DRAINASE
Disusun Oleh
Muchammad Dian Nurdianto
2016050002
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GRESIK
2019
Pendahuluan
Hujan merupakan bagian dari siklus air untuk menjaga keseimbangan air di alam
semesta. Hujan adalah salah satu anugerah Allah SWT yang memberikan banyak manfaat
dan sangat penting keberadaannya bagi keberlangsungan mahluk hidup di bumi. Di sisi
lain, hujan memiliki potensi bencana apabila jumlah dan sebarannya tidak terkendali yang
merupakan fenomena alam yang sangat sulit dimodifikasi atau dikendalikan oleh
manusia. Usaha maksimal yang dapat dilakukan oleh manusia adalah mengenali pola atas
keberadaan hujan dengan memformulasi pola hujan. Durasi hujan (t), dan ketebalan hujan
(R) adalah dua variabel utama hujan yang hampir selalu diamati untuk berbagai
kebutuhan analisa, prediksi dan juga perencanaan, yaitu berdasarkan variabel utama ini,
dapat diturunkan variabel lain, antara lain intensitas curah hujan (I). Hasil formulasi pola
hujan sangat penting untuk upaya-upaya penanganan dan pengendalian dampak negatif
akibat hujan di kawasan hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Rokan. Perencanaan bangunan
konservasi, dan implementasi kegiatan vegetatif maupun dalam pengembangan Sumber
Daya Air, semuanya memerlukan masukan data dan pola hujan.
Intensitas hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau
volume hujan tiap satuan waktu. Besarnya intensitasnya berbeda-beda, tergantung dari
lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya. Intensitas hujan diperoleh dengan cara
melakukan analisis terhadap data hujan baik secara statistik maupun empiris. Intensitas
hujan dihubungkan dengan durasi hujan jangka pendek misalnya 5 menit, 30 menit, 60
menit dan jam-jaman. Data curah hujan jangka pendek ini hanya dapat diperoleh dengan
menggunakan alat pencatat hujan otomatis. Di Indonesia alat ini belum banyak, yang
lebih banyak digunakan adalah pencatat hujan biasa yang mengukur hujan 24 jam atau
disebut hujan harian. Besarnya intensitas hujan berbeda-beda, tergantung dari lamanya
curah hujan dan frekuensi kejadiannya.
rumus yang digunakan dalam metode Distribusi Probabilitas Log Pearson Type
Keterangan rumus :
Log XT = nilai logaritma hujan rencana dengan periode ulang T
_____
Log XT = nilai rata-rata dari log X = Σ Log Xi
______
Contoh Perhitungan !
Untuk contoh perhitungan kita masih gunakan data curah hujan maksimum (Xi)
yang digunakan pada pembahasan sebelumnya dan kita akan coba hitung hujan
rencana periode ulang 2 tahun, 5, 20, 50 dan 100 tahun menggunakan metode
____ ____
Tahun Xi (mm) Log Xi ( Log Xi – Log X )2 ( Log Xi – Log X )3
= 21,9711
________
10
= 2,1971
Nilai Cs yang sudah didapat dipakai untuk mencari nilai T pada lampiran Tabel Frekuensi
KT untuk Distribusi Log Pearson Type III, maka didapat :
T = 2 dan Cs = 0,541 maka nilai KT = - 0,018
T = 5 dan Cs = 0,541 maka nilai KT = 0,837
T = 20 dan Cs = 0,541 maka nilai KT = 1,685
T = 50 dan Cs = 0,541 maka nilai KT = 2,108
T = 100 dan Cs = 0,541 maka nilai KT = 2,401
Probabilitas Log Pearson Type III, untuk periode ulang 2 tahun, 5, 20, 50 dan 100
tahun. (*)
tahunnya pun tidak sinkron dengan beberapa periode ulang yang dibahas pada
metode berikutnya yakni 2 tahun, 5, 20, 50 dan 100 tahun. Oleh karena itu harus
bawah ini. Kelihatannya agak berbeda dari rumus sebelumnya, itu cuma
Sn
Yt = reduced variate (lampiran tabel)
Sn = reduced standar (lampiran tabel)
Yn = reduced mean (lampiran tabel)
CONTOHPERHITUNGAN
Diketahui data hujan harian maksimum 10 tahun pengamatan seperti tertera dalam tabel.
Hitunglah besar curah rencana dengan periode ulang 2 tahun, 5, 20, 50 dan 100 tahun berdasarkan
__
Tahun Xi (Xi – X )2
(mm)
2004 134 954,81
2005 173 65,61
2006 241 5791,21
2007 131 1149,21
2008 121 1927,21
2009 126 1513,21
2010 106 3469,21
2011 138 723,61
2012 234 4774,81
2013 245 6416,01
Σ 1649 26784,9
Rata-rata 164,9
Stand dev 54,55
__
*) Hitung nilai rata-rata ( X )
__
X = Σ (Xi)
______
= 1649
________
10
= 164,9
_ 0,5 0,5
S = Σ( Xi – X)2 = 26784,9
_______ _______ (bentuk akar bisa disederhanakan menjadi X 0,5)
10 -1 9
= 54,55
Dengan jumlah data (n) = 10 maka didapat nilai Sn dan Yn yang diambil dari lampiran :
Sn 0,9497
Yn 0,4952
dengan Yt untuk masing-masing periode ulang dan hasil perhitungannya tertera dalam
Contoh perhitungan Intensitas curah hujan: Diketahui curah hujan rencana (R)
sebesar 123.160 mm pada kala ulang 2 tahun, dengan lama hujan (t) adalah 1 jam.
maka perhitungan Intensitas adalah sebagai berikut:
Dengan mengubah variabel t untuk masing-masing curah hujan (R24) untuk periode
ulang 2 tahun, R24 = 152,805 mm/jam untuk periode ulang 5 tahun dan R24 =
171,080 mm/jam untuk periode ulang 10 tahun, maka hasilnya adalah sebagai
berikutberikut:
hubungan antara intensitas dan waktu lama hujan dapat dilihat pada grafik berikut:
LANDASAN TEORI
Siklus air atau siklus hidrologi merupakan sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari
atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan
transpirasi. Siklus hidrologi adalah gerakan air laut ke udara, yang kemudian jatuh ke permukaan
tanah mengalir kembali ke laut (Soemarto, 1987). Pemanasan air samudera oleh sinar matahari
merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu.
Metode Sherman
Rumus Sherman dikemukakan oleh pro-fessor Sherman pada tahun 1905.
Rumus ini mungkin cocok untuk jangka waktu curah hujan yang lamanya lebih dari 2
jam. Adapun rumus tersebut :
I = intensitas curah huajn (mm/menit)
t = lamanya curah hujan atau durasi (menit)
Metode Ishiguro
Rumus Ishiguro ini dikemukakan oleh Dr. Ishiguro tahun 1953. Adapun rumus
tersebut :
Dimana :
S = Standar Deviasi
Xi = Variabel minimum
Xr = Variebel rata-rata
n = Jumlah data
Semakin kecil nilai koefisien deviasi (s) terhadap nilai rata-rata varibelnya berarti
semakin bagus pula pula kualitas data yang diperoleh.
Nilai Korelasi (r)
Persamaan untuk koefisien korelasi antar dua variabel dapat dilihat sebagai beri-
kut:
Dimana:
r = Nilai korelasi
n = Jumlah data
x,y = Variabel uji korelasi
Dimana :
n = jumlah stasion hujan
r = curah hujan yang dicari (mm)
R = curah hujan rata-rata setahun di tempat pengamatan R yang datanya akan
dilengkapi
rA, rB, rC = curah hujan di tempat-tempat pengamatan A, B, dan C
RA, RB, RC = curah hujan rata-rata setahun di stasion A, B, dan C .