Anda di halaman 1dari 16

BAB IV DATA DAN DAN ANALISA DATA

Dalam melakukan evaluasi menegenai sistem penirisan tambang di Tambang Air


Laya PT Bukit Asam Tbk ini hal yang sangat harus di perhatikan paling utama
adalah debit air yang akan masuk ke Main Sump serta menghitung banyak pompa
yang akan digunakan, sehingga dengan begitu dapat menjaga elevasi air pada
sump agar tidak meluap dan mengganggu aktivis penambangan. Metode sistem
penyaliran tambang yang digunakan di Tambang Air Laya yaitu Mine drainage
system dan Mine Dewatering System. Mine drainage system yang diterapkan di
Tambang Air Laya yaitu berupa saluran terbuka ( ring cannal ) yang dilakukan
untuk mengalirkan air yang telah masuk ke dalam main sump (Mine Dewatering
System ) dilakuakn dengan membuat sumuran dan setelah itu dialirkan menuju
kolam pengendapan lumpur.

4.1. Catchment Area


Dalam penentuan catchment daerah yang menjadi tangkapanan hujan adalah
dipilih dari elevasi tertinggi ke elevasi terendah. Sehingga air hujan yang turun ke
permukaan tanah akan mengalir ke daerah yang elevasinya rendah.. Daerah -
daerah dibawah ketinggian elevasi tersebut merupakan batasan untuk luas daerah
tangkapan hujan daerah Tambang Air Laya Mahayung. Keadaan tangkapan hujan
berupa tanah gundul dengan kemiringan >15 % sehingga koefisien limpasan
adalah 0,9. Air yang masuk kedalam wilayah tambang biasanya dari wilayah
catchment area yang berbentuk limpasan permukaan dan sebagian lagi merupakan
air tanah. Pada Tambang Air Laya Mahayung memiliki catchment area seluas
612.240 m2 atau
4.2. Curah Hujan
Data curah hujan yang digunakan dalam pengolahan data pada bulan Januari 2009
– September 2018, atau data 10 tahun. Data ini diolah dengan metode analisis
Distribusi Gumbel agar diketahui curah hujan rencana dan intensitas hujan.
Jumlah curah hujan rata – rata tahunan di Tambang Air Laya Mahayung adalah
sebesar 2.738,99 mm/tahun dengan rata – rata jam curah hujan 566,90 mm/tahun

Tabel 4.1 Curah Hujan Harian Maksimal TAL Mahayung 2009 - 2018
Curah Hujan Harian Max Tambang Air Laya (mm) 2009 - 2018
Bulan
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Januari 46,2 134,50 45,00 105,30 71,60 43,25 36,80 91,00 27,50 123,90
Februari 38,2 64,30 46,70 71,00 63,70 91,30 70,15 72,40 78,00 36,10
Maret 32,9 54,80 58,20 34,40 197,70 36,45 65,95 123,10 43,90 61,40
April 73,3 61,50 43,60 43,60 86,90 33,90 84,40 133,30 85,20 119,70
Mei 39,8 124,30 47,70 56,40 160,95 43,75 10,30 119,00 115,80 56,20
Juni 27,7 37,70 15,00 43,20 38,80 49,20 44,85 56,50 34,00 41,50
Juli 38,7 54,40 12,50 39,70 147,95 33,65 15,70 46,10 77,00 2,40
Agustus 24,2 37,50 28,60 19,40 48,85 42,40 47,60 17,00 64,80 55,50
September 76,4 85,70 24,20 80,30 90,75 9,95 18,35 28,00 69,50 31,60
Oktober 64,5 37,20 64,60 47,80 41,45 30,90 9,10 55,30 59,70 -
November 31,5 82,40 71,20 44,30 62,40 42,40 73,05 125,70 40,60 -
Desember 71,8 45,40 90,10 148,70 93,00 101,15 44,30 32,70 73,70 -

Dari data curah hujan harian maksimal diatas maka dapat diketahi nilai rata – rata
curah hujan per tahun.
Tabel 4.2 Analisan Data Curah Hujan 10 Tahun TAL Mahayung
Analisis Data Curah Hujan Max Pertahun Tambang Air Laya (TAL)
Curah Hujan Total Curah Rata-Rata Curah Lama Hari
No. Tahun
Max (mm) Hujan (mm) Hujan (mm) Hujan
1 2009 76,40 565,20 47,10 161
2 2010 134,50 819,80 68,32 203
3 2011 90,10 547,40 45,62 169
4 2012 148,70 746,10 62,18 140
5 2013 197,70 1104,05 92,00 149
6 2014 101,15 558,30 46,53 181
7 2015 84,40 520,55 43,38 149
8 2016 133,30 900,10 75,01 149
9 2017 115,80 769,70 64,14 216
10 2018 123,90 528,30 44,03 131
Jumlah Per-10 Tahun 1205,95 7059,50 588,29 1648

Rata-Rata Pertahun 120,60 705,95 58,83 164,8

IV - 2
Berikut adalah grafik tingkatan curah hujan mulai dari 2009 – 2018, dari grafik
tersebut dapat disimpulkan bahwa curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2013
bulan Maret, dimana curah hujan mencapai nilai 200 mm

Gambar 4.1 Grafik curah hujan maksimal tahun 2009 - 2018

Tabel 4.3 Jumlah jam hujan TAL 2009 – 2018


JUMLAH JAM HUJAN BULANAN TAMBANG AIR LAYA TAHUN 2009-2018
Tahun Curah Hujan (mm)
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sep Okt Nov Des
2009 70,75 62,07 53,83 55,92 56,00 21,59 18,42 14,76 17,50 21,78 31,49 74,55
2010 69,50 75,40 104,57 58,16 37,25 16,33 20,42 31,66 47,90 44,49 53,92 37,08
2011 39,75 47,00 55,92 65,03 34,25 18,41 8,58 2,75 7,66 29,43 52,34 73,33
2012 27,25 71,82 92,50 29,23 75,60 15,75 13,75 3,08 10,00 21,49 32,51 101,61
2013 64,59 75,49 49,17 60,34 65,33 12,50 48,92 15,08 42,75 42,33 112,50 96,17
2014 112,50 67,98 59,42 47,59 46,41 24,00 33,59 20,58 2,17 130,50 89,08 98,75
2015 49,30 67,84 63,84 66,86 85,60 13,58 4,16 8,00 1,58 1,50 108,92 64,09
2016 69,19 55,57 93,98 71,91 41,57 15,08 10,83 3,65 89,29 140,45 136,85 31,50
2017 27,50 78,00 43,90 85,20 115,80 34,00 77,00 64,80 21,65 35,39 30,48 43,52
2018 23,92 50,02 77,37 42,78 34,57 14,47 1,30 24,64 5,42 - - -
Rata-Rata Jam Hujan Pertahun 566,90
Rata-Rata Jam Hujan Perbulan 47,24
Rata-Rata Jam Hujan Perhari 1,57
4.2.1 Perhitungan Curah Hujan

IV - 3
1. Rata-rata Curah Hujan ( )

Rata-rata curah hujan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:
∑X = Jumlah curah hujan harian maksimum
N = Jumlah data

Maka diperoleh nilai rata-rata curah hujan ( ) sebesar 120,60 mm/hari

2. Reduced Mean (Yn)


Nilai reduce mean merupakan nilai yang tergantung dengan urutan sampel yang
diurutkan sesuai dengan besar data dengan jumlah data yang digunakan Nilai
reduced mean dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
  (n  1  m) 
Yn   ln  ln  
  n  1 
Keterangan:
n = jumlah sample (data) yang digunakan
m = urutan sample (m = 1,2,3,…)

= -0,87 (Lampiran untuk seterusnya )

3. Standart Deviation (S)


Nilai standar deviation dihitung dengan rumus sebagai berikut:

  Xi  X 
2

S
n 1

Keterangan:
Xi = Jumlah curah hujan harian maksimum
X = rata-rata curah hujan
n = jumlah data

IV - 4
4. Reduced Standart Deviation (Sn)
Nilai reduced standart deviation dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Sn 
  Yn  Yn  2

n 1
Keterangan:
Yn = Reduce Mean
Yn‾ = Rata-rata Reduce Mean
n = Jumlah sampel

5. Reduced Variate (YTr)


Nilai reduced variate dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Yt =

Keterangan:
T = Periode ulang (tahun)
Perhitungan Koreksi Variansi (Yt):

Periode Ulang 1 Yt = =0

Periode Ulang 2 Yt = = 0,3665

Periode Ulang 3 Yt = = 0,9027

Periode Ulang 4 Yt = = 1,2459

Periode Ulang 5 Yt = = 1,4999

Diketahui: t = 5 tahun
Maka nilai Yt adalah 1,4999

4.2.3. Curah Hujan Rencana

IV - 5
Curah hujan rencana dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa metode,
salah satunya adalah metode Gumbell. Metode Gumbell ditentukan dengan cara
partial dari data curah hujan maksimum atau yang didasarkan atas distribusi
harga ekstrim. Cara partial yang dimaksud yaitu data yang diambil dari data curah
hujan yang nilainya lebih dari data lain. Gumbell beranggapan bahwa distribusi
variabel-variabel hidrologis tidak terbatas, sehingga digunakan data-data distribusi
paling besar (maksimum). Berdasarkan perhitungan maka didapatkan curah hujan
rencana 151,30 mm dapat dilihat (Lampiran B) dengan periode ulang 5 tahun dan
resiko hidrologi 96,48 %. Pengambilan periode ulang 5 tahun ini menyesuaikan
dengan jumlah tahun data curah hujan yang didapat. Periode ulang hujan akan ada
kemungkinan

Penentuan curah hujan rencana adalah dengan mengolah data yang ada dengan
menggunakan distribusi Gumbel yaitu dengan rumus :
Xt = x + k + Sd
Untuk mendapatkan nilai k, dapat dihitung dengan rumus :
k = (Yt – Yn-)/Sn
= (1,50 – 0,495)/1,00
= 1,00
Keterangan:
X = Curah hujan rencana (mm/hari)
= Curah hujan rata – rata (mm/hari)

Yn = Reduced mean
Yt = Reduced variate
Sn = Reduced standart deviation
S = Standart deviation

Berdasarkan dari perolehan perhitungan dengan menggunakan rumus-rumus di


atas, maka diketahui :
Rata – rata curah hujan ( X ) = 116,26 mm/hari
Standart deviation (Sd) = 34,88
Reduced mean (Yn) = 2,35

IV - 6
Reduced standart deviation (Sn) = 1,00
Reduced variate (Yt) = 1,50
Maka nilai curah hujan harian dengan rencana 5 tahun adalah :
Xt = x + k x Sd
Xt = 116,26 + (1,005 x 34,88) = 151,30 mm/hari

4.2.4. Intensitas Curah Hujan


Intensitas curah hujan yaitu jumlah presipitasi atau curah hujan yang jatuh ke
permukaan tanah dalam waktu tertantu biasanya dalam waktu yang relatif singkat.
Intensitas curah hujan dapat dihitung menggunakan beberapa rumus salah satunya
yaitu Mononobe. Karena data yang tersedia di daerah penelitian hanya terdapat
data hujan harian maka dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus
Mononobe dengan beberapa parameter yaitu curah hujan rencana dan lamanya
waktu hujan. Berikut cara perhitungan mencari intensitas curah hujan :
2/3
R24  24 
I   
24  t 

Keterangan:
I = intensitas hujan (mm/jam)
R24 = curah hujan maksimum harian selama 24 jam (mm)
= 151,30 mm
t = lamanya hujan (jam)
Lamanya hujan diperoleh dari jam hujan rata-rata dibagi hari hujan rata-rata tahun
2010-2015 (Lampiran 1) yaitu sebagai berikut:

t =

= 2,65 jam/hari
= 159 menit/hari
Maka pada perhitungan intensitas curah hujan nilai t = 2,65 jam.

Jadi, intensitas curah hujan rencana adalah 27,39 mm/jam

IV - 7
4.3. Perhitungan Air yang Masuk ke Lokasi Tambang
Total debit air yang masuk ke tambang yaitu debit air limpasan ditambah dengan
debit air tanah kemudian dikurangi dengan jumlah debit evapotranspirasi.

4.3.1.Debit Air Limpasan


Air limpasan yaitu air hujan yang jatuh ke tanah, sungai, danau, dan laut. Pada
front penambangan air limpasan dapat diartikan sebagai air hujan yang jatuh ke
dalam daerah tangkapan hujan (catchment area). Hal ini terjadi akibat dari curah
hujan yang tidak terinfiltrasi seluruhnya ke dalam tanah, itu disebabkan oleh
intensitas curah hujan yang tinggi, bentuk lereng, dan kekompakan batuan yang
ada di daerah tersebut. Sumber air yang masuk ke dalam front penambangan
berasal dari air hujan yang jatuh dan juga air limpasan yang mengalir dari lereng
di sekitar area tambang yang dapat diamati dari peta daerah tangkapan hujan.
Perhitungan debit air limpasan dihitung dengan rumus rasional sebagai berikut:
Q = 0,278. C. I. A

Keterangan:
Q = debit air limpasan maksimum (m/jam)
0,278 = konstanta, digunakan jika satuan luas daerah menggunakan km2
C = koefisien limpasan (0,9)
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
A = dengan daerah tangkapan hujan (km2)

Dengan intensitas hujan periode ulang 5 tahun sebesar 27,39 mm/jam, koefisien
limpasan 0,9, dan luas daerah tangkapan hujan 612.240 m 2. Didapatkan debit
limpasan dari puncak hingga masuk kedalam sump sebagai berikut :
Q = 0,278 x 0,9 x 27,39 mm/jam x 0,61224 km2
= 4,1957 m3/detik
= 15.104,52 m3/jam

IV - 8
Volume air limpasan dengan intensitas lamanya hujan yang terjadi selama 2,65
jam/hari sebesar 15.104,52 m3/hari

4.3.2. Debit Air Tanah


Debit air tanah diasumsikan 0,001 m3/detik, sesuai dengan Penelitian Satuan
Kerja Perencanaan Sipil dan Hidrologi PT Bukit Asam (Persero) Tbk, Debit air
tanah 1 jam sama dengan 3,6 m3/jam atau sama dengan 86,4 m3/hari.

4.3.3 Perhitungan Evapotranspirasi


Evapotranspirasi dapat diitung dengan menggunakan rumus Turc sebagai berikut :

Dimana :
ET = Evapotranspirasi
P = Curah hujan tahunan rata – rata (mm/tahun)
T = Temperatur rata – rata (0C)
L(T) = Fungsi Suhu
= 300 + 25(T) + 0,05(T3)

Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan yang didapatkan nilai


evapotranspirasi adalah 0,2498 mm/jam (dapat dilihat pada Lampiran C), maka
untuk mengetahui % evapotranspirasi dapat menggunakan rumus, sebagai berikut:

Berdasarkan nilai % evapotranspirasi 0,71 %, maka dapat ditentukan nilai dari


debit evapotanspirasi dengan rumus, sebagai berikut :
Diketahui :

IV - 9
Luas Cacthment area = 612.240 m2
Luas daerah evapotranspirasi = 0,71% x 612.240 m2 = 4.346,904 m2

Dari luasan catchment area yang sebesar 612.240 m2, hanya 4.346,904 m2 atau
saja yang memungkinkan terjadinya evapotanspirasi, berikut adalah hasil
perhitungan debit evapotranspirasi

4.3.4. Debit Total


Berdasarkan hasil perhitungan, maka dapat diketahui debit total air yang masuk ke
Tambang Air Laya Mahayung Pit Barat PTBA, sebagai berikut :
Debit Total :
= Debit Limpasan Permukaan + Debit Air Tanah – Debit Evapotranspirasi

4.4. Sumuran (Sump)


Sumuran (sump) berfungsi sebagai tempat penampung air sementara dan sebagai
tempat pengendapan lumpur sebelum air dipompakan kekolam pengendapan.
Desain bentuk dan geometri sumuran (sump) dihitung berdasarkan jumlah air
yang masuk serta air yang keluar dari sumuran. Jumlah air yang masuk kedalam
sumuran merupakan total debit air limpasan ditambah dengan debit air tanah.
Sumuran (sump) dibuat pada daerah dengan topografi terendah didalam pit
tujuannya adalah agar air mudah untuk mengalir masuk ke dalam sump, selain
dari pada itu lokasi sump sebaiknya jauh dari aktifitas penggalian. Dimensi sump
yang dibuat harus dapat menampung volume air yang masuk kedalam pit.
Rancangan dimensi sump dihitung dari selisih terbesar antara volume air yang
masuk kedalam bukaan tambang dengan volume pemompaan. Selisih terbesar

IV - 10
antara volume air tambang dan volume pemompaan digunakan bertujuan untuk
mengantisipasi kondisi ketika hujan terjadi dengan durasi waktu yang cukup lama
sehingga volume sump yang dibuat masih dapat menampung volume air yang
masuk kedalam bukaan tambang.

Gambar 4.2 Sketsa sistem pemompaan Sump Barat Mahayung,TAL

Pada sump Barat Mahayung ini permukaan air yang tertampung di sumuran
(sump) berada di elevasi +50 mdpl dengan volume sumuran sebesar 76.000 m 3.
Daerah tangkapan hujan Barat Mahayung sebesar 642.240 m2, sumber air yang
akan masuk ke sump Barat Mahyung yaitu hanya berasal dari air limpasan
catchment area sump di sanar dan air tanah sehingga diketahui debit total air yang
setelah dilakukan perhitungan sebesar 15.107,229 m3/jam.

4.5. Pompa
Pompa yang digunakan untuk mengeluarkan air tambang adalah pompa Mesin
Sulzer 385 kW dan 8,3 m3/menit dan Pompa Listrik Sulzer 355 Kw yang
memiliki debit aktual 8 m3/menit . Untuk mendapatkan nilai debit aktual pompa
saat ini dilakukan pengujian dilapangan dengan menggunakan alat current meter.
Alat ini bekerja dengan menggunakan kincir. Prinsip kerja alat ini adalah
mengukur besar kecepatan arus berdasar jumlah putaran kincir pada alat.

Untuk menghitung hasil pengujian digunakan metode propeller (kincir) dimana :

Dimana :

IV - 11
N = Jumlah putaran kincir
t = waktu (s)
kemudian ketika sudah didapatkan hasil dari nilai “n” dilanjutkan dengan
perhitungan kecepatan aliran :
 Jika nilai dari n = < 2,53, maka dalam menentukan kcepatan alirannya
digunakan rumus :
V = 0,1155 n + 0,1869 m/s
 Sedangkan jika nilai n = >2,53, digunakan rumus :
V = 0,1170 n + 0,1831 m/s
Jika diketahui data dari hasil pengujian di lapangan
N = 156 putaran kincir
t = 10 detik
Nilai n yang dihasilkan adalah n < 2,53, jadi untuk menghitung kecepatan aliran
air digunakan rumus :

v = 0,1170 n + 0,1831 m/s


= 0,1170 (15,6 s) + 0,1831 m/s
= 1,8252 s + 0,1831 m/s
= 2,0083 m/s
Setelah didapatkan hasil kecepatan aliran air yang keluar dari pompa, nilai dari
debit actual pompa dapat dihitung dimana luas penampang dari pipa 0,25 m. Jika
A = π . r2
= 3,14 . 0,1252
= 0,0490
Q =v.A

= 2,0083 m/s (0,0490 m2)

= 0,0984 m3/s

Setelah dilakukan perhitungan maka didapat nilai aktual pompa saat ini sebesar
0,0984 m3/s. Pompa yang digunakan merupakan pompa non submersible dan
sentrifugal yaitu pompa yang tidak bisa langsung dimasukkan kedalam air atau
pompa harus mengapung. dipilih karena perawatan pompanya lebih mudah dan

IV - 12
mampu memompa cairan kental dan cairan yang bercampur padatan
tanah/lumpur.

Air pemompaan akan mengalir menggunakan pipa isap (Rubber Horse) DN 250
mm dengan panjang 6 m, kemudian keluar pipa tekan HDPE DN 250 mm
(diameter dalam 250 mm) dengan panjang 200 m pada sump ke saluran terbuka,
Terdapat katub isap (Ball Valve) yang berfungsi sebagai pelindung pompa dari
kerusakan apabila terjadi arus balik, selain itu pada ujung sambungan pipa keluar
terdapat reducer dan gate valve.

4.5.1 Head Pompa


Berikut hasil perhitungan head total pada pompa Sulzer E66 385 KW di Pit 3
Timur Banko Barat, sebagai berikut :
 Head statis : 38 m
 Head gesekan di pipa isap : 0,07829 m
 Head gesekan di pipa keluar (DN 250) : 2,6089 m
 Head gesekan Aksesoris di Ball Valve : 0,2675 m
 Head gesekan Aksesoris di Gate Valve : 0,0053 m
 Head gesekan Aksesoris di Reducer : 0,00617 m
 Head Loss : 2,96622 m
 Head kecepatan pipa isap : 0,2058 m
 Head kecepatan keluar (DN 250) : 0,2058 m
Didapatkan head total untuk pompa Sulzer E66 385 KW sebesar 41,3738 m

4.5.1 Perhitungan Daya Poros


Untuk menghitung daya poros terlebih dahulu menghitung daya air. Daya air
merupakan energi yang secara efektif diterima oleh air dari pompa persatuan
waktu. Dari perhitungan didapat 39,94 kW. Setelah didapatkan hasil daya air
maka dihitung daya poros daripada pompa sebesar 52,55 kW.

4.5.2 Analisa Kebutuhan Pompa

IV - 13
Pada lokasi penelitian di Tambang Air Laya sump Utara Mahayung belum
terdapat pompa makanya diperlukaan perencanaan kebutuhan pompa supaya
sump tidak kelebihan daya tampung dan tidak menganggu areal penambangan.
Terdapat 2 jenis pompa yang terdapat di PTBA yaitu yang Sulzer 385 engine dan
Sulzer 355 electric yang masing memiliki perbedaan debit pompa yang tidak
signifikan. Pompa Sulzer 385 engine memiliki debit 8,3 m3/menit sedangkan
yang untuk pompa Sulzer electric memiliki debit 8 m3/menit.

Dari data yang didapat dari satker Perencanaan Sipil dan Hidrologi sump yang
baru dibuat 3 bulan ini telah memiliki volume air sekarang 572.650 m3 yang
dimana sump ini dibuat dengan volume 76.000 m3. Sehingga sump perlu dibuat
beberapa pompa supaya tidak terjadi genangan di sekitar areal tambang supaya
tidak menganggu aktivitas produksi penambangan. Dari perhitungan data curah
hujan dari tahun 2009 – 2018 diperoleh nilai volume air yang masuk kedalam
sump sebesar 15.107,229 m3/jam, sedangkan volume total untuk pompa Sulzer
355 Electric adalah 354,24 m3/jam

Dari hasil perhitungan data curah hujan pada tahun 2009-2018, diperoleh total
debit air yang masuk ke sump Barat Mahayung, Tambang Air Laya, PTBA
sebesar 15.107,229 m3/jam. Jumlah pompa yang direkomendasikan untuk
digunakan di sump Barat Mahayung, TAL yaitu 2 unit pompa dengan spesifikasi
1 Pompa Sulzer 355 (electric) dan 1 pompa Sulzer 385 (engine) apabila bila ingin
menjaga kestabilan elevasi air tetapi jika ingin dilakukan pengeringan pada sump
digunakan 1 unit pompa electric sedangkan pompa engine 2 unit, dikarenakan
penginstalan pompa listrik lebih rumit daripada pompa engine di lapangan.
Penambahan satu unit pompa engine dan satu unit pompa electric, dengan ini
instalasi perpipaan (menambahkan rubber hose DN 250, pipa outlet DN 250) dan
jam operasi 21 jam dengan proses 1 jam ( pendinginan, pengecekan radiator, dan
pengisian bahan bakar) di setiap shift (dimana ada 3 shift/hari).

4.6. Saluran Terbuka


Saluran terbuka biasanya di buat di bagian jenjang yang akan dialirkan ke sump.
Saluran terbuka berguna untuk menampung air yang jatuh pada jenjang, kemudian

IV - 14
dialirkan ke dalam sump. Untuk lokasi Tambang Air Laya Mahayung yang saya
amati, saluran terbuka digunakan bukan hanya untuk menampung di jenjang tetapi
juga untuk mengalirkan air yang dikeluarkan dari pompa menuju kolam
pengendapan lumpur (KPL), kemudian saluran terbuka juga dibuat untuk
mengalirkan air yang sudah di netralkan Ph-nya dari KPL menuju sungainya.

Untuk menentukan dimensi saluran terbuka, dilakukan perhitungan dengan


menggunakan rumus manning. Harga koefisien kekasaran ring canal yaitu 0,03
untuk tipe dinding saluran tanah.

Tabel 4.4 Koefisien Kekasaran Dinding Saluran Untuk Persamaan Manning


Tipe dinding saluran n
Semen 0,010 – 0,014
Beton 0,011 – 0,016
Bata 0,012 – 0,020
Besi 0,013 – 0,017
Tanah 0,020 – 0,030
Gravel 0,022 – 0,035
Tanah yang ditanam 0,025 – 0,040
Penentuan dimensi penampang saluran penyaliran dapat dihitung berdasarkan
rumus Manning, yaitu :
Q = A . 1/n . S1/2 . R2/3

Keterangan :
Q = Debit penyaliran (m3/s)
A = Luas penampang basah (m2)
S = Kemiringan dasar saluran (%)
R = Jari – jari hidrolis (m)
N = Koefisien kekasaran dinding saluran menurut Manning

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan pada Lampiran I, maka dimensi saluran


terbuka yang akan direncanakan yaitu dengan panjang sisi luar saluran (a) 1,84 m,
lebar dasar saluran (b) 1,83 m, lebar permukaan saluran (B) 3,67 m, dan
kedalaman saluran (h) 1,59 m, sesuai rencana dimensi saluran maka debit
pengaliran pada saluran yaitu 8,67 m3/detik atau 31,21 m3/jam. (Gambar 4.3).

IV - 15
0,18 m
3,19
m

1,84 m 1,2 m 1,59 m

1,83 m

Gambar 4.3. Sketsa rencana saluran terbuka

Sehingga sesuai rencana dimensi saluran diatas untuk debit pengaliran pada
saluran yaitu 8,67 m3/detik

IV - 16

Anda mungkin juga menyukai