Anda di halaman 1dari 17

Analisa Data Curah Hujan

1. Pemilihan Metode
Analisis curah hujan rencana ini ditujukan untuk mengetahui besarnya
curah hujan maksimum dalam periode ulang tertentu yang nantinya
dipergunakan untuk perhitungan debit banjir rencana. Perhitungan hujan rencana
digunakan analisa frekuensi, cara yang dipakai adalah dengan menggunakan
metode kemungkinan (Probability Distribution) teoritis yang ada. Beberapa
jenis distribusi antara lain :
i. Metode Distribusi Loq Person Tipe III.
Rumus umum:
____
Log XT = Log XT + K.SD
Dimana:
Log XT = Log (Curah hujan maksimum periode ulang hujan)
____
Log XT = Log (mean dari curah hujan harian maksimum selama periode
tertentu)
SD = standard deviasi (data curah hujan terhadap rata-rata data)
K = Faktor frekuensi, didapatkan dari table dengan mengetahui koefisien
kemencengan (Cs)
n _
n (log x i - log x ) 3
i 1

CS = (n  1)( n  2) S 3

Maka langkah yang dilakukan yaitu:


a. Mengubah nilai curah hujan menjadi dalam bentuk log
b. Menghitung nilai rata-rata dari log xi;

 log xi
Log XT = n
c. Menghitung standar deviasi
Menghitung standar deviasi data terhadap rata-rata data, SD3 dan CS

1
2
SD = Σ (loq Xi – Loq X )
√ n−1
n _
n (log x i - log x ) 3
i 1

CS = (n  1)( n  2) S 3

Dimana:
SD = Standar Deviasi
Log xi = hasil dari log data curah hujan
Log x = hasil dari rata-rata log xi
n = jumlah data
d. Menentukan nilai K untuk tiap PUH 2,5,10
Nilai K dari tabel yang terlampir pada lampiran untuk tiap PUH:
PUH 2, K = -0.136
PUH 5, K = 1.058
PUH 10, K = 1.848
e. Menghitung R24 untuk PUH 2, 5,10 tahun
Loq XTR = Loq X + KTR (SD)
 R24 untuk PUH 2 tahun = 129.21 mm
 R24 untuk PUH 5 tahun = 215.43 mm
 R24 untuk PUH 10 tahun = 272.52 mm
i. Metode Gumbel
Rumus Umum :

x = x + SD.K
Dimana:
x = Curah hujan maksimum periode ulang hujan

x = mean dari curah hujan harian maksimum selama periode tertentu
SD = standard deviasi (data curah hujan terhadap rata-rata data)
K = Faktor frekuensi.
Ytr  Yn
K = Sn

2
Dimana:
Yn = reduce mean, tergantung jumlah data
Sn = reduce standard deviation, tergantung pada jumlah data
tr = fungsi waktu balik (tahun)
Ytr= reduce variate, dapat dihitung dengan persamaan berikut:
 tr - 1
 ln  ln 
Ytr=  tr 

Maka langkah yang dilakukan yaitu:


a. Menghitung rata-rata dari data curah hujan
b. Menghitung standar deviasi untuk data curah hujan
Σ( X i− X )2
Sr =
√ n−1
Dimana : X = X rata – rata tahunan
Sr = simpangan baku
n = jumlah data
c. Menghitung Yt (reduce variate) untuk PUH 2, 5, 10 tahun
 tr - 1
 ln  ln 
PUH 2: Ytr =  tr  = = 0.3665
 tr - 1  5 - 1
 ln  ln   ln  ln 
PUH 5: Ytr =  tr  =  5  = 1.4999

 tr - 1  10 - 1
 ln  ln   ln  ln 
PUH 10: Ytr =  tr  =  10  = 2.2504

d. Menghitung nilai K (faktor koreksi)


Nilai Yn dan Sn didapatkan dari tabel (terlampir pada lampiran)
berdasarkan data yang ada, Yn = 0.5362 dan Sn = 1.1124, maka:
Ytr  Yn 0.3665−0.4952
PUH 2: K = S n = 0.9496 = -0,1355
1.4999−0.4952
0.9496

3
Ytr  Yn
PUH 5: K = Sn = = 1,058
Ytr  Yn 2.2504−0.4952
Sn 0.9496
PUH 10: K = = = 1.8483
e. Menghitung R24 untuk PUH 2, 5, 10 tahun

R24 = x + SD.K
 R24 untuk PUH 2 tahun = 129.21 mm
 R24 untuk PUH 5 tahun = 215.43 mm
 R24 untuk PUH 10 tahun = 272.52 mm

Tabel perhitungan R24 metode Gumbel terdapat pada lampiran

ii. Menentukan R24 dari metode terpilih


Nilai R24 yang dipakai merupakan nilai R24 dari metode yang terpilih,
yaitu metode yang memiliki nilai standar deviasi yang paling kecil. Maka
perlu dicari nilai standar deviasi data awal terhadap data hasil perhitungan
untuk tiap metode.

i. Metode Gumbel
Tabel 5.2 Perhitungan Standar Deviasi Gumbel
TAHUN Xi (Xi-X) (Xi-X)2 T=2 T=5 T=10
2002 75 -64 4096.00 129.21 215.43 272.52
2003 146 7 49.00 129.21 215.43 272.52
2004 152 13 169.00 129.21 215.43 272.52
2005 75 -64 4096.00 129.21 215.43 272.52
2006 126 -13 169.00 129.21 215.43 272.52
2007 84 -55 3025.00 129.21 215.43 272.52
2008 107 -32 1024.00 129.21 215.43 272.52
2009 95 -44 1936.00 129.21 215.43 272.52
11664.0
2010 247 108 0 129.21 215.43 272.52

4
20736.0
2011 283 144 0 129.21 215.43 272.52
46964.0
      0 1292.11 2154.32 2725.18

Σ( X i− X )2
SD =
√ n−1
Maka, nilai R24 yang digunakan untuk mengukur intensitas hujan
merupakan nilai PUH 2 dan 25 R24 dari metode Gumbel
2. Menentukan Intensitas Hujan
Intensitas hujan (I) adalah laju rata rata hujan yang lamanya sama
dengan lama waktu konsentrasi dengan masa hujan tertentu. Lama waktu
konsentrasinya untuk berbagai daerah didalam kota adalah berbeda–beda.
Intensitas hujan akan dicari untuk tiap PUH yaitu 2, 5, 10 dan 25 tahun
masing–masing PUH dengan durasi yang sama. Kemudian dicari
intensitas curah hujan dengan menggunakan metode Talbot, Sherman
dan Ishiguro. Intensitas hujan yang digunakan untuk membuat kurva IDF
yaitu intensitas hujan dari metode yang terpilih.
Kurva IDF didapatkan dengan terlebih dahulu menentukan intensitas
curah hujan rata-rata dengan menggunakan rumus terpilih dari rumus
Talbot, Sherman dan Ishiguro. Nilai a dan b yang diperhitungkan sesuai
dengan perhitungan tahun perencanaan terpilih.
Perhitungan intensitas curah hujan berdasarkan rumus Mononobe
adalah:
I = (R24/24) (R24/t) 2/3
Dimana:
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
t = lama curah hujan (jam)
R24 = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan intensitas hujan


berdasarkan metode yang terpilih PUH 2 dan 25 R24 dari metode Gumbel,
yaitu :

5
a. Konversi nilai R24 untuk tiap PUH 2, 5, 10 tahun menjadi
Intensitas hujan (mm/jam).
Untuk melakukan konversi dari R24 (mm) menjadi intensitas
hujan (mm/jam) maka diperlukan konstanta nilai a dan b
sebagai berikut:
Tabel 5.3 Konstanta Nilai a dan b
T A B
(menit
)  
1 5.85 21.6
5 29.1 116
10 73.8 254
15 138 424
20 228 636
25 351 909
30 524 1272
35 774 1781
40 1159 2544
45 1811 3816
50 3131 6360
55 7119 13992
59 39083 75048
Rumus yang digunakan yaitu:
a x R 24 60 x R
R= I =
b+ R 24 t

Dimana :
R24 = data curah hujan (mm)
t = waktu lamanya hujan (menit)
I = intensitas hujan (mm/jam)

Tabel 5.4 Perhitungan PUH 2 Tahun


PUH 2 tahun
Waktu hujan R24 R I
a B a x R24 b + R24
(menit) (mm) (mm) (mm/jam)
129.2
1 5.85 21.6 755.88 150.81 5.01 300.73
1
5 29.1 116 129.2 3760.03 245.21 15.3 184.01

6
1 3
129.2 24.8
10 73.8 254 9535.74 383.21 149.30
1 8
129.2 32.2
15 138 424 17831.06 553.21 128.93
1 3
129.2 38.5
20 228 636 29460.02 765.21 115.50
1 0
129.2 43.6
25 351 909 45352.92 1038.21 104.84
1 8
129.2 48.3
30 524 1272 67706.36 1401.21 96.64
1 2
129.2 52.3
35 774 1781 100009.01 1910.21 89.75
1 5
129.2 56.0
40 1159 2544 149755.10 2673.21 84.03
1 2
129.2 59.3
45 1811 3816 234000.42 3945.21 79.08
1 1
129.2 62.3
50 3131 6360 404558.43 6489.21 74.81
1 4
1399 129.2 65.1
55 7119 919850.35 14121.21 71.06
2 1 4
3908 7504 129.2 67.1
59 5049938.37 75177.21 68.31
3 8 1 7

Tabel 5.5 Perhitungan PUH 5 Tahun


PUH 5 tahun
Waktu hujan R24 R I
a b a x R24 b + R24
(menit) (mm) (mm) (mm/jam)
215.4
1 5.85 21.6 1260.28 237.03 5.32 319.01
3
215.4
5 29.1 116 6269.07 331.43 18.92 226.98
3
215.4
10 73.8 254 15898.87 469.43 33.87 203.21
3
215.4
15 138 424 29729.59 639.43 46.49 185.98
3
215.4
20 228 636 49118.46 851.43 57.69 173.07
3
215.4
25 351 909 75616.57 1124.43 67.25 161.40
3
215.4
30 524 1272 112886.28 1487.43 75.89 151.79
3
215.4
35 774 1781 166744.24 1996.43 83.52 143.18
3
215.4
40 1159 2544 249685.49 2759.43 90.48 135.73
3
45 1811 3816 215.4 390147.05 4031.43 96.78 129.04

7
PUH 5 tahun
Waktu hujan R24 R I
a b a x R24 b + R24
(menit) (mm) (mm) (mm/jam)
3
215.4 102.5
50 3131 6360 674517.06 6575.43 123.10
3 8
1399 215.4 107.9
55 7119 1533659.21 14207.43 117.76
2 3 5
3908 7504 215.4 111.8
59 8419722.27 75263.43 113.77
3 8 3 7

Tabel 5.6 Perhitungan PUH 10 Tahun


PUH 10 tahun
Waktu hujan R24 R I
a b a x R24 b + R24
(menit) (mm) (mm) (mm/jam)
272.5
1 5.85 21.6 1594.23 294.12 5.42 325.22
2
272.5
5 29.1 116 7930.27 388.52 20.41 244.94
2
272.5
10 73.8 254 20111.81 526.52 38.20 229.19
2
272.5
15 138 424 37607.45 696.52 53.99 215.97
2
272.5
20 228 636 62134.05 908.52 68.39 205.17
2
272.5
25 351 909 95653.74 1181.52 80.96 194.30
2
272.5
30 524 1272 142799.32 1544.52 92.46 184.91
2
272.5 102.7
35 774 1781 210928.76 2053.52 176.08
2 2
272.5 112.1
40 1159 2544 315848.11 2816.52 168.21
2 4
272.5 120.7
45 1811 3816 493529.70 4088.52 160.95
2 1
272.5 128.6
50 3131 6360 853253.17 6632.52 154.38
2 5
1399 272.5 136.0
55 7119 1940054.08 14264.52 148.37
2 2 1
3908 7504 272.5 141.4
59 10650812.42 75320.52 143.80
3 8 2 1

2. Menentukan konstanta a, b dan n dari 3 metode

8
Perhitungan a dan b dilakukan untuk setiap PUH yaitu PUH 2
tahun, PUH 5 tahun, PUH 10 tahun
1) Metode Talbot

a
  Ixt  x  I     I xt x  I  
2 2

 Nx  I     I  x  I  
2

b
  Ixt  x  I      I xt xN 
2

 Nx  I     I  x  I  
2

 PUH 2: a = 4651.597; b = 16.970


 PUH 5: a = 9934.289; b = 34.446
 PUH 10: a = 15076.128; b = 50.912

2) Metode Sherman

log a 
  log I  x  log t     log Ix log t  x  t  
2

 Nx  (log t )     log t  x  log t  


2

n
  log I  x  log t      log Ix log t xN 
 Nx  (log t )     log t  x  log t  
2

PUH 2: a = 326.730; n = 0.367


PUH 5: a = 343.175; n = 0.251
PUH 10: a = 344.118; n = 0.194

3) Metode Ishiguro

a
  Ix t  x  I     I
2 2

x t x  I  
 Nx  I     I  x  I  
2

b
  Ix t  x  I      I 2
x t xN 
 Nx  I     I  x  I  
2

PUH 2: a = 616.918; b = 14.35


PUH 5: a = 1246.291; b = 39.32
PUH 10: a = 1838.484; b = 71.909

9
Tabel dari keseluruhan perhitungan nilai konstanta a dan b dengan ketiga
metode terdapat di lampiran.

3. Menentukan Nilai Intensitas Hujan dan Standar Deviasi dari Ketiga Metode
Untuk menentukan Debit Hujan Rencana perlu didapatkan harga suatu
Intensitas Curah Hujan. Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan
yang terjadi padasuatu kurun waktu di mana air tersebut berkonsentrasi.
Analisis intensitas curah hujan ini dapat diproses dari data curah hujan yang
telah terjadi pada masa lampau. Dalam perencanaan ini menggunakan 3
metode dalam menetukan intensitas curah hujan yaitu :
a. Metode Talbot
a
I
 t  b

b. Metode Ishiguro
a
I 
tn n
c. Metode Sherman
a
I
 tb
d. Standar Deviasi
1 n n
   Ii  I   1  i
n i 1 N i 1

Tabel perhitungan intensitas hujan dan standar deviasi untuk PUH 2, 5, 10


tahun berada di lampiran.
Dan berdasarkan dari perhitungan diatas, nilai intensitas hujan yang
digunakan untuk perencanaan adalah nilai yang mempunyai standar deviasi
paling kecil. Metode yang memiliki standar deviasi paling kecil adalah metode
Sherman.

10
4. Membuat Kurva IDF dari metode terpilih
Intensitas hujan yang telah ditentukan oleh metode terpilih selanjutnya
diplotkan dalam suatu kurva yang disebut kurva IDF.

Tabel 5.7 Intensitas Hujan dari Metode Sherman


Waktu
Hujan PUH 2 Tahun PUH 5 Tahun PUH 10 tahun
(menit) ( mm/ menit ) ( mm/ menit ) ( mm/ menit )
1 326.730 343.1752 344.118
5 181.135 229.1603 251.638
10 140.497 192.5790 219.904
15 121.095 173.9507 203.230
20 108.977 161.8372 192.172
25 100.419 153.0252 184.011
30 93.927 146.1826 177.601
35 88.768 140.6366 172.356
40 84.528 136.0028 167.938
45 80.956 132.0423 164.135
50 77.890 128.5974 160.806
55 75.216 125.5586 157.853
59 73.305 123.3663 155.712

Kurva Intensitas Curah Hujan


400.000

350.000

300.000
intensitas (mm/jam)

250.000 PUH 2 Tahun


PUH 5 Tahun
200.000 PUH 10 Tahun

150.000

100.000

50.000

0.000
1 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 59

11
Grafik 5.2 Kurva Intensitas Duration Frequency (IDF)

5.3 Analisa Debit Limpasan Hujan


Dalam menghitung debit banjir atau debit yang ditampung saluran,
maka dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Perencanaan jalur saluran
Merencanakan jalur saluran yang akan mengalirkan air hujan ke badan
air penerima dengan memperhatikan syarat-syarat tertentu. Jalur ini dibuat
sesuai dengan wilayah yang akan direncanakan. (lampiran).
b) Menentukan blok pelayanan dan tata guna lahan
Blok pelayanan dan tata guna lahan yang dimaksud adalah daerah yang
mendapatkan pelayanan saluran air hujan. Cakupan wilayah pelayanan
tersebut meliputi daerah domestik dan non-domestik. Hasil area
didapatkan dalam satuan km2. Kemudian untuk setiap jalur, luas daerah
pelayanan dikumulatifkan.
Setiap tata guna lahan memiliki nilai koefisien pengaliran (C) yang
berbeda-beda. Dengan diketahuinya nilai C dan luas area, maka akan
diketahui nilai C x A, sigma C x A dan C rata-rata.

c) Mengukur elevasi muka tanah awal limpasan dan elevasi muka tanah
akhir limpasan
Elevasi tanah awal limpasan (Ho1) dan akhir limpasan (Ho2) diukur
berdasarkan garis kontur yang sudah ada di peta, kemudian dilakukan
interpolasi sehingga didapatkan ketinggian pada titik tersebut.
d) Mengukur slope limpasan
Slope limpasan atau kemiringan medan limpasan (So) didapatkan
dengan mengukur ketinggian saluran (Ho2) dan ketinggian titik terjauh
suatu (Ho1) daerah kemudian mengukur panjang lintasan dari titik yang
terjauh ke saluran (Lo).
Ho1−Ho2
So=
Lo
e) Mengukur panjang saluran (Ld)

12
Ld adalah panjang pipa pelayanan yang diukur dengan perkalian skala
dan diperoleh hasil dalam meter.
f) Menghitung kecepatan aliran pada saluran
Kecepatan aliran (Vd) diasumsikan antara 0,6 – 3 m/dtk. Kecepatan
tiap jalur perencanaan drainase berbeda karena beberapa faktor tertentu.
g) Menghitung waktu konsentrasi (tc)
Waktu konsentrasi adalah waktu yang dibutuhkan air untuk
mengalir dari titik terjauh daerah tangkapan hujan ke saluran
keluar/outlet. Waktu konsentrasi (tc) tergantung dari beberapa faktor,
yaitu: Luas dan bentuk daerah, Kondisi permukaan tanah dan koefisien
pengaliran, dan Kondisi topografi
Lama waktu konsentrasi terdiri atas waktu yang diperlukan air
untuk mengalir melalui permukaan tanah menuju saluran yang terdekat
(To) dan waktu untuk mengalir ke dalam saluran yang terukur (Td).
To adalah waktu yang diperlukan air untuk mengalir melalui
permukaan tanah menuju saluran terdekat.
Tc = Td + To
Penentuan besarnya to dapat dipergunakan grafik atau rumus.
Penentuan to berdasarkan jarak pengaliran dengan menggunakan
rumus Kerby, yaitu:
a. to untuk Lo < 250 m
3.26(1.1 – c )( Lo) 1/2
to =
( So) 1/3
b. to untuk daerah pengaliran s/d 1000 m
108 n(Lo)1/3
to =
(So)1/3
c. to untuk daerah pengaliran >1000 m
58.5∗L
tc =
A∗S

Dimana :
to = inlet time ( waktu limpasan ) ( menit )

13
c = koefisien pengaliran
Lo = panjang limpasan ( m )
So = kemiringan medan limpasan (%)
n = harga kekasaran permukaan tanah
Td = waktu air mengalir ke tempat yang diukur

Penentuan besarnya Td dapat menggunakan rumus berikut:


Td = Ld / Vd
Dimana :
L = panjang jalur yang ditinjau ( m )
V = kecepatan aliran air dalam saluran ( m/dtk )
A = daerah tangkapan
h) Menghitung intensitas hujan dan menghitung debit
Intensitas (I) dihitung dengan diambil periode ulang 2,5,10,25 tahun
dan menggunakan metode terpilih yaitu Metode Ishiguro, kemudian debit
(Q) dihitung berdasarkan nilai I, C dan A dengan menggunakan rumus:
Q = 1/360 x C x I x A
Dimana :
Q = debit banjir maksimum
C = koefisien pengaliran
Angka pengaliran (C) berubah dari waktu ke waktu sesuai
dengan perubahan yang terjadi pada daerah urban terhadap
faktor – faktor tersebut.
I = intensitas hujan

Perhitungan terdapat pada lampiran pada Tabel D2 : Perhitungan Debit


Saluran.

5.4 Analisa Dimensi Saluran Drainase


Bentuk profil saluran yang digunakan adalah bentuk segiempat dengan
kemiringan dinding sesuai dengan kondisi yang ada. Kemiringan dasar saluran

14
sesuai dengan kemiringan tanah yang ada. Perhitungan dimensi saluran
diperhitungkan dengan menggunakan rumus Manning. Rumus ini
memperhitungkan kemiringan muka air (slope, kekasaran dinding) dasar saluran
dan jari – jari hidrolis untuk mendapatkan kecepatan aliran. Perhitungan terlampir
pada tabel D.3 dengan cara- cara sebagai berikut :

1. Debit
Debit atau biasanya bersimbol Q mempunyai satuan m3/dtk. Q telah
dihitung dalam analisa debit saluran pada bab sebelumnya.
2. Elevasi muka tanah awal dan akhir
H1 merupakan elevasi awal saluran.H2 merupakan elevasi akhir saluran.
H1 dan H2 mempunyai satuan meter
3. Panjang Saluran
Mempunyai simbol L dengan satuan meter, merupakan jarak antar satu
mainhole ke mainhole lainnya
4. Kemiringan Tanah
Sloope atau kemiringan tanah dihitung menggunakan rumus
h1−h 2
Slope=
L
5. Kemiringan Saluran
Slope saluran diusahakan agar sama dengan slope tanah tetapi dapat
diubah jika diperlukan untuk memenuhi kriteria perencanaan.
6. Tinggi Muka Air
Dimensi saluran yang dipilih sesuai dengan kondisi lapangan yang ada.
Namun untuk y optimum dapat menggunakan rumus berikut:
A
y=
b
7. Lebar Saluran
Lebar saluran optimum dapat dihitung menggunakan rumus berikut:
b=2xy
8. Ambang bebas (Freeboard)

15
ambang bebas dapat diambil (0,10 – 0,50) m. Freeboard saluran adalah
jarak vertikal dari permukaan tertinggi saluran ke permukaan air didalam
saluran pada kondisi perencanaan.
9. Tinggi Saluran
Ketinggian saluran dapat dihitung menggunakan rumus
H=y+f

10. Jari-jari Hidrolis


Jari-jari hidrolis adalah luas penampang saluran yang akan terbasahi,
sehingga disebut jari-jari hidrolis. Dapat dihitung menggunakan rumus:
(b x y )
R=
2(b+ y )
11. V asumsi
D samakan dengan V pada analisa debit saluran
Perhitungan terdapat pada lampiran pada tabel D.3 : Perhitungan Dimensi
Saluran Drainase. Dan tabel D.4 : Perhitungan Kedalaman Saluran

16

Anda mungkin juga menyukai