BAB IV
PERHITUNGAN IRIGASI
Baris 4
Data lintang letak stasiun klimatologi tempat pengambilan
data adalah = 6o59’ LS
Baris 5
Data penyinaran matahari jangka waktu 8 jam Q1 = 59,80 %
Baris 6
Data penyinaran matahari yang dikonversikan dari 8 jam menjadi
12 jam dengan rumus: (0,786Q1 +3,46) = 50,5 %
Baris 7
Mencari nilai F (Tai)x10-2 dari Tabel 4.5 dengan data suhu udara
F(Tai)x10-2 = 9,22
Baris 8
Mencari nilai (∆L-1x102 ) dari Tabel 4.5 dengan data suhu udara
∆L-1x102 = 2,73
Baris 9
Mencari nilai (Pwza]Sa) dari Tabel 4.5 dengan data suhu udara
udara Pwza]Sa = 27,05
Baris 10
Mencari nilai (Ɣ+∆) dari Tabel 4.5 dengan data suhu udara
(Ɣ+∆)= 2,08
Baris 11
Pwza’ = Pwza x Pwza]Sa
= baris 2 x baris 9
= 82,8% x 27,05
= 22,4
Baris 12
Mencari nilai (F(Tdp)) dari Tabel 4.6 berdasarkan data baris 12
diperoleh (F(Tdp)) = 0,126
Baris 13
Ɣ = Pwza]Sa – Pwza’
= baris 9 – baris 11
= 27,05 – 22,4 = 4,65
Baris 14
Mencari nilai (Ɣ(Faz)) dari Tabel 4.7 berdasarkan data baris 4
(Faz) diperoleh Ɣ(Faz) = 0,132.
Baris 15
ƔEq = Ɣ x Ɣ(Faz)
= baris 13 x baris 14
= 4,65 x 0,132
= 0,614
Baris 16
Mencari nilai (caHsh x 10-2) dari Tabel 4.8. berdasarkan data baris
4 diperoleh (caHsh x 10-2) = 9,04.
Baris 17
Mencari nilai (AshxF(T)) dari Tabel 4.9. berdasarkan data baris 6
diperoleh AshxF(T) = 0,385.
Baris 18
Hne1 = caHsh x 10-2 x AshxF(T)
= baris 16 x baris 17
= 9,04 x 0,385
= 3,478
Baris 19
m = F(Tai) x 10-2 x (1 – Q1’)
= baris 7 x (1 – baris 6)
= 9,22 x (1 – 59,80%)
= 3,964
Baris 20
F(m) = 1- (m/10)
= 1 – (baris 19/10)
= 1 – (3,964/10)
= 0,683
Baris 21
Hne2 = F(Tai) x 10-2 x F(Tdp) x F(m)
=baris 7 x baris 12 x baris 20
2. Perkolasi
Perkolasi adalah kehilangan air dari petak sawah baik yang
meresap ke bawah maupun yang meresap ke samping. Besarnya
perkolasi dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik tanah baik tekstur maupun
struktur tanah, serta dipengaruhi oleh kedalaman air tanah. Perkiraan
perkolasi ini dpat menggunakan pedoman dari PSA 010 sebagai
berikut:
a. Untuk lahan yang datar (dataran rendah) digunakan 1 mm/hari
b. Untuk lahan yang miring > 5%, perkolasi berkisar 2 – 5 mm/hari
c. Berdasarkan pada tekstur tanah hasil pengamatan di lapangan:
Tanah Bertekstur berat berlempung, nilai 1- 2 mm/hari
Tanah Bertekstur sedang lempung berpasiran, nilai 2-3
mm/hari
Tanah bertekstur ringan pasir, nilai 3-6 mm/hari
Karena daerah yang akan kami aliri termasuk dengan tanah bertekstur
lempung berpasiran maka diambil perkolasi 2 mm/hari.
SD=64,662
XT =X + K . X . SD
Rh = XT/ Jumlah hari
Dimana:
XT = Besarnya hujan periode tertentu
X = Rata-rata hujan
K = Faktor frekuensi (untuk 20% kering K = -0.842)
SD = Standar deviasi
n = Jumlah tahun
xi = Curah hujan bulanan ke – i
x = Curah hujan bulanan rata – rata
Rumus Curah Hujan Efektif
Rei = Rh x FH
Re1 = 2,80 x 0,70
= 1,96
Dimana :
Re = Curah hujan efektif
Rh = Curah hujan rencana
FH = Faktor hujan efektif tanaman padi 2 golongan dapat
dilihat pada Tabel 4.12
5. Evapotranspirasi (ET)
Evapotranspirasi adalah peristiwa penguapan suatu daerah aliran
sungai sebagai akibat pertumbuhan dari tanaman. Evapotranspirasi
dapat dihitung dengan rumus :
Et = Eo x KT
dimana :
Et : Evapotranspirasi
Eo : Evaporasi
KT : Koefisien Tanaman ( untuk 20% kering K = -0,842 )
Untuk tanaman padi menggunakan padi jenis HYV dengan
koefisien pada Tabel Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi
Tanaman Padi. (Pada bulan Januari : 3,82 x 1,2 = 4,58 mm/hari)
Untuk tanaman palawija diambil jagung dengan koefisien pada
Tabel Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi Tanaman Palawija.
(Pada bulan Januari : 3,82 x 0,5 = 1,91 mm/hari)
d. Baris 4
Nilai hujan rerata dari perhitungan data curah hujan yaitu 2,72
e. Perhitungan efektif rainfall (Re = Rh x FH) dimana FH
menggunakan Tabel 4.12, maka Re = 2,72 x 0,70 = 1,91
f. Perhitungan evapotranspirasi (Et = Eo x KT) dimana KT
menggunakan Tabel 4.13 untuk padi dan Tabel 4.14 untuk
palawija (jagung) , maka Et = 5,712.
g. Perhitungan kebutuhan air saat pengolahan tanah sebelum
penanaman:
= 1,15 x 1,25
= 1,44
Menghitung kebutuhan air pada saluran sekunder (D)
D = C x 1,15 (koef. kehilangan di saluran sekunder)
= 1,44 x 1,15
= 1,71
Menghitung kebutuhan air pada saluran primer (E)
E = D x 1,1(koef. kehilangan di saluran primer)
= 1,71 x 1,1
= 1,89
4.1.2. Kebutuhan Air Untuk Irigasi
Nilai kebutuhan air tiap tanaman diambil dari nilai kebutuhan air
rata-rata yang terbesar pada saluran primer C, saluran sekunder D dan
saluran tersier E ( Tabel 4.18).
P = b + 2h ( 1 + m2 )1/2 ( m )
iL = kemiringan saluran di lapangan
R = A/P (m)
k = dari table / koefisien Stickler
Setelah harga b & h dikeahui, kita hitung luas penampang basah
(A) dengan rumus :
A = ( b + mh ) h ( m2 )
Menghitung kecepatan aliran ( V ) dengan rumus :
V=Q/A ( m/dt )
Untuk daerah landai diambil V 0,5 – 1,5 m/dt.
Apabila V diantara 0,5 – 1,5 m/dt , maka perhitungan dihentikan
dan apabila 0,5 > V > 1,5 m / dt, maka perhitungan dilanjutkan
dilanjutkan dengan ketentuan :
i. Bila V < 0,5 m/dt, maka V baru ( Vb ) = 0,5 m/dt
ii. Bila V > 1,5 m/dt, maka V baru ( Vb ) = 1,5 m/dt
Menghitung A baru ( Ab ) dengan berdasarka harga V b, dengan
rumus :
Ab = Q / Vb ( m2 )
Menghitung lebar dasar saluran baru ( bb ) dan tinggi muka air
baru ( hb ) dengan rumus :
Ab = (bb + hb ) x hb
Menghitung keliling basah dengan rumus :
P = bb + 2hb ( 1 + m2 )1/2
Menghitung jari - jari hidrolis saluran dengan rumus :
R = Ab / P
Menghitung kemiringan saluran dengan menggunakan rumus
Stickler :
I = [ Ab / ( K x R2/3 )]2
21/12/2007 2
22/12/2007 3
Perhitungan DM
120
100 98 101
96
80
60
51
40
34 32.01
20 21.34
17
10.67
0 0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Mencari Dm
D3 51
Dm = = = 1,96759 lt/dt.ha = 0,001967
3 x 6,33 3 x 8,64
m3/dt/Ha