OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada penulis untuk
menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Analisis Estimasi Hujan, Distribusi Hujan”dan Menghoitung Hujan Berkala tepat waktu. Makalah
Siklus Hidrologi ini disusun guna memenuhi tugas Hidrologi Terapan Fakultas Teknik Jurusan Sipil di
Universitas Muslim Indonesia.
Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Ir. Hj. St Fatmah Arsal, M.si
selaku dosen mata kuliah Hidrologi terapan. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis.
Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Pertanyaannya, bagaimana kalau yang kita punya hanya data hujan harian yang diakumulasi
(bulanan)? Tentu ini bukan halangan bagi kita untuk tidak melakukan perhitungan intensitas hujan untuk
durasi waktu yang pendek (menit atau jam), karena intensitas hujan untuk durasi waktu yang pendek dapat
diestimasi menggunakan rumus Mononobe, seperti terlihat di bawah ini :
__ ___
24 t
Dimana :
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
R24 = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
T = durasi (lamanya) curah hujan (menit) atau (jam)
Sebagai bahan latihan penulis punya data curah hujan Abepura-Waena dari tahun 2001 s/d 2010,
seperti terlampir pada tabel di bawah ini :
2001 47 196 280 204 132 148 39 132 30 135 172 201
2002 122 149 108 149 132 129 136 151 100 48 122 71
2003 151 180 156 74 96 71 113 223 54 90 90 145
2004 194 129 120 81 109 113 76 88 53 41 154 59
2005 90 159 321 93 34 47 47 158 168 55 98 226
2006 220 133 552 552 217 69 64 199 331 123 183 86
2007 243 359 339 179 245 38 131 148 58 58 149 168
2008 243 159 339 269 123 158 43 38 185 161 63 177
2009 162 412 462 271 90 114 160 113 272 118 101 269
2010 357 121 363 204 360 56 53 50 40 86 118 208
Data diatas merupakan data curah hujan bulanan. Nah, data tersebut merupakan data dasar yang kita
akan olah bersama, sehingga bisa digunakan untuk menghitung intensitas hujan. Langkah-langkah
perhitungan intensitas hujan dan pembuatan grafik lengkungnya dijelaskan dalam beberapa langkah sebagai
berikut :
1) Jumlahkan data curah hujan bulanan sehingga didapat jumlah total curah hujan per tahun
Tahun Jan Feb Mar Apr Mey Juni July Aug Sep Oct Nov Des Total
2001 47 196 280 204 132 148 39 132 30 135 172 201 1716
2002 122 149 108 149 132 129 136 151 100 48 122 71 1417
2003 151 180 156 74 96 71 113 223 54 90 90 145 1443
2004 194 129 120 81 109 113 76 88 53 41 154 59 1217
2005 90 159 321 93 34 47 47 158 168 55 98 226 1496
2006 220 133 552 552 217 69 64 199 331 123 183 86 2729
2007 243 359 339 179 245 38 131 148 58 58 149 168 2115
2008 243 159 339 269 123 158 43 38 185 161 63 177 1958
2009 162 412 462 271 90 114 160 113 272 118 101 269 2544
2010 357 121 363 204 360 56 53 50 40 86 118 208 2016
2) Hitung intensitas hujan untuk beberapa durasi waktu menggunakan rumus Mononobe
__ ___
24 t
Untuk nilai R24 untuk beberapa periode ulang kita ambil dari pembahasan sebelumnya mengenai.
tahun dengan rumus Mononobe, untuk beberapa durasi waktu hujan, yakni 5 menit, 10, 15, 20, 30, 60, 120,
240, 300, 720, 1440 menit. (ingat sebelum dimasukan ke dalam rumus Mononobe data menit harus
Data R24 sudah ada dan durasi waktu sudah ditetapkan, apalagi yang kita tunggu ? Mari kita hitung
· Intensitas Hujan Rencana Periode Ulang 5 Tahun dengan R24 = 2395,37 mm/24 jam
24 0,08
= 4,352, 67 mm/jam
24 0,16
= 2742,01 mm/jam
24 0,25
= 2092,54 mm/jam
Untuk perhitungan durasi waktu lainnya, lakukan dengan cara yang sama seperti durasi 5 menit, 10 dan 15
· Untuk perhitungan intensitas Hujan Rencana Periode Ulang 10, 25, 50 untuk beberapa durasi waktu
dilakukan sama seperti cara yang sudah dijelaskan. Hasil perhitungan secara lengkap dilampirkan dalam
Dari hasil perhitungan kita buat grafik lengkung intensitas hujan yang menyatakan hubungan antara
intensitas hujan dengan durasi hujan. Data dalam tabel kita akan konversi ke dalam bentuk grafik.
4) Kesimpulan
Intensitas hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan
waktu. Sedangkan durasi hujan adalah lama kejadian hujan. Besarnya intensitas hujan itu berbeda-beda,
tergantung dari lamanya hujan (durasi) dan frekuensi kejadiannya. Data hubungan antara durasi hujan dan
Dengan rumus :
͞x = 1
n
x
i=1 i
n
Dimana :
n
x : jumlah seluruh curah hujan maksimum harian per stasiun
i=1 i
Langkah-langkah perhitungan sebagai berikut :
No. Tahun X (mm) log X (log X - log X ) (log X - log X )2 (log X - log X )3
1 2006 85,25 1,930694 -0,212784 0,045277 -0,009634
2 2005 104,50 2,019116 -0,124363 0,015466 -0,001923
3 1999 109,50 2,039414 -0,104065 0,010829 -0,001127
4 1997 111,85 2,048636 -0,094843 0,008995 -0,000853
5 1998 114,40 0,058426 -0,085053 0,007234 -0,000615
6 1995 118,00 2,071882 -0,071597 0,005126 -0,000367
7 1993 118,50 2,073718 -0,069760 0,004867 -0,000339
8 2007 146,25 2,165096 0,021617 0,000467 0,000010
9 1990 146,60 2,166134 0,022655 0,000513 0,000012
10 2001 148,30 2,171141 0,027662 0,000765 0,000021
11 1992 149,90 2,175802 0,032323 0,001045 0,000034
12 2002 151,50 2,180413 0,036934 0,001364 0,000050
13 2004 155,35 2,191311 0,047832 0,002288 0,000109
14 2000 163,45 2,213385 0,069906 0,004887 0,000342
15 2003 168,90 2,227630 0,084151 0,007081 0,000596
16 1991 177,55 2,249321 0,105842 0,011202 0,001186
17 1994 194,85 2,289700 0,146222 0,021381 0,003126
18 1996 204,55 2,310799 0,167321 0,027996 0,004684
TOTAL 0,176785 -0,004689
log X = 2,14
Sumber : Hasil Perhitungan
• Hitung harga rata-rata log X :
n
log Xi
log X = i=1
n
38,58262
log X = 18
log X = 2,14
s= i=1
n −1
0,1767850,5
s =18 −1
s = (0,01)0,5
s = 0,10
− 0,004689
G=
0,272
G = 0,0172
Log X2 = 2,1403
X2 = 138,13
Untuk perhitungan curah hujan selanjutnya dengan periode ulang T dapat dilihat
pada Tabel 3.6 berikut :
T G K S Log XT XT Pembulatan
log X
2 2,14 -0,0172 0,0028 0,10 2,1403 138,12 138
PENDAHULUAN
1. Pola Distribusi Hujan
Distribusi hujan adalah berbeda – beda sesuai dengan jangka waktu yang ditinjau.
Umumnya hujan pada suatu wilayah tertentu memiliki pola distribusi hujan untuk hujan jam-
jaman. Pola kejadian hujan memiliki beragam bentuk sesuai dengan perhitungan yang
diperoleh. Bentuk pola kejadian hujan biasanya berbentuk histogram. Beberapa bentuk dari
pola kejadian hujan yakni bentuk lonceng, lonceng terbalik, anak tangga menurun, anak
tangga menaik, garis lurus, dan tidak
1) Modified Mononobe
Dalam perencanaan, curah hujan rancangan yang ditetapkan berdasarkan analisis perlu
diubah menjadi lengkung intensitas curah hujan. Lengkung tersebut diperoleh berdasarkan
data curah hujan dalam rentang waktu yang pendek seperti, menit atau jam. Lengkung
intensitas curah hujan dengan durasi pendek ini kemudian akan ditentukan berdasarkan data
hujan harian menggunakan Modified Mononobe dengan persamaan sebagai berikut :
Dengan :
= intensitas curah hujan untuk lama hujan t (mm/jam)
= curah hujan maksimum selama 24 jam (mm)
= waktu konsentrasi hujan (jam)
= durasi hujan ( jam)
2) Tadashi Tanimoto
Tadashi Tanimoto mengembangkan distribusi hujan jam–jaman yang dapat digunakan
di Pulau Jawa.
METODE PENELITIAN
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan pada Kabupaten Kampar Provinsi Riau dengan durasi selama
delapan tahun yakni tahun 2009 – 2016. Cakupan daerah penelitian didasarkan pada batas
administrasi daerah Kabupaten Kampar.
3. Data Curah Hujan
Data curah hujan yang digunakan berupa data satelit TRMM (Tropical Rainfall
Measuring Mission) yang diperoleh dari JAXA (Japan Aerospace Exploration Agency). Pada
tahap ini dilakukan pengunduhan data mengunakan FileZilla. Penggunaan perangkat lunak
filezilla ini membantu untuk terhubung dengan TRMM Jaxa. Pengunduhan data disesuaikan
dengan waktu perekaman data yang akan digunakan yaitu dari tahun 2009 sampai tahun
2016.
Kemudian dilakukan pengolahan data dengan aplikasi GraDS (Grid Analysis and
Display System). GraDS dapat digunakan dengan bantuan aplikasi command prompt. Data
curah hujan TRMM diolah dengan merunning data tiap hari dari tahun 2009 sampai 2016.
Untuk merunning data menggunakan software command prompt digunakan listing program
dengan format “ Ch_riau.gs ” dan “ Chwil_riau.gs “.
Durasi hujan yang paling banyak terjadi selama delapan tahun yakni dari tahun 2009 sampai
2016 adalah durasi hujan 1 jam yaitu sebanyak 996 kejadian. Menurut Pitaloka (2017)
lamanya hujan terpusat di Indonesia sendiri biasanya tidak lebih dari
tujuh (7) jam. Hal ini didasarkan pada laporan akhir departemen pekerjaan umum. Jadi,
pada umumnya durasi optimum hujan rencana yang digunakan tidak lebih dari tujuh (7) jam.
durasi tiga jam dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2016 dan hujan rata – rata selama
delapan tahun dan pendekatan bentuk pola metode empiris. Dengan hasil pola rata – rata tahunan
yang dominan adalah pola Modified Mononobe dan pola rata - rata selama 8 tahun adalah
Alternating Block Method (ABM).
Tabel 3 Perbandingan Bentuk Distribusi Empiris Tahunan dan Rata – Rata Delapan Tahun
Durasi Bentuk Distribusi Empiris yang Bentuk Distribusi Empiris Rata – Rata
Hujan Paling Sering Terjadi (Tahunan) Selama Delapan Tahun
2 Modified Mononobe -
3 Modified Mononobe ABM
4 ABM ABM
5 ABM ABM
6 ABM ABM
7 ABM ABM
8 ABM ABM
Berdasarkan Tabel 3 diperoleh bahwa pola distribusi empiris yang dominan pertahun
untuk durasi hujan dua (2) dan tiga (3) jam adalah pola Modified Mononobe, sedangkan pola
distribusi empiris yang dominan pertahun untuk durasi hujan empat (4) sampai delapan (8)
jam adalah pola Alternating Block Method (ABM). Sedangkan pada Tabel 3 diketahui bahwa
pola distribusi empiris yang mendekati bentuk distribusi hujan jam – jaman hasil rata – rata
selama delapan tahun untuk durasi tiga (3) sampai delapan
(8) jam adalah sama yaitu pola Alternating Block Method (ABM). Perbedaan pola distribusi
metode empiris berdasarkan tabel diatas hanya terjadi pada durasi dua
(2) jam dan tiga (3) jam. Perbedaan pola distribusi hujan antara pola distribusi hujan rata – rata
tahunan dan pola distribusi hujan rata – rata delapan tahun dikarenakan adanya rentang durasi
data yang berbeda.
Pola distribusi hujan untuk durasi empat (4) sampai delapan (8) jam memiliki bentuk pola
yang sama untuk pola distribusi hujan pertahun dan pola distribusi hujan rata – rata selama
delapan tahun yaitu bentuk Alternating Block Method (ABM). Menurut Sri Harto (2000) pola
distribusi hujan yang dapat digunakan sebagai parameter perhitungan banjir rencana adalah
pola hujan yang diperoleh selama tahun penelitian yakni rata – rata selama delapan tahun.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan
DAFTR PUSTAKA
Agustin, W. (2010). Pola Distribusi Hujan Jam-Jaman di Sub DAS Keduang (Distribution
Pattern of Hourly Rainfall in Keduang Sub Watershed). Fakultas Teknik, Universitas
Sebelas Maret.
Asfa, A. F., Handayani, Y. L., & Hendri,
A. (2014). Pola Distribusi Hujan Jam-Jaman Pada Stasiun Hujan Pasar Kampar (Vol. 1).
Pekanbaru.
Dr. Ir Harinaldi, M. (2005). Prinsip - Prinsip Statistik Untuk Teknik Dan Sains. Jakarta: Erlangga.
Khotimah, G. K., Handayani, Y.L., & Fauzy, M. (2017). Karakteristik Hujan Jam-Jaman
Berdasarkan Data Satelit TRMM JAXA Kabupaten Pelalawan. Pekanbaru.
Harsita, K., & Jatmiko, R. H. (2012). Estimasi Curah Hujan Data Satelit Geostationer Dan Orbit
Polar Dibandingkan Dengan Data Stasiun Hujan. Yogyakarta.
Harto, S. (2000). Hidrologi. Yogyakarta: Nafiri Offset.
Nurhidayah, R. (2010). Pola Distribusi Hujan Jam-Jaman Di Sub DAS Alang. Surakarta.
Pitaloka, M. G., & Lasminto, U. (2017). Perencanaan Sistem Drainase Kebon Agung. ITS
TEKNIK, 6(1), 1–6.
Saragi, S., Handayani, Y. L., & Hendry, A. (2014). Pola Distribusi Hujan Jam- Jaman.
Pekanbaru.
Sosrodarsono, I. S., & Takeda, K. (2003). Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: PT. Pradya
Paramita.
Sugiyono. (2008). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suripin. (2004). Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi.
Syaifullah, M. D. (2014). Validasi Data TRMM Terhadap Data Curah Hujan Aktual Di Tiga DAS
Di Indonesia. Jurnal Meteorologi Dan Geofisika, 15(2), 109–118.