Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MAKALAH 1

IRIGASI PERTANIAN

DOSEN
NOVRETA ERSYI DARFIA, MT.

DISUSUN OLEH:
ARTA KARISMA (153111003)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLGI
PEKANBARU
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air adalah material yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di bumi. Manusia, hewan, dan tumbuhan akan mati
bila kekurangan air. Di banyak tempat di dunia terjadi kekurangan persediaan
air akibat dari pengelolaan sumber daya air yang kurang baik. Hal ini dapat
menimbulkan konflik,mengingat bahwa kersediaan pangan di suatu daerah
memiliki kaitan erat dengan ketersediaan air di daerah tersebut.
Jumlah penduduk dunia yang semakin meningkat dari hari ke hari
mengakibatkan kebutuhan akan bahan pangan juga terus menerus bertambah.
Untuk itu diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan hasil pertanian yang ada.
Salah satu cara adalah dengan pemenuhan kebutuhan pengairan yang
merupakan hal terpenting dalam pertanian sebab tidak semua daerah
mendapatkan pengairan yang mencukupi.
Kebutuhan air untuk tanaman pada dasarnya dapat diperoleh secara
langsung dari air hujan. Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi akan mengalir
dari hulu ke hilir,meresap kedalam tanah atau menjadi air permukaan, dan
dimanfaatkan oleh
tanaman disekitarnya. Indonesia, yang merupakan negara tropis, hanya
mengenal
dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Dapat dipastikan, curah
hujan
tiap musimnya tidak akan sama. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu cara untuk
mengelola air dengan optimal, salah satunya ialah dengan penggunaan sistem
irigasi.

1.2 Maksud dan Tujuan


Tujuan dari tugas besar ini adalah :

1. Mengetahui tentang proses penentuan lahan pertanian dan


pengairannya hingga menghasilkan suatu area pertanian yang dapat
berfungsi
2. Merencanakan lokasi lahan pertanian lengkap dengan system
pengairannya; dan
3. Menyelesaikan berbagai masalah yang biasa ditemukan di lokasi
daerah pertanian.
1.3 Ruang Lingkup Desain
Ruang lingkup dalam penyusunan karya tulis ini adalah perencanaan bendung
dan
sistem irigasi di suatu wilayah studi, yaitu Sungai Bantimurung, Sulawesi
Selatan.
Teori-teori yang berkaitan dengan hal ini adalah sebagai berikut.
1. Teori Hidrologi
Teori-teori hidrologi digunakan dalam melakukan analisis data hidrologi dan
klimatologi wilayah studi.
2. Teori Irigasi
Teori irigasi digunakan dalam penentuan sistem irigasi secara keseluruhan pada
wilayah studi.
3. Teori Bangunan Air
Teori bangunan air digunakan dalam penentuan jaringan irigasi secara
keseluruhan pada wilayah study

1.4 Sistematika Penulisan


Sistematika penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Ruang Lingkup
1.4 Sistematika Penyusunan
Bab II : Studi Kepustaakaan
2.1 Pengertian Daerah Irigasi
2.2 Istilah-istilah Irigasi
2.3 Kebutuhan Air Irigasi
2.4 Pola Tanam
2.5 Debit Andalan
2.6 Debit Yang Dibutuhkan
2.7 Debit Saluran
2.8 Dimensi Saluran
2.9 Perencanaan Jaringan Irigasi
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN

2.1 Sistem Irigasi


Irigasi merupakan suatu usaha teknis untuk mengontrol kandungan air pada
tanah di dalam zona akar dengan maksud agar tanaman dapat tumbuh secara
baik. Dimana usaha teknis yang dimaksud adalah penyediaan sarana dan
prasarana irigasi untuk membawa, membagi air secara teratur dengan jumlah
yang cukup, waktu yang tepat ke petak irigasi untuk selanjutnya diberikan dan
dipergunakan oleh tanaman.

Dalam perkembangannya sampai saat ini, ada 4 jenis sistem irigasi yang biasa
digunakan. Keempat sistem irigasi itu adalah sebagai berikut :

1. Irigasi Gravitasi
Sistem ini memanfaatkan efek dari gravitasi untuk mengalirkan air. Bentuk
rekayasa ini tidak memerlukan tambahan energi untuk mengalirkan air
sampah ke petak sawah.

2. Irigasi Bawah Tanah


Tanah akan dialiri dibawah permukaannya. Saluran yang ada disisi petak
sawah akan mengalirkan air melalui pori-pori tanah. Sehingga air akan
sampai ke akar tanaman.

3. Irigasi Siraman
Air akan disemprotkan ke petak sawah melalui jaringan pipa dengan
bantuan pompa air. Penggunaan air akan lebih efektif dan efisien karena
dapat dikontrol dengan sangat mudah.
4. Irigasi Tetesan
Sistem ini mirip dengan irigasi siraman. Hanya saja air akan langsung
diteteskan/ disemprotkan ke bagian akar. Pompa air dibutuhkan untuk
mengalirkan air.

Selain itu jaringan irigasi mempunyai klasifikasi yang didasarkan pada hal-hal
seperti dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel 2.1 Klasifikasi Jaringan Irigasi


Klasifikasi Jaringan Irigasi
No Uraian
Teknis Semi Teknis Sederhana
Bangunan permanen
1 Bangunan Utama Bangunan permanen Bangunan sementara
atau semipermanen
Kemampuan
bangunan dalam
2 Baik Sedang Jelek
mengukur dan
mengatur debit
Saluran irigasi dan
Saluran irigasi dan Saluran irigasi dan
3 Jaringan saluran pembuang tidak
pembuang terpisah pembuang jadi 1
sepenuhnya terpisah
Belum dikembangakan
Belum ada jaringan
Dikembangkan atau densitas
4 Petak tersier terpisah yang
seluruhnya bangunan tersier
dikembangkan
jarang
Efisiensi secara
5 50%-60% 40-50% <40%
keseluruhan
6 Ukuran Tak ada batasan < 2000 Ha < 500 Ha

a. Jaringan Irigasi Sederhana

Prasarana yang ada seperti bangunan pengatur debit atau pembagi sama
sekali tidak ada. Hal ini terjadi karena sumber air sangat berlimpah sehingga
hampir sama sekali tidak diperlukan rekayasa irigasi. Jaringan utama air
hanya perlu disadap sesuai keinginan sehingga petak-petak sawah dapat
tergenangi air. Selain itu tidak ada pembagi antara saluran pembuang dan
irigasi.

Kelemahan dari tipe jaringan ini adalah pemborosan air, karena


penyadapan yang sesuka hati. Selain itu biaya untuk penyadapan sangat
mahal karena saluran tersebut harus dapat mengairi seluruh petak sawah
tanpa sebelum direkayasa sehingga efisiensinya sangat rendah.

b. Jaringan Irigasi Semi Teknis

Tidak banyak perbedaan dengan jaringan sederhana kecuali bangunan-


bangunan irigasi mulai digunakan pada jaringan ini. Jaringan pembuangan
dan irigasi masih menyatu. Akan tetapi sudah dapat mengairi petak sawah
yang lebih besar daripada irigasi sederhana.

c. Jaringan Irigasi Teknis

Jaringan ini jauh lebih maju daripada 2 jaringan lainnya dalam hal rekayasa
irigasi. Bangunan air banyak digunakan pada jaringan ini. Sepenuhnya
saluran irigasi dan pembuang bekerja secara terpisah. Sehingga pembagian
air dan pembuangan air optimum. Selain itu ada petak tersier yang menjadi
ciri khas jaringan teknis. Petak tersier kebutuhannya diserahkan petani dan
hanya perlu disesuaikan dengan saluran primer dan sekunder yang ada.

Keuntungan dari jaringan ini adalah pemakaian air yang efektif dan efisien,
menekan biaya perawatan, dan dibuat sesuai kondisi dan kebutuhan.
Kelemahannya adalah biaya pembuatan yang mahal dan pegoperasian yang
tidak mudah.

2.2 ISTILAH ISTILAH IRIGASI


1.“Air”, adalah semua air yang terdapat di dalam atau berasal dari sumber-
sumber air, baik yang terdapat di atas maupun di bawah permukaan tanah,
tidak termasuk dalam pengertian ini air yang terdapat di laut ;

2.“Sumber Air”, adalah tempat-tempat dan wadah-wadah air, baik yang berada
di atas maupun di bawah permukaan tanah ;

3.“Pengairan”, adalah suatu bidang pembinaan atas air, termasuk kekayaan


alam bukan hewani yang terkandung di dalamnya, baik yang alamiah maupun
yang telah diusahakan oleh manusia ;

4.“Tata Pengaturan Air”, adalah segala usaha untuk mengatur pembinaan


sepperti pemilikan, penguasaan, pengelolaan, penggunaan, pengusahaan, dan
pengawasan atas air beserta sumber-sumbernya, termasuk kekayaan alam
bukan hewani yang terkandung di dalamnya, guna mencapai manfaat yang
sebesar-besarnya dalam memenuhi hajat hidup dan peri kehidupan rakyat. ;

5.“Tata Pengairan”, adalah susunan dan letak sumber-sumber air dan atau
bangunan-bangunan pengairan menurut ketentuan-ketentuan teknik
pembinaan di suatu wilayah pengairan tertentu ;

6.“Hak Guna Air”, adalah hak untuk memperoleh dan menggunakan air untuk
keperluan tertentu ;

7.“Irigasi”, adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang


pertanian;

8.“Jaringan Irigasi”, adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu


kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan,
pengambilan pembagian, pemberian, dan penggunaannya ;

9.“Daerah Irigasi”, adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu
jaringan irigasi ;

10. “Petak Irigasi”, adalah petak tanah yang memperoleh air irigasi ;

11. “Petak Tersier”, adalah kumpulan petak irigasi yang merupakan kesatuan
dan mendapatkan air irigasi melalui saluran tersier yang sama ;
12. “Panitia Irigasi”, adalah Panitia Irigasi Propinsi atau Kabupaten/Kotamadya
;

13. “Penyediaan Air Irigasi”, adalah penentuan banyaknya air yang dapat
digunakan untuk menunjang pertanian ;

14. “Pembagian Air Irigasi”, adalah penyaluran air yang dilaksanakan oleh
pihak ynag berwenang dalam jaringan irigasi utama hingga saluran tersier ;

15. “Pemberian Air Irigasi”, adalah penyaluran jatah air dari jaringan utama ke
petak tersier ;

16. “Penggunaan Air Irigasi”, adalah pemanfaatan air di tingkat usahatani ;

17. “Aturan Giliran Air”, adalah suatu pengaturan pembagian dan pemberian
air secara bergilir di jaringan utama dan di tingkat usahatani ;

18. “Pemberian Air Terpisah”, adalah suatu pengaturan pemberian air secara
bergiliran ke beberapa jenis tanaman dalam satu petak tersier ;

19. “Aturan Golongan”, adalah suatu pembagian air dengan cara membagi
satu atau beberapa daerah irigasi menjadi beberapa golongan pembagian air
disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia dan sesuai luas areal, jenis
tanaman dan waktu pemakaian air, keadaan alat kerja serta waktu yang
tersedia, sehingga air yang tersedia dapat digunakan dengan efisien ;

20. “Eksploitasi”, adalah segala kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan


daya guna air yang berasal dari sumber air, melewati jaringan irigasi, sehingga
pemanfaatan air irigasi untuk keperluan pertanian dicapai secara maksimal ;

21. “Pemeliharaan”, adalah kegiatan untuk memperpanjang masa guna dan


menjaga kelestarian jaringan irigasi sehingga eksploitasinya tetap dapat
dijalankan dengan baik sesuai dengan tujuan ;
22. “Irigasi Pedesaan”, adalah irigasi yang pembangunan, pendayagunaan, dan
pemeliharaan jaringannya dilaksanakan oleh para petani dibawah pembinaan
pemerintah desa, dengan atau tanpa bantuan pemerintah baik pusat maupun
daerah ;

23. “Pengelolaan Air di Tingkat Usahatani”, adalah segala usaha


pendayagunaan air pada petak-petak tersier dan jaringan irigasi pedesaan,
melalui pemanfaatan jaringan irigasi yang langsung berhubungan dengan
petani dan areal pertaniannya, guna memenuhi kebutuhan optimum
pertanian, termasuk pemeliharaan jaringannya ;

24. “Jaringan Tersier”, adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana
pelayanan air di dalam petak tersier yang terdiri dari saluran pembawa yang
disebut saluran tersier, saluran pembagi yang disebut saluran kwarter, dan
saluran pembuang berikut seluruh bangunan turutan serta pelengkapnya
termasuk jaringan irigasi pompa yang luas areal pelayanannya disamakan
dengan areal tersier ;
25. “Petak/Blok Tersier”, adalah bagian lahan dari suatu daerah irigasi yang
menerima air dari suatu pintu sadap tersier dan mendapat pelayanan dari
jaringan tersier yang bersangkutan ;

26. “Petak/Blok Kwarter”, adalah bagian dari lahan di dalam petak/blok tersier
yang mendapat pelayanan air irigasi

2.3 Kebutuhan Air Irigasi


Tujuan perhitungan kebutuhan air irigasi untuk mengetahui luas
potensial daerah irigasi berdasarkan ketersediaan sumber air irigasi dalam hal
ini Sungai Cijantung dan untuk menghitung debit rencana saluran irigasi.

Kebutuhan air irigasi di bangunan sadap utama ditentukan oleh


kebutuhan air tanaman di petak sawah. Air selama di perjalanan mulai dari
sumber air irigasi (sungai) sampai dengan di petak sawah mengalami
pengurangan (kehilangan air) yang diakibatkan oleh faktor-faktor berikut ini :
 Penguapan
 Rembesan di saluran
 Bocoran di pintu-pintu
 Kurang cermatnya petugas dalam pengoperasian

Semakin kecil kehilangan air semakin besar efisiensi irigasi, dan sebaliknya.
Dalam tugas ini kehilangan air di jaringan diambil (diasumsikan) sebagai
berikut :

 jaringan tersier 20%, sehingga efisiensi irigasi di jaringan tersier, et = (100-


20)% = 80%
 saluran sekunder 15%, sehingga efisiensi irigasi di saluran sekunder, es =
(100-15)% = 85%
 saluran primer 10%, sehingga efisiensi irigasi di saluran primer, ep = (100-
10)% = 90%
sehingga :

ei = et x es x ep .................................................... (1)

dimana :

ei = efisiensi irigasi total

et = efisiensi irigasi di jaringan tersier

es = efisiensi irigasi di saluran sekunder

ep = efisiensi irigasi di saluran primer

2.4 POLA TANAM


Tanaman padi di sawah memerlukan air cukup banyak sampai tergenang
selama pertumbuhan. Begitupula sebelum ditanami padi, tanah sawah perlu
disiapkan terlebih dahulu yaitu tanah digenangi untuk beberapa lama
kemudian baru diolah (dibajak). Dengan demikian perhitungan kebutuhan air
irigasi untuk tanaman padi terdiri dari 2 tahap :

1. Tahap penyiapan lahan


2. Tahap pertumbuhan

 1.Penyiapan Lahan
Rumus yang dipakai pada perhitungan kebutuhan air irigasi pada tahap
penyiapan lahan adalah rumus van de Goor dan Ziljstra :

PL = M x ek ...................................................... (2)
ek – 1
M = Eo + P = 1,1 x ETo + P ...................................... (3)
k =MxT ...................................................... (4)
S
NFR = PL – Re ...................................................... (5)
IR = NFR x 0,116 ................................................... (6)
ei
A = Qr x 1000 ...................................................... (7)
IR

dimana :

PL = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm/hari)


M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi
dan perkolasi

di Sawah yang sudah dijenuhkan (mm/hari)

Eo = evaporasi air terbuka yang besarnya diambil 1,1 x ETo (mm/hari)

P = perkolasi (mm/hari)

T = jangka waktu penyiapan lahan 30 hari atau 45 hari

S = kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50


mm, yakni 200+50=250 mm atau 250+50=300 mm
tergantung waktu penanaman

Re = curah hujan efektif (mm/hari)

NFR = kebutuhan air di sawah (mm/hari)

1 mm/hari ≈ 0,116 liter/detik/ha

IR = kebutuhan air irigasi di bangunan sadap utama (liter/detik/ha)

ei = efisiensi irigasi

A = luas potensial daerah irigasi (ha)

Qr = aliran tahun rencana (m3/detik)

 2.Pertumbuhan
Persamaan keseimbangan air (water balance) digunakan untuk
menghitung kebutuhan air di petak sawah pada tahap pertumbuhan :

NFR = ETc + P + WLR – Re .......................................... ( 8 )


ETc = kc x ETo ...................................................... ( 9 )

IR = NFR x 0,116

ei

A = Qr x 1000

IR

dimana :

NFR = kebutuhan air di sawah (mm/hari)

ETc = kebutuhan air tanaman dalam hal ini tanaman padi (mm/hari)

ETo = penguappeluhan tanaman acuan / rerumputan pendek


(mm/hari)

kc = koefisien tanaman dalam hal ini tanaman padi

P = perkolasi (mm/hari)

WLR = penggantian lapisan air 2 kali masing-masing 50 mm selama 0,5


bulan atau 3,33 mm/hari yaitu 1 bulan dan 2 bulan setelah
transplantasi

IR = kebutuhan air irigasi di bangunan sadap utama (liter/detik/ha)

ei = efisiensi irigasi

A = luas potensial daerah irigasi (ha)

Qr = aliran tahun rencana (m3/detik)


2.5 DEBIT ANDALAN(Dependable Flow)
Debit andalan (dependable flow) adalah debit minimum sungai untuk
kemungkinan terpenuhi yang sudah ditentukan yang dapat dipakai untuk
irigasi. Kemungkinan terpenuhi ditetapkan 80% (kemungkinan bahwa debit
sungai lebih rendah dari debit andalan adalah 20%). Debit andalan ditentukan
untuk periode tengah–bulanan. Debit minimum sungai dianalisis atas dasar
data debit harian sungai agar analisis cukup tepat dan andal, catatan data yang
diperlukan harus meliputi jangka waktu paling sedikit 10 tahun. Jika
persyaratan ini tidak bias dipenuhi, maka metode hidrologi analisis dan empiris
biasa dipakai. Dalam menghitung debit andalan kita harus mempertimbangkan
air yang diperlukan dari sungai hilir pengambilan.

Dalam praktek ternyata debit andalan dari waktu ke waktu mengalami


penurunan seiring dengan fungsi daerah tangkapan air. Penurunan debit
andalan dapat menyebabkan kinerja irigasi berkurang yang mengakibatkan
pengurangan areal persawahan. Antisipasi keadaan ini perlu dilakukan dengan
memasukkan factor koreksi sebesar 80% sampai dengan 90% untuk debit
andalan. Faktor koreksi tersebut tergantung pada kondisi perubahan DAS
(Direktorat Jenderal Pengairan, 1986) .

2.6 DEBIT YANG DIBUTUHKAN

Pengertian Debit Air


Debit air adalah kecepatan aliran zat cait per satuan waktu. Misalnya
Debit air sungai pesanggrahan adalah 3.000 l / detik. Artinya setiap 1 detik air
yang mengalir di sungai Pesanggrahan adalah 3.000 l. Satuan debit digunakan
dalam pengawasan kapasitas atau daya tampung air di sungai atau bendungan
agar dapat dikendalikan.
Untuk dapat menentukan debit air maka kita harus mengetahui satuan
ukuran volume dan satuan ukuran waktu terlebih dahulu, karena debit air
berkaitan erat dengan satuan volume dan satuan waktu.
Perhatikan konversi satuan waktu berikut :
1 jam = 60 menit
1 menit = 60 detik
1 jam = 3.600 detik
1 menit = 1/60 jam
1 detik = 1/60 detik
1 jam = 1/3.600 detik

Konversi satuan volume :


1 liter = 1 dm³ = 1.000 cm³ = 1.000.000 mm³ = 0.001 m³
1 cc = 1 ml = 1 cm

2. Menentukan Debit Air

Rumus
Debit = Volume : Waktu

Dalam 1 jam sebuah keran dapat mengeluarkan air sebesar 3.600 m³. Berapa
liter/detik debit air tersebut ?
Penyelesaian
Diketahui
volume (v) = 3.600 m³
= 3.600.000 dm³
= 3.600.000 liter
waktu (t) = 1 jam
= 3.600 detik
Maka debitnya = 3.600.000 liter
3.600 detik
= 1.000 liter/detik

3.Menghitung volume

Rumus
Volume = Debit X Waktu

Sebuah bak mandi diisi air mulai pukul 07.20 sampai pukul 07.50. Dengan debit
10 liter/ menit. Berapa liter volume air dalam dalam bak mandi tersebut ?
Penyelesaian
Diketahui
Debit = 10 liter
Waktu = 07.50 – 07.20
= 30 menit
Maka volumenya = Debit X Waktu
= 10 liter X 30 menit
= 300 liter

4.Menghitung waktu

Rumus
Waktu = Volume : Debit

Volume bak mandi 200 dm3. Di isi dengan air dari sebuah kran dengan debit
5 liter/menit. Berapa menit waktu yang dibutuhkan untuk mengisi bak mandi
sampai penuh ?
Penyelesaian
Diketahui
Volume = 200 dm3
Debit = 5 liter/ menit
Maka waktu yang di butuhkan = Volume
Debit
= 200
5
= 40 menit

2.7 DEBIT SALURAN

Debit saluran tergantung pada kebutuhan air di sawah, dan kehilangan


air selama di perjalanan seperti yang telah diuraikan bab 2. Rumus yang
digunakan untuk menghitung debit rencana saluran dan contoh perhitungan
dapat dilihat sebagai berikut ini, sedangkan perhitungannya secara lengkap
dapat dilihat pada tabel 4.1.

Q = NFR x A ...................................................... (9)

ei

ei = et x es x ep .................................................... (10)
dimana:

Q = debit rencana saluran (liter/detik)

NFR = kebutuhan air di sawah (liter/detik/ha)

A = luas daerah yang diairi (ha)

ei = efisiensi irigasi

et = efisiensi irigasi di jaringan tersier

es = efisiensi irigasi di saluran sekunder

ep = efisiensi irigasi di saluran primer

2.8 DIMENSI SALURAN


Dimensi saluran dihitung berdasarkan rumus kontinuitas persamaan
strikler digunakan untuk menghitung kecepatan aliran (standar perencanaan
irigasi KP – 03, 1986). Kecepatan aliran dihitung dengan rumus :

Menurut standar perencanaan irigasi KP-03, (1986), kecepatan maksimum


yang diizinkan untuk saluran tanah V = 0,6 m/det dan saluran pasangan batu V
= 1,5 – 2,0 m/det.

Unsur geometris penampang saluran dihitung dengan menggunakan rumus


seperti di bawah ini :
Dimana :

Q = Debit saluran (m3/det)

V = Kecepatan aliran (m/det)

A = Luas tampang basah saluran (m2)

R = Jari-jari hidrolis saluran (m)

P = Keliling basah (m)

b = Lebar dasar (m)

h = Tinggi air (m)

I = Kemiringan dasar saluran

K = Koefisien stikler

M = Kemiringan talud

W = Tinggi jagaan (m)

 1.Tinggi Jagaan
Jagaan suatu saluran merupakan jarak dari puncak tanggul permukaan air pada
tinggi rencana. Jarak harus cukup untuk mencegah gelombang atau kenaikan
muka air yang melimpah ke tepi saluran.
2.9 PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI

Petak irigasi dari yang terkecil sampai yang terbesar adalah, petak
sawah, petak kuarter, petak tersier, petak sekunder, petak primer. Yang
dibahas dalam tugas hanya petak tersier, sekunder dan primer.

Petak tersier terdiri dari beberapa petak kuarter mempunyai batas-batas


seperti saluran, jalan, dan batas desa. Bentuk petak tersier bermacam-macam
tergantung pada keadaan topografinya, ada yang mendekati bujur sangkar,
persegi panjang (p≤2 l), dan segitiga. Luas petak tersier antara 50-100 ha, dan
pada keaaan topografi tertentu ada yang di luar ketentuan tersebut.
Banyaknya petak tersier ada 37.

Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani
oleh satu saluran sekunder. Luas petak sekunder berbeda-beda tergantung
pada keadaan daerahnya. Daerah ini direncanakan terdiri dari 2 petak
sekunder, yaitu petak sekunder Pakijingan yang terdiri dari 21 petak tersier,
petak sekunder Gading yang terdiri dari 16 petak tersier. Pemberian nama
petak sekunder sesuai dengan nama sungai yang terdekat.

Petak primer terdiri dari 2 petak sekunder mengambil air langsung dari saluran
primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil airnya
langsung dari sumber air irigasi dalam hal ini Kali Carabak.
 SALURAN IRIGASI DAN PEMBUANG
Saluran irigasi berfungsi membawa air dari sumbernya sampai ke petak
sawah. Saluran diusahakan tidak melewati desa karena dikhawatirkan saluran
tersebut akan dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari penduduk sehingga
debitnya akan berkurang, juga digunakan sebagai tempat pembuangan rumah
tangga sehingga airnya dapat tercemar. Dalam tugas ini perencanaan saluran
irigasi meliputi perencanaan saluran irigasi primer, saluran sekunder, saluran
muka tersier dan saluran tersier. Saluran-saluran tersebut merupakan saluran
utama/saluran umum dimana tidak boleh disadap langsung oleh petani untuk
mengairi sawahnya. Petani hanya boleh menyadap langsung saluran kuarter
dan cacing yang merupakan saluran distribusi/saluran rakyat.

Saluran irigasi primer berfungsi membawa air dari jaringan utama ke saluran
sekunder dan ke petak-petak tersier yang langsung diairi. Saluran ini
merupakan saluran transe, maksudnya transe salurannya hampir sejajar
kontur. Batas ujung saluran adalah pada bangunan bagi yang terakhir. Untuk
memudahkan penggambaran, kemiringan awal saluran primer direncanakan
sebesar 0,0005. Dalam perhitungan, dicek kembali kemiringannya. Saluran
irigasi primer ada 1 dan diberi nama sama dengan nama sungai yang
merupakan sumber air irigasi, yaitu Saluran Primer Carabak. Saluran irigasi
primer terdiri dari 2 ruas.

Saluran irigasi sekunder berfungsi membawa air dari saluran primer ke petak
sekunder yang terdiri dari petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran
sekunder tersebut. Saluran tersebut merupakan saluran punggung, maksudnya
trase salurannya tegak lurus kontur dan letaknya di punggung / bukit. Batas
ujung saluran ini adalah bangunan sadap terakhir.
Saluran muka tersier berfungsi membawa air dari bangunan sadap tersier ke
petak tersier yang terletak di seberang petak tersier lainnya. Satu saluran muka
tersier hanya boleh mengairi satu petak tersier agar pengaturan airnya mudah
dikontrol. Direncanakan ada 4 saluran muka tersier.

Saluran irigasi tersier berfungsi membawa air dari bangunan sadap tersier di
jaringan utama ke dalam petak tersier lalu ke saluran kuarter. Batas ujung
saluran ini adalah boks bagi kuarter yang terakhir. Saluran tersier juga hanya
boleh mengairi satu petak tersier. Untuk lebih jelasnya lihat peta jaringan
irigasi pada lampiran 2 dan skema irigasi pada lampiran 3.

Saluran pembuang berfungsi mengalirkan kelebihan air dari sawah ke


luar jaringan irigasi (ke sungai atau laut). Lembah dan sungai dimanfaatkan
sebagai saluran pembuang. Seperti halnya saluran irigasi, saluran pembuang
diusahakan tidak melewati desa.

Saluran pembuang tersier terletak di dan antara petak-petak tersier yang


termasuk dalam unit irigasi sekunder yang sama dan menampung air baik dari
saluran pembuang kuarter maupun dari sawah-sawah. Lalu air tersebut
dibuang ke dalam jaringan pembuang sekunder.

Saluran pembuang sekunder manampung air dari jaringan pembuang tersier


dan membuang air tersebut ke pembuang primer.

Saluran pembuang primer mengalirkan air lebih dari saluran pembuang


sekunder ke sungai dan ke luar daerah irigasi.

Untuk lebih jelasnya peta jaringan irigasi pada lampiran 2.

 BANGUNAN IRIGASI
Untuk penggambaran letak bendung ditetapkan terlebih dahulu yaitu
pada elevasi +25 m. Setelah perhitungan elevasi rencana mercu bendung,
lokasi bendung ditinjau kembali. Dalam tugas tidak dibahas perencanaan
bendung dan bangunan utama lainnya.

Bangunan bagi terletak di saluran irigasi primer pada suatu titik cabang
dan berfungsi membagi aliran kedua saluran, yaitu bangunan BG.1. Bangunan
tersebut digabung menjadi satu dengan bangunan sadap tersier. Bangunan
sadap tersier mengalirkan air dari saluran irigasi primer atau sekunder
kesaluran irigasi tersier.

Bangunan ukur yang dipakai pada bangunan bagi dan sadap sekunder
adalah ambang lebar karena debitnya cukup besar, sedangkan pada bangunan
sadap tersier dengan debit lebih kecil digunakan pintu Romijn.

Bangunan pengatur muka air yang dipilih adalah sama pada semua
bangunan bagi dan sadap yaitu pintu sorong.

Bangunan-bangunan pembawa yang berfungsi membawa air dari ruas


hulu ke ruas hilir saluran adalah talang yang digunakan pada persilangan
saluran irigasi dengan sungai, gorong-gorong pada persilangan saluran irigasi
dengan jalan/jalan kereta api dan bangunan terjun dipakai pada daerah yang
relatif curam untuk meredam energi.

Anda mungkin juga menyukai