Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

Asisten Dosen : Prof. Dr. Ir. Suripin, M.Eng

BAB V
PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN BENDUNG

5.1. Mencari Besar Debit Rencana Menggunakan Metode


Rasional
Q = 0,278 .C .I . A
Data yang diketahui :
 Curah hujan harian maksimum

Tahun Xi Xi-Xrt (Xi-Xrt)2 (Xi-Xrt)3 (Xi-Xrt)4

2001 78 -37.000 1369.000 -50653.000 1874161.000

2002 124 9.000 81.000 729.000 6561.000

2003 131 16.000 256.000 4096.000 65536.000

2004 111 -4.000 16.000 -64.000 256.000

2005 129 14.000 196.000 2744.000 38416.000

2006 93 -22.000 484.000 -10648.000 234256.000

2007 127 12.000 144.000 1728.000 20736.000

2008 111 -4.000 16.000 -64.000 256.000

2009 130 15.000 225.000 3375.000 50625.000

2010 116 1.000 1.000 1.000 1.000

RAMA MAULANA (21010116130161)


RYDELL RIKO (21010116130162) 38
LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR
Asisten Dosen : Prof. Dr. Ir. Suripin, M.Eng

 L = 24,8 km
 ADAS = 59,27 km2
 I = 0,001
 C = 0,50
 R24 =

Parameter Nilai

Xrt 115
S 17,600505

Cv 0,15304787
Cs -1,2419959

Ck 4,73649274
Jenis
Kriteria Hasil Keterangan
Sebaran
Cs = 0 ± 0.3 Cs = -0,007
Normal Tidak Memenuhi
Ck = 3.00 Ck = 3,289
Log Cs = 3 Cv + Cv3 Cs = 0,715 ≠ -0,007
Tidak Memenuhi
Normal Ck = Cv8 + 6Cv6 + 15Cv4 + 16Cv2+3 Ck = 3,924 ≠ 3,289
Cs = 1,14 Cs = -0,007
Gumbel Tidak Memenuhi
Ck = 5,4 Ck = 3,289
Log Cs = -0,007
Selain nilai di atas Memenuhi
Pearson Ck = 3,289

Dari perhitungan diatas, jenis distribusi yang akan dipakai dalam


analisis curah hujan rencana adalah Distribusi Log - Pearson Tipe III.

Tahu
Log (Xi) Log Xi -Log Xrt (Log Xi -Log Xrt)2 (Log Xi -Log Xrt)3 (Log Xi -Log Xrt)4
n

RAMA MAULANA (21010116130161)


RYDELL RIKO (21010116130162) 39
LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR
Asisten Dosen : Prof. Dr. Ir. Suripin, M.Eng

2001 1.8920946027 -0.1633765236 0.0266918884 -0.0043608279 0.0007124569

2002 2.0934216852 0.0379505589 0.0014402449 0.0000546581 0.0000020743

2003 2.1172712957 0.0618001694 0.0038192609 0.0002360310 0.0000145868

2004 2.0453229788 -0.0101481475 0.0001029849 -0.0000010451 0.0000000106

2005 2.1105897103 0.0551185841 0.0030380583 0.0001674535 0.0000092298

2006 1.9684829486 -0.0869881777 0.0075669431 -0.0006582346 0.0000572586

2007 2.1038037210 0.0483325947 0.0023360397 0.0001129069 0.0000054571

2008 2.0453229788 -0.0101481475 0.0001029849 -0.0000010451 0.0000000106

2009 2.1139433523 0.0584722261 0.0034190012 0.0001999166 0.0000116896

2010 2.0644579892 0.0089868630 0.0000807637 0.0000007258 0.0000000065

S 0,0734
Cs -1,487
Log
(Xrt) 2,06

Dengan Cs = -1,487 dan periode ulang 100 tahunan, maka diperoleh nilai K =
2,33

 Log Xt = Log (Xrt)+ K S


= 2,06 + 2,33 . 0,0734
= 2,23
Xt = 170,22
Jadi, curah hujan rencana periode 100 tahun = 170,22 mm

Maka debit rencana :


L ❑ 24,8 ❑
 tc = ( ) ( ) =¿12400 detik = 3,445 jam
v
=
2
2/ 3 2 /3
R 24 170,22 24
 I = [ ]
24 t c
=
24
x [
3,445 ] =17,87 mm/jam

 Qrencana = 0,278 .C .I . A
= 0,278 x 0,50 x 25,87 x 59,27
= 147,22 m3/det

RAMA MAULANA (21010116130161)


RYDELL RIKO (21010116130162) 40
LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR
Asisten Dosen : Prof. Dr. Ir. Suripin, M.Eng

5.2. Perencanaan Bendung


Bendung dirancang dengan debit banjir rencana dengan kala
ulang 100 tahun adalah 147,22 m3/dt. Analisis banjir rencana tersebut
dihitung menggunakan Metode Rasional. Bendung Repaking didesain
dengan 2 pintu pengambilan di kanan bendung. Debit rencana pada
saluran pengambilan disebelah kanan adalah sebesar 147,22 m3/dt
untuk mengairi lahan pertanian seluas 3017,19 Ha, desain Bendung
ini dirancang dengan menggunakan mercu bendung tipe bulat
5.2.1. Elevasi Mercu Bendung
Elevasi mercu bendung :
 Elevasi muka air pada saluran : + 102,01 m
 Tinggi air di sawah : 0,15 m
 Kehilangan tekanan pada bangunan sadap : 0,20 m
 Kehilangan sepanjang saluran sekunder : 0,10 m
 Kehilangan tekanan pada bangunan bagi : 0,15 m
 Kehilangan sepanjang saluran primer : 0,20 m
 Kehilangan tekanan pada pintu pembilas : 0,10 m
 Kehilangan tekanan pada kantong lumpur : 0,10 m
 Kehilangan tekanan pada intake : 0,15 m
 Untuk keaman (akibat angina dan gempa) : 0,10 m
+
Muka air rencana di hulu pintu primer (peil mercu
bendung): +103,26 m

Sehingga didapat tinggi bendung :


o Elevasi mercu bendung : + 103,26 m
o Elevasi dasar sungai : + 100,21 m
-
Tinggi mercu : 3,25 m

RAMA MAULANA (21010116130161)


RYDELL RIKO (21010116130162) 41
LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR
Asisten Dosen : Prof. Dr. Ir. Suripin, M.Eng

 Lebar Sungai (B0) : 30 m


 Q rencana (Q100) : 147,22 m3/dt

5.2.2. Perhitungan Lebar Efektif


Untuk menghitung lebar efektif bendung digunakan rumus
sebagai berikut:
Rumus : Be = B - 2(n Kp + Ka) H1

di mana,

Be = lebar efektif bendung (m)

Kp = Koefisien kontraksi pilar

Ka = Koefisien kontraksi pangkal bendung

B = Lebar mercu (m) = 1,2 x lebar sungai

n = jumlah pilar = 2 buah

H1= tinggi energi (m)

Dalam perencanaan bendung kali ini digunakan pilar dengan


ujung bulat serta pangkal tembok hulu pada 90 o ke arah aliran
dengan 0,15 H1 < r < 0,5 H1. Sehingga dari Tabel 3.1. Nilai Kp
(Koefisien Kontraksi Pilar) dan Tabel 3.2. Nilai Ka (Koefisien
Kontraksi Pangkal Bendung), diperoleh nilai Kp = 0,01 dan
Ka= 0,1.
Maka lebar efektif : Be = B – 2 (n x Kp + Ka) H1
= (1,2 x 30) – 2 (2 x 0,01 + 0,1) H1
= 36 – 0,24 H1

5.2.3. Perhitungan Tinggi Air Banjir di Atas Mercu

RAMA MAULANA (21010116130161)


RYDELL RIKO (21010116130162) 42
LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR
Asisten Dosen : Prof. Dr. Ir. Suripin, M.Eng

Bendung direncanakan sebagai bendung pasangan


dengan mercu bulat dengan muka sisi hulu tegak dan
kemiringan hilir 1:1. Tinggi bendung P = 3,25 m. Untuk harga
awal Cd = 1,3 (Ditjen Pengairan, 1986). Debit rencana Q100 =
147,22 m3/dt. Ketinggian air di atas mercu dicari dengan
rumus debit bendung dengan mercu bulat sebagai berikut :
2
Q = Cd .2/3
√ 3
. g Be .H11,5

dimana, Q = debit rencana di atas mercu (m3/det)


Cd = koefisien debit
g = percepatan gravitasi = 9,81 m/s2
Be = lebar efektif bendung (m)
H1 = tinggi muka air di atas mercu

2 2
Q
3 3 √
= Cd . . g Be .H11,5

2 2
147,22 =
3
x 1,3 x
3 √
x 9,81 x (36– 0,24 H1) x H11,5

H1 = 1,49 m

 Cek terhadap koefisien debit


Jari-jari mercu bulat (R) = (0,3 ~ 0,7).H1
Sehingga diambil R = 0,5 H1 = 0,5 (1,49) = 0,745 m
Dengan : H1/R = 1,49/0,745 = 2
P/H1 = 3,25/1,49 = 2,2

RAMA MAULANA (21010116130161)


RYDELL RIKO (21010116130162) 43
LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR
Asisten Dosen : Prof. Dr. Ir. Suripin, M.Eng

1,33

Gambar 5.1 Harga-harga Koefisien C0untuk Bendung Ambang


Bulat sebagai Fungsi Perbandingan P/H1

Gambar 5.2 Koefisien C1 sebagai Fungsi Perbandingan P/H1

Dari grafik didapat: C0 = 1,33


C1 = 1,00
Koefisien koreksi untuk pengaruh kemiringan muka bendung di
bagian hulu terhadap debit (C2) tidak diperhitungkan karena
hulu direncanakan menggunakan dinding tegak.
Koefisien debit:

Cd = C 0 x C1

RAMA MAULANA (21010116130161)


RYDELL RIKO (21010116130162) 44
LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR
Asisten Dosen : Prof. Dr. Ir. Suripin, M.Eng

Cd = 1,33 x 1,00 = 1,33

Harga Cd mendekati asumsi awal: Cd=1,30 (Jika nilai Cd


berbeda dengan Cd awal maka dilakukan perhitungan ulang
pada asumsi nilai Cd awal).

Be = 36 – 0,24 (1,49) = 35,64 m

Dari hasil perhitungan diatas maka dapat ditentukan elevasi


muka air banjir dan tinggi air di atas mercu:

Elevasi muka air banjir = elevasi mercu + H1

= +103,26 + 1,49

= +104,75 m

Untuk menentukan tinggi air di atas mercu dapat dicari dengan


persamaan:

Hd = H1 – k

Dimana:

V2 Q 147,22
k= dengan v = = = 2,77 m/s
2g Be . H 1 35,64 .1,49

2,772
k= = 0.39 m
2. 9,81
Tinggi air di atas mercu (Hd)= H1 – k = 1,49 – 0,98 = 1,1 m
Maka, elevasi muka air di atas mercu = peil mercu bendung +Hd
= +103,26 + 1,1
= + 103,36 m

RAMA MAULANA (21010116130161)


RYDELL RIKO (21010116130162) 45
LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR
Asisten Dosen : Prof. Dr. Ir. Suripin, M.Eng

5.2.4. Perhitungan Tinggi Air di Hilir Bendung


 Diketahui : Q = 147,22 m3/det
I = 0,001
b = 30 m

 Perhitungan
A = (b + mh) h P = b + 2h √ m2 + 1
= (30+ h) h = 30+2h √ 12 + 1
= 30 h + h2 = 30+ 2 √ 2 h
A 30 h+h2
R=
P
=
30+2 √ 2 h
2
1
Q= A . . R 3 . √ I
n
2
1 30 h+h2
147,22=( 30 h+ h ) x 2
x (
0,03 30+2 √2 h ) 3
x √ 0,001

Dengan nilai h = 2,21 m, maka


Elevasi dasar sungai = + 100,21 m
Elevasi muka air rencana di hilir bendung = +100,21 m + 2,21 m
= +102,42 m

RAMA MAULANA (21010116130161)


RYDELL RIKO (21010116130162) 46
LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR
Asisten Dosen : Prof. Dr. Ir. Suripin, M.Eng

5.2.5. Perencanaan Dimensi Mercu Bulat


Bendung direncanakan menggunakan pasangan batu sehingga
besar jari jari mercu bendung (r) = 0,1 H 1 – 0,7 H1, maka
diambil
r = 0,5 H1
= 0,5 x 1,49
= 0,745 m

0,745

1
0,745
1

Gambar 5.3 Jari Jari Mercu Bendung

5.3. Kolam Olak


5.3.1. Penentuan Tipe Kolam Olak
Tipe kolam olak yang akan direncanakan di sebelah hilir
bangunan, bergantung pada energi yang masuk, yang
dinyatakan dengan bilangan-bilangan Froude dan pada bahan
konstruksi kolam olak.
Dalam perhitungan kolam olak ini, direncanakan pada saat
banjir dengan Q100. Untuk mengecek apakah diperlukan
kolam olak atau tidak, maka perlu dicari nilai Froude (Fr).
V1
Rumus : Fr =
√g× y1
di mana,
Fr = bilangan Froude

RAMA MAULANA (21010116130161)


RYDELL RIKO (21010116130162) 47
LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR
Asisten Dosen : Prof. Dr. Ir. Suripin, M.Eng

g = percepatan gravitasi (9,81 m/dt2)


z = tinggi jatuh (m)
Perhitungan
z = 104,75 – 102,42
= 2,33 m
v1 = √ 2. g .(0,5 H 1 + z)
= √ 2. 9,81.(0,5 .1,49+2,33)
= 7,76 m/dt
Q 147,22
y1 =v = = 0,53 m
1B e
7,76 x 35,64
q = y1 .v
= 0,53 x 7,76 = 4,1128 m3/dt
v1 7,76
Fr = = = 3,4 < 4,5
√ g . y1 √ 9,81. 0,53
y2 = kedalaman air di atas ambang ujung
y1
= ¿ −1)
2
0,53
= ¿ − 1) = 2,29 m
2
Dari hasil perhitungan didapat Fr = 3,4 < 4,5, maka
berdasarkan KP 04, kolam olak direncanakan dengan kolam
olak tipe Vlugter.

5.3.2. Pendimensian Kolam Olak


Perhitungan kolam olak tipe vlugter sebagai berikut :
 hc
2 2
hc = 3 q = 3 4,1128 =¿ 0,748
g√ √ 9,81
z 2,33
hc
= 0,748
= 3,11

 t = 2,4 hc + 0,4 z
= 2,4. 0,748 + 0,4 . 2,33 = 2,727 m

RAMA MAULANA (21010116130161)


RYDELL RIKO (21010116130162) 48
LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR
Asisten Dosen : Prof. Dr. Ir. Suripin, M.Eng

hc
 a = 0,28 x hc x
√ z
0,748
= 0,28 x 0,748 x
√ 2,33
= 0,118 m
 R = z + t – H1
= 2,33 + 2,727 –1,49 = 3,567 m
 R = D = L = 3,657 m

5.3.3. Perhitungan Panjang Lantai Muka


Tanah yang ada di lokasi rencana bendung adalah dalam
kategori pasir, maka Cl = 6,00. Untuk menghitung panjang
lantai muka menggunakan rumus :
Lw = ∑ Lv + 1/3∑ L H
dimana, Lw = panjang garis rembesan (m)
∑ Lv = panjang creep line vertikal (m)
∑ L H = panjang creep line horizontal (m)
Faktor rembesan/creep ratio (Cw) = Lw/Hw , dimana Cw> C1
(aman).

Contoh Perhitungan berdasarkan Tabel A.2.14 Perhitungan


Panjang Rembesan dan Tekanan Air Kondisi Normal dan
Tabel A.2.15 Perhitungan Panjang Rembesan dan Tekanan Air
Kondisi Banjir
Lw = ∑ Lv + 1/3∑ L H
= 16,60 + 7.37 = 23,97 m
Hw = elevasi MAN – elevasi end sill
= 3,25 m
Lw 23,97
Jadi, Cw = = = 7,37> 6,00→ nilai rembesan aman
Hw 3,25
 Untuk kondisi muka air banjir maka :
Hw = muka air banjir dari hulu – muka air di hilir

RAMA MAULANA (21010116130161)


RYDELL RIKO (21010116130162) 49
LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR
Asisten Dosen : Prof. Dr. Ir. Suripin, M.Eng

104,75 – 102,42= 2,33 m


Lw 23,97
Cw = = = 10,28> 6,00 → nilai rembesan aman
Hw 2,33

5.3.4. Menentukan Tebal Lantai Kolam Olak


Untuk menentukan tebal lantai kolam olak, harus ditinjau pada
dua kondisi yaitu pada kondisi air normal dan kondisi air banjir.
Karena tiap bangunan diandalkan berdiri sendiri tidak mungkin
ada distribusi gaya-gaya melalui momen lentur, maka
perhitungan dalam kolam olak menggunakan rumus
S ( Px−Wx)
t min =
γ pas
dimana :
Px = uplift pressure
Hx = tinggi muka air hulu bendung diukur dari titik x (m)
∆H = perbedaan tinggi tekan di hulu dan di hilir bendung (m)
t min = tebal minimum lantai kolam (m)
S = faktor keamanan
S = 1,5 untuk kondisi air normal
S = 1,25 untuk kondisi air banjir
Wx = Kedalaman air pada titik x (m)
γ beton = 2,4 t/m3

a. Untuk kondisi muka air normal


Tinjauan x di titik y
Px = 2,26 t/m2
Untuk kondisi air normal, Wx = 0 m
1,5(2,26−0)
t min= = 1,41 m
2,4
b. Untuk Kondisi Muka Air Banjir
Tinjauan x di titik y
Px = 4,41 t/m2
Untuk kondisi air banjir, Wx = 3,249 m

RAMA MAULANA (21010116130161)


RYDELL RIKO (21010116130162) 50
LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR
Asisten Dosen : Prof. Dr. Ir. Suripin, M.Eng

1,25(4,41−3,249)
t min= = 0,604 m
2,4

Jadi digunakan tebal kolam olak (t min) saat kondisi air


normal
t normal = 1,41 m≅1,5 m

5.4. Tinjauan Terhadap Efek Back Water


Efek back water adalah sutu perubahan keadaan sungai dihulu
bendung akibat adanya pembendungan air dengan bangunan
pelimpah, yaitu berupa terjadinya kenaikan muka air hulu bendung
yang merambat ke hulu sungai. Kemudian panjang efek back water ini
merupakan panjang tanggul banjir yang harus diperhitungkan.
Pada perancangan efek back water terdapat 2 cara yang diugunakan,
yaitu cara pendekatan dan grafis. Untuk menentukan panjangnya
penggenangan akibat air banjir dengan cara pendekatan adalah sebagai
berikut :
Hw
Untuk >1, maka digunakan rumus :
a

2 Hw
L=
I

Hw
Untuk <1, maka digunakan rumus :
a

2
a+ z x
L=
I
; z = Hw 1−
L( )

Dengan :
L = panjang pengaruh pembendungan (m),
Hw = tinggi muka air banjir berhubung ada bendung di hulu bending (m)
I = kemiringan rata-rata dasar sungai,
a = tinggi air banjir sebelum ada bending.

RAMA MAULANA (21010116130161)


RYDELL RIKO (21010116130162) 51
LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR
Asisten Dosen : Prof. Dr. Ir. Suripin, M.Eng

z = kedalaman air pada jarak X meter dari bending.

Gambar 5.4 Pengaruh Penggenangan “Back Water”

Perhitungan :

- Elevasi muka air banjir di atas mercu = + 104.56 m


- Elevasi dasar bendung = + 100.21m
- Kemiringan Sungai = 0,001
- Tinggi muka air banjir sebelum ada bendung = 2,33 m
Jadi,
Hw = (104.56 – 100.21) – 1,32
= 3,25
a = 2,33

Hw 3,25
= = 1,454 > 1 ,
a 2,33

2 Hw 2.3,25
Maka, L = = =¿ 650 meter
I 0,001

Artinya bahwa panjang efek lengkung aliran balik (back water curve)
yang terjadi yaitu sejauh 650 m dari as bendung. Untuk
mengantisipasi efek backwater maka perlu dianalisis apakah sungai
membutuhkan tanggul.

RAMA MAULANA (21010116130161)


RYDELL RIKO (21010116130162) 52
LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR
Asisten Dosen : Prof. Dr. Ir. Suripin, M.Eng

5.5. Perencanaan Bangunan Pelengkap


5.5.1. Perencanaan Pintu Pengambilan
Perencanan bangunan pengambilan didasarkan pada kebutuhan
debit air untuk mengairi areal yang telah direncanakan. Rumus
debit pengambilan sebagai berikut :

Qn =μ⋅a⋅b √2⋅g⋅z
Dimana ,
Qn = debit rencana intake (m3/det)
μ = koefisien debit 0,8 untuk bukaan di bawah permukaan
air dengan kehilangan tinggi energi
a = tinggi bukaan (m)
b = lebar bukaan (m) = 2 x 0,6
g = gaya gravitasi (9,81 m/s2)
z = kehilangan energi pada bukaan
= antara 0,15 – 0,30 diambil 0,20

 Perhitungan Dimensi Pintu Intake Kanan


Q rencana = 1,472 m3/dt
Q intake = 1,20 x 1,472 = 1,766 m3/dt
Qn=μ . a .b . √ 2. g . z
1,766=0,8. a .(2 x 0,6). √ 2.9,81.0,2
a=0,92 m

Jadi, Lebar bukaan intake kanan = 2 x 0,6 m

Tinggi bukaan intake kanan = 0,92 m

5.5.2. Perencanaan Kantong Lumpur


1. Perencanaan Kantong Lumpur Intake Kanan

Qn = 1,2 x 1,472 m3/dtk = 1,7664 m3/dtk

Q 1,7664
LB =
w
= 0.04
= 44,16 m2

RAMA MAULANA (21010116130161)


RYDELL RIKO (21010116130162) 53
LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR
Asisten Dosen : Prof. Dr. Ir. Suripin, M.Eng

L
≥8 maka dapat dihitung 8B x B = 88,45
B
8B2 = 88,45
B < 11,1 m sehingga L ≥ 88,8 m
Jadi, estimasi awal panjang kantong lumpur (L) ≥ 88,8 m dan
lebar saluran kantong lumpur (B) < 11,1 m.
v = 0,8 m/dtk (kecepatan aliran tidak boleh kurang dari 0,30
m/dt, guna mencegah tumbuhnya vegetasi, KP 02).
1,7664
An =
0.8
= 2,208 m2
An = (b+mh) h
2,208 = (11,1 + Hn) Hn
Hn = 0,194 m

P = B + 2 H √(1 + m2) = 11,1 + 2 . 0,194 √2 = 11,64 m

R = An/P = 4,423/11,64 = 0,379 m

Kemiringan Kantong lumpur pada eksploitasi normal atau


kantong lumpur hampir penuh
v = k x R2/3 x In1/2

0,8 = 40 x 0,3792/3 x In1/2

In = 0,00154

Perhitungan Kemiringan kantong Lumpur

Direncanakan Vs = 1,2 m/dt, maka perhitungan :

As = Qs/Vs = 1,7664/1,2 = 1,472 m2

Hs = As/b = 2,948/11,1 = 0,266 m

Ps = B + 2Hs = 11,1 + (2 x 0,266) = 11,632 m

Rs = As/Ps = 2,948/11,632 = 0,253 m

RAMA MAULANA (21010116130161)


RYDELL RIKO (21010116130162) 54
LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR
Asisten Dosen : Prof. Dr. Ir. Suripin, M.Eng

Vs = k x R2/3 x Is1/2

1,2 = 40 x 0,2532/3 x Is1/2

Is = 0,00562

Agar pengambilan berjalan dengan baik, maka kecepatan


aliran harus tetap subkritis atau Fr ≤ 1

1,2
= = 0,743 ≤ 1 (Memenuhi)
√ 9,81 x 0,266

Perhitungan Volume Kantong Lumpur


Karena tidak ada data pengukuran sediment, maka
berdasarkan KP-02 dapat diambil besarnya sediment yang
harus diendapkan 0,5 ‰ dari volume air yang mengalir melalui
kantong Lumpur. Dianjurkan pula bahwa sebagian besar (60%-
70%) dari pasir halus atau partikel dengan diameter 0,06-
0,07 mm terendapkan.

Volume = Qn (0,5/1000) T. 24.3600

= 1,7664 (0,5/1000)x 7 x 24 x 3600

= 1069,891 m3

dimana T : periode waktu pembilasan satu minggu sekali.

Perhitungan Panjang Kantong Lumpur

hn L
=
w Vn
hn x Vn 0,385 x 0.8
L= = = 77 m
w 0,004
Karena Estimasi awal panjang kantong lumpur ≥ 88,8 m, maka
ambil panjang kantong lumpur 90 m.
m = Is x L = 0,00562 x 90 = 0,506 m

RAMA MAULANA (21010116130161)


RYDELL RIKO (21010116130162) 55

Anda mungkin juga menyukai