescaled Adjusted Partial Sums)

UJI KONSISTENSI DATA STASIUN HUJAN


METODE " RESCALED ADJUSTED PARTIAL SUMS "

NO. TAHUN HUJAN Sk* Dy^2 Sk** |Sk**|

1 2007 2464 228.73 3487.93 0.37 0.37


2 2008 2821 585.73 22872.24 0.96 0.96
3 2009 2375 139.73 1301.69 0.23 0.23
4 2010 1325 -910.27 55239.03 -1.49 1.49
5 2011 2620 384.23 9842.35 0.63 0.63
6 2012 2169 -66.77 297.19 -0.11 0.11
7 2013 1332 -903.27 54392.71 -1.48 1.48
8 2014 1472 -763.27 38838.40 -1.25 1.25
9 2015 1622 -613.27 25073.07 -1.00 1.00
10 2016 2674 438.73 12832.46 0.72 0.72
11 2017 2680 444.73 13185.85 0.73 0.73
12 2018 3608 1372.73 125626.45 2.24 2.24
13 2019 1839 -396.27 10468.48 -0.65 0.65
14 2020 2344 108.73 788.20 0.18 0.18
15 2021 2185 -50.27 168.45 -0.08 0.08

Rerata = 2235.27 24960.97


Jumlah = 33529.00 374414.50

Sumber : Analisa dan Perhitungan


n= 15
Dy = 611.89

Sk** maks = 2.24


Sk** min = -1.49

Q = | Sk** maks | = 2.24


R = Sk ** maks - Sk ** min = 3.73

• Untuk Batas Konsistensi 90%


0.5
Q/n = 0.58 < 1.08 ===> Memenuhi Syarat
0.5
R/n = 0.96 < 1.3 ===> Memenuhi Syarat

• Untuk Batas Konsistensi 95%


0.5
Q/n = 0.58 < 1.2 ===> Memenuhi Syarat
0.5
R/n = 0.96 < 1.4 ===> Memenuhi Syarat

• Untuk Batas Konsistensi 99%


0.5
Q/n = 0.58 < 1.4 ===> Memenuhi Syarat
0.5
R/n = 0.96 < 1.5 ===> Memenuhi Syarat

9
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

Tabel 3-10 Hasil Uji Konsistensi Data Hujan Stasiun Hujan Pahae Jahe Metode
RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums)
UJI KONSISTENSI DATA STASIUN HUJAN
METODE " RESCALED ADJUSTED PARTIAL SUMS "

NO. TAHUN HUJAN Sk* Dy^2 Sk** |Sk**|

1 2007 2583 -1108.80 81962.50 -1.26 1.26


2 2008 5691 1999.20 266453.38 2.27 2.27
3 2009 3722 30.20 60.80 0.03 0.03
4 2010 4513 821.20 44957.96 0.93 0.93
5 2011 3863 171.20 1953.96 0.19 0.19
6 2012 3521 -170.80 1944.84 -0.19 0.19
7 2013 5445 1753.20 204914.02 1.99 1.99
8 2014 3717 25.20 42.34 0.03 0.03
9 2015 3606 -85.80 490.78 -0.10 0.10
10 2016 2790 -901.80 54216.22 -1.02 1.02
11 2017 3199 -492.80 16190.12 -0.56 0.56
12 2018 3663 -28.80 55.30 -0.03 0.03
13 2019 3328 -363.80 8823.36 -0.41 0.41
14 2020 3069 -622.80 25858.66 -0.71 0.71
15 2021 2667 -1024.80 70014.34 -1.16 1.16

Rerata = 3691.80 51862.57


Jumlah = 55377.00 777938.56

Sumber : Analisa dan Perhitungan


n= 15
Dy = 882.01

Sk** maks = 2.27


Sk** min = -1.26

Q = | Sk** maks | = 2.27


R = Sk ** maks - Sk ** min = 3.52

• Untuk Batas Konsistensi 90%


0.5
Q/n = 0.59 < 1.08 ===> Memenuhi Syarat
0.5
R/n = 0.91 < 1.3 ===> Memenuhi Syarat

• Untuk Batas Konsistensi 95%


0.5
Q/n = 0.59 < 1.2 ===> Memenuhi Syarat
0.5
R/n = 0.91 < 1.4 ===> Memenuhi Syarat

• Untuk Batas Konsistensi 99%


0.5
Q/n = 0.59 < 1.4 ===> Memenuhi Syarat
0.5
R/n = 0.91 < 1.5 ===> Memenuhi Syarat

10
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

Tabel 3-11 Hasil Uji Konsistensi Data Hujan Stasiun Hujan Onan Ganjang Metode RAPS
(Rescaled Adjusted Partial Sums)

UJI KONSISTENSI DATA STASIUN HUJAN


METODE " RESCALED ADJUSTED PARTIAL SUMS "

NO. TAHUN HUJAN Sk* Dy^2 Sk** |Sk**|

1 2007 2859 -671.80 30087.68 -0.69 0.69


2 2008 3205 -325.80 7076.38 -0.33 0.33
3 2009 2894 -636.80 27034.28 -0.65 0.65
4 2010 2995 -535.80 19138.78 -0.55 0.55
5 2011 2629 -901.80 54216.22 -0.92 0.92
6 2012 3440 -90.80 549.64 -0.09 0.09
7 2013 2502 -1028.80 70561.96 -1.05 1.05
8 2014 4010 479.20 15308.84 0.49 0.49
9 2015 2872 -658.80 28934.50 -0.68 0.68
10 2016 3927 396.20 10464.96 0.41 0.41
11 2017 3677 146.20 1424.96 0.15 0.15
12 2018 5478 1947.20 252772.52 2.00 2.00
13 2019 5850 2319.20 358579.24 2.38 2.38
14 2020 4035 504.20 16947.84 0.52 0.52
15 2021 2589 -941.80 59132.48 -0.97 0.97

Rerata = 3530.80 63482.02


Jumlah = 52962.00 952230.29

Sumber : Analisa dan Perhitungan


n= 15
Dy = 975.82

Sk ** maks = 2.38
Sk ** min = -1.05

Q = | Sk ** maks | = 2.38
R = Sk ** maks - Sk ** min = 3.43

• Untuk Batas Konsistensi 90%


0.5
Q/n = 0.61 < 1.08 ===> Memenuhi Syarat
0.5
R/n = 0.89 < 1.3 ===> Memenuhi Syarat

• Untuk Batas Konsistensi 95%


0.5
Q/n = 0.61 < 1.2 ===> Memenuhi Syarat
0.5
R/n = 0.89 < 1.4 ===> Memenuhi Syarat

• Untuk Batas Konsistensi 99%


0.5
Q/n = 0.61 < 1.4 ===> Memenuhi Syarat
0.5
R/n = 0.89 < 1.5 ===> Memenuhi Syarat

11
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

Tabel 3-12 Hasil Uji Konsistensi Data Hujan Stasiun Hujan Batang Toru Metode
RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums)
UJI KONSISTENSI DATA STASIUN HUJAN
METODE " RESCALED ADJUSTED PARTIAL SUMS "

NO. TAHUN HUJAN Sk* Dy^2 Sk** |Sk**|

1 2007 3348 -95.07 602.51 -0.15 0.15


2 2008 3635 191.93 2455.89 0.31 0.31
3 2009 2626 -817.07 44506.53 -1.30 1.30
4 2010 3443 -0.07 0.00 0.00 0.00
5 2011 2777 -666.07 29576.32 -1.06 1.06
6 2012 2748 -695.07 32207.84 -1.11 1.11
7 2013 2295 -1148.07 87870.47 -1.83 1.83
8 2014 3299 -144.07 1383.68 -0.23 0.23
9 2015 3347 -96.07 615.25 -0.15 0.15
10 2016 3993 549.93 20161.78 0.88 0.88
11 2017 3744 300.93 6037.39 0.48 0.48
12 2018 4770 1326.93 117383.47 2.11 2.11
13 2019 3892 448.93 13436.08 0.71 0.71
14 2020 4194 750.93 37593.39 1.20 1.20
15 2021 3535 91.93 563.45 0.15 0.15

Rerata = 3443.07 26292.94


Jumlah = 51646.00 394394.06

Sumber : Analisa dan Perhitungan


n= 15
Dy = 628.01

Sk ** maks = 2.11
Sk ** min = -1.83

Q = | Sk ** maks | = 2.11
R = Sk ** maks - Sk ** min = 3.94

• Untuk Batas Konsistensi 90%


0.5
Q/n = 0.55 < 1.08 ===> Memenuhi Syarat
0.5
R/n = 1.02 < 1.3 ===> Memenuhi Syarat

• Untuk Batas Konsistensi 95%


0.5
Q/n = 0.55 < 1.2 ===> Memenuhi Syarat
0.5
R/n = 1.02 < 1.4 ===> Memenuhi Syarat

• Untuk Batas Konsistensi 99%


0.5
Q/n = 0.55 < 1.4 ===> Memenuhi Syarat
0.5
R/n = 1.02 < 1.5 ===> Memenuhi Syarat

12
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

3.2.2. Uji Homogenitas (Ketiadaan Trend)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya trend dari suatu data deret
berkala. Deret berkala yang nilainya menunjukkan gerakan yang berjangka panjang dan
mempunyai kecenderungan menuju ke satu arah, arah naik atau turun disebut
dengan pola atau trend. Umumnya meliputi gerakan yang lamanya lebih dari 28 tahun.
Deret berkala yang datanya kurang dari 28 tahun kadang-kadang sulit untuk menentukan
gerakan dari suatu trend. Hasilnya dapat meragukan, karena gerakan yang diperoleh
hanya mungkin menunjukkan suatu sikli (cyclical time series) dari suatu trend. Sikli
merupakan gerakan tidak teratur dari suatu trend. Apabila dalam deret berkala
menunjukkan adanya trend maka datanya tidak disarankan untuk digunakan untuk
beberapa analisis hidrologi, misalnya analisis peluang dan simulasi. Untuk deret berkala
yang menunjukkan adanya trend maka analisis hidrologi harus mengikuti garis trend yang
dihasilkan, misal analisa regresi dan moving average (rata-rata bergerak).
Analisa trend sendiri sebenarnya dapat digunakan untuk menentukan ada atau
tidaknya perubahan dari variabel hidrologi akibat pengaruh manusia atau faktor alam.
Beberapa metode statistik yang dapat digunakan untuk menguji ketiadaan trend dalam
deret berkala antara lain: Spearman-mann and Whitney Cox and Stuart. Dalam pekerjaan
ini metode yang digunakan adalah metode Spearman. Karena metode Spearman dapat
bekerja untuk satu jenis variabel hidrologi saja, dimana dalam hal ini adalah hujan
tahunan atau curah hujan maksimum.
Korelasi Peringkat Metode Spearman
Merupakan korelasi antara waktu dengan variat dari suatu tabel variabel
hidrologi. Metode Spearman menggunakan sistem koefisien korelasi peringkat
sebagai berikut :

[ ]
0.5
n−2
t=KP
1−KP 2

n
6 ∑ dt 2
i=1
KP=1− 3
n −n

dengan :

KP = koefisien korelasi peringkat Spearman

N = jumlah data

13
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

t = selisih Rt dangan Tt

Tt = peringkat dari waktu

Rt = peringkat dari variabel hidrologi dalam deret berkala.

t = nilai hitung uji t

Uji - t digunakan untuk menentukan apakah variabel waktu dan variabel hidrologi
itu saling tergantung (dependent) atau tidak bergantung (independent). Dalam hal ini yang
diuji adalah Tt dan Rt. Berikut ini disampaikan contoh penerapannya.

Tabel 3-13 Hasil Uji Homogenitas dengan Metode Spearman Stasiun Hujan
Sipoholon

UJI TREN
Uji Ketiadaan Trend Tahunan dengan Korelasi Peringkat Metode Spearman

Peringkat Peringkat
No Tahun X dt dt2
Tahun X Rt
1 2007 2,464.0 2018 3,608.00 12 11 121
2 2008 2,821.0 2008 2,821.00 2 0 0
3 2009 2,375.0 2017 2,680.00 11 8 64
4 2010 1,325.0 2016 2,674.00 10 6 36
5 2011 2,619.5 2011 2,619.50 5 0 0
6 2012 2,168.5 2007 2,464.00 1 -5 25
7 2013 1,332.0 2009 2,375.00 3 -4 16
8 2014 1,472.0 2020 2,344.00 14 6 36
9 2015 1,622.0 2021 2,185.00 15 6 36
10 2016 2,674.0 2012 2,168.50 6 -4 16
11 2017 2,680.0 2019 1,839.00 13 2 4
12 2018 3,608.0 2015 1,622.00 9 -3 9
13 2019 1,839.0 2014 1,472.00 8 -5 25
14 2020 2,344.0 2013 1,332.00 7 -7 49
15 2021 2,185.0 2010 1,325.00 4 -11 121

Jumlah = 558
n = 15
KP = 0.00357
t = 0.013

dk = 13 α 5 %
tc = 1.771
tc > thitung OK
Data Tidak Memiliki Trend, Berasal dari populasi yang sama
Sumber : Analisa dan Perhitungan

14
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

Tabel 3-14 Hasil Uji Homogenitas dengan Metode Spearman Stasiun Hujan Pahae
Jahe

UJI TREN
Uji Ketiadaan Trend Tahunan dengan Korelasi Peringkat Metode Spearman

Peringkat Peringkat
No Tahun X dt dt2
Tahun X Rt
1 2007 2,583.0 2008 5,691.00 2 1 1
2 2008 5,691.0 2013 5,445.00 7 5 25
3 2009 3,722.0 2010 4,513.00 4 1 1
4 2010 4,513.0 2011 3,863.00 5 1 1
5 2011 3,863.0 2009 3,722.00 3 -2 4
6 2012 3,521.0 2014 3,717.00 8 2 4
7 2013 5,445.0 2018 3,663.00 12 5 25
8 2014 3,717.0 2015 3,606.00 9 1 1
9 2015 3,606.0 2012 3,521.00 6 -3 9
10 2016 2,790.0 2019 3,328.00 13 3 9
11 2017 3,199.0 2017 3,199.00 11 0 0
12 2018 3,663.0 2020 3,069.00 14 2 4
13 2019 3,328.0 2016 2,790.00 10 -3 9
14 2020 3,069.0 2021 2,667.00 15 1 1
15 2021 2,667.0 2007 2,583.00 1 -14 196

Jumlah = 290
n = 15
KP = 0.48214
t = 1.984

dk = 13 α 2.5 %
tc = 2.16
tc > thitung OK
Data Tidak Memiliki Trend, Berasal dari populasi yang sama
Sumber : Analisa dan Perhitungan

15
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

Tabel 3-15 Hasil Uji Homogenitas dengan Metode Spearman Stasiun Hujan Onan
Ganjang

UJI TREN
Uji Ketiadaan Trend Tahunan dengan Korelasi Peringkat Metode Spearman

Peringkat Peringkat
No Tahun X dt dt2
Tahun X Rt
1 2007 2,859.0 2019 5,850.00 13 12 144
2 2008 3,205.0 2018 5,478.00 12 10 100
3 2009 2,894.0 2020 4,035.00 14 11 121
4 2010 2,995.0 2014 4,010.00 8 4 16
5 2011 2,629.0 2016 3,927.00 10 5 25
6 2012 3,440.0 2017 3,677.00 11 5 25
7 2013 2,502.0 2012 3,440.00 6 -1 1
8 2014 4,010.0 2008 3,205.00 2 -6 36
9 2015 2,872.0 2010 2,995.00 4 -5 25
10 2016 3,927.0 2009 2,894.00 3 -7 49
11 2017 3,677.0 2015 2,872.00 9 -2 4
12 2018 5,478.0 2007 2,859.00 1 -11 121
13 2019 5,850.0 2011 2,629.00 5 -8 64
14 2020 4,035.0 2021 2,589.00 15 1 1
15 2021 2,589.0 2013 2,502.00 7 -8 64

Jumlah = 796
n = 15
KP = -0.42143
t = -1.676

dk = 13 α 5 %
tc = 1.771
tc > thitung OK
Data Tidak Memiliki Trend, Berasal dari populasi yang sama
Sumber : Analisa dan Perhitungan

16
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

Tabel 3-16 Hasil Uji Homogenitas dengan Metode Spearman Stasiun Hujan Batang
Toru

UJI TREN
Uji Ketiadaan Trend Tahunan dengan Korelasi Peringkat Metode Spearman

Peringkat Peringkat
No Tahun X dt dt2
Tahun X Rt
1 2007 3,348.0 2018 4,770.00 12 11 121
2 2008 3,635.0 2020 4,194.00 14 12 144
3 2009 2,626.0 2016 3,993.00 10 7 49
4 2010 3,443.0 2019 3,892.00 13 9 81
5 2011 2,777.0 2017 3,744.00 11 6 36
6 2012 2,748.0 2008 3,635.00 2 -4 16
7 2013 2,295.0 2021 3,535.00 15 8 64
8 2014 3,299.0 2010 3,443.00 4 -4 16
9 2015 3,347.0 2007 3,348.00 1 -8 64
10 2016 3,993.0 2015 3,347.00 9 -1 1
11 2017 3,744.0 2014 3,299.00 8 -3 9
12 2018 4,770.0 2011 2,777.00 5 -7 49
13 2019 3,892.0 2012 2,748.00 6 -7 49
14 2020 4,194.0 2009 2,626.00 3 -11 121
15 2021 3,535.0 2013 2,295.00 7 -8 64

Jumlah = 884
n = 15
KP = -0.57857
t = -2.558

dk = 13 α 5 %
tc = 1.771
tc > thitung OK
Data Tidak Memiliki Trend, Berasal dari populasi yang sama
Sumber : Analisa dan Perhitungan

3.2.3. Uji Stasioner

Uji stasioner dimaksudkan untuk menguji kestabilan nilai varian dan ratarata dari
deret berkala. Pengujian ini meliputi Uji-F dan Uji-T (Soewarno, 1995, p.96).
Setelah dilakukan pengujian ketidak-adaan trend. Apabila deret berkala tersebut
tidak menunjukan adanya trend sebelum data trend berkala digunakan analisis lanjutan
harus dilakukan uji stasioner. Apabila menunjukkan adanya trend maka deret berkala
tersebut dapat dilakukan analisis menurut garis trend yang dihasilkan. Analisis garis trend
dapat menggunakan analisis regresi. Model matematik yang digunakan untuk analisis
17
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

regresi tergantung dari kecenderungan garis trend yang dihasilkan.


Apabila menunjukkan tidak ada garis trend maka uji stasioner dimaksudkan
untuk menguji kestabilan nilai varian dan rata-rata dari deret berkala.
Pengujian nilai varian dari deret berkala dapat dilakukan dengan Uji-F,
menggunakan persamaan dibawah. Data deret berkala dibagi menjadi dua kelompok atau
lebih, setiap dua kelompok atau lebih, setiap dua kelompok diuji menggunakan Uji-F.
Apabila hasil pengujian hipotesis nol ditolak, berarti nilai varian tidak stabil atau tidak
homogen berarti deret berkala yang nilai variannya tidak homogen tersebut tidak
stasioner, dan tidak perlu melakukan pengujian lanjutan.

Akan tetapi bila hipotesis nol untuk nilai varian tersebut menunjukan stasioner,
maka pengujian selanjutnya adalah menguji kestabilan nilai rata-ratanya. Untuk rata-rata
deret berkala bila datanya dianggap sebuah populasi maka dapat dilakukan pengujian
menggunakan Uji-t. Seperti dalam pengujian kestabilan nilai varian, maka dalam
pengujian nilai rata-rata, data deret berkala dibagi menjadi dua kelompok atau lebih.
Setiap pasangan dua kelompok diuji. Apabila dalam pengujian ternyata hipotesis nol
ditolak, berarti nilai rata-rata dua kelompok tidak homogen dan deret berkala tersebut
tidak stasioner pada derajat keperayaan tertentu.

18
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

Tabel 3-17 Hasil Uji Stasioner dengan Metode Uji-F Stasiun Hujan Sipoholon

UJI STASIONER
No Tahun X Rerata Simpangan

1 2007 2464.00
2 2008 2821.00
3 2009 2375.00
4 2010 1325.00
5 2011 2619.50
6 2012 2168.50
7 2013 1332.00
8 2014 1472.00 2072.13 607.24
9 2015 1622.00
10 2016 2674.00
11 2017 2680.00
12 2018 3608.00
13 2019 1839.00
14 2020 2344.00
15 2021 2185.00 2421.71 655.59

F = 1.001

dk1 = 7 α5%
dk2 = 6
Fcr = 4.21
Fhitung < Fcr, Diterima, nilai variannya stabil
Sumber : Analisa dan Perhitungan

19
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

Tabel 3-18 Hasil Uji Stasioner dengan Metode Uji-F Stasiun Hujan Pahae Jahe

UJI STASIONER
No Tahun X Rerata Simpangan
1 2007 2583.00
2 2008 5691.00
3 2009 3722.00
4 2010 4513.00
5 2011 3863.00
6 2012 3521.00
7 2013 5445.00
8 2014 3717.00 4131.88 912.97
9 2015 3606.00
10 2016 2790.00
11 2017 3199.00
12 2018 3663.00
13 2019 3328.00
14 2020 3069.00
15 2021 2667.00 3188.86 912.97

F = 1.167

dk1 = 7 α5%
dk2 = 6
Fcr = 4.21
Fhitung < Fcr, Diterima, nilai variannya stabil
Sumber : Analisa dan Perhitungan

20
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

Tabel 3-19 Hasil Uji Stasioner dengan Metode Uji-F Stasiun Hujan Onan Ganjang

UJI STASIONER
No Tahun X Rerata Simpangan
1 2007 2859.00
2 2008 3205.00
3 2009 2894.00
4 2010 2995.00
5 2011 2629.00
6 2012 3440.00
7 2013 2502.00
8 2014 4010.00 3066.75 483.57
9 2015 2872.00
10 2016 3927.00
11 2017 3677.00
12 2018 5478.00
13 2019 5850.00
14 2020 4035.00
15 2021 2589.00 4061.14 1,221.68

F = 0.183

dk1 = 7 α5%
dk2 = 6
Fcr = 4.21
Fhitung < Fcr, Diterima, nilai variannya stabil
Sumber : Analisa dan Perhitungan

21
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

Tabel 3-20 Hasil Uji Stasioner dengan Metode Uji-F Stasiun Hujan Batang Toru

UJI STASIONER
No Tahun X Rerata Simpangan

1 2007 3348.00
2 2008 3635.00
3 2009 2626.00
4 2010 3443.00
5 2011 2777.00
6 2012 2748.00
7 2013 2295.00
8 2014 3299.00 3021.38 471.54
9 2015 3347.00
10 2016 3993.00
11 2017 3744.00
12 2018 4770.00
13 2019 3892.00
14 2020 4194.00
15 2021 3535.00 3925.00 467.45

F = 1.187

dk1 = 7 α5%
dk2 = 6
Fcr = 4.21
Fhitung < Fcr, Diterima, nilai variannya stabil
Sumber : Analisa dan Perhitungan

3.2.4. Uji Persistensi

Anggapan bahwa data berasal dari sampel acak (random) haruslah diuji, yang
umumnya merupakan persyaratan dalam analisis distribusi peluang. Persistensi
(persistence) adalah ketidaktergantungan dari setiap nilai dalam deret berkala. Untuk
melaksanakan pengujian persistensi harus dihitung besarnya koefisien korelasi serial.
Uji Persistensi (Persistence) adalah ketidak tergantungan dari setiap nilai dalam
22
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

deret berkala. Untuk melaksanakan pengujian persistensi harus dihitung besarnya


koefisien korelasi serial. Salah satu metode yang digunakan dalam Uji Persistensi adalah
korelasi peringkat metode Spearman. Koefisien korelasi serial metode Spearman dapat
dirumuskan sebagai berikut (Soewarno, 1995, p.99):

dengan :

KP = koefisien korelasi peringkat Spearman

N = jumlah data

t = selisih Rt dangan Tt

Tt = peringkat dari waktu

Rt = peringkat dari variabel hidrologi dalam deret berkala.

t = nilai hitung uji t

Uji - t digunakan untuk menentukan apakah variabel waktu dan variabel hidrologi
itu saling tergantung (dependent) atau tidak bergantung (independent). Dalam hal ini yang
diuji adalah Tt dan Rt. Berikut ini disampaikan contoh penerapannya.
Tabel 3-21 Hasil Uji Persistensi Stasiun Hujan Sipoholon

23
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

UJI PRESISTENSI
Peringkat Peringkat 2
No Tahun X di di
Tahun X Rt
1 2007 2464 2018 3608 12 0 0
2 2008 2821 2008 2821 2 10 100
3 2009 2375 2017 2680 11 -9 81
4 2010 1325 2016 2674 10 1 1
5 2011 2619.5 2011 2619.5 5 5 25
6 2012 2168.5 2007 2464 1 4 16
7 2013 1332 2009 2375 3 -2 4
8 2014 1472 2020 2344 14 -11 121
9 2015 1622 2021 2185 15 -1 1
10 2016 2674 2012 2168.5 6 9 81
11 2017 2680 2019 1839 13 -7 49
12 2018 3608 2015 1622 9 4 16
13 2019 1839 2014 1472 8 1 1
14 2020 2344 2013 1332 7 1 1
15 2021 2185 2010 1325 4 3 9

Jumlah = 506
n = 15
m = 14
KS = -0.112
th = -0.391

dk = 12 α 5 %
tc = 1.782
tc > thitung Data bersifat acak
Sumber : Analisa dan Perhitungan

Tabel 3-22 Hasil Uji Persistensi Stasiun Hujan Pahae Jahe


UJI PRESISTENSI
Peringkat Peringkat 2
No Tahun X di di
Tahun X Rt
1 2007 2583 2008 5691 2 0 0
2 2008 5691 2013 5445 7 -5 25
3 2009 3722 2010 4513 4 3 9
4 2010 4513 2011 3863 5 -1 1
5 2011 3863 2009 3722 3 2 4
6 2012 3521 2014 3717 8 -5 25
7 2013 5445 2018 3663 12 -4 16
8 2014 3717 2015 3606 9 3 9
9 2015 3606 2012 3521 6 3 9
10 2016 2790 2019 3328 13 -7 49
11 2017 3199 2017 3199 11 2 4
12 2018 3663 2020 3069 14 -3 9
13 2019 3328 2016 2790 10 4 16
14 2020 3069 2021 2667 15 -5 25
15 2021 2667 2007 2583 1 14 196

Jumlah = 397
n = 15
m = 14
KS = 0.127
th = 0.445

dk = 12 α 5 %
tc = 1.782
tc > thitung Data bersifat acak
Sumber : Analisa dan Perhitungan

Tabel 3-23 Hasil Uji Persistensi Stasiun Hujan Onan Ganjang

24
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

UJI PRESISTENSI
Peringkat Peringkat 2
No Tahun X di di
Tahun X Rt
1 2007 2859 2019 5850 13 0 0
2 2008 3205 2018 5478 12 1 1
3 2009 2894 2020 4035 14 -2 4
4 2010 2995 2014 4010 8 6 36
5 2011 2629 2016 3927 10 -2 4
6 2012 3440 2017 3677 11 -1 1
7 2013 2502 2012 3440 6 5 25
8 2014 4010 2008 3205 2 4 16
9 2015 2872 2010 2995 4 -2 4
10 2016 3927 2009 2894 3 1 1
11 2017 3677 2015 2872 9 -6 36
12 2018 5478 2007 2859 1 8 64
13 2019 5850 2011 2629 5 -4 16
14 2020 4035 2021 2589 15 -10 100
15 2021 2589 2013 2502 7 8 64

Jumlah = 372
n = 15
m = 14
KS = 0.182
th = 0.643

dk = 12 α 5 %
tc = 1.782
tc > thitung Data bersifat acak
Sumber : Analisa dan Perhitungan

Tabel 3-24 Hasil Uji Persistensi Stasiun Hujan Batang Toru


UJI PRESISTENSI
Peri ngkat Peri ngkat 2
No Tahun X di di
Tahun X Rt
1 2007 3348 2018 4770 12 0 0
2 2008 3635 2020 4194 14 -2 4
3 2009 2626 2016 3993 10 4 16
4 2010 3443 2019 3892 13 -3 9
5 2011 2777 2017 3744 11 2 4
6 2012 2748 2008 3635 2 9 81
7 2013 2295 2021 3535 15 -13 169
8 2014 3299 2010 3443 4 11 121
9 2015 3347 2007 3348 1 3 9
10 2016 3993 2015 3347 9 -8 64
11 2017 3744 2014 3299 8 1 1
12 2018 4770 2011 2777 5 3 9
13 2019 3892 2012 2748 6 -1 1
14 2020 4194 2009 2626 3 3 9
15 2021 3535 2013 2295 7 -4 16

Jumlah = 513
n = 15
m = 14
KS = -0.127
th = -0.445

dk = 12 α 5 %
tc = 1.782
tc > thitung Data bersifat acak
Sumber : Analisa dan Perhitungan

25
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

3.2.5. Uji Outlier

Deteksi terhadap univariate outlier dapat dilakukan dengan menentukan nilai


batas yang akan dikategorikan sebagai data outlier dengan cara mengkonversi nilai data
ke dalam skor standarized atau yang biasa disebut z-scored, yang memiliki nilai rata-rata
(mean) sama dengan nol dan standar deviasi sama dengan satu. Menghitung batas atas
dan batas bawah harga abnormalitas data dengan rumus (Ghozali 2006, p.41).

Tabel 3-25 Hasil Uji Outlier Stasiun Hujan Sipoholon


Hasil Perhitungan Uji Inlier-Outlier
Hujan Rangking Data
No Tahun Log x Keterangan
(mm) Tahun CH Max
1 2007 363.00 2010 181.00 2.258 Hujan Max 539.00
2 2008 372.00 2013 229.50 2.361 Hujan Min 181.00
3 2009 387.00 2013 229.50 2.361
4 2010 181.00 2015 260.00 2.415
5 2011 443.00 2015 260.00 2.415
6 2012 470.00 2014 305.00 2.484
7 2013 229.50 2014 305.00 2.484
8 2014 305.00 2007 363.00 2.560
9 2015 260.00 2008 372.00 2.571
10 2016 539.00 2009 387.00 2.588
11 2017 463.00 2011 443.00 2.646
12 2018 470.00 2017 463.00 2.666
13 2019 229.50 2012 470.00 2.672 Nilai ambang atas, Xh
14 2020 305.00 2012 470.00 2.672 Xh : 735.951
15 2021 260.00 2016 539.00 2.732 Nilai ambang bawah, Xi
16 2022 539.00 2016 539.00 2.732 Xi : 162.205
Stdev. 0.146
Mean 2.538
Kn 2.247
sumber : analisa perhitungan
Uji Outliner diterima masuk batas ambang bawah dan atas

26
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

Tabel 3-26 Hasil Uji Outlier Stasiun Hujan Pahae Jahe


Hasil Perhitungan Uji Inlier-Outlier
Hujan Rangking Data
No Tahun Log x Keterangan
(mm) Tahun CH Max
1 2007 508.00 2016 415.00 2.618 Hujan Max 883.00
2 2008 798.00 2016 415.00 2.618 Hujan Min 415.00
3 2009 802.00 2017 449.00 2.652
4 2010 841.00 2015 499.00 2.698
5 2011 785.00 2015 499.00 2.698
6 2012 745.00 2007 508.00 2.706
7 2013 883.00 2014 646.00 2.810
8 2014 646.00 2014 646.00 2.810
9 2015 499.00 2012 745.00 2.872
10 2016 415.00 2012 745.00 2.872
11 2017 449.00 2011 785.00 2.895
12 2018 745.00 2008 798.00 2.902
13 2019 883.00 2009 802.00 2.904 Nilai ambang atas, Xh
14 2020 646.00 2010 841.00 2.925 Xh : 1187.000
15 2021 499.00 2013 883.00 2.946 Nilai ambang bawah, Xi
16 2022 415.00 2013 883.00 2.946 Xi : 342.506
Stdev. 0.120
Mean 2.805
Kn 2.247
sumber : analisa perhitungan
Uji Outliner diterima masuk batas ambang bawah dan atas

Tabel 3-27 Hasil Uji Outlier Stasiun Hujan Onan Ganjang

27
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

Hasil Perhitungan Uji Inlier-Outlier


Hujan Rangking Data
No Tahun Log x Keterangan
(mm) Tahun CH Max
1 2007 418.00 2010 354.00 2.549 Hujan Max 993.00
2 2008 409.00 2011 394.00 2.595 Hujan Min 354.00
3 2009 481.00 2008 409.00 2.612
4 2010 354.00 2007 418.00 2.621
5 2011 394.00 2009 481.00 2.682
6 2012 993.00 2013 531.00 2.725
7 2013 531.00 2013 531.00 2.725
8 2014 827.00 2017 545.00 2.736
9 2015 556.00 2015 556.00 2.745
10 2016 645.00 2015 556.00 2.745
11 2017 545.00 2016 645.00 2.810
12 2018 993.00 2016 645.00 2.810
13 2019 531.00 2014 827.00 2.918 Nilai ambang atas, Xh
14 2020 827.00 2014 827.00 2.918 Xh : 1184.345
15 2021 556.00 2012 993.00 2.997 Nilai ambang bawah, Xi
16 2022 645.00 2012 993.00 2.997 Xi : 281.553
Stdev. 0.139
Mean 2.762
Kn 2.247
sumber : analisa perhitungan
Uji Outliner diterima masuk batas ambang bawah dan atas

Tabel 3-28 Hasil Uji Outlier Stasiun Hujan Batang Toru


Hasil Perhitungan Uji Inlier-Outlier
Hujan Rangking Data
No Tahun Log x Keterangan
(mm) Tahun CH Max
1 2007 416.00 2013 295.00 2.470 Hujan Max 719.00
2 2008 574.00 2013 295.00 2.470 Hujan Min 295.00
3 2009 447.00 2007 416.00 2.619
4 2010 546.00 2015 418.00 2.621
5 2011 442.00 2015 418.00 2.621
6 2012 442.00 2011 442.00 2.645
7 2013 295.00 2011 442.00 2.645
8 2014 498.00 2011 442.00 2.645
9 2015 418.00 2009 447.00 2.650
10 2016 514.00 2014 498.00 2.697
11 2017 719.00 2014 498.00 2.697
12 2018 442.00 2016 514.00 2.711
13 2019 295.00 2016 514.00 2.711 Nilai ambang atas, Xh
14 2020 498.00 2010 546.00 2.737 Xh : 753.380
15 2021 418.00 2008 574.00 2.759 Nilai ambang bawah, Xi
16 2022 514.00 2017 719.00 2.857 Xi : 277.074
Stdev. 0.097
Mean 2.660
Kn 2.247
sumber : analisa perhitungan
Uji Outliner diterima masuk batas ambang bawah dan atas

Sehingga dari hasil analisis sebaran data hujan rerata maksimum secara statistik

28
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

keseluruhan data masuk dalam trend suatu kelompok data, sehingga seluruh 15 series
data dapat dipakai untuk analisa.

3.3 HUJAN RANCANGAN


Jangka waktu penyelesaian kegiatan adalah 60 (enam puluh) hari kalender.
Analisa distribusi frekuensi dimaksudkan untuk mendapatkan besaran curah
hujan rancangan yang ditetapkan berdasarkan patokan perancangan tertentu. Untuk
keperluan analisis ditetapkan dengan periode ulang 2, 5, 10, 20, 25, 50, dan 100 tahun.
Dalam pekerjaan ini analisis distribusi frekuensi dilakukan dengan menggunakan Log
Pearson Tipe III dengan proses perhitungan sebagai berikut:
Metode Log Pearson Type III
Metode Log Pearson Type III tidak mempunyai sifat khas yang dapat dipergunakan
untuk memperkirakan jenis distribusi ini.
Persamaan distribusi Log Pearson Type III, adalah sebagai berikut (C.D. oemarto,
1987 : 243) :
Mengubah data hujan sebanyak n buah X1, X2, ....Xi menjadi log X1, X2, ..... log Xi
Nilai Rata – rata :
n
∑ LogX i
i=l
LogX=
n
Standar Deviasi :


n
∑ ( log X i −log X ) 2
i=1
Sd=
n−1
Koefisien Skewness :
n
n ∑ (logX−logX i )3
i = l
Cs = 3
(n-1)(n-2) .( Sd ') 
Dimana :
Log X = nilai rata-rata
Log Xi = nilai varian ke i
n = banyaknya data
Sd’ = standar deviasi
Cs = koefisien Skewness

29
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

Sehingga nilai X bagi setiap tingkat probabilitas dapat dihitung dari persamaan :

Log Xt = Log X + G ⋅ ( Sd )
Harga-harga G dapat diambil dari tabel hubungan antara koefisien skewness

dengan kala ulang. Sedangkan Nilai Xt didapat dari anti log dari log Xt.

Uji Kesesuaian Distribusi


Pemeriksaan uji kesesuaian distribusi ini dimaksudkan untuk mengetahui suatu
kebenaran hipotesa distribusi frekuensi. Dengan pemeriksaan uji ini akan diketahui:
1. Kebenaran antara hasil pengamatan dengan model distribusi yang diharapkan atau
yang diperoleh secara teoritis.
2. Kebenaran hipotesa (diterima/ditolak).
Adapun pemeriksaan/pengujian dstribusi frekuensi dipakai dengan 2 metode sebagai
berikut:
A. Uji Horizontal dengan Metode Smirnov-Kolmogorof
Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorof, sering disebut uji kecocokan non parametrik,
karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu. Uji ini digunakan
untuk menguji simpangan/selisih terbesar antara peluang pengamatan (empiris)
dengan peluang teoritis, yaitu dalam bentuk persamaan berikut:

maks
|Pe−PT|
=
Keterangan :
maks = selisih terbesar antara peluang empiris dengan teoritis
Pe = peluang empiris, dengan menggunakan persamaan dari Weibull:
m
P = N +1
m = nomor urut kejadian, atau peringkat kejadian
N = jumlah data pengamatan
PT = peluang teoritis dari hasil penggambaran data pada kertas distribusi
(persamaan distribusinya) secara grafis, atau menggunakan fasilitas
perhitungan peluang distribusi yang digunakan.

Uji Vertikal dengan Metode Chi Square


Uji Chi-Kuadrat hanya efektif bila jumlah data pengamatan besar, karena
sebelum dilakukan pengujian, data pengamatan akan dikelompokkan terlebih dahulu.

30
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

Uji ini dimaksudkan untuk melihat distribusi amatan apakah dapat dihampiri
dengan baik oleh distribusi teoritis. Uji ini dilakukan berdasarkan perbedaan antara
nilai-nilai yang diharapkan atau yang diperoleh secara teoritis. Uji ini digunakan untuk
menguji simpangan secara vertikal.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
(Ef - Of )
χ 2 =∑
Ef
Dengan :
2 = Harga Chi-Square.
Ef = frekuensi yang diharapkan dengan pembagian kelas.
Of = frekuensi yang diamati sesuai dengan pembagian kelas.
Jumlah kelas distribusi dihitung dengan rumus :
K = 1 + 3.22 log n
Derajat Kebebasan :
 = K – (P+1)
Dimana :
P = Banyaknya keterikatan atau sama dengan banyaknya parameter.
K = Jumlah kelas distribusi.
n = Banyaknya data.
Agar distribusi frekuensi yang dipilih dapat diterima, maka harga X 2 hitung < X2Cr.
Harga X2Cr dapat diperoleh dengan menentukan taraf signifikan dengan derajat
kebebasan.

Hasil Perhitungan Curah Hujan Rancangan dengan Log Pearson Tipe III dan dengan
uji kesesuaian distribusi dengan Smirnov Kolmogorof dan Uji Chi Square Distribusi
adalah sebagai berikut :

Tabel 3-29 Hasil Perhitungan Hujan Rencana DAS Sigeoan


31
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

Kala Ulang (Tahun) Curah Hujan Wilayah


2 134.81
5 157.87
10 172.36
25 190.08
50 202.99
100 215.64
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2022

Tabel 3-30 Hasil Perhitungan Hujan Rencana DAS Batang Toru

Kala Ulang (Tahun) Curah Hujan Wilayah


2 96.64
5 113.17
10 123.56
25 136.27
50 145.52
100 154.59
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2022

3.4 BANJIR RENCANA


3.4.1. Pola Distribusi Hujan
Pada perencanaan bangunan persungaian, untuk memperkirakan hidrograf
banjir rencana dengan cara hidrograf satuan (unit hydrograph) perlu diketahui dahulu
sebaran hujan jam-jaman dengan suatu interval tertentu. Dalam studi ini untuk
perhitungannya digunakan rumus Mononobe. Distribusi hujan menggunakan rumus
mononobe disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3-31 Pola Distribusi Hujan Jam-jaman DAS Sigeoan

32
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

Hujan Jam-jaman
No Jam Ke
T2thn T5thn T10thn T25thn T50thn T100thn
1 0.50 0.29 0.33 0.36 0.40 0.43 0.46
2 1.00 0.29 0.33 0.36 0.40 0.43 0.68
3 1.50 0.43 0.50 0.55 0.60 0.64 0.91
4 2.00 0.57 0.67 0.91 1.01 1.29 1.60
5 2.50 1.71 2.00 2.19 2.61 2.79 2.97
6 3.00 8.41 9.85 10.39 11.06 11.38 11.86
7 3.50 1.00 1.17 1.28 1.41 1.50 1.60
8 4.00 0.43 0.50 0.73 1.01 1.29 1.14
9 4.50 0.29 0.33 0.36 0.60 0.64 0.68
10 5.00 0.29 0.33 0.36 0.40 0.43 0.46
11 5.50 0.29 0.33 0.36 0.40 0.43 0.23
12 6.00 0.29 0.33 0.36 0.20 0.21 0.23
Probabilitas Hujan 134.8058 157.8677 172.3602 190.0834 202.9859 215.6397
Koef. Pengaliran 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11
Hujan Efektif 14.262 16.702 18.235 20.110 21.475 22.814

Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2022

Tabel 3-32 Pola Distribusi Hujan Jam-jaman DAS Batang Toru


Hujan Jam-jaman
No Jam Ke
T2thn T5thn T10thn T25thn T50thn T100thn
1 0.50 0.25 0.29 0.32 0.35 0.37 0.40
2 1.00 0.25 0.29 0.32 0.35 0.37 0.59
3 1.50 0.37 0.43 0.47 0.52 0.56 0.79
4 2.00 0.50 0.58 0.79 0.87 1.12 1.39
5 2.50 1.49 1.74 1.90 2.27 2.42 2.57
6 3.00 7.30 8.55 9.02 9.60 9.88 10.30
7 3.50 0.87 1.01 1.11 1.22 1.30 1.39
8 4.00 0.37 0.43 0.63 0.87 1.12 0.99
9 4.50 0.25 0.29 0.32 0.52 0.56 0.59
10 5.00 0.25 0.29 0.32 0.35 0.37 0.40
11 5.50 0.25 0.29 0.32 0.35 0.37 0.20
12 6.00 0.25 0.29 0.32 0.17 0.19 0.20
Probabilitas Hujan 96.63906 113.1716 123.5609 136.2662 145.5157 154.5869
Koef. Pengaliran 0.13 0.13 0.13 0.13 0.13 0.13
Hujan Efektif 12.377 14.494 15.825 17.452 18.637 19.799

Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2022

3.4.2. Koefisien Pengaliran


Koefisien limpasan/pengaliran adalah variabel untuk menentukan besarnya
limpasan permukaan dimana penentuannya didasarkan pada kondisi daerah pengaliran
dan karakteristik hujan yang jatuh di daerah tersebut.
Dr. Kawakami menyusun sebuah rumus yang mengemukakan bahwa untuk
sungai tertentu, koefisien ini tidak tetap, tergantung dari curah hujan.

Tabel 3-33 Pendekatan Angka Koefisien Pengaliran Dr. Kawakami


33
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

Curah Hujan Rumus Koefisien


No. Daerah Kondisi Sungai
(Rt) Pengaliran
1. Hulu Sungai Biasa f = 1 – 15.7/Rt 3/4
2. Tengah Sungai Biasa f = 1 – 5.65/Rt 1/2
3. Tengah Sungai di zone lava f = 1 – 7.20/Rt 1/2
4. Tengah > 200 mm f = 1 – 3.14/Rt 1/3
5. Hilir < 200 mm f = 1 – 6.60/Rt 1/2
Sumber : Suyono Sosrodarsono, (1980), hal 146

Koefisien limpasan/pengaliran adalah variabel untuk menentukan besarnya


limpasan permukaan tersebut dimana penentuannya didasarkan pada kondisi tutupan
lahan pada daerah pengaliran/DAS yang ditinjau tersebut. Menurut dr. Mononobe
besarnya debit banjir dalam suatu DAS juga dipengaruhi oleh kondisi karakteristik di
dalam suatu DAS, yaitu :
a. Kondisi hujan
b. Luas dan bentuk daerah pengaliran
c. Kemiringan daerah aliran dan kemiringan dasar sungai
d. Daya infiltrasi dan perkolasi tanah
e. Suhu udara dan angin serta evaporasi
f. Tata guna lahan
Besarnya koefisien (C) pengaliran pada suatu daerah dipengaruhi oleh faktor
tutupan/penggunaan lahan yang besarnya menurut dr. Mononobe adalah pada kisaran
sebagai berikut :
Tabel 3-34 Koefisien Limpasan Dr. Mononobe
Jenis Tutupan Lahan Nilai Koef. C
Daerah pegunungan yang curam 0.75 – 0.90
Daerah pegunungan tersier 0.70 – 0.80
Daerah bergelombang dan hutan 0.50 – 0.75
Daerah dataran yang ditanami 0.45 – 0.60
Persawahan yang diairi 0.70 – 0.80
Sungai di daerah pegunungan 0.75 – 0.85
Sungai kecil di daerah dataran 0.45 – 0.75
Sungai yang besar dengan wilayah pengaliran yang lebih dari 0.50 – 0.75
seperduanya terdiri dari dataran
Permukiman (pemanfaatan lahan dengan bangunan, baik permanen 0.75 – 0.90
maupun non permanen)

Sumber : Suyono Sosrodarsono, (1980) hal 145


Selain menggunakan acuan dari Dr. Mononobe, nilai koefisien (C) pengaliran

34
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

pada suatu daerah berdasarkan faktor tutupan/penggunaan lahan juga ada beberapa
acuan yang antara lain dari Robert J. Kodoatie dan Roestam Sjarief, U.S. Forest Service
dan Puslitbang Air sebagai berikut :
Tabel 3-35 Koefisien Limpasan Kodoatie, Robert J. dan Roestam Sjarief
Nilai Koefisien
No. Jenis Tutupan Lahan Pengaliran
(C)
1 Badan Air 0.150
2 Belukar 0.200
3 Belukar Rawa 0.070
4 Hutan Lahan Kering Primer 0.020
5 Hutan Lahan Kering Sekunder 0.030
6 Hutan Mangrove Primer 0.010
7 Hutan Rawa Primer 0.020
8 Hutan Rawa Sekunder 0.150
9 Hutan Taman Industri 0.050
10 Permukiman 0.750
11 Perkebunan 0.400
12 Pertanian Lahan Kering 0.100
13 Pertanian Lahan Kering Campur Semak 0.100
14 Sawah 0.150
15 Tambak 0.050
16 Tanah Terbuka 0.200
Sumber : Kodoatie dan Syarief, 2005

Tabel 3-36 Koefisien Limpasan U.S. Forest Service

35
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

Koef. Aliran Koef. Aliran


Tata Guna Lahan Tata Guna Lahan
(C) (C)
Perkantoran Tanah Lapang
Daerah pusat kota 0.70 - 0.95 Berpasir datar 2% 0.05 - 0.10
Daerah sekitar kota 0.50 - 0.70 Berpasir agak rata 2-7% 0.10 - 0.15
Perumahan Berpasir miring 7% 0.15 - 0.20
Rumah tinggal 0.30 - 0.50 Tanah berat datar 2% 0.13 - 0.17
Rumah susun (pisah) 0.40 - 0.60 Tanah berat agak rata 2-7% 0.18 - 0.22
Rumah susun (sambung) 0.60 - 0.75 Tanah berat miring 7% 0.25 - 0.35
Pinggiran kota 0.35 - 0.40 Tanah Pertanian
Daerah Industri A. Tanah kosong
Kurang padat industri 0.50 - 0.80 Rata 0.30 - 0.60
Padat industri 0.60 - 0.90 Kasar 0.20 - 0.50
Fasilitas Umum B. Ladang garapan
Taman, kuburan 0.10 - 0.25 Tanah berat tanpa vegetasi 0.30 - 0.60
Tempat bermain 0.20 - 0.35 Tanah berat bervegetasi 0.20 - 0.50
Daerah stasiun KA 0.20 - 0.40 Berpasir tanpa vegetasi 0.20 - 0.25
Daerah tak berkembang 0.10 - 0.30 Berpasir bervegetasi 0.10 - 0.25
Jalan Raya C. Padang rumput
Beraspal 0.70 - 0.95 Tanah berat 0.15 - 0.45
Berbeton 0.80 - 0.95 Berpasir 0.05 - 0.25
Berbatu-bata 0.70 - 0.85 D. Hutan bervegetasi 0.05 - 0.25
Trotoar 0.75 - 0.85 Tanah Tidak Produktif >30%
Daerah beratap 0.75 - 0.95 Rata kedap air 0.70 - 0.90
Kasar 0.50 - 0.70
Sumber : U.S. Forest Service, 1980 dalam Asdak, 2004

Tabel 3-37 Koefisien Limpasan Puslitbang Air


Koef. Aliran
Tipe Daerah Aliran Bentuk Lahan
(C)
Perumputan Tanah pasir, datar 2% 0.05 - 0.10
Tanah pasir, rata-rata 2-7% 0.10 - 0.15
Tanah pasir, curam 7% 0.15 - 0.20
Tanah gemuk, datar 2% 0.13 - 0.17
Tanah gemuk, rata-rata 2-7% 0.18 - 0.22
Tanah gemuk, curam 7% 0.25 - 0.35
Perdagangan Daerah kota lama 0.75 - 0.95
Daerah kota baru 0.50 - 0.70
Perumahan Daerah "single family" 0.30 - 0.50
"Multi unit", terpisah-pisah 0.40 - 0.60
"Multi unit", tertutup 0.60 - 0.75
"Sub-urban" 0.25 - 0.40
Daerah rumah-rumah apartemen 0.50 - 0.70
Industri Daerah ringan 0.50 - 0.80
Daerah berat 0.60 - 0.90
Pertamanan 0.10 - 0.25
Tempat bermain 0.20 - 0.35
Halaman Kereta Api 0.20 - 0.40
Sumber : Direktorat Penyelidikan Masalah Air (Puslitbang Air), 1984

Tabel 3-38 Koefisien Limpasan Puslitbang Air (2)

36
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

Jenis Tanah Loam Lempung Lempung


Tipe Daerah Aliran Berpasir Silt loam Padat
Hutan Kemiringan
0-5% 0.10 0.30 0.40
5 - 10 % 0.25 0.35 0.50
10 - 30 % 0.30 0.50 0.60
Padang rumput / semak-semak Kemiringan
0-5% 0.10 0.30 0.40
5 - 10 % 0.15 0.35 0.55
10 - 30 % 0.20 0.40 0.60
Tanah pertanian Kemiringan
0-5% 0.30 0.50 0.60
5 - 10 % 0.40 0.60 0.70
10 - 30 % 0.50 0.70 0.80
Sumber : Direktorat Penyelidikan Masalah Air (Puslitbang Air), 1984

Peta penggunaan lahan pada sistem DAS Sigeoan dan DAS Batang Toru dapat
dilihat pada gambar berikut :

Gambar 3-3 Peta Tata Guna Lahan (TGL) DAS Sigeoan dan DAS Batang Toru

Tabel 3-39 Koefisien Limpasan DAS Sigeoan


37
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

KOEFISIEN PENGALIRAN DAS SIGEAON


TATA GUNA LAHAN LUAS (Km2) KOEFISIEN C C RATA - RATA
BADAN AIR 0.27 0.15 0.00006
HUTAN LINDUNG 0.34 0.2 0.00010
HUTAN PRODUKSI 165.02 0.05 0.01199
KONSERVASI 1.24 0.02 0.00004
PERMUKIMAN 19.01 0.75 0.02073
PERTANIAN 502.11 0.1 0.07298
688.00 0.10589
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2022

Tabel 3-40 Koefisien Limpasan DAS Batang Toru


KOEFISIEN PENGALIRAN DAS BATANG TORU
TATA GUNA LAHAN LUAS (Km2) KOEFISIEN C C RATA - RATA
BADAN AIR 5.99 0.15 0.00032
HUTAN LINDUNG 803.86 0.2 0.05679
HUTAN PRODUKSI 308.61 0.05 0.00545
KONSERVASI 128.86 0.02 0.00091
PERMUKIMAN 37.75 0.75 0.01000
PERTANIAN 1,545.95 0.1 0.05461
2,831.00 0.12808
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2022

3.4.3. Analisis Curah Hujan Efektif


Hujan netto adalah bagian hujan total yang menghasilkan limpasan langsung
(direct run-off). Dengan asumsi bahwa proses transformasi hujan menjadi limpasan
langsung mengikuti proses linier dan tidak berubah oleh waktu (linear and time invariant
process), maka hujan netto (Rn) dapat dinyatakan sebagai perkalian antara Koefisen
Limpasan (C) dengan Intensitas Curah Hujan (R). Perhitungan sebaran Hujan Netto Jam-
jaman dihitung pada titik kontrol lokasi DAS yang ditinjau, dan berikut adalah perhitungan
hujan netto/nisbah hujam jam-jam dengan metode PSA007.

Tabel 3-41 Perhitungan Hujan Netto DAS Sigeoan


38
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

Hujan Jam-jaman
No Jam Ke
T2thn T5thn T10thn T25thn T50thn T100thn T1000thn
1 0.50 0.29 0.33 0.36 0.40 0.43 0.46 0.55
2 1.00 0.29 0.33 0.36 0.40 0.43 0.68 0.82
3 1.50 0.43 0.50 0.55 0.60 0.64 0.91 1.09
4 2.00 0.57 0.67 0.91 1.01 1.29 1.60 1.91
5 2.50 1.71 2.00 2.19 2.61 2.79 2.97 3.54
6 3.00 8.41 9.85 10.39 11.06 11.38 11.86 13.36
7 3.50 1.00 1.17 1.28 1.41 1.50 1.60 2.18
8 4.00 0.43 0.50 0.73 1.01 1.29 1.14 1.91
9 4.50 0.29 0.33 0.36 0.60 0.64 0.68 0.82
10 5.00 0.29 0.33 0.36 0.40 0.43 0.46 0.55
11 5.50 0.29 0.33 0.36 0.40 0.43 0.23 0.27
12 6.00 0.29 0.33 0.36 0.20 0.21 0.23 0.27
Probabilitas Hujan 134.8058 157.8677 172.3602 190.0834 202.9859 215.6397 257.7426
Koef. Pengaliran 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11
Hujan Efektif 14.262 16.702 18.235 20.110 21.475 22.814 27.268
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2022

Tabel 3-42 Perhitungan Hujan Netto DAS Batang Toru


Hujan Jam-jaman
No Jam Ke
T2thn T5thn T10thn T25thn T50thn T100thn T1000thn
1 0.50 0.15 0.17 0.19 0.21 0.22 0.24 0.28
2 1.00 0.15 0.17 0.19 0.21 0.22 0.36 0.43
3 1.50 0.22 0.26 0.29 0.31 0.34 0.48 0.57
4 2.00 0.30 0.35 0.48 0.52 0.67 0.83 1.00
5 2.50 0.89 1.04 1.14 1.36 1.46 1.55 1.85
6 3.00 4.39 5.14 5.42 5.77 5.93 6.18 6.97
7 3.50 0.52 0.61 0.67 0.73 0.78 0.83 1.14
8 4.00 0.22 0.26 0.38 0.52 0.67 0.59 1.00
9 4.50 0.15 0.17 0.19 0.31 0.34 0.36 0.43
10 5.00 0.15 0.17 0.19 0.21 0.22 0.24 0.28
11 5.50 0.15 0.17 0.19 0.21 0.22 0.12 0.14
12 6.00 0.15 0.17 0.19 0.10 0.11 0.12 0.14
Probabilitas Hujan 96.63906 113.1716 123.5609 136.2662 145.5157 154.5869 184.7694
Koef. Pengaliran 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08
Hujan Efektif 7.435 8.707 9.506 10.484 11.195 11.893 14.215
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2022

39
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

3.4.4. Analisis Debit Banjir Rencana


Dalam perencanaan dan perhitungan bangunan air, analisis hidrologi merupakan
bagian dari proses yang amat penting. Dengan hidrologi dapat dianalisis besaran-besaran
nilai ekstrim yang terjadi baik itu debit terkecil maupun yang terbesar, karena banyak
perhitungan teknis bangunan-bangunan yang didasarkan atas frekuensi nilai-nilai tertentu
dari peristiwa-peristiwa ekstrim.
Salah satu perhitungan debit banjir adalah menggunakan metode hidrograf
satuan sintetik. Penggunaan metode ini, memerlukan beberapa karakteristik parameter
daerah alirannya, seperti :
 Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak hidrograf (time of peak)
 Tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf (time lag)
 Tenggang waktu hidrograf (time base of hydrograph)

Debit banjir rencana dihitung dengan menggunakan menggunakan HSS Snyder.


Hasil perhitungan debit banjir rencana (design flood) untuk DAS Sigeoan dan tiap-tiap
kala ulang dapat dilihat sebagai berikut :

40
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

PARAMETER HSS SNYDER

2
1 Luas DPS A 688.00 km
2 Panjang sungai utama L 34.00 km
3 Panjang sungai dari bagian hilir ke titik berat Lc 13.530 km
4 Koefisien n 0.300
5 Koefisien Ct (0,75-3,0) 1.000
6 Koefisien Cp (0,4-1,4) 1.000
7 Q base flow 14.66 m3/dt
8 Q UH maks 27.70 m3/dt/mm
PARAMETER BENTUK HIDROGRAF

Menghitung waktu dari titik berat hujan ke debit puncak (tp) 158
n
tp = Ct * (L * Lc)
tp = 6.293 jam
Menghitung curah hujan efektif (te)
te = tp / 5,5
te = 1.144 jam
Menghitung waktu untuk mencapai puncak (Tp)
Jika te > tr = 1 jam
maka koreksi tp' = tp + 0,25(te-tr)
tp' = 6.329 jam
Time rise to peak (Tp) = tp' + 0,5
Tp = 6.829 jam
Jika te < tr = 1 jam
Time rise to peak (Tp) = tp + 0,5tr
Tp = 6.793 jam
Jika te = tr
Time rise to peak (Tp) = tp
Tp = 6.293 jam
Menghitung debit maksimum hidrograf satuan (Qp)
qp = 0,275 (Cp/tp)
3 2
qp = 0.040 m /dt/km
Qp = qp . A
3
Qp = 27.707 m /dt
Perhitungan absis (nilai x)
x = t / tp lihat tabel
Penghitungan koefisien I dan α
I = Qp.Tp/(A.h)
I = 0.275
2
α = 1,32I + 0,15I + 0,045
α = 0.186
Perhitungan besarnya ordinat y
-α(1-x)^2/x)
y = 10 lihat tabel
Perhitungan besarnya Qt
Qt = Qp . Y lihat tabel

41
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

Tabel 3-43 Perhitungan Debit Banjir Rancangan Metode HSS Snyder DAS Sigeoan

Kala Ulang Debit Banjir


No.
3
( tahun ) (m /det)
1 Q 2 th 406.44
2 Q 5 th 473.46
3 Q 10 th 515.49
4 Q 25 th 567.48
5 Q 50 th 604.90
6 Q 100 th 641.80
Sumber : Hasil Perhitungan, 2022

Gambar 3-4 Grafik Debit Banjir Rancangan Metode HSS Snyder DAS Sigeoan

Hasil perhitungan debit banjir rencana (design flood) untuk DAS Batang Toru dan tiap-tiap
kala ulang dapat dilihat sebagai berikut :

42
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

PARAMETER HSS SNYDER

2
1 Luas DPS A 2,831.00 km
2 Panjang sungai utama L 88.90 km
3 Panjang sungai dari bagian hilir ke titik berat Lc 31.115 km
4 Koefisien n 0.200
5 Koefisien Ct (0,75-3,0) 0.750
6 Koefisien Cp (0,4-1,4) 1.400
7 Q base flow 36.48 m3/dt
8 Q UH maks 267.34 m3/dt/mm
PARAMETER BENTUK HIDROGRAF

Menghitung waktu dari titik berat hujan ke debit puncak (tp) 158
n
tp = Ct * (L * Lc)
tp = 3.660 jam
Menghitung curah hujan efektif (te)
te = tp / 5,5
te = 0.665 jam
Menghitung waktu untuk mencapai puncak (Tp)
Jika te > tr = 1 jam
maka koreksi tp' = tp + 0,25(te-tr)
tp' = 3.576 jam
Time rise to peak (Tp) = tp' + 0,5
Tp = 4.076 jam
Jika te < tr = 1 jam
Time rise to peak (Tp) = tp + 0,5tr
Tp = 4.160 jam
Jika te = tr
Time rise to peak (Tp) = tp
Tp = 3.660 jam
Menghitung debit maksimum hidrograf satuan (Qp)
qp = 0,275 (Cp/tp)
3 2
qp = 0.094 m /dt/km
Qp = qp . A
3
Qp = 267.406 m /dt
Perhitungan absis (nilai x)
x = t / tp lihat tabel
Penghitungan koefisien I dan α
I = Qp.Tp/(A.h)
I = 0.385
2
α = 1,32I + 0,15I + 0,045
α = 0.298
Perhitungan besarnya ordinat y
-α(1-x)^2/x)
y = 10 lihat tabel
Perhitungan besarnya Qt
Qt = Qp . Y lihat tabel

43
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

Tabel 3-44 Perhitungan Debit Banjir Rancangan Metode HSS Snyder DAS Batang Toru

Kala Ulang Debit Banjir


No.
3
( tahun ) (m /det)
1 Q 2 th 1943.64
2 Q 5 th 2269.90
3 Q 10 th 2473.34
4 Q 25 th 2736.02
5 Q 50 th 2917.39
6 Q 100 th 3097.83
Sumber : Hasil Perhitungan, 2022

Gambar 3-5 Grafik Debit Banjir Rancangan Metode HSS Snyder DAS Batang Toru

44
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

Contents
BAB 3. ANALISIS HIDROLOGI.....................................................................3-1
3.1 KETERSEDIAAN DATA.....................................................................3-1
3.2 UJI VALIDASI DATA HUJAN...........................................................3-6
3.2.1. Uji Konsistensi..............................................................................3-6
3.2.2. Uji Homogenitas (Ketiadaan Trend)........................................3-12
3.2.3. Uji Stasioner................................................................................3-16
3.2.4. Uji Persistensi.............................................................................3-21
3.2.5. Uji Outlier.....................................................................................3-24
3.3 HUJAN RANCANGAN.....................................................................3-27
3.4 BANJIR RENCANA...........................................................................3-30
3.4.1. Pola Distribusi Hujan.................................................................3-30
3.4.2. Koefisien Pengaliran..................................................................3-31
3.4.3. Analisis Curah Hujan Efektif.....................................................3-36
3.4.4. Analisis Debit Banjir Rencana..................................................3-38

Tabel 3-1 Stasiun Hujan Terdekat yang Tersebar di Lokasi Pekerjaan...3-2


Tabel 3-2 Data Hujan Harian Maksimum Stasiun Hujan Sipolohon..........3-3
Tabel 3-3 Data Hujan Harian Maksimum Stasiun Hujan Onan Ganjang. 3-3
Tabel 3-4 Data Hujan Harian Maksimum Stasiun Hujan Pahae Jahe......3-4
Tabel 3-5 Data Hujan Harian Maksimum Stasiun Hujan Batang Toru.....3-4
Tabel 3-6 Curah Hujan Rerata Daerah DAS Sigeoan.................................3-5
Tabel 3-7 Curah Hujan Rerata Daerah DAS Batang Toru..........................3-5
Tabel 3-8 Nilai Q/n0.5 dan R/n0.5...........................................................................3-7
Tabel 3-9 Hasil Uji Konsistensi Data Hujan Stasiun Hujan Sipoholon
Metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums)......................................................3-8
Tabel 3-10 Hasil Uji Konsistensi Data Hujan Stasiun Hujan Pahae Jahe
Metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums)......................................................3-9
Tabel 3-11 Hasil Uji Konsistensi Data Hujan Stasiun Hujan Onan Ganjang
Metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums)....................................................3-10

45
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

Tabel 3-12 Hasil Uji Konsistensi Data Hujan Stasiun Hujan Batang Toru
Metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums)....................................................3-11
Tabel 3-13 Hasil Uji Homogenitas dengan Metode Spearman Stasiun
Hujan Sipoholon.............................................................................................................3-13
Tabel 3-14 Hasil Uji Homogenitas dengan Metode Spearman Stasiun
Hujan Pahae Jahe..........................................................................................................3-14
Tabel 3-15 Hasil Uji Homogenitas dengan Metode Spearman Stasiun
Hujan Onan Ganjang.....................................................................................................3-15
Tabel 3-16 Hasil Uji Homogenitas dengan Metode Spearman Stasiun
Hujan Batang Toru.........................................................................................................3-16
Tabel 3-17 Hasil Uji Stasioner dengan Metode Uji-F Stasiun Hujan
Sipoholon.........................................................................................................................3-18
Tabel 3-18 Hasil Uji Stasioner dengan Metode Uji-F Stasiun Hujan Pahae
Jahe..................................................................................................................................3-19
Tabel 3-19 Hasil Uji Stasioner dengan Metode Uji-F Stasiun Hujan Onan
Ganjang...........................................................................................................................3-20
Tabel 3-20 Hasil Uji Stasioner dengan Metode Uji-F Stasiun Hujan Batang
Toru..................................................................................................................................3-21
Tabel 3-21 Hasil Uji Persistensi Stasiun Hujan Sipoholon.......................3-22
Tabel 3-22 Hasil Uji Persistensi Stasiun Hujan Pahae Jahe....................3-23
Tabel 3-23 Hasil Uji Persistensi Stasiun Hujan Onan Ganjang...............3-23
Tabel 3-24 Hasil Uji Persistensi Stasiun Hujan Batang Toru...................3-24
Tabel 3-25 Hasil Uji Outlier Stasiun Hujan Sipoholon...............................3-25
Tabel 3-26 Hasil Uji Outlier Stasiun Hujan Pahae Jahe............................3-25
Tabel 3-27 Hasil Uji Outlier Stasiun Hujan Onan Ganjang.......................3-26
Tabel 3-28 Hasil Uji Outlier Stasiun Hujan Batang Toru...........................3-26
Tabel 3-29 Hasil Perhitungan Hujan Rencana DAS Sigeoan.............................3-30
Tabel 3-30 Hasil Perhitungan Hujan Rencana DAS Batang Toru.....................3-30
Tabel 3-31 Pola Distribusi Hujan Jam-jaman DAS Sigeoan..............................3-31
Tabel 3-32 Pola Distribusi Hujan Jam-jaman DAS Batang Toru.......................3-31
Tabel 3-33 Pendekatan Angka Koefisien Pengaliran Dr. Kawakami.................3-32

46
LAPORAN HIDROLOGI
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Pengendalian Daya Rusak Air Pada UPT Pengelolaan
Irigasi

Tabel 3-34 Koefisien Limpasan Dr. Mononobe.................................................3-32


Tabel 3-35 Koefisien Limpasan Kodoatie, Robert J. dan Roestam Sjarief 3-
33
Tabel 3-36 Koefisien Limpasan U.S. Forest Service.................................3-34
Tabel 3-37 Koefisien Limpasan Puslitbang Air...........................................3-34
Tabel 3-38 Koefisien Limpasan Puslitbang Air (2).....................................3-35
Tabel 3-39 Koefisien Limpasan DAS Sigeoan............................................3-36
Tabel 3-40 Koefisien Limpasan DAS Batang Toru....................................3-36
Tabel 3-41 Perhitungan Hujan Netto DAS Sigeoan...........................................3-37
Tabel 3-42 Perhitungan Hujan Netto DAS Batang Toru....................................3-37
Tabel 3-43 Perhitungan Debit Banjir Rancangan Metode HSS Snyder DAS
Sigeoan..............................................................................................................................3-40
Tabel 3-44 Perhitungan Debit Banjir Rancangan Metode HSS Snyder DAS
Batang Toru......................................................................................................................3-42

Gambar 3-1 Lokasi DAS Sigeoan dan DAS Batang Toru...................................3-1


Gambar 3-2 Lokasi Stasiun Hujan Pada Sistem DAS Sigeoan dan Batang
Toru....................................................................................................................................3-2
Gambar 3-3 Peta Tata Guna Lahan (TGL) DAS Sigeoan dan DAS Batang
Toru..................................................................................................................................3-35
Gambar 3-4 Grafik Debit Banjir Rancangan Metode HSS Snyder DAS
Sigeoan............................................................................................................................3-40
Gambar 3-5 Grafik Debit Banjir Rancangan Metode HSS Snyder DAS
Batang Toru....................................................................................................................3-42

47

Anda mungkin juga menyukai