Anda di halaman 1dari 41

BAB IV

PERENCANAAN DRAINASE KOTA

4.1. Gambaran Umum Lokasi Studi

Pada tugas besar Sistem Drainase Perkotaan ini akan dilakukan studi di lokasi yaitu di
Kota Kupang terkhususnya di Jalan Flores-Oeba. Lokasi ini mengalami kasus terjadinya
genangan air pada permukaan jalan yang diakibatkan oleh saluran drainase yang tidak
berfungsi dengan baik. Penelitian ini bersifat studi kasus melalui survei langsung di lapangan
yang disertai dengan analisis berdasarkan metode - metode dan formula yang tersedia.

4.1.1. Pengambilan Data

Pengambilan data merupakan data-data yang diperlukan atau dibutuhkan untuk


mengevaluasi kembali kasus yang sudah terjadi.
Berikut ini data - data sebagai berikut:

1. Kondisi Saluran Eksisting

Mengamati secara langsung kondisi sekitar lokasi baik itu saluran eksisting maupun
saluran yang direncakanan tetapi belum sepenunya berfungsi. Data Sekunder.

2. Peta

Kota Kupang merupakan Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan pertumbuhan
penduduk yang semakin meningkat sehingga perlu di lakukan penataan dalam suatu
perencanaan saluran pembuangan atau drainase yang baik dan efektif, lokasi yang kami
tinjau yaitu di Kota Kupang, Jalan. Flores. Pada dasarnya peta yang akan digunakan
sebagai acuan dalam penelitian yang di ambil dari aplikasi Google Earth Tahun 2018.

4.2. Lay out Saluran Drainase Kota

Peninjauan lapangan dilakukan dengan maksud melihat secara nyata keadaan


dilapangan untuk mencocokan hasil interpretasi peta dengan kondisi lapangan.
Pengamatan dilapangan dilakukan terhadap kondisi daerah peninjauan yang terjadi
genangan saat musim penghujan, keberadan aliran air yang dilalui saat musim penghujan.

IV-1
Pemilihan lokasi ini dilakukan secara cermat agar diperoleh kondisi dimana dalam
pelaksanaan nantinya dapat dikerjakan secara efektif dan efisian dengan manfaat yang
optimal, serta meminimalkan dampak negatif yang mungkin timbul.

Gambar 4.1 Lokasi Perencanan Saluran Drainase


Sumber : Google Earth

IV-2
Gambar 4.2 Lay Out Jaringan Drainase
Sumber: Google Earth, Global Mapper Dan Autocad 2014

IV-3
4.3. Perhitungan Curah Hujan Maksimum

Untuk perencanaan saluran drainase dilakukan analisis terhadap data curah hujan
harian maksimum, yaitu data curah hujan yang paling tinggi untuk tahun tertentu. Pengolahan
dan analisa data dilakukan terhadap data curah hujan harian maksimum sebanyak 10 tahun
terakhir.
Hujan pada tiap-tiap wilayah memiliki karakteristik masing-masing sesuai dengan
kondisi wilayah tersebut. Karakteristik hujan antara lain :
1. Durasi hujan, adalah lama kejadian hujan (menitan, jam-jaman, harian) yang
diperoleh dari hasil pencatatan alat pengukur hujan otomatis.
2. Intensitas hujan, adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau
volume hujan tiap satuan waktu. Nilai ini tergantung dari lamanya curah hujan dan
frekuensi kejadiannya serta diperoleh dengan cara analisis data hujan baik secara
statistik maupun empiris.
3. Lengkung intensitas hujan adalah grafik yang menyatakan hubungan antara
intensitas hujan dengan durasi hujan.
Waktu konsentrasi (tc) adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari titik
yang paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir suatu
saluran.

4.3.1. Pemilihan Data Hujan

Pengukuran hujan dilakukan selama 24 jam, dengan cara ini berarti hujan yang
diketahui adalah hujan total yang terjadi selama satu hari. Perencanaan saluran drainase
berdasarkan data curah hujan harian maksimum. Kemudian dibawa dalam data curah hujan
sampai pada data hujan tahunan.
Dalam pemilihan data hujan untuk lokasi yang kami tinjau, maka data diambil dari
tugas hidrologi sebagai acuan untuk perhitungan dengan periode tahun 2000 sampai dengan
tahun 2009 dan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

IV-4
Tabel 4.1 Data curah hujan harian maksimum stasiun klimatologi lasiana
Curah Hujan Maksimum
No. Tahun Bulan R (mm)
Stasiun Lasiana
1 2009 Jan 98 98
2 2010 Nov 210 210
3 2011 Jan 175 175
4 2012 Des 160 160
5 2013 Okt 236 236
6 2014 Des 94 94
7 2015 Mar 125 125
8 2016 Feb 81 81
9 2017 Feb 62 62
10 2018 Nov 85 85
Rata-rata 132,60

Sumber : Stasiun Klimatologi Lasiana, 2012

Dari tabel 4.1 diatas maka dilanjutkan dengan pemilihan jenis distribusi yang cocok
untuk perhitungan data curah hujan yaitu dengan 3 (tiga) jenis distribusi antara lain distribusi Ej
Gumbel, Log - Person Type III, dan Log Normal.

IV-5
4.3.2. P
No. Tahun X (X - Xr)^2 (X - Xr)^3 (X - Xr)^4
e
1 2009 98.0 1197.16 41421.74 1433192.07
m
2 2010 210.0 5990.76 463684.82 35889205.38
3 2011 175.0 1797.76 76225.02 3231941.02 i
4 2012 160.0 750.76 20570.82 563640.58 l
5 2013 236.0 10691.56 1105507.30 114309455.23
6 2014 94.0 1489.96 57512.46 2219980.80 i
7 2015 125.0 57.76 438.98 3336.22 h
8 2016 81.0 2662.56 137388.10 7089225.75
a
9 2017 62.0 4984.36 351895.82 24843844.61
10 2018 85.0 2265.76 107850.18 5133668.38 n
Jumlah ( Σ ) 1326.00 31888.40 2362495.23 194717490.03
Rerata ( Xr ) 132.60      
  S 59.52    
  Cs 1.56      
  Ck 3.08    
  Cv 0.45      
Distribusi Curah Hujan Maksimum

4.3.2.1. Distribusi Ej-Gumbel

Menghitung curah hujan rancangan dengan metode Gumbel.


Langkah perhitungan untuk mencari Xrt :
X 1 + X 2+… …… . X
Xrt = n
1
n
132600
¿
10
¿ 132,60 mm
Perhitungan curah hujan rencana dengan metode Gumbel
Tabel 4.2 Perhitungan data untuk distribusi Gumbel.

IV-6
Sumber : Hasil analisa
Uraian salah satu contoh perhitungan,

Standar deviasi, Sd =

Jumlah data, n =10


√ Σ( X−Xr )2
(n−1)
=
√31888.40
10−1
=59,52

Rata - rata teruduksi, Yn = 0.4952


Simpangan baku tereduksi, Sn = 0.9496
Besarnya curah hujan ( XTr ), XTr = Xr + K * Sx
YTr−Yn
XTr = Xr + × Sx
Sn
Besarnya curah hujan untuk periode ulang 2 tahun adalah :

XTr=132,60+ ( 0,3665−0,4952
0.9694 )× 59,52=124,53 mm
Untuk periode ulang 2, 5, 10, 25, 50 dan 100 perhitungan besar curah hujannya pada
tabel 4.3 berikut
Tabel 4.3 Besarnya curah hujan harian maksimum untuk periode ulang Tr tahun.
t Ytr Xr Yn Sn XTr ( mm )

2 0.3665 132.60 0.4952 0.9496 124.53

5 1.4999 132.60 0.4952 0.9496 195.58

10 2.2504 132.60 0.4952 0.9496 242.62

25 3.1985 132.60 0.4952 0.9496 302.05

50 3.9019 132.60 0.4952 0.9496 346.15

IV-7
100 4.6001 132.60 0.4952 0.9496 389.91
Sumber : Hasil analisa,
Grafik 4.1 Ditribusi Hujan Metode Gumbel

Grafik Hujan Rancangan


Distribusi Ej-Gumbel
450.00 389.91
400.00 346.15
350.00 302.05
300.00 242.62
Xtr (mm)

250.00 195.58
200.00
150.00124.53
100.00
50.00
-
0 20 40 60 80 100 120
t (kala ulang tahun)

Sumber : hasil analisa penulis

4.3.2.2. Distribusi Log Person Type lll

Perhitungan curah hujan rencana dengan metode log person type lll
Tabel 4.4 Perhitungan data untuk distribusi log person type lll
2 3 4
No. X ( mm ) Log X (Log X - Log Xr) (Log X - Log Xr) (Log X - Log Xr)
1 98.0 1.9912 0.01 0.00078 0.0000721
2 210.0 2.3222 0.06 0.01362 0.0032538
3 175.0 2.2430 0.03 0.00407 0.0006497
4 160.0 2.2041 0.01 0.00176 0.0002125
5 236.0 2.3729 0.08 0.02427 0.0070268
6 94.0 1.9731 0.01 0.00134 0.0001478
7 125.0 2.0969 0.00 0.00000 0.0000000
8 81.0 1.9085 0.03 0.00535 0.0009357
9 62.0 1.7924 0.08 0.02464 0.0071702
10 85.0 1.9294 0.02 0.00365 0.0005620
∑ 20.8338 0.34 0.0795 0.0200306
Log Xr 2.0834
Sd 0.1946
Cs 1.4987
Cv 0.0934
Ck 2.77

IV-8
Sumber : Hasil analisa,
Uraian salah satu contoh perhitungan,

Standar Deviasi, Sd=


√ Σ(log X −log Xr )2
n−1
=

0,34
10−1
=0,1943

Besarnya curah hujan ( XTr ), log XTr =log Xr +(G × S Logx )


Besarnya curah hujan untuk periode ulang 2 tahun adalah :
Log XTr = 2,0834 + ((-0,2475) * 0,1946) = 2,0352
XTr = 108,87 mm
Untuk periode ulang 5, 10, 25, 50 dan 100 perhitungan besar curah hujannya pada tabel
4.5 berikut.

Tabel 4.5 Besarnya curah hujan harian maksimum untuk periode ulang Tr tahun.
Tr G Sd Log Xr G * Sd Log XTr XTr ( mm )
2 -0.2388 0.1946 2.0834 -0.0465 2.04 108.87
5 0.7821 0.1946 2.0834 0.1522 2.24 172.01
10 1.4618 0.1946 2.0834 0.2844 2.37 233.25
25 2.2915 0.1946 2.0834 0.4459 2.53 338.27
50 2.8793 0.1946 2.0834 0.5602 2.64 440.17
100 3.4350 0.1946 2.0834 0.6684 2.75 564.62

Sumber : Hasil analisa

IV-9
Grafik 4.2 Ditribusi Hujan Metode Log Person - III
Sumber : hasil analisa penulis

4.3.2.3. Distribusi Normal

Perhitungan curah hujan rencana dengan metode normal


Tabel 4.6 Perhitungan data untuk distribusi normal

IV-10
2 3 4
No. X ( mm ) ( X - Xr ) ( X - Xr ) ( X - Xr )
1 98.0 2437.890625 120370.85 5943310.70
2 210.0 3921.890625 245608.40 15381226.07
3 175.0 763.140625 21081.76 582383.61
4 160.0 159.390625 2012.31 25405.37
5 236.0 7854.390625 696095.37 61691452.09
6 94.0 2848.890625 152059.54 8116177.79
7 125.0 500.640625 11201.83 250641.04
8 81.0 4405.640625 292424.40 19409669.32
9 62.0 7288.890625 622289.04 53127926.54
10 85.0 3890.640625 242678.71 15137084.47
∑ 1,179.00 22891.88 1540854.45 111400265.99
Xr 147.38
Sd 57.19
Cs 1.57
Cv 0.39
Ck 3.17

Sumber : Hasil analisa

Uraian salah satu contoh perhitungan,

√ √
2
Standar Deviasi, Sd= Σ ( X− Xr ) = 22891,88 =50,43
n−1 9
Besarnya curah hujan ( XTr ), Xt = Xr + Kt × S
Besarnya curah hujan untukperiode ulang 2 tahun adalah :
XTr = 147,38 + (0,00 × 44,91 ) = 147,38 mm
Untuk periode ulang 5, 10, 25, 50 dan 100 perhitungan besar curah hujannya pada tabel
4.7 berikut.

Tabel 4.7 Besarnya curah hujan harian maksimum untuk periode ulang Tr tahun.

IV-11
Tr Xr KT Sx KT * Sx XTr ( mm )
2 147.38 0.00 57.19 0.00 147.38
5 147.38 0.84 57.19 48.04 195.41
10 147.38 1.28 57.19 73.20 220.57
25 147.38 1.71 57.19 97.79 245.16
50 147.38 2.05 57.19 117.23 264.61
100 147.38 2.33 57.19 133.24 280.62

Sumber : Hasil analisa,

Grafik 4.3 Ditribusi Hujan Metode Normal


Sumber : hasil analisa penulis

4.3.2.4. Distribusi Log-Normal

IV-12
Perhitungan curah hujan rencana dengan metode Log-Normal
Tabel 4.8 Perhitungan data untuk distribusi Log-Normal
No. X ( mm ) Log X (Log X - Log Xr)
2 3
(Log X - Log Xr)
4
(Log X - Log Xr)
1 98.0 1.9912 0.0084932 0.0007827 0.0000721
2 210.0 2.3222 0.0570419 0.0136236 0.0032538
3 175.0 2.2430 0.0254891 0.0040694 0.0006497
4 160.0 2.2041 0.0145770 0.0017600 0.0002125
5 236.0 2.3729 0.0838259 0.0242699 0.0070268
6 94.0 1.9731 0.0121566 0.0013404 0.0001478
7 125.0 2.0969 0.0001829 0.0000025 0.0000000
8 81.0 1.9085 0.0305900 0.0053502 0.0009357
9 62.0 1.7924 0.0846770 0.0246404 0.0071702
10 85.0 1.9294 0.0237055 0.0036498 0.0005620
∑ 20.8338 0.3407392 0.0794888 0.0200306
Log Xr 2.0834
Sd 0.1946
Cs 1.4987
Cv 0.0934
Ck 2.77
Sumber : Hasil analisa

Uraian salah satu contoh perhitungan,

Standar Deviasi, Sd ¿
√ Σ(LogX−log Xr)2 =
n−1 √ 0,3407392 = 0,1945
10−1
Besarnya curah hujan, XTr log Y Tr =log Xr+( K T × S log x )
Besarnya curah hujan untukperiode ulang 2 tahun adalah :
Log Ytr = 2,0843 + (0,00 * 0,1926) = 2,08
Ytr = 127,93 mm
Untuk periode ulang 5, 10, 25, 50 dan 100 perhitungan besar curah hujannya pada tabel
4.9 berikut.

IV-13
Tabel 4.9 Besarnya curah hujan harian maksimum untuk periode ulang Tr tahun.
Tr Log Xr KT Sx KT * Sx Log Ytr YTr ( mm )
2 2.0834 0.00 0.1946 0.0000 2.08 121.17
5 2.0834 0.84 0.1946 0.1634 2.25 176.53
10 2.0834 1.28 0.1946 0.2491 2.33 215.00
25 2.0834 1.71 0.1946 0.3327 2.42 260.68
50 2.0834 2.05 0.1946 0.3989 2.48 303.58
100 2.0834 2.33 0.1946 0.4534 2.54 344.15
Sumber : Hasil analisa

Grafik Hujan Rancangan


Distribusi Log-Normal
400.00
344.15
350.00 303.58
300.00 260.68
250.00 215.00
Ytr 9mm)

200.00 176.53
150.00121.17
100.00
50.00
-
0 20 40 60 80 100 120
Tr (Tahun)

Grafik 4.4 Ditribusi Hujan Metode Log Normal


Sumber : hasil analisa penulis

4.3.3. Evaluasi Distribusi Curah Hujan Maksimum

Berikut adalah persyaratan statistik dari distribusi-distribusi yang telah diselesaikan.


Tabel 4.10 Persyaratan parameter statistik.

Jenis Distribusi Syarat yang harus Parameter Statistik Keterangan

Cs ≈ 0 Cs = 1.5694
Normal Tidak Memenuhi
Ck = 3 Ck = 3.1745
Cs = 3Cv Cs = 1.4987
Log Normal Tidak Memenuhi
3Cv = 0.2802
Cs = 1.1396 Cs = 1.5558
Gumbel Tidak Memenuhi
Ck = 5.4002 Ck = 3.0775
Jika semua tidak
Log - Person memenuhi syarat Memenuhi
tersebut diatas

Sumber : Hasil analisa

IV-14
Dari tabel di atas, yang memenuhi persyaratan parameter statistik adalah jenis distribusi
Log-Person Type III. Sehingga untuk perhitungan selanjutnya menggunakan data dari distribusi
tersebut.

4.3.4. Uji Kecocokan

Uji kecocokkan atau uji penyimpangan dimaksudkan untuk mengetahui ada


tidaknya perbedaan yang nyata antara besarnya curah hujan harian maksimum
hasil pengamatan lapangan dengan hasil perhitungan.
Ada 2 ( dua ) cara uji penyimpangan, yaitu :

1. Chi Square atau Chi Kuadrat


2. Smirnov - Kolmogrov.
Kedua cara uji penyimpangan ini terhadap data dari distribusi Log - Person Type III.
1) Chi Square atau Chi Kuadrat
Jumlah data, n = 10
Jumlah kelas, K = 1 + 3.322 Log n
= 1 + 3.322 Log 10
= 4.322
= 5
Expected Frequency, EF = n : K
= 10 : 5
= 2
Jangkauan Q maks - Q min
=
Jumlah kelas
236.0 - 98.0
=
5
= 27.60

Tabel 4.11 Perhitungan untuk Chi Square.


Frekuensi Frekuensi
Interval Kelas EF - OF
EF - OF2
Harapan Tiap Kelas  X2
EF
( EF ) ( OF )
98.00 - 125.60 2.00 3 -1.00 0.50
125.60 - 153.20 2.00 3 -1.00 0.50
153.20 - 180.80 2.00 1 1.00 0.50
180.80 - 208.40 2.00 1 1.00 0.50
208.40 - 236.00 2.00 2 1.00 0.50
Jumlah 10.00 10.00 2.50

Sumber : Hasil analisa,

Dari tabel 4.11, diperoleh data :


Chi Square hitung X2 = 2,50

IV-15
Derajat bebas dk =K–1
=4
Derajat signifikan, = 5% (Didapat dari derajat kepercayaan ∝)
Dari tabel nilai kritis untuk distribusi Chi Square dengan dk = 4 dan derajat signifikan 5%,
diperoleh:
Cgi Squar kritis X2cr = 9,488 (Nilai kritis untuk distribusi Chi Square)
Syarat agar distribusi dapat diterima X2cr > X2 hitung
Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh 9,4888 > 2,50 atau X 2cr > X2 hitung, maka
distribusi Log-Person Type III dapat diterima.
2) Smirnov - Kolmogrov
Uji smirnov-kolmogrov ini dengan membandingkan probabilitas (peluang) masing-
masing variabel dari distribusi empiris dan teoritisnya akan terdapat perbedaan Δ tertentu.
Apabila Δmaks yang terbaca pada kertas probabilitas lebih kecil dari Δcr (Δkritis) yang didapat
dari tabel, maka penyimpangan yang terjadi hanya karena kesalahan yang terjadi secara
kebetulan sehingga distribusi/sebatan dapat diterima. Rumus yang digunakan adalah :
log x−log X r
K=
S logx
Pr
Px=1−
100

Sn= ( N n−1 )∗100 %


Perhitungannya sebagai berikut:

IV-16
Tabel 4.12 Perhitungan untuk Smirnov – Kolmogrov
No. X Log X K Pr ( % ) Px Sn Sn - Px
1 98.0 1.991 -0.474 75.876 0.241 0.111 -0.130
2 210.0 2.322 1.227 56.193 0.438 0.222 -0.216
3 175.0 2.243 0.821 60.901 0.391 0.333 -0.058
4 160.0 2.204 0.621 63.216 0.368 0.444 0.077
5 236.0 2.373 1.488 (0.579) 1.006 0.556 -0.450
6 94.0 1.973 -0.567 70.845 0.292 0.667 0.375
7 125.0 2.097 0.070 48.731 0.513 0.778 0.265
8 81.0 1.908 -0.899 82.394 0.176 0.889 0.713
9 62.0 1.792 -1.496 103.135 (0.031) 1.000 1.031
10 85.0 1.929 -0.791 78.654 0.213 1.111 0.898
∑ 20.8338 ∆maks 1.031
Log Xr 2.0834
Cs 1.4987
Sd 0.1946

Sumber : Hasil analisa

Dari tabel 4.12 diperoleh nilai Δmaks = 1,031. Dari tabel nilai kritis untuk diuji Smirnov-
Kolmogrov dengan jumlah data, N = 10 dan  = 5%, diperoleh nilai Δcr = 0,410 (dari hasil plot
table nilai kritis untuk smirnov-kolmogrov). Yang artinya Δmaks < Δcr sehingga distribusi yang
dipilih Log Person Type III dapat diterima.
Keterangan : Δcr = 0,410 didapat dari lampiran 7 Nilai Kritis untuk Uji Smirnov – Kolmogrov.

Dari uji persyaratan dan uji kesesuaian diperoleh jens distribusi yang memenuhi
persyaratan adalah Log – Person Type III. Sehingga untuk perhitungan selanjutnya
menggunakan data dari distribusi tersebut.

4.4. Perhitungan Waktu Kosentrasi

Metode Rasional ini sangat mudah dalam penggunaannya, namun hanya terbatas untuk
DAS dengan ukuran kecil( A< 500 Ha ). Persamaan dasar metode Rasional sebagai berikut.

QP =C ∗ I ∗ A
Dimana
QP=Debit banjir puncak pada periode ulang Tr tahun( m3/det )
C= Koefisien pengaliran
I= Intensitas hujan( mm/jam )

IV-17
A = Luas DAS ( Jika A dalam Ha, maka persamaan tersebut dikali dengan 0.00278 dan
jika A dalam Km2, maka dikali dengan 0.278 )
Metode ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa :

1. Curah hujan terjadi serentak dan seragam menurut waktu


2. Curah hujan terjadi tersebar seragam menuru truang
3. Lamanya hujan setidaknya sama dengan lama waktu konsentrasi( tc )

4.4.1. Penamaan saluran atau penentuan batas DAS

Menurut Asdak (1995: 4) Daerah Aliran Sungai (DAS) diartikan sebagai daerah yang
dibatasi punggung- punggung gunung dimana air hujan yang jatuh di daerah tersebut akan
ditampung oleh punggung gunung tersebut dan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke
sungai utama. Secara umum DAS dapat di definisikan sebagai suatu wilayah yang dibatasi
oleh batas alam, seperti punggungan bukit atau gunung, maupun batas buatan seperti jalan
atau tanggul dimana titik hujan yang turun di daerah tersebut memberi kontribusi aliran ke
titik keluaran (outlet).
Ekosistem DAS merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi
perlindungan terhadap DAS. Aktifitas dalam DAS yang mengakibatkan perubahan
ekosistem, misalnya penggunaan lahan, khususnya di daerah hulu dapat memberikan
dampak di daerah hilir yang mengakibatkan perubahan fluktuasi debit air dan muatan
sedimen serta material terlarut lainnya. Adanya keterkaitan antara masukan dan keluaran
pada suatu DAS dapat dijadikan dasar untuk mengetahui dampak suatu tindakan atau
aktifitas bangunan di dalam DAS terhadap lingkungan, khusunya tanah. Sebagai
pertimbangan berikut ini gambar model siklus hidrologi yang menjelaskan proses
berputarnya air.
Ekosistem DAS, terutama DAS bagian hulu merupakan bagian yang penting karena
mempunyai fungsi perlindungan terhadap keseluruhan bagian DAS. Perlindungan ini, antara
lain dari segi fungsi tata air. Keterikatan antara hulu dan hilir menurut Asdak (1995: 572)
dapat dipakai sebagai satuan monitoring dan evaluasi pengelolaan sumberdaya air.
Daerah Aliran Sungai bisanya dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian hulu, bagian
tengah dan bagian hilir (Asdak,1995:11). Secara biogeofisik Hartono (2008: 71) menjelaskan
sebagi berikut:
1. Daerah Hulu
Derah hulu mempunyai ciri – ciri :
a. Proses pendalaman lembah sepanjang aliran sungai

IV-18
b. Laju erosi lebih cepat daripada pengendapan
c. Merupakan daerah konservasi
d. Mempunyai kerapatan drainase yanng lebih tinggi
e. Pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase
f. Lereng terjal
g. Pola penggerusan tubuh sungai berbentuk huruf “V”
2. Daerah Tengah
Bagian tengah DAS merupakan daerah peralihan antara bagian hulu dengan bagian
hilir dimana masih terdapat sedikit proses erosi dan mulai terjadi pengendapan. Dicirikan
dengan daerah yang relatif datar.
3. Daerah hilir (zona sedimentasi)
Bagian hilir dicirikan dengan :
a. Merupakan daerah deposisional
b. Kerapatan drainase kecil.
c. Merupakan daerah dari kemiringan lereng landai.
d. Potensi bahan galian golongan C
e. Pola penggerusan tubuh sungai berbentuk huruf “U”
f. Pengaturan air sebagian besar ditentukan oleh bangunan irigasi
g. Pada beberapa tempat merupakan daerah banjir (genangan) dan mulai
h. terbentuk delta serta meander.
SKEMA JARINGAN DRAINASE DAN PENAMAAN

Gambar 4.3 Lay Out Penamaan Jaringan Dan Pola Jaringan Air

Sumber: Autocad 2007

IV-19
Tabel 4.13 Penamaan saluran

Jenis Lua s C a tchm ent a r ea


Peta k
S a lura n (km 2)

Sekunder 1 A 0. 0004 4 5
Sekunder 2 A 0 . 00039 6
Sekunder 3 A 0.000309
Sekunder 4 B 0 . 000214
Sekunder 5 B 0 . 000208
Sekunder 6 B 0.00026 0
Sekunder 7 A 0 . 0 0 0 2 18
Sekunder 8 C 0 .0 0 02 01
Sekunder 9 B 0.000208
Sekunder 10 B 0 . 0 0 0 13 3
Sekunder 11 A 0.000304
Sekunder 12 C 0.0004 58
Sekunder 13 C 0.00024 3
Sekunder 14 C 0.00029 2
Sekunder 15 C 0.00036 8
Sekunder 16 C 0.000500
Sekunder 17 C 0.000330
Sekunder 19 C 0.000306
Sekunder 20 C 0.000222
Sekunder 21 C 0.00036 6
Sekunder 22 C 0 . 0 0 0 2 10
Sekunder 23 C 0.00029 5
Sekunder 24 C 0.000308
Sekunder 25 A 0 . 000207
Sekunder 26 A 0.000032
Sekunder 27 B 0 . 0 0 0 2 15
Sekunder 28 C 0.00029 7
Sekunder 29 C 0.0006 85
Sekunder 30 C 0.0004 85
Sekunder 31 B 0.0004 6 7
Sekunder 32 B 0.00029 5
Primer 1 B 0 . 0 0 0 2 14
Primer 2 D 0.000800
Primer 3 D 0.000700

IV-20
4.4.2. Koefisien Pengaliran

Koefisien ini menggambarkan keadaan permukaan DAS yang menunjukkan ada


tidak nyata aman yang dapat menyerap air kedalam tanah. Koefisien pengaliran
merupakan perbandingan komponen berikut.

Volume air yang berhasil mencapai muara DAS


C=
Volume air hujan yang jatuh di atas DAS

Pada DAS yang akan direncanakan ini terdiri dari berbagai penggunaan lahan
dengan koefisien yang berbeda-beda, sehingga penentuan nilai C dengan persamaan
berikut.
A 1 C 1 + A 2 C2 + .. .+ A n C n
C w=
dimana : A1 + A 2 +. . .+ A n
Cw = Koefisien pengaliran gabungan
A1, A2, An = Bagian luas DAS sebanyak n buah dengan tata gunalahan yang
berbeda.

Tabel 4.14 menunjukkan data tata gunalahan berdasarkan hasil observasi


dan koefisien pengaliran dari wilayah atau petak A yang akan direncanakan.
Koefisien pengaliran untuk petak lainnya dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 4.14 Data Tata Guna Lahan

Jenis Tata Guna


No Lahan Ai( Ha ) Ci
1 Perumahan,tergabung 4,34 0,35
2 Halaman Datar 0.07 1,20
3 Halaman Kosong 0.05 0,40
4 Jalan Beraspal 1,14 0,70
 2,6
Jumlah 5,60 5
Sumber :Hasil analisa
Besarnya koefisien pengaliran ( Cw ) dihitung sebagai berikut.
[ ( 4,34 × 0,35 ) + ( 0,07 ×1,20 )+ ( 0,05× 0,40 ) + ( 1,14 × 0,70 ) ]
C w=
(4,34+0,07+ 0,05+1,14)

IV-21
2,421
¿ =0,43
5,6
Jadi, koefisien pengaliran sebesar 0,43

Tabel 4.15 Nilai Koefisien Pengaliran ( Cw )

Zona

A B C D
Tata Guna Lahan
Ai Ai Ai Ai
Ci Ci Ci Ci
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha)
0,3 0,3 0.923 0,3
Perumahan, tergabung 1,085 0,956 0,35 1,305 1 5
5 5

Halaman (datar) 0 1,2 0 1,2 0,02 1,2 0,07 1,2

0.012 0,012 0,0125 0,4


halaman kosong 0,4 0,4 0.013 0,4
5 5
Jalan beraspal 0.684 0.7 0,228 0.7 0342 0.7 0,114 0,7

1,196 2,6 1,196 1,679 2,6 1,1196 2,65


Jumlah 2,65
5 5 5 5 5
Sumber : Hasil analisa

4.4.3. Perhitungan Waktu Konsentrasi

t c=t 0 +t d

( )
2 n
t 0= ∗3 .28∗L∗ 1 ( menit )
3
S 2
Ls
t d= ( menit )
60V
Dimana:
tc : Waktu konsentrasi (jam)
t0 : Waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir ke saluran terdekat (menit)
td : Waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir disepanjang saluran

IV-22
L : Panjang lintasan aliran diatas permukaan lahan (m)
Ls : Panjang lintasan aliran di dalam saluran (m)
n : Angka kekasaran Manning
V : Kecepatan aliran dalam saluran (m/det)
S : Kemiringan lahan
Waktu konsentrasi untuk setiap saluran pada daerah yang direncanakan
ditabulasikan pada Tabel di bawah ini. Saluran yang direncanakan adalah
saluran dengan pasangan beton, sehingga besarnya angka kekasaran saluran,
koefisien Manning adalah 0.014.

Ls
T d=
60.V
80
=
60.1,5
= 0.88 menit
2 n
T 0= *3.28*L0*
3 √s
= 1.71 menit
T C = T 0+ T d
= 1.71 + 0.88 = 2.60 menit
= 0.0433 jam

Perhitungan Tc Primer 1
Ls
T d=
60.V
160
=
60.1,5
= 1.7778 menit
2 n
T 0= *3.28*L0*
3 √s
= 1.81 menit
T C = T 0+ T d
1.81 + 0.88 = 3.59 menit

IV-23
= 0.0599 jam
Perhitungan selanjutnya dilampirkan dalam bentuk Tabel

Tabel 4.16 Waktu Konsentrasi Untuk Setiap Saluran


Lo t0
No. Jenis Saluran Ls V td (mnt) (m) S (%) n (mnt) tc (jam)
     
 Sekunder 1        
     
 Sekunder 2        
     
 Sekunder 3        
     
 Sekunder 4        
     
 Sekunder 5        
     
 Sekunder 6        
     
 Sekunder 7        
     
 Sekunder 8        
     
 Sekunder 9        
     
 Sekunder 10        
     
 Sekunder 11        
     
 Sekunder 12        
     
 Sekunder 13        
     
 Sekunder 14        
     
 Sekunder 15        
     
 Sekunder 16        
     
 Sekunder 17        
     
 Sekunder 19        
     
 Sekunder 20        
     
 Sekunder 21        
     
 Sekunder 22        
     
 Sekunder 23        
     
 Sekunder 24        

IV-24
     
 Sekunder 25        
     
 Sekunder 26        
     
 Sekunder 27        
     
 Sekunder 28        
     
 Sekunder 29        
     
 Sekunder 30        
     
 Sekunder 31        
     
 Sekunder 32        
     
 Primer 1        
     
 Primer 2        
     
 Primer 3 420       
Sumber: Hasil Analisa

4.4.4. Perhitungan Intensitas Hujan

Intensitas hujan dihitung dengan menggunakan rumus Mononobe.


R 24 24
( )
2
I= 3
24 t
Dimana :
I = Intensitas curah hujan( mm/jam )
t = Lama hujan ( jam )
R24 = Tebal hujan maksimum harian, selama 24 jam ( mm )

Tebal hujan maksimum harian (R24) yang digunakan untuk menghitung


intensitas hujan adalah curah hujan rencana berdasarkan hasil analisa distribusi
Log Person-Type III dapat dilihat pada Tabel di bawah ini yang sesuai dengan
periode ulang dari masing – masing saluran yang direncanakan.

No. JenisSaluran Tr ( tahun ) R10( mm )


1 Sekunder     10 233,25
2 Primer     10 233,25

IV-25
Sumber: Hasil Analisa

Contoh perhitungan:
1. Sekunder 1
R 10
I= ׿
24
233,25
= ׿
24
= 617,81 mm/jam
2. Primer 1
R 10
I= ׿
24
233,25
= ׿
24
= 498,38 mm/jam

Tabel 4.17 Tebal Hujan Maksimum Harian dari Setiap Jenis Saluran

IV-26
No. Jenis Saluran R10 (mm) tc (jam) I (mm/jam)
1 Sekunder 1 233.25 0. 04 74 6 17. 81
2 Sekunder 2 233.25 0 . 0709 4 72.01
3 Sekunder 3 233.25 0 . 056 7 54 8.02
4 Sekunder 4 233.25 0 . 0 8 11 4 3 1. 7 0
5 Sekunder 5 233.25 0.04 29 6 59 .72
6 Sekunder 6 233.25 0.059 7 5 2 9 . 16
7 Sekunder 7 233.25 0.084 7 4 19 . 3 7
8 Sekunder 8 233.25 0.056 4 5 4 9 .7 1
9 Sekunder 9 233.25 0.06 37 507.01
10 Sekunder 10 233.25 0.056 4 54 9 .80
11 Sekunder 11 233.25 0 .0 5 37 56 7.85
12 Sekunder 12 233.25 0 .0 5 77 5 4 1. 6 8
13 Sekunder 13 233.25 0 .0 5 80 539 .78
14 Sekunder 14 233.25 0.04 36 6 52.4 5
15 Sekunder 15 233.25 0 .0 4 4 4 6 4 4 .6 6
16 Sekunder 16 233.25 0.04 6 3 6 27.4 3
17 Sekunder 17 233.25 0.04 37 6 5 1. 4 5
18 Sekunder 19 233.25 0.0526 576 .00
19 Sekunder 20 233.25 0.0536 56 8.84
20 Sekunder 21 233.25 0.054 7 56 0.9 4
21 Sekunder 22 233.25 0 .0 8 00 4 35.39
22 Sekunder 23 233.25 0.06 29 5 11. 0 5
23 Sekunder 24 233.25 0 .0 5 80 539 .80
24 Sekunder 25 233.25 0.054 4 5 6 3 . 12
25 Sekunder 26 233.25 0 . 0 6 13 520.23
26 Sekunder 27 233.25 0.04 35 6 53.79
27 Sekunder 28 233.25 0 . 0 5 13 585.33
28 Sekunder 29 233.25 0.06 09 522.21
29 Sekunder 30 233.25 0 .0 5 70 54 5.70
30 Sekunder 31 233.25 0.0531 5 7 2 . 18
31 Sekunder 32 233.25 0.054 3 56 3.78
32 Primer 1 233.25 0.06 54 4 9 8 . 14
33 Primer 2 233.25 0 . 10 3 3 36 7.29
34 Primer 3 233.25 0 . 118 9 334 .4 8

Sumber: Hasil Analisa

4.5. Perhitungan Debit Banjir Rancangan dan Debit Limpasan

IV-27
4.5.1 Perhitungan Debit Banjir Puncak
Perhitungan debit banjir puncak untuk setiap jenis saluran ditabelkan pada Tabel
berikut:

Tabel 4.18 Debit Banjir Puncak untuk Setiap Jenis Saluran


Nama
NO C I A
Saluran Qair Hujan
      mm/jam Ha m3/det

 Sekunder 1 0.35 895.97  0.559

 Sekunder 2 0.35 684.53  0.427

 Sekunder 3 0.35 794.77  0.496

 Sekunder 4 0.35 626.08  0.262

 Sekunder 5 0.35 956.76  0.401

 Sekunder 6 0.35 767.41  0.321

 Sekunder 7 0.35 608.19  0.379

 Sekunder 8 0.35 797.22  0.469

 Sekunder 9 0.35 735.29  0.308

 Sekunder 10 0.35 797.34  0.334

 Sekunder 11 0.35 823.52  0.513

 Sekunder 12 0.35 785.57  0.462

 Sekunder 13 0.35 782.81  0.460

 Sekunder 14 0.35 946.21  0.556

 Sekunder 15 0.35 934.91  0.550

 Sekunder 16 0.35 909.93  0.567

 Sekunder 17 0.35 944.76  0.589

 Sekunder 19 0.35 835.34  0.491

 Sekunder 20 0.35 824.96  0.485

 Sekunder 21 0.35 813.50  0.478

 Sekunder 22 0.35 631.43  0.371
 Sekunder 23 0.35 741.15  0.436

IV-28


 Sekunder 24 0.35 782.84  0.460

 Sekunder 25 0.35 816.66  0.509

 Sekunder 26 0.35 754.46  0.470

 Sekunder 27 0.35 948.16  0.397

 Sekunder 28 0.35 848.88  0.499

 Sekunder 29 0.35 757.33  0.472

 Sekunder 30 0.35 791.39  0.465

 Sekunder 31 0.35 829.80  0.488

 Sekunder 32 0.35 817.62  0.481

 Primer 1 0.35 722.43  0.303

 Primer 2 0.35 532.66  0.209

 Primer 3 0.35 485.09  0.190
Sumber: Hasil Analisa

4.5.2 Analisa PertumbuhanPenduduk

Peningkatan jumlah penduduk pada kota –kota besar dapat berpengaruh


terhadap terjadinya banjir di daerah perkotaan. Peningkatan jumlah penduduk
mengakibatkan bertambahnya jumlah air kotor yang dibuang penduduk sehingga
menambah beban saluran pembuangan, serta juga mengakibatkan beralihnya fungsi
lahan menjadi permukiman penduduk yang bila pemakaiannya tidak teratur dan tidak
direncanakan dengan baik dapat menimbulkan genangan air.
Peningkatan jumlah pendudukdapatdiperkirakandenganrumusberikut.
 Goemetric Rate of Grow
Rumus :
n
Pn =P0 ( 1 + q )
 Exponential Rate of Grow
Rumus :
qn
Pn =P0 ∗ e
Dimana :

IV-29
Pn = Jumlah penduduk tahun ke n ( jiwa )
P0 = Jumlah penduduk tahun awal ( jiwa )
q = Rasio pertambahan penduduk( % )
n = Jangka waktu( tahun )
e = Bilangan pokok system logaritma= 2,7182818

Berdasarkan peta topografi, wilayah yang akan direncanakan sistem


jaringan drainasenya adalah pada Jalan Flores yang terletak pada wilayah Oeba,
Kota Kupang. Data yang diperoleh dari survey, jumlah penduduknya sebagai
berikut :

Gambar 4.4 Jumlah Rumah Pada Lokasi


Sumber : Google Maps

1. Jumlah penduduk
a. Lokasi Perumahan
P0 = jumlah rumah x jumlah orang dalam rumah ( 4 orang) Po = 211 x 4
= 844 jiwa

IV-30
b. Lokasi Pertokoan
P0 = jumlah toko x jumlah orang (7 orang) = 33 x 7 = 231 jiwa
c. Lokasi Perkantoran
Po = jumlah kantor x jumlah orang (15 orang) = 5 x 15 = 75 jiwa
d. Jumlah total penduduk
Po = 844 jiwa + 231 jiwa + 75 jiwa = 1150 jiwa.
Rasio pertambahan jumlah penduduk rerata, q = 3.00 % = 0.03
Perkiraan jumlah penduduk untuk beberapa tahun yang akan datang dilihat pada
tabel di bawah ini:

Tabel 4.19 Analisa Pertumbuhan Penduduk


Jangka Waktu Pn( jiwa )
No. P0 (jiwa) q(%)
(Tahun) Geometric Exponential
1 2 1150 0.03 1220 1220
2 5 975 0.03 1333 1333
Sumber : Hasil analisa,

4.5.3 Perhitungan Debit Air Buangan Penduduk


Debit air buangan penduduk dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut.
Pn∗( 1 . 61 ∗ 10-3 )
QB =
A
dimana :
QB = Debit air kotor( Ltr/detik/Km2 )
Pn = Jumlah penduduk( jiwa )
A = Luas daerah layanan (Km2 )

Tabel 4.20 Perhitungan Debit Air Buangan Penduduk per m3/detik/Ha


No Jangka Waktu Pn( jiwa ) A
QB( m3/det/Ha )
. (Tahun) Geometric Exponential ( Ha )
1 2 1220 1220 5.6 0.3508

IV-31
2 5 1333 1333 5.6 0.3832
Sumber : Hasil analisa,

Perhitungan debit air buangan penduduk pada setiap saluran yang direncanakan
dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 4.21 Debit Air Buangan Penduduk pada Setiap Saluran




  
   
   
   
  


 
    
Sekunder 1  
 
    
Sekunder 2  
 
    
Sekunder 3  
 
    
Sekunder 4  
 
    
Sekunder 5  
 
    
Sekunder 6  
 
    
Sekunder 7  
 
    
Sekunder 8  
 
    
Sekunder 9  
 
    
Sekunder 10  
 
    
Sekunder 11  
 
    
Sekunder 12  
 
    
Sekunder 13  

IV-32
 
    
 
Sekunder 14
 
    
 
Sekunder 15
 
    
 
Sekunder 16
 
    
 
Sekunder 17
 
    
 
Sekunder 19
 
    
 
Sekunder 20
 
    
 
Sekunder 21
 
    
 
Sekunder 22
 
    
 
Sekunder 23
 
    
 
Sekunder 24
 
    
 
Sekunder 25
 
    
 
Sekunder 26
 
    
 
Sekunder 27
 
    
 
Sekunder 28
 
    
 
Sekunder 29
 
    
 
Sekunder 30
 
    
 
Sekunder 31
 
    
 
Sekunder 32
 
    
 
Primer 1
 
    
 
Primer 2
 
    
 
Primer 3
Sumber: Hasil Analisa

4.5.4 Perhitungan Debit Rencana


Pada dasarnya saluran drainase digunakan untuk membuang atau
menyalurkan limpasan air hujan dan air kotor buangan penduduk khususnya
pada daerah perkotaan. Kapasitas saluran drainase dapat dihitung dengan
persamaan berikut.

IV-33
Q R =Q H + Q B
dimana :
QR = Debit rencana( m3/detik )
QH = Debit air hujan( m3/detik )
QB = Debit air kotor / air buangan( m3/detik )
Debit rencana dihitung untuk setiap jenis saluran yaitu saluran kuarter, saluran
tersier dan saluran sekunder. Berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya telah
diperoleh besar debit air hujan ( QH ) untuk masing – masing jenis saluran dan besarnya
debit air buangan ( QB ). Setiap saluran drainase menerima debit air hujan dan air
buangan (debit rencana) dari wilayah yang dilayani. Ada beberapa saluran yang selain
menerima debit rencana juga menerima debit air hasil tampungan dari saluran
sebelumnya. Dalam perhitungan diasumsikan debit air dari saluran sebelumnya tiba
secara bersamaan pada saluran yang ditinjau.
Perhitungan debit total untuk beberapa saluran yang juga menerima debit air dari
saluran sebelumnya ditabulasikan pada Tabel di atas dan debit ini yang akan digunakan
untuk mendesain dimensi saluran. Berikut adalah table perhitungan debit rencana total
untuk ditampung pada setiap saluran.

Contoh uraian perhitungan pada saluran Primer 1 dan sekunder 1


 Perhitungan saluran primer 1
Qbanjir = LuasCatchment X I x C
= 0.000214 X 498,38 x 0.35
= 0.0373 m3/det
Qtotal = Qbanjir + Qlimbah
= 0.0373 + 0.000164
= 0.0375 m3/det

Perhitungan selanjutnya dilampirkan dalam bentuk tabel:


 
 
   
 
  
    
   

  
Sekunder 1     
  

IV-34
  
Sekunder 2     
  
  
Sekunder 3     
  
  
Sekunder 4     
  
  
Sekunder 5     
  
  
Sekunder 6     
  
  
Sekunder 7     
  
  
Sekunder 8     
  
  
Sekunder 9     
  
  
Sekunder 10     
  
  
Sekunder 11     
  
  
Sekunder 12     
  
  
Sekunder 13     
  
  
Sekunder 14     
  
  
Sekunder 15     
  
  
Sekunder 16     
  
  
Sekunder 17     
  
  
Sekunder 19     
  
  
Sekunder 20     
  
  
Sekunder 21     
  
  
Sekunder 22     
  
  
Sekunder 23     
  
  
Sekunder 24     
  
  
Sekunder 25     
  
  
Sekunder 26     
  
  
Sekunder 27     
  
  
Sekunder 28     
  
  
Sekunder 29     
  

IV-35
  
Sekunder 30     
  
  
Sekunder 31     
  
  
Sekunder 32     
  
  
Primer 1     
  
  
Primer 2     
  
  
Primer 3     
  
Sumber : Hasil analisa,

Perhitungan selanjutnya dilampirkan dalam bentuk tabel:


Tabel 4.22 Debit Gabungan Rencana Total yang Ditampung di beberapa Saluran
Nama
NO
Saluran uraian perhitungan debit aliran
gabungan nama saluran Q Total
 Sekunder 1 S1 0.1683

 Sekunder 2 S2 0.0951

 Sekunder 3 S3 0.1058
 Sekunder 4 S1+S4 0.2152
 Sekunder 5 S1+S4+S5 0.4531
 Sekunder 6 S6 0.0701
 Sekunder 7 S2+S3+S7 0.2474
 Sekunder 8 S8 0.0563
 Sekunder 9 S5+S6+S9 0.5767
 Sekunder 10 S10 0.0371
 Sekunder 11 S11 0.0878
 Sekunder 12 S11+S12 0.2137
 Sekunder 13 S7+S12+S13 0.2137
 Sekunder 14 S13+S14 0.1280
 Sekunder 15 S15 0.1206
 Sekunder 16 S16 0.1595
 Sekunder 17 S17 0.1092
 Sekunder 19 S13+S14+S15+S19 0.3032
 Sekunder 20 S20 0.1543
 Sekunder 21 S8+S21 0.1235
 Sekunder 22 S20+S21+S22 0.3243
 Sekunder 23 S19+S22+S23 0.0466
 Sekunder 24 S18+S23+S24 0.0768
 Sekunder 25 S25 0.0593

IV-36
 Sekunder 26 S10+S16+S26 0.2051
 Sekunder 27 S27 0.3288
 Sekunder 28 S28 0.0882
 Sekunder 29 S28+S29 0.2699
 Sekunder 30 S25+S29+S30 0.1346
 Sekunder 31 S24+S30+S31 0.2794
 Sekunder 32 S32 0.1921
 Primer 1 S27+S9+P1 0.9597
 Primer 2 S31+P2 0.4288
 Primer 3 S32+P1+P2+P3 1.6996
Sumber : Hasil analisa

4.6. Perencanaan Dimensi Saluran

4.6.1. Desain saluran


Dimensi saluran drainase dihitung dengan menggunakan rumus
pengaliran berikut :

Q= A∗ V
2 1
1 3 2
V= ∗ R ∗ I
n

dimana :
Q : Debit rancangan ( m3/det )
A : Luas penampang basah ( m2 )
V : Kecepatanaliran ( m/det )
n : Angka kekasaran saluran ( koefisien Manning )
Rn : Jari-jari hidrolis ( m ), ( A/P )
P : Keliling basah saluran ( m )
I : Kemiringan saluran ( % )
Kecepatan minimum yang diijinkan untuk menghindari pengendapan adalah
sebesar 0.6 - 0.9 m/detik. Kecepatan maksimum untuk menghindari penggerusan pada
saluran :
a. Saluran betonV : 2 - 4 m/det
b. Saluran pasangan batu V : 1.5 - 2 m/det
c. Saluran tanah V : 0.7 - 0.9 m/det \
Koefisien kekasaran saluran, n manning ( lihat buku Open Channel Hydraulics,
Ven te Chow) untuk saluran dengan material pembentuk sebagai berikut.

IV-37
a. Saluran tanah n= 0,023
b. Pasangan batu n= 0,030
c. Pasangan beton n= 0,014
Saluran drainase didesain dengan bentuk penampang persegi dari pasangan
beton. Dengan menggunakan syarat penampang ekonomi sdp/dh = 0 atau keliling
basah mencapai nilai minimum sehingga debit saluran mencapai maksimum.
Untuk saluran persegi :
b=2 h
1
R= h
2
Untuk mendapatkan dimensi dari setiap saluran, maka dibuat contoh perhitungan
dimensi untuk saluran 1.1 dan perhitungan dimensi untuk saluran lainnya ditabulasikan
pada Tabel di bawah:

Perencanaan dimensi saluran

Dimana :            
    b = Lebar saluran ( m )
    h = Dalam saluran yang tergenang air ( m )
    w = Tinggi jagaan ( m )

Tabel 4.23 Perhitungan Kapasitas saluran


B h A P Rn S V Q Kapasitas Q Total
No. Saluran Petak (m) (m) (m2) (m) (m) (%) n (m/det) (m3/det) (m3/det) W H KET
1 Sekunder 1 A 0.2 0 .25 0 .0 5 0 .7 0 .0714 0 .08 0 .0 14 3.4897 0 .17 4 5 0.1683 0.05 0.3 OK
2 Sekunder 2 A 0 .2 0 .2 0 .0 4 0 .6 0 .0 6 6 7 0 .0 5 0 .0 14 2 .6 0 2 4 0 .10 4 1 0.0951 0.1 0.3 OK
3 Sekunder 3 A 0 .2 0 .2 0 .0 4 0 .6 0 .0 6 6 7 0 .10 0 .0 14 3 .6 15 2 0 .14 4 6 0.1058 0.05 0.25 OK
4 Sekunder 4 B 0 .2 5 0 .3 7 0 .0 9 2 5 0 .9 9 0 .0 9 3 4 0 .0 3 0 .0 14 2 .3 8 8 2 0 .2 2 0 9 0.2152 0.03 0.4 OK
5 Sekunder 5 B 0 .3 0 .4 7 0 .14 1 1.2 4 0 .113 7 0 .0 4 0 .0 14 3 .3 2 8 8 0 .4 6 9 4 0.4531 0.03 0.5 OK
6 Sekunder 6 B 0 .2 0 .2 8 0 .0 5 6 0 .7 6 0 .0 7 3 7 0 .0 2 0 .0 14 1.7 3 4 2 0 .0 9 7 1 0.0701 0.07 0.35 OK
7 Sekunder 7 A 0 .3 0 .5 3 0 .15 9 1.3 6 0 .116 9 0 .0 1 0 .0 14 1.6 0 5 8 0 .2 5 5 3 0.2474 0.07 0.6 OK
8 Sekunder 8 C 0 .2 0 .2 0 .0 4 0 .6 0 .0 6 6 7 0 .0 3 0 .0 14 2 .0 7 9 2 0 .0 8 3 2 0.0563 0.05 0.25 OK
9 Sekunder 9 B 0 .5 0 .5 8 0 .2 9 1.6 6 0 .17 4 7 0 .0 1 0 .0 14 2 .116 0 0 .6 13 6 0.5767 0.02 0.6 OK
10 Sekunder 10 B 0 .2 0 .2 0 .0 4 0 .6 0 .0 6 6 7 0 .0 1 0 .0 14 1.2 10 1 0 .0 4 8 4 0.0371 0.05 0.25 OK
11 Sekunder 11 A 0 .2 0 .3 0 .0 6 0 .8 0 .0 7 5 0 0 .0 2 0 .0 14 1.5 5 0 2 0 .0 9 3 0 0.0878 0.05 0.35 OK
12 Sekunder 12 C 0 .3 0 .5 0 .15 1.3 0 .115 4 0 .0 1 0 .0 14 1.5 0 3 3 0 .2 2 5 5 0.2137 0.05 0.55 OK
13 Sekunder 13 C 0 .3 0 .3 5 0 .10 5 1 0 .10 5 0 0 .0 2 0 .0 14 2 .2 8 9 4 0 .2 4 0 4 0.2137 0.05 0.4 OK
14 Sekunder 14 C 0 .2 0 .3 0 .0 6 0 .8 0 .0 7 5 0 0 .0 3 0 .0 14 2 .2 5 2 9 0 .13 5 2 0.1280 0.05 0.35 OK
15 Sekunder 15 C 0 .2 0 .3 0 .0 6 0 .8 0 .0 7 5 0 0 .0 3 0 .0 14 2 .2 9 9 3 0 .13 8 0 0.1206 0.05 0.35 OK
16 Sekunder 16 C 0 .2 0 .2 7 0 .0 5 4 0 .7 4 0 .0 7 3 0 0 .0 6 0 .0 14 3 .0 2 8 8 0 .16 3 6 0.1595 0.03 0.3 OK
17 Sekunder 17 C 0 .2 0 .2 0 .0 4 0 .6 0 .0 6 6 7 0 .0 8 0 .0 14 3 .18 7 3 0 .12 7 5 0.1092 0.05 0.25 OK
18 Sekunder 19 C 0 .3 0 .4 5 0 .13 5 1.2 0 .112 5 0 .0 2 0 .0 14 2 .3 3 7 0 0 .3 15 5 0.3032 0.05 0.5 OK
19 Sekunder 20 C 0 .2 0 .2 8 0 .0 5 6 0 .7 6 0 .0 7 3 7 0 .0 6 0 .0 14 3 .0 8 7 4 0 .17 2 9 0.1543 0.07 0.35 OK
20 Sekunder 21 C 0 .2 0 .2 2 0 .0 4 4 0 .6 4 0 .0 6 8 8 0 .0 8 0 .0 14 3 .3 13 4 0 .14 5 8 0.1235 0.08 0.3 OK
21 Sekunder 22 C 0 .4 0 .5 5 0 .2 2 1.5 0 .14 6 7 0 .0 1 0 .0 14 1.5 2 8 9 0 .3 3 6 4 0.3243 0.05 0.6 OK
22 Sekunder 23 C 0 .2 0 .2 8 0 .0 5 6 0 .7 6 0 .0 7 3 7 0 .0 1 0 .0 14 0 .9 0 2 9 0 .0 5 0 6 0.0466 0.02 0.3 OK
23 Sekunder 24 C 0 .2 0 .4 0 .0 8 1 0 .0 8 0 0 0 .0 1 0 .0 14 1.12 8 8 0 .0 9 0 3 0.0768 0.05 0.45 OK
24 Sekunder 25 A 0 .2 0 .2 0 .0 4 0 .6 0 .0 6 6 7 0 .0 3 0 .0 14 1.9 0 0 5 0 .0 7 6 0 0.0593 0.05 0.25 OK
25 Sekunder 26 A 0 .4 0 .4 3 0 .17 2 1.2 6 0 .13 6 5 0 .0 0 0 .0 14 1.3 3 0 2 0 .2 2 8 8 0.2051 0.07 0.5 OK
26 Sekunder 27 B 0 .2 0 .2 0 .0 4 IV-38
0 .6 0 .0 6 6 7 0 .6 0 0 .0 14 9 .0 15 0 0 .3 6 0 6 0.3288 0.05 0.25 OK
27 Sekunder 28 C 0 .2 0 .3 3 0 .0 6 6 0 .8 6 0 .0 7 6 7 0 .0 1 0 .0 14 1.4 5 0 2 0 .0 9 5 7 0.0882 0.07 0.4 OK
28 Sekunder 29 C 0 .3 0 .4 0 .12 1.1 0 .10 9 1 0 .0 2 0 .0 14 2 .2 8 9 3 0 .2 7 4 7 0.2699 0.05 0.45 OK
29 Sekunder 30 C 0 .2 0 .2 2 0 .0 4 4 0 .6 4 0 .0 6 8 8 0 .0 9 0 .0 14 3 .5 8 2 2 0 .15 7 6 0.1346 0.08 0.3 OK
31 Sekunder 32 B 0 .2 0 .2 2 0 .0 4 4 0 .6 4 0 .0 6 8 8 0 .18 0 .0 14 5 .0 4 0 6 0 .2 2 18 0.1921 0.08 0.3 OK
32 Primer 1 B 0 .4 0 .4 5 0 .18 1.3 0 .13 8 5 0 .0 9 0 .0 14 5 .7 0 0 3 1.0 2 6 1 0.9597 0.05 0.5 OK
33 Primer 2 D 0 .3 0 .4 5 0 .13 5 1.2 0 .112 5 0 .0 4 0 .0 14 3 .2 0 0 1 0 .4 3 2 0 0.4288 0.05 0.5 OK
34 Primer 3 D 0 .6 0 .8 5 0 .5 1 2 .3 0 .2 2 17 0 .0 2 0 .0 14 3 .4 0 9 0 1.7 3 8 6 1.6996 0.05 0.9 OK

Sumber : Hasil analisa

IV-39
4.7. Perencanaan Bangunan Pelengkap
1. Gorong-Gorong
Dalam perencanaan saluran drainase jika suatu saluran akan melewati
suatu jalan, maka pada saluran tersebut perlu dibangun gorong – gorong untuk
melewatkan air pada saluran tersebut.
Untuk perhitungan dimensi gorong-gorong digunakan rumus yang sama
pada bak penampung.

Qsaluran
v1 = kecepatan di hulu saluran
v2 = kecepatan didalam gorong-gorong
v3 = kecepatan di hilir saluran
g = perc. Gravitasi
n = Koefisien kekasaran Manning

Qsaluran = = 0.9655
v1 = kecepatan di hulu saluran = 0.400
kecepatan didalam gorong-
v2 = gorong = 1.500
v3 = kecepatan di hilir saluran = 0.400
g = perc. Gravitasi = 9.810
n = Koefisien kekasaran Manning = 0.025

Perhitungan selanjutnya dilampirkan dalam bentuk tabel:

N Nama Q A
o Bangunan V2 saluran A b h rencana P R n S (%) w H
1 gorong 1 1.5 0.3410 0.2273 0.40 0.6 0.2400 1.6 0.1500 0.025 1.78690 0.2 0.8
2 gorong 2 1.5 0.9055 0.6037 0.7 0.9 0.6300 2.5 0.2520 0.025 0.89163 0.1 1
3 gorong 3 1.5 0.1939 0.1293 0.3 0.45 0.1350 1.2 0.1125 0.025 2.62735 0.05 0.5
4 gorong 4 1.5 0.1921 0.1281 0.3 0.45 0.1350 1.2 0.1125 0.025 2.62735 0.05 0.5
4 gorong 5 1.5 1.3885 0.9257 0.95 0.98 0.9310 2.91 0.3199 0.025 0.64757 0.02 1
Tabel 4.24 Perhitungan Gorong-Gorong
Sumber : Hasil analisa

IV-40
1.

2.

3.

4.

4.1.

4.2.

4.3.

IV-41

Anda mungkin juga menyukai