Anda di halaman 1dari 9

35

BAB IV
DAKTILITAS BAHAN-BAHAN BITUMEN
(DUCTILITY OF BITUMINOUS MATERIALS)

4.1. Pendahuluan

Sifat reologis daktilitas digunakan untuk mengetahui ketahanan aspal terhadap


retak dalam penggunaannya sebagai lapis perkerasan. Aspal dengan daktilitas
yang rendah akan mengalami retak-retak dalam penggunaannya karena lapisan
perkerasan mengalami perubahan suhu yang agak tinggi. Oleh karena itu aspal perlu
memiliki daktilitas yang tinggi. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengukur
jarak terpanjang yang dapat terbentuk dari bahan bitumen pada 2 cetakan
kuningan, akibat penarikan dengan mesin uji, sebelum bahan bitumen tersebut
putus. Pemeriksaan ini dilakukan pada suhu 25±0.5°C dan dengan kecepatan tarik
mesin 50 mm per menit (dengan toleransi ± 5%).
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui salah satu sifat mekanik bahan
bitumen yaitu kekenyalan yang diwujudkan dalam bentuk kemampuannya untuk
ditarik yang memenuhi syarat jarak tertentu (dalam pemeriksaan ini adalah 100 cm)
tanpa putus. Apabila bahan bitumen tidak putus setelah melewat jarak 100 cm,
maka dianggap bahan ini memiliki sifat daktilitas yang tinggi. Mesin uji biasanya
mempunyai alat ukur sampai dengan 100 cm. Hal yang sering terjadi dalam
pemeriksaaan daktilitas adalah bahwa jarak penarikan sampel umumnya selalu
diatas 100 cm yang menunjukkan bahwa sampel ini mempunyai daktilitas tinggi.
Permasalahan yang timbul adalah akibat keterbatasan mesin uji dalam mengukur
jarak putus sampel, kita tidak mengetahui seberapa besar daktilitas yang dimiliki
benda uji. Oleh karena itu, masih diperlukan jenis pemeriksaan lain yang dapat
mengukur daktilitas maksimum bahan bitumen yang melewati jarak 100 cm.

KELOMPOK 14
36

4.2. Tujuan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kekenyalan aspal yang
dinyatakan dengan panjang pemuluran aspal yang dapat tercapai hingga sebelum
putus. Daktilitas ini tidak menyatakan kekuatan tarik aspal.

4.3. Alat dan Bahan

Dalam praktikum yang dilakukan dibutuhkan berbagai macam alat dan bahan.
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum daktilitas bahan-bahan bitumen
adalah sebagai berikut:

4.3.1. Alat - Alat Praktikum


Adapun alat yang digunakan pada percobaan daktilitas ini adalah:
1. Cetakan Kuningan

Gambar 4.1. Cetakan Kuningan


2. Mesin Uji Daktilitas

Gambar 4.2. Mesin Uji Daktilitas

KELOMPOK 14
37

3. Pelat Kaca

Gambar 4.3. Pelat Kaca


4. Komponen Pemanas

Gambar 4.4. Komponen Pemanas


5. Termometer

Gambar 4.5. Termometer

KELOMPOK 14
38

4.3.2. Bahan Percobaan

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah:


1. Aspal

Gambar 4.6. Aspal


2. Larutan Garam

Gambar 4.7. Larutan Garam


3. Gliserin

Gambar 4.8. Gliserin

KELOMPOK 14
39

4.4. Teori Dasar

Daktilitas aspal adalah nilai ke elastisitasan aspal yang diukur dari jarak
terpanjang, apabila antara dua cetakan berisi bitumen keras yang ditarik sebelum
putus pada suhu 25°C dan dengan kecepatan 50 mm/menit. Sifat reologis
daktilitas digunakan untuk mengetahui ketahanan aspal terhadap retak dalam
penggunaannya sebagai lapis perkerasan. Aspal dengan daktilitas yang rendah
akan mengalami keretakan dalam penggunaannya karena lapisan perkerasan
mengalami perubahan suhu yang agak tinggi. Oleh karena itu aspal perlu memiliki
daktilitas yang cukup tinggi.
Sifat daktilitas dipengaruhi oleh sifat kimia apsal, yaitu susunan senyawa
hidrokarbon yang dikandung oleh aspal tersebut. Standar regangan yang dipakai
adalah 100 cm - 200 cm. Pada pengujian daktilitas disyaratkan jarak terpanjang
yang dapat ditarik antara cetakan yang berisi bitumen minimum 100 cm. Adapun
tingkat kekenyalan dari aspal adalah:
1. < 100 cm = getas
2. 100 cm – 200 cm = plastis
3. > 200 cm = sangat plastis
Sifat daktilitas ini sangat dipengaruhi oleh kimia aspal yaitu akibat susunan
senyawa karbon yang dikandungnya. Bila aspal banyak mengandung senyawa
prakin dengan senyawa panjang, maka daktilitas rendah. Demikian aspal
didapatkan dari blowing, dimana gugusan aspal hidrokarbon tak jenuh yang
mudah menyusut sedangkan yang banyak mengandung prakin karena susunan
rantai hidrokarbonnya dan kekuatan strukturnya kurang plastis.

KELOMPOK 14
40

4.5. Prosedur Percobaan


Adapun prosedur yang dilakukan pada percobaan kali ini adalah:
1. Memanaskan sampel aspal hingga cair dan menyiapkan cetakan kuningan,
setelah itu mengoleskan gliserin ke seluruh bagian cetakan kuningan.

Gambar 4.9. Menyiapkan Cetakan Kuningan


2. Memasang dan mengencangkan skrup cetakan kuningan.

Gambar 4.10. Mengecangkan Cetakan Kuningan


3. Menuangkan aspal yang telah dipanaskan kedalam cetakan kuningan hingga
penuh, lalu diamkan disuhu ruangan sekitar 30 – 40 menit.

Gambar 4.11. Menuangkan Aspal

KELOMPOK 14
41

4. Merendam sampel pada bak perendam selama 30 menit lalu melepaskan


sampel dari cetakan kuningan.

Gambar 4.12. Melepaskan Sampel dari Cetakan Kuningan


5. Memasang cetakan yang telah terisi sampel pada mesin uji daktilitas.

Gambar 4.13. Memasang Cetakan pada Mesin Uji Daktilitas


6. Menghidupkan mesin uji daktilitas dan menjalankan mesin uji dengan
kecepatan 5 cm permenit sampai sampel terputus

Gambar 4.14. Menghidupkan Mesin Uji Daktilitas

KELOMPOK 14
42

4.6. Data Hasil Percobaan

Tabel 4.1. Data Hasil Percobaan


Daktilitas Pada Suhu Pembacaan Pengukuran
25°C, 5 cm/menit Pada Alat
Pengamatan 1 1412 mm
Pengamatan 2 1412 mm
Pengamatan 3 1413 mm
Rata-rata 1412,333 mm
Sumber: Data Hasil Percobaan

4.7. Analisis

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan data hasil percobaan


sebesar 1412 mm pada pengamatan pertama, 1412 mm pada pengamatan kedua,
dan 1413 mm pada pengamatan ketiga dengan rata-rata hasil percobaan sebesar
1412,333 cm. Standar regangan yang dipakai adalah 100 cm - 200 cm, sehingga
sampel aspal yang praktikan gunakan sudah memenuhi standar SK SNI 06-2432-
1991 dengan mencapai panjang 100 cm tanpa putus. Hal ini dapat diasumsikan
bahwa aspal yang praktikan uji memiliki kekenyalan aspal yang baik atau
mempunyai sifat daktilitas yang tinggi.

4.8. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat diambil


antara lain:
1. Hasil pembacaan pada alat uji yaitu 1411 mm tanpa putus.
2. Menurut SK SNI 06-2432-1991 tingkat kekenyalan dari aspal adalah:
< 100 cm = getas
100 cm – 200 cm = plastis
> 200 cm = sangat plastis
3. Sampel aspal yang praktikan gunakan memiliki sifat plastis yang baik
digunakan untuk perkerasan jalan.

KELOMPOK 14
43

4.9. Saran

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, praktikan mengusulkan saran sebagai


berikut:
1. Sebaiknya praktikan berhati-hati memperlakukan sampel, terutama saat
melepaskan sampel uji dari cetakan kuningan karena jika sampel tertahan
maka akan menimbulkan kegagalan pada pengujian.
2. Sebaiknya praktikan teliti memperhatikan alat dan bahan praktikum sesuai
acuan praktikum.
3. Sebaiknya praktikan berhati-hati dalam melaksanakan praktikum agar dapat
meminimalisir kesalahan maupun kerusakan baik pada benda uji maupun
sampel uji.

KELOMPOK 14

Anda mungkin juga menyukai