Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN

Data yang dikumpulkan tidak semuanya merupakan data yang dapat langsung
digunakan, tetapi harus diolah terlebih dahulu sebelum digunakan untuk
merencanakan bentuk sistem drainase pada Pit 6 B, PT Jhonlin Baratama.

4.1.1 Daerah Tangkapan Air Hujan (Cacthment Area)


Berdasarkan pengukuran pada peta kontur dengan mengunakan MineScape 5.7
maka untuk daerah tangkapan hujan (DTH), Didapatkan luas daerah tangkapan hujan
secara keseluruhan sebesar 1.421,219 m2 atau 142,12 ha atau 1,42 km².

Gambar 4.1 Daerah Tangkapan Hujan (Cacthment Area) (PT. Jhonlin


Baratama)

4.1.2 Sumuran (Sump)


Sumuran (sump) dibuat harus lebih rendah dari daerah sekitarnya, sehingga air
mudah untuk mengalir menuju sumuran. Pada prinsipnya sump diletakkan jauh dari
aktifitas penggalian, jenjang di sekitarnya tidak mudah longsor dan mudah untuk
dibersihkan. Untuk menentukan volume air sumuran (sump) dalam penelitian ini
digunakan software minescape 5.7.

Hasil dan Pembahasan 29


4.1.3 Curah Hujan

Pengambilan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data curah hujan


selama 10 tahun dengan mengambil data curah hujan harian tertinggi tiap tahun selama
10 tahun dari tahun 2007-2016. Data curah hujan tahun 2007-2016 diperoleh dari
badan Meteorologi dan Geofisika Kota Balikpapan, sedangkan data curah hujan Tahun
2007-2016 diperoleh dari Lokasi PT Jhonlin Baratama.
Penentuan frekuensi maksimum curah hujan harian didasarkan pada data-data
curah hujan harian tertinggi yang terjadi pada daerah pengamatan selama periode 10
(sepuluh) tahun mulai tahun 2007-2016, dengan curah hujan tersebut maka dapat
dihitung intensitas curah hujannya yang selanjutnya dapat dipakai untuk menentukan
debit air limpasan di daerah tersebut. Curah Hujan dapat di lihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Curah Hujan 2007-2016 Wilayah Site Sudan PT Jhonlin Baratama

Curah Hujan (mm)


Tahun
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Bulan
Januari 32,6 25,6 33,5 74,2 36,7 32,1 38,2 57,9 17,0 106,6
Februari 94,4 26,6 54,8 152,0 19,4 37,4 44,3 50,0 20,0 107,7
Maret 49,8 88,8 30,4 115,2 46,2 25,1 70,8 64,5 76,0 123,1
April 62,2 50,7 42,2 54,6 59,2 48,6 64,3 13,5 35,8 124,5
Mei 136,8 968 78,0 194,0 40,5 87,8 41,5 43,5 70,0 86,3
Juni 190,8 118,0 16,0 66,5 17,2 57,5 41,0 45,0 104,0 55,8
Juli 175,4 132,8 79,5 151,8 100,3 91,5 115,2 31,0 3,0 77,2
Agustus 78,4 128,9 24,7 72,8 68,0 159,0 191,4 85,0 0,1 36,8
September 42,2 95,6 5,5 86,3 69,0 20,8 62,4 0,0 0,0 79,1
Oktober 88,4 62,4 50,8 140,4 39,2 40,7 10,0 28,0 2,6 57,4
November 35,2 57,2 72,9 86,4 74,5 49,4 40,8 34,0 46,6 99,9
Desember 21,6 72,2 64,0 37,3 44,5 56,7 72,5 36,0 102,0 67,4
Rata - rata 136,130 mm
Rata-rata CH
136,125 mm
Maksimum

4.1.4 Analisis Data Curah Hujan Rencana

Data curah hujan diatas, merupakan data mentah yang belum bisa digunakan
langsung untuk perencanaan tambang, tetapi perlu diolah terlebih dahulu
menggunakan prinsip statistika. Analisis curah hujan rencana ini dilakukan untuk
mengetahui curah hujan maksimum yang diperkirakan akan terjadi dalam kurun waktu

Hasil dan Pembahasan 30


tertentu atau biasa disebut periode ulang. Periode ulang merupakan lama waktu
perkiraan suatu nilai curah hujan akan terjadi kembali dengan nilai yang sama maupun
melebihi nilai curah hujan rencana. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
periode ulang 2 tahun, menyesuaikan dengan umur Pit 6 B yang akan berakhir pada
tahun 2018.
Analisis curah hujan rencana ini dilakukan dengan metode distribusi frekuensi
Gumbel. Persamaan Gumbel tersebut adalah sebagai berikut (Gautama, 1999):

𝑆
𝑋=𝑥+ . (𝑌𝑡 − 𝑌𝑛)
𝑆𝑛

Keterangan:
X = Perkiraan CH diharapkan terjadi pada periode ulang T tahun (mm)
x = Nilai rata-rata curah hujan maksimum (mm)
S = Simpangan baku/ standar deviasi
Sn = Reduced standard deviation (tergantung jumlah sampel)
Yt = Reduce variate (nilai berbeda tiap periode ulang)
Yn = Reduced mean (tergantung jumlah sampel)
Rincian perhitungan curah hujan rencana dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Parameter Distribusi Frekuensi dalam Perencanaan Curah Hujan

CH Reduce
Maksimum Reduce Mean Std Dev
No tahun (X - Xbar)^2 m n (Yn - Ynbar)^2 Std Dev
(Yn) (S)
(mm) (Sn)

1 2007 190,80 2.989,356 6 0,238 0,066


2 2008 132,80 11,056 7 -0,012 0,257
3 2009 79,50 3.206,391 1 2,351 3,443
4 2010 194,00 3.349,516 4 0,794 0,089
5 2011 100,30 1.283,431 9 -0,533 1,058
10 44,961 1,001
6 2012 159,00 523,266 8 -0,262 0,573
7 2013 191,35 3.049,801 5 0,501 0,000
8 2014 85,00 2.613,766 3 1,144 0,421
9 2015 104,00 1.032,016 2 1,606 1,234
10 2016 124,50 135,141 10 -0,875 1,876
Jumlah 1361,250 1.819,373 4,952 9,018
Rata-rata 136,125 1.819,374 0,495 0,902

Hasil dan Pembahasan 31


Tabel 4.3 Penentuan Curah Hujan Rencana

Curah Hujan
Periode ulang Rata-rata C H Reduce variate (Yt) Yn bar Sn S Rencana
(Tahun) Maks (mm) (mm)
2 136,130 0,367 0,495 1,001 44,961 130,349

4.1.5 Intensitas Curah Hujan Rencana

Intensitas curah hujan rencana dihitung menggunakan persamaan Mononobe.


Dalam perhitungannya, intensitas curah hujan rencana menggunakan waktu
konsentrasi sebagai pengganti durasi hujan. Dengan asumsi hujan maksimum dalam
data hari akan terkonsentrasi pada waktu konsentrasi hujan pada hari tersebut.
Intensitas curah hujan ditentukan menggunakan rumus (Gautama, 1999):

2
𝑋 243
𝐼= 𝑥
24 𝑇𝑐

Harga Tc dapat ditentukan menggunakan rumus (Gautama, 1999):

𝑇𝑐 = 0,0195 ∗ 𝐿0,77 ∗ 𝑆 −0,385

Harga S dapat ditentukan menggunakan rumus (Gautama, 1999):

𝐻
𝑆=
0,9 𝑥 𝐿

Keterangan:
I = Intensitas Curah Hujan (mm/jam)
X = Curah Hujan Rencana (mm)
Tc = Waktu konsentrasi (jam)
L = panjang lintasan air dari titik terjauh ke titik pengamatan (km)
S = Kemiringan rata-rata daerah lintasan air
H = beda tinggi titik terjauh sampai daerah tinjauan (m)
L = Jarak lintasan air dari titik terjauh ke titik pengamatan (m)

Hasil dan Pembahasan 32


Diketahui:
X : Curah Hujan Rencana (mm) = 130,344
L : Jarak lintasan air dari titik terjauh ke titik pengamatan (m) = 723,314
S : Kemiringan Rata-rata = 0,104
Ditanyakan:
Tc = ……
I =…….
Penyelesaian:
Untuk menentukan nilai Tc:

Tc = 0,0195 x 723,316 0,77 x 0.104 0,385


= 0,0195 x 159,104 x 2,390
= 7,415 Jam
Untuk mentukan nilai Intensitas Curah Hujan (mm/jam):

2
130,433 24 3
𝐼= 𝑥
24 7,415
= 5,434 x 2,197
= 11,931 mm/jam

Perhitungan Intensitas Curah Hujan Rencana dapat dilihat pada tabel 4.4:

Tabel 4.4 Intensitas Curah Hujan Rencana Pit 6B

Panjang Beda Waktu Curah Hujan Intensitas


Catchment Lintasan Tinggi Gradien Konsentrasi Rencana Curah
Area (S) Hujan
(L) (m) (H) (m) (Tc) (jam) (Xt) (mm)
(mm/jam)
C A Total (m^2) 723,316 73 0,104 7,415 130,344 11,931

Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa intensitas curah hujan untuk Pit 6
B tahun 2017 adalah sebesar 11,931 mm/jam.

4.1.6 Debit Limpasan

Debit air limpasan adalah besarnya air yang mengalir pada permukaan tanah
persatuan waktu. Untuk menghitung atau menentukan besarnya debit air limpasan
permukaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus rasional sebagai berikut:

Hasil dan Pembahasan 33


𝑄 = 0,278 𝑥 𝐶 𝑥 𝐼 𝑥 𝐴

Dimana:
Q = Debit air limpasan (m³/detik)
C = Koefisien limpasan (tabel 2.2)
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas daerah tangkapan hujan (km²)
Dari rumus rasional tersebut terlihat bahwa yang berpengaruh terhadap
besarnya air limpasan pada masing-masing daerah pengaruh adalah koefisien
pengaliran, intensitas curah hujan dan luas daerah tangkapan hujannya. Jadi
perhitungan debit limpasan, sebagai berikut:
Debit limpasan:
Q = 0,278 x C x I x A
= 0,278 x 0,9 x 11,931 x 1,42
= 4,239 m³/detik

4.1.7 Pemompaan

Pompa yang digunakan yaitu 3 unit pompa tipe KSB DnD 200-5HX dan 1 unit
CAT Sykes HH 220i (tabel 4.5).

Tabel 4.5 Perhitungan Pompa

Diamater 300 mm
No Type Pompa X (cm) RPM m3/hari
Ltr/Detik m3/Jam
1 KSB DnD 200-5HX 110 1400 0,328 1,145
2 KSB DnD 200-5HX 84 1350 0,243 875
3 Cat Sykes HH 220i 55 1800 0,158 572 21,510
4 KSB DnD 200-5HX 96 1400 0,275 993
Jumlah 1,006 3585
Rata-rata 0,251 896,25

a. Perhitungan Debit Pompa


Diketahui dalam menghitung debit pompa pada suatu sumuran yang berada
dalam lokasi penambangan (Pit 6 B) harus terlebih dahulu mengetehui debit aktual
dengan menggunakan metode discharge.

Hasil dan Pembahasan 34


b. Kebutuhan Pompa
Pompa yang di gunakan yaitu KSB DnD 200-5HX dengan kapasitas rata-rata
sebesar 0,25 Liter/detik dan head maksimum 98 m.
Jadi total volume air sumuran (sump) yang akan dikeluarkan dari Pit 6B sebesar
2.684,212 m3/hari, maka diperoleh debit pemompaan sebesar 21,510 m³/hari.
Kemudian, untuk mengetahui estimasi waktu untuk mengeringkan sump dengan
menggunakan pompa yang ada, dapat menggunakan rumus:

Volume Air 𝑆𝑢𝑚𝑝 𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖


Jumlah Hari = (Debit pemompaan per hari x Jumlah pompa aktual)

2.684,212 𝑚³/ℎ𝑎𝑟𝑖
=
(21,510 𝑚³/ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑥 4)

= 31 hari atau 1 bulan.

4.1.8 Perencanaan Saluran

Dalam perancangan saluran di area Pit 6 B, direncanakan akan dibuat rancangan


saluran. Dimana saluran ini dibuat untuk mengalirkan debit air langsung ke settling
pond. Saluran yang akan dibuat berbentuk trapesium. Bentuk saluran ini merupakan
bentuk saluran yang umum digunakan, karena kemudahan dalam pembuatannya.
Kelebihan lainnya bentuk penampang saluran ini yaitu dapat menampung volume air
yang lebih besar dan sesuai dengan kondisi tanah lepas.
Bentuk penampang trapesium adalah bentuk kombinasi antara bentuk
penampang segitiga dan bentuk penampang segi empat yang paling umum digunakan
untuk saluran yang berdinding tanah dan tidak dilapisi konstruksi dari bahan tertentu,
sebab kemiringan dindingnya dapat disesuaikan dengan konidisi tanah setempat.

4.1.9 Kapasitas dan Dimensi Saluran

Dari hasil perhitungan diatas maka diperoleh debit air maksimum yang harus
dialirkan pada saluran adalah:
a. Q = 0,25 liter/detik
b. Dimensi saluran
Diketahui: Debit = 0,25 liter/detik
2 1
1
Q = . R3 . S2 . A
n

Hasil dan Pembahasan 35


n = 0,025 (untuk dinding tanah)
α = 60o
ƻ = Cotg 60o = 0,58
b
= 2 (√1 + 𝑧² - ƻ)
h

b = 2 ( √1 + 𝑧² - ƻ) h
1
= 2((1+0,582) 2
– 0,58). h
= 2(1,156 – 0,58). h
= 1,152 h
A
R =
P
Dimana:
A = (b + z . h ) h
= (1,152 h + 0,58 . h) h
= 1,732 h2
P = b + 2h 1 ( z ) 2

= 1,152 h + 2 h 1  ( 0,58 ) 2
= 3,464 h
Maka:
A
R =
P
1,7321 h 2
3,464 h = 0,500

= 0,5 h

2 1
1
Q = . R3 . S2 . A
n

2 1
1
0,25 = (0,5 h) . (0,058) 2 .1,7321 h2
3
0,025

8
= 10,5229 h 3

Hasil dan Pembahasan 36


8
0,896
h3 =
10,5229

= 0,085 m

3
8
h = 0,085

= 0,396 atau 0,4 meter (tinggi air)

b = 1,152 h

= 1,152 x 0,4

= 0,460 meter = 0,5 meter (lebar dasar saluran)

Jika b = 0,5 meter maka:

𝑏 0,5
h = =
1.152 1,152

= 0,434 m

A = 1,7321 h2

= 1,7321 (0,434)2

= 0,326 m2

P = 3,464 h
= 3,464 x 0,434
= 1,503 m
𝐴
R = 𝑃
0,326
= 1,503

= 0,216 m
2 1
1
QA = . R3 .S2 . A
n
2 1
1
= x (0,206) 3 x (0,058) 2
x (0,326)
0,025
= 1,13 m3/det > 0,69 m3/det
S = 5,8 %

Hasil dan Pembahasan 37


= 0,058
Daerah jagaan (w)

w = 0,20 + 0,30 . h

= 0,20 + (0,30 x 0,434)

= 0,93 meter
Kedalaman saluran (d)
d = h+w
= 0,43 + 0,93
= 1,36 meter
Lebar atas saluran (B)
B = b + 2x x = z. (h+w)
= 0,5 + 2 (1,94) = z.d
= 0,813 meter = 0,58 x 1,36
= 1,94 meter

Panjang sisi saluran (a)


hw
a =
Sin 
d
=
Sin 
0,76
=
Sin 60 0
= 1,177 meter

4.1.10Perencanaan Kolam Pengendapan (Settling Pond)

Kolam pengendapan yang akan direncanakan di area Pit 6 B yaitu settling pond.
Dimana settling pond dibuat dengan tujuan untuk menetralkan air asam yang berasal
dari sumuran (sump) PIT 6 B yang kemudian akan dialirkan ke sungai.

4.1.11Kapasitas dan Dimensi Kolam Pengendapan


a. Settling pond
Diketahui:
Debit Pemompaan (Q) = 896,25 m3/jam

Hasil dan Pembahasan 38


a. Kedalaman kolam pengendapan disesuaikan dengan jangkauan penggalian
excavator d = 4 meter
b. Waktu konsentrasi (t) = 12 jam
c. Lebar kolam disesuaikan dengan jangkauan excavator (L) = 15 m
b. Total volume Settling pond
Vt = Qxt
= 896,25 x 12
= 10.755 m³
c. Volume Tiap Kolam
Vt
Vk =
n
10.755
=
3
= 3.585 m³
d. Luas kolam
Vk
A =
d
3.585
=
4
= 896,25 m2
e. Panjang kolam
A
p =
L
896,25
=
15
= 59,75 m

4.2 Pembahasan

Tingginya debit air limpasan pada musim hujan selalu menjadi penghambat
dalam aktivitas penambangan di area Pit 6 B, sehingga adanya genangan air di lantai
dasar tambang dan alat-alat mekanis terganggu. Penelitian ini dimaksudkan untuk
melakukan perencanaan sistem penirisan di area Pit 6 B dengan sistem penyaliran
(mine dewatering) untuk mengeluarkan air yang masuk ke dalam lokasi penambangan
yang berasal dari air hujan, maka untuk itu penulis merencanakan membuat saluran
dan kolam pengendapan yang bertujuan untuk mengatasi debit air limpasan yang ada

Hasil dan Pembahasan 39


di area Pit 6 B serta untuk mengalirkan dan menampung air hujan yang masuk di area
Pit. Selanjutnya akan dilakukan pengendapan lumpur, sehingga lumpur yang terbawah
bersama air tidak langsung dialirkan ke sungai, karena apabila langsung dialirkan ke
sungai dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan.

4.2.1 Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area)

Catchment area atau Daerah Tangkapan Hujan (DTH) ditentukan berdasarkan


kondisi topografi daerah yang akan diteliti. Daerah tangkapan hujan ini biasanya
dibatasi oleh pegunungan dan bukit-bukit yang diperkirakan akan mengumpulkan air
hujan. Luas daerah tangkapan hujan diperoleh dengan menggunakan program
komputer (Minescape 5.7), dimana peta topografi diolah dengan cara menarik garis
dari titik-titik yang tertinggi dan lerang-lereng di sekeliling tambang dan membentuk
poligon tertutup, dengan melihat kemungkinan arah mengalirnya air, maka luas daerah
tangkapan hujan dihitung berdasarkan batas poligon tersebut.

4.2.2 Curah Hujan

Data curah hujan historikal yang digunakan adalah data curah hujan site sudan
2007-2016 yang diperoleh dari Mining Departement PT. Jhonlin Baratama. Sebelum
dilakukan analisis curah hujan, terlebih dahulu dilakukan perhitungan curah hujan
rata-rata dengan menjumlahkan nilai curah hujan maksimum harian kemudian dibagi
jumlah dari data tersebut. Dari perhitungan data curah hujan tersebut diketahui data
curah hujan terendah terjadi pada tahun 2009 sebesar 79,5 mm/bulan, sedangkan curah
hujan tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 194,0 mm/bulan serta rata-rata curah
hujan maksimumnya diketahui sebesar 136,130 mm/bulan.

4.2.3 Curah Hujan Rencana

Curah hujan rencana adalah hujan maksimum yang mungkin terjadi selama umur
dari sarana penirisan tersebut. Curah hujan rencana di peroleh dengan cara mengolah
data-data curah hujan harian tertinggi tiap tahun selama 10 tahun dari tahun 2007-
2016, dari hasil pengolahan, diketahui curah hujan rencana sebesar 130, 344 mm. Pada
penelitian ini penulis untuk mengolah data curah hujan harian maksimal menggunakan
metode Metode Gumbel.

Hasil dan Pembahasan 40


4.2.4 Intensitas Curah Hujan

Berdasarkan perhitungan Intensitas curah hujan rencana untuk periode 10 tahun


di daerah penyelidikan adalah sebesar 11,931 mm.

4.2.5 Debit Limpasan

Debit air limpasan adalah besarnya air yang mengalir pada permukaan tanah per
satuan waktu. Untuk menentukan besarnya debit air limpasan permukaan dapat
dihitung dengan menggunakan data curah hujan, intensitas curah hujan, dan koefisien
limpasan. Jadi hasil perhitungan debit limpasan yang dihitung berdasarkan rumus
“rasional” (Gautama, 1999) pada Pit 6B sebesar 4,239 m3/detik.

4.2.6 Kapasitas dan Dimensi Saluran

Saluran ini akan dibuat dalam bentuk trapesium karena bentuk ini mempunyai
kestabilan kemiringan dinding yang dapat disesuaikan, dapat menampung debit air
yang besar dan juga terhitung mudah dalam proses pembuatannya.
Dari hasil perhitungan maka diperoleh debit air maksimum yang harus dialirkan
pada saluran adalah:

Q = 0,25 m³/detik

Adapun dimensi saluran yang direncanakan sesuai dengan hasil perhitungan


(hasil 4.1) maka didapat ukuran dimensi untuk saluran sebagai berikut:
Dimensi saluran:
a. Lebar dasar saluran (b) = 0,5 m
b. Lebar atas saluran (B) = 0,81 m
c. Tinggi air (h) = 0,4 m
d. Kedalaman saluran (d) = 1,36 m
e. Sudut kemiringan (α) = 60˚
f. Panjang sisi saluran (a) = 1,17 m
g. Tinggi jagaan (w) = 0,93 m
h. Jari-jari hidrolis (R) = 0,216 m
i. Kemiringan Saluran (Z) = 5.8 % = 0,058

Hasil dan Pembahasan 41


Gambar 4.2 Bentuk Saluran Yang Di Rencanakan

Keterangan:

B = Lebar permukaan saluran


b = Lebar dasar saluran
h = Kedalaman air
a = Panjang sisi saluran
(α) = Sudut kemiringan
H = Tinggi saluran
R = Jari-jari hidrolis
W = Tinggi jagaan saluran
Z = Kemiringan saluran

4.2.7 Kapasitas Dan Dimensi Kolam Pengendapan

Dari hasil perhitungan debit air limpasan, maka dimensi settling pond yang akan
dibuat di area Pit 6 B yaitu berbentuk zig-zag, dengan 3 kolam settling pond.
Adapun dimensi kolam pengendapan yang direncanakan sesuai dengan hasil
perhitungan (4.1), maka didapat ukuran dimensi untuk kolam Pengendapan sebagai
berikut:

Hasil dan Pembahasan 42


Settling Pond:
a. Vt = 10.755 m³
b. Vk = 3.585 m³
c. A = 896,25 m²
d. P = 59,75 m
e. L = 15 m
f. Q = 896,25 m³/detik
g. t = 12 jam
h. d = 4m
i. n = 3 buah

59,75 m

Inlet
Komperter I Vt = 10.755 m³ Komperter III

15 m 15 m 15 m

Komperter II Outlet

Kolam Pengendapan Tampak Atas

Komperter I

4m
Maksimum dapat
menampung 3.585 m³

Kolam Pengendapan Tampak Samping

Gambar 4.3 Bentuk Settling Pond Yang Di Rencanakan

Keterangan:
Vt = Total volume sediment pond
Vk = Volume tiap kolam sediment pond
A = Luas sediment pond
P = Panjang sediment pond
Q = Debit Maksimal Pemompaan
t = Waktu konsentrasi
d = Kedalaman yang direncanakan

Hasil dan Pembahasan 43


n = Jumlah kolam
T = Waktu Pengendapan material
L = Lebar

Hasil dan Pembahasan 44

Anda mungkin juga menyukai