KELOMPOK SEMEN II
A N G G O TA
B AY U H A M D A N I
F E R I WA H Y U D I
B I M A S AT R I A Y O E S A
I N TA N R E K A P U T R I
V E L L I A I R D A FA J R I A H
WA H Y U D Y S A F R I
PENGERTIAN SEMEN
Semen berasal dari kata Caementum yang berarti bahan perekat yang mampu mempesatukan atau
mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang kokoh atau suatu produk yang
mempunyai fungsi sebagai bahan perekat antara dua atau lebih bahan sehingga menjadi suatu
bagian yang kompak atau dalam pengertian yang luas adalah material plastis yang memberikan
sifat rekat antara batuan-batuan konstruksi bangunan.
Total kebutuhan bahan mentah yang digunakan untuk memproduksi semen
yaitu:
1. Batu kapur digunakan sebanyak ± 81 %.
2. Pasir silika digunakan sebanyak ± 9 %.
3. Tanah liat digunakan sebanyak ± 9 %.
4. Pasir besi digunakan sebanyak ± 1%.
SEMEN PORTLAND
. Bahan utama pembentuk semen Portland adalah kapur (CaO), silika (Si𝑂3 ),
alumina (Al₂O₃), sedikit magnesia (MgO), dan terkadang sedikit alkali.
Pembuatan semen Portland dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu:
1. Penambangan di quarry
2. Pemecahan di crushing plant
3. Penggilingan (blending)
4. Pencampuran bahan-bahan
5. Pembakaran (ciln)
6. Penggilingan kembali hasil pembakaran
7. Penambahan bahan tambah (gipsum)
8. Pengikatan (packing plant)
Proses pembuatan semen Portland dapat dibedakan menjadi dua, yaitu proses
basah dan proses kering.
SIFAT DAN KARAKTERISTIK SEMEN PORTLAND
Sifat Fisika Semen Portland
1. Kehalusan butir (fineness)
Menurut ASTM, butir semen yang lewat ayakan no.200 harus lebih dari 78%.
Untuk mengukur kehalusan butir semen digunakan turbidimeter dari Wagner atau air
permeability dari Blaine.
2. Kepadatan (Density)
Berat jenis semen yang oleh ASTM adalah 3.15 Mg/m3. Pada kenyataannya berat
jenis semen yang diproduksi berkisar antara 3.05 Mg/m3 sampai 3.25 Mg/m3 .
3. Konsistensi
Konsistensi semen Portland lebih banyak pengaruhnya pada saat pencampuran
awal, yaitu pada saat pengikatan sampai pada saat beton mengeras.
4. Waktu pengikatan
Pada semen Portland waktu ikat awal berkisar 1.0- 2.0 jam, tetapi tidak boleh kurang
dari 1.0 jam, sedangkan Waktu ikat semen akhir tidak boleh lebih dari 8.0 jam.
5. Panas hidrasi
Perkembangan panas hidrasi untuk berbagai jenis semen pada suhu 21ºC ditunjukkan
pada Tabel
6. Perubahan volume (kekalan)
Kekalan pasta semen yang telah mengeras merupakan suatu ukuran yang menyatakan
kemempuan pengembangan bahan-bahan campurannya dan kemampuan untuk mempertahankan
volume setelah pengikatan terjadi. Ketidakkekalan semen disebabkan oleh terlalu banyaknya
jumlah kapur bebas yang pembakarannya tidak sempurna serta magnesia yang terdapat dalam
campuran tersebut.
7. Kekuatan Tekan
Kekuatan semen diuji dengan cara membuat mortar yang kemudian ditekan sampai hancur.
Peraturan Beton 1989 (SKBI.1.4.53.1989) dalam ulasannya dihalaman 1, membagi
semen portland menjadi lima jenis (SK.SNI T-15-1990-03:2) yaitu:
• Tipe I, semen portland yang dalam penggunaannya tidak memerlukan persyaratan
khusus seperti jenis-jenis lainnya.
• Tipe II, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap
sulfat dan panas hidrasi sedang.
• Tipe III, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan awal
yang tinggi dalam fase permulaan setelah pengikatan terjadi.
• Tipe IV, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi yang
rendah.
• Tipe V, semen portlang yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan yang
tingi terhadap sulfat.
PENGUJIAN BERAT JENIS SEMEN
Peralatan dan bahan yang dibutuhkan:
Corong kaca Timbangan kapasitas 3000 gram ketelitian 0,01
Sarung tangan karet Timbangan digital kapasitas 3000 gram dengan ketelitian 0,01
Plat kaca (15 x 15)
Langkah langkah pengujian
2. Cincin konik
3. Timbangan digital kapasitas 3000 gram dengan ketelitian 0,01
4. Saringan no.200
5. Sarung tangan
6. Plat kaca (15 x 15)
7. Mixer
8. Semen Portland sebanyak 300 gram lolos saringan no.200
9. Air konsistensi mekanis
Langkah-langkah pengujian
Spatula
Langkah-langkah pengujian
1. Masukkan semen lalu air ke dalam mixer dan diamkan selama 15 detik
2. Hidupkan alat dengan kecepatan 3 rpm selama 30 detik
3. Matikan mixer dan bersihkan mixer dari pasta semen yang melekat pada pinggiran mixer
selama 15 detik
4. Hidupkan kembali mixer dengan kecepatan 5 rpm selama 60 detik dan matikan mixer, lalu
ambil semen dan buat bola-bola kemudian lempar pasta tersebut ke tangan kiri ke kanan
sebanyak 6 kali dengan jarak ±15 cm
5. Masukkan pasta semen ke dalam cincin lie chatelier yang mana pangkalnya telah diikat
dengan benang dan ratakan permukaannya dengan spatula
6. Permukaan yang rata ditutup juga dengan plat kaca dan pada bagian atas di beri pemberat
7. Diamkan benda uji dalam tabung desikator selama 24 jam
8. Keluarkan benda uji dan buka benang pengikatnya, kemudian ukur yang di cincin
menggunakan jangka sorong untuk percobaan awal (X1)
9. Masukkan cincin lie chatelier ke dalam waterbath dan direbus selama 3 jam
10. Angkat cincin dan diamkan. Setelah itu ujung cincin dengan jangka sorong untuk
mendapatkan percobaan akhir (X2)
11. Untuk mengetahui selisih ujung chatelier dapat menggunakan rumus
Selisih = X1 – X2
Dimana :
X1 = ujung lie chatelier setelah direbus 3 jam
X2 = ujung lie chatelier sebelum direbus
CAMPURAN BETON