38
Yn = 0,4952
Sn = 0,9497
Yt = 0,3365
Maka dapat dihitung analisis frekuensi untuk periode ulang 2 tahun
sebagai berikut.
( )
KT = .............................................................................. (4.2)
( , , )
KT = = -0,136
,
No T Yt KT XT
39
Tabel 4.3. Perhitungan parametrik Distribusi Log Pearson Type III
Curah Hujan
Log Xi-Log (Log Xi-Log (Log Xi-Log (Log Xi-Log
Tahun No Maksimum (Xi) Log Xi
Xrata-rata Xrata-rata)^2 Xrata-rata)^3 Xrata-rata)^4
mm
2012 1 143 2,1553 -0,0575 0,0033 -0,000190 0,000011
2013 2 128 2,1072 -0,1056 0,0111 -0,001177 0,000124
2014 3 100 2,0000 -0,2128 0,0453 -0,009635 0,002050
2015 4 206 2,3139 0,1011 0,0102 0,001033 0,000104
2016 5 270 2,4314 0,2186 0,0478 0,010442 0,002282
2017 6 195 2,2900 0,0772 0,0060 0,000461 0,000036
2018 7 147 2,1673 -0,0455 0,0021 -0,000094 0,000004
2019 8 100 2,0000 -0,2128 0,0453 -0,009635 0,002050
2020 9 230 2,3617 0,1489 0,0222 0,003304 0,000492
2021 10 200 2,3010 0,0882 0,0078 0,000687 0,000061
Jumlah 1719 22,1279 0,2010 -0,004803 0,007215
Rata-rata 171,9 2,2128
S Log X 0,149
(S Log X)^3 0,00334
G atau Cs -0,200
40
Berikut hasil perhitungan dari tiga metode yang digunakan yakni metode
Distribusi Gumbel dan Log Pearson Type III. Untuk lebih jelas akan disajikan
pada tabel berikut.
Tabel 4.5. Rekapitulasi hujan rencana dengan dua metode
Periode Ulang/Tahun (mm/hari)
No. Metode
2 5 10 20 50 100
1 Gumbel 164,180 232,166 277,184 320,360 376,247 418,128
2 Log Pearson Type III 165,089 218,521 252,587 279,742 324,525 353,863
Sumber: Hasil perhitungan
Dari tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan curah hujan rencana dengan
menggunakan dua metode distribusi. Data hasil perhitungan menunjukkan
variasi dari curah hujan rencana dari tiga metode yang digunakan. Untuk dapat
digunakan pada perhitungan selanjutnya perlu dilakukan uji kecocokan
distribusi untuk memilih metode mana yang paling sesuai.
b. Kustosisi (Ck)
∑( ) × ,
= = = 1,56
,
b. Kurtosis
∑(!"# !"# ) × ,
= = = 1,45
,
Penentuan jenis sebaran atau uji kecocokan distribusi pada wilayah studi dapat
dilakukan perbandingan antara syarat penggunaan metode dengan hasil
41
perhitungan ukuran disperse. Hasil uji kecocokan distribusi dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.6. Hasil uji kecocokan distribusi
Jenis Distribusi Syarat Hasil Keterangan
Cs = 1,14 0,261 tidak memenuhi
Gumbel
Ck = 5,4 1,562 tidak memenuhi
Cs positif atau negatif, jika semua syarat -0,200 memenuhi
Log Pearson Type III
tidak memenuhi
1,447 memenuhi
No T XT
1 2 171,90
2 5 219,75
3 10 244,82
4 20 265,33
5 50 288,68
6 100 304,63
Sumber: Hasil perhitungan
42
Yn = 0,4952
Sn = 0,9497
Selanjutnya, dapat diperoleh nilai besarnya curah hujan untuk periode ulang 5
tahun adalah sebagai berikut.
*+ = * + -
(/+ − / )
.
,
*+ = 171,9 + (1,4999 − 0,4952)
,
*+ = 232,166 mm/jam
Berdasarkan hasil perhitungan XT maka dapat dihitung nilai intensitas curah
hujan sebagai berikut.
% :
8=
%× ,
8=
8 = 52,237 mm/jam
Dari nilai intensitas curah hujan yang telah didapat, kemudian
diplotkan pada kurva basis (Gambar 4.1.), denagan waktu intensitas = 240
menit. Tarik garis lengkung searah dengan garis lengkung kurva basis.
Kurva ini merupakan garis lengkung intensitas hujan rencana. Oleh karena
I yang didapat 52,237 mm/jam > 30 mm/jam, maka garis lengkung
intensitas hujan rencana tidak sama dengan garis lengkung kurva basis.
untuk memperoleh waktu konsentrasi (tc), dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut.
1. Jalan kutilang
,
;<=><? = @ × 3,28 × BC × F
√E
, ,
;<=><? = @ × 3,28 × 6 × F
√ ,
43
;<=><? = 1,163 menit
, ,
;GHℎJ = @ × 3,28 × 1,5 × F
√ ,
;2 = × ,
;2 = 3,69 menit
Maka nilai tc = t1 + t2 = 3,322 + 3,69 = 7,012 menit
2. Belakang instalasi gizi
,
;1 = @ × 3,28 × BC × F
√ =
, ,
;1 = @ × 3,28 × 60 × F
√ ,
;1 = 1,268 menit
!
;2 =
×L
;2 =
× ,
;2 = 2,111 menit
Maka nilai tc = t1 + t2 = 3,379 menit
3. Jalan embun pagi
,
;1 = @ × 3,28 × BC × =
F
√
, ,
;1 = @ × 3,28 × 15 × F
√ ,
;1 = 1,477 menit
!
;2 = ×L
;2 = ×
;2 = 2,167 menit
44
Maka nilai tc = t1 + t2 = 3,644 menit
Selanjutnya menentukan intensitas hujan rencana (I), dengan cara memplotkan
nilai tc pada waktu di kurva basis kemudian tarik garis lurus ke atas sampai
memotong garis lengkung intensitas hujan rencana, dan tarik garis lurus sampai
memotong garis intensitas hujan (mm/jam). Berikut contoh menentukan
intensitas hujan rencana di lokasi Jalan Kutilang.
45
4.3 Analisis Debit
Perhitungan debit hujan dapat dihitung menggunakan metode Rasional dengan
rumus:
Q = 0,278 × × 8 × M .................................................................. (4.10)
dimana:
Q = debit rencana dengan masa ulang T (m3/dtk)
C = koefisien penyebaran hujan, yang dalam perhitungan ini menggunakan
Nilai 0,7 – 0,95
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
A = luas daerah pengaliran (km2)
Berikut perhitungan debit hujan periode ulang 5 tahun pada beberapa lokasi
drainase Kawasan RSUP M. Djamil Padang.
1. Jalan Kutilang
Diketahui data-data sebagai berikut.
MN<?< = 3 × 100 = 300 m2
MO<KP = 1,5 × 100 = 150 m2
MOQ " = 1 × 100 = 100 m2
Adapun besarnya koefisien aliran (C) pada saluran drainase Jalan Kutilang
adalah:
RS .TS URV .TV URW UTW
C=
TS UTV UTW
( × , )U( × , )U( × , )
C= = 0,85
U U
46
Atanah = 1 × 190 = 190 m2
Agedung = 30 × 190 = 5700 m2
RS .TS URV .TV URW UTW
C=
TS UTV UTW
( × , )U( × , )
C= = 0,85
U
47
Tabel 4.9. Hasil survei drainase Kawasan RSUP M. Djamil Padang
Dimensi Saluran
Panjang Kondisi
No. Lokasi Saluran (m)
(m) Eksisting
B H
1. Jalan embun pagi 0,70 0,60 195 Beton
2. Jalan Kutilang 1,80 1,20 332 Beton
3. Belakang Instalasi Gizi 0,60 0,80 190 Beton
Sumber: Hasil perhitungan
Dari hasil survey juga didapat bentuk saluran drainase dan dilihat pada gambar
berikut.
H m
h
= 0,514 m
48
Koefisien Manning (n)
Koeifsien pengaliran Manning untuk kondisi saluran batu pecah disemen
adalah 0,025.
V = ×\ ×]
=
,
× 0,514 × 0,00301
= 1,41 m/dtk
Jadi, kapasitas tampungan saluran adalah
Q =V×A
= 1,4 × 2,16
= 3,024 m3/dtk
2) Belakang Instalasi Gizi
Luas penampang (A)
A =b×h
= 0,80 × 0,6
= 0,48 m2
Keliling basah (P)
P = (2 × h) + b
= (2 × 0,85) + 0,6
= 2,3 m
Jari-jari hidrolis (R)
T
R =
[
,
=
,
= 0,22 m
Koefisien Manning (n)
Koeifsien pengaliran Manning untuk kondisi saluran batu pecah disemen
adalah 0,025.
V = ×\ ×]
=
,
× 0,22 × 0,0053
= 1,06 m/dtk
49
Jadi, kapasitas tampungan saluran adalah
Q =V×A
= 1,06 × 0,51
= 0,54 m3/dtk
3) Jalan Embun Pagi
Luas penampang (A)
A =b×h
= 0,80 × 0,6
= 0,48 m2
Keliling basah (P)
P = (2 × h) + b
= (2 × 0,85) + 0,6
= 2,3 m
Jari-jari hidrolis (R)
T
R =
[
,
=
,
= 0,22 m
Koefisien Manning (n)
Koefisien pengaliran Manning untuk kondisi saluran batu pecah disemen
adalah 0,025.
V = ×\ ×]
=
,
× 0,22 × 0,0053
= 1,06 m/dtk
Jadi, kapasitas tampungan saluran adalah
Q =V×A
= 1,06 × 0,51
= 0,54 m3/dtk
50
Dari hasil Q rancangan debit banjir dan Q analisis tampungan penampung
diatas di buat perbandingan hasil perhitungan untuk mengetahui kondisi
saluran drainase seperti pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Perbandingan Q analisis tampungan dengan Q rencana
No. Lokasi Drainase Qsaluran Qrencana
1. Jalan Kutilang 0,919 3,08
2. Belakang Instalasi Gizi 0,659 0,54
3. Jalan Embun Pagi 0,435 0,54
Sumber: Hasil perhitungan
Berdasarkan tabel di atas, saluran drainase Kawasan RSUP M. Djamil Padang
masih dapat menampung debit hujan. Namun pada saluran di Jalan Belakang
Instalasi Gizi tidak dapat menampung debit banjir akibat debit rencana lebih
besar dibandingkan debit saluran.
51