Data yang dikumpulkan tidak semuanya merupakan data yang dapat langsung
digunakan, tetapi harus diolah terlebih dahulu sebelum digunakan untuk
merencanakan bentuk sistem drainase pada Pit 6 B, PT Jhonlin Baratama.
Tabel 4.1. Curah Hujan 2007-2016 Wilayah Site Sudan PT Jhonlin Baratama
Data curah hujan diatas, merupakan data mentah yang belum bisa digunakan
langsung untuk perencanaan tambang, tetapi perlu diolah terlebih dahulu
menggunakan prinsip statistika. Analisis curah hujan rencana ini dilakukan untuk
mengetahui curah hujan maksimum yang diperkirakan akan terjadi dalam kurun waktu
𝑆
𝑋=𝑥+ . (𝑌𝑡 − 𝑌𝑛)
𝑆𝑛
Keterangan:
X = Perkiraan CH diharapkan terjadi pada periode ulang T tahun (mm)
x = Nilai rata-rata curah hujan maksimum (mm)
S = Simpangan baku/ standar deviasi
Sn = Reduced standard deviation (tergantung jumlah sampel)
Yt = Reduce variate (nilai berbeda tiap periode ulang)
Yn = Reduced mean (tergantung jumlah sampel)
Rincian perhitungan curah hujan rencana dapat dilihat pada tabel berikut:
CH Reduce
Maksimum Reduce Mean Std Dev
No tahun (X - Xbar)^2 m n (Yn - Ynbar)^2 Std Dev
(Yn) (S)
(mm) (Sn)
Curah Hujan
Periode ulang Rata-rata C H Reduce variate (Yt) Yn bar Sn S Rencana
(Tahun) Maks (mm) (mm)
2 136,130 0,367 0,495 1,001 44,961 130,349
2
𝑋 243
𝐼= 𝑥
24 𝑇𝑐
𝐻
𝑆=
0,9 𝑥 𝐿
Keterangan:
I = Intensitas Curah Hujan (mm/jam)
X = Curah Hujan Rencana (mm)
Tc = Waktu konsentrasi (jam)
L = panjang lintasan air dari titik terjauh ke titik pengamatan (km)
S = Kemiringan rata-rata daerah lintasan air
H = beda tinggi titik terjauh sampai daerah tinjauan (m)
L = Jarak lintasan air dari titik terjauh ke titik pengamatan (m)
2
130,433 24 3
𝐼= 𝑥
24 7,415
= 5,434 x 2,197
= 11,931 mm/jam
Perhitungan Intensitas Curah Hujan Rencana dapat dilihat pada tabel 4.4:
Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa intensitas curah hujan untuk Pit 6
B tahun 2017 adalah sebesar 11,931 mm/jam.
Debit air limpasan adalah besarnya air yang mengalir pada permukaan tanah
persatuan waktu. Untuk menghitung atau menentukan besarnya debit air limpasan
permukaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus rasional sebagai berikut:
Dimana:
Q = Debit air limpasan (m³/detik)
C = Koefisien limpasan (tabel 2.2)
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas daerah tangkapan hujan (km²)
Dari rumus rasional tersebut terlihat bahwa yang berpengaruh terhadap
besarnya air limpasan pada masing-masing daerah pengaruh adalah koefisien
pengaliran, intensitas curah hujan dan luas daerah tangkapan hujannya. Jadi
perhitungan debit limpasan, sebagai berikut:
Debit limpasan:
Q = 0,278 x C x I x A
= 0,278 x 0,9 x 11,931 x 1,42
= 4,239 m³/detik
4.1.7 Pemompaan
Pompa yang digunakan yaitu 3 unit pompa tipe KSB DnD 200-5HX dan 1 unit
CAT Sykes HH 220i (tabel 4.5).
Diamater 300 mm
No Type Pompa X (cm) RPM m3/hari
Ltr/Detik m3/Jam
1 KSB DnD 200-5HX 110 1400 0,328 1,145
2 KSB DnD 200-5HX 84 1350 0,243 875
3 Cat Sykes HH 220i 55 1800 0,158 572 21,510
4 KSB DnD 200-5HX 96 1400 0,275 993
Jumlah 1,006 3585
Rata-rata 0,251 896,25
2.684,212 𝑚³/ℎ𝑎𝑟𝑖
=
(21,510 𝑚³/ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑥 4)
Dari hasil perhitungan diatas maka diperoleh debit air maksimum yang harus
dialirkan pada saluran adalah:
a. Q = 0,25 liter/detik
b. Dimensi saluran
Diketahui: Debit = 0,25 liter/detik
2 1
1
Q = . R3 . S2 . A
n
b = 2 ( √1 + 𝑧² - ƻ) h
1
= 2((1+0,582) 2
– 0,58). h
= 2(1,156 – 0,58). h
= 1,152 h
A
R =
P
Dimana:
A = (b + z . h ) h
= (1,152 h + 0,58 . h) h
= 1,732 h2
P = b + 2h 1 ( z ) 2
= 1,152 h + 2 h 1 ( 0,58 ) 2
= 3,464 h
Maka:
A
R =
P
1,7321 h 2
3,464 h = 0,500
= 0,5 h
2 1
1
Q = . R3 . S2 . A
n
2 1
1
0,25 = (0,5 h) . (0,058) 2 .1,7321 h2
3
0,025
8
= 10,5229 h 3
= 0,085 m
3
8
h = 0,085
b = 1,152 h
= 1,152 x 0,4
𝑏 0,5
h = =
1.152 1,152
= 0,434 m
A = 1,7321 h2
= 1,7321 (0,434)2
= 0,326 m2
P = 3,464 h
= 3,464 x 0,434
= 1,503 m
𝐴
R = 𝑃
0,326
= 1,503
= 0,216 m
2 1
1
QA = . R3 .S2 . A
n
2 1
1
= x (0,206) 3 x (0,058) 2
x (0,326)
0,025
= 1,13 m3/det > 0,69 m3/det
S = 5,8 %
w = 0,20 + 0,30 . h
= 0,93 meter
Kedalaman saluran (d)
d = h+w
= 0,43 + 0,93
= 1,36 meter
Lebar atas saluran (B)
B = b + 2x x = z. (h+w)
= 0,5 + 2 (1,94) = z.d
= 0,813 meter = 0,58 x 1,36
= 1,94 meter
Kolam pengendapan yang akan direncanakan di area Pit 6 B yaitu settling pond.
Dimana settling pond dibuat dengan tujuan untuk menetralkan air asam yang berasal
dari sumuran (sump) PIT 6 B yang kemudian akan dialirkan ke sungai.
4.2 Pembahasan
Tingginya debit air limpasan pada musim hujan selalu menjadi penghambat
dalam aktivitas penambangan di area Pit 6 B, sehingga adanya genangan air di lantai
dasar tambang dan alat-alat mekanis terganggu. Penelitian ini dimaksudkan untuk
melakukan perencanaan sistem penirisan di area Pit 6 B dengan sistem penyaliran
(mine dewatering) untuk mengeluarkan air yang masuk ke dalam lokasi penambangan
yang berasal dari air hujan, maka untuk itu penulis merencanakan membuat saluran
dan kolam pengendapan yang bertujuan untuk mengatasi debit air limpasan yang ada
Data curah hujan historikal yang digunakan adalah data curah hujan site sudan
2007-2016 yang diperoleh dari Mining Departement PT. Jhonlin Baratama. Sebelum
dilakukan analisis curah hujan, terlebih dahulu dilakukan perhitungan curah hujan
rata-rata dengan menjumlahkan nilai curah hujan maksimum harian kemudian dibagi
jumlah dari data tersebut. Dari perhitungan data curah hujan tersebut diketahui data
curah hujan terendah terjadi pada tahun 2009 sebesar 79,5 mm/bulan, sedangkan curah
hujan tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 194,0 mm/bulan serta rata-rata curah
hujan maksimumnya diketahui sebesar 136,130 mm/bulan.
Curah hujan rencana adalah hujan maksimum yang mungkin terjadi selama umur
dari sarana penirisan tersebut. Curah hujan rencana di peroleh dengan cara mengolah
data-data curah hujan harian tertinggi tiap tahun selama 10 tahun dari tahun 2007-
2016, dari hasil pengolahan, diketahui curah hujan rencana sebesar 130, 344 mm. Pada
penelitian ini penulis untuk mengolah data curah hujan harian maksimal menggunakan
metode Metode Gumbel.
Debit air limpasan adalah besarnya air yang mengalir pada permukaan tanah per
satuan waktu. Untuk menentukan besarnya debit air limpasan permukaan dapat
dihitung dengan menggunakan data curah hujan, intensitas curah hujan, dan koefisien
limpasan. Jadi hasil perhitungan debit limpasan yang dihitung berdasarkan rumus
“rasional” (Gautama, 1999) pada Pit 6B sebesar 4,239 m3/detik.
Saluran ini akan dibuat dalam bentuk trapesium karena bentuk ini mempunyai
kestabilan kemiringan dinding yang dapat disesuaikan, dapat menampung debit air
yang besar dan juga terhitung mudah dalam proses pembuatannya.
Dari hasil perhitungan maka diperoleh debit air maksimum yang harus dialirkan
pada saluran adalah:
Q = 0,25 m³/detik
Keterangan:
Dari hasil perhitungan debit air limpasan, maka dimensi settling pond yang akan
dibuat di area Pit 6 B yaitu berbentuk zig-zag, dengan 3 kolam settling pond.
Adapun dimensi kolam pengendapan yang direncanakan sesuai dengan hasil
perhitungan (4.1), maka didapat ukuran dimensi untuk kolam Pengendapan sebagai
berikut:
59,75 m
Inlet
Komperter I Vt = 10.755 m³ Komperter III
15 m 15 m 15 m
Komperter II Outlet
Komperter I
4m
Maksimum dapat
menampung 3.585 m³
Keterangan:
Vt = Total volume sediment pond
Vk = Volume tiap kolam sediment pond
A = Luas sediment pond
P = Panjang sediment pond
Q = Debit Maksimal Pemompaan
t = Waktu konsentrasi
d = Kedalaman yang direncanakan