Anda di halaman 1dari 46

Analisis Efisiensi Boiler Dengan Kapasitas Produksi Uap 244

Ton /Jam PT. TSI ( Tsingshan Steel Indonesia ) Morowali

PROPOSAL

Diajukan Untuk memenuhi sebagian persyaratan


Mencapai Derajat Sarjana S1
Jurusan Teknik Mesin
Bidang Ilmu Rekayasa Konversi Energi

Disusun oleh:

SUDARMAWAN
E1C1 16 030

S1 TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi memiliki peran yang sangat krusial untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari bahkan di dunia industri kebutuhan energi dunia terus mengalami
peningkatan. Kebutuhan energi terus mengalami peningkatan seiring dengan
meningkatnya kegiatan pembangunan ekonomi suatu negara tidak terkecuali
di Indonesia. Menurut proyeksi Badan Energi Dunia (International Energy
Agency – IEA), hingga tahun 2030 permintaan energi dunia meningkat
sebesar 45% atau rata-rata mengalami peningkatan sebesar 1,6% pertahun
(Singgih Hidayanto, 2016).
Pembangkit Listrik Tenaga Uap adalah pembangkit yang mengandalkan
energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik. Bentuk utama
pembangkit listrik jenis ini adalah Generator yang di hubungkan ke turbin
dimana untuk memutar turbin diperlukan energi kinetik dari uap panas atau
kering. Dalam PLTU, energi primer yang dikonversikan menjadi energi
listrik adalah bahan bakar. Bahan bakar yang digunakan dapat berupa
batubara (padat), minyak (cair), atau gas (Marlon Hetharia Yolanda J.
Lewerissa, 2018).
Seperti halnya pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang
bertempat di Morowali Sulawesi Tengah. Merupakan salah satu Unit
pembantu suplai energy listrik ke PLN di Morowali khususnya di PT. IMIP..
PT. TSI (Tsingshan Steel Indonesia) PLTU Morowali yang mengoperasikan 2
unit pembangkit listrik tenaga uap kapasitas 2x65 MW, dimana masing-
masing unit (turbin) memiliki kapasitas 65 Mw. Pembangkit listrik tenaga
uap (PLTU) Morowali merupakan pembangkit listrik dengan bahan bakar
utama batu bara yang memanfaatkan fluida kerja yaitu Uap (steam) yang
dihasilkan dari pembakaran batu bara didalam boiler. Boiler yang digunakan
di PLTU PT.TSI (Tsingshan Steel Indonesia) menggunakan boiler pipa air

1
2

(water tube boiler ), dan tipe yang digunakan adalah jenis PC ( Pulverized
Coal ) dengan kapasitas 244 ton /jam .
Bejana bertekanan pada boiler umumnya menggunakan bahan baja
dengan spesifikasi tertentu yang telah ditentukan dalam standard ASME
(Amerian Society of Mechanical Engineering), terutama untuk penggunaan
boiler pada industri-industri besar (Dwi Ardiyanto Effendy, 2013).
Panas yang diberikan kepada fluida di dalam boiler berasal dari proses
pembakaran dengan berbagai macam jenis bahan bakar yang dapat
digunakan, seperti kayu, batu bara, solar/minyak bumi, dan gas. Dengan
adanya kemajuan teknologi, energi nuklir pun juga digunakan sebagai sumber
panas pada boiler.
Berdasarkan uraian yang telah di jelaskan sebelumnya, maka judul
skripsi dari penelitian ini yaitu mengenai Analisis Efisiensi Boiler Dengan
Kapasitas Produksi Uap 244 Ton /Jam PT. TSI (Tsingshan Steel Indonesia )
Morowali. Penelitian ini sangat dibutuhkan untuk dapat mengetahui
perhitungan efisiensi boiler kapasitas 244 ton/jam dengan daya minimal 2x45
MW, atau maksimal 2x65 MW pada PLTU PT.TSI Morowali Sulawesi
Tengah, oleh sebab itu peneliti tertarik untuk mengkaji Penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah yaitu
Bagaimana menganalisis efisiensi boiler berkapasitas 244 ton/jam yang
menghasilkan daya listrik 65 MW 1 unit (Boiler).

1.3 Tujuan
Penelititan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk Menganalisis efisiensi
perhitungan Boiler pada PT. TSI (Tsingshan Steel Indonesia) berdasarkan
data operasional.
3

1.4 Batasan Masalah


Peneliti harus dibatasi agar tidak meluas dalam proses analisis dan
perhitungan, Pembatasan penelititan ini adalah :
1. Boiler yang digunakan sebagai objek penelititan adalah Boiler PLTU PT
TSI (Tsingshan Steel Indonesia) Unit 1 Morowali Sulawesi Tengah. Proses
yang di analisis adalah proses siklus produksi uap berdasarkan data
operasional di PLTU PT. TSI Morowali Unit 1(Boiler).

2. Metode Perhitungan Efesiensi Thermal Boiler menggunakan metode


sederhana yaitu membandingkan Antara Efisiensi thermal masuk dan
efisiensi thermal keluar.

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah :
1. Hasil penelitian nantinya di harapkan dapat menjadi salah satu referensi
dan masukan Kepada pihak PLTU PT TSI (Tsingshan Steel Indonesia).
Untuk melihat efisiensi dari thermal PLTU

2. Sebagai suatu acuan dan pengetahuan praktis mengenai pembangkit listrik


tenaga uap.

1.6 Sistematika Penulisan


Laporan penelitian ini disusun menjadi lima bab, adapun sistematika
penulisannya adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Berisikan tentang latar belakang masalah yang diambil, rumusan masalah,
tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan tentang teori – teori yang berhubungan dengan perihal yang akan
diangkat pada laporan ini.
BAB III : METODE PENELITIAN
Berisikan tentang alat dan bahan, serta prosedur yang digunakan dalam
penulisan laporan ini.
4
5

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN


Berisikan tentang hasil dan pembahasan dari penelitian yang dilakukan.
BAB V : PENUTUP
Berisikan simpulan dari data yang diperoleh dan pembahasan, serta saran
yang dapat diberikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Hendari dan Suhengki, (2017) Melakukan penelitian dengan judul “
Analisa Efisiensi Boiler Dengan Metode Head Loss Sebelum Dan Sesudah
Overhaul PT. Indonesia Power UBP PLTU Lontar Unit 3” Pada paper ini
dilakukan analisa efisiensi boiler PLTU Banten 3 Lontar dengan metode
kerugian panas dan diagram Sankey. Dari hasil analisis diperoleh efisiensi
boiler sebelum overhaul 82.87% dan sesudah overhaul 83.80%.
Dibandingkan dengan standar desain terjadi penurunan efisiensi boiler
sebesar 10.38% sebelum overhaul dan 10.18 % setlah overhaul. Terdapat tiga
unsur dengan prosentase kehilangan panas terbesar yang mempengaruhi
efisiensi boiler yaitu kehilangan panas karena gas buang kering (6.01%-
6.11%), kehilangan panas moister bahan bakar (4,9%-5,1%), dan kehilangan
panas karena pembakaran hidrogen (3.9%-5.0%). Darianalisis diperoleh juga
terdapat tiga unsur bahan bakar yang berpengaruh pada pembentukan
kehilangan panas yang berpengaruh pada efisiensi boiler yaitu carbon (46%-
52%), kelembahanmoister (27%-33%) dan oksigen (11%-13%). Kegiatan
perawatan berkala dan overhaul secara signifikan berpengaruh pada efisiensi
boiler.
Christian Tellu Karaeng dkk, (2013) Melakukan penelitian dengan
judul “Analisis Kinerja Boiler pada PLTU Unit 1 PT. Semen Tonasa” Pada
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) PT. Semen Tonasa berfungsi sebagai
penghasil uap yang nantinya digunakan untuk menggerakan turbin untuk
menghasilkan listrik PLTU PT. Semen Tonasa mulai beroperasi pada tahun
1997, selama beroperasi terjadi penurunan daya mampu dari 25 MW pada
kondisi operasi tahun 1997 menjadi 20 MW pada operasi (2012). Untuk itu
dilakukan studi analisa guna mengetahui besarnya penurunan dan penyebab
turunnya kinerja boiler Unit 1 PLTU PT. Semen Tonasa. Analisa perhitungan
boiler dengan menggunakan metode kehilangan panas (head loss). Data data

6
7

yang digunakan berupa data input dan output serta data spesifikasi desain
peralatan boiler. Dari hasil analisa dan pembahasan diperoleh efisiensi boiler
unit 1 PLTU PT. Semen Tonasa turun sebesar 6,04%, yaitu pada saat kondisi
operasi 1997 efisiensi boiler sebesar 91%, sedangkan pada kondisi operasi
sekarang 84,96%. Faktor kehilangan panas terbesar diakibatkan oleh gas
buang kering, dimana pada operasi tahun 2004 sebesar 5,59% dan pada
operasi sekarang sebesar 5,79%, atau meningkat sebesar 0,20%.
Yolanda Prafitasari dkk, (2017) Melakukan penelitian dengan judul
“Analisis Efisiensi Boiler Menggunakan Metode Langsung” Telah dilakukan
penelitian untuk menganalisis efisiensi boiler menggunakan metode langsung.
Data tekanan, Temperatur dan uap per jam dari boiler diolah melalui proses
interpolasi data untuk memperoleh nilai entalpi panas lanjut dan entalpi air
umpan sehingga diperoleh kalor keluaran dari boiler. Nilai GCV bahan bakar
sebesar 12865,14 kj/kg. Berdasarkan hasil analisis uji ultimat diperoleh nilai
efisiensi boiler sebesar 46%. Penurunan nilai efisiensi boiler dikarenakan
kandungan karbon, hidrogen, belerang dalam bahan bakar yang tidak terbakar
sempurna.
Singgih Hidayanto, (2016) Melakukan penelitian dengan judul
“Analisis Performa Water Tube Boiler Kapasitas 115 Ton/Jam di PT.
Pertamina Refinery Unit VI Balongan Indramayu”. Penelitian ini membahas
pengaruh kandungan O2 ekses pada gas buang dan pengaruh nilai kehilangan
kalor (heat loss) terhadap efisiensi boiler. Kandungan O2pada flue gass yang
terlalu banyak dapat mengakibatkan efisiensi menjadi turun. Penelitian
dilaksanakan pada boiler dengan tipe water tube boiler milik PT. Pertamina
RU-VI Balongan, Indramayu dalam kondisi operasi dengan beban 188 MW
dan kapasitas 115 ton/jam. Pengukuran dilakukan pada cerobong dengan
memasang alat berupa thermocouple dan oxygen analyzer yang dihubungkan
langsung dengan laboratorium proses engineering. Kemudian Untuk
mengetahui nilai efisiensi boiler dilakukan perhitungan dengan metode
American Petroleum Standard 560 menggunakan software Sinboiler untuk
mengetahui nilai heat loss dan efisiensi boiler. Berdasarkan data dalam
8

rentang waktu dalam penelitian, parameter yang diteliti yaitu kadar persentase
kandungan O2 pada fluigass masih dalam kondisi yang baik yaitu berkisar
antara 2,3% hingga 2,43%. Sedangkan heat loss total yang terjadi pada boiler
sebesar 1287,20 btu/lbs dan kehilangan kalor karena radiasi sebesar
101,18btu/lbs. Pada faktanya, menghitung efisiensi boiler secara manual
terbilang rumit sehingga peneliti mengembangkan Software Sinboiler

2.2 Pengertian Boiler

Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air


sampai terbentuk uap panas atau steam pada tekanan tertentu kemudian
digunakan untuk mengalirkan panas kesuatu proses. Sistem boiler terdiri
dari : sistem air umpan, sistem bahan bakar dan sistem steam (Efri Yendri,
Buku III, Boiler, PLN Corporate University).

2.3 Jenis –Jenis Boiler


Boiler dalam perkembangannya telah membuat desain dan jenis yang
berbeda-beda, hal ini disebabkan karena penggunaan atau pengaplikasian
boiler untuk kebutuhan yang berbeda pula. Berbagai jenis boiler yang
digunakan dalam kegiatan industri adalah Firetube Boiler, Watertube Boiler,
(Efri Yendri, Buku III, Boiler , PLN Corporate University -37 ).

Gambar 2.1 Diagram Skematis Sistim Boiler


(Sumber : Winanti.W,S dan T,Prayudi ,2006 )
9

2.3.1 Boiler Untuk Industri

a. Firetube Boiler
Pada bagian ini pada bagian tubenya dialiri dengan gas panas (gas
pembakaran) melalui pipa-pipa dan air umpan boiler ada didalam
shell untuk dirubah menjadi uap (diuapkan). Dalam hal ini tube-
tubenya langsung didinginkan oleh air yang melindunginya. Jumlah
pass dari boiler tergantung dari jumlah laluan horisontal dari gas
pembakaran diantara pipa-pipa api dan furnace. Laluan gas
pembakaran pada furnace dihitung sebagai pass pertama. Jenis
boilers ini biasanya digunakan untuk industri pengelolaan kapasitas
uap yang relatif kecil (skala kecil) dengan tekanan steam rendah
sampai sekala sedang (Wirda dkk ,2014).

Gambar 2.2 Fire Tube Boiler


(Sumber : Wirda dkk 2014 )

b. Watertube Boiler
Pada watertube boiler, air umpan boiler mengalir melalui pipa-pipa
masuk kedalam drum. Air yang tersirkulasi pada pipa kemudian
dipanaskan oleh gas pembakar dan membentuk uap. Dalam proses
pengupan ini, air yag mengalir ke drum terus dipanaskan sehingga
air yang mulai panas akan naik dan air yang bertemperatur rendah
10

akan turun karena pengaruh berat jenis tersebut. Air yang panas
tersebut pada akhirnya naik dan menghasilkan uap yang akan di
teruskan untuk kebutuhan kerja. Boiler jenis ini biasanya digunakan
untuk kebutuhan uap dengan tekanan yang sangat tinggi seperti pada
kasus boiler untuk pembangkit tenaga (Widiatmini dan Teguh, 2006:
89).

Gambar 2.3 Water tube boiler


(Sumber : I Nyoman Gunung dan I Nengah Ludra Antara 2012)

2.4 Auxiliary Heat Exchanger


Auxiliary heat exchanger merupakan alat bantu dari penukar panas
yang digabungkan pada boiler untuk meningkatkan efisiensi dari keseluruhan
operasi instalasi. Economizer dari tipe permukaan yang diperpanjang
digunakan untuk meningkatkan suhu dari feed water yang masuk dengan
pendinginan gas buang yang keluar dari boiler. Pembakaran bahan bakar
menjadi lebih cepat dan lebih baik dengan cara meningkatkan temperatur di
awal dengan pemanas udara. Dalam hal ini, pemanas udara juga
meningkatkan efisiensi boiler dengan mengurungai temperatur dari gas
buang. Secara keseluruhan efisiensi pada siklus ini akan meningkat. Beberapa
tipe dari penukar panas ini bisa digunakan dengan terpisah (sendiri-sendiri)
11

maupun dikombinasikan dengan yang lain. Alat bantu disini yaitu


economizer dan air heater (Deny Priadmoko ,2019).
2.4.1 Economizer
Economizer adalah alat pemindah panas berbentuk tubular yang
berfungsi memanaskan air umpan pada boiler sebelum masuk ke steam
drum. Alat ini juga berfungsi sebagai penghemat penggunaan bahan
bakar dengan mengambil panas (recovery) gas buang sebelum dibuang
ke atmosfir
Kinerja Economizer ditentukan oleh fluida yang mempunyai
koefisien perpindahan panas yaitu gas. Efektifitas perpindahan panas
adalah besarnya energi yang dapat diambil dari total jumlah energi yang
dapat di serap (Muhammad Sjahid Akbar dkk, 2009).

Gambar 2.4 Penampang Economizer


(Sumber :Muhammad Sjahid Akbar dkk 2009)

2.4.2 Air Heaters


Air heater adalah alat pemanas udara penghembus ke bahan
bakar. Prinsip kerja air heater yaitu memanaskan udara yang lewat di
sela-sela pipa dimana didalamnya juga mengalir gas buang dari hasil
pembakaran bahan bakar. Hal ini menjadi sangat penting dalam
penggunaan furnaces yang relatif kecil pada marine boiler. Air heater
terdiri dari dua klasifikasi yaitu luas recuperative dan regeneratif. Pada
12

tipe recuperative, hasil dari pembakaran melewati partisi yang


memisahkan hasil pembakaran dari udara. Dalam pemanas tubular
dinding tabung mentransfer panas dari gas ke udara. Dalam pemanas
dari plat, udara dan gas dipisahkan oleh lempengan plat yang
mengalirkan panas

Gambar 2.8 Tubular Air heater


(Sumber: Gama budi prakoso 2015)

Pada pemanas udara regeneratif, panas pertama disimpan dalam


struktur pemanas itu sendiri. Pemanas udara regeneratif terdiri dari
elemen pemanas yang berdekatan dikemas dalam frame berputar.
Kecepatan putaran tersebut dikendalikan oleh motor listrik yang kecil
agar menjadi konstan. Kecepatan frame dipilih sedemikian rupa
sehingga elemen akan menyerap panas dari gas dengan sistem
perbedaan suhu yang baik dan diwaktu yang sama elemen akan
memanaskan udara pembakaran yang masuk setinggi mungkin.
Penempatan elemen ini diatur sedemikian rupa sehingga permukaan
pemindah panas dapat dengan mudah dikembalikan dan dengan mudah
ditangani oleh bagian yang disebut “baskets” ketika terjadi kerusakan
(korosi dan fouling) yang terjadi pada bagian tersebut. Baskets tersebut
dapat ditambahkan dengan lapisan keramik mirip dengan enamel
porselen untuk melindungi efek korosif dari asam sulfat yang terbentuk
dari hasil pembakaran. Pencabangan udara juga dapat diaplikasikan
untuk menghindari pendinginan yang berlebihan dan juga kondensasi
dari gas buang pada saat beban mesin rendah ataupun pada saat cuaca
dingin. Pemanas terdiri dari kumparan tabung dilengkapi dengan
13

permukaan yang diperpanjang dan biasanya terdiri dari strip sepiral


yang dilas atau dibrazing ke tabung nikel tembaga. Tabung dibentuk
dan diatur antara inlet dan outlet kemudian uap dipasok dan di
kondensasikan oleh udara dingin yang masuk. Kondensat hasil dari
proses tersebut kemudian dihilangkan oleh penyaring uap (steam traps).
Aliran panas yang tidak berhasil dikondensasikan dalam kondensor
maka akan dikembalikan ke boiler melalui udara panas (Gama budi
prakoso, 2015).

2.5 Boiler Term and Definitions


Pemahaman tentang istilah dan definisi dari berbagai bagian dari boiler
sangatlah penting untuk dimengerti. Istilah dan definisi berikut ini
berdasarkan pada asosiasi boiler maker di Amerika.
Nama Definisi
Air (pre) heater Peralatan pemindah panas melalui udara dialirkan dan
dipanaskan oleh media temperatur yang lebih tinggi, seperti
hasil pembakaran atau uap.
Attemperator Peralatan yang digunakan untuk mengurangi dan mengontrol
temperatur dari uap yang sangat tinggi.
Brickpan Sebuah plat dan struktur kerja plat yang mendukung lantai
furnace
Brickwork Lapisan-lapisan refraktori dari furnace
Casing struktur plat baja atau metal yang digunakan untuk menutupi
semua atau sebagian komponen dari mesin ataupun generator
uap.
Chemical feed Pipa didalam boiler drum yang dilalui zat kimia untuk
pipe perlakuan pada boiled water.
Circulation Rasio dari air yang masuk ke dalam sirkuit dan menuju ke
ratio generator uap dengan sirkuit tersebut.
Downcomer Tabung yang ada pada boiler atau sistem dinding air dimana
air tersebut mengalir dari atas tabung ke bawah.
Dry pipe Pipa berlubang atau kotak di dalam drum uap yang terhubung
ke pembuangan uap (steam outlet).
Economizer Alat pemindah panas yang dirancang untuk memanaskan air
umpan atau fluida sebelum masuk ke steam drum dengan
menggunakan sisa dari hasil pembakaran.
14

Feed pipe Pipa yang digunakan untuk mendistribusikan air umpan


didalam drum ketel uap
Fire tube Pipa pada boiler yang memiliki fluida pada sisi luarnya dan
pemanas pada sisi dalamnya, pemanas disini adalah produk
hasil dari pembakaran.
Floor tubes Sebuah pipa yang berada pada bagian dasar tungku
pembakaran dimana jika terbuka ke produk pembakaran pipa
ini berupa pipa generator, tetapi jika diletakkan dibawah
refrastory adalah pipa ini digunakan sebagai pipa penyuplai air
yang menuju drum atau header.
Force Sirkulasi pada boiler dengan menggunakan alat mekanis
Circulation eksternal yang menuju ke boiler
Furnace screen Beberapa pipa, satu atau lebih yang dirancang untuk jalur
lewatnya gas buang hasil pembakaran
Furnace Volume dari tempat pembakaran (furnace) atau penampang
Volume untuk pembakaran
Generating Sebuah pipa dimana uap panas dihasilkan
tubes
Header Sebuah drum yang ukurannya kecil yang hanya digunakan
sebagai pintu masuknya orang (man hole).
Heat Release Jumlah total energi thermal yang berada diatas fixed datum
menuju ke tungku pembakaran. Dapat juga dianggap hasil dari
penghantar minyak per jamnya. Nilai minyak lebih tinggi
daripada nilai kalor, yang dinyatakan dalam Btu per jam per
cubic foot dari volume tungku pembakaran.
Heated down Semua pipa di boiler yang menghasilkan tumpukan sebagai
comer jalur air yang mengalir dari drum uao menuju drum air atau
header.
Heating surface Permukaan yang terjajar panas untuk diserap dan dipindahkan
menuju heating medium. Didalam permukaan ini, terdapat fin,
gills, papan dll yang melekat pada sisi luar pipa dengan tujuan
untuk meningkatkan panas permukaan per meternya dari pipa.
Ligament (tube) Jarak minimum antara dua pipa yang saling berdekatan.
Moisture in- Partikel air yang terbawa pada uap yang ditunjukkan dalam
steam satuan berat (presentase beratnya).
Mud, lower (water Ruang yang bertekanan pada drum atau tipe header yang
drum) diletakkan pada bagian lower extremely dari pipa air boiler
convection bank dimana secara normal disediakan Bersama
15

blow off valve dan secara periodik membuang endapan yang


tertumpuk pada bagian bawah drum.
Natural Sirkulasi air didalam boiler karena perbedaan massa jenis
circulation antara air dalam downcomer dan campuran uap air pada pipa
generator.
Radiant heat Area kerja pipa yang terpampang pada permukaan logam
absorbing seperti pada tungku pembakaran. Termasuk diantaranya adalah
surface (RHAS) dinding, lantai, atap dan dinding partisi pada bidang furnace
exit screen.
Reheater Alat pemindah panas untuk memanskan uap setelah
sebelumnya terjadi pemanasan yang sesungguhnya didalam
boiler.
Riser Sebuah pipa yang dilalui oleh uap dan air yang dapat
menempel pada bagian atas dinding air header dan akan
mengalir ke drum uap.
Steam baffling Alat yang berupa plat-plat, centrifugal separator, atau baffle
yang diatur untuk menghilangkan air dari uap.
Steam or steam Sebuah ruang bertekanan yang terletak pada ujung atas dari
and water drum sebuah sistem sirkulasi boiler dimana didalamnya terdapat
uap yang dihasilkan dan dipisahkan dari air dan dari uap yang
dikeluarkan pada posisi diatas garis air.
Super heater Sebuah kumpulan pipa dimana panas yang diserap dari hasil
pembakaran digunakan untuk meningkatkan temperature dari
uap air yang melewatinya.
Tangent-tube Sebuah dinding air dimana pipa-pipa tersebut saling
wall bersinggungan satu dengan yang lain tanpa ada jarak
diantaranya.
Tube bank Sebuah kumpulan atau grup dari dua baris atau lebih yang
membentuk bagian dari system sirkulasi water tube boiler dan
panas yang dipindahkan dari hasil pembakaran secara
konveksi.
Tube sheet Bagian dari drum atau header dimana ujung ada sebuah pipa
yang menembus.
Unheated down Sebuah pipa yang tidak terpapar terhadap hasil pembakaran
comer dimana air dapat mengalir dari steam drum ke water drum
(header)
Water tube Sebuah pipa pada boiler yang memiliki air dan uap didalamnya
16

dimana pada sisi luarnya terdapat pembakaran.


Water-cooled Sebuah dinding tungku pembakaran yang memiliki watertube
furnace yang dirancang seperti dinding air.
Welded, mono- Sebuah dinding air yang didalamnya terdapat pipa yang dilas
wall, or atau diisi dengan plat diantaranya untuk membentuk furnace
membrane wall wall.

Tabel 1. Boiler Terms and Definition


(Sumber: https://www.scribd.com/document/357483167/84761798-Tugas-Boiler-doc)

2.6 Proses Pembakaran Pada Boiler

Gambar 2.5 Prinsip Pembakaran


(Sumber: Manual Book Boiler PLTU Rembang)
Pada proses pembakaran, diperlukan bahan bakar dan udara (sebagai
sumber oksigen). Pembakaran adalah reaksi kimia yang cepat antara oksigen
dan bahan yang dapat terbakar, disertai timbulnya cayaha dan menghasilkan
kalor. Dalam suatu pembakaran bahan bakar akan menjadi reaksi kimia
antara komponen bahan bakar dengan oksigen, dimana hasil reaksi ini akan
membentuk gas CO2, H2O dan gas – gas lain. Tujuan dari proses
pembakaran adalah melepaskan seluruh panas yang dihasilkan dengan
meminimalkan kerugian – kerugian yang terjadi. Reaksi pembakran elemen –
elemen yang dapat terbakar dalam bahan bakar sehingga menghasilkan panas
merupakan proses yang kompleks, yang memerlukan turbulensi atau
percampuran reaktan yang tepat, temperature yan cukup, dan waktu yang
cukup untuk reaktan terjadi kontak dan bereaksi.
17

Pada kondisi yang ideal proses pembakaran akan terjadi proses


pencampuran oksigen dan bahan bakar yang tepat (pembakaran sempurna)
dan menghasilkan gas CO2 dan H2O. Sehingga tidak ada lagi bahan yang
dapat terbakar (combustible matter) tersisa. Tetapi kondisi seperti ini sangat
sulit terjadi dan bahkan tidak akan pernah terjadi.

2.7 Komponen Dasar PLTU


a. Boiler
Fungsi dari boiler adalah sebagai penghasil uap karena didalam
boiler panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar ditransfer ke
air, kemudian mengubah air (feedwater) menjadi uap panas lanjut
(superheated steam) yang akan digunakan untuk memutar turbin.
b. Turbin uap
Turbin uap merupakan suatu peralatan yangberfungsi untuk merubah
energi yang terkandung dalam uap (entalpi) menjadi energi mekanik
berupa momen putar pada poros turbin.
18

c. Kondensor
Kondensor adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengembunkan
uap dengan jalan mendinginkannya air pembuangan didalam kondensor
disebut air kondensat.
d. Generator
Generator berfungsi untuk mengubah energi putar dari turbin
menjadi energi listrik. Generator yang berputar dengan kecepatan tetap,
menghasilkan energi listrik yang disalurkan ke jaringan interkoneksi dan
selanjutnya didistribusikan ke konsumen (Wahyu Dwi Sasonko dkk,
2019).

2.8 Siklus Rankine

Siklus Rankine adalah siklus daya uap yang digunakan untuk


menghitung atau memodelkan proses kerja mesin uap/turbin uap. Siklus ini
bekerja dengan fluida kerja air. Semua PLTU (pembangkit listrik tenaga uap)
bekerja berdasarkan prinsip kerja siklus Rankine. Siklus Rankine pertama kali
dimodelkan oleh: William John Macquorn Rankine, seorang ilmuan
Scotlandia dari Universitas Glasglow. Untuk mempelajari siklus Rankine,
terlebih dahulu kita harus memahami tentang T-s diagram untuk air. Berikut
ini adalah T-s diagram untuk air
19

2.8.1 Diagram T-s Untuk Air

Gambar 2.6 Diagram T-s Untuk Air


(Sumber : NBS/NRC Steam Tables/1 by Lester Haar, John S.
Gallagher, and George S. Kell )

T-s diagram adalah diagram yang menggambarkan hubungan


antara temperatur (T) dengan entropi (s) fluida pada kondisi tekanan,
entalpi, fase dan massa jenis tertentu. Jadi pada diagram T-s terdapat
besaran-besaran tekanan, massa jenis, temperatur, entropi, entalpi dan
fase fluida.
Sumbu vertikal T-s diagram menyatakan skala temperatur dan
sumbu horizontal menyatakan entropi. Terdapat 2 sistem satuan untuk
T-s diagram yaitu sistem satuan internasional seperti pada gambar 1 dan
sistem satuan Inggris. Menggunakan diagram ini perlu diperhatikan
sistem satuan yang digunakan. Selain itu masing-masing jenis fluida
mempunyai diagram T-s nya sendiri-sendiri dan berbeda satu dengan
lainnya. Misalnya T-s diagram untuk air tidak akan sama dengan T-s
diagram untuk freon R12 dan tidak akan sama dengan Ts diagram untuk
20

amoniak. sumber:http://mythermodynamicsblog.blogspot.com/2015/05/
siklus-rankine.html).
Selain diagram T-s juga dikenal Mollier diagram atau h-s
diagram. Berikut ini adalah H-s diagram untuk air.

2.8.2 H-s Diagram Untuk Air

Gambar 2.7 H-s diagram untuk air


(Sumber: http://mythermodynamicsblog.blogspot.com/2015/05/siklus-
rankine.html).
Diagram H-s menggambarkan hubungan antara energi total
(entalpi (h)) dengan entropi (s). Sama seperti diagram T-s, untuk setiap
fluida memiliki diagram h-s nya sendiri-sendiri. Kedua diagram ini
dapat digunakan untuk menghitung kinerja pembangkit listrik tenaga
uap dengan menggunakan siklus Rankine.
Bila kita memanaskan air dari kondisi cair misalnya pada tekanan
konstan 1 atm dan  mulai dari temperatur 18oC hingga temperatur
230oC, maka pada diagram T-s dapat digambar sebagai berikut.
21

2.7.3 Proses pemanasan air dari 18 oC hingga 230 oC pada tekanan 1 atm
(101,325 kPa)

Gambar 2.8 proses pemanasan air dari 18 oC hingga 230 oC pada


tekanan 1 atm (101,325 kPa)
(Sumber: http://mythermodynamicsblog.blogspot.com/2015/05/siklus-
rankine.html).
Proses pemanasan air dapat digambarkan pada diagram T-s
seperti pada gambar 4 di atas. Pada tekanan 1 atm, air dengan
temperatur awal 18 oC memiliki entropi 0,28 kJ/kg.K, bila dipanaskan
maka temperatur air akan naik mengikuti garis tekanan konstan hingga
mencapai titik temperatur didih yaitu untuk tekanan 1 atm titik didih air
adalah 99,98 oC. atau entropi air bertambah dari 0,28 kJ/kg.K menjadi
1,3 kJ/kg.K. Entalpi air bertambah dari 82 kJ/kg menjadi 418 kJ/kg. ini
22

adalah energi total (entalpi) yang dibutuhkan untuk memanaskan air


dari kondisi cair pada temperatur 18oC menjadi air siap mendidih
(berubah fase) pada temperatur 99,98 oC. Pada diagram T-s proses
mengikuti garis A-B.
Bila panas terus diberikan, temperatur air tidak akan naik tetapi
terjadi perubahan fase air dari fase cair menjadi fase gas. Perubahan
fase ini mengikuti garis B-C. Pada proses ini terjadi penyerapan kalor
(energi) yang digunakan untuk mengubah fase zat, pada kondisi
temperatur konstan. Energi yang diserap ini tidak dapat di ukur dengan
mengunakan termometer karena temperatur fluida tidak berubah. Oleh
sebab itu, proses ini disebut proses penyerapan panas laten (non
sensibel heat). Pada proses ini entropi air bertambah dari 1,3 kJ/kg.K
menjadi 7,6 kJ/kg.K. Proses terus berlanjut hingga titik C yaitu titik
yang tepat berada pada garis uap jenuh. Pada titik C semua molekul air
telah berubah menjadi fase gas. Antara titik B dan titik C adalah kondisi
2 fase yaitu  campuran gas dan cair. Kadar uap dalam campuran ini
disebut faktor kebasahan atau sering disingkat dengan huruf X. besar
faktor kebasahan dapat dihitung dengan mengunakan rumus :

(2.1)

Keterangan :
X : Faktor kebasahan (%) menyatakan persentase uap
hg(t) : Entalpi uap pada temperatur fluida tertentu (kJ/kg)
hf : Entalpi cair (kJ/kg)
hfg : Entalpi perubahan dari cair ke gas (kJ/kg)
sg(t) : Entropi uap pada temperatur fluida tertentu (kJ/kg.K)
sf : Entropi cair (kJ/kg.K)
sfg : Entropi perubahan dari cair ke gas (kJ/kg.K)
23

Misalkan pada proses pemanasan air di atas, kita hendak


mengetahui berapa kadar uap pada saat entropi air = 4 kJ/kg.K, maka
kadar uap dapat dihitung :

(2.2)

Artinya pada saat entropi fluida mencapai 4 kJ/kg.K kadar uap


dalam campuran adalah 44,6 %. Angka ini dapat dengan mudah
ditentukan melalui T-s diagram.
Pada titik C air berada dalam kondisi uap jenuh atau 100 % uap.
Bila energi (panas) terus diberikan maka uap jenuh akan berubah
menjadi uap panas lanjut. Pada proses pemanasan uap panas lanjut,
tekanan dan temperatur fluida akan naik. Tetapi bila proses pemanasan
ini dilakukan pada tekanan konstan maka akan mengikuti garis C-D.
Proses yang telah kita bahas ini adalah proses sederhana yang
berlangsung pada saat kita memanaskan air. Proses ini hampir sama
dengan proses yang terjadi di dalam boiler pada unit pembangkit uap di
PLTU.
Skema siklus rankine ideal Sederhana dapat dilihat pada gambar
berikut :

Gambar 2.9 Skema Siklus Rankine Ideal Sederhana


(Sumber :http://mythermodynamicsblog.blogspot.com/2015/05/siklus-rankine.html).
24

Gambar 2.10. Siklus Rankine


(Sumber : Wahyu Dwi Sasonko dkk,2019)

Proses 1-2 : Ekspansi isentropis dari fluida melewati turbin dari


keadaan uap jenuh pada keadaan 1 ke tekanan kondenser.
Proses 2-3 : Tansfer panas dari fluida selama perjalanannya melewati
kondenser dengan cairan jenuh pada keadaan 3.
Proses 3-4 : Kompresi isentropis dalam pompa ke keadaan 4 dalam
daerah cairan terkompresi.
Proses 4-1 : Transfer panas kepada fluida selama perjalanannya
melewati boiler pada tekanan tetap untuk mengakhiri
siklus.
Pada siklus Rankine ideal sederhana. Air dipompa oleh pompa
pengisi boiler ke dalam boiler. Pompa yang bertugas untuk
memompakan air ke dalam boiler disebut feed water pump. Pompa ini
harus dapat menekan air ke boiler dengan tekanan yang cukup tinggi
(sesuai dengan tekanan kerja siklus). Secara ideal pompa bekerja
menurut proses isentropis (adiabatis reversibel) dan secara aktual
pompa bekerja menurut proses adiabatis irreversibel (Wahyu Dwi
Sasonko dkk, 2019).
Di dalam boiler, air yang bertekanan tinggi dipanaskan hingga
menjadi uap panas lanjut, prosesnya adalah sebagai berikut:

1. Ekonomiser, air pertama-tama masuk ke ekonomiser. Ekonomier


berfungsi sebagai pemanas awal. Sesuai namanya alat ini berfungsi
25

untuk meningkatkan efisiensi boiler dengan cara menggunakan


panas sisa gas buang untuk memanaskan awal air yang masuk ke
boiler.
2. Evaporator, dari ekonomiser, air masuk ke drum penampung air di
evaporator. Di dalam evaporator air dipanaskan melalui pipa-pipa
evaporasi hingga berubah menjadi uap. Uap air yang keluar dari
evaporator adalah uap jenuh.
3. Superheater, selanjutnya uap jenuh dari evaporator masuk ke
superheater. Superheater adalah alat penukar kalor yang dirancang
khusus untuk memanaskan uap jenuh menjadi uap panas lanjut
dengan menggunakan gas panas hasil pembakaran. Uap panas lanjut
yang keluar dari superheater siap digunakan untuk memutar turbin
uap.
Uap panas lanjut dari boiler kemudian dialirkan ke turbin uap
melalui pipa – pipa uap. Di dalam turbin uap , uap panas lanjut
diekspansikan dan digunakan untuk memutar rotor turbin uap. Proses
ekspansi di dalam turbin uap berlangsung melalui beberapa tahap yaitu :
1. Proses ekspansi awal di dalam turbin tekanan tinggi (roda Curtis)
Uap panas lanjut yang bertekanan tinggi diekspansikan di
nosel dan kemudian digunakan untuk memutar roda Curtis. Roda
Curtis adalah turbin uap jenis turbin implus. Pada roda Curtis terjadi
penurunan tekanan yang signifikan.
2. Proses ekspansi pada turbin tingkat menengah.
Turbin tingkat menengah menggunakan turbin jenis reaksi dan
tersusun atas beberapa tingkat turbin.
3. Proses ekspansi tingkat akhir.
Pada tingkat akhir ini uap terus diekspansikan hingga tekanan
sangat rendah (biasanya dibawah tekanan atmosfir ) dengan bantuan
kondensor. Putaran poros yang dihasilkan dari proses ekspansi uap
panas lanjut di dalam turbin digunakan untuk memutar beban. Beban
dapat berupa generator listrik seperti di PLTU atau propeler (baling-
26

baling) untuk menggerak kapal. Uap tekanan rendah dari turbin uap
mengalir ke kondensor. Di dalam kondensor, uap didinginkan
dengan media pendingin air hingga berubah fase menjadi air.
Kemudian air ditampung di dalam tangki dan dipisahkan dari gas-
gas yang tersisa dan siap untuk dipompa ke dalam boiler oleh pompa
pengisi boiler. Proses ini terus berlanjut dan berulang membentuk
sebuah siklus yang disebut siklus Rankine.
Pada siklus Rankine ideal. Ke 4 alat dianggap bekerja pada
kondisi Steady flow. Sehingga persamaan energi untuk kondisi steady
flow dapat ditulis :

(2.3)

Dimana :
kj
Q¿ = Kalor yang masuk ( )
kg
kj
Q out = Kalor yang terbuang ( )
kg
kj
H1 = Entalpi panas yang keluardari boiler
kg
kj
W¿ = Kerja masuk turbin ( )
kg
kj
W out = Kerja keluar turbin ( )
kg
Beberapa proses yang berlangsung pada masing-masing alat
adalah :

Kerja pompa :

(2.4)

Dimana :
27

kj
W p = Kerja pompa
kg
V = Volume spesifik
P1 =Tekanan aliran keluar pompa (kPa)
P4 = Tekanan aliran masuk pompa (kPa)
kj
h1 = Entalpi panas yang keluar dari boiler ( )
kg
kj
h 4 = Entalpi air yang keluar dari pompa ( )
kg

Dimana V adalah volume spesifik yang besarnya


Kalor masuk ke boiler :

(2.5)

Dimana :
kj
Q¿ = Kalor yang masuk
kg
kj
h2 = Entalpi uap masuk ke kondensor
kg
kj
h1 = Entalpi panas yang keluar dari boiler
kg
Kerja yang dihasilkan turbin uap :

(2.6)
Dimana :

kj
W t = Kerja turbin ( )
kg

kj
h2 = Entalpi uap masuk ke kondensor ( )
kg

kj
h3 = Entalpi air masuk ke kondensor ( )
kg
28

Kalor yang dibuang oleh kondensor :

(2.7)

Dimana :

kj
Q out = Kalor keluar ( )
kg
kj
h3 = Entalpi air masuk ke kondensor ( )
kg
h4 = Entalpi air yang keluar dari pompa (kj/ kg)
Efisiensi thermal siklus Rankine ideal sederhana dapat dihitung :

Dimana : (2.8)

Dimana :

ηth = Efisiensi thermal siklus Rankine ideal sederhana (%)

W net = Kerja Netto yang dihasikan (lc)

kj
WT = Kerja Turbin ( ¿
kg

kj
WP = Kerja Pompa ( )
kg

Untuk menghitung kinerja siklus Rankine, diperlukan tabel sifat-


sifat air dan uap air. Berikut ini tabel sifat-sifat air dan uap air
(sumber :http://mythermodynamicsblog.blogspot.com/2015/05/siklus-
rankine. html)
29

2.7.4 Untuk uap jenuh variabel tetap temperatur air

Gambar 2.11 Tabel Uap Jenuh Variabel Tetap Temperatur Air


(Sumber :Http://Mythermodynamicsblog.
Blogspot.Com/2015/05/Siklus-Rankine.Html)
30

Gambar 2.12 Tabel Uap Jenuh Variabel Tetap Temperatur Air


(Sumber :Http://Mythermodynamicsblog.Blogspot.Com/2015/05/Siklus-
Rankine.Html)
31

2.7.5 Untuk Uap Jenuh Dengan Variabel Tetap Tekanan

Gambar 2.13 Tabel Uap jenuh dengan variabel tetap tekanan


(sumber :http://mythermodynamicsblog.blogspot.com/2015/05/siklus-
rankine.html)
32

Gambar 2.14 Tabel uap jenuh dengan variabel tetap tekanan


(Sumber: http://mythermodynamicsblog.blogspot.com/2015/05/siklus-
rankine.html)
33

2.7.6 Untuk Uap Panas Lanjut

Gambar 2.15 Tabel Uap panas lanjut 1


(Sumber :http://mythermodynamicsblog.blogspot.com/2015/05/siklus-
rankine.html)
34

Gambar 2.16 Tabel Uap Panas Lanjut 2


(Sumber :http://mythermodynamicsblog.blogspot.com/2015/05/siklus-
rankine.html)
35

Gambar 2.17 Tabel Uap Panas Lanjut 3


(Sumber: http://mythermodynamicsblog.blogspot.com/2015/05/siklus-
rankine.html)
36

2.8 Perhitungan Efisiensi

Menurut Winanti, W.S dan T. Prayudiada dua metode yang biasa digunakan
untuk menentukan efisiensi boiler yaitu metode langsung (input & output heat
method) dan metode tidak langsung (heat loss method).

2.8.1 Metode Langsung (Direct Method)


Dikenal juga sebagai ‘Direct Method’ karena metode ini hanya
memerlukan keluaran/output (steam) dan panas masuk/input (bahan bakar)
untuk evaluasi efisiensi. Efisiensi ini dapat dievaluasi dengan menggunakan
persamaan:

Efisiensi Boiler :

Panas masuk
(η) x 100% (2.9)
Panas keluar

Efisiensi Boiler :

( η ) =Q x ¿ ¿x 100% (2.10)

Dimana :
(η) = Efisiensi Bahan Bakar Boiler (%)
Q = Debit uap air keluar boiler (kg/jam)
hg = Entalpi uap keluar boiler ( kkal/kg )
hf = Entalpi air masuk umpan (kkal/kg)
q = Debit kebutuhan bahan bakar (kg/jam)
GCV = Gross Calorific Value atau nilai kalor spesifik bahan bakar
(kkal/kg)
Standar acuan untuk uji boiler di tempat dengan mengguakan
metode tidak langsung adalah British Standar, BS 845:1987 dan USA
Standar ASME PTC -4-1 Power Test Code Steam Generating Units.
Metode tidak langsung juga dikenal sebagai metode kehilangan
panas. Efisiensi dapat dihitung dengan mengurangkan bagian
kehilangan panas dari 100 sebagai berikut :

( η ) =100−(i+ii+ iii+iv+ v + vi+ vii) (2.11)


37

Dimana :
η: Efisiensi Boiler
Kehilangan yang terjadi dalam boiler adalah kehilangan panas
yang di akibatkan oleh:
i : Gas cerobong yang kering
ii : Penguapan air yan terbentuk karena H 2dalam bahan bakar
iii : Pernguapan kadar air dalam bahan bakar
iv : adanya kadar air dalam udara pembakaran
v : Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu terbang /fly ash
vi : Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu bawah /bottom ash
vii : Radiasi dan kehilangan lain yang tidak terhitung
Data yang diperlukan untuk perhitungan efisiensi boiler secara
tidak langsung adalah:
 Analisis ultimate bahan bakar (H2, O2, S, C, kadar air, kadar abu
 Persentase O2 atau CO2 dalam gas buang
 Suhu gas buang dalam oC (Tf)
 Suhu ambien (Ta) dan kelembaban udara dalam kg/kg udara kering
 GCV bahan bakar dalam kkal/kg
 Persentase bahan yang dapat terbakar dalam abu (untuk bahan bakar
padat)
Prosedur perhitungan efisiensi boiler metode tidak langsung adalah
sebagai berikut :
Tahap 1: Menghitung kebutuhan udara teoritis

(2.12)

Tahap 2 : Menghitung persen kelebihan udara yang dipasok (EA)

( 2.13)

Tahap 3: Menghitung massa udara sebenarnya yang dipasok/ kg bahan


bakar (ASS)
38

(2.14)

Tahap 4: Memperkirakan seluruh kehilangan panas

Langkah I: Presentase kehilangan panas yang diakibatkan oleh gas


buang kering (L1)

(2.15)

Dimana :

M = Massa gas buang kering kg/kg bahan bakar


CP = Panas jenis gas buang (kkal/kg)
GCP = Bahan bakar dalam (kkal/kg)
Tf = Suhu Gas Buang dalam ℃
Ta = Suhu ambien dan kelembapan udara dalam (kg/kg) udara kering
Langkah II : Persen kehilangan panas karena penguapan air yang
terbentuk karena H2 dalam bahan bakar (L2)

(2.16)
Dimana :
H2 = persen H 2dalam 1 kg bahan bakar
CP = panas jenis steam lewat jenuh/ superhead steam (kkal/kg)
Tf = Suhu gas buang dalam ℃
kg
Ta = Suhu embien dan kelembapan udara dalam ( )
kg
kkal
GCV = Bahan bakar dalam ( )
kg
Langkah III : Persen kehilangan panas karena penggunaan kadar air
dalam bahan bakar (L3)

(2.17)
39

Dimana :
m = Total massa gas buang (%)
CP = Panas jenis steam lewat jenuh/ superhead steam (kkal/kg)
Tf = Suhu gas buang dalam ℃
kg
Ta = Suhu embien dan kelembapan udara dalam ( )
kg
kkal
GCV = Bahan bakar dalam ( )
kg
Langkah IV : Persen kehilangan panas karena kadar air dalam udara (L4)

(2.18)

Dimana :
AAS = Massa udara yang sebenarnya yang dipasok/kg
CP = Panas jenis steam lewat jenuh/ superhead steam (kkal/kg)

Tf = Suhu gas buang dalam ℃

kg
Ta = Suhu embien dan kelembapan udara dalam ( )
kg
kkal
GCV = Bahan bakar dalam ( )
kg
Langkah V = Kehilangan panas karena karena konversi C ke CO (L5)

(2.19)

Dimana :
%CO = Persentase dalam gas buang
kkal
GCV = Bahan bakar dalam ( )
kg
40

Langkah VI : Kehilangan panas karena radiasidan konvesi (L6)

(2.20)

Dimana :
T S= Temperatur luar (℃)
kg
T a= Suhu embien dan kelembapan udara dalam ( )
kg
Tahap VII : Persen kehilangan panas karena bahan bakar yang tidak
terbakar dalam abu terbang/fly ash (L7)

(2.21)

Tahap VIII : Persen kehilangan panas karena bahan bakar yang tidak
terbakar dalam abu bawah/ bottom ash (L8)

L8 (2.22)
41

2.8.2 Data yang digunakan

Tabel 2.1 Data Boiler Yang Digunakan Pada Penelitian

Boiler Parameter
SH Steam Flow D t/h
SH Steam Temperatur T ℃
SH Steam Outlet Pressure Pgr Mpa
Feedwater Temperatur Tw ℃
Cool Air Temperature Ta ℃
Performace Parameter
Flue Gas Loss Q2 %
Chemical Fractional Q3 %
Combussion loss
Physics Fractional Q4 %
Combussion Loss
Eksternal Heat Loss Q5 %
Bed Ash Heat Loss Q6 %
Thermal Efficiency (LHV) H %
Fuel Quantity B t/h
Ca/S Molar Ratio Ca/S /
Limestone Quantity t/h
Condenser
Steam Pressure P Mpa

Tabel 2.2 Data Bahan Bakar yang digunakan dalam Penelititan

Fuel Characteristic
Carbon C daf %
Hydrogen H daf %
Oxygen O daf %
Nitrogen N daf %
Sulfur Sdaf %
Muisture M ar %
Ash Aar %
Volatie matter V ar %
Low heat value GCV kCal/kg
Grindability index HGI L
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


42

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 juni sampai selesai, di PT. TSI


(Tsingshan Steel Indonesia ) Morowali Unit 1 (Boiler).
Data yang diambil meliputi spesifikasi boiler dan turbin uap di PLTU
Morowali. Data operasional boiler tidak dapat diambil Tanpa izin dan
Bimbingan dari Petugas Operator PLTU tempat penelitian
3.2 Prosedur Penelitian
Proses penelitian dimulai dengan studi literatur mengenai boiler (ketel
uap), teori termodinamika tentang siklus Rankine, dan cara kerja PLTU PT.
TSI (Tsingshan Steel Indonesia) Morowali unit 1 (Boiler). Proses selanjutnya
adalah pengumpulan data. Data yang dikumpulkan diperoleh langsung dari
petugas PLTU PT. TSI. Setelah data dikumpulkan, data selanjutnya diolah
untuk menentukan efisiesi termal dari boiler unit 1 (Boiler). Tahap
selanjutnya adalah pembahasan dan penarikan kesimpulan berdasarkan hasil
pengolahan yang telah dilakukan.
43

3.3. Diagram Alir Penelitian

Mulai

Studi Literatur

Observasi

Identifikasi Masalah

Pengumpulan Data dan


Pengujian

Analisa Data

Hasil dan Pembahasan

Selesai
44

DAFTAR PUSTAKA

Hendari, Suhengki. (2017). “Analisa Efisiensi Boiler Dengan Metode Head Loss
Sebelum dan Sesudah Overhaul PT. Indonesia Power UBP PLTU Lontar
Unit 3”. Jurnal Power Plant Vol.4 No.4 Jurusan Teknik Mesin STT- PLN
(STT-PLN).

Christian Tellu Karaeng, Iswandi, Firman, Muh. Nuzul. (2013) “Analisis Kinerja
Boiler pada PLTU Unit 1 PT. Semen Tonasa”. Sinergi No.1, tahun 11,
April 2013.

I Nyoman Gunung dan I Nengah Ludra Antara. (2012).”Analisis Terjadinya


Batu Ketel Pada Ketel Uap Pipa Air Di Bali Ina Hotel –Sanur”.

Yolanda Prafitasari, Mariana B. Malino, Muhlasa Novitasari Mara, (2017)


“Analisis Efisiensi Boiler Menggunakan Metode Langsung”.

Singgih Hidayanto. (2016). “Analisis Performa Water Tube Boiler Kapasitas 115
Ton/Jam di PT. Pertamina Refinery Unit VI Balongan Indramayu”.

Hanzen Yauri Kurniawan’1’ Hardi Gunawan ’2’ Beni Maluegha ’3’. (2014).
“Kajian Efisiensi Thermal dari boiler di pembangkit listrik tenaga uap
amurang”. Jurnal online poros teknik mesin Vol 4 No 2.

https://www.scribd.com/document/357483167/84761798-Tugas-Boiler-doc

http://mythermodynamicsblog.blogspot.com/2015/05/siklus-rankine.html

Wahyu Dwi S, Dr. Eng Ir. Hardiansyah M.T, Muhammad Ivanto S.T. M,T. (2019)
‘”Analisis Perhitungan Efisiensi Boiler Kapasitas 55 Ton /Jam PT. PJB
(Pembangkit Jawa Bali).

Widiatmini Sih Winanti dan Teguh Prayudi Peneliti. (2006). “Perhitungan


Efisiensi Boiler Pada Industri-Industri Tepung Terigu” di Pusat Teknologi
Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Wirda, Iskandar, Azharuddin, Steffi Monic Taroma. (2014). Biogas Sebagai


bahan bakar alternatif Pada steam power plant (Uji Kinerja Biogas
Sebagai Bahan Bakar Pada Boiler).

Dwi Ardiyato Effendy. (2013). “Rancang Bangun Boiler Untuk Proses


Pemanasan Sistem Uap Pada Indusri Tahu dengan Menggunakan CATIA
V5”.
45

Muhammad Sjahid Akbar, Fredi Suryadi, Dedy Dwi Prasetyo. (2009). “Kinerja
Economizer Pada Boiler”. Jurnal Teknik Industri, Vol 11, No.1.

Deny Priadmoko. (2019). “ Analisis Performa Alat Penukar Kalor Sistem Air
Pendingin Siklus Tertutup Di PLTU Teluk Sirih”. Teknik Mesin, Fakultas
Teknologi Industri Universitas Bung Hatta 2019.

Gama Budi Prakoso. (2015). “Analisa Pengaruh Unjuk Kerja Air Pre Heater
Sebelum dan Sesudah Overhaul Terhadap Efesiensi Boiler Unit 3 Pltu
Banten 3 Lontar”.

Anda mungkin juga menyukai