Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Curah Hujan


Data curah hujan yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data curah hujan
maksimum dari stasiun Khatib Sulaiman tahun 2012 sampai dengan 2021,
data tersebut didapat dari Balai Wilayah Sungai Sumatera V Padang.

4.1.1 Perhitungan Curah Hujan Rencana


Perhitungan curah hujan rencana akan menggunakan metode distribusi
probabilitas. Ada tiga metode distribusi probabilitas yang akan digunakan,
yakni Distribusi Gumbel dan Log Pearson Type III.
1. Distribusi Gumbel
Untuk menghitung analisis frekuensi dengan distribusi Gumbel dengan
data yang telah didapat sebagai berikut.
Tabel 4.1. Parametrik Distribusi Gumbel
Curah Hujan
No. Xi-Xrata- (Xi-Xrata-
Maksimum (Xi)
Rangking rata rata)^2
mm
1 270 98,1 9623,61
2 230 58,1 3375,61
3 206 34,1 1162,81
4 200 28,1 789,61
5 195 23,1 533,61
6 147 -24,9 620,01
7 143 -28,9 835,21
8 128 -43,9 1927,21
9 100 -71,9 5169,61
10 100 -71,9 5169,61
Jumlah 1719 29206,90
Rata-Rata 171,9
S 56,967
Yn 0,4952
Sn 0,9497

Jumlah data (n) = 10


Nilai rata-rata (Xrt) = 171,9
Simpangan baku (S) = 56,97

35
Yn = 0,4952
Sn = 0,9497
Yt = 0,3365
Maka dapat dihitung analisis frekuensi untuk periode ulang 2 tahun
sebagai berikut.
(Yt −Yn)
KT = ........................................................................... (4.2)
Sn
(0 , 3365−0 , 4952)
KT = = -0,136
0 , 9497
Selanjutnya untuk menghitung nilai XT dengan rumus berikut.
XT = Xrt + KT × S ...................................................................... (4.3)
XT = 171,9 + (-0,136 × 56,97)
XT = 164,18 mm
Untuk hasil perhitungan curah hujan rancangan periode selanjutnya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.2. Hasil perhitungan hujan rencana Distribusi Gumbel

No T Yt KT XT

1 2 0,3665 -0,136 164,180


2 5 1,4999 1,058 232,166
3 10 2,2504 1,848 277,184
4 20 2,9702 2,606 320,360
5 50 3,9019 3,587 376,247
6 100 4,6001 4,322 418,128

2. Distribusi Log Pearson Type III


Dapat dihitung analisis frekuensi dengan distribusi Log Pearson Type III
dengan data yang telah didapat sebagai berikut.

36
Tabel 4.3. Perhitungan parametrik Distribusi Log Pearson Type III
Curah Hujan
Log Xi-Log (Log Xi-Log (Log Xi-Log (Log Xi-Log
Tahun No Maksimum (Xi) Log Xi
Xrata-rata Xrata-rata)^2 Xrata-rata)^3 Xrata-rata)^4
mm
2012 1 143 2,1553 -0,0575 0,0033 -0,000190 0,000011
2013 2 128 2,1072 -0,1056 0,0111 -0,001177 0,000124
2014 3 100 2,0000 -0,2128 0,0453 -0,009635 0,002050
2015 4 206 2,3139 0,1011 0,0102 0,001033 0,000104
2016 5 270 2,4314 0,2186 0,0478 0,010442 0,002282
2017 6 195 2,2900 0,0772 0,0060 0,000461 0,000036
2018 7 147 2,1673 -0,0455 0,0021 -0,000094 0,000004
2019 8 100 2,0000 -0,2128 0,0453 -0,009635 0,002050
2020 9 230 2,3617 0,1489 0,0222 0,003304 0,000492
2021 10 200 2,3010 0,0882 0,0078 0,000687 0,000061
Jumlah 1719 22,1279 0,2010 -0,004803 0,007215
Rata-rata 171,9 2,2128
S Log X 0,149
(S Log X)^3 0,00334
G atau Cs -0,200

Sumber: Hasil perhitungan


Dapat dihitung analisis frekuensi dengan distribusi Log Pearson Type III,
sebagai contoh pada periode ulang 2 tahun dengan data sebagai berikut.
Jumlah data (n) = 10
Nilai rata-rata (log Xrt) = 2,213 mm
S log X = 0,149 mm
Koefisien skewness = -0,20
Log X2 = Log Xrt + KTr × S log X
= 2,213 + 0,033 × 0,149
= 2,218
X2 = 102,218
= 165,089 mm
Untuk hasil perhitungan curah hujan maksimum periode ulang
selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.4. Hasil perhitungan curah hujan rencana Distribusi Log Pearson
Type III
No T KT Log XT XT
1 2 0,033 2,218 165,089
2 5 0,848 2,339 218,521
3 10 1,269 2,402 252,587
4 20 1,566 2,447 279,742
5 50 1,997 2,511 324,525
6 100 2,249 2,549 353,863

37
Berikut hasil perhitungan dari tiga metode yang digunakan yakni metode
Distribusi Gumbel dan Log Pearson Type III. Untuk lebih jelas akan disajikan
pada tabel berikut.
Tabel 4.5. Rekapitulasi hujan rencana dengan dua metode
Periode Ulang/Tahun (mm/hari)
No. Metode
2 5 10 20 50 100
1 Gumbel 164,180 232,166 277,184 320,360 376,247 418,128
2 Log Pearson Type III 165,089 218,521 252,587 279,742 324,525 353,863
Sumber: Hasil perhitungan
Dari tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan curah hujan rencana dengan
menggunakan dua metode distribusi. Data hasil perhitungan menunjukkan
variasi dari curah hujan rencana dari tiga metode yang digunakan. Untuk
dapat digunakan pada perhitungan selanjutnya perlu dilakukan uji kecocokan
distribusi untuk memilih metode mana yang paling sesuai.

4.1.2 Uji Kecocokan Distribusi


1. Distribusi Gumbel
a. Koefisien skewness (Cs)
n× ∑ ( Xi−X )
3
10 × 346795,080
Cs= = = 0,26
( n−1 ) . ( n−2 ) . Sd 3
9 ×8 ×56,97 3
b. Kurtosis (Ck)
1 1
n∑
( Xi− X )4 × 164514824,167
= 1 0 = 1,56
Ck= 4 4
Sd 56,97
2. Distribusi Log Pearson Type III
Berdasarkan parametrik maka dapat dilakukan perhitungan ukuran dispersi
sebagai berikut.
a. Koefisien skewness (Cs)
n × ∑ ( log Xi−log X )3 10 × (−0,004803 )
Cs= = = -0,20
( n−1 ) . ( n−2 ) . S log X 3
9 × 8 ×0,007215
b. Kurtosis

38
1 1
n
∑ ( log Xi−log X )4 = 1 0 × 0,007215 = 1,45
Ck= 4 4
Sd 0,15
Penentuan jenis sebaran atau uji kecocokan distribusi pada wilayah studi
dapat dilakukan perbandingan antara syarat penggunaan metode dengan hasil
perhitungan ukuran disperse. Hasil uji kecocokan distribusi dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.6. Hasil uji kecocokan distribusi
Jenis Distribusi Syarat Hasil Keterangan
Cs = 1,14 0,261 tidak memenuhi
Gumbel
Ck = 5,4 1,562 tidak memenuhi
Cs positif atau negatif, jika semua syarat -0,200 memenuhi
Log Pearson Type III
tidak memenuhi
1,447 memenuhi

Sumber: Hasil perhitungan


Berdasarkan hasil perhitungan mengenai uji kecocokan distribusi seperti yang
tertera pada tabel 4.8. di atas maka dapat diambil keputusan bahwa distribusi
yang digunakan adalah distribusi Log Pearson Type III. Penggunaan jenis
distribusi ini karena melihat hasil perhitungan atas syarat penggunaan metode
lain dan juga metode Log Pearson Type III itu sendiri. Metode Log Pearson
Type III telah memenuhi syarat untuk dapat digunakan pada perhitungan
berikutnya yakni perhitungan debit banjir rencana.
Tabel 4.7. Curah hujan rencana Metode Log Pearson Type III

No T XT

1 2 171,90
2 5 219,75
3 10 244,82
4 20 265,33
5 50 288,68
6 100 304,63
Sumber: Hasil perhitungan

4.2 Intensitas Curah Hujan


Untuk perhitungan intensitas curah hujan dapat dihitung dengan langkah-
langkah sebagai berikut.

39
Curah hujan rencana (R) 5 tahun = 218,521 mm
Curah hujan rata-rata ( X ) = 171,9 mm
Standar deviasi (Sx) = 56,967
YT = 1,4999
Yn = 0,4952
Sn = 0,9497
Selanjutnya, dapat diperoleh nilai besarnya curah hujan untuk periode ulang 5
tahun adalah sebagai berikut.
Sx
X T = X+ ( Y −Y n )
Sn T
56,967
X T =171,9+ (1,4999−0 , 4952 )
0 , 9497
X T =232,166 mm/jam
Berdasarkan hasil perhitungan XT maka dapat dihitung nilai intensitas curah
hujan sebagai berikut.
9 0 % XT
I=
4
9 0 % ×232,166
I=
4
I=52,237 mm/jam
Dari nilai intensitas curah hujan yang telah didapat, kemudian
diplotkan pada kurva basis (Gambar 4.1.), dengan waktu intensitas = 240
menit. Tarik garis lengkung searah dengan garis lengkung kurva basis.
Kurva ini merupakan garis lengkung intensitas hujan rencana. Oleh karena
I yang didapat 52,237 mm/jam > 30 mm/jam, maka garis lengkung
intensitas hujan rencana tidak sama dengan garis lengkung kurva basis.
untuk memperoleh waktu konsentrasi (tc), dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut.
1. Jalan kutilang

40
( )
0 , 167
2 nd
t aspal= ×3,28 × Lo ×
3 √s

=( ×3,28 × 6×
√0,02 )
0 ,167
2 0 ,0 2
t aspal
3
t aspal=¿ 1,163 menit

( )
0 ,167
2 0,02
tbahu= ×3,28 ×1,5 ×
3 √ 0,04
tbahu=0,904 menit

( )
0 ,167
2 0,02
t tanah= ×3,28 ×2 0 ×
3 √ 0,05
t tanah=1,255 menit
Maka, total t1 = 1,163 + 0,904 + 1,255 = 3,322 menit
L
t 2=
6 0× v
332
t 2=
6 0× 1,5
t 2=3,69 menit
Maka nilai tc = t1 + t2 = 3,322 + 3,69 = 7,012 menit
2. Belakang instalasi gizi

( )
0 ,167
2 nd
t 1= × 3,28× Lo ×
3 √s

( 23 √0,4 )
0 ,167
0,02
t 1= × 3,28× 6 0 ×

t 1=1,268 menit
L
t 2=
6 0× v
19 0
t 2=
6 0× 1,5

41
t 2=2,111 menit
Maka nilai tc = t1 + t2 = 3,379 menit
3. Jalan embun pagi

( )
0 ,167
2 nd
t 1= × 3,28× Lo ×
3 √s

(3 √0 , 4 )
0 , 167
2 0,02
t 1= × 3,28× 15 ×

t 1=1,477 menit
L
t 2=
6 0× v
19 0
t 2=
6 0× 15
t 2=2,167 menit
Maka nilai tc = t1 + t2 = 3,644 menit
Selanjutnya menentukan intensitas hujan rencana (I), dengan cara memplotkan
nilai tc pada waktu di kurva basis kemudian tarik garis lurus ke atas sampai
memotong garis lengkung intensitas hujan rencana, dan tarik garis lurus sampai
memotong garis intensitas hujan (mm/jam). Berikut contoh menentukan
intensitas hujan rencana di lokasi Jalan Kutilang.

42
Gambar 4.1. Kurva basis
Berdasarkan gambar di atas, maka diperoleh nilai intensitas curah hujan (I)
pada drainase Jalan Kutilang sebesar 190 mm/jam. Adapun hasil penarikan
garis lengkung kurva basis pada lokasi lainnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.8. Rekapitulasi intensitas curah hujan
Intensitas
No. Daerah Drainase
(mm/jam)
1 Jalan Kutilang 190,00
2 Belakang Instalasi Gizi 190,00
3 Embun Pagi 190,00

4.3 Analisis Debit


Berikut perhitungan debit hujan periode ulang 5 tahun pada beberapa lokasi
drainase Kawasan RSUP M. Djamil Padang.
1. Jalan Kutilang
Diketahui data-data sebagai berikut.
A jalan=6 ×332 = 1992 m2

43
Abahu =1,5 ×332 = 498 m2
Abeton =5 0 ×332 = 16.600 m2
Adapun besarnya koefisien aliran (C) pada saluran drainase Jalan
Kutilang adalah:
C A . A A + CB . A B +CC + AC
C=
AA + AB+ AC
( 1992× 0,7 ) + ( 498 × 0,7 ) + ( 16.6 00 ×0 , 7 )
C= = 0,7
1992+498+16.6 00
Maka, dapat diperoleh debitnya
QHujan = 0,278 ×C × I × A
= 0,278 × 0,7 × 190 × 0,019
= 0,71 m3/dtk
2. Belakang Gedung instalasi gizi
Diketaui koefisien aliran pada lokasi drainase Belakang Gedung Instalasi
Gizi sebagai berikut.
Diketahui Panjang = 245 m
A1 = 6 × 245 = 1.470 m2
A2 = 1 × 245 = 245 m2
A3 = 50 × 245 = 12.250 m2
( 1470× 0,7 ) + ( 245 ×0,7 ) + ( 12250× 0 , 7 )
C = = 0,7
1470+245+1225 0
Q1 = 0,278 ×C × I × A
= 0,278 × 0,7 × 190 × 0,013
= 0,481 m3/dtk
Koridor I
Akoridor1 = 3 × 150
= 450 m2
45 0 ×0 , 7
C = = 0,7
45 0
Qkoridor1 = 0,278 ×C × I × A
= 0,278 × 0,7 × 190 × 0,0045
= 0,166 m3/dtk

44
Koridor II
Akoridor2 = 1,5 × 150
= 225 m2
Qkoridor2 = 0,278 ×C × I × A
= 0,278 × 0,7 × 190 × 0,00225
= 0,083 m3/dtk
Koridor III
Akoridor3 = 50 × 150
= 7.500 m2
Q4 = 0,278 ×C × I × A
= 0,278 × 0,7 × 190 × 0,0075
= 0,278 m3/dtk
Jadi, Q5 = Q1 + Qkoridor1 + Qkoridor2 + Qkoridor3
Q5 = 0,481 + 0,166 + 0,083 + 0,278
= 1,008 m3/dtk

3. Jalan Embun Pagi


Komposisi Luas (m2) Nilai C
Jalan berpasir 1250 0,6
Jalan aspal 780 0,7
Jumlah komposisi 2030
Adapun besarnya koefisien aliran (C) pada saluran drainase Jalan Embun
Pagi adalah:
luas jalanberpasir +luas jalan aspal
C=
∑ komposisi
( 1250 × 0,6 ) +( 78 0× 0,7)
C= = 0,64
2030
QHujan = 0,278 ×C × I × A
= 0,278 × 0,64 × 191,34 × 0,0176
= 0,599 m3/dtk

45
4.4 Perhitungan Kapasitas Saluran Drainase
Analisis hidrolika penampang saluran drainase di kawasan RSUP M. Djamil
Padang dilakukan dengan melakukan perbandingan besarnya debit banjir
rancangan dengan besarnya kemampuan saluran menampung debit banjir.
Apabila Q rancangan debit banjir < Q tampungan saluran maka saluran tidak
akan mampu menampung besarnya banjir.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan di lapangan data-data yang tertera
pada tabel berikut.
Tabel 4.9. Hasil survei drainase Kawasan RSUP M. Djamil Padang
Panjang Qsaluran Qrencana
No. Lokasi Drainase
(m) (m3/dtk) (m3/dtk)
1. Jalan Kutilang 332 0,69 0,71
2. Belakang Instalasi Gizi 190 0,59 1,008
3. Jalan Embun Pagi 195 0,59 0,60
Sumber: Hasil perhitungan
Dari hasil survey juga didapat bentuk saluran drainase dan dilihat pada gambar
berikut.

H m
h

Gambar 4.2. Penampang saluran

1) Jalan Kutilang
Luas penampang (A)
Q =V×A

46
0,71 = 1,5 × A
0 ,71
A = = 0,473 m2
1,5
A =b×h
0,473 = 2h × h
0,473 = 2h2
0 , 473
h2 = = 0,237 m
2
h = √ 0 , 273 = 0,5 m
A =b×h
0,473 = b × 0,5
0 , 473
b = = 0,9 m ≈ 1 m
0,5
2) Belakang Instalasi Gizi
Luas penampang (A)
Q1 =V×A
0,481 = 1,5 × A
0 , 481
A = = 0,321 m2
1,5
A =b×h
0,321 = 2h × h
0 ,321
h2 = = 0,2 m
2
h = √ 0 , 2 = 0,4 m
A =b×h
0,321 = b × 0,4
0 ,321
b = = 0,8 m
0,4
Q5 =V×A
1,008 = 1,5 × A
1, 00 8
A = = 0,672 m2
1,5
A =b×h

47
0,672 = 2h × h
0 , 672
h2 = = 0,336 m
2
h =√ 0 , 336 = 0,6 m
A =b×h
0,672 = b × 0,6
0 , 672
b = = 1,12 m
0 ,6
3) Jalan Embun Pagi
Q =V×A
0,59 = 1,5 × A
0 ,59
A = = 0,39 m2
1,5
A =b×h
0,39 = 2h × h
0 ,39
h2 = = 0,2 m
2
h = √ 0 , 2 = 0,5 m
A =b×h
0,39 = b × 0,5
0 ,39
b = =1m
0 ,5
Dari hasil Q rancangan debit banjir dan Q analisis tampungan penampung
diatas di buat perbandingan hasil perhitungan untuk mengetahui kondisi
saluran drainase seperti pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Perbandingan dimensi saluran berdasarkan Q analisis tampungan
dengan Q rencana
Dimensi Rencana Dimensi Saluran
No. Lokasi Saluran Q saluran Q rencana
b h b h
1 Jalan Kutilang 0,69 0,71 1,00 0,50 1,80 1,20
2 Belakang Instalasi Gizi 0,59 1,01 1,12 0,60 0,60 0,30
- Koridor 1 0,15 0,17 0,60 0,30 0,40 0,20
- Koridor 2 0,08 0,08 0,50 0,30 0,40 0,20
- Koridor 3 0,27 0,27 0,70 0,30 0,40 0,20
3 Jalan Embun Pagi 0,59 0,60 1,00 0,50 0,80 0,40

48
Sumber: Hasil perhitungan
Berdasarkan tabel di atas, saluran drainase Kawasan RSUP M. Djamil Padang
masih dapat menampung debit hujan. Namun pada saluran di Jalan Kutilang
dan Belakang Instalasi Gizi tidak dapat menampung debit banjir akibat debit
rencana lebih besar dibandingkan debit saluran.

4.5 Dimensi Saluran Drainase


Dari hasil survei dan perhitungan dapat digambarkan saluran yang ada di
lapangan dan saluran rencana sebagai berikut.
1. Jalan Kutilang
htot

1,20 m

1,80
b

Gambar 4.3. Penampang saluran eksisting, Qsaluran = 0,69 m3/dtk

2. Belakang Instalasi Gizi

w
htot

0,80 m
h

0,60
b

Gambar 4.4a. Penampang saluran eksisting, Qsaluran = 0,59 m3/dtk

49
htot
0,60 m

1,12
b

Gambar 4.4b. Penampang saluran rencana, Qrencana = 1,008 m3/dtk


3. Jalan Embun Pagi
htot

0,40 m

0,80
b

Gambar 4.5a. Penampang saluran eksisting, Qsaluran = 0,59 m3/dtk


htot

0,50 m

1,00
b

Gambar 4.5b. Penampang saluran rencana, Qrencana = 0,6 m3/dtk

50

Anda mungkin juga menyukai