Anda di halaman 1dari 20

KP 01 PERENCANAAN

INTAN REKA PUTRI (16101154330015)

1
Perencanaan Jaringan Irigasi

UMUM

Standar Perencanaan ini merupakan keharusan untuk dipakai di lingkungan


Direktorat Jendral Sumber Daya Air dalam tugasnya dibidang pembangunan
irigasi. Batasan dan syarat yang tertuang dalam tiap bagian buku dibuat
sedemikian untuk siap pakai. Penyimpangan dari standar ini hanya dimungkinkan
dengan ijin Direktorat Jendral Sumber Daya Air. Dengan demikian siapapun yang
akan menggunakan standar ini dan ada yang memerlukan kajian teknik, tidak
akan lepas dari tanggung jawabnya sebagai perencana dalam merencanakan
bangunan irigasi yang aman dan memadai. Hal ini sesuai dengan Undang-
undang Jasa Konstruksi.

2
Klasifikasi Jaringan Irigasi
Klasifikasi Jaringan Irigasi

Teknis Semiteknis Sederhana


Banguan permanen atau
Bangunan Utama Bangunan permanen Bangunan sementara
semipermanen

Kemampuan bangunan
dalam mengukur dan Baik Sedang Jelek
mengatur debit

Saluran irigasi dan


Saluran irigasi dan Saluran irigasi dan
Jaringan saluran pembuang tidak
pembuang terpisah pembuang jadi satu
sepenuhnya terpisah

Belum dikembangkan Belum ada jaringan


Dikembangkan
Petak tersier atau densitas bangunan terpisah yang
sepenuhnya
tersier jarang dikembangkan

Efisiensi secara Tinggi 50 – 60 % (ancar- Sedang 40 – 50 % (ancar- Kurang < 40 % (ancar-


keseluruhan ancar) ancar) ancar)
Ukuran Tak ada batasan Sampai 2.000 ha Tak lebih dari 500 ha

Jalan usaha tani Ada ke seluruh areal Hanya sebagian areal Cenderung tak ada

• Ada instansi yang


Kondisi O & P menangani Belum teratur Tak ada O & P
• Dilaksanakan teratur

3
Irigasi Sederhana
Di dalam irigasi sederhana, lihat gambar 1.1
pembagian air tidak diukur atau diatur, air lebih akan
mengalir ke saluran pembuang. Para petani pemakai
air itu tergabung dalam satu kelompok jaringan irigasi
yang sama, sehingga tidak memerlukan keterlibatan
pemerintah di dalam organisasi jaringan irigasi
semacam ini. Persediaan air biasanya berlimpah
dengan kemiringan berkisar antara sedang sampai
curam. Oleh karena itu hampir-hampir tidak diperlukan
teknik yang sulit untuk sistem pembagian airnya.
Namun irigasi sederhana mempunyai kekurangan
yaitu, Pertama-tama, ada pemborosan air dan, karena
pada umumnya jaringan ini terletak di daerah yang
tinggi, air yang terbuang itu tidak selalu dapat
mencapai daerah rendah yang lebih subur. Kedua,
terdapat banyak penyadapan yang memerlukan lebih
banyak biaya lagi dari penduduk karena setiap desa
membuat jaringan dan pengambilan sendiri-sendiri.
Karena bangunan pengelaknya bukan bangunan
tetap/permanen, maka umurnya mungkin pendek.

4
Jaringan Irigasi
Semiteknis
Sistem pembagian air biasanya serupa dengan
jaringan sederhana (lihat Gambar 1.2). Adalah
mungkin bahwa pengambilan dipakai untuk
melayani/mengairi daerah yang lebih luas dari daerah
layanan pada jaringan sederhana. Oleh karena itu
biayanya ditanggung oleh lebih banyak daerah
layanan. Organisasinya akan lebih rumit jika bangunan
tetapnya berupa bangunan pengambilan dari sungai,
karena diperlukan lebih banyak keterlibatan dari
pemerintah, dalam hal ini Departemen Pekerjaan
Umum.

5
Jaringan Irigasi Teknis
Pembagian air di dalam petak tersier diserahkan
kepada para petani. Jaringan saluran tersier dan
kuarter mengalirkan air ke sawah. Kelebihan air
ditampung di dalam suatu jaringan saluran pembuang
tersier dan kuarter dan selanjutnya dialirkan ke jaringan
pembuang primer.
Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip-
prinsip di atas adalah cara pembagian air yang paling
efisien dengan mempertimbangkan waktu merosotnya
persediaan air serta kebutuhan-kebutuhan pertanian.
Keuntungan yang dapat diperoleh dari jaringan
gabungan semacam ini adalah pemanfaatan air yang
lebih ekonomis dan biaya pembuatan saluran lebih
rendah, karena saluran pembawa dapat dibuat lebih
pendek dengan kapasitas yang lebih kecil.
Kelemahan-kelemahannya antara lain adalah bahwa
jaringan semacam ini lebih sulit diatur dan dioperasikan
sering banjir, lebih cepat rusak dan menampakkan
pembagian air yang tidak merata. Bangunan-
bangunan tertentu di dalam jaringan tersebut akan
memiliki sifat-sifat seperti bendung dan relatif mahal.

6
Perencanaan Tata Letak Dan
Jaringan Irigasi

7
Petak Tersier

• Di daerah-daerah yang ditanami padi luas petak tersier idealnya


maksimum 50 ha, tapi dalam keadaan tertentu dapat ditolelir
sampai seluas 75 ha, disesuaikan dengan kondisi topografi dan
kemudahan eksploitasi dengan tujuan agar pelaksanaan Operasi
dan Pemeliharaan lebih mudah.

• Petak tersier harus mempunyai batas-batas yang jelas seperti


misalnya parit, jalan, batas desa dan batas perubahan bentuk
medan (terrain fault).

• Petak tersier dibagi menjadi petak-petak kuarter, masing- masing


seluas kurang lebih 8 - 15 ha.

• Apabila keadaan topografi. memungkinkan, bentuk petak tersier


sebaiknya bujur sangkar atau segi empat untuk mempermudah
pengaturan tata letak dan memungkinkan pembagian air secara
efisien.

• Panjang saluran tersier sebaiknya kurang dari 1.500 m, tetapi dalam


kenyataan kadang-kadang panjang saluran ini mencapai 2.500 m.
Panjang saluran kuarter lebih baik di bawah 500 m, tetapi
prakteknya kadang-kadang sampai 800 m.

8
Petak Sekunder

• Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda-tanda


topografi yang jelas, seperti misalnya saluran pembuang. Luas
petak sekunder bisa berbeda-beda, tergantung pada situasi
daerah.

• Saluran sekunder sering terletak di punggung medan mengairi


kedua sisi saluran hingga saluran pembuang yang membatasinya.
Saluran sekunder boleh juga direncana sebagai saluran garis tinggi
yang mengairi lereng-lereng medan yang lebih rendah saja.

9
Petak Primer

• Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang


mengambil air langsung dari saluran primer. Petak primer dilayani
oleh satu saluran primer yang mengambil airnya langsung dari
sumber air, biasanya sungai. Proyek-proyek irigasi tertentu
mempunyai dua saluran primer. Ini menghasilkan dua petak primer.

• Daerah di sepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani


dengan mudah dengan cara menyadap air dari saluran sekunder.
Apabila saluran primer melewati sepanjang garis tinggi, daerah
saluran primer yang berdekatan harus dilayani langsung dari
saluran primer.

10
Bangunan
utama

Bangunan Jaringan
Lindung, dll irigasi

Bangunan

Bangunan
Bangunan
bagi dan
Pembawa
Sadap

Bangunan
Pengatur
Muka Air

11
Standar Tata Nama

Daerah Irigasi Jaringan Irigasi Primer

Daerah irigasi dapat diberi nama sesuai dengan Saluran irigasi primer sebaiknya diberi nama sesuai
nama daerah setempat, atau desa penting di dengan daerah irigasi yang dilayani. Saluran
daerah itu, yang biasanya terletak dekat dengan sekunder sering diberi nama sesuai dengan nama
jaringan bangunan utama atau sungai yang airnya desa yang terletak di petak sekunder. Petak sekunder
diambil untuk keperluan irigasi. akan diberi nama sesuai dengan nama saluran
sekundernya.
Untuk pemberian nama-nama bangunan utama
berlaku peraturan yang sama seperti untuk daerah
irigasi, misalnya bendung elak Cikoncang melayani
D.I Cikoncang.

12
Standar Tata Nama

Jaringan Irigasi Tersier Jaringan Pembuang

Petak tersier diberi nama seperti bangunan sadap tersier dari Pembuang sekunder pada umumnya berupa sungai
jaringan utama. Misalnya petak tersier S1 ki mendapat air dari atau anak sungai yang lebih kecil. Beberapa di
pintu kiri bangunan bagi BS 1 yang terletak di saluran Sambak. antaranya sudah mempunyai nama yang tetap bisa
dipakai, jika tidak sungai/anak sungai tersebut akan
1. Ruas-ruas saluran tersier diberi nama sesuai dengan nama ditunjukkan dengan sebuah huruf bersama-sama
boks yang terletak di antara kedua boks. misalnya (T1 - T2), dengan nomor seri Nama-nama ini akan diawali
(T3 - K1), (lihat Gambar 24). dengan huruf d (d = drainase).
2. Boks Tersier diberi kode T, diikuti dengan nomor urut menurut Pembuang tersier adalah pembuang kategori
arah jarum jam, mulai dari boks pertama di hilir bangunan terkecil dan akan dibagi-bagi menjadi ruas-ruas
sadap tersier: T1, T2 dan sebagainya dengan debit seragam, masing-masing diberi nomor.
3. Petak kuarter diberi nama sesuai dengan petak rotasi, diikuti
dengan nomor urut menurut arah jarum jam. Petak rotasi
diberi kode A, B, C dan seterusnya menurut arah jarum jam.
4. Boks kuarter diberi kode K, diikuti dengan nomor urut menurut
arah jarum jam, mulai dari boks kuarter pertama di hilir boks
tersier dengan nomor urut tertinggi: K1, K2 dan seterusnya.
5. Saluran irigasi kuarter diberi nama sesuai dengan petak
kuarter yang dilayani tetapi dengan huruf kecil, misalnya
a1,a2 dan seterusnya.
6. Saluran pembuang kuarter diberi nama sesuai dengan petak
kuarter yang dibuang airnya, menggunakan huruf kecil
diawali dengan dk, misalnya dka1, dka2 dan seterusnya.
7. Saluran pembuang tersier, diberi kode dt1, dt2 juga menurut
arah jarum jam.

13
Standar Tata Nama

Tata Warna Peta

Warna-warna standar akan digunakan untuk menunjukkan berbagai tampakan irigasi


pada peta. Warna-warna yang dipakai adalah :
- Biru untuk jaringan irigasi, garis penuh untuk jaringan pembawa yang ada dan garis
putus-putus untuk jaringan yang sedang direncanakan
- Merah untuk sungai dan jaringan pembuang garis penuh untuk jaringan yang sudah
ada dan garis putus-putus (----- - ----- - -----) untuk jaringan yang sedang direncanakan;
- Coklat untuk jaringan jalan;
- Kuning untuk daerah yang tidak diairi (dataran tinggi, rawa-rawa);
- Hijau untuk perbatasan kabupaten, kecamatan desa dan kampung;
- Merah untuk tata nama bangunan;
- Hitam untuk jalan kereta api;
- Warna bayangan akan dipakai untuk batas-batas petak sekunder, batas-batas petak
tersier akan diarsir dengan warna yang lebih muda dari warna yang sama (untuk
petak sekunder) semua petak tersier yang diberi air langsung dari saluran primer akan
mempunyai warna yang sama.

14
Penahapan Proyek

STUDI
STUDI PENGENALAN
TAHAP STUDI STUDI TAHAP ENCANAAN
IDENTIFIKASI /STUDI
(Studi Awal) KELAYAKAN PERENCANAAN DETAIL AKHIR
(Pola) PRAKELAYAKAN
(Masterplan)

15
DATA, PENGUKURAN DAN
PENYELIDIKAN UNTUK PERENCANAAN
IRIGASI
16
UMUM

• Pengumpulan Data

Data-data yang dikumpulkan selama Tahap Studi hanyalah seperti data yang
dikumpulkan berdasarkan pemeriksaan dan penyelidikan lapangan. Tidak dibutuhkan
pengumpulan data secara sistematis seperti dalam Tahap Perencanaan. Di sini ada satu
perkecualian, yakni pengumpulan data untuk Studi Kelayakan. Seperti yang dibicarakan
dalam Bab 3, data-data ini dikumpulkan menurut persyaratan seperti pada tahap
Perencanaan Pendahuluan.

Dalam bab ini hanya akan dirinci data-data yang diperlukan untuk Tahap Perencanaan.
Untuk tahap-tahap perencanaan data-data yang dibutuhkan adalah yang berhubungan
dengan informasi mengenai hidrologi, topografi dan geologi teknik.

• Sifat-sifat data

Biasanya studi kelayakan ekonomi mempunyai persyaratan ketepatan biaya yang


berbeda, yaitu sekitar 90%. Pelaksanaan studi kelayakan pun sering memakai asumsi
standar untuk berbagai parameter. Akan tetapi, hal ini dapat diterima sebagai teknis,
asalkan asumsi standar tersebut konsisten dengan asumsi-asumsi yang dilakukan untuk
studi-studi yang serupa. Ini membuat hasil berbagai studi kelayakan dapat
diperbandingkan dan dengan demikian membuat studi ini suatu sarana untuk pembuatan
keputusan dalam pemilihan proyek yang akan dilaksanakan.

17
Hidrometeorologi

Data Curah hujan Evaportanspirasi

• Parameter • Curah hujan efektif Analisis mengenai evaporasi


diperlukan untuk
• Pencatatan data • Curah hujan lebih menentukan besarnya
evapotranspirasi tanaman
• Penyelidikan lokasi yang kelak akan dipakai
untuk menghitung kebutuhan
air irigasi dan, kalau perlu
untuk studi neraca air di
daerah aliran sungai.

18
Hidrometeorologi

Banjir Rencana Debit Andalan

Banjir rencana adalah debit Debit andalan (dependable


maksimum di sungai atau flow) adalah debit minimum
saluran alamiah dengan sungai untuk kemungkinan
periode ulang (rata-rata) terpenuhi yang sudah
yang sudah ditentukan yang ditentukan yang dapat
dapat dialirkan tanpa dipakai untuk irigasi. Debit
membahayakan proyek andalan ditentukan untuk
irigasi dan stabilitas periode tengah – bulanan.
bangunan- bangunan.

19
Pengukuran

Pengukuran Topografi Pengukuran Sungai dan Pengukuran Trase Saluran Pengukuran lokasi
Lokasi Bendung bangunan

Studi Awal dan Studi Persyaratan penggambaran Pengukuran trase saluran. Untuk lokasi-lokasi bangunan
ldentifikasi didasarkan pada detail topografi adalah sarna (pengukuran strip) akan besar, seperti bangunan
peta-peta yang ada. dengan penggarnbaran sebanyak mungkin mengikuti pembuang silang, diperlukan
Pengukuran pemetaan untuk peta topografi umurn trase saluran yang diusulkan peta lokasi detail. Skalanya
merupakan kegiatan yang seperti yang dirinci pada pada tata letak adalah 1 : 100 dengan skala
dimulai di dalam Studi pasal 4.3.1. pendahuluan. Pengukuran ini garis kontur 0,25 m.
ldentifikasi sampai tahap akan meliputi jarak 75 m dari
perencanaan pendahuluan as saluran, atau bisa kurang
suatu proyek. dari itu, menurut petunjuk ahli
irigasi.

20

Anda mungkin juga menyukai