Tabel 4.1 Curah Hujan Harian Maksimal TAL Mahayung 2009 - 2018
Curah Hujan Harian Max Tambang Air Laya (mm) 2009 - 2018
Bulan
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Januari 46,2 134,50 45,00 105,30 71,60 43,25 36,80 91,00 27,50 123,90
Februari 38,2 64,30 46,70 71,00 63,70 91,30 70,15 72,40 78,00 36,10
Maret 32,9 54,80 58,20 34,40 197,70 36,45 65,95 123,10 43,90 61,40
April 73,3 61,50 43,60 43,60 86,90 33,90 84,40 133,30 85,20 119,70
Mei 39,8 124,30 47,70 56,40 160,95 43,75 10,30 119,00 115,80 56,20
Juni 27,7 37,70 15,00 43,20 38,80 49,20 44,85 56,50 34,00 41,50
Juli 38,7 54,40 12,50 39,70 147,95 33,65 15,70 46,10 77,00 2,40
Agustus 24,2 37,50 28,60 19,40 48,85 42,40 47,60 17,00 64,80 55,50
September 76,4 85,70 24,20 80,30 90,75 9,95 18,35 28,00 69,50 31,60
Oktober 64,5 37,20 64,60 47,80 41,45 30,90 9,10 55,30 59,70 -
November 31,5 82,40 71,20 44,30 62,40 42,40 73,05 125,70 40,60 -
Desember 71,8 45,40 90,10 148,70 93,00 101,15 44,30 32,70 73,70 -
Dari data curah hujan harian maksimal diatas maka dapat diketahi nilai rata – rata
curah hujan per tahun.
Tabel 4.2 Analisan Data Curah Hujan 10 Tahun TAL Mahayung
Analisis Data Curah Hujan Max Pertahun Tambang Air Laya (TAL)
Curah Hujan Total Curah Rata-Rata Curah Lama Hari
No. Tahun
Max (mm) Hujan (mm) Hujan (mm) Hujan
1 2009 76,40 565,20 47,10 161
2 2010 134,50 819,80 68,32 203
3 2011 90,10 547,40 45,62 169
4 2012 148,70 746,10 62,18 140
5 2013 197,70 1104,05 92,00 149
6 2014 101,15 558,30 46,53 181
7 2015 84,40 520,55 43,38 149
8 2016 133,30 900,10 75,01 149
9 2017 115,80 769,70 64,14 216
10 2018 123,90 528,30 44,03 131
Jumlah Per-10 Tahun 1205,95 7059,50 588,29 1648
IV - 2
Berikut adalah grafik tingkatan curah hujan mulai dari 2009 – 2018, dari grafik
tersebut dapat disimpulkan bahwa curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2013
bulan Maret, dimana curah hujan mencapai nilai 200 mm
IV - 3
1. Rata-rata Curah Hujan ( )
Keterangan:
∑X = Jumlah curah hujan harian maksimum
N = Jumlah data
Xi X
2
S
n 1
Keterangan:
Xi = Jumlah curah hujan harian maksimum
X = rata-rata curah hujan
n = jumlah data
IV - 4
4. Reduced Standart Deviation (Sn)
Nilai reduced standart deviation dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Sn
Yn Yn 2
n 1
Keterangan:
Yn = Reduce Mean
Yn‾ = Rata-rata Reduce Mean
n = Jumlah sampel
Yt =
Keterangan:
T = Periode ulang (tahun)
Perhitungan Koreksi Variansi (Yt):
Periode Ulang 1 Yt = =0
Diketahui: t = 5 tahun
Maka nilai Yt adalah 1,4999
IV - 5
Curah hujan rencana dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa metode,
salah satunya adalah metode Gumbell. Metode Gumbell ditentukan dengan cara
partial dari data curah hujan maksimum atau yang didasarkan atas distribusi
harga ekstrim. Cara partial yang dimaksud yaitu data yang diambil dari data curah
hujan yang nilainya lebih dari data lain. Gumbell beranggapan bahwa distribusi
variabel-variabel hidrologis tidak terbatas, sehingga digunakan data-data distribusi
paling besar (maksimum). Berdasarkan perhitungan maka didapatkan curah hujan
rencana 151,30 mm dapat dilihat (Lampiran B) dengan periode ulang 5 tahun dan
resiko hidrologi 96,48 %. Pengambilan periode ulang 5 tahun ini menyesuaikan
dengan jumlah tahun data curah hujan yang didapat. Periode ulang hujan akan ada
kemungkinan
Penentuan curah hujan rencana adalah dengan mengolah data yang ada dengan
menggunakan distribusi Gumbel yaitu dengan rumus :
Xt = x + k + Sd
Untuk mendapatkan nilai k, dapat dihitung dengan rumus :
k = (Yt – Yn-)/Sn
= (1,50 – 0,495)/1,00
= 1,00
Keterangan:
X = Curah hujan rencana (mm/hari)
= Curah hujan rata – rata (mm/hari)
Yn = Reduced mean
Yt = Reduced variate
Sn = Reduced standart deviation
S = Standart deviation
IV - 6
Reduced standart deviation (Sn) = 1,00
Reduced variate (Yt) = 1,50
Maka nilai curah hujan harian dengan rencana 5 tahun adalah :
Xt = x + k x Sd
Xt = 116,26 + (1,005 x 34,88) = 151,30 mm/hari
Keterangan:
I = intensitas hujan (mm/jam)
R24 = curah hujan maksimum harian selama 24 jam (mm)
= 151,30 mm
t = lamanya hujan (jam)
Lamanya hujan diperoleh dari jam hujan rata-rata dibagi hari hujan rata-rata tahun
2010-2015 (Lampiran 1) yaitu sebagai berikut:
t =
= 2,65 jam/hari
= 159 menit/hari
Maka pada perhitungan intensitas curah hujan nilai t = 2,65 jam.
IV - 7
4.3. Perhitungan Air yang Masuk ke Lokasi Tambang
Total debit air yang masuk ke tambang yaitu debit air limpasan ditambah dengan
debit air tanah kemudian dikurangi dengan jumlah debit evapotranspirasi.
Keterangan:
Q = debit air limpasan maksimum (m/jam)
0,278 = konstanta, digunakan jika satuan luas daerah menggunakan km2
C = koefisien limpasan (0,9)
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
A = dengan daerah tangkapan hujan (km2)
Dengan intensitas hujan periode ulang 5 tahun sebesar 27,39 mm/jam, koefisien
limpasan 0,9, dan luas daerah tangkapan hujan 612.240 m 2. Didapatkan debit
limpasan dari puncak hingga masuk kedalam sump sebagai berikut :
Q = 0,278 x 0,9 x 27,39 mm/jam x 0,61224 km2
= 4,1957 m3/detik
= 15.104,52 m3/jam
IV - 8
Volume air limpasan dengan intensitas lamanya hujan yang terjadi selama 2,65
jam/hari sebesar 15.104,52 m3/hari
Dimana :
ET = Evapotranspirasi
P = Curah hujan tahunan rata – rata (mm/tahun)
T = Temperatur rata – rata (0C)
L(T) = Fungsi Suhu
= 300 + 25(T) + 0,05(T3)
IV - 9
Luas Cacthment area = 612.240 m2
Luas daerah evapotranspirasi = 0,71% x 612.240 m2 = 4.346,904 m2
Dari luasan catchment area yang sebesar 612.240 m2, hanya 4.346,904 m2 atau
saja yang memungkinkan terjadinya evapotanspirasi, berikut adalah hasil
perhitungan debit evapotranspirasi
IV - 10
antara volume air tambang dan volume pemompaan digunakan bertujuan untuk
mengantisipasi kondisi ketika hujan terjadi dengan durasi waktu yang cukup lama
sehingga volume sump yang dibuat masih dapat menampung volume air yang
masuk kedalam bukaan tambang.
Pada sump Barat Mahayung ini permukaan air yang tertampung di sumuran
(sump) berada di elevasi +50 mdpl dengan volume sumuran sebesar 76.000 m 3.
Daerah tangkapan hujan Barat Mahayung sebesar 642.240 m2, sumber air yang
akan masuk ke sump Barat Mahyung yaitu hanya berasal dari air limpasan
catchment area sump di sanar dan air tanah sehingga diketahui debit total air yang
setelah dilakukan perhitungan sebesar 15.107,229 m3/jam.
4.5. Pompa
Pompa yang digunakan untuk mengeluarkan air tambang adalah pompa Mesin
Sulzer 385 kW dan 8,3 m3/menit dan Pompa Listrik Sulzer 355 Kw yang
memiliki debit aktual 8 m3/menit . Untuk mendapatkan nilai debit aktual pompa
saat ini dilakukan pengujian dilapangan dengan menggunakan alat current meter.
Alat ini bekerja dengan menggunakan kincir. Prinsip kerja alat ini adalah
mengukur besar kecepatan arus berdasar jumlah putaran kincir pada alat.
Dimana :
IV - 11
N = Jumlah putaran kincir
t = waktu (s)
kemudian ketika sudah didapatkan hasil dari nilai “n” dilanjutkan dengan
perhitungan kecepatan aliran :
Jika nilai dari n = < 2,53, maka dalam menentukan kcepatan alirannya
digunakan rumus :
V = 0,1155 n + 0,1869 m/s
Sedangkan jika nilai n = >2,53, digunakan rumus :
V = 0,1170 n + 0,1831 m/s
Jika diketahui data dari hasil pengujian di lapangan
N = 156 putaran kincir
t = 10 detik
Nilai n yang dihasilkan adalah n < 2,53, jadi untuk menghitung kecepatan aliran
air digunakan rumus :
= 0,0984 m3/s
Setelah dilakukan perhitungan maka didapat nilai aktual pompa saat ini sebesar
0,0984 m3/s. Pompa yang digunakan merupakan pompa non submersible dan
sentrifugal yaitu pompa yang tidak bisa langsung dimasukkan kedalam air atau
pompa harus mengapung. dipilih karena perawatan pompanya lebih mudah dan
IV - 12
mampu memompa cairan kental dan cairan yang bercampur padatan
tanah/lumpur.
Air pemompaan akan mengalir menggunakan pipa isap (Rubber Horse) DN 250
mm dengan panjang 6 m, kemudian keluar pipa tekan HDPE DN 250 mm
(diameter dalam 250 mm) dengan panjang 200 m pada sump ke saluran terbuka,
Terdapat katub isap (Ball Valve) yang berfungsi sebagai pelindung pompa dari
kerusakan apabila terjadi arus balik, selain itu pada ujung sambungan pipa keluar
terdapat reducer dan gate valve.
IV - 13
Pada lokasi penelitian di Tambang Air Laya sump Utara Mahayung belum
terdapat pompa makanya diperlukaan perencanaan kebutuhan pompa supaya
sump tidak kelebihan daya tampung dan tidak menganggu areal penambangan.
Terdapat 2 jenis pompa yang terdapat di PTBA yaitu yang Sulzer 385 engine dan
Sulzer 355 electric yang masing memiliki perbedaan debit pompa yang tidak
signifikan. Pompa Sulzer 385 engine memiliki debit 8,3 m3/menit sedangkan
yang untuk pompa Sulzer electric memiliki debit 8 m3/menit.
Dari data yang didapat dari satker Perencanaan Sipil dan Hidrologi sump yang
baru dibuat 3 bulan ini telah memiliki volume air sekarang 572.650 m3 yang
dimana sump ini dibuat dengan volume 76.000 m3. Sehingga sump perlu dibuat
beberapa pompa supaya tidak terjadi genangan di sekitar areal tambang supaya
tidak menganggu aktivitas produksi penambangan. Dari perhitungan data curah
hujan dari tahun 2009 – 2018 diperoleh nilai volume air yang masuk kedalam
sump sebesar 15.107,229 m3/jam, sedangkan volume total untuk pompa Sulzer
355 Electric adalah 354,24 m3/jam
Dari hasil perhitungan data curah hujan pada tahun 2009-2018, diperoleh total
debit air yang masuk ke sump Barat Mahayung, Tambang Air Laya, PTBA
sebesar 15.107,229 m3/jam. Jumlah pompa yang direkomendasikan untuk
digunakan di sump Barat Mahayung, TAL yaitu 2 unit pompa dengan spesifikasi
1 Pompa Sulzer 355 (electric) dan 1 pompa Sulzer 385 (engine) apabila bila ingin
menjaga kestabilan elevasi air tetapi jika ingin dilakukan pengeringan pada sump
digunakan 1 unit pompa electric sedangkan pompa engine 2 unit, dikarenakan
penginstalan pompa listrik lebih rumit daripada pompa engine di lapangan.
Penambahan satu unit pompa engine dan satu unit pompa electric, dengan ini
instalasi perpipaan (menambahkan rubber hose DN 250, pipa outlet DN 250) dan
jam operasi 21 jam dengan proses 1 jam ( pendinginan, pengecekan radiator, dan
pengisian bahan bakar) di setiap shift (dimana ada 3 shift/hari).
IV - 14
dialirkan ke dalam sump. Untuk lokasi Tambang Air Laya Mahayung yang saya
amati, saluran terbuka digunakan bukan hanya untuk menampung di jenjang tetapi
juga untuk mengalirkan air yang dikeluarkan dari pompa menuju kolam
pengendapan lumpur (KPL), kemudian saluran terbuka juga dibuat untuk
mengalirkan air yang sudah di netralkan Ph-nya dari KPL menuju sungainya.
Keterangan :
Q = Debit penyaliran (m3/s)
A = Luas penampang basah (m2)
S = Kemiringan dasar saluran (%)
R = Jari – jari hidrolis (m)
N = Koefisien kekasaran dinding saluran menurut Manning
IV - 15
0,18 m
3,19
m
1,83 m
Sehingga sesuai rencana dimensi saluran diatas untuk debit pengaliran pada
saluran yaitu 8,67 m3/detik
IV - 16