Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris dan pembangunan di bidang pertanian


menjadi prioritas utama. Padi merupakan tanaman pangan utama bagi rakyat
Indonesia. Berbagai cara dapat dilakukan dalam rangka pembangunan di bidang
pertanian untuk dapat meningkatkan produksi antara lain membangun sarana dan
prasarananya seperti bendungan, bendung, dan saluran irigasi.

Irigasi atau pengairan adalah suatu usaha mendatangkan air dengan membuat
bangunan dan saluran-saluran ke sawah-sawah atau ke ladang-ladang dengan cara
teratur dan membuang air yang tidak diperlukan lagi, setelah air itu dipergunakan
dengan sebaik-baiknya. Pengairan mengandung arti memanfaatkan dan
menambah sumber air dalam tingkat tersedia bagi kehidupan tanaman. Apabila air
terdapat berlebihan dalam tanah maka perlu dilakukan pembuangan, agar tidak
mengganggu kehidupan tanaman. Sistem irigasi di Indonesia dikembangkan untuk
mengairi persawahan, walaupun tidak semua persawahan yang ada sekarang ini
dilayani oleh sistem irigasi. Sekitar 84% produksi beras nasional berasal dari
daerah sawah beririgas (Hasan, 2005). Jadi sawah irigasi merupakan faktor utama
dalam pencapaian ketahanan pangan nasional. Agar produksi beras di lahan
beririgasi maksimal, maka jaringan irigasi harus dikelola dengan baik.

Irigasi secara umum didefinisikan sebagai penggunaan air pada tanah untuk
keperluan penyediaan cairan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman
(Hansen, Israelsen, dan Stringham, 1992). Salah satu sistem irigasi yang
memungkinkan untuk mengatur jumlah air sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Dalam tahap awal pengembangan lahan dimulai dengan pembukaan areal hutan
atau semak belukar menjadi lahan yang siap untuk ditanami. Dalam
perkembangan yang lebih lanjut dilakukan perataan tanah dan pembuatan
pematang-pematang untuk memungkinkan air hujan dapat ditampung lebih lama
khusunya untuk budidaya padi. Dalam tahap berikutnya mulai dikembangkan
irigasi untuk memberikan air oleh hujan. Daerah-daerah irigasi umumnya dimulai

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 1


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

pada areal tadah hujan dan berkembang dalam waktu yang cukup lama dengan
tahapan –tahapannya tersendiri. (Effendi Pasandaran, 1991).

Irigasi merupakan salah satu dari 15 aspek yang dikenali sebagai aspek – aspek
dalam pengembanhan wilayah sungai, yaitu : pengendalian banjir, irigasi,
pembangkit tenaga listrik, navigasi, penyediaan air bersih, air kota dan air
industri, pengelolaan daerah aliran sungai, rekreasi, perikanan darat dan
perlindungan satwa liar, penanggulangan pencemaran, pengendalian gulma air,
drainase, pengendalian sedimen, pengendalian salinitas, penangulangan
kekeringan dan pengembangan air tanah.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengelolaan sistem irigasi maupun bangunan air yang sesuai


dengan kriteria perencanaan irigasi pada sungai Bagan Batu?
2. Bagaimana menentukan kebutuhan air pada setiap petak sawah disekitaran
jaringan irigasi yang akan dibuat?
3. Bagaimana menentukan dimensi saluran pada jaringan irigasi yang akan
dibuat?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan mempelajari saluran primer, saluran sekunder, dan


saluran tersier.
2. Untuk mempelajari dan menentukan petak primer, petak sekunder, dan
petak tersier.
3. Untuk mempelajari dan menentukan tata letak bangunan bagi, bangunan
sadap, dan bangunan bendung pada jaringan irigasi.
4. Untuk menentukan dimensi saluran pada jaringan irigasi yang akan
dibuat.
5. Untuk mempelajari bagaimana menentukan jaringan irigasi yang benar
sesuai Kriteria Perencanaan.

1.4. Ruang Lingkup

1. Perencanaan Saluran Irigasi


Saluran yang direncanakan adalah saluran Primer, Sekunder.
2. Perencanaan petak daerah Irigasi

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 2


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Perencanaan petak yang dimaksud adalah perencanaan luas dan batas


petak.
3. Perencanaan Bangunan air
4. Perencanaan bangunan air yang dimaksud adalah perencanaan luasan
serta
bangunan apa saja yang akan digunakan yang berarti Pintu air, Bangun
Bagi, Bangunan Sadap.
6. Pengelolaan Data Curah Hujan
Data curah hujan yang dimaksud adalah Data Curah Hujan Stasiun Bagan
Batu pada tahun 1995 s/d 2001.
7. Perhitungan dimensi saluran dan tinggi muka air.

1.5. Metodelogi Penyusunan

1.5.1. Tahapan Pengumpulan Data

Data – data yang diperlukan adalah sebagai berikut:


1. Standar kriteria perencanaan sebagai acuan.
2. Data wilayah kali dan daerah sekitarnya.
3. Data kontur.
1.5.2. Tahapan Pengerjaan

Tahapan pengerjaan adalah sebagai berikut:


1. Penentuan letak bending.
2. Perencanaan saluran dan luas petak Irigasi.
3. Penghitungan dimensi saluran dan tinggi muka air.
Ruang lingkup memuat batas-batas kajian dengan jelas termasuk asumsi-asumsi
yang digunakan selama penelitian. Batas-batas penelitian dapat berupa komposisi
bahan (diambil dari daerah tertentu atau spesies tertentu), umpan (apakah umpan
sintetik atau nyata), alat (alat jenis tertentu) dan sebagainya.

1.6. Sistematika Penulisan

Dalam laporan ini, sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:


1. BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan, ruang lingkup, dan
sistematikan penulisan.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang penyajian studi pustaka. Teori dasar dan dasar pemikiran tentang
Irigasi serta acuan yang dipakai dalam perencanaan Irigasi.
3. BAB III METODOLOGI PERENCANAAN SALURAN IRIGASI

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 3


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Berisi tentang perhitungan NFR


4. BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS
Berisi tentang perencanaan saluran, penentuan dimensi saluran, perhitungan
tinggi muka air, dan analisis perhitungan.
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan dan saran yang didapat dari hasil laporan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Irigasi

Irigasi berasal dari istilah irrigatie dalam bahasa Belanda atau irrigation dalam
bahasa Inggris. Irigasi dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk
mendatangkan air dari sumbernya guna keperluan pertanian, mengalirkan dan
membagikan air secara teratur dan setelah digunakan dapat pula dibuang kembali.
Istilah pengairan yang sering pula didengar dapat diartikan sebagai usaha
pemanfaatan air pada umumnya, berarti irigasi termasuk didalamnya. Maksud
irigasi, yaitu untuk mencukupi kebutuhan air di musim hujan bagi keperluan
pertanian, seperti membasahi tanah, merabuk, mengatur suhu tanah,

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 4


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

menghindarkan gangguan hama dalam tanah dan sebagainya. (Erwan Mawardi,


2006).

Dalam perkembangannya sampai saat ini, ada 4 jenis sistem irigasi yang biasa
digunakan.Keempat irigasi itu adalah sebagai berikut :
1. Irigasi Gravitasi (gavitational irrigation)
Irigasi gravitasi adalah irigasi yang memanfaatkan gaya tarik gravitasi untuk
mengalirkan air dari sumber ketempat yang membutuhkan.
2. Irigasi Bawah Tanah (sub surface irrigation)
Irigasi bawah tanah adalah irigasi yang men-suply air langsung ke daerah akar
tanaman yang membutuhkannya melalui aliran air tanah. Dengan demikian
tanaman diberi air tidak lewat permukaan, tetapi dari bawah permukaan
dengan mengatur muka air tanah.
3. Irigasi Siraman (sprinkler irrigation)
Air akan disemprotkan ke petak sawah melalui jaringan pipa dengan bantuan
pompa air. Penggunaan air akan lebih efektif dan efisien karena dapat
dikontrol dengan sangat mudah.
4. Irigasi Tetesan (driple irrigation)
Sistem ini mirip dengan irigasi siraman. Hanya saja air akan langsung
diteteskan atau disemprotkan ke bagian akar. Pompa air dibutuhkan untuk
mengalirkan air.
Selain itu jaringan irigasi mempunyai klasifikasi yang didasarkan pada hal-hal
seperti dijelaskan dalam tabel berikut.
Tabel 2.1. Klasifikasi Jaringan Irigasi
Klasifikasi Jaringan Irigasi
No Uraian
Teknis Semi Teknis Sederhana
Bangunan
Bangunan Permanen Bangunan
1 Bangunan Utama
Permanen atau Sementara
semipermanen
Kemampuan Bangunan
2 dalam mengukur dan Baik Sedang Buruk
mengatur debit
Saluran Irigasi
Saluran Irigasi dan pembuang Saluran Irigasi
3 Jaringan Saluran dan Pembuang tidak dan Pembuang
Terpisah sepenuhnya jadi satu
terpisah

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 5


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Belum
Belum ada
dikembangkan
Dikembangkan jaringan
4 Petak Tersier atau densitas
Seluruhnya terpisah yang
bangunan
dikembangkan
tersier jarang
Efisiensi secara
5 50% - 60% 40% - 50% <40%
keseluruhan
Tidak ada
6 Ukuran ≤ 2000 Ha < 500 Ha
batasan
(Sumber : Perencanaan Jaringan Irigasi KP-01)
Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran air, dan kelengkapan fasilitas,
jaringan irigasi dapat dibedakan dalam tiga tingkatan, yaitu:
a. Jaringan Irigasi Sederhana
Pembagian air pada jaringan irigasi sederhana tidak diukur atau diatur, air lebih
akan mengalir ke saluran pembuang. Para petani pemakai air tersebut
tergabung dalam satu kelompok jaringan irigasi yang sama, sehingga tidak
memerlukan keterlibatan pemerintah dalam organisasi jaringan irigasi
semacam ini. Persediaan air biasanya berlimpah dengan kemiringan berkisar
antara sedang sampai curam. Oleh karena itu, hampir-hampir tidak diperlukan
teknik yang sulit untuk sistem pembagian airnya.
Jaringan irigasi yang masih sederhana itu mudah diorganisasi, tetapi memiliki
kelemahan-kelemahan yang serius. Adanya pemborosan air dan dikarenakan
pada umumnya jaringan ini terletak di daerah yang tinggi, air yang terbuang
tidak selalu dapat mencapai daerah rendah yang lebih subur. Selain itu, terdapat
banyak penyadapan yang memerlukan lebih banyak biaya dari penduduk
karena setiap desa membuat jaringan dan pengambilan sendiri-sendiri. Karena
bangunan pengelaknya bukan bangunan tetap atau permanen, maka umurnya
mungkin pendek.

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 6


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Gambar 2.1. Jaringan Irigasi Sederhana


(Sumber: Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP – 01, 2010)
b. Jaringan Irigasi Semi Teknis
Jaringan irigasi semi teknis bendungnya terletak di sungai lengkap dengan
bangunan pengambilan dan bangunan pengukur dibagian hilirnya. Sistem
pembagian air biasanya serupa dengan jaringan sederhana. Pengambilan
dipakai untuk melayani atau mengairi daerah yang lebih luas dari daerah
layanan pada jaringan sederhana. Oleh karena itu, biayanya ditanggung oleh
lebih banyak daerah layanan. Organisasinya akan lebih rumit jika bangunan
tetapnya berupa bangunan pengambilan dari sungai, karena diperlukan lebih
banyak keterlibatan dari pemerintah, dalam hal ini Departemen Pekerjaan
Umum.

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 7


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Gambar 2.2. Jaringan Irigasi Semi Teknis


(Sumber: Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP – 01, 2010)
c. Jaringan Irigasi Teknis
Salah satu prinsip dalam perencanaan jaringan teknis adalah pemisahan antara
jaringan irigasi dan jaringan pembuang. Hal ini berarti bahwa baik saluran
irigasi maupun pembuang tetap bekerja sesuai dengan fungsinya masing-
masing, yaitu dari pangkal hingga ujung. Saluran irigasi mengalirkan air irigasi
ke sawah-sawah dan saluran pembuang mengalirkan air lebih dari sawah-
sawah ke saluran pembuang alamiah yang kemudian akan diteruskan ke laut.
Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis. Sebuah
petak tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang
umumnya berkisar antara 50 – 100 Ha.

Jaringan saluran tersier dan kuarter mengalirkan air ke sawah. Kelebihan air
ditampung dalam suatu jaringan saluran pembuang tersier dan kuarter yang
kemudian dialirkan ke jaringan pembuang sekunder dan kuarter. Jaringan
irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip-prinsip diatas adalah cara
pembagian air yang paling efisien dengan mempertimbangkan waktu-waktu

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 8


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

merosotnya persediaan air serta kebutuhan petani. Jaringan irigasi teknis


memungkinkan dilakukannya pengukuran aliran, pembagian air irigasi, dan
pembuangan air lebih secara efisien. Jika petak tersier hanya memperoleh air
pada satu tempat saja dari jaringan utama, hal ini akan memerlukan jumlah
bangunan yang lebih sedikit di saluran primer, eksploitasi yang lebih baik, dan
pemeliharaan yang lebih murah. Kesalahan dalam pengelolaan air di petak-
petak tersier juga tidak akan mempengaruhi pembagian air di jaringan utama.

Gambar 2.3. Jaringan Irigasi Teknis


(Sumber: Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP – 01, 2010)

2.2 Teori Perencanaan Petak, Saluran dan Bangunan Air


2.2.1 Teori Perencanaan Petak
Petak irigasi adalah petak sawah atau daerah yang akan dialiri dari suatu sumber
air, baik waduk maupun langsung dari satu atau beberapa sungai melalui

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 9


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

bangunan pengambilan bebas. Petak irigasi dibagi 3 (tiga) jenis, yaitu sebagai
berikut:
a. Petak Tersier
Perencanaan dasar yang berkenaan dengan unit tanah adalah petak tersier.
Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap
(off take) tersier yang menjadi tanggung jawab Dinas Pengairan. Bangunan
sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran tersier. Di petak tersier pembagian
air, eksploitasi, dan pemeliharaan menjadi tanggung jawab para petani yang
bersangkutan dibawah bimbingan pemerintah. Ini juga menentukan ukuran
petak tersier. Petak yang terlalu besar akan mengakibatkan pembagian air
menjadi tidak efisien. Faktor-faktor penting lainnya adalah jumlah petani
dalam satu petak, jenis tanaman, dan topografi. Di daerah-daerah yang
ditanami padi luas petak tersier idealnya maksimum 50 Ha, tetapi dalam
keadaan tertentu dapat ditolelir hingga seluas 75 Ha, disesuaikan dengan
kondisi topografi dan kemudahan eksploitasi dengan tujuan agar pelaksanaan
operasi dan pemeliharaan lebih mudah. Petak tersier harus mempunyai batas-
batas yang jelas seperti misalnya parit, jalan, batas desa, dan batas perubahan
bentuk medan (terrain fault).

Petak tersier dibagi menjadi petak-petak kuarter, masing-masing seluas kurang


lebih 8 – 15 Ha. Apabila keadaan topografi memungkinkan, bentuk petak
tersier sebaiknya bujur sangkar atau segi empat untuk mempermudah
pengaturan tata letak dan memungkinkan pembagian air secara efisien. Petak
tersier harus terletak langsung berbatasan dengan saluran sekunder atau saluran
primer. Perkecualian: kalau petak-petak tersier tidak secara langsung terletak di
sepanjang jaringan saluran irigasi utama yang dengan demikian, memerlukan
saluran tersier yang membatasi petak-petak tersier lainnya, hal ini harus
dihindari. Panjang saluran tersier sebaiknya kurang dari 1.500 m, tetapi dalam
kenyataan kadang-kadang panjang saluran ini mencapai 2.500 m. Panjang
saluran kuarter lebih baik dibawah 500 m, tetapi prakteknya kadang-kadang
sampai 800 m.
b. Petak Sekunder

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 10


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang semuanya dilayani oleh
satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan
bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batas-batas petak sekunder
pada umumnya berupa tanda-tanda topografi yang jelas, seperti misalnya
saluran pembuang. Luas petak sekunder bisa berbeda-beda tergantung pada
situasi daerah. Saluran sekunder sering terletak dipunggung medan mengairi
kedua sisi saluran hingga saluran pembuang yang membatasinya. Saluran
sekunder boleh juga direncana sebagai saluran garis tinggi yang mengairi
lereng-lereng medan yang lebih rendah saja.
c. Petak Primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil air
langsung dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer
yang mengambil airnya langsung dari sumber air, biasanya sungai. Proyek-
proyek irigasi tertentu mempunyai dua saluran primer. Ini menghasilkan dua
petak primer. Daerah disepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani
dengan mudah dengan cara menyadap air dari saluran sekunder. Apabila
saluran primer melewati sepanjang garis tinggi, daerah saluran primer yang
berdekatan harus dilayani langsung dari saluran primer.

2.2.2 Teori Perencanaan Saluran

Dalam mengalirkan dan mengeluarkan air dari petak sawah dibutuhkan suatu
saluran irigasi. Saluran pembawa itu dibagi menjadi 2 (dua) jenis berdasarkan
fungsinya, saluran pembawa yang membawa air masuk ke petak sawah dan
saluran pembuang yang akan mengalirkan kelebihan air dari petak-petak sawah.
a. Saluran Pembawa
Berfungsi untuk mengairi sawah dengan mengalirkan air dari daerah yang
disadap. Berdasarkan hierarki saluran pembawa dibagi menjadi 3(tiga), yaitu:

1. Saluran Primer
Saluran ini merupakan saluran pertama yang menyadap air dari sumbernya.
Dan selanjutnya dibagikan kepada saluran sekunder yang ada. Saluran ini

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 11


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

dapat menyadap dari sungai, waduk, atau waduk. Bangunan sadap terakhir
yang terdapat di saluran ini menunjukan batas akhir dari saluran ini.
2. Saluran Sekunder
Air dari saluran primer akan disadap oleh saluran sekunder. Saluran
sekunder nantinya akan memberikan air kepada saluran tersier. Akan sangat
baik jika saluran sekunder dibuat memotong atau melintang terhadap garis
tinggi tanah. Sehingga air dapat dibagikan ke kedua sisi dari saluran.
3. Saluran Tersier
Merupakan hierarki terendah yang berfungsi mengalirkan air yang disadap
dari saluran sekunder ke petak-petak sawah. Saluran ini dapat mengairi
kurang lebih 75 – 125 Ha.
b. Saluran Pembuang
Fungsinya membuang air yang telah terpakai ataupun kelebihan air yang terjadi
pada petak sawah. Umumnya saluran ini menggunakan saluran lembah.
Saluran lembah tersebut memotong garis tinggi sampai ketitik terendah daerah
sekitar.

2.2.3 Teori Perencanaan Bangunan Air

1. Bangunan Utama
a. Bangunan bagi adalah bangunan yang terletak di saluran utama yang
membagi air ke saluran sekunder atau tersier. Dan juga dari saluran
sekunder ke tersier. Bangunan ini dengan akurat menghitung dan mengatur
air yang akan dibagi ke saluran-saluran lainnya.
b. Bangunan sadap adalah bangunan yang terletak di saluran primer ataupun
sekunder yang member air ke saluran tersier.
c. Bangunan bagi-sadap adalah bangunan bagi yang juga bangunan sadap.
Bangunan ini merupakan kombinasi keduanya.

2. Bangunan Pelengkap
a. Bangunan pengatur
Bangunan atau pintu pengatur akan berfungsi mengatur taraf muka air yang
melaluinya di tempat-tempat dimana terletak bangunan sadap dan bangunan
bagi. Khususnya di saluran-saluran yang kehilangan tinggi energinya harus
kecil, bangunan pengatur harus direncanakan sedemikian rupa sehingga

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 12


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

tidak banyak rintangan tinggi energinya dan sekaligus mencegah


penggerusan, disarankan membatasi kecepatan di bangunan pengatur sampai
+ 1,5 m/dt. Bangunan pengatur tinggi muka air terdiri dari jenis bangunan
dengan sifat sebagai berikut:
1) Bangunan yang dapat mengontrol dan mengendalikan tinggi muka air di
saluran. Contoh : pintu schot balk, pintu sorong.
2) Bangunan yang hanya mempengaruhi tinggi muka air. Contoh : merce
tetap, control celah trapesium.
b. Bangunan pembawa
Bangunan pembawa adalah bangunan yang digunakan untuk membawa air
melewati bawah saluran lain, jalan, sungai, ataupun dari suatu ruas ke ruas
lainnya. Bangunan ini dibagi menjadi 2 kelompok :
1) Bangunan aliran subkritis : gorong-gorong, flum, talang, dan sipon.
2) Bangunan aliran superkritis : bangunan pengukur dan pengatur debit,
bangunan terjun, dan got miring.

2.3 Perhitungan Dimensi Saluran


Setelah debit air masing-masing diketahui, maka dimensi saluran dapat dihitung.
Pada umumnya jaringan irigasi menggunakan saluran berbentuk trapesium, untuk
menentukan dimensi saluran ini, digunakan tabel yang dikeluarkan oleh
Direktorat Irigasi Pekerjaan Umum yang telah tercantum ukuran perbandingan
dimensi, kemiringan talud, dan lain-lain yang disesuaikan dengan debit yang
dibutuhkan. Adapun langkah-langkah menentukan dimensi saluran adalah sebagai
berikut
a. Debit Rencana ( )

(2.1)
b. Rumus Strickler
(2.2)
Keterangan :
= Kecepatan aliran
= Jari-jari hidraulik
= Kemiringan saluran
= Koefisien saluran
c. (Kecepatan aliran)
Didapat berdasarkan Kriteria Perencanaan 03 – Saluran

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 13


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

d. (Luas Penampang Basah)

(2.3)

e. Kemiringan Talud ( )
Didapat berdasarkan Kriteria Perencanaan 03 –Saluran halaman 29-30.
f. Lebar dasar saluran ( )
(2.4)
g. Checking Luas (Luas dasar Rencana) ( )
(2.5)
h. 2 Keliling basah Penampang ( )
(2.6)
i. Jari – Jari Hidrolis I
(2.7)
j. Koefisien Strickler (K)
Diperoleh melalui tabel di Kriteria Perencanaan 03 - Saluran (Tabel 5-4.
Harga-harga Kecepatan Maksimum dan K (Strickler)).
k. Kemiringan Dasar Saluran (I)
(2.8)

l. Tinggi Jagaan ( )
Didapat melalui tabel di Kriteria Perencanaan 03

Tabel 2.2. Nilai n dan m dari fungsi Q

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 14


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

(Sumber : Kriteria Perencanaan 03)


Tabel 2.3. Nilai kekasaran koefisien Strickler (k) untuk saluran irigasi tanah

(Sumber : Kriteria Perencanaan 03)


Tabel 2.4. Nilai W (Tinggi jagaan)

(Sumber : Kriteria Perencanaan 03)

2.4 Teori Perhitungan Kebutuhan Air

Penentuan kebutuhan air ditujukan untuk mengetahui berapa banyak air yang
diperlukan lahan agar dapat menghasilkan produksi optimum. Dalam penentuan
kebutuhan air diperhitungkan juga efisiensi saluran yang dilalui. Kebutuhan air
untuk setiap jenis tanaman adalah berbeda tergantung koefisien tanaman.. Berikut
adalah hal yang mempengaruhi kebutuhan air:
1. Evapotranspirasi Potensial

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 15


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Evapotranspirasi adalah banyaknya air yang dilepaskan ke udara dalam bentuk


uap air yang dihasilkan dari proses evaporasi dan transpirasi. Dalam penentuan
besar evapotranspirasi terdapat banyak metoda yang dapat dilakukan. Pada
laporan ini digunakan metoda Penman Modifikasi. Metoda tersebut dipilih
karena perhitungan yang paling akurat. Akurasinya diindikasikan melalui
parameter-parameter penentuan besarnya evapotranspirasi yang menggunakan
data temperature, kelembapan udara, persentase penyinaran matahari, dan
kecepatan angin.
Tabel 2.5. Koefisien Pemantulan
(Koefisien Albedo)

(Sumber : Diktat Kuliah Irigasi, Sujarwadi)

Tabel 2.6. Harga W Sesuai


Temperatur dan Ketinggian

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 16


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

(Sumber : Diktat Kuliah Irigasi, Sujarwadi)

Tabel 2.7. Nilai ea

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 17


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

(Sumber : Diktat Kuliah Irigasi, Sujarwadi)

Tabel 2.8. Harga Dari F(U) = 0,27x(1 + U2 /100) Pada Tinggi 2 Meter Dinyatakan
Dalam km/hari

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 18


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

(Sumber : Diktat Kuliah Irigasi, Sujarwadi)


Tabel 2.9. Faktor Penyesuaian (c) Untuk Persamaan Penmann dengan Modifikasi

(Sumber : Diktat Kuliah Irigasi, Sujarwadi)


Tabel 2.10. Harga Rata-rata dalam Evaporasi Ekivalen (mm/hari) untuk Belahan
Bumi Selatan

(Sumber : Diktat Kuliah Irigasi, Sujarwadi)

2. Curah hujan efektif


Untuk irigasi tanaman padi, curah hujan efektif tengah bulanan diambil 80%
dari curah hujan rata-rata tengah bulanan dengan kemungkinan tak terpenuhi

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 19


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

20%. Sedangkan untuk palawija nilai curah hujan efektif tengah bulanan
diambil P=50% Curah hujan dianalisis dengan analisis curah hujan. Analisis
curah hujan dilakukan dengan maksud untuk menentukan :
a. Curah hujan efektif, yang digunakan untuk menentukan kebutuhan air
irigasi
b. Curah hujan lebih, yang digunakan untuk menentukan besar kebutuhan
pembuangan dan debit banjir
Cara mencari curah hujan efektif adalah sebagai berikut :
a. Menentukan stasiun hujan yang paling dekat dengan bending
b. Mengurutkan data curah hujan dari yang terkecil sampai terbesar
c. Menentukan tingkat probabilitas terlampaui tiap data
d. Mencari nilai curah hujan dengan P=50% dan P=80% Jika tidak adalah
curah hujan dengan P=50% dan P=80% maka digunakan interpolasi
menggunakan nilai curah hujan dengan tingkat probabilitas terdekat.
3. Pola tanam
Untuk memenuhi kebutuhan air bagin tanaman, penentuan pola tanam
merupakan hal yang perlu dipertimbangkan. Tabel di bawah merupakan contoh
pola tanam yang biasa digunakan.
Tabel 2.11. Urutan Pola Tanam

(Sumber : S.K. Sidharta, Irigasi dan Bangunan Air, 1997 )


Pola tanam yang digunakan pada laporan ini adalah padi-palawija-palawija
karena ketersediaan air diasumsikan dalam jumlah cukup
4. Koefisien tanaman
Koefisien tanaman diberikan untuk menghubungkan evapotranspirasi dengan
evapotranspi tanaman dan dipakai dalam rumus Penman Modifikasi. Koefisien
yang dipakai harus didasarkan pada pengalaman dalam tempo panjang dari
proyek irigasi di daerah tersebut. Harga koefisien tanaman padi diberikan pada
tabel berikut:
Tabel 2.12. Koefisien Tanaman Padi dan Kedelai

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 20


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

(Sumber : Kriteria Perencanaan 01 )


5. Perkolasi
Perkolasi adalah masuknya air dari daerah tak jenuh kedalam daerah jenuh
air, pada proses ini air tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Laju
perkolasi sangat bergantung pada sifat-sifat tanah. Data-data mengenai
perkolasi akan diperoleh dari penelitian kemampuan tanah maka diperlukan
penyelidikan kelulusan tanah. Pada tanah lempung berat dengan
karakteristik pengolahan laju perkolasi dapat mencapai 1-3 mm/hari. Pada
tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi. Untuk
menentukan laju perkolasi, perlu diperhitungkan tinggi muka ait tanahnya.
Sedangkan rembesan terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul sawah.
6. Penggantian Lapisan Air Tanah (WLR)
Setelah pemupukan perlu dijadwalkan dan mengganti lapisan air menurut
kebutuhan. Penggantian diperkirakan sebanyak 2 kali masing-masing 50 mm
satu bulan dan dua bulan setelah transplantasi (atau 3,3/hari selama ½ bulan).
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan dapat ditentukan secara empiris sebesar
250 mm, meliputi kebutuhan untuk penyiapan lahan untuk lapisan air awal
setelah transplantasi selesai (Kriteria Perencanaan Bangunan Jaringan Irigasi
KP-01, 2010). Untuk lahan yang sudah lama tidak ditanami (bero), kebutuhan
air untuk penyiapan lahan dapat ditentukan sebesar 300 mm.
7. Masa penyiapan lahan
Untuk petak tersier, jangka waktu yang dianjurkan untuk penyiapan lahan
adalah 1,5 bulan. Bila penyiapan lahan terutama dilakukan dengan peralatan
mesin, jangka waktu 1 bulan dapat dipertimbangkan. Kebutuhan air untuk
pengolahan lahan sawah bisa diambil 200 mm. Ini meliputi penjenuhan dan

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 21


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

penggenangan sawah, pada awal transplantasi akan ditambahkan lapisan 50


mm lagi. Angka 200 mm diatas mengandaikan bahwa tanah itu bertekstur
berat, cocok digenangi dan bahwa lahan itu belum ditanami selama 2,5 bulan.
Jika tanah itu dibiarkan berair lebih lama lagi maka diambil 250 mm sebagai
kebutuhan air untuk penyiapan lahan.
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan termasuk kebutuhan air untuk
persemaian. Dalam penentuan kebutuhan air, dibedakan antara kebutuhan air
pada masa penyiapan lahan dan kebutuhan air pada masa tanam. Penjelasannya
sebagai berikut :
1. Kebutuhan air pada masa penyiapan lahan
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan
maksimum air irigasi pada suatu proyek irigasi. Faktor-faktor penting yang
menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah :
a. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
penyiapan lahan.
Yang menentukan lamanya jangka waktu penyiapan lahan adalah :
1) Tersedianya tenaga kerja dan ternak penghela atau traktor untuk
menggarap tanah.
2) Perlunya memperpendek jangka waktu tersebut agar tersedia cukup
waktu menanam padi sawah atau padi ladang kedua.
Kondisi sosial budaya yang ada di daerah penanaman padi akan
mempengaruhi lamanya waktu yang diperlukan untuk penyiapan lahan.
Untuk daerah-daaerah proyek baru, jangka waktu penyiapan lahan akan
ditetapkan berdasarkan kebiasaan yang berlaku di daeah-daerah sekitarnya.
Sebagai pedoman diambil jangka waktu 1.5 bulan untuk menyelesaikan
penyiapan lahan di seluruh petak tersier. Bilamana untuk penyiapan lahan
diperkirakan akan dipakai mesin secara luas maka jangka waktu penyiapan
lahan akan diambil 1 bulan.
b. Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan. Pada umumnya jumlah
air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan dapat ditentukan berdasarkan
kedalaman serta porositas tanah di sawah. Untuk perhitungan kebutuhan air
total selama penyiapan lahan digunakan metode yang dikembangkan oleh
Van de Goor dan Zijlstra (1968). Metode tersebut didasarkan pada laju air

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 22


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

yang konstan l/dt selama periode penyiapan lahan dan menghasilkan rumus
sebagai berikut :
(2.9)

Dimana :
= Kebutuhan air total dalam mm/hari
= Kebutuhan air untuk mengganti atau mengkompensari
kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang
sudah dijenuhkan .
=
= 1,1
= Perkolasi
= /
= Jangka waktu penyiapan lahan, hari
= Kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah
dengan lapisan air, 50 mm yakni 200 + 50 250 mm seperti yang sudah
diterangkan diatas. Kebutuhan total tersebut bisa dilihat ditabelkan sebagai
berikut.

Tabel 2.13. Kebutuhan Air Untuk Peyiapan Lahan

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 23


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

(Sumber : Kriteria Perencanaan 01)

2.5 Sistem Tata Nama (Nomenklatur)

Pemberian nama pada daerah, petak, bangunan dan saluran irigasi haruslah jelas,
pendek, dan tidak multitafsir. Nama-nama dipilih sedemekian sehingga jika ada
penambahan bangunan baru tidak perlu untuk mengganti nama yang telah
diberikan.
1. Daerah Irigasi
Nama yang diberikan sebaiknya menggunakan nama daerah atau desa terdekat
dengan bangunan air atau dapat juga menggunakan nama sungai yang airnya
disadap. Akan tetapi ketika sumber air yang disadap lebih dari satu maka
sebaiknya menggunakan nama daerah.
2. Jaringan Irigasi Utama
Saluran primer sebaiknya dinamai dengan nama daerah irigasi yang dilayani.
Saluran sekunder menggunakan nama desa yang dialiri airnya. Petak sekunder
sebaiknya menggunakan nama saluran sekunder.
3. Jaringan Irigasi Tersier
Jaringan irigasi tersier sebaiknya dinamai sesuai dengan bangunan bagi air
tersier.

Syarat-syarat dalam menentukan indeks adalah sebagai berikut :

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 24


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

1. Sebaiknya terdiri dari satu huruf,


2. Huruf itu dapat menyatakan petak, saluran atau bangunan,
3. Letak objek dan saluran beserta arahnya,
4. Jenis saluran pembawa atau pembuang,
5. Jenis bangunan untuk membagi atau member air, sipon, talang dan lain-lain,
6. Jenis petak, primer atau sekunder.
Cara pemberian nama :
1. Bangunan utama diberi nama sesuai dengan desa terdekat daerah irigasi yang
sungainya disadap.
2. Saluran induk diberi nama sungai atau desa terdekat dengan diberi indeks
1,2,3 dan seterusnya yang menyatakan ruas saluran.
3. Saluran sekunder diberi nama sesuai desa terdekat.
4. Bangunan bagi atau sadap diberi nama sesuai dengan nama saluran di hulu
dengan diberi indeks 1,2,3 dan seterusnya.
5. Bangunan silang seperti sipon, talang jembatan, dan sebagainya diberi indeks
1 a , 1 b , 2 a ,2 b , dan seterusnya.
Didalam petak tersier diberi kotak dengan ukuran 4cm x 1,25 cm. Dalam kotak ini
diberi kode dari saluran mana petak itu mendapat air. Arah saluran tersier kanan
atau kiri dari bangunan sadap melihat aliran air. Kotak dibagi 2, atas dan bawah.
Bagian atas dibagi kanan dan kiri. Bagian kiri menunjukan luas petak (Ha) dan
bagian kanan menunjukan besar debit (l/dtk) untuk menentukan dimensi saluran
tersier.

BAB III
DATA PERENCANAAN

3.1 Data Hidrologi

1. Koordinat Stasiun Hidrologi : 8 LU/LS dan 102 BT.

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 25


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

2. Elevasi Lokasi : 88 m(dpl).


3. Perbandingan Usiang/Umalam : 2
4. Data Curah Hujan : tahun 1995 s/d. 2001.
5. Debit Andalan Sungai : 2,8 m3/det.
6. Masa Penyiapan Lahan : 30 hari.
7. Pola Tanam : Padi – Padi – Bera

Tabel 3.1. Data Curah Hujan Stasiun Bagan Batu Tahun 1995

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 26


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

(Sumber : Data Bambang Sujatmoko)

Tabel 3.2. Data Curah Hujan Stasiun Bagan Batu Tahun 1996

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 27


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

(Sumber : Data Bambang Sujatmoko)

Tabel 3.3. Data Curah Hujan Stasiun Bagan Batu Tahun 1997

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 28


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

(Sumber : Data Bambang Sujatmoko)

Tabel 3.4. Data Curah Hujan Stasiun Bagan Batu Tahun 1998

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 29


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

(Sumber : Data Bambang Sujatmoko)

Tabel 3.5. Data Curah Hujan Stasiun Bagan Batu Tahun 1999

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 30


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

(Sumber : Data Bambang Sujatmoko)

Tabel 3.6. Data Curah Hujan Stasiun Bagan Batu Tahun 2000

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 31


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

(Sumber : Data Bambang Sujatmoko)

Tabel 3.7. Data Curah Hujan Stasiun Bagan Batu Tahun 2001

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 32


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

(Sumber : Data Bambang Sujatmoko)

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 33


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

3.2 Data Klimatologi

3.2.1 Data Temperatur Maksimum dan Minimum

Tabel 3.8. Data Temperatur Maksimum

(Sumber : Data Bambang Sujatmoko)

Tabel 3.9. Data Temperatur Minimum

(Sumber : Data Bambang Sujatmoko)

3.2.2 Data Kelembapan Maksimum dan Minimum

Tabel 3.10. Data Kelembapan Maksimum

(Sumber : Data Bambang Sujatmoko)

Tabel 3.11. Data Kelembapan Minimum

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 34


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

(Sumber : Data Bambang Sujatmoko)

3.2.3 Data Rata-rata Penyinaran Matahari (%)

Tabel 3.12. Data Rata-rata Penyinaran Matahari (%)

(Sumber : Data Bambang Sujatmoko)

3.2.4 Data Rata-rata Kecepatan Angin (Km/jam)

Tabel 3.13. Data Rata-rata Kecepatan Angin (Km/jam)

(Sumber : Data Bambang Sujatmoko)

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 35


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

3.3 Data Topografi

Gambar 3.1. Peta Topografi

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 36


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

3.4 Perencanaan Kebutuhan Air

Untuk menghitung kebutuhan air daerah irigasi sungai Buluala dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut.
1. Mencari data iklim selama 7 tahun (1996-2002) untuk daerah irigasi yang
ditinjau. Untuk daerah irigasi Sungai Buluala. Adapun data-data yang
diperlukan adalah sebagai berikut :
a. Temperatur rata-rata (T) oC selama 7 tahun.
b. Kelembapan rata-rata (Rh) % selama 7 tahun.
c. Kelembapan maksimum (Rhmaks) % selama 7 tahun.
d. Kecepatan angin rata-rata (U) km/hari selama 7 tahun.
e. Penyinaran matahari rata-rata (n/N) %.
2. Melakukan perhitungan evapotransporasi potensial setiap bulannya. Untuk
menghitung nilai evapotranspirasi potensial (ETo) digunakan metode Penman
Modifikasi.
a. Mengumpulkan data iklim bulan Januari :
Temperatur rata-rata (T).
Kelembapan rata-rata (Rh).
Penyinaran matahari rata-rata (n/N).
Kecepatan angin rata-rata (U).
b. Mencari nilai tekanan uap jenuh (ea) dengan menginterpolasi T dan ea.
c. Mencari harga Rh/100.
d. Mencari tekanan uap nyata (ed).
e. Mencari harga (ea-ed) perbedaan tekanan uap air (mmHg).
f. Mencari harga kecepatan angin rata-rata.
g. Mencari harga fungsi kecepatan angin.
h. Mencari faktor harga berat (W) dan (1-W) dengan menginterpolasi dari data
yang sudah ada.
i. Mencari harga (Ra) penyinaran radiasi matahari teoritis (mm/hari).
j. Mencari harga Rs.
k. Mencari harga n/N.
l. Mencari harga Rn.
m. Mencari harga koreksi akibat temperatur f(T).
n. Mencari harga koreksi akibat tekanan air f(ed).
o. Mencari harga f(n/N).
p. Mencari harga radiasi matahari yang dipancarkan bumi (Rn1).
q. Mencari harga radiasi matahari yang dipancarkan bumi (Rn).
r. Mencai faktor perkiraan dari kondisi umum yaitu nilai c, faktor Albedo (r),
dan radiasi gelombang pendek neto Rns.
3. Menghitung curah hujan efektif
Untuk irigasi padi, curah hujan efektif bulanan diambil 70% dari curah hujan
minimum tengah bulanan dengan periode ulang 5 tahun.
4. Menghitung kebutuhan air disawah untuk petak-petak irigasi

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 37


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Perhitungan kebutuhan air di sawah dapat dilihat pada tabel. Langkah-langkah


perhitungannya adalah :
a. Menentukan periode tanam, yang dimulai bulan Oktober.
b. Menghitung evapotranspirasi potensial (ETo) (mm/hari) untuk bulan
November.
c. Menentukan koefisien tanaman (C1) sesuai ketentuan di KP.
d. Menentukan koefisien tanaman (C2) sesuai ketentuan di KP.
e. Menentukan koefisien tanaman (C3) sesuai ketentuan di KP.
f. Menghitung koefisien rata-rata tanaman.
g. Curah hujan efektif (Re) (mm/hari).
h. Menghitung nilai kehilangan air akibat perkolasi (P).
i. Menghitung penggantian lapisan air (WLR).
j. Menghitung nilai Eo, M dan K.
k. Menghitung penggunaan air konsumtif untuk tanaman (Etc).
l. Menghitung kebutuhan air bersih untuk padi di sawah (NFR).
m. Menghitung kebutuhan air (IR).

3.5 Perencanaan Petak dan Saluran

3.5.1. Perencanaan Petak

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan petak adalah sebagai berikut.
1. Petak mempunyai batas yang jelas sehingga terpisah dari petak yang lain dan
batas tiap petak adalah saluran drainase.
2. Tiap jenis petak memiliki syarat-syarat luasan masing-masing yang diatur
dalam KP.
3. Bentuk petak diusahakan bujur sangkar, untuk meningkatkan efisiensi.
4. Tanah dalam suatu petak tersier diusahakan dimiliki oleh satu desa atau paling
banyak tiga desa.
5. Desa, jalan, sungai diusahakan menjadi batas petak.
6. Tiap petak harus dapat menerima atau membuang air, dan gerak pembagi
ditempatkan di tempat tertinggi.
7. Petak tersier harus diletakkan sedekat mungkin dengan saluran pembawa
ataupun bangunan pembawa. Petak yang direncanakan berjumlah 3 petak.
Pertimbangan ini dilakukan masih berdasarkan pada ketersediaan lahan dan
perancangan lahan seluas-luasnya.
3.5.2. Perencanaan Saluran

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 38


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Ada 2 jenis saluran, yaitu saluran pembawa dan saluran pembuang. Saluran
pembawa terdiri dari 3 macam, yaitu saluran primer, saluran sekunder dan saluran
tersier yang akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Saluran primer
a. Panjang saluran diusahakan tidak berlebihan karena harus membelok-belok
mengikuti garis tranche.
b. Saluran primer memungkinkan melewati jurang-jurang atau memotong
aliran sungai, sehingga perlu dipertimbangkan banyaknya galian dan
timbunan karena nanti akan mengakibatkan banyaknya kehilangan air.
c. Untuk mengurangi masuknya air hujan ke saluran primer, di tepi saluran
dibuat saluran pelampung air hujan.
d. Dimensi saluran primer ditentukan berdasarkan banyaknya air yang
dibutuhkan untuk seluruh areal irigasi dengan memperhatikan faktor-faktor
kehilangan air baik di petak sawah maupun di sepanjang saluran.
e. Saluran Primer harus berada di satu kontur sehingga saluran ini tidak
diperbolehkan melewati ataupun memotong kontur.
2. Saluran Sekunder
Untuk memungkinkan dapat mengairi daerah kedua sisi saluran, maka saluran
sekunder dibuat menyilang tegak lurus garis tranche dan diletakkan di
punggung topografi. Dalam pembuatan saluran sekunder, hal-hal di bawah ini
harus menjadi pertimbangan :
a. Bentuk petak tersier dan jenis pengairannya, saluran sekunder merupakan
batas dari petak tersier, sehingga penentuan dari petak tersier, sehingga
penentuan dari petak tersier diusahakan berbentuk persegi panjang
(memanjang arah aliran) dengan luas disesuaikan dengan keadaan topografi
daerah.
b. Perbedaan tinggi tempat, saluran yang melalui suatu daerah dimana
kemiringan tanahnya besar akan memperbanyak bangunan terjunan yang
diperlukan serta memperbesar biaya pembangunan
c. Dimensi saluran sekunder ditentukan berdasarkan kebutuhan air dari seluruh
petak tersier yang dilayani dengan memperhitungkan kehilangan air banyak
di petak sawah maupun pada saluran sekunder
d. Bangunan pembagi dan bangunan pelengkap dijadikan satu untuk
memudahkan operasinya dan penghematan biaya pembangunannya.

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 39


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

3.6 Perencanaan Bangunan

Bangunan irigasi yang dipakai adalah bangunan utama, dalam hal ini bendung
(untuk meninggikan tinggi muka air di sungai sampai ketinggian yang diperlukan
sehingga air dapat dialirkan ke lahan disekitarnya). Selain itu, dalam sistem irigasi
daerah Sungai Buluala ini juga digunakan untuk hal-hal sebagai berikut :
1. Bangunan bagi yang terletak pada saluran primer yang membagi air ke saluran-
saluran sekunder atau pada saluran sekunder yang membagi air ke saluran
sekunder lainnya. Terdiri dari pintu-pintu yang dengan teliti mengukur dan
mengatur air yang mengalir ke berbagai saluran.
2. Bangunan sadap yang terletak di saluran primer ataupun sekunder yang
memberi air kepada saluran tersier.
3. Bangunan bagi sadap yang berupa bangunan bagi dan bersama itu pula sebagai
bangunan sadap. Bangunan bagi-sadap merupakan kombinasi dari bangunan
bagi dan bangunan sadap (bangunan yang terletak di saluran primer atau
sekunder yang memberi air ke saluran tersier).

3.7 Perencanaan Kebutuhan Air

Untuk menghitung kebutuhan air daerah irigasi sungai Buluala dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut.
1. Mencari data iklim selama 7 tahun (1996-2002) untuk daerah irigasi yang
ditinjau. Untuk daerah irigasi Sungai Buluala. Adapun data-data yang
diperlukan adalah sebagai berikut :
a. Temperatur rata-rata (T) oC selama 7 tahun.
b. Kelembapan rata-rata (Rh) % selama 7 tahun.
c. Kelembapan maksimum (Rhmaks) % selama 7 tahun.
d. Kecepatan angin rata-rata (U) km/hari selama 7 tahun.
e. Penyinaran matahari rata-rata (n/N) %.
2. Melakukan perhitungan evapotransporasi potensial setiap bulannya. Untuk
menghitung nilai evapotranspirasi potensial (ETo) digunakan metode Penman
Modifikasi.
a. Mengumpulkan data iklim bulan Januari :
Temperatur rata-rata (T).
Kelembapan rata-rata (Rh).
Penyinaran matahari rata-rata (n/N).
Kecepatan angin rata-rata (U).
b. Mencari nilai tekanan uap jenuh (ea) dengan menginterpolasi T dan ea.
c. Mencari harga Rh/100.

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 40


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

d. Mencari tekanan uap nyata (ed).


e. Mencari harga (ea-ed) perbedaan tekanan uap air (mmHg).
f. Mencari harga kecepatan angin rata-rata.
g. Mencari harga fungsi kecepatan angin.
h. Mencari faktor harga berat (W) dan (1-W)
i. Mencari harga (Ra) penyinaran radiasi matahari teoritis (mm/hari).
j. Mencari harga Rs, n/N, dan Rn
k. Mencari harga koreksi akibat temperatur f(T).
l. Mencari harga koreksi akibat tekanan air f(ed).
m. Mencari harga f(n/N).
n. Mencari harga radiasi matahari yang dipancarkan bumi (Rn1).
o. Mencari harga radiasi matahari yang dipancarkan bumi (Rn).
p. Mencai faktor perkiraan dari kondisi umum yaitu nilai c, faktor Albedo (r),
dan radiasi gelombang pendek neto Rns.
3. Menghitung curah hujan efektif
Untuk irigasi padi, curah hujan efektif bulanan diambil 70% dari curah hujan
minimum tengah bulanan dengan periode ulang 5 tahun.
4. Menghitung kebutuhan air disawah untuk petak-petak irigasi
Perhitungan kebutuhan air di sawah dapat dilihat pada tabel. Langkah-langkah
perhitungannya adalah :
a. Menentukan periode tanam, yang dimulai bulan Oktober.
b. Menghitung evapotranspirasi potensial (ETo) (mm/hari) untuk bulan
November.
c. Menentukan koefisien tanaman (C1) sesuai ketentuan di KP.
d. Menentukan koefisien tanaman (C2) sesuai ketentuan di KP.
e. Menentukan koefisien tanaman (C3) sesuai ketentuan di KP.
f. Menghitung koefisien rata-rata tanaman.
g. Curah hujan efektif (Re) (mm/hari).
h. Menghitung nilai kehilangan air akibat perkolasi (P).
i. Menghitung penggantian lapisan air (WLR).
j. Menghitung nilai Eo, M dan K.
k. Menghitung penggunaan air konsumtif untuk tanaman (Etc).
l. Menghitung kebutuhan air bersih untuk padi di sawah (NFR).
m. Menghitung kebutuhan air (IR).
BAB IV
PEMBAHASAN

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 41


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

4.1 Perhitungan Ketersedian Air Daerah Irigasi Bagan Batu

Untuk menghitung ketersedian air, digunakan metode Log-Pearson III guna


mendapatkan nilai Re(Setengah Bulanan). Cara mencarinya adalah sebagai
berikut :
1. Mengumpulkan data curah hujan bulanan selama kurun waktu 7 dari
beberapa stasiun curah hujan yang terdekat dengan daerah rencana
pengembangan irigasi. Pada perhitungan ini, digunakan data curah hujan
selama 7 tahun dan minimal diperlukan 3 stasiun curah hujan.
2. Merata-ratakan data curah hujan yang diperoleh dari stasiun-stasiun tersebut.
3. Mengurutkan data curah yang diperoleh dari stasiun -stasiun tersebut dari
yang terkecil hingga terbesar.
4. Mencari nilai log x dari tiap data curah hujan bulan.
Nilai Log x pada tahun 1995 di R1/2 bulanan 1 Januari
x = 56,1
Log x = 1,749
5. Merata-ratakan nilai Log x tiap tahun.
6. Mencari nilai S Log x

7. Mencari nilai Cs

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 42


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

8. Menentukan nilai Kt
Nilai Cs pada R1/2 bulan 1 bulan Januari = -0,2428
Nilai Kt = 0,851
Nilai tersebut didapatkan dari interpolasi data yang sudah ada.
9. Mencari nilai Re
Nilai Re pada R1/2 bulan 1 bulan Januari
Re = 10(Xrata-rata+(Kt x Slog x)
Re = 10(1,299(0,851 x 0,2531)
Re = 2000,68

4.2 Perhitungan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Bagan Batu

Untuk menghitung kebutuhan air daerah irigasi sungai Bagan Batu dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Mencari data iklim selama 7 tahun (1995-2001) untuk daerah irigasi yang
ditinjau. Untuk daerah irigasi Sungai Bagan Batu. Adapun data-data yang
diperlukan adalah sebagai berikut :
a. Temperatur rata-rata (T) oC selama 7 tahun.
b. Kelembapan rata-rata (Rh) % selama 7 tahun.
c. Kelembapan maksimum (Rhmaks) % selama 7 tahun.
d. Kecepatan angin rata-rata (U) km/hari selama 7 tahun.
e. Penyinaran matahari rata-rata (n/N) %.
2. Dari data-data dicari nilai rata-rata setiap bulannya, maka dapat dilakukan
perhitungan evatransporasi potensial setiap bulannya. Untuk menghitung nilai
evatranspirasi potensial (ETo) dapat menggunakan metode Pennman
Modifikasi.
Contoh perhitungan untuk awal bulan Januari
Perhitungan ETo dengan metode Penman adalah sebagai berikut.
Langkah 1 : Data Iklim Januari
Temperatur rata-rata (T) : 26,55oC.
Kelembaban rata-rata (Rh) : 72,00 %.
Penyinaran matahari rata-rata (n/N) : 45,77%.
Kecepatan angin rata-rata (U) : 9,60 km/jam.
Langkah 2 : Mencari nilai tekanan uap jenuh (ea).
Temperatur rata-rata (T) : 26,55 oC.
Tekanan uap jenuh (ea) : 34,67 mmHg.
Dengan menginterpolasi dari data yang sudah ada.
Langkah 3 : Mencari harga Rh/100
Rh = 72,00 %

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 43


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

= 0,72
Langkah 4 : Mencari tekanan uap nyata (ed)
ed = ea x Rh/100
= 34,67 x 0.72
= 24,96 mmHg
Langkah 5 : Mencari harga (ea – ed) perbedaan tekanan uap air (mmHg)
ea–ed = 34,67 – 24,96
= 9,71
Langkah 6 : Mencari harga kecepatan angin rata-rata
Dari merata-ratakan data maksimum dan minimum maka
didapatkan harga kecepatan angin rata-rata adalah 230,4 km/hari.
Langkah 7 : Mencari harga fungsi kecepatan angin
f(U) = 0.27(1 + U/100)
= 0.27(1 + 230,4/100)
= 0,892 m/dt.
Langkah 8 : Mencari faktor harga berat (W) dan (1-W)
Nilai tersebut didapatkan dari interpolasi data yang sudah ada. Dari
perhitungan didapatkan:
W = 0.754
(1-W) = 1 – 0,754
= 0,245
Langkah 9 : Mencari harga (1-W) x f(U) x (ea-ed)
= (1-W) x f(U) x (ea-ed)
= 0,245 x 0,300 x 10,95
= 0,805

Langkah 10: Mencari harga (Ra) penyinaran radiasi matahari teoritis (mm/hari)
Untuk koordinat 8 LU/LS dan 101 BT, nilai Ra untuk bulan
januari adalah 13,60 mm/hari dengan menginterpolasi Tabel 2.10.
Maka didapatkann nilai:
Ra = 13,6 mm/hari
Langkah 11 : Mencari harga n/N

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 44


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

n/N = 45,77/100
= 0.4577
Langkah 12 : Mencari harga Rs
Rs = (0.25 + (0.5 x n/N)) x Ra
Rs = (0.25 + (0.5 x 0,452)) x 9,452
= 7,52 mm/hari
Langkah 13 : Mencari harga radiasi penyinaran matahari yang diserap bumi
(Rns). Didapat dari tabel atau menggunakan rumus.
Rns = (1 - w) x Rs
= 0,245 x 7,52
= 6,0166 mm/hari
Langkah 14 : Mencari harga koreksi akibat temperatur f(T)
Dengan interpolasi data.
T = 26,45 oC, maka
f(T) = 15,98
Langkah 15: Mencari harga koreksi akibat tekanan air f(ed)
f(ed) = (0,34 – (0,044 x ed x 0,5)
f(ed) = (0.34 – (0,044 x 23,58 x 0,5)
= 0,10
Langkah 16: Mencari harga f(n/N)
f(n/N) = 0,1 + 0,9(n/N)
= 0,1 + 0,9(0,452)
= 0,506
Langkah 17: Mencari harga radiasi matahari yang dipancarkan bumi (Rnl)
Rnl = f(T) x f(ed) x f(n/N)
= 15,98 x 0,10 x 0,506
= 1,023 mm/hari
Langkah 18: Mencari harga radiasi matahari yang dipancarkan bumi (Rn)
Rn = Rns – Rnl
= 7,38 – 0,8
= 6,57 mm/hari
Langkah 19 : Mencari faktor pengali pengganti kondisi cuaca akibat siang dan

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 45


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

malam (C)
Didapatkan nilainya dengan melihat nilai Using/Umalam
kemudian lihat nilai RH maksimum dan nilai RS, lalu lakukan
interpolasi pertama nilai RH maksimum terhadap Usiang pada
Tabel Faktor Penyesuaian untuk persamaan Penman dengan
modifikasi, lalu lakukan interpolasi kedua nilai U (kecepatan
angin) terhadap nilai yang didapatkan pada interpolasi pertama
sesuai dengan RS yang didapatkan. Maka didapatkan nilainya:
C = 1,007
Langkah 20 : Perhitungan ETo (mm/hari)
ETo = C x (W x Rn + (1-W) x f(U) x (ea-ed))
ETo = 1,007 x (0.754 x 6,5 x 0,805)
ETo = 5,75
Maka ETo untuk bulan Januari adalah 5,75 mm/hari.
3. Menghitung curah hujan efektif berdasarkan jenis tanaman.
Curah hujan efektif tanaman Padi bulan Januari periode R1/2 minggu 1 :
Re = 1/15 x 80% x Re (Setengah Bulanan)
= 1/15 x 80 % x 2000,68
= 106,703
Curah hujan efektif tanaman Palawija bulan Januari periode R1/2 minggu 1 :
Re = 1/15 x 50% x Re (Setengah Bulanan)
= 1/15 x 50 % x 2000,68
= 66,689
4. Menghitung curah hujan efektif berdasarkan jenis tanaman.
Perhitungan kebutuhan air di sawah dapat dilihat pada tabel. Langkah-langkah
perhitungannya adalah sebagai berikut:
Baris 1 : Periode tanaman, dimulai pada bulan November tengah bulan
pertama
Baris 2 : Evapotranspirasi potensial (ETo) (mm/hari)
Untuk bulan November, ETo = 5,45 mm/hari
Baris 3 : Nilai kehilangan air akibat perkolasi tanaman (P) (mm/hari)
Diambil nilai P = 3 mm/hari
Baris 4 : Curah hujan efektif (Re) (mm/hari)

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 46


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Nilai Re diambil dari tabel perhitungan berdasarkan jenis


tanaman. Untuk bulan November periode I, Re padi = 6,03
mm/hari
Baris 5 : Penggantian lapisan air (WLR)
Diambil nilai Wlr = 2
Baris 6 : Koefisien tanaman (C1) didasarkan pada ketentuan yang ada pada
KP penunjang
Baris 7 : Koefisien tanaman (C2) didasarkan pada ketentuan yang ada pada
KP penunjang
Baris 8 : Koefisien tanaman (C3) didasarkan pada ketentuan yang ada pada
KP penunjang
Baris 9 : Koefisien rata-rata tanaman (C)
C = (C1 + C2 + C3) / 3
Baris 10 : Penggunaaan air untuk masa penyiapan lahan (mm/hari)
menggunakan rumus,
LP = M.ek / (ek - 1)
dimana :
M : Kebutuhan air untuk mengganti/mengkompensasi
kehilangan
air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah
dijenuhkan
M = Eo + P
Eo = 1,1 x Eto
P = perkolasi
k=MxT/S
T = Jangka waktu penyiapan lahan, hari
S = Kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air
50 mm yakni 200 + 50 = 250 mm
Baris 11 : Penggunaan air konsumtif untuk tanaman (Etc)
ETc = C x Eto
Untuk November Periode I (masa penyiapan lahan)
Etc = LP = 3,32 mm/hari

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 47


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Baris 12 : Kebutuhan air bersih di sawah untuk padi, NFR (Netto Field
Requirement)
Untuk masa penyiapan lahan,
NFR = LP – Re
Untuk tanaman padi,
NFR = ETc + WLR + P – Re
Untuk tanaman palawija,
NFR = Etc + P – Re
Karena pada bulan Oktober periode I, lahan sedang dalam masa
persiapan maka,
NFR = 30 + 3 + 2 – 8,99 = -3,99 mm/hari

4.3 Perhitungan Data Klimatologi

Perhitungan data klimatologi adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1. Temperatur rata-rata

(Sumber : Data Perhitungan)

Tabel 4.2. Kelembapan rata-rata

(Sumber : Data Perhitungan)

Tabel 4.3. Penyinaran matahari

(Sumber : Data Perhitungan)

Tabel 4.4. Kecepatan Angin

(Sumber : Data Perhitungan)

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 48


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

4.4 Perhitungan Hujan Tahunan

Perhitungan hujan tahunan adalah sebagai berikut:


Tabel 4.5. Jumlah hujan Tahunan

(Sumber : Data Perhitungan)

Tabel 4.6. Jumlah hujan 15 harian pertama dan kedua

(Sumber : Data Perhitungan)

4.5 Perhitungan Curah Hujan Efektif

Perhitungan curah hujan efektif (Re) adalah dengan menggunakan metode Log-
Pearson III yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.7. R1/2 1 Bulan Januari Tabel 4.8. R1/2 2 Bulan Januari

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 49


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

(Sumber : Data Perhitungan) (Sumber : Data Perhitungan)


Tabel 4.9. R1/2 1 Bulan Februari Tabel 4.10. R1/2 2 Bulan Februari

(Sumber : Data Perhitungan) (Sumber : Data Perhitungan)


Tabel 4.11. R1/2 1 Bulan Maret Tabel 4.12. R1/2 2 Bulan Maret

(Sumber : Data Perhitungan) (Sumber : Data Perhitungan)


Tabel 4.13. R1/2 1 Bulan April Tabel 4.14. R1/2 2 Bulan April

(Sumber : Data Perhitungan) (Sumber : Data Perhitungan)

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 50


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Tabel 4.15. R1/2 1 Bulan Mei Tabel 4.16. R1/2 2 Bulan Mei

(Sumber : Data Perhitungan) (Sumber : Data Perhitungan)


Tabel 4.17. R1/2 1 Bulan Juni Tabel 4.18. R1/2 2 Bulan Juni

(Sumber : Data Perhitungan) (Sumber : Data Perhitungan)


Tabel 4.19. R1/2 1 Bulan Juli Tabel 4.20. R1/2 2 Bulan Juli

(Sumber : Data Perhitungan) (Sumber : Data Perhitungan)


Tabel 4.21. R1/2 1 Bulan Agustus Tabel 4.22. R1/2 2 Bulan Agustus

(Sumber : Data Perhitungan) (Sumber : Data Perhitungan)

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 51


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Tabel 4.23. R1/2 1 Bulan September Tabel 4.24. R1/2 2 Bulan September

(Sumber : Data Perhitungan) (Sumber : Data Perhitungan)


Tabel 4.25. R1/2 1 Bulan Oktober Tabel 4.26. R1/2 2 Bulan Oktober

(Sumber : Data Perhitungan) (Sumber : Data Perhitungan)


Tabel 4.27. R1/2 1 Bulan November Tabel 4.28. R1/2 2 Bulan November

(Sumber : Data Perhitungan) (Sumber : Data Perhitungan)


Tabel 4.29. R1/2 1 Bulan Desember Tabel 4.30. R1/2 2 Bulan Desember

(Sumber : Data Perhitungan) (Sumber : Data Perhitungan)

Tabel 4.31. Kumulatif Perhitungan

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 52


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Curah Hujan Efektif Tahunan

(Sumber : Data Perhitungan)

4.6 Perhitungan Evapotranspirasi Penmann Modification

Tabel 4.32. Weighting Factor (W)

(Sumber : Data Perhitungan)


Tabel 4.33. Saturation Vapour Pressure (ea)

(Sumber : Data Perhitungan)

Tabel 4.34. Correction Factor in C Penmann Method

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 53


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

(Sumber : Data Perhitungan)

Tabel 4.35. Effect of Temperature f(T) on Longwave Radiation (Rn1)

(Sumber : Data Perhitungan)


Tabel 4.36. Radiation Extra Terresterial (Ra)

(Sumber : Data Perhitungan)

DIAJENG ANGELA JINGGA DIANDRA - 21116016 54

Anda mungkin juga menyukai